38
KEPERAWATAN KOMUNITAS DI AREA KERJA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga dan Komunitas II Dosen Pembimbing : Ns. Muhammad Muin, S.Kep., M.Kep. Disusun Oleh : Imaningtyas Ridar 22020112120001 Luh Juita Amare Putri 22020112120009 Lilik Fauziah 22020112130052 Iin Cempaka Wati 22020112130066 Aisyah Ayu Daris 22020112140080 Annas Anshori 22020112140120 A.12.1 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Komunitas Keluarga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

untuk tugas keperawatan komunitas dan keluarga

Citation preview

KEPERAWATAN KOMUNITAS DI AREA KERJADisusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KeperawatanKeluarga dan Komunitas II

Dosen Pembimbing : Ns. Muhammad Muin, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :Imaningtyas Ridar22020112120001Luh Juita Amare Putri22020112120009Lilik Fauziah22020112130052Iin Cempaka Wati22020112130066Aisyah Ayu Daris22020112140080Annas Anshori22020112140120A.12.1

JURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGORO2015

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKerja didefinikan sebagai tugas perkembangan pada orang dewasa, bagian dasar dari kehidupan dan peran sosial. Kerja menjadi sumber produktivitas, interaksi sosial, perkembangan personal, dan ekspresi diri. Kerja merupakan arti penting pembentukan individu, keluarga dan keamanan ekonomi nasional. Pada awal tahun orang dewasa, mereka merasa bertanggung jawab dalam melakukan semua pekerjaan, lalu ketika pertengahan tahun lebih fleksibel dalam bekerja, mereka cenderung mempersiapkan pekerjaan lain jika pekerjaan yang sekarang mereka jalani berakhir, mempersiapkan masa pensiun, kemudian akhir tahun orang dewasa berusaha menyesuaikan diri dengan masa pensiunnya (McKenzie, 2006).Terdapat sekitar 2,6 milyar tenaga kerja di seluruh dunia yang terus-menerus bertambah dan berkembang. Dari 2,6 milyar tenaga kerja di seluruh dunia ada sekitar 250 juta kasus cedera akibat pekerjaannya yang mengakibatkan 330.000 kematian. Kasus cedera akibat pekerjaan atau occupational injury adalah cedera semacam luka terpotong, patah, keseleo, amputasi akibat peristiwa terkait dengan pekerjaan di lingkungan tempat kerja.Jumlah kematian sebanyak 330.000 jiwa belum termasuk kematian akibat penyakit terkait dengan pekerjaan yang dijalani. Penyakit akibat pekerjaan atau occupational disease adalah gangguan atau kondisi abnormal diluar dari kondisi cedera akibat pekerjaan, yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan. Kira-kira ada sekitar 1,1 juta orang meninggal karena cedera dan penyakit akibat pekerjaan setiap tahunnya di seluruh dunia (McKenzie, 2006). Data Kemenakertrans menunjukkan bahwa sejumlah 7000 lebih perawat di Indonesia telah mengikuti pelatihan HIPERKES (Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja). Meskipun tidak didapatkan angka yang pasti mengenai jumlah perawat yang bekerja di perusahaan atau industri, data tersebut dapat menjadi acuan. Angka tersebut belum ditambah para penggiat kesehatan kerja lainnya seperti perawat akademisi dan para pemangku kebijakan (Depkes, 2014).

Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga menambahkan, jumlah perusahaan di Indonesia skala kecil sejumlah 141,894 (83.70%),industri skala sedang 14,970 (8.83%) dan jumlah industri skala besar sejumlah 12,660 (7.47%), sehingga jumlah total industri di Indonesia adalah sejumlah 169,524 perusahaan (Depkes, 2014). Banyaknya jumlah industri di Indonesia dan kejadian maupun masalah membuat pentingnya peran perawat kesehatan kerja yang menjadi salah satu peluang dari perawat.

B. Tujuana. Mengetahui tentang definisi keperawatan area kerjab. Mengetahui tujuan perawatan kesehatan kerjac. Mengetahui peran perawat kesehatan kerjad. Mengetahui masalah kesehatan yang sering terjadi di area kerjae. Mengetahui pencegahan primer, sekunder dan tersier di area kerja

BAB IIISI

A. Konsep Area1. Definisi KerjaKerja didefinisikan sebagai tugas perkembangan pada orang dewasa, bagian dasar dari kehidupan dan peran sosial. Kerja menjadi sumber produktivitas, interaksi sosial, perkembangan personal, dan ekspresi diri. Kerja merupakan arti penting pembentukan individu, keluarga dan keamanan ekonomi nasional. Pada awal tahun orang dewasa, mereka merasa bertanggung jawab dalam melakukan semua pekerjaan, lalu ketika pertengahan tahun lebih fleksibel dalam bekerja, mereka cenderung mempersiapkan pekerjaan lain jika pekerjaan yang sekarang mereka jalani berakhir, mempersiapkan masa pensiun, kemudian akhir tahun orang dewasa berusaha menyesuaikan diri dengan masa pensiunnya (Clemen-Stone, 1998).2. Kesehatan KerjaKesehatan kerja adalah promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja pada berbagai jabatan dengan sebaik-baiknya (ILO dan WHO, 1950 dalam Harrington, 2003). Layanan kesehatan ini memerlukan kerjasama dengan berbagai profesi. Profesi yang terlibat dalam bidang kesehatan seperti dokter, perawat, ahli higiene kerja, ahli toksikologi, ahli mikrobiologi, ahli ergonomi, dan sebagainya. Dokter dan perawat memiliki tugas yang saling mengisi dan tidak dapat bekerja secara terpisah (Harrington, 2003).Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyelarasan antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Kerja tahun 1992 dalam Efendi & Makhfudli, 2009).3. Perawatan Kesehatan KerjaPeran perawat kesehatan kerja telah berubah secara drastis selama dua dekade terakhir. Perawat pada masa lampau bekerja di suatu perusahaan untuk mengobati, memberikan pertolongan pertama, menangani kecelakaan, dan penyakit. Profesi keperawatan sudah berkembang sampai meliputi seluruh bidang upaya kesehatan pencegahan (Harrington, 2003).Data Kemenakertrans menunjukkan bahwa sejumlah 7000 lebih perawat telah mengikuti pelatihan HIPERKES (Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja). Meskipun tidak didapatkan angka yang pasti mengenai jumlah perawat yang bekerja di perusahaan atau industri, data tersebut dapat menjadi acuan. Angka tersebut belum ditambah para penggiat kesehatan kerja lainnya seperti perawat akademisi dan para pemangku kebijakan (Depkes, 2014).4. Tujuan perawatan kesehatan kerjaTujuan utama dari keperawatan kesehatan kerja (McKenzie, 2006) :a. Melindungi pekerja dari bahaya kesehatan.b. Memberikan tempat kerja yang aman dan sehat kepada pekerja.c. Memfasilitasi upaya pekerja umum maupun pekerja rumah dalam rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan mereka.d. Mempromosikan pendidikan dan penelitian di lapangan.Perawat sebaiknya membangun kerja sama dengan para pekerja, keluarganya, tempat kerja dan masyarakat untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja. Perawat menyadari bahwa pemenuhan sukses dari tujuan ini akan meningkatkan kesehatan, meningkatkan kualitas hidup, produktivitas kerja dan menghasilkan lingkungan kerja yang lebih aman. Meskipun terkadang banyak perawat kesehatan yang bekerja mandiri, sering tanpa pengawasan medis langsung. 5. Peran Perawat Kesehatan Kerjaa. Adminitrasi dan Manajemen.Penelitian oleh Lusk (1990) dalam Clemen-Stone (1998) meneliti harapan perusahaan untuk perawat kesehatan kerja saat ini dan di masa depan. Lusk menemukan bahwa manajemen kegiatan keperawatan kesehatan berfokus pada perawatan penyakit dan keadaan darurat, konseling, tindak lanjut terhadap para pekerja, kompensasi, melakukan pemeriksaan kesehatan. Lusk berharap bahwa perawat kesehatan kerja dapat meluas dan berkembang di masa depan. Kegiatan yang dipilih oleh manajemen yang berkaitan dengan pembiayaan, serta mengembangkan program kesehatan, menganalisis tren kesehatan, melakukan penelitian, dan pertemuan dengan disiplin lain untuk memecahkan masalah kesehatan.Pengoperasian pelayanan kesehatan kerja di area kerja merupakan bagian utama dari manajemen fungsi perawat. Kegiatan administrasi dan manajemen termasuk mengelola pelayanan kesehatan kerja, menjaga kebijakan, memperbaharui kerja keperawatan kesehatan dan manual prosedur, pelatihan dan pengawasan tenaga kesehatan tambahan, pemeliharaan catatan kesehatan kerja, pengawasan pekerja, kolaborasi sumber daya masyarakat, kegiatan jaminan kualitas dan urusan dengan badan hukum/isu-isu etika yang terkait dengan praktek kesehatan.b. Penyimpanan atau PendokumentasianMenjaga catatan adalah fungsi administratif yang penting dilakukan oleh perawat. Sama seperti di rumah sakit, perawat memiliki kedua tanggung jawab hukum dan profesional untuk menjaga keakuratan dan memperbaharui catatan tertulis. Dokumen sebaiknya mencatat semua kontak karyawan termasuk pelayanan kesehatan, dimulai dengan calon pekerja fisik dan wawancara, termasuk alasan kunjungan tersebut, rencana keperawatan, hasil prosedur pemeriksaan, penilaian kesehatan secara berkala, penilaian risiko kesehatan, kegiatan rehabilitasi, arahan masyarakat, dan partisipasi dalam program pendidikan tempat kerja yang bersifat rahasia.c. Supervisor/PendidikPerawat biasanya terlibat dalam program-program pendidikan kesehatan misalnya terlibat dalam program pendidikan disiplin ilmu lain, seperti kesehatan dan keselamatan kerja, kerja sosial, rehabilitasi vokasional, toksikologi, kesehatan masyarakat, dan audiologi. Perawat kesehatan kerja juga membantu mengawasi dokter yang terlibat dalam program residensi kedokteran kerja. (Bertsche, Sanborn, Jones 1989 dalam Clemen-Stone, 1998).d. Pemberdayaan MasyarakatBerkolaborasi dan memberdayakan masyarakat sangat penting untuk memberikan perawatan yang komprehensif pada pekerja dan keluarga mereka. Perawat harus mengetahui tentang sumber daya masyarakat, membangun jaringan yang efektif dengan lembaga masyarakat, dan merujuk klien kepada lembaga-lembaga yang sesuai. Sumber-sumber yang berkaitan dengan departemen kesehatan kerja seperti lembaga rehabilitasi kejuruan; layanan konseling untuk masalah seperti alkoholisme, penyalahgunaan narkoba, dan kekerasan dalam rumah tangga; organisasi sukarela seperti American Heart Association, Amerika Lung Association, Amerika Diabetes Association, dan Amerika Cancer Society; dan lembaga perawatan kesehatan di rumah.e. Manajemen, Kualitas dan AkuntabilitasStandar praktek membantu OHN memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan dalam menjamin akuntabilitas atas fungsi keperawatan. Kegiatan manajemen mutu meliputi kegiatan seperti peer review, evaluasi diri dan audit, dan evaluasi program secara keseluruhan. Salah satu ukuran kualitas pelayanan adalah kepuasan karyawan. Sebagai kegiatan manajemen mutu perawat melaksanakan, mereka sering menemukan diri mereka advokasi untuk tambahan program kesehatan kerja.f. Manajemen KasusIni adalah proses mengkoordinasikan layanan kesehatan klien untuk mencapai pelayanan yang optimal, perawatan yang berkualitas yang disampaikan dengan cara yang hemat biaya. Perawat kesehatan kerja berada dalam posisi yang unik untuk melaksanakan koordinasi, merekomendasikan rencana pengobatan yang