56
“PENGARUH BIMBINGAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA INTERNET TERHADAP KETERBUKAAN DIRI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 JEPARA” PROPOSAL SKRIPSI OLEH BAMBANG DWI SAMSUDIN NPM 09110056

Kajian Teori

  • Upload
    bamsdwi

  • View
    56

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kajian teori pengaruh media internet terhadap keterbukaan diri siswa

Citation preview

PENGARUH BIMBINGAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA INTERNET TERHADAP KETERBUKAAN DIRI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 JEPARA

PROPOSAL SKRIPSI

OLEHBAMBANG DWI SAMSUDINNPM 09110056

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGANFAKULTAS ILMU PENDIDIKANIKIP PGRI SEMARANG2014

PENGARUH BIMBINGAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA INTERNET TERHADAP KETERBUKAAN DIRI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 JEPARA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Semarang untuk penyusunan Skripsi

OLEHBAMBANG DWI SAMSUDINNPM 09110056

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI SEMARANG 2014PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH BIMBINGAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA INTERNET TERHADAP KETERBUKAAN DIRI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 JEPARA

Disusun dan dijadikan oleh BAMBANG DWI SAMSUDINNPM 09110056

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan untuk Disusun menjadi skripsi Pada tanggal 25 Januari 2014

Pembimbing I, pembimbing II,

Dra. M. Th. S. R. Retnaningdyastuti, M. PdDra. Tri hartini, M. PdNIP 195306031981032001NPP 055201319

A. Latar Belakang Dalam setting dunia pendidikan saat ini sikap keterbukaan diri merupakan salah satu bagian terpenting dalam berkomunikasi. Komunikasi dengan orang lain akan lebih menyenangkan dan lancar apabila individu mempunyai sikap terbuka dalam menyampaikan pemikirannya. Dalam lingkup sekolah, kemampuan siswa melakukan komunikasi interpersonal mempunyai kontribusi yang penting dalam mencapai kesuksesan akademik, jika dibandingkan dengan siswa yang tidak memilki kemampuan berhubungan dengan orang lain. Siswa yang memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal cenderung dapat mengungkapkan ide gagasan kepada orang lain.Aspek terpenting dalam komunikasi interpersonal salah satunya adalah keterbukaan diri (Self-disclosure). Dayaksini, (2009:81) mengatakan bahwa pembukaan diri (self-disclosure) adalah proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain. Keterbukaan diri perlu melibatkan hubungan antar individu, oleh karena itu mempunyai sikap terbuka sangat penting bagi seseorang untuk mempertahankan hunbungan dengan orang lain. Keterbukaan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu, dengan cara mengungkapkan ide, gagasan serta pendapat terhadap informasi kepada orang lain. Sebaliknya jika seseorang tidak mempunyai sikap terbuka, maka seseorang akan mengalami kesulitan dalam pencapaian komunikasi atau informasi yang diperlukan, bahkan dengan tidak mempunyai sikap keterbukaan diri yang baik maka seseorang akan sulit dikenal lebih dekat oleh orang lain.Setiap orang memerlukan orang lain yang dipilihnya dan dipercayainya untuk mencurahkan hal- hal pribadi. Dengan demikian orang lain yang dipilih untuk mencurahkan perasaan adalah seorang teman, misal teman yang dapat dipercaya dan setia. Salah satu cara untuk mencurahkan perasaan yang terdalam dalam diri individu yaitu pengungkapan diri atau keterbukaan diri.Dalam proses pembelajaran di sekolah masih banyak siswa yang kurang dalam menerapkan sikap membuka diri terutama kepada guru pembimbing ketika mengalami suatu masalah serta kurang adanya rasa percaya terhadap teman sebayanya. Mereka lebih sering menyendiri dan memendam permasalahannya sendiri bahkan sampai berakibat terhadap kondisi sakit pada fisiknya. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Maharani: (2008:169-174) menunjukan bahwa 68,80 % siswa mempunyai keterbukaan diri yang sifatnya dangkal, sedangkan sisanya 31,11 % memiliki keterbukaan diri yang sifatnya mendalam. Fenomena tersebut terlihat pada saat dilakukan observasi serta wawancara kepada salah satu guru pembimbing di SMA N 1 Jepara. Dari hasil pengamatan serta wawancara dengan guru pembimbing diketahui bahwa siswa kelas XI IPA mempunyai tingkat keterbukaan diri yang masih rendah dibandingkan dengan kelas XI jurusan IPS. Hal itu disebabkan karena rasa kurang percaya dengan teman-teman yang lain bahkan takut jika masalah yang sedang dihadapi akan diketahui oleh orang lain sehingga efek dari kebiasaan ini berakibat pada fisiknya yang sering sakit-sakitan serta berpengaruh kepada mental siswa. Melihat kenyataan bahwa kelas XI IPA berbeda dengan kelas-kelas lain. Kelas XI IPA ternilai cerdas dan pandai, akan tetapi beberapa anak terlihat memiliki hambatan dalam keterbukaan diri dengan orang lain. Apalagi dalam komunikasi itu dianggapnya tidak ada hubungan dengan mata pelajaran yang mereka tempuh, maka rasa menghargai untuk lawan komunikasinya hampir tidak ada. Dan salah satu bentuk riil dari kondisi yang ada yaitu ketika seorang anak mengunjungi ruang BK terlihat bahwa sedang berbicara dengan guru pembimbing anak tersebut terlihat kurang terbuka sehingga menunjukkan kesan menutupi dirinya.SMA N 1 Jepara merupakan salah satu sekolah favorit di kota Jepara akan tetapi melihat kronologi tersebut, sangat disayangkan apabila bibit dari SMA N 1 Jepara masih dirasa kurang dalam dalam membuka dirinya. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat keterbukaan diri siswa dapat melalui layanan bimbingan dan konseling salah satunya adalah bimbingan pribadi. Layanan bimbingan pribadi dalam bimbingan dan konseling merupakan cara yang tepat diberikan kepada peserta didik dalam menggali masalah kehidupan pribadi. Menurut Tohirin (2007:123) bimbingan pribadi yaitu suatu bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mencapai tugas perkembangan dan tujuan dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkunganya secara baikBimbingan pribadi merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan oleh pembimbing untuk membantu siswa untuk berkembang dalam memecahkan masalah pribadi dan diarahkan untuk memantapkan kepribadian, bersosialisasi dan menyesuaikan diri. Selain itu bimbingan pribadi juga menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.Penerapan bimbingan bidang pribadi akan lebih efektif apabila menggunakan media. Untuk menindak lanjuti masalah tentang keterbukaan diri maka digunakan bimbingan pribadi dengan menggunakan media internet sebagai sarana pemberian layanan kepada siswa. Dalam layanan bimbingan pribadi digunakan media internet salah satunya adalah melalui bimbingan dunia maya atau (Cyber Counseling). Dalam kenyataan di SMA N 1 Jepara belum pernah dilaksanakan bimbingan pribadi penggunaan media internet secara klasikal. Informasi tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembimbing di sekolah. Agar kegiatan bimbingan pribadi dengan menggunakan media internet berjalan efektif dapat dilaksanakan secara klasikal, hal ini untuk mempermudah waktu pelaksanaan. Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, interaksi antara guru pembimbing dengan konseli tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual atau maya melalui internet dalam bentuk cyber counseling. Bimbingan pribadi melalui dunia maya ini merupakan salah satu model pelayanan konseling yang inovatif dalam upaya menunjukkan pelayanan yang praktis dan bisa dilakukan dimana saja asalkan ada koneksi atau terhubung dengan internet.Asrowi (2012) mengatakan bahwa bimbingan dunia maya adalah salah satu layanan bimbingan dan konseling yang bersifat virtual atau konseling yang berlangsung melalui bantuan koneksi internet. Dalam hal ini proses konseling berlangsung melalui internet dalam bentuk situs atau media sosial sejenis. Strategi layanan bimbingan pribadi melalui dunia maya yang dilakukan secara klasikal melalui koneksi internet secara virtual ini memiliki beberapa fungsi yang sifatnya inovatif proses bimbingan maupun konseling dapat dilakukan di luar jam sekolah sehingga tidak mengganggu jam pelajaran. Selain itu waktu yang digunakan akan lebih efisien serta dengan dibuatnya website khusus oleh masing-masing konselor dalam instansinya, maka siswa akan dengan cepat memperoleh informasi yang diinginkannya.Bimbingan pribadi tidak selalu tatap muka. Terdapat layanan yang lebih mudah yaitu dengan bimbingan dunia maya yang memungkinkan konseli tidak merasa malu atau canggung dan kegiatan tersebut dapat dilakukan kapan dan dimana saja. Pemanfaatan Teknologi Informasi di zaman moderen menjadi sangat relevan ketika diterapkan dalam kegiatan bimbingan pribadi. Oleh karena itu, hal ini diharapkan menjadi efektif untuk membantu individu dalam perkembangannya secara optimal dan menyesuaikan dengan kemajuan zaman tanpa tergerus oleh pengaruh negatif dari kemajuan tersebut.Bimbingan dunia maya ini bertujuan agar siswa mampu membuka diri dalam mengungkapkan masalahnya. Hal ini dikarenakan siswa lebih nyaman apabila mengungkapkan masalahnya dengan cara tidak bertatap muka secara langsung. Dengan rasa nyaman yang dimiliki oleh siswa maka masalah yang di ungkapkan akan lebih terperinci dan mendalam sehingga informasi tentang masalah siswa yang diperoleh konselor lebih detail.Dalam penggunaan bimbingan dunia maya guru pembimbing akan mendapatkan banyak kelebihan diantaranya adalah keuntungan atau kelebihan itu pada dasarnya terletak pada keluasan, tidak terbatas ruang dan waktu saat konseling berlangsung, mudah, cepat, dan konseli bebas berekspresi. Disisi lain penggunaan bimbingan dunia maya terdapat kelemahan yaitu terletak pada ekpresi emosional yang sulit tertangkap, keterbatasan ruang lingkup layanan utamanya pemantauan treatmen,mendasarkan pada informasi klien saja, jalinan emosional yang merupakan kekuatan terapi lemah,kekuatan kesepakatan kontrak konseling lemah, dan kehangatan hubungan yang sulit dibangun.Biaya awal untuk mempersiapkan cyber counseling yang cukup besar, seperti : komputer dan aplikasinya, internet dan perangkatnya. Profesionalitas kemampuan konselor dalam penguasaan teknologi.Untuk menunjang kegiatan bimbingan pribadi menggunakan media ini akan diciptakan sebuah alat untuk digunakan sebagai bimbingan dunia maya. Dari hasil pengamatan serta tanya jawab dengan guru pembimbing alat tersebut belum pernah ada atau dengan kata lain belum pernah di buat. Harapan dengan menciptakan alat ini adalah mempermudah siswa dalam menyampaikan pendapatnya serta masalah yang dihadapi secara terbuka dan tanpa rasa canggung seperti yang di alami ketika bertatap muka langsung dengan guru pembimbing.Berdasarkanuraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh bimbingan pribadi dengan menggunakan media internet terhadap keterbukaan diri siswa kelas XI IPA SMA N 1 Jepara.

