38
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supervisi Pendidikan. 2.1.1 Definisi Supervisi Pendidikan. Menurut Purwanto (2008:76) supervisi adalah “membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif memerlukan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan ”. Sedangkan menurut Boardman dalam Sahertian (2010: 17) “supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi, dan membimbing secara terus menerus kompetensi guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Oleh karena itu mereka dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara terus menerus serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern”. Dari dua pendapat tersebut di atas jelas terdapat beberapa perbedaan yaitu definisi dari Purwanto terlalu simple dan memuat hal– hal yang pokok saja jadi kurang spesifik terhadap hal- hal apa yang akan direncanakan ataupun tentang pekerjaan apa yang perlu dibantu, tetapi menurut Sahertian lebih terurai dan jelas usaha apa saja yang akan dilakukan, dengan cara apa melakukannya, serta jelas pula tujuannya.

LANDASAN TEORI 2.1 2.1.1 Definisi Supervisi Pendidikan.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10649/2/T2_942014041_BAB II... · kinerja staf/guru dalam menjalankan tugas, fungsi,

Embed Size (px)

Citation preview

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Supervisi Pendidikan.

2.1.1 Definisi Supervisi Pendidikan.

Menurut Purwanto (2008:76) supervisi adalah

“membantu para guru dan pegawai sekolah dalam

melakukan pekerjaan secara efektif memerlukan suatu

aktivitas pembinaan yang direncanakan ”. Sedangkan

menurut Boardman dalam Sahertian (2010: 17)

“supervisi adalah suatu usaha menstimulasi,

mengkoordinasi, dan membimbing secara terus

menerus kompetensi guru-guru di sekolah

baik secara individual maupun secara kolektif,

agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam

mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Oleh

karena itu mereka dapat menstimulasi dan

membimbing pertumbuhan tiap murid secara

terus menerus serta mampu dan lebih cakap

berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi

modern”.

Dari dua pendapat tersebut di atas jelas terdapat

beberapa perbedaan yaitu definisi dari Purwanto terlalu

simple dan memuat hal– hal yang pokok saja jadi

kurang spesifik terhadap hal- hal apa yang akan

direncanakan ataupun tentang pekerjaan apa yang

perlu dibantu, tetapi menurut Sahertian lebih terurai

dan jelas usaha apa saja yang akan dilakukan, dengan

cara apa melakukannya, serta jelas pula tujuannya.

12

Sehingga Kepala Sekolah dalam melakukan Supervisi

Akademik lebih melaksanakan lebih jelas panduannya.

Supervisi pendidikan bagian Supervisi adalah

program pembinaan guru dan personil pendidikan.

Supervisi merupakan pemantauan oleh pembina dan

Kepala sekolah terhadap implementasi MBS termasuk

pelaksanaan kurikulum, penilaian KBM di kelas,

pelurusan penyimpangan, peningkatan keadaan

(Slameto, 2009:142). Lain dengan Jasmani (2013:27)

yang menyatakan bahwa:

“Supervisi pendidikan adalah segala bantuan

dari supervisor dan atau semua pemimpin

kepala sekolah untuk memperbaiki

manajemen sekolah dan meningkatkan

kinerja staf/guru dalam menjalankan tugas,

fungsi, dan kewajibannya sehingga tujuan

pendidikan dapat dicapai dengan optimal.

Caranya, dengan memberi bantuan,

dorongan, pembinaan, bimbingan, dan

memberi kesempatan bagi pengelola sekolah

dan para guru untuk memperbaiki dan

mengembangkan kinerja dan profesional

ismenya”.

Supervisi akademik merupakan bagian supervisi

pendidikan yang menitik beratkan pada upaya

memberikan bantuan untuk meningkatkan mutu

pembelajaran dan professional guru sebagai pengelola

proses belajar di kelas. Menurut Muslim (2009: 41)

“supervisi akademik diberi pengertian sebagai

serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru

dalam bentuk pelayanan professional yang diberikan

13

oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan

pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan

hasil belajar mengajar”.

Menurut Mulyasa (2013: 249) supervisi akademik

adalah bantuan professional kepada guru, melalui

tahap perencanaan yang sistematis, pengamatan yang

cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera,

sehingga guru dapat menggunakan balikan tersebut

untuk memperbaiki kinerjanya.

Supervisi akademik bukan hanya membantu

guru dalam memahami pendidikan dan apa peran

sekolah dalam mencapai tujuannya, tapi juga perlu

juga membantu guru dalam memahami keadaan dan

kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam

menyusun program pembelajaran secara tepat

(Arikunto, 2009: 12) agar pembelajaran menjadi lebih

berkualitas.

Dari berbagai pendapat di atas peneliti

menyimpulkan bahwa hakekat supervisi akademik

adalah suatu usaha untuk membantu guru agar guru

dalam bekerja lebih profesional. Akan tetapi menurut

Arikunto dan Muslim definisinya kurang jelas dan

masih bersifat umum karena belum menunjukan

langkah- langkah dari pelaksanaan supervisi akademik.

berbeda dengan Mulyasa uraian lebih jelas, terinci dan

lebih spesifik serta menunjukkan langkah- langkah

tindakan supervisi akademik.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa supervisi

akademik adalah kegiatan berupa bantuan dan

bimbingan yang diberikan oleh supervisor yaitu

pengawas sekolah dan kepala sekolah kepada guru

14

dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran,

sehingga akan mendorong peningkatan prestasi belajar

peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan

mutu pendidikan.

2.1.2 Tujuan supervisi akademik

Tujuan supervisi akademik adalah untuk

mengembangkan situasi proses pembelajaran yang

lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi

mengajar. Secara lebih terperinci tujuan supervisi

akademik adalah (Burhanuddin, 2005 : 100) :

a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses

pembelajaran.

b. Mengendalikan penyelenggaraan bidang tehnis

edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan dan

kebijakan yang telah ditetapkan.

c. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung

sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga

memperoleh hasil yang optimal.

d. Menilai sekolah dalam pelaksanaan tugasnya,

memberikan bimbingan langsung untuk

memperbaiki kesalahan, kekurangan, membantu

memecahkan masalah yang dihadapi sekolah.

Peneliti lain yaitu Sudjana (2011:56) menjelaskan

bahwa supervisi akademik diselenggarakan dengan

tujuan membantu guru mengembangkan kemampuan

profesionalnya dalam melaksanakan tugas pokok dan

tanggungjawabnya yakni melaksanakan pembelajaran

yang mendidik.