menjamin kualitas dan khasiat sambil mengontrol biaya, memantau hasil perawatan, dan memelihara komunikasi kolaboratif (AAOHN, 1996 dalam Clemen-Stone, 1998).g. Pemantauan Lingkungan Perawat seharusnya memantau lingkungan kerja untuk mengontrol bahaya kesehatan yang ada serta potensi dan kondisi kesehatan kerja. Kegiatan memantau ini biasanya dilaksanakan bersamaan dengan anggota lain dari tim kesehatan kerja seperti anggota manajemen, keselamatan kerja, kesehatan industri, dokter dan inspektur OSHA. Contoh dari perawat yang melakukan pengawasan lingkungan diberikan dalam skenario berikut.Perawat kesehatan kerja menduga bahwa satu area tanaman di mana ia bekerja memiliki daerah kebisingan yang lebih tinggi dari rata-rata. Setelah mendapat izin dari manajemen pabrik untuk melakukan pengujian audiometri berkala pada pekerja di daerah ini dalam kombinasi dengan pengujian pada kelompok kontrol, ia mulai mengumpulkan data untuk mengkonfirmasi hipotesisnya. Karyawan di kedua daerah diuji setiap 6 bulan. Seiring waktu perawat mampu menunjukkan bahwa karya-karya dalam satu area yang meningkat audiogram abnormal dan bahwa tangan kelompok kontrol yang konsisten normal. Para pekerja itu sendiri tidak melihat adanya perubahan dalam pendengaran, tetapi audiogram mengatakan hasil yang berbeda sebagai. Dalam contoh ini, tindakan perawat yang membantu dalam memfasilitasi kesehatan pekerja. Perawat kesehatan kerja menerapkan prinsip-prinsip epidemiologi, pencegahan primer, dan penilaian masyarakat ketika mereka melaksanakan kegiatan surveilans di tempat kerja.h. Inhouse Clinic Fungsi perawatan langsung dari perawat kesehatan kerja yang beragam menuntut keterampilan keperawatan tingkat tinggi, profesionalitas dan kemandirian. Perawatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier. tidak terbatas pada penilaian fisik dan pemeriksaan, pengendalian penyakit menular, perawatan darurat, pengobatan non kecelakaan kerja dan pengobatan penyakit kondisi akut dan kronis dan rehabilitasi.Kecelakaan kerja dan penyakit dapat mengancam nyawa. Diperkirakan bahwa lebih dari 100.000 kematian, dan jumlah yang tak terhitung dari penyakit dan penyakit, terjadi setiap tahun sebagai akibat langsung dari penyakit akibat kerja (USDHHS, 1995). Setiap tahun lebih dari 10 juta cedera traumatis terjadi pada pekerjaan; lebih dari 3 juta di antaranya parah dan lebih dari 1,8 juta hasil dalam cacat permanen meningkat (USDHHS, 1995 dalam Clemen-Stone, 1998). Untuk melaksanakan fungsi ini, perawat harus dapat menilai baik pekerja dan tempat kerja dan menerapkan berbagai intervensi keperawatan.i. Melakukan Penilaian Fisik, dan Menyaring Risiko KesehatanKerja perawat kesehatan harus terampil dalam penilaian fisik. Perawat terlibat dalam penyaringan dan prosedur seperti audiometri, elektrokardiogram, skrining, dan analisis fungsi paru. Prosedur ini memberikan dasar dan menindaklanjuti data yang membantu dalam diagnosis dan pengobatan. Perawat sering melakukan penilaian risiko kesehatan untuk mengidentifikasi risiko kesehatan individu, panduan penyuluhan kesehatan dan memberikan arahan untuk program pendidikan kesehatan (Adam, Mackey, Lindenberg, Barden, 1995 dalam Clemen-Stone, 1998). Sebagai contoh, dalam menganalisis keluhan dari data risiko kesehatan ditemukan bahwa 70% dari para pekerja merokok. Akibatnya, perawat berperan untuk menyediakan program berhenti merokok di tempat kerja agar para pekerja berhenti merokok.j. RehabilitasiPerawat sering terlibat dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan rehabilitasi pekerja. Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Kegiatan rehabilitasi haruslah kegiatan yang dimulai sesegera mungkin dan banyak dari kegiatan rehabilitasi ini dapat dilakukan di tempat kerja. Peran perawat sebagai rehabilitator dibutuhkan untuk membantu pekerja beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaannya. Setelah rehabilitasi, pekerja dapat kembali bekerja.k. Pengendalian Penyakit MenularPenyakit menular banyak menjadi perhatian di tempat kerja, termasuk pilek, influenza, TBC, hepatitis B, dan AIDS. Diperkirakan bahwa sebanyak 80% dari orang dewasa di Amerika tidak diimunisasi lengkap. Tempat kerja dapat berfungsi untuk membantu pekerja mendapat imunisasi dewasa bagi pekerja yang belum mendapat imunisasi lengkap (AAQHN, 1996; Lukas 1995; dalam Clemen-Stone, 1998).l. Keperawatan Darurat.Keperawatan darurat mungkin yang paling dramatis dari peran perawat kesehatan kerja. Perawat harus terampil dalam melakukan resusitasi jantung paru (RJP), pertolongan pertama, dan teknik perawatan darurat. Perawat adalah tenaga kesehatan profesional di tempat kerja yang memiliki kontak dengan pekerja sakit atau terluka, dan perawat harus membuat keputusan tentang tindakan segera yang harus dilakukan. m. Pengobatan Sakit Dan Cedera di Luar Tempat KerjaKondisi ini merupakan bagian dari fungsi perawatan kesehatan kerja. Meskipun cedera pekerja terjadi di luar tempat kerja, tetapi cedera tersebut memiliki efek pada lingkungan kerja. Perawat kesehatan kerja awalnya akan mengobati kondisi ini dan merujuk klien untuk berobat ke rumah sakit. Sakit dan cedera di luar tempat kerja dapat terjadi pada pekerja yang menggunakan narkoba atau mengkonsumsi alkohol. Jika seorang pekerja bekerja di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol dan pemilik usaha tetap mengijinkan pekerja tersebut untuk tetap berada di tempat kerja, hukum di banyak negara memihak