34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interferensi gelombang cahaya mula-mula diperlihatkan oleh Thomas Young pada tahun 1801.Interferensi adalah satu berkas cahaya yang dapat dipandang sebagai sebuah gelombang dari medan listrik-magnetik yang berosilasi. Yaitu yang diperoleh dengan menjumlahkan gelombang-gelombang tersebut.Agar pola interferensi yang misalnya berwujud lingkaran-lingkaran gelap-terang dapat terjadi, hubungan fase antara gelombang-gelombang di sembarang titik pada pola interferensi haruslah tetap sepanjang waktu, atau dengan kata lain gelombang-gelombang itu harus koheren.Syarat koheren tidak terpenuhi jika gelombang-gelombang itu berasal dari sumber-sumber cahaya yang berlainan. Untuk membuktikan teori yang ada dan memahami serta menyelediki gejalah interferensi pada gelombang cahaya, maka perlu dilakukan eksperimen mengenai teori ini. 1.2 Tujuan Percobaan 1 Laporan optic : Interferensi dua celah

laporan 1 book

Embed Size (px)

DESCRIPTION

praktikum

Citation preview

Page 1: laporan 1 book

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Interferensi gelombang cahaya mula-mula diperlihatkan oleh

Thomas Young pada tahun 1801.Interferensi adalah satu berkas cahaya

yang dapat dipandang sebagai sebuah gelombang dari medan listrik-

magnetik yang berosilasi. Yaitu yang diperoleh dengan menjumlahkan

gelombang-gelombang tersebut.Agar pola interferensi yang misalnya

berwujud lingkaran-lingkaran gelap-terang dapat terjadi, hubungan fase

antara gelombang-gelombang di sembarang titik pada pola interferensi

haruslah tetap sepanjang waktu, atau dengan kata lain gelombang-

gelombang itu harus koheren.Syarat koheren tidak terpenuhi jika

gelombang-gelombang itu berasal dari sumber-sumber cahaya yang

berlainan.

Untuk membuktikan teori yang ada dan memahami serta

menyelediki gejalah interferensi pada gelombang cahaya, maka perlu

dilakukan eksperimen mengenai teori ini.

1.2 Tujuan Percobaan

1. Dapat mengamati gejala interferensi yang terjadi pada gelombang

cahaya.

2. Dapat memahami dan menyelidiki pola difraksi pada celah tunggal

dan celah ganda.

1 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 2: laporan 1 book

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengamati gejala interferensi yang terjadi pada

gelombang cahaya.

2. Bagaimana memahami dan menyelidiki pola difraksi pada celah

tunggal dan celah ganda.

2 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 3: laporan 1 book

BAB II

DASAR TEORI

Salah satu eksperimen kuantitatif yang paling awal yaitu untuk mengungkapkan

interferensi cahaya dari dua sumber dilakukan pada tahun 1800 oleh ilmuan

Inggris Thomas Young.Perspektif peralatan Young diperlihatkan dalam Gambar

2.1.Sebuah sumber cahaya (yang tidak diperlihatkan) memancarkan cahaya

monokromatik.Akan tetapi, cahaya ini tidak sesuai untuk digunakan dalam sebuah

eksperimen interferensi karena pancaran dari bagian-bagian yang berbeda dari

sebuah sumber biasa tidak disinkronisasikan.Untuk mengatasi hal ini, cahaya

tersebut di arahkan pada sebuah layar dengan sebuah celah sempit S0, yang

lebarnya kurang lebih 1 μm. Cahaya yang muncul keluar dari celah tersebut hanya

berasal dari sebuah daerah kecil dari sumber cahaya tersebut, jadi celah S0

berperilaku lebih mirip sumber ideal yang diperlihatkan pada Gambar 2.1.

3 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 4: laporan 1 book

Gambar 2.1 Eksperimen Young untuk memperlihatkan interferensi cahaya yang lewat melalui dua celah.

