Laporan 1 eliksir.docx

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI SEDIAAN NON STERIL

PRAKTIKUM KE 1JUDUL MATERI PRAKTIKUMELIKSIR

TANGGAL PRAKTIKUMMinngu, 18 Mei 2014

Di Susun Oleh :Siti Ishafani(11010056)Anggota :Cisca Mia MNadia FahmiEgi FadillaSutrisno

KELOMPOK IDOSEN PEMBIMBING :Drs. Pramono Abdullah, Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASISEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR2014ITUJUAN1. Mengetahui cara pembuatan sediaan eliksir dengan melihat pengaruh penambahan pelarut campur.2. Mampu memahami dan membuat sediaan obat berbentuk sirup dan eliksir.

IIDASAR TEORIEliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir umumnya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif disbanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang larut dalam alcohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya (dengan melarutkan biasa), dari sudut pembuatan, eliksir lebih disukai dari sirup.Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena masing-masing komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang berbeda. Tiap eliksir memerlukan campuran tertentu dari alkohol dan air untuk mempertahankan semua komponen dalam larutan. Tentu saja untuk eliksir-eliksir ini mengandung zat yang kelarutannya dalam air jelek, banyaknya alcohol yang dibutuhkan lebih besar daripada eliksir yang dibuat dari komponen-komponen yang kelarutannya dalam air baik. Disamping alcohol dalam air, pelarut-pelarut lain seperti gliserinndan propilen glikol, sering digunakan dalam bentuk eliksir sebagai pelarut pembantu.Walau banyak eliksir yang dimaniskan dengan sukrosa atau sirup sukrosa, beberapa menggunakan sorbitol, gliserin, dan atau pemanis buatan seperti sakarin untuk tujuan ini. Eliksir yang mempunyai kadar alcohol yang tinggi biasanya menggunakan pemanis buatan seperti sakarin, yang dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil, daripada sukrosa yang hanya sedikit larut dalam alcohol dan membutuhkan jumlah yang lebih besar untuk kemanisan yang sama. Semua eliksir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah kelezatan dan hamper semua eliksir mempunyai zat pewarna untuk meningkatkan penampilannya. Eliksir yang mengandung alcohol lebih dari 10-12%, biasanya bersifat sebagai pengawet sendiri dan tidak membutuhkan penambahan zat antimikroba untuk pengawetannya.Walau monograf untuk eliksir obat menetapkan standar-standar, mereka umumnya tidak menetapkan formula resmi. Formula diserahkan pada masing-masing pabrik.Eliksir obat diformulasi sedemikian rupa sehingga pasien menerima obat dengan dosis lazim untuk dewasa dalam ukuran eliksir yang tepat. Untuk sebagian terbesar eliksir, satu atau dua sendok teh penuh (5 atau 10 mL) pemberian obat dengan dosis lazim dewasa. Satu keuntungan eliksir lebih dari obat yang dalam bentuk pemberian padat adalah kemudahan penyesuaian dan kemudahan pemberian dosis, terutama pada anak-anak. Orangtua dapat member setengah sendok the penuh obat, sebagai contoh, untuk anak yang memperoleh kemudahan yang lebih besar daripada yang didapat dengan memecah tablet obat yang sama atau memisahkan dan dibagi dalam kapsul obat. Pada keadaan dimana eliksir obat dimaksudkan untuk anak-anak, wadah diperdagangan sering mengandung alat pengukur yang telah di kalibrasi, seperti tetesan atau sendok, untuk memudahkan orang tua mengukur obat dengan tepat dengan jumlah yang dianjurkan sesuai umur anak, berat atau kondisinya.Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung beberapa minyak mudah menguap yang rusak oleh adanya udara dan sinar, maka paling baik disimpan dalam wadah-wadah yang tertutup rapat, tahan cahaya umtuk menjaga terhadap temperature yang berlebihan.

Monografi BahanZat aktifBentuk/pemerianKelarutanDosis lazimKhasiat/ kegunaanPenyimpanan

Paracetamol/ AcetaminofenumSerbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol.Sekali 500mg

Sehari 500 mg 2 g

Analgetik antipiretik Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Propilenglycolum (Propilen Glikol)

Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap air pada udara lembab.Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.-Pembasah / menaikan kelarutanDalam wadah tertutup rapat.