B. Identifikasi MasalahDari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah yang muncul antara lain :1. Siswa menunjukkan sikap kurang terbuka terhadap teman-temannya.2. Siswa terlihat kurang terbuka dengan masalah pribadinya ketika konsultasi dengan guru pembimbing secara langsung.3. Siswa merasa takut apabila masalahnya diketahui oleh orang lain.4. Siswa lebih nyaman menggunakan media internet sebagai sarana konsultasi.5. Siswa menganggap media internet lebih menarik sebagai sarana memperoleh informasi.

C. Pembatasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka masalah akan dibatasi pada pengaruh bimbingan pribadi dengan menggunakan media internet terhadap keterbukaan diri siswa kelas XI IPA SMA N 1 Jepara. Pembatasan ini perlu penulis lakukan karena penulis ingin fokus pada satu permasalahan secara khusus.

D. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti yaitu: Apakah ada pengaruh bimbingan pribadi dengan menggunakan media internet terhadap keterbukaan diri siswa kelas XI IPA SMA N 1 Jepara Tahun Ajaran 2013?

E. Tujuan PenelitianTujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh bimbingan pribadi dengan menggunakan media internet terhadap keterbukaan diri siswa kelas XI IPA SMA N 1 Jepara.

F. Manfaat Penelitian1. Manfaat TeoretisDari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi keilmuan dalam bimbingan dan konseling khususnya tentang pengaruh bimbingan pribadi dengan menggunakan media internet terhadap keterbukaan diri pada siswa dan strategi referensi untuk penilitian berikutnya.

2. Manfaat PraktisDiharapkan juga dapat bermanfaat:a. Bagi peserta didik kelas XI IPA SMA N 1 Jepara dapat digunakan sebagai pemahaman untuk lebih menunjukkan sikap keterbukaan diri dengan memanfaatkan bimbingan pribadi menggunakan media internet.

b. Bagi guru pembimbing diharapkan lebih mapu mengolah bimbingan pribadi dengan menggunakan media internet dan dapat dijadikan sebagai salah satu layanan yang dapat dipergunakan untuk mengetahuiu tingkat keterbukaan siswa.

c. Bagi Sekolah diharapkan dapat memfasilitasi layanan bimbingan pribadi dengan media internet serta dapat dimasukan pada program rutin untuk para siswa dalam usaha mengembangkan sikap keterbukaan diri, yang dapat digunakan sebagai persiapan siswa terjun ke masyarakat.

d. Bagi peneliti dapat mengetahui perkembangan siswa dalam menunjukkan sikap keterbukaan diri melalui bimbingan pribadi dengan menggunakan media internet dan pengatuhuan serta pengalaman peneliti akan bertambah melalui proses penelitian ini.