Cahaya dari celah S0 jatuh pada sebuah layar dengan dua celah sempit lain S1 dan

S2, yang lebarnya masing-masing kurang lebih 1μm dan beberapa puluh atau

beberapa ratus micrometer terpisah satu sama lain. Muka-muka gelombang

silinder menyebar keluar dari celah S0 dalam keadaan sefasa karena muka-muka

gelombang tersebut menenmpuh jarak yang sama dari S0. Gelombang yang

muncul keluar dari celah S1 dan celah S2 adalah sumber-sumber

koheren.Interferensi gelombang-gelombang dari S1 dan S2 menghasilkan sebuah

4 Laporan optic : Interferensi dua celah

d sin θ

θ θ

d sin θ

θθ

Page 5: laporan 1 book

pola dalam ruang yang menyerupai pola ke kanan dari sumber dalam Gamabar

2.1.

Untuk melihat pola interferensi tersebut, sebuah layar ditempatkan sedemikian

rupa sehingga cahaya dari S1 dan S2 jatuh padanya (Gambar 2.1.(b)). Layar

tersebut akan disinari palin terang di titik P, dimana gelombang cahaya dari celah-

celah itu berinterferensi destruktif.

Untuk menyederhanakan analisis eksperimen Young, kita menganggab bahwa

jarak R dari celah-celah ke layar tersebut adalah begitu besar disbanding dengan

jarak d di antara celah-celah sehingga garis-garis dari S1 dan S2 ke P sangat

hamper parallel, seperti tampak pada Gambar 2.1(c). inilah kasus yang umum

untuk eksperimen dengan cahaya; pemisah celah itu yang umum beberapa

millimeter, sedangkan layar tersebut dapat berada sejauh satu meter atau lebih.

Maka selisih panjang lintasan tersebut dinyatakan dalam persamaan

r1 – r2 = d sin θ ………………………… (1)

dimana θ adalah sudut di anatara sebuah garis dari celah-celah ke layar (yang

diperlihatkan berwarna biru dalam Gambar 2.1(c) dan garis normal ke bidang

celah-celah tersebut (yang diperlihatkan sebagai sebuah bgaris hitam yang tipis).

Interferensi konstruktif (penguatan) terjadi di titik-titik di mana selisih lintasan d

sin θ adalah kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang, mλ, dimana m = 0,

±1, ±2, ±3, ±4, ±5……..maka daerah terang pada layar tersebut terjadi pada sudut

θ dimana

d sin θ = mλ (m = 0, ±1, ±2,…)………………….(2)

secara sederhana, interferensi destruktif terjadi, membentuk daerah gelap pada

layar pada titik dimana perbedaan lintasannya adalah sebesar bilangan setengah

bulat dari panjang gelombang, (m + 12

)λ.

5 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 6: laporan 1 book

d sin θ = (m + 12

)λ (m = 0, ±1, ±2,…)………………………(3)

Jadi pola pada layar dari Gambar 2.1(a) dan (b) adalah sebuah urutan dari pita

terang dan pita gelap, atau pita-pita interferensi, yang parallel dengan celah S1 dan

celah S2. Sebuah potret dari pola tersebut diperlihatkan daam Gambar 2.2. Pusat

pola tersebut adalah sebuah pita terang yang bersesuian dengan m=0 dalam

persamaan (Gambar 2.1) dimana titik ini pada layar tersebut berjarak sama dari

keduah celah tersebut.

Kita dapat menurunkan sebuah pernyataan untuk posisi dari sebuah pita-pita

terang pada layar tersebut. Dalam Gambar 2.1(b), y di ukur dari pusat pola

tersebut, yang bersesuaian dengan jarak dari pusat Gambar 2.2. Misalkan ym

adalah jarak dari pusat pola tersebuat (θ = 0) ke pusat pita terang yang ke-m.

Misalkan θm adlah nilai yang bersangkutan dengan θ, maka

ym = R tan θm ....................................................(4)

dalam eksperimen seperti ini , jarak ym sering kali jauh lebih kecil daripada jarak

R dari celah-celah itu ke layar tersebut. Maka θm adalah sangat kecil, tan θm adalah

sangat hampir sama dengan sin θm, dan

ym = R sin θm ……………………………………(5)

sehingga diperileh persamaan:

ym = R mλd

....................................................….......(6)

kita dapat mengukur R dan d, dan juga posisi ym dari pita-pita terang itu, sehingga

eksperimen ini menyediakan sebuah pengukuran langung dari panjang gelombang

λ. Ternyata eksperimen Young merupakan pengukuran langsung pertama dari

panjang gelombang cahaya.