Menurut Sergiovanni (dalam Departemen

Pendidikan Nasional, 2007:10), ada tiga tujuan

15

supervisi akademik :

a. Supervisi akademik dilakukan untuk membantu

guru dalam mengembangkan kompetensi

profesionalismenya serta memahami akademik,

kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan

mengajarnya dan menggunakan kompetensinya

melalui teknik-teknik tertentu.

b. Supervisi akademik dilakukan untuk memonitor

kegiatan proses belajar mengajar di sekolah.

Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui

kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat

guru sedang mengajar, percakapan pribadi

dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan

sebagian peserta didik.

c. Supervisi akademik dilakukan untuk memberi

semangat pada guru menerapkankemampuannya

dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya,

mendorong guru dalam mengembangkan

kemampuannya sendiri, serta mendorong guru

agar ia memiliki perhatian yang sungguh-

sungguh (commitment) terhadap tugas dan

tanggung jawabnya.

Tujuan supervisi akademik adalah membantu

guru mengembangkan kemampuannya mencapai

tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik.

Oleh sebab itu melalui supervisi akademik guru

hendaknya mengusai kompetensi yang harus

dimilikinya yakni kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi

16

professional sebagaimana dituangkan dalam

Permendiknas Nomor 16 tahun 2007.

Dari berbagai uraian tentang tujuan Supervisi

akademik di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

tujuan supervisi akademik diselenggarakan dalam

rangka meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran

melalui pemantauan dan penilaian dalam penyusunan

RPP dan kegiatan proses belajar di sekolah agar

diketahui sejauh mana tercapainya tujuan

pembelajaran. Pemantauan dan penilaian bisa

dilakukan melalui kunjungan dan observasi kelas pada

saat guru melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran

dikatakan berkualitas apabila peserta didik melakukan

aktivitas belajar yang mengembangkan kemampuan

berpikir kritis, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta

mencapai hasil belajar yang optimal sehingga peserta

didik mampu memecahkan masalah yang dihadapinya

dan memiliki rasa keingintahuan lebih lanjut.

2.1.3 Teknik- Teknik Supervisi Akademik

Salah satu kompetensi Kepala Sekolah adalah

melaksanakan supervisi akademik. Untuk

melaksanakan supervisi akademik secara benar

diperlukan ketrampilan konseptual, interpersonal, dan

teknikal. Oleh karena itu Kepala Sekolah harus mampu

menerapkan teknik- teknik supervisi yang tepat dalam

melaksanakan supervisi akademik. Menurut Arikunto

(2004:54-58) terdapat 2 jenis teknik supervisi yaitu:

2.1.3.1 Teknik Perorangan

17

Yang dimaksud dengan teknik perorangan

dalam kegiatan supervise adalah bantuan yang

dilakukan secara sendiri oleh petugas supervisI, baik

terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas (Arikunto,

2004: 54). Teknik perorangan antara lain:

(1) Mengadakan kunjungan kelas (Classroom

Visitation) Yang dimaksud dengan kunjungan

kelas atau classroom visitation adalah pengawas

atau kepala sekolah berkunjung ke sebuah

kelas, baik ketika sedang berlangsung kegiatan

untuk melihat atau mengamati guru yang

sedang mengajar, ataupunn ketika kelas sedang

kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru

sedang tidak mengajar (Arikunto, 2004: 55).

(2) Mengadakan observasi kelas (classroom

observation), yang dimaksud dengan observasi

kelas atau classroom observation ialah

pengawas atau kepala sekolah berkunjung ke

sebuah kelas dengan maksud untuk

mencermati situasi atau peristiwa yang sedang

berlangsungdi kelas yang bersangkutan

(Arikunto, 2004: 55).

(3) Mengadakan wawancara perseorangan

(individual interview) Wawancara perseorangan

dilakukan apabila supervisor berpendapat

bahwa dia menghendaki adanya jawaban dari

individu tertentu. Hal ini adapat dilakukan

apabila, (a) ada masalah khusus pada individu

guru atau staf sekolah lain yang penyelesaianya

tidak boleh di dengar oleh orang lain. (b) apabila

18

supervisor ingin mengecek kebenaran data yang

sudah dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal

ini wawancara perseorangan adalah teknik yang

tepat agar orang yang diwawancari tidak

terpengaruh oleh pendapat orang lain (Arikunto,

2004: 56).

(4) Mengadakan wawancara kelompok (group

interview) Teknik wawancara ini dalam bahasa

Inggris di kenal dengan sitilah round table (meja

bundar). Dikatakan demikian karena round

table menghendaki adanya persyaratan yang

harus dilakukan, yaitu situasi dan peraturan

duduk dalam diskusi adalah posisi duduk

hendaknya dalam posisi lingkaran yang bundar,

dimana setiap anggota kelompok mempunyai

kedudukan dan hak yang sama. Demikian juga

pewawancara sebaiknya duduk juga dalam

lingkaran, berada di antara anggota kelompok

yang lain (Arikunto, 2004: 56).

2.1.3.2 Teknik supervisi kelompok

a. Mengadakan pertemuan atau rapat (Meeting)

Fungsi komunikasi dalam manajemen sekolah

dapat terlaksana dengan baik apabila masing-

masing warga sekolah mempunyai hak yang

sama untuk mengemukakn pendapat, dan segala

informasi yang ada dapat dengan segera sampai

ke semua warga dengan cepat dan dengan tepat

pula (Arikunto, 2004: 57).

b. Mengadakan diskusi kelompok (group Discussion)

Diskusi kelompok dapat juga digunakan untuk

19

mempertemukan pendapat antar pimpinan dalam

bentuk pertemuan khusus antar staff pimpinan

saja. Diskusi kelompok dapat diselenggarkan

dengan mengundang atau mengumpulkan guru-

guru bidang studi sejenis atau yang berlainan

sesuai dengan keperluannya (Arikunto, 2004: 57).

c. Mengadakan penataran-penataran (in service

training) Salah satu wadah untuk meningkatlkan

kompetensi guru dan staff sekolah adalah

penataran. Dalam klasifikasi pendidikan,

penataran dikategorikan sebagai in service

training, sebagai bentuk lain dari pre service

training, yang merupakan pendidikan sebelum

yang bersangkutan menjadi pegawai yang resmi

(Arikunto, 2004: 57).

d. Seminar, banyak guru yang membutuhkan

sertifikat yang dapat diakui sebagai angka kredit

sejak diberlakukan kenaikan pangkat dengan

jabatan fungsional,. Cara yang baik dalam

mengikuti seminar adalah apabila dilakukan

dengan sungguh-sungguh, serius, dan cermat

mengikuti presentasi dan acara tanya jawab

(Arikunto, 2004: 58).