G. Kajian Teori 1. Keterbukaan Diria. Pengertian Keterbukaan DiriMenurut Johnson (dalam Supratiknya, 2009:14) keterbukaan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi yang berguna untuk memahami tanggapan dimasa kini. Kutipan pengertian tersebut menunjukan bahwa keterbukaan diri merupakan hubungan timbal balik dalam sebuah komunikasi antar pribadi. Sebuah hubungan dapat terbina dengan mengungkapkan reaksi terhadap kejadian yang dialami bersama atau terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan oleh lawan bicara. Keterbukaan diri merupakan tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi kepada orang lain. De Vito (2010:61) menjelaskan tentang keterbukaan diri adalah jenis komunikasi dimana seseorang mengungkapkan informasi tentang diri sendiri yang biasanya disembunyikan, sehingga pernyataan- pernyataan tak disengaja yang menyangkut diri seseorang seperti selip lidah, gerakan non verbal yang tidak disadari, serta pengakuan terbuka semuanya dapat digolongkan dalam komunikasi keterbukaan diri.Menurut Maryam(2008:170) mengemukakan bahwa keterbukaan diri (self-disclosure) merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan informasi diri kepada orang lain yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab. Sebagai salah satu aspek penting dalam hubungan interpersonal, keterbukaan diri perlu bagi remaja karena masa remaja merupakan periode saat individu belajar menggunakan kemampuannya untuk memberi dan menerima dalam hubungan dengan orang lain. Ketrampilan membuka diri yang dimiliki oleh remaja, akan membantu siswa dalam mencapai kesuksesan akademik dan penyesuaian diri. Keterbukaan diri (self-disclosure) menurut Sugiyo (2005:88) merupakan tipe komunikasi dimana informasi tentang diri yang normalnya disimpan / dirahasiakan tetapi justru disampaikan pada orang lain. Contoh mengatakan hal rahasia mengenai usia dan pada umumnya / biasanya merahasiakan hal tersebut. Dengan membuka diri akan mendekati kenyataan dan bila demikian maka seseorang cenderung lebih terbuka kepada orang lain sehingga pada saatnya akan menerima informasi dan pengalaman serta gagasan baru dari orang lain.Menurut Dayakisni (2009:81) keterbukaan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang disukai atau benci Agar keterbukaan diri terjadi, tindakan komunikasi harus melibatkan sedikitnya dua orang. Untuk menjadi keterbukaan diri, informasi harus diterima dan dimengerti oleh orang lain.Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas disimpulkan bahwa keterbukaan diri adalah jenis komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih dimana seseorang mengungkapkan diri kepada orang lain dengan tujuan memberikan informasi yang memerlukan adanya hubungan timbal balik agar tercipta hubungan akrab. Tipe komunikasi ini tanpa adanya kerahasiaan, dimana informasi yang tidak berani diungkapkan tetapi justru disampaikan kepada orang lain. Contoh Informasi yang dibagikan kepada orang lain yaitu berupa pendapat, keyakinan, perasaan serta pikiran, sehingga dalam hal ini perlu adanya rasa saling percaya.

b. Ciri-Ciri Keterbukaan Diri SiswaSikap terbuka memberikan pengaruh yang besar dalam menciptakan suasana komunikasi yang akrab. Keterbukaan diri memberikan peluang bagi individu untuk saling mengenal orang lain, juga mengenal diri sendiri. Oleh sebab itu dalam komunikasi keterbukaan diri sangat penting untuk dilakukan.Menurut Johson (dalam Supratiknya, 2009: 15) keterbukaan diri memiliki dua sisi menjadi ciri keterbukaan diri. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut :Tabel 1Ciri-Ciri Orang Bersikap Terbuka

Terbuka kepada orang lainTerbuka bagi orang lain

Menyadari diri, siapa saya, seperti apa diri sayaMenyadari orang lain, siapa anda, seperti apa diri anda

Menerima diri sendiri, menyadari kekuatan dan kemampuan diri sayaMenerima diri anda, menyadari kekuatan dan kemampuan diri anda

Mempercayai anda untuk menerima dan mendukung saya, bekerja sama dengan saya, bersikap terbuka dengan sayaDipercaya anda dengan cara menerima dan mendukung anda, bekerja sama dengan anda, bersikap terbuka dengan anda

Bersikap terbuka kepada anda, membagikan aneka gagasan dan perasaan saya, dan memeberikan anda tau siapa sayaBersikap terbuka bagi anda, menunjukan perhatian pada aneka gagasan dan perasaan anda serta siapa diri anda

Menurut Adler (dalam Septryanda, 2011: 2) cirri-ciri keterbukaan diri yaitu:1) Diri sendirilah yang menjadi subyek pembicaraan2) Memiliki maksud dan tujuan3) Ditujukan kepada orang lain4) Jujur5) Mengungkap sesuatu6) Mengandung informasi yang orang lain tidak dapat dari sumber lainnya7) Memperoleh komunikasi yang intim dari pembicaraan.Dari kedua pendapat dari para ahli dapat disimpulkan cirri-ciri keterbukaan diri adalah seseorang yang mampu mengungkapkan tentang apa yang terjadi pada dirinya sendiri kepada orang lain, menceritakan dengan sejujurnya serta mempercayai bahwa orang lain dapat memberikan dukungan dan mampu bekerja sama.

c. Faktor yang Mempengaruhi Keterbukaan Diri SiswaMenurut De Vito (2010:62) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri1) Besaran KelompokKeterbukaan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil dari pada dalam kelompok besar. Dengan kelompok kecil oleh pihak yang melakukan keterbukaan diri dapat meresapi tanggapan secara cermat, jika dalam kelompok besar pemantauaan akan semakin sulit karena tanggapan yang muncul pasti berbeda dari pendengara yang berbeda.2) Perasaan MenyukaiSeseorang membuka diri kepada orang-orang yang disukai, dan tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak disukai karena seseorang tidak saja membuka diri kepada mereka yang disukai melainkan lebih suka kepada mereka terhadap siapa seseorang membuka diri.3) Efek Diadik (Pengaruh Dua Orang)Seseorang melakukan pembukaan diri bila orang lain juga melakukan pembukaan diri. Efek diadik (pengaruh dua orang) ini dapat mempengaruhi seseorang merasa lebih aman dan memperkuat perilaku membuka diri kepada orang lain.4) KompetensiOrang yang kompeten, lebih banyak melakukan dalam membuka diri dari pada orang yang kurang kompeten. Mereka yang lebih kompeten merasa diri mereka lebih kompeten dan kerenanya mempunyai rasa percaya diri dan memiliki hal positif tentang dirinya

