Jtptiain Gdl Nurulaeni1 4290 1 Skripsi p

  • Upload
    dini

  • View
    30

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • STUDI KOMPARATIF MODEL BIMBINGAN ROHANI

    DALAM MEMOTIVASI KESEMBUHAN PASIEN

    DI RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS DAN

    RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

    TAHUN 2008

    SKRIPSI

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

    Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

    NURUL AENI 1104037

    FAKULTAS DAKWAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

    2008

  • PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya

    sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

    memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga

    pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun

    yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan

    daftar pustaka.

    Semarang, 16 Januari 2009

    (Nurul Aeni) NIM: 1104037

  • MOTTO

    Engkau tidak akan menjadi seorang alim hingga

    engkau menjadi orang yang belajar. Dan engkau

    tidak dianggap alim tentang suatu ilmu, sampai

    engkau mengamalkannya ( Nasehat dari Abu Darda radhiyallahu anhu)

    Persembahan

  • Skripsi ini kupersembahkan untuk yang aku

    sayangi dan cintai :

    Ibu, Bapak , Kakak-Kakakku,

    Saudara kembarku, dan adeku

    KATA PENGANTAR

    Sesungguhnya, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Taala. Hanya

    kepadaNya kami memuji, memohon pertolongan dan meminta ampunan. Kami

    meminta pertolongan kepada Allah Taala dari kejahatan diri kita dan keburukan

    amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah Taala, tak

    seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh

    Allah Taala, tak seorangpun yang dapat memberinya petunjuk.

  • Tujuan disusunnya skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu

    syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) Fakultas Dakwah Institut

    Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

    Judul skripsi yang penulis pilih adalah Studi Komparatif Model Bimbingan

    Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus

    dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Penulis menyadari bahwa dalam

    menyelesaikan skripsi ini mendapatkan bimbingan, bantuan, dan pertolongan dari

    banyak pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof.Dr.H.Abdul Jamil, M.A, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

    Walisongo Semarang.

    2. Drs.H.M. Zain Yusuf, M.M, selaku Dekan Fakultas Dakwah Institut Agama Islam

    Negeri Walisongo Semarang.

    3. Komarudin, M.Ag, dan Safrudin, M.Ag, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan

    Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

    4. Baidi Bukhori, S.Ag, M.Si, selaku Wali Studi.

    5. Prof.Dr.H. Ismawati, M.Ag, selaku dosen pembimbing I, dan Yuli Nurkhasanah,

    S.Ag, M.Hum, selaku dosen pembimbing II.

    6. Siti Fatimah, S.Ag, dan Drs. Muhammad Khadiq selaku staff kerohanian Rumah

    Sakit Islam Sunan Kudus.

    7. Enly Defen Pea, S. Si Teol selaku Staff kerohanian dan seluruh petugas

    kerohanian Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

    8. Ibu, Bapak, Kakak-Kakakku (Eko Purwanti, S.Ag dan Agung Widodo serta Dwi

    Anggreani), Saudara Kembarku (Nurul Khasanah), dan adeku (Anis).

  • 9. Teman-teman sepaket (BPI A-B) yang mewarnai hari-hariku.

    10. Ibu kos (Dra. Maslachah), Triana Dewi Pramono, dan Khoirunnisa, dan penghuni

    kos lainnya.

    11. Saudara-Saudariku KAMMI komisariat IAIN Walisongo Semarang.

    12. Mo2n dan Sobat terima kasih atas pengorbanannya.

    13. Yayasan An-Nashihah Kudus yang mengenalkan penulis pada hakikat kebenaran.

    14. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah Subhanahu wa Taala membalas amal

    baik dari pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian sripsi ini.

    Selanjutnya, penulis menyadari bahwa sripksi ini masih banyak kesalahan dan

    kekurangan, serta masih jauh dari kesempuraan. Maka dari itu, saran, kritik,dan

    masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

    Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

    siapa saja yang membacanya.

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... ii

    PENGESAHAN PENGUJI.................................................................... iii

    PERNYATAAN .................................................................................... iv

    MOTTO ................................................................................................. v

    PERSEMBAHAN.................................................................................. vi

  • KATA PENGANTAR ........................................................................... vii

    ABTRAKSI... viii

    DAFTAR ISI.......................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... x

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang .......................................................... 1