Menurut Mulyasa (2013:245) “Supervisor

hendaknya pandai memilih teknik- teknik supervisi

yang sesuai, sehingga tepat dengan tujuan yang akan

dicapai” itulah yang melandasi peneliti dalam memilih

melaksanakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

dengan menggunakan teknik supervisi akademik

20

individual kunjungan kelas karena banyak

kelebihannya dan sesuai dengan permasalahan yang

ada di SD Negeri Klampoklor.

2.1.4 Pendekatan Supervisi akademik.

Menurut Sahertian (Sahertian, 2000:44-52).

pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan

supervisi akademik, ada 3, yaitu:

2.1.4.1 Pendekatan Langsung (Direktif)

Pendekatan direktif adalah cara pendekatan

terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor

memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh

perilaku supervisor lebih dominan. Oleh karena guru

ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan

rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat

menggunakan penguatan (reinforcement) atau

hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat

dilakukan dengan perilaku supervisor adalah:

menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi

contoh, menetapkan tolak ukur, dan menguatkan.

2.1.4.2 Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif)

Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah

cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya

tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara

langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih

dulu mendengarkan secara aktif apa yang

dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan

sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan

permasalahan yang mereka alami. Guru

mengemukakan masalahnya supervisor mencoba

21

mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-

guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-

direktif adalah: mendengarkan, memberi penguatan,

menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah.

2.1.4.3 Pendekatan Kolaboratif

Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif

adalah cara pendekatan yang memadukan cara

pendekatan direktif dan non–direktif menjadi

pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor

maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk

menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam

melaksanakan proses percakapan terhadap masalah

yang dihadapi guru.

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan

oleh peneliti adalah pendekatan kolaboratif.

2.1.5 Supervisi Akademik Kunjungan Kelas

Supervisi kunjungan dan observasi kelas adalah

kegiatan kepala sekolah langsung mengamati kegiatan

guru dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar,

penggunaan alat, metode, dan teknik mengajar serta

keseluruhan dengan faktor yang mempengaruhinya.

Selanjutnya Sagala (2010:187- 188) mengatakan dalam

supervisi kunjungan kelas dapat dilaksanakan dengan

tiga pola yaitu:

(1) Kunjungan kelas tanpa diberitahu

(unannounced visition) di mana supervisor

tiba-tiba datang ke kelas tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu, sedangkan

22

guru sedang mengajar.(2) Kunjungan kelas

dengan pemberitahuan terlebih dahulu

(announced visitition) sebelum mengadakan

kunjungan supervisormemberitahu guru

bahwa dia akan mengunjungi kelas pada

waktu yang telah ditetapkan.(3) Kunjungan

atas undangan guru (visit upon invitation)

artinya gurulah yang mengundang supervisor

untuk mengunjungi kelas pada saat ia

mengajar dengan prinsip ingin dibantu untuk

meningkatkan kualitas diri dalam situasi

belajar mengajar.

Purwanto (2005), selanjutnya menyatakan bahwa

teknik kunjungan kelas (classroom visitation) yaitu

seorang supervisor (kepala sekolah, penilik atau

pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru

yang sedang mengajar dengan cara berkunjung

sewaktu-waktu di kelas yang disupervisi.Tujuannya

untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar

apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau

metodik.

Menurut Arikunto (2009: 54) yang dimaksud

dengan kunjungan kelas atau classroom visitation

adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau

kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan

sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati

guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas

sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru

sedang tidak mengajar. Kunjungan dan observasi kelas

sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi

tentang proses belajar mengajar secara langsung, baik

23

yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan dan

kelemahamnnya (Mulyasa, 2013: 245).

Melalui teknik ini, kepala sekolah dapat

mengamati secara langsung kegiatan guru dalam

melakukan tugas utamanya, mengajar, penggunaan

alat, metode, dan teknik mengajar secara keseluruhan

dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hasil

observasi kelas ini dapat digunakan oleh supervisor

bersama guru untuk menentukan cara-cara yang

paling tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan

kondisi belajar mengajar. Agar kunjungan kelas

berlangsung efektif, hendaknya dipersiapkan dengan

teliti dan secara hati-hati dilaksanakan dengan

penampilan yang baik pula.

Jadi kunjungan kelas dimaksudkan untuk

melihat lebih dekat situasi dan suasana kelas secara

keseluruhan. Apabila kunjungan tersebut dijumpai hal-

hal yang baik atau kurang pada tempatnya, maka

pengawas atau kepala sekolah dapat mengundang guru

atau siswa diajak berdiskusi menggali lebih dalam

tentang kejadian tersebut. Yang penting untuk diingat

adalah bahwa dari kunjungan kelas seperti ini

sebaiknya diperoleh hasil dalam bentuk bantuan atau

pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas

pembelajaran. Dengan kata lain, sebaiknya terjadi

diskusi yang akrab dan dialog yang hangat antara

supervisor dengan guru atau siswa sehingga diperoleh

kesepakatan yang harmonis.

Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas:

a. Persiapan

24

Menurut Pidarta (2009; 104) persiapan yang

dilakukan ketika akan melakukan supervisi kunjungan

kelas adalah:

(1).Memeriksa catatan hasil supervisi yang

lampau (2)Memeriksa kelemahan- kelemahan

bersama guru yang bersangkutan (3)

Memeriksa informasi tetang kelemahan pada

guru.(4)Mencatat kasus- kasus tersebut

bersama guru yang bersangkutan.(5)Memilih

kelemahn- kelemahan untuk diperbaiki.(6)

Menentukan waktu untuk supervisi.