5) KepribadianOrang yang pandai bergaul dan ekstrovert melakukan pembukaan diri lebih banyak, dari pada mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih introvert. Orang yang kurang berani berbicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri dari pada mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi.6) TopikSeseorang lebih cenderung membuka diri tentang topik tertentu dari pada topik yang lain. Umumnya semakin pribadi dan semakin negatif suatu topik, semakin kecil kemungkinan seseorang untuk membuka diri.7) Jenis KelaminFaktor terpenting yang mempengaruhi pembukaan diri adalah jenis kelamin. Umumnya pria lebih kurang terbuka dari pada wanita. Pria dan wanita juga mengemukakan alasan yang berbeda untuk penghindaran terhadap pengungkapan diri.Sehingga faktor keterbukaan dapat disimpulkan sebagai proses pembukaan diri kepada orang lain yang dipengaruhi oleh lawan bicara, mulai dari siapa dia, apa jenis kelaminya, besar kecil kelompok yang ada disekitar, topik apa yang akan dibahas dan kemampuan seseorang untuk membuka diri kepada orang lain.Faktor- faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri menurut Sugiyo (2005: 88-89) terbagi menjadi enam faktor, diantaranya adalah:1) Keterbukaan Orang LainDalam sebuah interaksi jika orang lain lebih dulu terbuka maka akan menjadikan orang lain untuk ikutmembuka diri. Keterbukaan diri akan terjadi ketika dalam berinteraksi ada reaksi positif dan penghargaan diri masing-masing orang yang sedang berkomunikasi2) Ukuran AudiensUkuran orang yang sedang berkomunikasi dalam jumlah yang sedikit akan cenderung untuk membuka diri. Hal ini dapat terjadi pada kelompok kecil atau komunikasi diadik (dua orang) dikarenakan pada situasi diadik demikian akan memungkinkan/ memudahkan pihak yang terbuka untuk menghadapi reaksi dan respon pihak lain.3) TopikTopik ini akan mempengaruhi banyaknya orang yang akan membuka diri. Dengan topik yang lebih dominan sama akan cenderung mendorong seseorang untuk membuka diri karena mempunyai kesamaan dalam topik yang dibicarakan.4) ValensiMerupakan kualitas positif atau negatif dari keterbukaan diri. Kualitas kondisi ini mempengaruhi seseorang saat interaksi awal kepada orang lain yang mau membuka diri.5) GenderBahwa wanita lebih terbuka dibanding pria, tetapi dalam hal kualitas keterbukaan diri, keduanya mengarah ke negatif. Hal ini bisa terjadi karena adanya stereotype bahwa : pria itu mandiri, kompetitif dan tidak simpatik. Sedangkan wanita itu ketergantungan, tidak agresif dan orientasi interpersonal.6) Lawan BicaraSeseorang lebih sering membuka diri pada orang yang dekat dan yang akrab. Disamping itu hubungan yang sudah terjalin lama juga bisa mengakibatkan keterbukaan diri seseorang.Sehingga faktor keterbukaan diri dapat disimpulkan sebagai situasi dan kondisi seseorang dalam proses pembukaan diri kepada orang lain. Dimana antara pria dan wanita memiliki model untuk membuka diri, tetapi semua hal yang menjadikan seseorang berani untuk membuka diri adalah hubungan dengan orang lain, yang akan menanggapi mengenai keluasan dan kedalaman informasi dari diri kitaDari kedua pendapat dari para ahli dapat disimpulkan faktor-faktor keterbukaan diri adalah proses seseorang dalam membuka diri yang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi seseorang bahkan lawan bicara, situasi tersebut diantaranya seberapa besar saling mengenal satu sama lain, topik pembicaraan, tempat saat membuka diri. Sehingga faktor-faktor yang telah disimpulkan dapat membantu seseorang agar tercapai keberanian dalam membuka diri.

d. Manfaat Keterbukaan Diri SiswaMenurut Sugiyo (2005: 89) menjelaskan bebrapa manfaat dan dampak adanya pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebgai berikut :1) Informasi tentang diri sendiriDengan terbuka dengan orang lain akan mendapatkan pemahaman baru tentang diri pribadi. Atau dapat juga digunakan untuk introspeksi diri.2) Kemampuan untuk mengatasi masalahSalah satu ketakutan yang besar adalah terbongkarnya masa lalu yang kelam, tetapi dengan keterbukaan perasaan serta mendapat dukungan, maka akan mengurangi masalah.3) Komunikasi efektifDengan adanya keterbukaan diantara orang yang berkomunikasi maka akan lebih memahami dalam pembicaraan, sehingga komunikasi akan menjadi lebih efektif jika saling mengenal satu sama lain.4) Hubungan penuh maknaDengan keterbukaan pada orang lain, menghargai dan peduli. Bahwa membuka diri akan membawa seseorang pada hubungan yang bermakna, hal ini akan berbalik pada pribadi masing-masing.5) Kesehatan mentalKeterbukaan diri akan membawa seseorang terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh stres. Hal ini karena seseorang akan merasa lega dan merasa semua persoalan yang dihadapi sudah terpecahkan dan pada giliranya merasa lega serta menjadi lebih rilex dalam menanggapi kehidupan.Manfaat keterbukaan diri dapat disimpulkan sebagaipemahaman baru tentang pribadi atau sebagai introspeksi diri, agar tidak berdampak stres dalam menghadapi masalah, sehingga melatih seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih menghargai dan peduli.De Vito (2010: 63-64) menjelaskan manfaant mengenai mengapa seseorang harus mengungkapkan diri kepada orang lain

1) Pengetahuaan DiriSalah satu manfaat keterbukaan diri adalah seseorang memperoleh pemahaman baru tentang diri sendiri yang lebih mendalam mengenai tingkah laku diri sendiri2) Kemampuan Mengatasi KesulitanDengan mengungkapkan perasaan dan menerima dukungan, bukan penolakan, seseorang menjadi lebih siap untuk mengatasi perasaan berasalah dan akan mengurangi atau akan menghilangkan perasaan takut untuk membuka diri kepada orang lain.3) Efisiensi KomunikasiPengungkapan diri memperbaiki komunikasi. Seseorang dapat lebih memahami apa yang dikatakan seseorang jika mengenal baik orang tersebut. Seseorang dapat mengenal apa makna nuansa- nuansa tertentu, bila orang itu sedang bersikap serius dan bila seseorang sedang bercanda dan bila seseorang sedang marah.4) Kedalaman Hubungan Alasan utama pentingnya keterbukaan diri adalah bahwa seseorang perlu membina hubungan yang bermakna diantara dua orang. Tanpa mengungkapkan diri hubungan yang bermakna dan mendalam tidak mungkin terjadi.Terbuka dengan orang lain berarti menunjukan bahwa seseorang menaruh perhatian. Artinya, apabila seseorang menerima pembukaan dirinya, maka harus rela mendengarkan reaksi atau tanggapanya terhadap situasi yang sedang dihadapi.Dengan kata lain beberapa keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterbukaan diri memberikan manfaat bagi dasar hubungan yang sehat antara dua orang individu yang saling bersikap terbuaka, dengan sikap terbuka menjadikan individu merasa nyaman karena tidak ada hal yang disembunyikan dan dapat menjadikan hubungan antara individu semakin intim.