pada pekerja apabila terjadi kecelakaan kerja. Untuk keamanan pekerja dan melindungi pemilik usaha, maka pekerja yang mengkonsumsi narkoba atau alkohol tidak layak untuk bekerja dan tidak diizinkan berada di tempat kerja (Rogers, 1994 dalam Clemen-Stone, 1998).n. Pendidikan Kesehatan dan Promosi KesehatanIntervensi pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan sering digunakan oleh perawat kesehatan kerja (O'Brien 1995 dalam Clemen-Stone, 1998). Intervensi ini berfokus kepada pencegahan primer dan meningkatkan kualitas hidup. Para pemilik usaha lebih memilih untuk memberikan program pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan di tempat kerja, menyadari bahwa biaya untuk memberikan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan tidak sebanyak biaya untuk membayar pekerja yang mengalami cedera di tempat kerja. Program tersebut membantu mengurangi biaya kompensasi pekerja, menghasilkan manfaat kesehatan, mengurangi waktu yang hilang apabila pekerja mengalami cedera atau sakit dan meningkatkan produktivitas pekerja. Undang-undang kesehatan kerja tahun 1970 mengatakan bahwa pekerja mempunyai hak untuk mengetahui bahaya kesehatan yang dapat menimpa mereka di tempat kerja. Membuat para pekerja menyadari bahaya di tempat kerja juga menjadi peran perawat kesehatan kerja. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pekerja tentang bahaya tempat kerja dan tindakan yang dapat diambil untuk meminimalkan bahaya tersebut merupakan langkah penting dalam pengurangan cedera. Salah satu masalah terkait dengan pemberian pendidikan kesehatan adalah sikap dan tindakan dari para pekerja itu sendiri. Banyak pekerja yang sudah mengetahui bahaya yang dapat terjadi tetapi pekerja tidak menghindari bahaya tersebut. Perawat kesehatan kerja juga dapat mengkoordinasikan kegiatan pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan kegiatan yang sudah dilakukan di masyarakat. Sebagai contoh, jika masyarakat mempunyai kegiatan minggu kesehatan dengan berhenti merokok, maka perawat dapat mencontoh kegiatan tersebut untuk dilakukan di tempat kerja. o. KonselorMenjadi konselor merupakan salah satu peran dari perawat kesehatan kerja. Konseling berfokus pada pertumbuhan dan pengembangan pekerja, kesehatan keluarga, stres yang dialami pekerja di tempat kerja, dan resiko penyakit.p. PenelitiLusk (1993) dalam Clemen-Stone (1998) mengatakan bahwa tidak semua perawat perlu melakukan penelitian tetapi semua perawat harus menggunakan temuan penelitian praktek mereka. Perawat kesehatan kerja dapat memainkan peran penting dalam pelaksanaan penelitian, manajemen dan mencegah penyakit dari cedera.6. Sejarah Terbentuknya Undang-Undang Kesehatan Kerja di Amerika SerikatPada tahun 1790, Amerika masih menjadi negara pertanian, namun perubahan menjadi negara industri terjadi sangat cepat. Antara tahun 1870 dan 1910 penduduk Amerika naik menjadi 132%, sedangkan jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri naik hampir 400%. Saat ini ada sekitar 110 juta pekerja di Amerika Serikat. Kerja adalah bagian penting dari kehidupan di Amerika, dan orang Amerika bekerja dengan waktu yang lebih lama. Orang Amerika menghabiskan seperempat sampai sepertiga dari waktu mereka di tempat kerja. Tenaga kerja di Amerika sangat beragam, berasal dari tingkat sosial, ekonomi, etnis dan ras, dan latar belakang budaya dan agama yang berbeda. Pada tahun 1870 ada 46% wanita yang bekerja. Usia rata-rata pekerja di Amerika adalah 37,9 tahun. Profesi kesehatan kerja berusaha membuat tempat kerja yang aman, sehat dan menekankan kegiatan pencegahan primer seperti pendidikan kesehatan, promosi kesehatan dan perlindungan kerja. Lingkungan kerja sangat mempengaruhi kesehatan (McKenzie, 2006).Pada pertengahan tahun 1800-an banyak orang Amerika yang bekerja dengan kondisi yang tidak aman dan tidak sehat, lalu pekerja perunjuk rasa menuntut jam kerja agar dikurangi, keselamatan dan kesehatan kerja dan ada hukum bagi pekerja anak dibawah umur. Hampir semua pekerja di pabrik New England adalah anak-anak usia 7-16 tahun. Massachusetts adalah pelopor yang menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja. Pada tahun 1836, pertama kalinya Massachusetts menerapkan hukum bagi pekerja anak dibawah umur (the Child Labor Law). Lalu dibentuklah Department of Factory Inspection untuk menegakkan undang-undang tersebut. Undang-undang tersebut menetapkan bahwa pabrik dilarang memperkerjakan anak dengan usia dibawah 10 tahun. Tahun 1877 Massachussets mempelopori disahkannya undang-undang keselamatan pekerja yang bertujuan melindungi pekerja tekstil dari mesin pemintal yang berbahaya (McKenzie, 2006).Pada sekitar pergantian abad, kedokteran dan keperawatan kesehatan kerja mulai muncul di Amerika. Homestake Mining Company adalah yang pertama kali menyediakan departemen medis pada sektor industri. Pada 1888, Betty Moulder, adalah seorang perawat yang bekerja di perusahaan pertambangan batubara untuk merawat para penambang dan keluarganya. Pada saat ini, kesadaran masyarakat akan bahaya kesehatan kerja juga meningkat, dan dokter mulai membuat daftar penyakit yang mungkin timbul akibat kerja. Dr. Hamilton adalah orang yang pertama kali melaporkan keselamatan dan kesehatan kerja pada tahun 1903, sehingga dia memperoleh penghargaan untuk penelitian dan buku-bukunya tentang penyakit dan kondisi kerja. Dr. Hamilton meninggal pada tahun 1970 ketika UU tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja disahkan. Pekerja di Amerika sangat sadar akan keselamatan dan kesehatan kerja. Mereka ingin bekerja dengan sehat (McKenzie, 2006).UU Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Occupational Safety and Health Act of 1970 di Amerika disahkan pada tahun 1970. Tujuan disahkannya UU tersebut adalah untuk memastiak bahwa pemilik usaha sektor swasta memberi setiap pegawainya pekerjaan dan tempat yang bekerja yang bebas dari bahaya yang dapat dikenali dan dapat menyebabkan kematian atau cedera fisik serius. Mulai saat itu dibentuklah OSHA (Occupational Safety and Health Administration) yang bertujuan untuk membuat pemilik usaha mematuhi standar kesehatan dan keselamatan kerja berdasarkan undang-undang .Salah satu bagian penting dari UU diatas adalah adanya hak pekerja untuk meminta pemeriksaan OSHA apabila terjadi pelanggaran terhadap kewajiban umum (kewajiban untuk memberi tempat kerja yang sehat dan aman) pemilik usaha.Ada beberapa lembaga yang dibentuk dan memiliki kewenangan spesifik dalam undang-undang tersebut, yaitu:a) Occupational Safety and Health Administration (OSHA)Lembaga ini berwenang untuk menetapkan dan memberlakukan standar keselamatan dan kesehatan kerja di bawah yurisdiksi Departemen Tenaga Kerja.b) National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)Lembaga ini melakukan penelitian dan pelatihan serta membuat rekomendasi untuk pencegahan penyakit, cedera dan kesehatan kerja kepada OSHA.c) Occupational Safety and Health Review CommissionLembaga ini menganalisa kasus yang telah diselidiki oleh OSHA terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang buruk.d) National Advisory Council on Occupational Safety and HealthBerwenang sebagai advisor dalam pembuatan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang direkomendasikan kepada OSHA dan NIOSH.e) National Commission on State Workers Compensation LawsMengevaluasi tentang hukum dan kompensasi pekerja yang diajukan kepada Presiden.7. Disiplin TerkaitAda empat disiplin utama terkait dengan kesehatan kerja, yaitu :a. EpidemiologiEpidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan frekuensi penyakit dalam populasi manusia. Ilmu epidemiologi dapat diterapkan dalam bidang kesehatan kerja. Ilmu ini penting dalam hal :1) Identifikasi bahaya baru2) Pengendalian bahaya yang sudah dikenal3) Penyusunan standar hygiene untuk mengendalikan atau melenyapkan bahaya4) Penyusunan prioritas dalam mengendalikan berbagai bahaya5) Pengevaluasian pelayanan kesehatan yang dirancang untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerjaUntuk melakukan penelitian epidemiologi, titik awal penelitian adalah pengumpulan data yang terkait dengan efek kesehatan bagi populasi. Data ini terdiri atas :1) Sertifikat kematian2) Sertifikat kelahiran3) Catatan absen sakit4) Tuntutan ganti rugi kecelakaan industri dan cedera5) Rekam medik dokter keluarga6) Rekam medik rumah sakit7) Catatan pensiun8) Daftar keanggotaan organisasi profesi9) Pengumpulan data morbiditas10) Penyusunan komputerisasi rekam medik yang dikaitkan dengan data lingkunganb. ErgonomiErgonomi adalah ilmu yang mengatur situasi kerja demi keuntungan pekerja dan majikan. Ilmu ini untuk menyerasikan mesin dengan pekerja, tidak menganggap bahwa pekerja harus menyesuaikan diri dengan mesin dan lingkungan. Pengukuran keselarasan antara pekerja dengan mesin memerlukan pemeriksaan sejumlah faktor, sesuai dengan tabel di bawah.

PekerjaMesinLingkungan

UsiaJenis kelamin RasDimensi tubuh dan bentukPenggunaan energiStatus kesehatanSikap tubuhPergerakanPenglihatan UkuranKegunaanAlat pengendali :Tombol, gagang, meteranFrekuensi dan keruwetanSuhuPencahayaanKelembabanTekananVentilasiKebisinganRuang kerjaHubungan dengan pekerja lain dan manajemen

Ilmu ergonomi bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang memuaskan pekerja agar dapat melaksanakan tugas yang dituntutnya tanpa mengalami gangguan fisik dan mental. Ketidakserasian mesin dengan manusia dapat menimbulkan gangguan bagi pekerja, yaitu gangguan mental atau gangguan pada otot rangka. Peran penting seorang ergonom adalah saat melakukan rancangan ulang mesin sehingga mesin dapat dikendalikan oleh pekerja yang cacat.c. Rekayasa KeselamatanRekayasa keselamatan erat hubungannya dengan kesehatan kerja. Mengapa? Karena kebijakan keselamatan yang ditetapkan perusahaan dan dilaksanakan oleh pekerja dapat mengurangi beban pelayanan kesehatan karena jumlah kecelakaan yang terjadi menurun. Selain itu saran yang diberikan oleh petugas keselamatan kepada pekerja dapat merangsang pekerja untuk menjaga kesehatan kerjanya sendiri. Kekuatan gabungan antara bidang keselamatan dan kesehatan dapat mempengaruhi manajemen untuk menyediakan tempat kerja yang aman dan sehat. Klinik perusahaan diperlukan untuk mengobati pekerja yang mengalami cedera, terutama tempat kerja yang banyak memiliki resiko timbulnya reaksi mendadak akibat bahaya fisika dan kimia. Bagian kesehatan kerja diwajibkan memiliki tata cara tindakan darurat serta pengobatannya. d. HukumSemua kegiatan industri apapun bentuknya diatur oleh undang-undang. Hukum yang terkait erat dengan kesehatan kerja adalah :1) Undang-undang kesehatan dan keselamatan kerja serta pengawasannya2) Hukum perdata untuk kerusakan organ tubuh yang diderita oleh pekerja yang mengalami keluhan karena hubungan kerja, penyakit akibat kerja atau cacat3) Tuntutan ganti rugi berdasarkan sistem asuransi sosial, biasany untuk penyakit