Menurut Hartoyo (2006:93) “Awal keberhasilan hasil

supervisi dipengaruhi oleh perencanaan yang baik, oleh

karena itu perencanaan yang matang “.

b. Proses supervisi

Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan

pembelajaran sesuai rencana pembelajaran (RPP) yang

telah dibuat. Selanjutnya supervisor melakukan

observasi berdasarkan instrumen atau pedoman

observasi yang telah disediakan. Tahap pelaksanaan

supervisi kunjungan kelas sebagai berikut, (1)

supervisor bersama guru memasuki ruang kelas tempat

proses pembelajaran akan berlangsung, (2) guru

menjelaskan kepada siswa tentang maksud kedatangan

supervisor di ruang kelas, (3) guru mempersilakan

supervisor untuk menempati tempat duduk yang telah

disediakan, (4) guru mulai melaksanakan kegiatan

mengacu pada rencana pembelajaran (RPP) yang telah

dibuat, (5) supervisor mengobservasi penampilan guru

berdasarkan format observasi yang telah disepakati, (6)

setelah guru selesai melaksanakan seluruh rangkaian

25

kegi-atan pembelajaran, bersama-sama dengan

supervisor meninggalkan ruang kelas dan pindah ke

ruang guru atau ruang pembinaan (Wahjanta, 2007:

43).

Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti

simpulkan bahwa proses supervisi merupakan

pelaksanaan dari kegiatan supervisi untuk mengamati

jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh guru,

sesuai dengan hal-hal yang telah direncanakan

sebelumnya.

c. Pertemuan balikan

Tahap akhir dari supervisi kunjungan kelas

adalah evaluasi dan refleksi. Supervisor dalam hal ini

kepala sekolah mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi

selama observasi terhadap guru selama melaksanakan

proses pembelajaran. Tahap evaluasi merupakan

diskusi umpan balik antara supervisor (kepala sekolah)

dan guru. Suasana pertemuan penuh persahabatan,

bebas dari praduga yang kurang baik, dan tidak

bersifat mengadili. Supervisor memaparkan data secara

objektif sehingga guru dapat mengetahui kekurangan

dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung

(Wahjanta, 2007: 43).

Untuk kasus-kasus atau kelemahan-kelemahan

kecil yang membutuhkan diskusi setelah supervisi,

dibawa ke pertemuan balikan. Karena jumlah kasus

atau guru yang disupervisi lebih dari satu dalam

satuan waktu tertentu maka pertemuan balikan ini

dilakukan secara bergantian. Kalau dalam satu hari

supervisi kunjungan kelas melakukan empat kali

26

supervisi dan semuanya membutuhkan pertemuan

balikan maka keempat guru ini perlu antre untuk

mendapatkan giliran berdiskusi dengan supervisor

dalam pertemuan balikan (Pidarta, 2009: 107).

Berdasarkan pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa pertemuan balikan adalah kegiatan

yang dilakukan setelah supervisor melakukan evaluasi

terhadap hasil supervisi akademik. Pertemuan balikan

dilakukan untuk memberitahukan kepada guru

terhadap kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki

selama proses supervisi berlangsung, supervisor dan

guru mencari solusi terhadap permasalahan yang

ditemukan selama pelaksanaan supervisi.

2.1.6 Ciri-ciri supervisi kunjungan kelas

Dalam melaksanakan penelitian tindakan

sekolah peneliti perlu memahami ciri- ciri teknik

supervisi yang dipilihnya. Beberapa ciri teknik supervisi

kunjungan kelas menurut Pidarta (2009: 100-103),

diantaranya sebagai berikut:

a. Menentukan waktu mengadakan supervise,

untuk menentukan kapan akan mengadakan

supervisi pada umumnya dengan cara tidak

memberitahu kedatangan supervisor, tetapi

bila ada guru yang merasa lemah dan

memutuskan untuk memperbaiki kelemahan

dengan disaksikan serta dibenarkan

supervisor maka mengundang supervisor.

Dalam hal ini penentuan waktu mengadakan

supervisi disepakati bersama, dan ditentukan

sebelum supervisi diadakan.

27

b. Bersifat individual artinya tidak dapat

dilakukan untuk mengobservasi guru lebih

dari satu orang dalam waktu yang sama.

c. Tidak ada pertemuan awal artinya teknik

kunjungan kelas ini tidak didahului oleh

pertemuan awal antara supervisor dengan

guru yang akan disupervisi.

d. Waktu supervisi cukup singkat artinya

supervisi kunjungan kelas dilakukan dalam

waktu singkat yaitu sekitar 5 sampai 10

menit. Supervisor tidak selalu duduk di

belakang kelas, bisa melihat dari kejauhan

atau mondar mandir di serambi kelas.

e. Dapat mengobservasi lebih dari satu kelas

artinya teknik supervisi ini memakan waktu

singkat sehingga memungkinkan supervisor

melihat beberapa kelas dalam waktu yang

tidak lama .

f. Dapat mengintervensi guru dan siswa dalam

kelas artinya supervisor boleh melakukan

intervensi baik terhadap guru dalam mengajar

maupun siswa yang sedang belajar.

g. Yang disupervisi adalah kasus-kasus,

supervisor telah mengantongi sejumlah kasus

guru ialah suatu perilaku guru dalam proses

pembelajaran yang belum benar.

h. Kunjungan dilakukan bisa sebelum dan

sesudah usai pembelajaran, di samping

mengunjungi guru yang sedang mengajar,

kunjungan dapat juga dilakukan sebelum dan

sesudah guru mengajar.

28

i. Boleh tidak mengadakan pertemuan balikan,

pertemuan balikan diadakan manakala

supervisor maupun guru yang disupervisi

merasa perlu mengadakan pertemuan balikan.

j. Tindak lanjut, kalau pertemuan balikan tidak

diadakan berarti tindak lanjut supervisi juga

tidak ada.

2.1.7 Instrumen supervisi

Untuk membantu supervisor dalam

melaksanakan supervisi diperlukan alat bantu yang

dinamakan instrumen. Ada beberapa macam

instrumen, namun instrumen pada umumnya

digunaknan dalam supervisi antara lain panduan

observasi, wawancara, kuisioner, dan panduan

penelusuran dokumen (Hartoyo, 2006:120-126).

Berikut ini adalah uraian penjelasannya.

2.1.7.1 Panduan observasi

Observasi kelas dilaksanakan untuk mengamati

proses pembelajaran yang terjadi, sehingga supervisor

dapat memberi feed back pada guru untuk

meningkatkan style dan kualitas pembelajarannya.

Untuk membantu supervisor fokus pada kegiatan

observasinya, diperlukan panduan observasi (Hartoyo,

2006: 120).