Sirup SimplexCairan jernih, tidak berwarna--Pengawet dan pengatur viskositasDalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk

Etanol Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas ; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.-Zat tambahan, zat pengawetDalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya ; ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

III. ALAT DAN BAHANAlat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah : Mortar Stemper Timbang analitik Gelas ukur 100 ml Corong Pipet volume Pipettetes Sudip Thermometer Gelas kimia Tissue Alumunium foil Bunsen Kassa Kaki tiga

Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah: Parasetamol Etanol Propilenglikol 15 % Sirup simplex 10 % Phenobarbitalum Theophyllinum Aquadest Flavor Pewarna

IV.FORMULAUntuk formula atau formulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah 5 jenis formulasi yang dilakukan oleh 6 kelompok yang berbeda yaitu sebagai berikut :1. Eliksir (Kelompok I)R/Parasetamol 125 mg/5 mlEtanol10%Gliserin 15%Sirup simplex 30%Air ad.100 ml2. Elixir (Kelompok II & V)R/Teofllin 125 mg/5 mlEtanol 20 %Propilen glikol 10%Sirup simplex 30%Air ad. 100 ml3. Eliksir (Kelompok III)R/Phenobarbital 120 mg/5 mlEtanol 10%Propilen glikol 10%Sirup simplex 10%Air ad.100 ml4. Eliksir (Kelompok IV)R/Parasetamol 125 mg/5 mlEtanol10%Propilen glikol 10%Sirup simplex 30%Air ad.100 ml5. Eliksir (Kelompok VI)R/Phenobarbital125 mg/5 mlEtanol10%Gliserin 15%Sirup simplex 30%Air ad.100 ml

V. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN1. Parasetamol : kelarutan 1 : 70 bagian air1 : 7 bagian etanol 95 %2. Untuk pembuatan sediaan Parasetamol (100 mL) :125 mg/5 mL 100 mL100 mL/5 mL x 125 mg = 2500 mg = 2,5 gram3. Alkohol10% 4. Gliserin 15%5. Aqua dest = 100 ml (2,5 + 15 + 10) = 72,5 ml6. Flavor = qs (secukupnya)7. Pewarna= qs (secukupnya)NoBahanPenimbangan/pengambilan

1.2.3.45.6.Parasetamol untuk 100 mL sediaanGliserinetanolAquadest addFlavor melonPewarna hijau2,4999 gram15 ml10 ml75 ml4 tetesSecukupnya

VI.CARA KERJA1. Bahan diambil dan ditimbang sesuai kebutuhan2. Mula mula Parasetamol 2,5 gram di larutkan dalam 45 ml air panas (750C) di dalam mortir, lalu digerus sampai homogen3. Ditambahkan gliserin sedikit demi sedikit hingga campuran paracetamol,etanol dan air melarut sempurna4. Sirup simplex dimasukkan 10 ml ke dalam mortir, aduk hingga homogen, dan ditambahkan sisa air sebanyak 30 ml.5. Pewarna dan flavor ditambahkan secukupnya hingga diperoleh bau dan warna menurut selera.6. Sirup yang telah jadi dimasukkan kedalam gelas ukur untuk kemudian diamati perubahannya (stabilitasnya) selama kurang lebih 1 minggu waktu pengamatan.

VII.DATA DAN PEMBAHASAN

VII.1 Data Hasil PengamatanEliksirKelompokWaktu Pengamatan

1Hari 1Larutan berwarna hijau jernihpH = 6bJ :Bobot piknometer kosong = 21,7946 gBobot piknometer + air = 46,2147 gBobot piknometer + eliksir= 48,5005 g

Hari 7Larutan berwarna hijau dan sedikit keruh, tidak terlihat pembentukan kristal

2Hari 1Larutan berwarna lembayung jernihpH = 7bj = 1,1047 gr/cm3

Hari 7Larutan sedikit keruh, tidak terlihat pembentukan kristal, larutan berubah warna menjadi sedikit kekuningan

3Hari 1Larutan berwarna kuning jernihpH = 6-7bJ = 1,0672 gr/cm3

Hari 7Larutan tetap berwarna kuning tetapi sedikit keruh, tidak terlihat pembentukan kristal

4Hari 1Larutan berwarna hijau jernihpH = 6,5bJ = 1,053 gr/cm3

Hari 7Larutan berwarna hijau dan sedikit keruh, tidak terlihat pembentukan Kristal

5Hari 1Larutan berwarna kuning jernihpH = 6,5bJ :Bobot piknometer kosong = 21,6441 gBobot piknometer + air = 46,1402 gBobot piknometer kosong = 22,2236 gBobot piknometer + eliksir = 46,8843 g

Hari 7Larutan berwarna kuning pucat dan sedikit keruh, tidak terlihat pembentukan kristal

6Hari 1Larutan berwarna sindur (orange) jernihpH = 6 bJ = 1,0536 gr/cm3

Hari 7Larutan tetap berwarna sindur (orange) dan sedikit keruh, tidak terlihat pembentukan kristal