akibat kerja4) Efek penyakit atau pelanggaran peraturan keselamatan pada pekerja kontrak.8. MASALAH KESEHATANMasalah kesehatan yang muncul di wilayah kerja adalah :1. Kasus Cedera terkait Kerja yang FatalPada tahun 1999 terdapat sekitar 6023 kasus cedera fatal berhubungan dengan kerja. Kasus cedera terkait kerja yang fatal antara lain kecelakaan jalan raya dengan 1491 kematian (25% dari total kasus), kasus jatuh dengan 717 kematian (12%), kasus bunuh diri dengan 645 kematian (10%), terhantam benda atau peralatan dengan 585 kematian (10%), transport non jalan raya dengan 738 kematian (12%) pekerja tertabrak kendaraan dengan 377 kematian (6%) dan kasus lain sebanyak sebanyak 1470 kematian (24%). Lebih dari separuh kasus jatuh terjadi di industri pertambangan, konstruksi dan transportasi. Pekerjaan dengan luka fatal antara lain pengemudi truk, pekerja konstruksi, pekerja ladang, penebang kayu pohon dan pengangkut kayu. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pekerja penebang kayu dan pengangkut kayu.2. Kasus Cedera terkait Kerja Non-FatalPada tahun 2007 menurut Jamsostek tercacat 58.697 pekerja mengalami cedera di tempat kerja (Kani, 2013). Cedera yang paling banyak ditangani adalah cedera tangan dan jari. Penyebab utama cedera non-fatal terkait kerja antara lain kontak dengan peralatan, membawa beban berlebih, jatuh, pajanan terhadap benda berbahaya dan radiasi. Cedera non-fatal ini merugikan bagi industri, baik dari segi waktu maupun segi uang. Industri produk barang memiliki angka kasus cedera lebih tinggi dibandingkan dengan industri jasa. Di bagian industri jasa, angka cedera tertinggi ada di bidang transportasi dan bidang layanan umum.3. Masalah kesehatan dan keselamatan di bidang pertanianPekerja yang bekerja di pertanian memiliki resiko cedera, tidak hanya resiko cedera tetapi juga penyakit paru, penyakit kulit dan kanker kulit akibat pajanan langsung terkait dengan penggunaan bahan kimia dan pajanan sinar matahari secara langsung. Penyebab utama kasus kematian di bidang pertanian yaitu peralatan mesin pertanian terutama traktor pertanian. Sumber kasus cedera adalah traktor dan separuh dari kasus kematian diakibatkan oleh tergulingnya traktor (traktor apabila tidak dikemudikan dengan benar maka akan condong ke samping atau ke belakang dan menimpa pengemudinya). Di Australia, kasus kematian di bidang pertanian banyak yang disebabkan oleh motor ATV. Menurut Pusat Kesehatan dan Keamanan Pertanian Australia, pada tahun 2014 terjadi 39 kematian di lahan pertanian Australia disebabkan oleh motor ATV (Anonim, 2014). Pertanian di Amerika sangat bergantung pada buruh migran pada musim panen. Buruh migran yang bekerja memiliki akses buruk ke fasilitas layanan kesehatan. Kelangkaan air juga membuat buruh migran meminum air irigasi yang sudah mengandung bahan-bahan kimia dari pertanian dan limbah biologis. Buruh migran juga terpajan sinar matahari secara langsung dan terus menerus, kondisi sanitasi yang buruk dan tercemar pestisida.4. Kekerasan di Tempat KerjaAda 4 kategori atau tipe terjadinya kasus kekerasan dan pembunuhan di area kerja menurut McKenzie (2006), yaitu :a. Tujuan kriminalPelaku kejahatan melakukan tindakan kejahatan seperti perampokan dan pengutilan dan pelaku ini tidak memiliki hubungan resmi dengan pekerja atau perusahaan dimana pekerja bekerja. Kategori 1 menyumbang sebanyak 85% kasus pembunuhan di area kerja.b. KlienPada kategori 2 ini pelaku kejahatan memiliki hubungan dengan perusahaan. Kategori ini mencakup pelanggan, klien atau penghuni perusahaan. Kategori 2 menyumbang sekitar 3% kasus pembunuhan di area kerja.c. Pekerja dengan pekerjaPelaku kejahatan adalah pekerja atau mantan pekerja di suatu perusahaan dan menyerang sesama pekerja lain atau mantan pekerja di area kerja. Kategori 3 menyumbang sekitar 7% kasus pembunuhan di area kerja.d. Hubungan pribadiPelaku kejahatan pada kategori 4 ini memiliki hubungan pribadi dengan korbannya tetapi tidak memiliki hubungan dengan perusahaan. Kategori 3 menyumbang sekitar 2% kasus pembunuhan di area kerja.Faktor-faktor yang mendukung terjadinya kekerasan di area kerja antara lain bekera dengan publik, bekerja di sekitar uang, bekerja sendiri dan bekerja lembur saat malam hari. Ada juga lapangan pekerjaan yang memang memilik resiko tertentu. Seperti contohnya industri taksi yang memiliki resiko terjadinya kekerasan di area kerja (hampir 60 kali resiko rata-rata nasional). Pekerjaan lain yang juga memiliki resiko tinggi kekerasan di area kerja adalah bekerja di tempat minuman keras, jasa keamanan, layanan pom bensin dan toko perhiasan.5. Kesakitan dan Gangguan Terkait PekerjaanKesakitan yang dapat dialami pekerja akibat pajanan di area kerja antara lain asma, tuberkulosis dan kanker. Untuk menjadi penyakit biasanya dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk munculnya penyakit, tidak seperti cedera yang langsung tampak. Ada beberapa tipe kesakitan terkait pekerjaan (McKenzie, 2006), antara lain :a. Kondisi otot rangkaCedera pada otot dan rangka mencakup cedera akut dan kronis pada ligamen, otot, tulang, sendi dan saraf. Gangguan ini terjadi karena adanya trauma berulang, seperti pada kurangnya pendengaran akibat kebisingan.b. Penyakit dan gangguan kulitGangguan kulit yang dialami pekerja akibat di area kerja mencakup alergi, dermatitis iritan dan kanker kulit. Industri pengemasan ikan dan daging mendapat insiden tertinggi dalam kasus gangguan kulit. Kulit