6 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 7: laporan 1 book

Gambar 2.2 Potret dari pita-pita interferensi yang dihasilkan pada sebuah layar dengan eksperimen celah-ganda Young.

Gelombang yang memenuhi prinsip ini disebut “linear waves.” Sedangkan yang

tidak memenuhi disebut “nonlinear waves”. Untuk contoh yang lebih nyata dan

mempermudah dalam mengenal superposisi adalah sebagai berikut misal dua

bola dilempar dalam kolam. Gelombang tidak saling menghilangkan, malah saling

menguatkan satu sama lain

Gambar 2.3 contoh gelombang superposisi

Ketika dua gelombang cahaya melintas satu sama lain, medan listrik resultan E

pada titik persimpangan sama dengan penjumlahan dari masingmasing medan

listrik E1 dan E2

E = E1 + E2 …………………………………..(2.2)

Intensitas gelombang gabungan adalah sebanding dengan kuadrat medan listrik

resultan:

7 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 8: laporan 1 book

I ∞ E2 = ( E1 + E2 )2 ………………………….(2.3)

Ketika suatu gelombang cahaya dengan panjang gelombang merambat

sepanjang sumbu-x, ia membangkitkan suatu medan listrik pada titik x yang

berbentuk:

E = E0 sin ( ωt - kx ) ……………………………...(2.4

Dengan E0 disebut amplitudo, frekuensi angular dan k bilangan gelombang.

dan k berhubungan dengan panjang gelombang dan kecepatan cahaya sebagai

berikut:

ω = 2π v / λ ……………………………………....(2.5)

k = 2π / λ …………………………………………(2.6)

Argumen dari fungsi sinus pada persamaan untuk E disebut fasa. Perhatikan

bahwa fasa bertambah dengan 2dalam suatu siklus waktu pada posisi tertentu.

Untuk cahaya,nilai mutlak dari suatu fasa tertentu tidak dapat diukur, dan

karenanya tidak begitu penting. Hanya perbedaan fasa yang penting. Pengaruh

interferensi dalam cahaya tidak teramati secara biasa. Ini karena gelombang

cahaya dari suatu sumber cahaya biasa mengalami perubahan fasa secara acak

kira-kira sekali dalam setiap 10-8 s dan bahwa panjang gelombang cahaya cukup

pendek (4x10-7m – 7x10-7 m). Interferensi mungkin terjadi, tapi hanya untuk

durasi dalam orde 10-8 s dan tidak dapat dilihat dengan mata.

8 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 9: laporan 1 book

BAB III

METODE EKSPERIMEN

3.1 Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Rabu, 14 Desember 2011

Waktu : 13.00 Wita – Selesai

Tempat :Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi

JurusanFisika FMIPA UNTAD Palu.

3.2 Alat dan Bahan

1. Meja

2. Sumber cahaya (Laser gas HeNe)

3. Layar (Kertas grafik)

4. Alat menggambar (pensil)

5. Mistar

6. Beberapa kisi difraksi

3.3 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan laser gas HeNe sebagai sumber cahaya, statif, beberapa kisi

difraksi, kertas grafik, pensil, dan mistar

2. Memasang laser gas HeNe pada kertas grafik, kemudian meletakkan kisi

difraksi didepan laser, dan memasang layar (kertas grafik) didepan kisi

difraksi tersebut sesuai dengan jarak yang ditentukan

3. Mengatur sinar keluaran pada laser, sehingga mengenai tepat di tengah

celah

4. Mengamati kemudian menggambar pola gelap terang yang dihasilkan

5. Mengulagi langkah tersebut untuk beberapa celah tunggal dan celah

ganda

6. Menentukan panjang gelombang laser

7. Menghitung lebar celah tunggal dan menaksir kesalahan yang mungkin

9 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 10: laporan 1 book

8. Untuk setiap celah ganda, menghitung jarak pisahnya, apakah lebar

celah pada setiap kasus sama dengan celah tunggal.