2.1.7.2 Panduan wawancara

Saat supervisor melakukan wawancara, baik

kepada guru, kepala sekolah, tenaga administrasi

29

sekolah atau pun siswa, supervisor membutuhkan

pedoman seputar data yang ingin diperolehnya dari

responden. Hal yang perlu diperhatikan supervisor

adalah wawancara merupakan kesempatan untuk

memperoleh informasi seluas-luasnya dari responden,

yang menguak pendapat responden.

Agar wawancara dapat berjalan lancar dan

efektif, supervisor perlu mempersiapkan outline

pertanyaan, meski dalam wawancara dapat dilakukan

improvisasi lebih mendalam. Alat bantu wawancara ini

dinamakan panduan wawancara. Panduan wawancara

meliputi identitas singkat responden dan pertanyaan

yang bersangkutan dengannya sesuai dengan

bidangnya (Hartoyo, 2006: 121-122).

2.1.7.3 Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk memperoleh

informasi dengan cara menyebarkan serangkaian

pertanyaan tertulis, yang jawaban dari responden

dituangkan secara tertulis pula pada lembar yang

tersedia. Keuntungan menggunakan kuesioner adalah

efektifitas waktu, karena kuesioner tidak memerlukan

pengawasan intensif dari supervisor. Namun, justru

karena tidak intensifnya pengawasan ini, data yang

diperoleh kemungkinan kurang sesuai dan kurang

lengkap dan kemungkinan terjadi manipulasi data atau

informasi. Oleh karena itu, kuesioner perlu

dirumuskan dengan baik sehingga valid dan reliable

sebagai alat pengumpul data, Hartoyo (2006: 124).

30

2.1.7.4 Panduan penelusuran dokumen

Panduan penelusuran dokumen digunakan oleh

supervisor utuk mengetahui ketersediaan dokumen

yang diperlukan. Dalam supervisi manajerial misalnya,

panduan penelusuran dokumen digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya arsip-arsip pembukuan,

barang, pegawai dan sebagainya. Dalam ruang lingkup

akademis, panduan penelusuran dokumen ini

digunakan untuk mengetahui dokumen guru dalam

mempersiapkan pembelajaran seperti RPP, silabus,

standar isi, standar kompetensi dan lain-lain (Hartoyo,

2006: 126).

2.1.8 Kelebihan dan Kekurangan Supervisi

Kunjungan Kelas

Kelebihan, ada beberapa kelebihan teknik

supervisi kunjungan kelas antara lain: (1) Karena

supervisi berlangsung dalam waktu yang singkat maka

dalam satuan waktu yang tidak panjang dapat

melakukan sejumlah supervisi. (2) Supervisi kunjungan

kelas yang hanya mengambil data sampel yang

diperlukan merupakan proses untuk memperbaiki

kelemahan-kelemahan kecil atau kasus-kasus negatif

tertentu dalam kaitannya dengan proses pembelajaran.

(3) Teknik supervisi kunjungan kelas adalah satu-

satunya teknik supervisi yang membolehkan supervisor

meperbaiki langsung kelemahan-kelemahan kecil yang

dilakukan guru ketika sedang mengajar dan mendidik

para peserta didik. (4) Teknik supervisi ini juga tidak

selalu membutuhkan pertemuan balikan dengan guru

yang disupervisi, sebab ada kalangan supervisor

31

memperbaiki kelemahan guru secara langsung dalam

proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian teknik

supervisi ini cukup efisien.

Kekurangan, ada dua kekurangan teknik

supervisi kunjungan kelas yaitu. (1) Teknik supervisi

kunjungan kelas yang berlangsung singkat untuk

mendapatkan sampel data, otomatis tidak mungkin

bisa mengumpulkan data secara lengkap dan utuh

tentang kemampuan atau kualitas guru yang

disupervisi. (2)Teknik ini tidak dapat dipakai

mensupervisi guru yang belum pernah disupervisi atau

yang datanya tidak diketahui sama sekali oleh

supervisor. Dengan kata lain supervisi ini hanya dapat

dipakai mensupervisi guru-guru yang sudah diketahui

kelemahan-kelemahannya ketika di supervisi dahulu

atau bersumber dari informasi tertentu tentang

kelemahan-kelemahan atau kasus-kasus itu, (Pidarta,

2009: 108-109).

2.2 Kinerja Guru.

2.2.1Pengertian Kinerja Guru.

Menurut As’ad (2006:62) yang dinamakan kinerja

seseorang adalah seberapa jauh seseorang mampu

melaksanakan pekerjaan dan dibandingkan dengan

hasil yang ingin dicapai. Sedangkan pendapat

Suryasubrata (2009:61) kinerja adalah kemampuan

yang ditunjukkan oleh seseorang dalam melaksanakan

tugas dan pekerjaannya.Kinerja seseorang ditentukan

oleh kemauan dan kemampuan seseorang untuk

bekerja keras.

32

Seseorang dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan

sesuai dengan apa yang direncanakan dengan hasil

yang baik berarti kinerja orang tersebut baik,

begitupun sebaliknya.

Menurut keputusan Mendikbud No. 025/O/1995

tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan

Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kridit (2001: 28)

bahwa kinerja guru meliputi kegiatan pelaksanaan

proses pembelajaran atau bimbingan meliputi: 1)

penyusunan program pengajaran atau praktik atau

bimbingan dan konseling; 2) penyajian program

pengajaran atau praktik aau bimbingan dan konseling;

3) evaluasi belajar atau praktik atau bimbingan dan

konseling; 4) analisis, remidial dan pengayaan.

Kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai

prestasi kerja, pelaksanaan kerja, hasil kerja, atau

unjuk kerja. Kinerja, sebagaimana dinayatakan Smith

dalam Mulyasa (2007: 135) adalah ...out put drive from

processes, human or otherwise, jadi kinerja merupakan

hasil atau keluaran dari suatu proses. Sejalan dengan

itu, Mitchel dalam Mulyasa (2007: 137) menyatakan

bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu quality of

work, promptness, initiative, capability, and comunicatio.

Kelima aspek tersebut dapat dijadikan ukuran dalam

mengkaji kinerja tenaga kependidikan. Disamping itu,

untuk mengadakan pengukuran terhadap kinerja

diperlukan pengkajian khusus tentang kemampuan

dan komunikasi.