e. Pedoman Keterbukaan Diri SiswaMenurut Sugiyo (2005: 91) menjelaskan pedoman dalam keterbukaan diri :1) Mempertimbangkan motivasi, melalui keterbukaan jangan untuk menyakiti orang lain2) Mempertimbangkan waktu yang tepat dan tempatnya, dalam membuka diri mempunyai makna yang tepat untuk membuka diri dan dimana tempat yang memungkinkan untuk membuka diri3) Mempertimbnagkan kesempatan yang ada untuk terbuka dan jujur dalam merespon, hindari keterbukaan diri jika dalam situasi yang penuh tekanan atau yang tidak memungkinkan untuk merespon seperti yang diharapkan 4) Mempertimbangkan kejelasan secara langsung, tujuan dari keterbukaan diri adalah untuk menginformasikan bukan membuat bingung orang lain, maka dalam membuka diri harus jelas, tegas.5) Mempertimbangkan keterbukaan dengan pihak lain, Dalam suatu hubungan jika seseorang sudah membuka diri maka seseorang harus memberi kesempatan orang lain untuk membuka diri. Jika orang lain tidak memberikan signal untuk membuka diri maka keterbukaan diri kita tidak diterima dengan baik atau tidak pada saat dan tempat yang tepat6) Mempertimbangkan kemungkinan beban-beban keterbukaan diri, apabila dengan membuka diri justru memberikan hasil yang kurang menguntungkan atau negatif, maka sebaiknya membuka diri tidak dilakukan.Dalam melakukan keterbukaan diri pedoman ini dapat disimpulkan sebagai cara seseorang untuk melakukan pembukaan diri kepada orang lain, mulai dari sebelum melakukan keterbukaan, saat melakukan keterbukaan diri sampai setelah melakukan keterebukaan diri kepada orang lain.Menurut De Vito (2010: 67-68) menjelaskan pedoman keterbukaan diri:1) Motivasi Keterbukaan DiriKeterbukaan diri harus didorong oleh rasa berkepentingan terhadap hubungan dengan orang lain dan diri sendiri, sebab pengungkapan diri tidak hanya bersangkutan dengan diri seseorang tetapi juga bersangkutan dengan orang lain. Terkadang keterbukaan diri dapat melukai perasaan orang lain.2) Kepatutan Keterbukaan DiriDalam melakukan keterbukaan diri haruslah disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Keterbukaan diri haruslah dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat. 3) Timbal Balik dari Orang lainSelama melakukan keterbukaan diri , berikan lawan bicara kesempatan untuk melakukan pengungkapan dirinya sendiri. jika lawan bicara tidak melakukan pengungkapan diri, maka ada kemungkinan bahwa orang tersebut tidak menyukai keterbukaan yang telah dilakukanBerdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pedoman keterbukaan diri seseorang terkadang menimbulkan bahaya, seperti resiko adanya penolakan atau dicemooh orang lain, bahkan dapat menimbulkan kerugian materiel, maka dapat disesuaikan pada motivasi apa yang ada pada diri seseorang untuk melakukan keterbukaan diri serta kesesuaiaan dan timbal balik antara kedua orang dalam melakukan keterbukaan diri.Sehingga dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pedoman keterbukaan diri adalah cara untuk memotivasi seseorang dalam membuka diri saat sebelum dan sesudah, agar tidak salah sasaran dalam membuka diri kepada orang lain

f. Aspek Keterbukaan Diri SiswaMenurut Culbert dkk (dalam Maryam, 2008: 169-174) Sebagai salah satu aspek penting dalam hubungan interpesonal. Menurut Maryam menjelaskan tentang dimensi keterbukan diri yang meliputi lima aspek yaitu:1) KetepatanKetepatan mengacu pada apakah seorang individu mengungkapkan informasi pribadinya dengan relevan dan untuk peristiwa dimana individu terlibat atau tidak. Ketrebukaan diri yang tepat dan sesuai meningkatkan reaksi yang positif dari partisipan atau pendengar, Pernyataan negatif berkaitan dengan penilaiaan dari yang sifatnya menyalahkan diri, sedangkan pernyataan positif merupakan pernyataan termasuk kategori pujian.2) MotivasiMotivasi berkaitan dengan apa yang menjadi dorongan seseorang untuk mengungkapkan dirinya kepada orang lain. Dorongan tersebut berasal dari dalam maupun dari luar. Dorongan dari dalam berkaitan dengan apa yang menjadi keinginan atau tujuan seseorang melakukan keterbukaan diri. Sedangkan dari luar, dipengaruhi lingkungan keluarga, sekolah dan pekerjaan3) WaktuWaktu yang digunakan dengan seseorang akan cenderung meningkatkan kemungkinan terjadinya keterbukaan diri. Dalam keterbukaan diri individu perlu memperhatikan kondisi orang lain. Bila kondisi capek serta dalam keadaan sedih maka orang tersebut cenderung kurang terbuka dengan orang lain. Sedangkan waktunya tepat yaitu bahagia atau senang maka cenderung untuk terbuka dengan orang lain.4) KeintensifanKeintensifan seseorang dalam keterbukaan diri tergantung pada siapa seseorang mengungkapkan diri, apakah teman dekat orang tua, teman biasa, orang yang baru dikenal.5) Kedalaman dan KeluasanKedalaman keterbukaan diri terbagi dua dimensi yaitu keterbukaan diri yang dangkal biasanya diungkapkan kepada orang yang baru dikenal. Keterbukaan diri mendalam, diceritakan kepada orang-orang yang memiliki kedekatan hubungan.Penjelasan aspek keterbukaan diri siswa dapat disimpulkan sebagaiisi dari landasan seseorang membuka diri kepada orang lain. Seseorang akan membuka diri jika memiliki motivasi yang kuat dan seberapa dalam hal yang diungkapkan kepada orang lain.Menurut Boork dan Emmert (dalam Rakhmat, 2007:136) individu yang bersikap terbuka dikontraskan dengan individu yang bersikap tertutup. Aspek individu yang bersikap terbuka antara lain:1) Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data keutuhan logika, maksudnya individu yang bersifat terbuka dapat menilai semua pesan yang diterima secara logika dan menilai pesan atau informasi yang diterima secara objektif atau tidak berdasarkan pendapatnya sendiri.2) Membedakan dengan mudah dan melihat nuansa, maksudnya individu yang bersikap terbuka memiliki kemampuan untuk melihat perbedaan dari informasi atau pesan yang disampaiakan. Seseorang yang memiliki keterbukaan diri akan mengetahui waktu yang tepat untuk terbuka kepada orang lain.3) Berorientasi pada isi maksudnya seseorang yang bersikap terbuka akan melihat informasi yang diberikan mengenai apa yang diinformasikan dari pada siapa yang menyampaiakan atau menginformasikan hal tersebut.4) Mencari informasi dari beberapa sumber, maksudnya seseorang yang akan menerima saran dan kritik dari orang lain untuk memperbaiki kekurangan dalam diri sendiri, selain itu juga akan mencari informasi dari sumber-sumber yang lain sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan membantu menyelesaikan masalah yang dialaminya.5) Lebih bersikap profesional dan juga bersedia mengubah kepercayaan maksudnya individu itu bersedia mengubah pendapat atau keyakinan jika memang tidak sesuai, selain itu mampu mengungkapkan keyakinan yang sesuai dengan kebenaran.6) Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaiaan kepercayaan maksudnya, seseorang yang bersikap terbuka akan menerima masukan atau pendapat dari orang lain untuk menemukan kebenaran, selain itu apabila menemukan permasalahan terhadap apa yang diyakini akan terbuka dan bisa menerima hal tersebut.Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek- aspek keterbukaan diri merupakan sikap terbuka dalam menilai perasaan secara objektif dengan menggunakan data dan keutuhan logika dan dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang.Sehingga beberapa pendapat tersebut, telah disimpulkan bahwa landasan seseorang dalam membuka diri kepada orang lain dengan menggunakan data dan keutuhan perasaan sehingga memotivasi seseorang dalam membuka diri dan lebih percaya kepada orang lain.2. Bimbingan Pribadi Menggunakan Media Interneta. Pengertian Bimbingan PribadiYusuf dan Juntika Nurihsan (2008: 6) menjelaskan bahwa bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah pada pencapaian tujuan. Hallen A. (2005: 8) menambahkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkanya dalam rangka mengembangkan potensi pada dirinya yang menggunakan berbagai macam media dan teknik yang bimbingan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya dan lingkungan.Hallen A. (2005: 72) mengemukakan bimbingan pribadi untuk membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Adapun pengertian bidang pribadi yang lain yaitu dari Yusuf dan Juntika Nurihsan (2008: 11) mengatakan bimbingan yang membantu individu untuk memecahkan masalah pribadi, dan diarahkan untuk memantapkan kepribadian serta mengembangkan kemampuan pada dirinya.Bimbingan pribadi menurut Tohirin (2007: 123) yaitu suatu bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mencapai tugas perkembangan dan tujuan dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkunganya secara baik.Jadi bimbingan pribadi merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan oleh pembimbing membantu siswa agar berkembang mampu memecahkan masalah pribadi dan diarahkan untuk memantapkan kepribadian,dan menyesuaikan diri. Selain itu bimbingan pribadi juga menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.