10 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 11: laporan 1 book

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Celah Tunggal

Perlakuan 1

L = 80 cm

d = 0,1 cm

n = 8

Xn = 0,1 cm

Perlakuan 2

L = 80 cm

d = 0,2 cm

n = 10

Xn = 0,3 cm

Perlakuan 3

L = 80 cm

d = 0,1 cm

n = 4

Xn = 0,3 cm

Perlakuan 4

L = 80 cm

d = 0,1 cm

n = 3

Xn = 0,3 cm

11 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 12: laporan 1 book

Perlakuan 5

L = 80 cm

d = 0,2 cm

n = 1

Xn = 0,4 cm

4.1.2 Celah Ganda

Perlakuan 1

L = 80 cm

d = 0,3 cm

n = 80

Xn = 0,2 cm

Perlakuan 2

L = 80 cm

d = 0,3 cm

n = 30

Xn = 0,45 cm

Perlakuan 3

L = 80 cm

d = 0,3 cm

n = 40

Xn = 0,15 cm

Perlakuan 4

L = 80 cm

d = 0,05 cm

n = 6

Xn = 0,4 cm

Perlakuan 5

L = 80 cm

12 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 13: laporan 1 book

d = 0,2 cm

n = 30

Xn = 0,4 cm

4.2 Analisa Data

λ=Xn d

nL…………… (1)

X= λLd

……………(2)

