22
PENDAHULUAN Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan Sejumlah fungsi organ tubuh dapat ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan fisik. Pasien luka bakar yang selamat akan mendapat jaringan parut, infeksi, kehilangan tulang dan massa otot, penyembuhan luka yang buruk,serta penyembuhan yang lama. Kehilangan jaringan kulit menyebabkan regulasi panas dan penyembuhan luka menjadi lebih sulit,. Luka bakar kecil juga menyebabkan morbiditas yang signifikan, seperti hilangnya fungsi tangan atau kecacatan pada wajah. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan dan berlangsung untuk jangka waktu yang lama.

jurnal luka bakar.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal luka bakar

Citation preview

PENDAHULUANLuka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan Sejumlah fungsi organ tubuh dapat ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan fisik.

Pasien luka bakar yang selamat akan mendapat jaringan parut, infeksi, kehilangan tulang dan massa otot, penyembuhan luka yang buruk,serta penyembuhan yang lama. Kehilangan jaringan kulit menyebabkan regulasi panas dan penyembuhan luka menjadi lebih sulit,. Luka bakar kecil juga menyebabkan morbiditas yang signifikan, seperti hilangnya fungsi tangan atau kecacatan pada wajah. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan dan berlangsung untuk jangka waktu yang lama. A. Definisi dan Etiologi

Luka bakar adalah cedera yang disebabkan oleh panas, listrik, radiasi atau zat korosif dan berkisar dari luka minor hingga sangat parah. Tingkat keparahan cedera biasanya ditandai dengan luasnya kulit yang terkena, lokasi anatomis, kedalaman cedera, usia pasien dan adanya kelainan penyerta (Stylianou, et al., 2014). Pasien dapat mengalami mortalitas akibat luka bakar dari berbagai macam etiologi seperti api (kecelakaan domestic atau di tempat kerja), listrik, air panas, zat kimia, dan logam (Martina & Wardhana, 2013).

Gambar 1: Etiologi Luka Bakar (Martina & Wardhana, 2013)

B. Epidemiologi

Secara global, luka bakar adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius. Sekitar 13.000 luka bakar membutuhkan perawatan rumah sakit terjadi setiap tahun di Inggris dan Wales. Selama tahun 2003-2011, 81.181 pasien menghadiri layanan khusus luka bakar di Inggris dan Wales. Berdasarkan jumlah tersebut, 57.801 dirawat di layanan, dan sisanya mendapatkan perawatan khusus. Diperkirakan 195.000 kematian terjadi setiap tahun dari kebakaran saja, dengan korban tewas akibat luka terbakar, luka bakar listrik, dan bentuk lain dari luka bakar, yang tidak tersedianya data global. Kematian terkait api merupakan penyebab utama kematian di kalangan anak-anak dan dewasa muda usia 5-29 tahun. Lebih dari 95% luka bakar fatal akibat api terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Asia Tenggara menyumbang lebih dari setengah dari total jumlah kematian yang terkait dengan kebakaran di seluruh dunia dan perempuan di wilayah ini memiliki tingkat luka bakar api tertinggi dalam mortalitas global (Stylianou, et al., 2014; Martina & Wardhana, 2013).

Tabel 1: Data Demografis dari Burn Unit RSCM (Martina & Wardhana, 2013)

C. Patofisiologi

Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di interstisial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan,dengan kata lain mengalami syok. Respon inflamasi lokal dan sistemik terhadap luka bakar sangat kompleks, sehingga baik kerusakan jaringan terbakar secara lokal dan efek sistemik terjadi pada semua system organ lain yang jauh dari daerah terbakar. Meskipun peradangan dimulai segera setelah terjadinya luka bakar, respon sistemik berlangsung berkala, biasanya memuncak 5 sampai 7 hari setelah luka bakar. Sebagian besar perubahan lokal dan tentu saja mayoritas perubahan luas disebabkan oleh mediator inflamasi. Luka bakar yang menginisiasi reaksi inflamasi sistemik memproduksi toksik dan radikal oksigen dan akhirnya menyebabkan peroksidasi. Hubungan antara jumlah produk dari metabolisme oksidatif dan pertahanan alami dari radikal bebas menentukan hasil kerusakan jaringan lokal dan jauh dan kegagalan organ lebih lanjut dalam luka bakar. Jaringan yang cedera menginisiasi suatu inflammation-induced hyperdynamic, hypermetabolic yang dapat menyebabkan kegagalan organ progresif yang parah. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila telah terjadi gangguan perfusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem. Luka bakar mayor dapat mengakibatkan trauma parah. Kebutuhan energi dapat meningkat sebanyak 100% di atas pengeluaran energy istirahat (REE), tergantung pada luas dan kedalaman cedera. Katabolisme protein berlebihan dan ekskresi nitrogen urin meningkat seiring hlpermetabolisme ini. Protein juga hilang melalui luka bakar eksudat. Pasien luka bakar sangat rentan terhadap infeksi, dan secara nyata meningkatkan kebutuhan energy dan protein (Jeschke et al., 2011)D. KLASIFIKASI