b. Tujuan Bimbingan PribadiMenurut Yusuf dan Juntika Nurihsan (2008: 14) bimbingan pribadi bertujuan supaya siswa dapat mengerti dirinya, sebagai berikut :1.) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara obyektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik fisik maupun psikis.2.) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri.3.) Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.4.) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.5.) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik bersifat internal maupun dengan orang lain.6.) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.Menurut Tohirin (2007:125) tujuan bimbingan pribadi untuk dapat memecahkan masalah yang bersifat pribadi. Dengan kata lain bimbingan pribadi menekankan pada masalah pribadi pada diri sendiri. Depdikbud (dalam Tohirin 2007:125) mengutarakan bimbingan pribadi untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi, mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaiakan diri dengan lingkunganya.Sedangkan menurut Gunarsa (2007:37) tujuan bimbingan pribadi adalah bimbingan yang membantu anak mengatasi masalah pribadi, sebagai akibat kurang kemampuanya anak didik untuk mengadakan penyesuaian diri dengan aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik pribadi, sosial, seks dan lain-lain.Berdasarkan paendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan bimbingan pribadi adalah memecahkan masalah pribadi seperti penyesuaian diri dengan aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik pribadi, sosial, seks dan lain-lain. Selain itu tujuan bimbingan pribadi agar dapat membantu individu dalam memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya dan dapat mengambil keputusan secara efektif.c. Bentuk Layanan Bimbingan PribadiSukardi dan Desak Nila (2008:56) menyatakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan kontak langsung dengan sasaran layanan (klien/Konseli) disebut layanan. Berbagai jenis layanan perlu dilakukan sebagai wujud nyata penyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling. Bentuk layanan bimbingan bidang pribadi di sekolah adalah layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.Menurut Tohirin (2007:125) bentuk layanan bimbingan pribadi yaitu a) layanan Informasi, informasi tahap-tahap perkembangan dapat mencakup perkembangan fisik, motorik, bicara, emosi, sosial, moral, seks, dan kepribadian. b) Penguasaan konten, yaitu layanan yang diberikan kepada peserta didik yang bersifat pribadi, keadaan ekonomi, metode belajar, dan bentuk kehidupan bermayarakat.Yusuf dan Juntika Nurihsan (2008:21) mengemukakan layanan bimbingan pribadi yaitu layanan Informasi, dalam arti menyajikan keterangan (informasi) tentang berbagai aspek kehidupan yang diperlukan individu. Aspek tersebut seperti menyangkut aspek karakterisitik dan tugas perkembangan pribadi.Berdasarkan uraian di atas layanan bimbingan pribadi ada dua layanan yang digunakan, yaitu layanan informasi dan layanan penguasaan konten. Layanan tersebut layanan yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami materi bimbingan pribadi.

d. Bimbingan melalui media internet Nabilah (2010) mengatakan bahwa bimbingan melalui media internet adalah layanan bimbingan professional antara guru pembimbing dengan konseli yang terpisah jarak dan waktu dengan memanfaatkan teknologi internet baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan menggunakan situs aman dan berisi tentang informasi informasi yang senantiasa diperbaharui, dimana layanan bimbingannya bias diberikan melalui email, chat, bahkan video conference.Menurut Asrowi (2012) bimbingan melalui media internet adalah salah satu layanan bimbingan dan konseling yang bersifat virtual atau bimbingan yang berlangsung melalui bantuan koneksi internet. Dalam hal ini proses konseling berlangsung melalui internet dalam bentuk situs atau media sosial sejenis.Berdasarkan uraian diatas bimbingan melalui media internet adalah salah satu layanan bimbingan dan konseling profesiaonal antara guru pembimbing dan konseli yang berlangsung dengan memanfaatkan koneksi internet baik secara langsung dan tidak langsung dengan menggunakan situs yang aman yang berisikan tentang imformasi-informasi yang senantiasa diperbaharui.

e. Kelebihan dan bimbingan melalui media internetMenurut Asrowi (2012) kelebihan bimbingan menggunakan media internet yaitu: 1.) Layanan konseling dapat berlangsung di luar jam sekolah maupun di sekolah. Apabila ada konseli/siswa yang dirasa kurang mendapatkan pelayanan kosneling di sekolah karena lasan kurangnya waktu, maka bisa melanjutkan di luar jam sekolah atas kesepakatan yang sudah ditetapkan oleh konselor dengan siswa di sekolah. 2.) Dapat menghemat waktu. Bimbingan melalui media internet,konselor dapat melakukan layanan dimana saja walaupun tempatnya berjauhan, terutama bagi ssiwa yang memebutuhkan layanan saat itu juga. Disamping itu, lewat website yang dibuat pada masing-masing sekolah, siswa bisa mengakses informasi yang dibutuhkan dengan cepat. 3.) Menghemat biaya. Khususnya bagi konselor yang menggunakan model videoconference untuk berkomunikasi antar konselor, bisa langsung bertatap muka secar virtual, sehingga dengan fasilitas ini akan dapat menekan biaya bila tempat antar konselor berjauhan. 4.) Dapat meningkatkan kualitas konselor dan siswa terutama dalam penguasaan teknologi khususnya internet dan komputer di zaman yang semakin berkembang. 5.) Sekolah yang menjalankanbimbingan melalui media internet sudah tentunya memiliki nilai lebih dalam aspek strategi layanan bimbingan dan konseling berbasis teknologi. 6.) Bagi mereka yang belum mengenal internet, dengan adanya sosialisasibimbingan melalui mediainternet maka guru pembimbing yang masih awam akan bisa memperlajarinya. Dengan demikian tidak ada istilah ketinggalam jaman atau gagap teknologi. Sudah etntunya hal tersebut diimbangi dengan usaha dan kemauan keraas untuk menguasai teknologi tersebut, dan lain sebagainya.Nabila (2010) mengemukakan bahwa bimbingan melalui media internet memiliki kelebihan yaitu: 1.) Memberikan kesempatan bagi calon konseli yang merasa kurang nyaman untuk bertemu dan berkomunikasi secara langsung dan bertatap muka dengan guru pembimbing. 2.) Guru pembimbing dapat mengetahui gambaran perasaan atau emosi konseli melalui emoticon yang biasanya terlihat dalam aplikasi chat. 3.) Melalui email yang merupakan interaksi yang dilakukan secara tidak langsung, individu diberi kesempatan untuk berpikir sebelum menulis sehingga individu dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan yang sebenarnya melalui tulisan. 4.) Berbagai transaksi data seperti informasi dan formulir bisa diberikan dan dikumpulkan secara online. Hal ini akan mempermudah proses administrasi dan penyimpanan data dan rekaman bimbingan. 5.) Menghilangkan jarak untuk mendapatkan konseli, keluwesa dalam perecnaan, menghemat anggaran, dan memberikan pilihan yang lebih banyak bagi konseli.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari bimbingan melalui media internet yaitu calon konseli lebih merasa nyaman, menghemat waktu, tidak terbatas oleh jarak, meghemat anggaran dalam pelaksanaan bimbingan serta bagi guru pembimbing ataupun konseli dapat mengenal internet lebih jauh.