Untuk celah tunggal

1. L = 0,8 m n = 8

d = 1 . 10−3 m Xn = 1 . 10−3 m

Menentukan panjang gelombang

λ=Xn . d

n . L = 1.10−3∗1 .10−3

8∗0,8 = 1. 10−6

6,4 =0,16 . 10−6 m

Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang

x= λ . Ld = 0,16∗10−6∗0,8

1 .10−3 =0 ,13 .10−3 m

2. L = 0,8 m n = 10

d = 2 . 10−3 m Xn = 3 . 10−3 m

Menentukan panjang gelombang

λ=Xn . d

n . L = 3.10−3∗2 . 10−3

10∗0,8 = 6 .10−6

8 = 0,75 . 10−6 m

Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang

x= λ . Ld = 0,75∗10−6∗0,8

2 .10−3 =0,3 . 10−3 m

3. L = 0,8 m n = 4

d = 1 . 10−3 m Xn = 3 . 10−3 m

13 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 14: laporan 1 book

Menentukan panjang gelombang

λ=Xn . d

n . L = 3.10−3∗1 .10−3

4∗1 = 3 .10−6

4 = 0,75 . 10−6 m

Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang

x= λ . Ld = 0,75 .10−6∗0,8

1. 10−3 = 0,6 . 10−3 m

4. L = 0,8 m n = 3

d = 1 . 10−3 m Xn = 3 . 10−3 m

Menentukan panjang gelombang

λ=Xn . d

n . L = 3.10−3∗1 .10−3

3∗0,8 = 3 .10−6

2,4 =1,25 . 10−6 m

Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang

x= λ . Ld = 1,25 .10−6 .0,8

1. 10−3 =1 .10−3 m

5. L = 0,8 m n = 1

d = 2 . 10−3 m Xn = 4 . 10−3 m

Menentukan panjang gelombang

λ=Xn . d

n . L = 4 .10−3∗2 .10−3

1∗0,8 = 8 .10−6

0,8 = 10 . 10−6 m

Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang

x= λ . Ld = 10 .10−6∗0,8

2 . 10−3 =4 .10−6 m

Untuk Celah ganda

1. L = 0,8 m n = 80

d = 3 . 10−3 m Xn = 2 . 10−3 m

Menentukan panjang gelombang

λ=Xn . d

n . L = 2. 10−3∗3 .10−3

80∗0.8 = 6 .10−6

64=0,09 . 10−6 m

14 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 15: laporan 1 book

Menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang

x= λ . Ld = 0,09 .10−6∗0,8

3 . 10−3 =0,024 .10−6 m

2. L = 0,8 m n = 30

d = 3 . 10−3 m Xn = 4,5 . 10−3 m

Menentukan panjang gelombang

λ=Xn . d

n . L = ¿4,5 . 10−3∗3 . 10−3

30∗0,8 = 13,5 .10−6

24 =0,56 . 10−6 m

Menentukan jarak antara pola gelap terang

x= λ . Ld = 0 ,56 .10−60,8

3 .10−3 =0,15. 10−4 m

3. L = 0,8 m n = 40

d = 3 . 10−3 m Xn = 1,5 . 10−3 m

Menentukan panjang gelombang

λ=Xn . d

n . L = 1,5 .10−3∗3 . 10−3

40∗0,8 = 4,5 . 10−6

32 =0,14 . 10−6 m

Menentukan jarak antara pola gelap terang

x= λ . Ld = 0,14 .10−6∗0,8

3 . 10−3 =0,04 .10−3 m

4. L = 1 m n = 6

d = 0,5 . 10−3 m Xn = 4 . 10−3 m

Menentukan panjang gelombang

λ=Xn . d

n . L = 4 .10−3∗0,5 . 10−3

6∗0,8 = 2. 10−6

4,8 =0,42 . 10−6 m

Menentukan jarak antara pola gelap terang

x= λ . Ld = 0,42 .10−6∗0,8

0,5 .10−3 =0,672 . 10−4 m

15 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 16: laporan 1 book

5. L = 0,8 m n = 30

d = 2 . 10−3 m Xn = 4 . 10−3 m

Menentukan panjang gelombang

λ=Xn . d

n . L = 4 .10−3∗2 .10−3

30∗0,8 = 8 .10−6

24 =0,33 . 10−6 m

Menentukan jarak antara pola gelap terang

x= λ . Ld = 0,33 .10−6∗0,8

2 . 10−3 =0,132 . 10−4 m

4.3 Pembahasan

Interferensi adalah satu berkas cahaya yang dapat dipandang sebagai

sebuah gelombang dari medan listrik-magnetik yang berosilasi. Yaitu yang

diperoleh dengan menjumlahkan gelombang-gelombang tersebut. Hasil

penjumlahan itu akan memberikan intensitas yang maksimum disuatu titik,

apabila di titik tersebut gelombang-gelombang itu selalu sefase. Agar pola

interferensi yang misalnya berwujud pita-pita gelap-terang dapat terjadi,

hubungan fase antara gelombang-gelombang di sembarang titik pada pola

interferensi haruslah tetap sepanjang waktu, atau dengan kata lain

gelombang-gelombang itu harus koheren. Syarat koheren tidak terpenuhi

jika gelombang-gelombang itu berasal dari sumber-sumber cahaya yang

berlainan, sebab setiap sumber cahaya biasa tidak memancarkan

gelombang cahaya secara kontinu, melainkan terputus-putus, gelombang

elektromagnetik cahaya dipancarkan sewaktu terjadi dieksitasi atom. Agar

diperoleh gelombang-gelombang elektromagnetik cahaya yang koheren,

gelombang-gelombang itu harus berasal dari satu sumber cahaya yanga

sama. Kemudian interferensi diperoleh dari gelombang-gelombang yang

memancar dari bagian-bagian medan gelombangnya.

Dari pengamatan yang dilakukan hasil dari pita-pita pola gelap-terang

yang diperoleh tampak jelas. Hal ini sesuai dengan literature yang ada

16 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 17: laporan 1 book

yang menyakan bahwa interferensi akan terbentuk dengan baik setelah

memenuhi syarat-syarat berikut:

Kedua sumber cahaya harus koheren yaitu keduanya harus memiliki

beda fase yag selalu tetap, karena itu keduanya harus memiliki

frekwensi yang sama, kedua ini boleh nol tetapi tidak harus nol.

Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir

sama jika tidak interferensi yang di hasilkan kurang kontras.

Adapun persamaan yang diguanakan untuk menetukan panjang gelombang

yang terbentuk dalam percobaan ini yaitu panjang gelombang (λ)

berbanding lurus dengan jarak terang terdekat (X n ) dan celah kisi (d) dan

berbanding terbalik dengan jumlah kisi (n) serta jarak kisi dari layar (L),

sedangkan untuk menentukan jarak terdekat antara pola gelap terang dapat

menggunakan persamaan panjang gelombang (λ) dan jarak kisi dari layar

(L) berbanding terbalik terhadap celah kisi (d). Dari hasil perhitungan yang

dilakukan diperoleh nilai panjang gelombang (λ) yang berbeda –beda. Hal

ini dipengaruhi oleh nilai celah kisi (d), jumlah kisi (n) dan jarak terang

terdekat (X n ) yang digunakan bervariasi. Dan nilai (x) yang diperoleh dari

perhitungan berbeda- beda pula. Hal ini dipengaruhi nilai panjang

gelombang yang dihasilkan untuk setiap perlakuan berbeda. Untuk celah

tunggal dan celah ganda nilai jarak terdekat antara pola gelap terang (X n )

berbanding terbalik dengan panjang gelombang (λ). Hal ini dapat dilihat

dari hasil perhitungan semakin besar nilai (X n ), semakin kecil nilai

panjang gelombang yang dihasilkan.