Bedasarkan Mekanisme Terjadinya

Berdasarkan mekanisme terjadinya trauma termal yang dapat mengakibatkan luka bakar diklasifikasikan menjadi:

a. Scald burns

Merupakan penyebab tersering dari luka bakar terutama pada anak. Scald burns melibatkan berbagai zat seperti cairan, minyak, dan aspal. Luka bakar terjadi akibat terkena tumpahan, terendam, dan lain-lain. Mekanisme ini dapat dipakai untuk memperkirakan kedalaman luka. Kulit manusia dapat bertahan hingga suhu 104F (40C) dalam janka waktu tertentu sebelum timbulnya luka. Air yang mendidih memiliki suhu sekitar (210F/99C) dapat menyebabkan luka bakar yang dalam. Minyak yang sangat panas dengan suhu sekitar 350 - 400F (177 - 204C) dapat menyebabkan luka bakar yang sangat dalam dan membutuhkan perawatan bedah. Luka bakar muncul pada kulit yang terkena. Adanya perbedaan lapis pakaian yang digunakan dapat menghasilkan kedalaman luka bakar yang berbeda.

b. Flame burns

Merupakan penyebab tersering kedua setelah luka bakar. Terutama terjadi pada orang dewasa akibat adanya kontak nyata antara kulit dan api sehingga menghanguskan kulit dan mengakibatkan kulit menghitam.

c. Contact burns

Disebabkan oleh adanya kontak langsung dengan objek atau benda dengan temperature tinggi seperti metal, plastic, dan kaca. Luka bakar yang terjadi biasanya sangat dalam namun terbatas pada area terntentu.

Berdasarkan Kedalaman Luka Bakar

Kedalaman luka bakar diklasifikasikan dalam degree atau derajat. Klasifikasi kedalaman luka bakar pada lapisan kulit, yaitu:

Derajat 1 (luka superfisial)

Juga dikenal sebagai luka bakar dangkal. Luka bakar terjadi pada lapisan terluar kulit yaitu epidermis. Terlihat adanya eritema dan nyeri. Luka bakar superficial tidak mempengaruhi fisiologis tubuh secara signifikan. Luka bakar derajat 1 dapat disebabkan oleh paparan berkepanjangan dari panas atau cahaya intensitas rendah (misal : sunburn), atau paparan jangka pendek dari panas atau cahaya berintensitas tinggi. Nyeri dapat bertahan sampai 2-3 hari kemudian mengelupas pada hari ke 7 sampai 10. Epitel mengelupas meninggalkan epidermis yg utuh dan tidak ada sisa jaringan parut.

Derajat 2 (Partial thickness)Melibatkan cedera pada epidermis dan sebagian pada dermis (tidak melewati subkutan). Luka bakar tingkat dua sangat bervariasi dalam penampilan klinis dan tergantung pada kedalaman cedera. Kedalaman luka bakar pada dermis berkorelasi langsung terhadap waktu yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan serta dengan risiko terjadinya jaringan parut. Luka bakar derajat 2 atau luka bakar partial dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Superficial (dangkal) cedera hingga ke tingkat membran basal. Biasanya bewarna merah muda, lembab, dan sangat menyakitkan.

b. Moderate (sedang) cedera hingga ke lapisan papilare

c. Deep (dalam) cedera hingga seluruh lapisan retikulare namun tidak meluas hingga subkutaneus

Gambar. 1 Potongan melintang dari kulit yang terbakar. (a) kedalaman partial superficial, (b) kedalaman partial dalam, (c) derajat 3 (full thickness). Terlihat pada (a) dan (b) pelengkap kulit seperti folikel rambur, kelenjar keringat) bertindak sebagai tunas epidermal dan mengisi kembali permukaan kulit dengan sel epitel. (c) terlihat seluruh peengkap khusus telah hancur dan penyembuhan tidak dapat terjadi pada daerah yang luas.