f. Kekurangan bimbingan melalui media internetAdapun kekurangan dari bimbingan melalui media internet menurut Nabilah (2010) yaitu: 1.) tidak adanya hubungan atau kontak secara tatap muka. Sehingga menyulitkan bagi guru pembimbing untuk melihat ekspresi wajah konseli. 2.) tidak adanya kegiatan berbicara secara langsung, sehingga tidak memunculkan reaksi emosional yang dapat di interpretasikan guru pembimbing. 3.) tidak adanya interaksi secara langsung, kondisi ini membatasi guru pembimbing terhadap bahasa tubuh konseli yang merupakan bagian dari petunjuk atau penunjang dalam kegiatan bimbingan. 4.) dilakukan diruang virtual, yang memiliki resiko keamanan online. Dalam hal ini, bukan tidak berbagai informasi mengenai data konseli dapat disusupi oleh pihak ketiga. 5.) keterbatasan ekonomi, dimana seluruh populasi target layanan memiliki akses terhadap fasilitas digital yang memungkinkan bagi mereka untuk mendapatkan layanan bimbingan melalui media internet.Menurut Asrowi (2012) kelemahan bimbingan melalui media internet yaitu; 1.) Biaya awal untuk mempersiapkan cyber counseling yang cukup besar, seperti komputer dan aplikasinya, internet dan perangkatnya. 2.) Profesionalitas kemampuan konselor dalam penguasaan teknologi. Bagi konselor maupun siswa/atau konseli yang awam dengan internet sudah tentunya tidak bisa menjalankan program ini, sehingga perlulah diadakan pelatihan khusus. 3.) Tinggi rendahnya sinyal internet. Besar kecilnya sinyal internet akan sangat mempengaruhi kecepatan konseksinya, terutama dalam menjalankan videoconference yang membutuhkan sinyal internet yang baik. 4.) Upaya memanajemen strategi layanan. Bagaimana pihak konselor memanajemen layanan ini akan menentuka keberhasilan tujuan yang akan dicapainya. 5.) Keikhlasan konselor untuk memberikan layanan secara non formal. Bagi konseli yang membutuhkan layanan di luar jam sekolah/non formal, dibutuhkan keikhlasan tersendiri. 6.) Pemanfaatan internet untuk tindakan yang negatif. Supaya tidak memberikan pengaruh negative pada siswa dari belajar internet, maka sejak dini siswa diajarkan pula dasar budi pekerti sebagai landasan untuk mengetahui baik buruknya suatu tindakan yang dilakukan.Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan bimbingan menggunakan media internet yaitu: guru pembimbing tidak bias mengetahui ekspresi wajah konseli secara langsung, membutuhkan anggaran besar untuk mempersiapkan media internet seperti computer serta membuat situs, selain itu tidak semua kalangan dapat mempelajari internet dengan cepat sehingga sedikit menghambat proses pemberian layanan.

3. Kerangka BerpikirBimbingan bidang pribadi ini diberikan kepada peserta didik di sekolah, materi yang disampaikan juga berdasarkan dari masalah yang berkembang di sekolah. Banyak peserta didik yang masih kurang memahami tentang keterbukaan diri yang sebetulnya itu penting bagi individu.Keterbukaan diri adalah jenis komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih dimana seseorang mengungkapkan diri kepada orang lain dengan tujuan memberikan informasi yang memerlukan adanya hubungan timbal balik agar tercipta hubungan akrab. Tipe komunikasi ini tanpa adanya kerahasiaan, dimana informasi yang tidak berani diungkapkan tetapi justru disampaikan kepada orang lain. Contoh Informasi yang dibagikan kepada orang lain yaitu berupa pendapat, keyakinan, perasaan serta pikiran, sehingga dalam hal ini perlu adanya rasa saling percaya. Penerapan bimbingan pribadi menggunakan layanan informasi dan penguasaan konten yang memanfaatkan media internet. Menggunakan media internet bertujuan dapat mempermudah peserta didik dalam mengakses semua informasi tentang keterbukaan diri serta mempermudah peserta didik dalam melaksanakan bimbingan secara nyaman tanpa ada rasa takut dan malu. Sehingga peserta diharapkan mampu menerapkan sikap keterbukaan diri terhadap orang lain.Penelitian ini selanjutnya akan di gambarkan sesuai dengan bagan dibawah ini :

Tingkat Keterbukaan diri siswaBimbingan pribadi menggunakan media internet

Bagan 1. Kerangka teori4. Hipotesis PenelitianDari uraian kerangka teori di atas diajukan hipotesis kerja bahwa ada pengaruh yang signifikan dari bimbingan pribadi dengan menggunakan media internet terhadap keterbukaan diri siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Jepara.G. Metodelogi Penelitian 1. Tempat dan waktu penelitian a. Tempat PenelitianPenelitian dilaksanakan di SMA N 1 Jepara, Jl. K.S. Tubun No 1, Jepara. Peneliti memilih melaksanakan penelitian di sekolah tersebut karena peneliti sebelumnya telah melaksanakan observasi di SMA Negeri 1 Jepara. Dengan demikian peneliti memilih mengangkat permasalahan keterbukaan diri berdasarkan kondisi yang terjadi pada siswa di sekolah tersebut dalam pengamatan saat itu.b. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014, peneliti telah memperhatikan kalender pendidikan yang berlaku di SMA Negeri 1 Jepara pada bulan Februari minggu efektif kegiatan pembelajaran cukup optimal.

2. Variabel penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu bimbingan pribadi dengan menggunakan media internet sebagai variabel bebas (X) dan keterbukaan diri sebagai variabel terikat (Y).

3. Definisi operational a. Keterbukaan Diri (Self Disclosure)Keterbukaan diri adalah jenis komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih dimana seseorang mengungkapkan diri kepada orang lain dengan tujuan memberikan informasi yang memerlukan adanya hubungan timbal balik agar tercipta hubungan akrab. Tipe komunikasi ini tanpa adanya kerahasiaan, dimana informasi yang tidak berani diungkapkan tetapi justru disampaikan kepada orang lain. Contoh Informasi yang dibagikan kepada orang lain yaitu berupa pendapat, keyakinan, perasaan serta pikiran, sehingga dalam hal ini perlu adanya rasa saling percaya. Adapun ciri-ciri seseorang mempunyai keterbukaan diri adalah (1) menyadari diri sendiri, (2) Menerima diri sendiri, (3) Mempercayai bahwa orang lain mampu bekerja sama, (4) bersikap terbuka dan jujur dengan apa yang disampaikannya, (5) Pembicaraan mengandung maksud dan tujuan.

b. Bimbingan pribadi menggunakan media internetProses pemberian bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing yang berguna membantu siswa untuk berkembang dalam memecahkan masalah pribadi dan pemahaman tentang kehidupan pribadi seperti kepribadian, penyesuaian diri dan lain-lain yang menggunakan media internet. Media internet yang digunakan adalah berupa situs internet yang berisikan tentang bimbingan pribadi yang diberikan didalam layanan informasi. Materi tentang keterbukaan diri dengan bimbingan pribadi yang memanfaatkan media internet akan diberikan 6 kali pertemuan, diberikan melalui bimbingan klasikal di kelas XI IPA 4 SMA N 1 Jepara.