Untuk mencapai kinerja guru yang baik, maka

guru harus memiliki kemampuan dasar, kemampuan

akademik dan juga non akademik. Guru merupakan

33

jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian

khusus, pekerjaan tidak bisa dilakukan oleh orang

yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan

kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang

mampu berbicara diberbagai bidang ilmu pengetahuan

belum tentu guru, untuk menjadi guru diperlukan

syarat-syarat khusus (Usman, 2008: 5).

2.2.2 Mengukur Kinerja Guru

Dengan dilaksanakannya kegiatan penilaian

dapat dikatakan bahwa seorang guru mendapatkan

perhatian dari atasannya sehingga dapat mendorong

para guru untuk lebih semangat lagi dalam bekerja,

tentu saja penilaian ini harus dilakukan secara

obyektif dan jujur serta ada tindak lanjutnya. Kegiatan

tindak lanjut dari penilaian ini, memungkinkan untuk

guru dalam memperoleh imbalan jasa dari sekolah

seperti memperoleh kenaikan jabatan seperti menjadi

wakil, ketua jurusan, modal untuk mendapatkan

kenaikan pangkat dengan sistem kredit.

Dalam melaksanakan tugas profesionalnya,

setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat

diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru

tersebut. Evaluasi kinerja guru selain dilakukan oleh

Kepala Sekolah atau pengawas sekolah, dapat juga

dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru yang

bersangkutan mengajar. Walaupun masih menjadi

kontroversi, penilaian kinerja guru oleh peserta didik

merupakan salah satu teknik penilaian yang bisa

mengidentifikasi kinerja guru yang sebenarnya.

34

Salah satu alasan yang melatar belakangi

penilaian guru dapat dilakukan oleh peserta didik

diantaranya disebabkan karena kultur masyarakat

Indonesia yang menganggap bahwa pekerjaan guru

masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti

Kepala Sekolah dan pengawas sekalipun tidak mudah

untuk mendapatkan data dan mengamati realitas

keseharian performance guru di hadapan peserta didik.

Memang program kunjungan kelas oleh Kepala

Sekolah atau pengawas, tidak mungkin di tolak oleh

guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha

menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek

perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran

hanya pada saat dikunjungi oleh kepala sekolah atau

pengawas saja. Selanjutnya ia akan kembali bekerja

seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang

matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang

tinggi.

Menurut Isjoni (2007: 19) bahwa ukuran kinerja

guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan

amanah, profesi yang diembannya dan rasa tanggung

jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat

kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam

menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan

tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan

dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya

mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran

sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain

itu, guru juga sudah mempertimbangkan metode yang

akan digunakan, termasuk alat/media pembelajaran

yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang

35

digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.Lebih lanjut

dinyatakan bahwa kinerja guru menjadi optimal,

bilamana diintegrasikan dengan komponen

persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru,

karyawan maupun anak didik.

Sudarwan Danim (2002: 41) mengungkapkan

bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia

adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work

performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan

bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh

derajat penguasaan kompetensi yang memadai, karena

itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna

meningkatkan kompetensi guru.

Konsep kualitas atau mutu pembelajaran

dipandang sesuatu yang relatif, yang tidak selalu

mengandung arti yang bagus, baik, dan sebagainya.

Kualitas atau mutu dapat mengartikan sifat-sifat yang

dimiliki oleh suatu produk barang ataupun jasa yang

menunjukkan kepada konsumen kelebihan-kelebihan

yang dimiliki oleh barang atau jasa tersebut. Hal

tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto

dalam casmita (2003:28) yang menyebutkan bahwa

”kualitas adalah paduan sifat- sifat barang atau jasa

yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi

pelanggan”

Berdasarkan Permendiknas No 16 Tahun 2007

tentang Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi

guru menyatakan bahwa Standar kompetensi guru ini

dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi

utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,

36

sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut

terintegrasi dalam kinerja guru.

Berkaitan dengan kinerja guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tugas

keprofesionalan guru dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20(a) Tentang

Guru dan Dosen ditegaskan bahwa guru memiliki tugas

keprofesionalan dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar yaitu merencanakan pembelajaran,

melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Untuk mengetahui kinerja guru maka diperlukan

standar kinerja untuk dijadikan acuan dalam

mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang

dicapai dengan apa yang diharapkan.

2.2.3 Indikator Kinerja Guru

Penelitian ini tujuannya adalah untuk

meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran

sedangkan sasarannya adalah guru pemula di SD

Negeri Klampoklor. Jadi yang akan dikembangkan

kinerja guru pemula yang terkait dengan pelaksanaan

proses pembelajaran bagi guru kelas, meliputi kegiatan

merencanakan dan melaksanakan pembelajaran,

mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil

penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil

penilaian dalam menerapkan 4 (empat) domain

kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai

dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik

37

dan Kompetensi Guru. Pengelolaan pembelajaran

tersebut mensyaratkan guru menguasai 14 (dua puluh

empat) kompetensi yang dikelompokkan ke dalam

kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

profesional. Untuk mempermudah penilaian dalam PK

GURU, 24 (dua puluh empat) kompetensi tersebut

dirangkum menjadi 14 (empat belas) kompetensi

sebagaimana dipublikasikan oleh BSNP (Badan Standar

Nasional Pendidikan).

Untuk mengetahui perubahan kinerja guru

pemula dalam pembelajaran digunakan alat Instrumen

Penilaian Kinerja Guru (IPKG). Dalam IPKG tersebut

dapat dilihat score yang telah dicapai guru dalam

proses pembelajaran. Selanjutkan dibandingkan score

sebelum diadakan tindakan dan score setelah diadakan

tindakan.

2.2.4 Langkah-Langkah Peningkatan kinerja Guru

Dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak

telah mengemukakan tujuh langkah yang dapat

dilakukan sebagai berikut: (a) Mengetahui adanya

kekurangan dalam kinerja. (b) Mengenai kekurangan

dan tingkat keseriusan. (c) Mengidentifikasikan hal-hal

yang mungkin menjadi penyebab. (d) kekurangan baik

yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri. (e)

Mengembamgkan rencana tindakan tersebut. (f)

Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah

teratasi atau belum. (g) Mulai dari awal apabila perlu,

(Anwar, 2006: 22).