Pada luka bakar partial dangkal, epidermis lain seperti kelenjar keringat dan rambut masih ada dan menjadi sumber regenerasi epidermis. Proses penyemuhan dapat terjadi selama hemodinamik stabil, luka tetap kering, dan dicegah terjadinya infeksi. Luka dapat sembuh dalam dua minggu dengan jaringan parut yang minimal.

Luka bakar partial dalam lebih lama proses reepitelisasi karena pelengkap dermal juga mengalami cedera. Beberapa kasusu membutuhkan eksisi dan cangkok kulit untuk mempercepat penutupan luka. Derajat 3 (Full Thickness) cedera terjadi sangat luas meliputi seluruh lapisan epidermis dan dermis. Terdapat nekrosis koagulatif pada epidermis dan dermis dengan destruksi bagian bagian dermis. Karena semua pelengkap dermal engalami kerusakan, luka bakar ini hanya dapat sembuh dengan eksisi dan cangkok kulit. Dari luar, lesi tampak, kering, putih, kasar dan mati rasa. Tidak terdapat blister. Lesi dapat pula coklat atau hitam karena formasi arang. Kulit tidak nyeri dengan sentuhan ringan. Luka ini dapat sembuh namun meninggalkan bekas luka

Derajat 4 (Full Thickness+) Cedera meliputi jaringan subkutan dasar, fasia, otot, tendo, dan tulang. tampak karbonisasi. Luka bakar derajat ini hampir akan selalu menghasilkan sindrom kompartemen dan segera membutuhkan eksisi lengkap untuk jaringan yang masih hidup dan amputasi pada bagian yang terkena. Tanpa amputasi, jaringan yang mati dapat mengalami gangrene, sepsis sistemik hingga dapat mengakibatkan kematian. Sulit menentukan tepatnya kedalaman luka hingga di ruang operasi.

Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1) rule of nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar ditentukan dengan presentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar. Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomik, dimana setiap bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 %.

Gambar 7. Wallace Rule of Nine

Gambar 8. Lund and Browder Chart (Potenza et al, 2007)

E. DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis, dapat ditegakkan dengan menentukan derajat maupun luas luka bakar yang terjadi. Penentuan luas luka bakar pada kulit adalah penting pada kasus-kasus dimana kematian terjadi lambat oleh karena luas dan derajat luka bakar sangat penting pengaruhnya terhadap prognosis dan manajemen pengobatannya. Untuk perhitungan luas luka bakar secara tradisional dihitung dengan menggunakan `Rule of Nines` dari Wallace. Dikatakan bahwa luka bakar yang terjadi dapat diindikasikan sebagai presentasi dari total permukaan yang terlibat oleh karena luka termal. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah 9%, tiap tiap ekstremitas bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%, bagian belakang adalah 18%, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan leher 1%. Lihat gambar (Sjamsuhidajat,2004)Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif luas permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of 10-15-20` dari Lund and Browder untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%. (Sjamsuhidajat,2004)

Tabel 2. Rule of Nines untuk Penatalaksanaan Luka Bakar Pada Permukaan Tubuh

Struktur AnatomiArea Permukaan

Kepala9%

Badan Depan18%

Punggung18%

Tiap Kaki18%

Tiap Lengan9%

Genitalia/perineum1%

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu untuk dilakukan segera. Hal ini untuk menunjang tatalaksana, mengingat luka bakar dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang berat. Hal ini harus dikenali sehingga bisa diatasi secepat mungkin. Pemeriksaan yang dapat dilakukan : Hemoglobin, hematokrit, elektrolit, gula darah, golongan darah, carboxyhemoglobin dan kadar sianida (pada luka bakar akiibat kebakaran di ruangan) (Deborah, 2013) F. PENATALAKSANAAN LUKA BAKARPertolongan pertama (Enoch, 2009)

Jika pasien tiba di fasilitas kesehatan tanpa pertolongan pertama yang telah diberikan, basahi luka bakar secara menyeluruh dengan air dingin untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan melepas semua pakaian terbakar.

Jika area luka bakar terbatas, masukkan area tersebut dalam air dingin selama 30 menit untuk mengurangi rasa sakit dan edema dan untuk meminimalkan kerusakan jaringan.

Jika luas luka bakar besar, setelah disiram dengan air dingin, oleskan pembungkus bersih sekitar area yang terbakar (atau seluruh pasien) untuk mencegah hilangnya panas sistemik dan hipotermia.

Hipotermia adalah risiko tertentu pada anak-anak.