menjadi jalur masuknya bahan kimia beracun ke dalam tubuh manusia. c. Kehilangan pendengaranKehilangan pendengaran diakibatkan oleh trauma yang berulang. Trauma berulang diakibatkan kebisingan dengan peralihan ambang standar. Kasus yang banyak terjadi kehilangan pendengaran adalah pekerja di bidang manufakturing.d. Gangguan pernapasanGangguan pernapasan dapat terjadi akibat terhirupnya bahan-bahan beracun yang ada di area kerja. Seperti halnya kulit, paru-paru juga menjadi sektor masuknya bahan-bahan beracun. Karakteristik dari penyakit gangguan pernapasan adalah sifatnya yang kronis sehingga butuh keahlian untuk mengenal penyakit secara dini. Selain itu pajanan tidak hanya berasal dari area kerja, tapi juga di rumah. Penyakit gangguan pernpasan salah satunya adalah pneumokoniosis yang diakibatkan terhirupnya debu, terutama debu mineral. Tipe penyakit gangguan paru yaitu antara lain pneumokoniosis pekerja batu bara, silikosis, bissinosis. Kasus kematian terbesar penyakit pneumokoniosis ada pada pekerja batubara. Penyakit ini disebabkan pajanan terus menerus debu batubara. Belum ada penanganan medis yang tepat untuk penyakit pneumokoniosis, sehingga upaya pencegahan primer dibutuhkan.Silikosis adalah penyakit paru yang dialami pekerja di bidang pertambangan, penggalian batu, pasir, kerikil. Sedangkan bisinosis adalah penyakit yang dialami pekerja pabrik tekstil yang terlalu sering menghirup debu dari kapas atau linen. e. Keracunan dan infeksiGangguan yang terjadi akibat pekerjaan lainnya adalah keracunan. Agens keracunan mencakup logam berat, pestisida, gas beracun dan lainnya. Lebih dari separuh kasus penyakit keracunan diakibatkan oleh pestisida. Penyedia tenaga layananan kesehatan memiliki resiko terkena infeksi seperti virus HIV, virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Tenaga kesehatan beresiko terken cairan atau darah dari klien. Tenaga kesehatan juga beresiko terkena penyaki TB. 9. TINGKAT PENCEGAHANDalam epidemiologi, pencegahan dibagi mnejadi beberapa tingkatan sesuai dengan penyakit, yaitu pencegahan, pencehan sekunder dan pencegah tersier (Budiarto, 2002).1. Pencegahan PrimerPencegahan primer merupakan pencegahan tingkat pertama yang berupaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat dibedakan menjadi pencegahan umum dan pencegahan khusus.Pencegahan umum bertujuan mengadakan pencegahan pada masyarakat umum, misalnya pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan. Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit (Rivai, 2005). Pencegahan khusus ditujukan pada orang-orang yang mempunyai risiko dengan melakuan imunisasi, misalnya pada tetanus dan hepatitis serta sanitasi lingkungan seperti penjernihan air minum, pencegahan terhadap kecelakaan dan keselamatan kerja.Pencegahan primer secara umum yang dapat dilakukan di tempat kerja seperti :a. Membuat Undang-undang dan peraturan menyangkut penyakit akibat kerjab. Memodifikasi alat industric. Substitusi dengan mengganti bahan-bahan yang membahayakan dengan bahan yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunyad. Ventilasi baik secara umum mamupun lokal yaitu degan udara bersih yang dialirkan ke ruang kerja dengan menghisap udara keluar ruangan.e. Menggunakan alat pelindung diri. Alat ini dapat berbentuk pakaian, topi, pelindung kepala, sarung tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban berat, masker khusus untuk melindungi pernapasan terhadap debu atau gas berbahaya, kaca mata khusus dan sebagainya.f. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja. Hal ini meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan pemeriksaan secara berkala untuk mencari faktor penyebab yang menimbulkan gangguan maupun kelainan kesehatan terhadap tenaga kerja.g. Latihan dan informasi sebelum bekerja agar pekerja mengetahui dan berhati-hati terhadap lingkungan.h. Pendidikan kesehatan mengenai K3 dilakukan secara teratur.2. Pencegahan SekunderTingkat pencegahan kedua ini bertujuan mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindari komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit (Rivai, 2005).Pencegahan ini dilakukan dengan mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang cepat dan tepat. Deteksi penyakit secara din idapat dilakukan dengan penyaringan, pengamatan epidemiologis, survey epidemiologis dan memberi pelayanan kesehatan sebaik-baiknya pada sarana pelayanan kesehatan.Pencegahan sekunder di area kerja termasuk (www.ojimori.com) :a. Identifikasi zat berbahayab. Pemeriksaan kesehatan pada pekerja yang telah terkena penyakitc. Surveilans penyakit akibat kerja3. Pencegahan TersierPencegahan ini bertujuan mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan fungsi organ yang cacat, membuat protesa ekstremitas akibat amputasi dan mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik. Pencegahan tersier yang dilakukan di tempat kerja seperti (www.ojimori.com) :1. Mengistirahatkan pekerja2. Melakukan pemindahan pekerja dari tempat yang terpajan3. Melakukan pemeriksaan berkala untuk evaluasi penyakitPencegahan di area kerja dapat menjadi lebih spesifik tergantung pada jenis masalah yang akan dicegah. Setiap permasalahan yang ada di area kerja dapat dilakukan pencegahan dimulai dari pencegahan sekunder hingga pencegahan tersier. Berikut ini adalah pencegahan yang dapat dilakukan di area kerja :a. Pencegahan cedera di area kerjaCedera di area kerja dapat dikurangi dengan (ILO, 2013) yaitu :1. Memusnahkan pekerjaan atau mengubah pekerjaan menjadi lebih aman2. Mengubah lingkungan kerja agar menjadi tidak berbahaya dan lebih aman, baik lingkungan secara fisik maupun psikososial.3. Membuat mesin-mesin industri lebih aman (termasuk kendaraan)4. Membuat program seleksi, pelatihan dan pendidikan pekerjab. Pencegahan kekerasan di area kerjaAda strategi yang dapat digunakan untuk mencegah kasus kekerasan di area kerja, strategi itu dikelompokkan ke dalam tiga kategori :1. Strategi desain lingkunganDesain lingkungan mencakup penanganan prosedur keuangan yang lebih aman, pemisahan secara fisik pekerja dengan pelanggan, perbaikan pencahayaan dan pemasangan sistem keamanan yang lebih baik. Fungsi dari strategi desain lingkungan ini adalah membatasi resiko kekerasa di area kerja. 