4. Metode dan desain penelitian Menurut Sugiyono (2010: 3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Disebutkan juga terdapat empat kata kunci yang harus diperhatikan mengenai metode penelitian yaitu cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan tertentu. Cara ilmiah artinya kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri- ciri keilmuan, yaitu rational, empiris, dan sistematis. Rational berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara- cara yang masuk akal. Empiris berarti cara- cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunkan langkah- langkah tertentu yang bersifat logis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya, di dalamnya banyak dituntut menggunkan angka. Mulai dari pengumpulan data, penafsiran tershadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2010: 386).

5. Populasi, sampel, dan sampling a. Populasi Populasi dalam penelitian dengan judul pengaruh bimbingan pribadi menggunakan media internet terhadap peningkatan keterbukaan diri siswa adalah seluruh peserta didik kelas XI IPA SMA N 1 Jepara yang terdiri dari lima kelas dengan jumlah keseluruhan 155 peserta didik. Berikut tabel sebaran populasi penelitian peserta didik kelas XI IPA SMA N 1 Jepara.

Tabel 1Populasi Penelitian

NOKelasSiswa

1.XI IPA 131

2.XI IPA 232

3.XI IPA 331

4.XI IPA 431

5.XI IPA 530

Jumlah Total155

a. Sampel Dari hasil penyebaran angket lima kelas, maka diambil satu kelas yaitu kelas XI IPA 4 yang berisikan 31 siswa untuk dijadikan sampel.

b. SamplingAdapun pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive classter sampling. Disebut purposive classter sampling karena teknik ini dipandang lebih efektif dan efisien, dimana teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas dasar adanya tujuan tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi tujuan adalah siswa yang keterbukaan dirinya rendah, yaitu siswa dari kelas XI IPA 4.

6. Metode pengumpulan data Menurut Sugiyono (2010: 3) secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Disebutkan juga terdapat empat kata kunci yang harus diperhatikan mengenai metode penelitian yaitu, cara ilmiah, data, tujuan kegunaan tertentu. Cara ilmiah artinya kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif. Sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006: 12). Peneliti menggunakan metode Pre-experimental Design dengan jenis One Group Pretest-Posttest Design. Peneliti menggunakan metode ini karena waktu yang tersedia kurang memadai, maka peneliti menggunakan metode yang lebih mudah dan simple, dengan metode ini akan dapat diketahui hasil perlakuan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Design ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan terdapat posttest setelah diberi perlakuan.

7. Instrumen penelitian Instrument penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan skala psikologis. Metode ini digunakan untuk mengungkap variabel terikat. Sebagai alat ukur, skala psikologis memiliki karakteristik khusus yang membedakanya dari berbagai bentuk alat pengumpulan data yang lain seperti angket, kuesioner dan lain-lainya. Istilah skala lebih banyak digunakan untuk menamakan alat ukur aspek afektif, selanjutnya skala psikologi selalu mengaju pada alat ukur.Alasan menggunakan skala psikologis sebagai alat ukur adalah karena keterbukaan diri merupakan atribut psikologi yang wujudnya tidak nampak. Melalui skala psikologis variabel tergantung diambil indikatornya untuk menjadi kisi-kisi dalam skala psikologis. Jawaban setiap butir instrumen yang menggunakan skala psikologis mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata sebagai berikut : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban yang telah ditentukan dapat diberi skor: Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, Sangat Tidak Setuju (STS)= 1

Tabel 2Distribusi Pemberian Skor Skala Keterbukaan Diri

NoJawabanSkor (+)Skor (-)

1Sangat Setuju41

2Setuju32

3Tidak Setuju23

4Sangat Tidak Setuju14

Tabel 2Kisi-kisi Skala Keterbukaan DiriNo.IndikatorFavourabelUnfavourabelJumlah

1Ketepatan 1,11,21,316,16,26,368

2Motivasi7,17,27,372,12,22,328

3Waktu 3,13,23,338,18,28,388

4Keintensifan9,19,29,394,14,24,348

5Kedalaman dan keluasan5,15,25,3510,20,30,408

Jumlah202040

8. Teknik Analisis Data a. Uji ValiditasMenurut Soegeng (2007:108) skala (kesahihan) adalah karagteristik yang sangat diperlukan dalam hasil pengukuran. Butir-butir tes dirancang untuk memenuhi indikator kualitas tersebut dalam suatu kisi-kisi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang telah diteliti secara tepat. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung validitas setiap butir adalah rumus yang dikemukakan oleh pearsen yang dikenal dengan rumus korelasiproduct moment adalah sebagai berikut :

Keterangan :rxy: Koefisien korelasi variabel x dan variabel yX: Jumlah skor item bebasY: Jumlah skor total terikatx: Jumlah skor butiry: Jumlah skor totalxy: Jumlah skor total kali skor butirx2: Jumalah skor butir kuadraty2: Jumlah skor total kuadratN: Jumlah siswaKriteria : dikatakan valid jika, r hitung > r table

b. Uji ReliabilitasMenurut Sugiyono (2010: 172) penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Reliabilitas Alpha. Menurut Arikunto (2006:196) rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang sekornya bukan 1 dan 0 melainkan sesuatu rentang misal 1- 4. Adapun rumus reliabelitas alpha rumusnya adalah sebagai berikut:

Keterangan:r 11: Reliabilitas InstrumenK: Banyaknya butir pernyataanb2: Jumlah Varian Butirb2: Varian TotalSetelah data diperoleh untuk langkah selanjutnya adalah mengolah data yang telah terkumpul tersebut. Pada tahap ini ada peneliti hendaknya memilih teknik analisis yang tepat, agar hasil atau kesimpulan yang di peroleh juga tepat atau sesuai dengan harapan. Dalam menganalisa hasil eksperimen yaitu menggunakan design one group pre test post test yaitu menggunakan rumus :

Ket: Md: Mean dari perbedaan pre test dengan post test xd: Defiasi masing- masing subjek (d- Md)N: subjek pada sampel Teknik analisis data ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis kerja (Ha) yang berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji. Hipotesis kerja disusun berdasarkan teori yang handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya. Hipotesis kerja (Ha) ditanyakan dalam kalimat positif dan hipotesis nol (Ho) dinyatakan dalam kalimat negatif. Hipotesis kerja yang berbunyi: Ada pengaruh yang signifikan dari bimbingan pribadi melalui media internet terhadap keterbukaan diri siswa kelas XI IPA 4 SMA N 1 Jepara. Pengambilan keputusan penguji hipotesis didasarkan pada ketentuan sebagai berikut: r- hitung < r- tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis kerja (Ha) ditolak. Tetapi sebaliknya jika r-hitung > r-tabel, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima, jika r-hitung < r-tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan (Ha) ditolak, taraf signifikan 5% (Sugiyono, 2010 : 261).

9. Hipotesis statistik Ho : (berarti tidak ada hubungan).