Dalam 6 jam pertama setelah cedera sangat penting membawa pasien luka bakar parah ke rumah sakit sesegera mungkin.

Perawatan awal (Enoch, 2009)

Awalnya, luka bakar steril. Fokus pengobatan pada penyembuhan cepat dan pencegahan infeksi.

Dalam semua kasus, kelola profilaksis tetanus.

Kecuali pada luka bakar yang sangat kecil, debride semua bula. Hilangkan jaringan mati dan debridemen semua jaringan nekrotik selama beberapa hari pertama.

Setelah debridemen, membersihkan luka bakar dengan 0,25% (2,5 g / liter) larutan klorheksidin, 0,1% (1 g / liter) larutan setrimid, atau berbasis air antiseptik lain.

Jangan menggunakan solusi berbasis alkohol.

Menggosok dengan lembut akan menghapus jaringan nekroti. Oleskan lapisan tipis krim antibiotik (silver sulfadiazin).

Balut luka bakar dengan kain kasa minyak dan kasa kering yang cukup tebal untuk mencegah rembesan ke lapisan luar.

Pengobatan sehari-hari (WHO, 2010)

Mengubah balut setiap hari (dua kali sehari jika mungkin) atau sesering yang diperlukan untuk mencegah rembesan melalui balutnya. Pada setiap perubahan balutan, hilangkan jaringan yang mati.

Periksa luka ( perubahan warna atau perdarahan, yang mengindikasikan perkembangkan infeksi.

Demam bukanlah tanda yang berguna karena dapat bertahan sampai luka bakar tertutup.

Selulitis pada jaringan sekitarnya adalah indikator yang lebih baik dari infeksi.

Berikan antibiotik sistemik dalam kasus infeksi luka streptokokus hemolitik atau septicemia.

Infeksi Pseudomonas aeruginosa sering menyebabkan septicemia dan kematian. Perlakukan dengan aminoglikosida sistemik.

Berikan kemoterapi antibiotik topikal harian. Perak nitrat (0,5% air) merupakan yang termurah, diterapkan dengan dressing oklusif tetapi tidak menembus eschar. Perak nitrat menguras elektrolit dan noda pada daerah sekitar.

Gunakan sulfadiazin perak (1% salep larut) dengan selapis tunggal. Ini memiliki penetrasi eschar terbatas dan dapat menyebabkan neutropenia.

Mafenide asetat (11% dalam salep larut) digunakan tanpa dibalut. Meresap eschar tetapi menyebabkan asidosis.

Perlakukan luka bakar dengan perawatan khusus untuk menjaga fungsi.

Tutup tangan dengan sulfadiazine perak dan tempatkan dalam sarung tangan plastik longgar atau tas diamankan di pergelangan tangan dengan balutan krep;

Tinggikan tangan untuk pertama 48 jam, dan kemudian mulai latihan tangan;

Setidaknya sekali sehari, buang sarung tangan, bersihkan tangan, memeriksa luka bakar dan kemudian berikan kembali sulfadiazin perak dan sarung tangan;

Jika pencangkokan kulit diperlukan, pertimbangkan pengobatan oleh dokter spesialis setelah jaringan granulasi yang sehat muncul.

G. KOMPLIKASI

Untuk pasien rawat jalan pengobatan harus diinstruksikan untuk kembali untuk fasilitas petugas medis / kesehatan jika terjadi gejala berikut ini (untuk anak) (WHO, 2010):

Demam

Muntah / Diare

Nyeri berlebihan

Setiap bukti akan adanya purulen discharge

Berbau

Kemerahan, bengkak atau nyeri

Demam / Infeksi

Demam adalah reaksi umum untuk hipermetabolik anak setelah luka bakar. Penyebab lain namun harus disingkirkan dengan:

Pemeriksaan fisik (anak dan luka)

Aspirasi nasofaring

Wound Swabs

Sesuai dengan indikasi gambaran klinis.Syok Toksik

Syok toksik adalah diagnosis klinis

Pireksia> 39 C

Ruam

Syok

Diare, muntah atau keduanya

Iritabilitas

Lymphopaenia

Disebabkan oleh superantigens bakteri yang diproduksi oleh staphylococcus aureus dan streptococcus sp. Superantigen mengikat langsung ke sel T merangsang mereka untuk menghasilkan sitokin inflamasi misalnya TNF, IL-1, IL-6 20. Penyebab kebocoran kapiler, hipotensi dan dapat menyebabkan shock dan kematian. Anak-anak