2. Pengendalian administratifStrategi pengendalian administratif antara lain dengan penempatan lebih banyak staf (karena penempatan lebih banyak staf lebih aman daripada sedikit staf), prosedur membuka dan menutup tempat kerja dan pengkajian tugas pegawai. 3. Strategi perilakuStretagei perilaku antara lain melatih pegawai agar tanggap dalam menyelesaikan masalah tanpa kekerasan dan mengajarkan pegawai pentingnya melaporkan kejadian. Juga bisa dilakukan pelatihan untuk penggunaan dan pemeliharaan peralatan pelindung.c. Pencegahan Pelecehan Seksual di Area KerjaBeberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pelecehan seksual di area kerja antara lain (ILO, 2011) :1) PekerjaPekerja harus melakukan sosialisasi kepada seluruh segala kebijakan perusahaan tentang pelecehan seksual dalam lingkungan kerja dan sekaligus menempuh langkah-langkah perbaikan yang efektif.2) Pemberi kerjaa) Membuat, mensahkan dan menginformasikan kepada semua pekerja kebijakan tentang pelecehan seksual dalam lingkungan kerja termasuk dari masa rekruitmen hingga orientasi.b) Mengambil tindakan perbaikan yang efektif dan wajar bila terjadi pelecehan seksuald. Pencegahan penyakit di area kerjaBeberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit di area kerja adalah :1) Menetapkan standar penanganan terhadap pajanan agens penyebab2) Mengidentifikasi dan evaluasi agens3) Memusnahkan faktor penyebab4) Mengembangkan pengendalian lingkungan5) Menyiapkan perlengkapan pelindunge. Sumber Daya untuk mencegah cedera dan penyakit di area kerjaSumber daya masyarakat untuk mencegah cedera dan penyakit di area kerja adalah :1) Teknisi keselamatan dan tenaga profesional keselamatan bersertifikatTeknisi keselamatan dan tenaga profesional keselamatan bersertifikat berguna untuk mendesain program pendidikan keselamatan, mendeteksi adanya bahaya di area kerja dan mengubahnya.2) Ahli fisika kesehatanAhli fisika kesehatan peduli terhadap masalah radiasi di area kerja. Tugas ahli fisika untuk memantau pakah ada radiasi dalam lingkungan kerja dan kemudian mengembangkan penanggulangan yang melibatkan radiasi.3) Ahli higiene industriAhli higiene ini berfokus untuk masalah lingkungan yang dapat menyebabkan sakit. Contoh lingkungan yang bisa menyebabkan sakit adalah buruknya ventilasi, bising berlebih, kurang pencahayaan dan adanya pajanan terhadap benda berbahaya.4) Dokter okupasionalDokter okupasional berfokus pada pencegahan di area kerja.5) Perawat kesehatan kerjaPerawat kesehatan kerja menjadi fokus utama dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Perawat ini haruslah perawat teregistrasi. Tindakan yang dilakukan oleh perawat kesehatan kerja adalah :a) Membantu mengurangi stress psikologis dalam lingkungan kerjab) Mencegah penyakit menular, termasuk diskusi tentang kewaspadaan universal dan pentingnya imunisasi Hepatitis B untuk karyawan resiko tinggi.c) Melaksanakan program promosi kesehatan di kelompok orang dewasa seperti cara memasak agar jantung sehat, mengontrol berat badan, aktivitas olahraga dan upaya berhenti merokok.d) Mewajibkan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) ketika bekerja.e) Mencegah cedera punggungf) Mencegah ganggua trauma kumulatif.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2014. Banyak Kasus Kematian, Petani Australia Diminta Tak Gunakan Motor ATV. http://www.jpnn.com/read/2014/10/14/263611/Banyak-Kasus-Kematian,-Petani-Australia-Diminta-Tak-Gunakan-Motor-ATV- diakses pada tanggal 6 Maret 2015 pukul 17.46 WIB.Anonim. 2011. Cara Mencegah Penyakit Akibat Kerja. Diakses dari www.ojimori.com pada 8 Maret 2015 pukul 12.11.Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC.Clemen-Stone, Susan. 1998. Comprehensive Community Health Nursing. Missouri : Mosby, Inc.Depkes. 2014. 7.000 lebih Perawat telah Mengikuti Pelatihan HIPERKES. Diakses dari http://www.gizikia.depkes.go.id/7-000-lebih-perawat-telah-mengikuti-pelatihan-hiperkes/ pada 6 Maret 2015 pukul 18.02 WIB.Harrington, J.M. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC.ILO. 2013. Kesehatan dan Keselamatan Kerja : Sarana untuk Produktivitas. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf diakses pada tanggal 6 Maret 2015 pukul 18.18 WIB.ILO. 2011. Pedoman Pencegahan Pelecehan Seksual di Tempat Kerja. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_171328.pdf diakses pada tanggal 6 Maret 2015 pukul 19.21 WIB.Kani, Bobby Rocky. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus : Proyek PT Trakindo Utama). Jurnal Sipil Statik. 1 (6), 430-433.McKenzie, James F. 2006. Kesehatan Masyarakat : Suatu Pengantar. Jakarta : EGC.Rivai. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. 1 (1).