Dari peningkatan kinerja ini mempunyai hasil

dalam peningkatan karena semuanya mempunyai

38

kekurangan dan kelebihan, hal itu sangat berguna bagi

para karyawan. Dari berbagai uraian teori tentang

kinerja guru, maka yang dimaksud dengan kinerja guru

dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang

untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan

hasil yang memuaskan guna tercapainya tujuan

organisasi kelompok dalam suatu unit kerja. Kinerja

guru dalam penelitian ini dapat diukur berdasarkan 4

dimensi, yaitu kinerja guru dalam perencanaan

pembelajaran, kinerja guru dalam pelaksanaan

pembelajaran, kinerja guru dalam evaluasi

pembelajaran, serta kinerja guru dalam melaksanakan

tindak lanjut.

Dalam melaksanakan tugas profesionalnya,

setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat

diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru

tersebut. Evaluasi kinerja guru selain dilakukan oleh

Kepala Sekolah atau pengawas sekolah, dapat juga

dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru yang

bersangkutan mengajar. Walaupun masih menjadi

kontroversi, penilaian kinerja guru oleh peserta didik

merupakan salah satu teknik penilaian yang bisa

mengidentifikasi kinerja guru yang sebenarnya.

Salah satu alasan yang melatar belakangi

penilaian guru dapat dilakukan oleh peserta didik

diantaranya disebabkan karena kultur masyarakat

Indonesia yang menganggap bahwa pekerjaan guru

masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti

Kepala Sekolah dan pengawas sekalipun tidak mudah

untuk mendapatkan data dan mengamati realitas

keseharian performance guru di hadapan peserta didik.

39

Memang program kunjungan kelas oleh Kepala

Sekolah atau pengawas, tidak mungkin di tolak oleh

guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha

menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek

perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran

hanya pada saat dikunjungi oleh kepala sekolah atau

pengawas saja. Selanjutnya ia akan kembali bekerja

seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang

matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang

tinggi.

Menurut Isjoni (2004: 19) bahwa ukuran kinerja

guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan

amanah, profesi yang diembannya dan rasa tanggung

jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat

kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam

menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan

tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan

dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya

mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran

sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain

itu, guru juga sudah mempertimbangkan metode yang

akan digunakan, termasuk alat/media pembelajaran

yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang

digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.Lebih lanjut

dinyatakan bahwa kinerja guru menjadi optimal,

bilamana diintegrasikan dengan komponen

persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru,

karyawan maupun anak didik.

Sudarwan Danim (2002: 41) mengungkapkan

bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia

adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work

40

performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan

bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh

derajat penguasaan kompetensi yang memadai, karena

itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna

meningkatkan kompetensi guru.

Konsep kualitas atau mutu pembelajaran

dipandang sesuatu yang relatif, yang tidak selalu

mengandung arti yang bagus, baik, dan sebagainya.

Kualitas atau mutu dapat mengartikan sifat-sifat yang

dimiliki oleh suatu produk barang ataupun jasa yang

menunjukkan kepada konsumen kelebihan-kelebihan

yang dimiliki oleh barang atau jasa tersebut. Hal

tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto

dalam Casmita (2003:28) yang menyebutkan bahwa

“kualitas adalah paduan sifat-sifat barang atau jasa

yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi

pelanggan”.

Berdasarkan Permendiknas No 16 Tahun 2007

tentang Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi

guru menyatakan bahwa Standar kompetensi guru ini

dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi

utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,

sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut

terintegrasi dalam kinerja guru.

Berkaitan dengan kinerja guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tugas

keprofesionalan guru dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20(a) Tentang

Guru dan Dosen ditegaskan bahwa guru memiliki tugas

keprofesionalan dalam melaksanakan kegiatan belajar

41

mengajar yaitu merencanakan pembelajaran,

melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Untuk mengetahui kinerja guru maka diperlukan

standar kinerja untuk dijadikan acuan dalam

mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang

dicapai dengan apa yang diharapkan.

2.3 Guru Pemula

2.3.1 Definisi Guru Pemula

Menurut Permendiknas No.27 tahun 2010 pasal 10 :

(1) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS

mutasi dari jabatan lain, yang telah

menyelesaikan program induksi dengan nilai

kinerja paling kurang kategori baik, yang

dibuktikan dengan sertifikat sebagaimana

dimaksud pada Pasal 9 ayat (4) dapat

diusulkan untuk diangkat dalam jabatan

fungsional guru.

(2) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS

mutasi dari jabatan lain, yang belum

mencapai nilai kinerja dengan kategori baik

dapat mengajukan masa perpanjangan paling

lama 1 (satu) tahun.

(3) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS

mutasi dari jabatan lain, yang tidak mencapai

nilai kinerja dengan kategori baik dalam

masa perpanjangan, dapat ditugasi mengajar

sebagai guru tanpa jabatan fungsional guru.

(4) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS

mutasi dari jabatan lain, yang ditugasi

mengajar sebagai guru tanpa jabatan

fungsional guru sebagaimana dimaksud pada

ayat (3), dapat diusulkan untuk diangkat

42

dalam jabatan fungsional guru apabila telah

memiliki nilai kinerja paling kurang kategori

baik pada tahun berikutnya yang dibuktikan

dengan sertifikat sebagaimana dimaksud

pada Pasal 9 ayat (4).

(5) Guru pemula yang berstatus bukan PNS,

yang telah menyelesaikan program induksi

dengan nilai kinerja paling kurang kategori

baik, yang dibuktikan dengan sertifikat

sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (4)

dapat diusulkan untuk diangkat sebagai guru

tetap dan diangkat dalam jabatan fungsional

guru.

(6) Guru pemula yang berstatus bukan PNS,

yang belum mencapai nilai kinerja dengan

kategori baik dapat mengajukan masa

perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun.

(7) Guru pemula yang berstatus bukan PNS,

yang tidak mencapai nilai kinerja dengan

kategori baik dalam masa perpanjangan,

tidak dapat diangkat menjadi guru tetap.

(8) Guru pemula yang berstatus bukan PNS,

yang tidak mencapai nilai kinerja dengan

kategori baik dalam masa perpanjangan,

dapat ditugasi mengajar sebagai guru tanpa

jabatan fungsional guru.