Pola garis terang yang terbentuk, merupakan hasil interferensi maksimum

(saling memperkuat atau konstruktif) dan pola garis gelap yang dihasilkan ,

merupakan hasil interferensi minimum (saling memperlemah atau

destruktif). interferensi konstruktif terjadi jika kedua gelombang

mempunyai fasa yang sama, dan interferensi destruktif terjadi jika kedua

gelombang mempunyai beda fasa sebesar π. Adapun nilai yang didapat

17 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 18: laporan 1 book

dari perhitungan dengan menggunakan persamaan di atas yaitu untuk

panjang gelombang (λ) dan jarak terdekat pola terang – gelap (X)

adalah :untuk celah tunggal λ1=0,16 X 10−6 m dan X1=0,13 X 10-3 m,

λ2=0,75 X 10−6 m dan X2 =0,3 X 10−3 m, λ3=0,75 X 10−6 m dan X3 = 0,6

X 10-4 m, λ4=1,25 X 10−7m dan X4 = 1 X 10-3 m sedangkan

λ5=10 X 10−8 mdan X5 =4 X 10-4 m. Pada celah ganda λ1=0,09 X 10−6 m

dan X1 = 0,024 X 10−3 m, λ2=0 , 56 X 10−6 m dan X2 = 0,1 5 X 10−3 m,

λ3=0,14 X 10−6 mdan X3 = 0,04 X 10−3 m, λ4=0,42 X 10−6m dan X4 =

0,672 X 10−3 m, sedangkan λ5=0,33 X 10−6 m dan X5 = 0.132 X 10−3 m.

18 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 19: laporan 1 book

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan, pembahasan dan teori yang ada, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Cahaya monokromatik (cahaya laser) adalah cahaya dengan frekuensi

tunggal. Koherensi adalah sebuah hubungan fasa tertentu yang tidak

berubah antara dua gelombang atau dua sumber gelombang. Tumpang-

tindih gelombang-gelombang dari dua sumber cahaya monokromatik

yang koheren membentuk sebuah pola interferensi. Prinsip superposisi

menyatakan bahwa gangguan gelombang total di sebarang titik adalah

jumlah gangguan-gangguan dari gelombang yang terpisah tersebut.

2. Difraksi merupakan efek interferensi yang dihasilkan dari

penggabungan banyak gelombang cahaya. Pola difraksi celah tunggal

yang teramati terdiri dari pita terang dan pita gelap, yang bergantian

dengan intensitas yang sangat cepat.

3. Nilai panjang gelombang (λ) dan jarak terdekat pada percobaan ini

dapat dihitung dengan menggunakan rumus panjang gelombang (λ)

berbanding lurus dengan jarak terang terdekat (X n ) dan celah kisi (d)

danberbanding terbalik dengan jumlah kisi (n) serta jarak kisi dari

layar (L), sedangkan untuk menentukan jarak terdekat antara pola

gelap terang dapat menggunakan persamaan panjang gelombang (λ)

dan jarak kisi dari layar (L) berbanding terbalik terhadap celah kisi (d).

Adapun panjang gelombang dan jarak terdekat untuk pola gelap terang

yang diperoleh pada percobaan ini yaitu :

Celah Tunggal

λ1=0,16 X 10−6 m; X1 = 0,13 X 10-3m

19 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 20: laporan 1 book

λ2=0,75 X 10−6 m ; X2 =0,3 X 10−3 m

λ3=0,75 X 10−6 m ; X3 = 0,6 X 10-4 m

λ4=1,25 X 10−7m; X4 = 1 X 10-3 m

λ5=10 X 10−8 m ; X5 =4 X 10-4 m

Celah Ganda

λ1=0,09 X 10−6 m; X1 = 0,024 X 10−3 m

λ2=0 , 56 X 10−6 m; X2 = 0,1 5 X 10−3 m

λ3=0,14 X 10−6 m; X3 = 0,04 X 10−3 m

λ4=0,42 X 10−6m; X4 = 0,672 X 10−3 m

λ5=0,33 X 10−6 m; X5 = 0.132 X 10−3 m

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum berikutnya alat yang digunakan pada saat

praktikum lengkap sesuai yang ada di dalam buku panduan. Hal ini

menjaga agar pada saat pembuatan laporan praktikan tidak salah dalam

memasukkan alat dan bahan yang digunakan. Dan tidak kalah pentingnya

untuk kelancaran praktikum dan ketelitian yang diperoleh.