VII.2Pembahasan Pada praktikum non steril kali ini kami melakukan pembuatan sirup dengan zat aktif paracetamol, teofillin dan phenobarbital. Formulasi untuk kelompok kami adalah Paracetamol 125 mg/5ml, gliserin 15%, sirupus simplex 30% dan aqua dest serta pewarna dan flavor. Mula-mula semua bahan diambil dan ditimbang sesuai dengan keperluan. Kemudian paracetamol serbuk dilarutkan dengan air panas (75o C), karena dengan air panas/hangat suhu kurang lebih 70 80 oC dapat meningkatkan kelarutan paracetamol/reaksi endoterm, lalu ditambahkan gliserin, gliserin disini bersifat sebagai pembasah yaitu melapisi paracetamol sehingga mampu dibasahi oleh pelarut/air sehingga kelarutannya meningkat/sempurna. Setelah itu dimasukkan sirup simpleks sebagai pemberi rasa manis pada sirup, selain pemberi rasa sirupus simplex juga berfungsi sebagai pengawet serta pengatur viskositas atau kekentalan larutan, dimana sirup yang kental/kadar gulu tinggi resisten terhadap pertumbuhan mikroba karena ketokcukupan air yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba. Kemudian ditambah flavor melon secukupnya (3 tetes) dan pewarna yang kami gunakan adalah pewarna hijau.Eliksir yang dihasilkan berwarna hijau, tetapi terjadi kekeruhan, namun tidak terdapat kristal-kristal pada dasar botol. Kekeruhan ini kemungkinan berasal dari paracetamol yang tidak larut sepenuhnya.. Eliksir yang kami buat sebanyak 100 ml. Sirup yang sudah jadi, disimpan selama 7 hari untuk dievaluasi stabilitasnya. Pengamatan ini dilakukan pada hari ke-7. Pada hari ketujuh, volume larutan tetap 99 ml, terjadi kekeruhan pada elikisr. Kekeruhan ini dapat diakibatkan oleh kelarutan paracetamol yang tidak sempurna sehingga saat penyimpanan dalam kurun waktu 7 hari dengan suhu yang tidak konstan menyebabkan terbentuknya kekeruhan. Sebagai perbandingan dilakukan pengamatan juga terhadap hasil eliksir dari kelompok lain. Untuk kelompok 2, eliksir yang dihasilkan berwarna ungu lembayung, jernih. Pada formulasi kelompok 2, digunakan teofillin, etanol 20% dan propilen glikol 10%. Etanol digunakan sebagai pengawet untuk sediaan dan juga dapat digunakan sebagai pelarut paracetamol. Propilen glikol dalam formula berfungsi sebagai solubiliser dengan meningkatkan kelarutan teoflillin pada eliksir. Tetapi terlebih dahulu propilen glikol di bentuk corpus terlebih dahulu sehingga dapat membasahi paracetamol sehingga memudahkan air untuk melarutkannya. Karena penggunaan kedua bahan tambahan tersebut, pada pengamatan elikisir yang dihasilkan tidak menimbulkan endapan kristal tetapi diperoleh larutan yang keruh dengan warna eliksir yang menjadi kekuningan diakibatkan oleh oleh pengaruh perubahan suhu dan penyimpanan yang kurang tepat.Pada kelompok 3 dan 6 eliksir yang dihasilkan berwarna kuning dan sindur (orange), jernih. Pada formulasi kelompok 3 dan 6, digunakan phenobarbital , etanol 10% dan propilen glikol 10% dan gliserin 15%. Etanol digunakan sebagai pengawet untuk sediaan dan juga dapat digunakan sebagai pelarut phenobarbital. Propilen glikol dan gliserin dalam formula berfungsi sebagai solubiliser dengan meningkatkan kelarutan phenobarbital pada eliksir. Tetapi terlebih dahulu propilen glikol dan gliserin di bentuk corpus terlebih dahulu sehingga dapat membasahi phenobarbital sehingga memudahkan air untuk melarutkannya. Karena penggunaan kedua bahan tambahan tersebut, pada pengamatan elikisir yang dihasilkan tidak menimbulkan endapan kristal tetapi diperoleh larutan yang keruh yang diakibatkan oleh pengaruh perubahan suhu dan penyimpanan yang kurang tepat.dapat dipengaruhi oleh banyak factor yaitu antara lain kebersihan alat, ketelitian praktikan dan lain sebagainya.

VIII.KESIMPULANJadi dapat disimpulkan dari 5 formulasi yang diujikan untuk sediaan pada kelompok 1, 3, dan 6 eliksir ini yang memiliki stabilitas paling baik dimana diperoleh larutan yang agak keruh dan kekentalan yang cukup, sedangkan pada formulasi 2,4 dan 5 dipeoleh larutan dengan perubahan warna dikarenakan berbagai factor yaitu antara lain ketidaksempurnaan kelarutan zat aktif dalam.

IX.DAFTAR PUSTAKAAnsel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi ke empat. Jakarta : UI-Press.anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IIIa. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Abdullah, pramono. 2012. Diktat Kuliah Formulasi dan Teknologi Sediaan Non Steril : Solution/Syrup. Bogor.