(9) Guru pemula yang berstatus bukan PNS,

yang ditugasi mengajar sebagai guru tanpa

jabatan fungsional guru sebagaimana ayat

(8), dapat diusulkan untuk diangkat sebagai

guru tetap dan diangkat dalam jabatan

fungsional guru apabila telah memiliki nilai

kinerja paling kurang kategori baik pada

tahun berikutnya yang dibuktikan dengan

sertifikat sebagaimana dimaksud pada Pasal

9 ayat 4 .

43

Sedangkan di dalam pasal 6: guru pemula

memiliki kewajiban merencanakan, pembelajaran/

bimbingan dan konseling, melaksanakan

pembelajaran/ bimbingan dan konseling yang bermutu,

menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/

bimbingan dan konseling, serta melaksanakan

perbaikan dan pengayaan. Jadi seorang guru pemula

karena kewajiban tersebut maka guru pemula haruslah

mempunyai kemampuan juga.

Juga dalam pasal 5 ada pula hak- hak guru

pemula yaitu:

a. pelaksanaan proses pembelajaran, bagi guru

kelas dan guru mata pelajaran;

b. pelaksanaan proses bimbingan dan konseling,

bagi guru bimbingan dan konseling;

c. pelaksanaan tugas lain yang relevan dengan

fungsi sekolah/madrasah.

2.3 Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang supervisi pendidikan telah

banyak dilakukan, diantaranya adalah Wasonga,

Wanzare, dan Rari (2011: 117-120) yang berjudul

“Adults helping adults: Teacher-initiated supervisory

option for professional development”. Penelitian ini

membahas tentang pengawasan sebaya di kalangan

guru. Ini mempertimbangkan fokus, praktek, masalah

dan potensi pentingnya pengawasan sebaya dalam

memfasilitasi guru dalam upaya peningkatan

profesionalismenya. Pengawasan atau pembinaan rekan

44

sebaya adalah bagian penting untuk pengembangan

profesional yang memungkinkan guru untuk membuat

perubahan dalam praktik pembelajaran mereka dan

prosedur untuk tujuan meningkatkan prestasi siswa.

Ryan dan Gottfried (2012: 565-571) dalam

penelitiannya yang berjudul “Elementary SuperVision

and the Supervisor: Teacher Attitudes and Inclusive

Education”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

sebagai pengawas, pentingnya mengetahui diri sendiri,

dan mengetahui orang-orang bahwa ia sedang

mengawasi, sangat penting untuk keberhasilan

kelompok. Maksudnya adalah ketika akan dilakukan

supervisi maka supervisor harus mengetahui keadaan

guru yang akan disupervisi.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh

Sharma, Yusoff, Kannan, dan Baba (2011: 214-217)

yang berjudul “Concerns of Teachers and Principals on

Instructional Supervision in Three Asian Countries“. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pengawasan yang

dilakukan tidak sungguh-sungguh atau hanya sekedar

melihat-lihat saja memberikan hasil yang tidak

maksimal. Dalam pelaksanaan supervisi diperlukan

adanya keterlibatan kepala sekolah, guru-guru serta

supervisor untuk kegiatan supervisi dapat berjalan

dengan baik dan juga diperoleh hasil yang maksimal.

Barinto (2012: 201-214) dalam penelitiannya

yang berjudul “Hubungan Kompetensi Guru Dan

Supervisi Akademik Dengan Kinerja Guru SMP Negeri

45

Se-Kecamatan Percut Sei Tuan” Hasil analisis yaitu: 1)

terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi

guru dengan kinerja guru. 2) terdapat hubungan yang

signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja

guru, dan 3) terdapat hubungan yang signifikan antara

kompetensi guru dan supervisi akademik secara

bersama-sama dengan kinerja guru.

Ali Sudin (2008: 73) dalam penelitiannya yang

berjudul “Implementasi Supervisi Akademik Terhadap

Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar Se Kabupaten

Sumedang” Kesimpulan secara umum dari hasil

penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi dalam

seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal, hal ini

terbukti dari persentase yang diperoleh sebesar 45,

27%. Secara pelaksanaan supervisi yang meyangkut

aspek pengelolaan pembelajaran berada dalam kategori

cukup yaitu 56, 37%. Pelaksanaan supervisi yang

menyangkut aspek peningkatan kemampuan akademik

guru dalam pembelajaran berada dalam kategori cukup

yaitu 41%. Pelaksanaan supervisi yang menyangkut

aspek pengembangan profesi sebagai guru mata

pelajaran oleh supervisor berada dalam kategori kurang

yaitu 35, 97%.

Suryani (2013: 234-139) dalam penelitiannya

yang berjudul “Pengelolaan Supervisi Akademik di SD N

1 Tampingan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”

menyatakan bahwa Pelaksanaan supervisi akademik di

SDN 1 Tampingan dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan. Strategi yang digunakan oleh kepala

46

sekolah dalam pelaksanaan supervisi adalah

penggunaan komunikasi dua arah untuk memudahkan

pelaksanaan komunikasi. Aspek yang dinilai dalam

supervisi akademik adalah sistematika pembelajaran,

penggunaan alat peraga serta evaluasi pembelajaran.

sikap kepala sekolah ketika melakukan supervise

pembelajaran tidak mengganggu jalannya

pembelajaran.

Dari beberapa penelitian di atas terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.

Persamannya adalah sama-sama membahas tentang

supervisi akademik yang dilakukan untuk

meningkatkan kinerja guru. Hasil penelitiannya

menyatakan supervisi akademik dapat meningkatkan

kinerja mengajar guru. Adapun penelitian ini adalah

penelitian tentang supervisi akademik yang lebih

spesifik yaitu supervisi akademik dengan teknik

kunjungan kelas.

47

2.5 Kerangka Pikir.

48

Kepala Sekolah melakukan supervisi akademik

melalui kunjungan kelas terhadap guru pemula pada

saat menyusun RPP dan pada saat melaksanakan

proses pembelajaran. Adanya supervisi akademik

melalui kunjungan kelas guru merasa diperhatikan

serta selalu didukung untuk maju , ada tempat untuk

mencari solusi, kepala sekolah memberikan motivasi

pada guru untuk senantiasa melaksanakan

pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian

kinerja mengajar guru pemula dalam pembelajaran

menjadi meningkat. Kinerja Guru Pemula meningkat

membuat prestasi peserta didik meningkat pula.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori serta kerangka

berpikir tersebut maka hipotesis dalam pelitian ini

adalah supervisi akademik kunjungan kelas dapat

meningkatkan kinerja guru mengajar pemula dalam

pembelajaran.