20 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 21: laporan 1 book

DAFTAR PUSTAKA

Isaacs Alan, 1995, Kamus Lengkap Fisika, Erlangga, Jakarta.

Tim Penyusun, 2008, Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika Optik,

Laboratorium Fisika Eksperimen Fakultas Mipa Universitas Tadulako, Palu.

Tipler, 1996, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi ke-3, Erlangga, Jakarta.

Young dan Freedman, 2001, Fisika Universitas Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.

21 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 22: laporan 1 book

LAMPIRAN

Pertanyaan:

1. Apakah gejala interferensi dapat terjadi pada gelombang cahaya ? jelaskan !

Jawab :

Dapat, gejala interferensi dapat terjadi pada gelombang cahaya jika ada dua

atau lebih berkas sinar yang bergabung.

Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut :

a. Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam artian bahwa kedua

gelombang cahaya harus memiliki beda fasa yang selalu tetap. Oleh

sebab itu, keduanya harus memiliki frekuensi yang sama.

b. Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama.

2. Jelaskan mengapa dalam percobaan ini digunakan sumber cahaya laser

HeNe ? bagaimana jika sumber cahayanya diganti dengan cahaya lampu

biasa !

Jawab :

Karena cahaya yang dihasilkan oleh laser HeNe berfokus pada satu titik,

sehingga memiliki intensitas yang tinggi, sedangkan jika kita menggunakan

lampu biasa maka cahayanya akan menyebar sehingga intensitas cahayanya

rendah, sehingga akan sulit menghasilkan interferensi.

3. Apakah perbedaan gejala interferensi dan difraksi pada celah ganda ?

Jawab :

22 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 23: laporan 1 book

Pada interferensi, distribusi intensitas untuk maksimum sama besar,

sedangkan pada difraksi distribusi intensitas tidak sama, yaitu semakin jauh,

maka intensitasnya akan semakin kecil.

4. Apakah gejala difraksi dapat terjadi pada gelombang cahaya ? jelaskan !

Jawab :

Ya, gejala difraksi dapat terjadi pada gelombang cahaya jika cahaya itu

melalui celah yang sempit sehingga terjadilah pelenturan cahaya ( difraksi ).

5. Dalam difraksi celah tunggal, apakah pengaruh penambahan panjang

gelombang dan lebar celah?

Jawab:

Dalam difraksi celah tunggal apabila panjang gelombang dan lebar celah

diperbesar, maka jarak antara (d) akan semakin besar atau cahaya semakin

terang.

6. Dalam difraksi celah ganda, apakah pengaruh penambahan panjang

gelombang dan lebar celah?

Jawab:

Dalam difraksi celah ganda apabila panjang gelombang dan lebar celah

diperbesar, maka jarak antara (d) semakin kecil.

23 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 24: laporan 1 book

BIOGRAFI

Nama Hartito Panggoe, merupakan anak ke-3

dari enam bersaudara. lahir di Kabupaten Poso di

Kecamatan Pamona Timur di Desa Taripa pada

tanggal 21 Desember 1990. Penulis mengawali

janjang pendidikannya di sekolah TK, setelah naik

kelas penulis melanjudkan studi di SDN INPRES 1 LORE UTARA. Setelah lulus

dari sekolah dasar kemudian melanjutkan studi di SMP NEGERI 1 LORE

UTARA di Wuasa, setelah lulus melanjudkan studi SMANEGERI I LORE

UTARA. Dan lulus pada tahun 2010. Setelah itu melanjutkan Pendidikannya di

Perguruan Tinggi Universitas Tadulako Jurusan Fisika Fakultas MIPA

24 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 25: laporan 1 book

Lembar Asistensi

Nama : Hartito Panggoe

Stambuk : G 101 10 048

Kelompok : 2

Asisten :

No Hari/ Tanggal Keterangan Paraf

25 Laporan optic : Interferensi dua celah

Page 26: laporan 1 book

26 Laporan optic : Interferensi dua celah