    1.2. Perumusan Masalah ................................................... 6

    1.3. Tujuan dan manfaat Penelitian................................... 7

    1.4. Tinjauan Pustaka ....................................................... 7

    1.5. Kerangka Teoritik ..................................................... 9

    1.6. Metode Penelitian ..................................................... 13

    1.7. Sistematika Penulisan Skripsi .................................... 19

    BAB II : MODEL BIMBINGAN ROHANI, MOTIVASI, DAN KESEMBUHAN

    PASIEN

    2.1. Model Bimbingan Rohani ......................................... 22

    2.1.1. Gambaran umum tentang model bimbingan rohani di rumah

    sakit. .....22

    2.1.2. Pengertian bimbingan rohani ........................... 24

    2.1.3. Tujuan dan fungsi bimbingan rohani................ 26

    2.1.4. Model-model bimbingan rohani ...................... 28

    2.1.5. Konsep model bimbingan rohani ..................... 29

    2.2. Motivasi ................................................................... 45

    2.2.1. Pengertian motivasi ......................................... 45

  • 2.2.2. Fungsi motivasi ............................................... 46

    2.2.3. Teori motivasi .................................................. 47

    2.3. Kesembuhan Pasien .................................................. 49

    2.3.1. Pengertian kesembuhan pasien ..................... 49

    2.3.2. Faktor yang mempengaruhi kesembuhan ...... 50

    BAB III : MODEL BIMBINGAN ROHANI DALAM MEMOTIVASI

    KESEMBUHAN PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN

    KUDUS DAN RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

    3.1. Gambaran umum dan pelaksanaan model bimbingan

    rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus .................. 55

    3.1.1. Tinjauan umum Rumah Sakit Islam Sunan Kudus 55

    3.1.2. Sistem pelayanan Rumah Sakit Islam Sunan Kudus 61

    3.1.3. Proses pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pasien

    di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus ................ 70

    3.1.4. Respon pasien terhadap pelaksanaan model bimbingan

    rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus 75

    3.2. Gambaran umum dan pelaksanaan model bimbingan

    rohani Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus 81

    3.2.1 Tinjauan umum Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus 81

    3.2.2 Sistem pelayanan bimbingan rohani Rumah sakit Mardi

    Rahayu Kudus 85

    3.2.3 Proses pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pasien di

    Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus... 92

  • 3.2.4 Respon pasien terhadap pelaksanaan model bimbingan rohani

    di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus 93

    BAB IV : ANALISIS MODEL BIMBINGAN ROHANI RUMAH SAKIT ISLAM

    SUNAN KUDUS DAN RUMAH SAKIT MARDI

    RAHAYU KUDUS

    4.1. Analisis pelaksanaan model bimbingan rohani dalam

    motivasi kesembuhan pasien Rumah Sakit Islam Sunan

    Kudus ......................................................................... 99

    4.2. Analisis pelaksanaan model bimbingan rohani dalam memotivasi

    kesembuhan pasien rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus

    ..............................................................................107

    4.3. Persamaan dan perbedaan model bimbingan rohani RSI Sunan

    Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus ........ 112

    4.4. Kelemahan dan kekurangan model bimbingan rohani RSI Sunan

    Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus 115

    BAB V : PENUTUP

    5.1. Kesimpulan ..................................................................... 119

    5.2. Saran-saran ...................................................................... 121

    5.3. Penutup 121

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pada dasarnya manusia tersusun dari dua unsur yaitu jasmani dan

    rohani. Jasmani adalah bentuk fisik atau lahiriah manusia yang disebut dengan

    raga. Sedangkan rohani adalah hakekat dan substansi manusia yang sering

    disebut jiwa atau roh (Sholeh dan Musbikin, 2005:33). Kedua-duanya harus

    sehat, karena apabila manusia sedang sakit akan sangat berpengaruh pada

    kehidupannya, selain dia merasakan sakit juga membuat manusia tidak

    produktif lagi dan merasa kurang percaya diri. Orang sakit dengan kondisi

    seperti itu sangat memerlukan bantuan yang tidak hanya bantuan fisik saja

    tetapi juga bantuan non fisik yang berupa bantuan spiritual atau bimbingan

    keagamaan.

    Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan

    petunjuk (hudan) tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau

    pengembangan mental (rohani) yang sehat (Yusuf dan Nurihsan, 2005: 137).

    Dalam pandangan Islam bukan semata memberikan panduan bagaimana

    secara fisik mengupayakan kesehatan jasmaninya melainkan kesehatan rohani

    juga, yang di dalam Islam sudah terdapat ajaran dan praktek-praktek praktis

    yang dapat membina jasmani dan rohani menjadi sehat. Sehat dalam

    pandangan Islam adalah keserasian antara aspek tubuh, aspek jiwa, aspek

    perasaan dan aspek akal pikiran. Dengan kata lain Islam tidak mengabaikan

  • 2

    segi kejiwaan dalam mengobati dan menyembuhkan manusia untuk menjadi

    sehat lahir dan batin.

    Perhatian ilmuwan dibidang kedokteran umumnya dan kedokteran

    jiwa (psikiatri) khususnya terhadap agama semakin besar. Tindakan

    kedokteran tidak selamanya berhasil, seorang ilmuwan kedokteran berkata:

    Dokter yang mengobati, tetapi Tuhan yang menyembuhkan (Hawari, 1996:

    13). Tidak hanya di dalam Islam, dalam Kristen juga mengakui kondisi

    jasmani dipengaruhi oleh kondisi rohani.

    Dalam Roma 6: 12-13 berbunyi:

    Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keingginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi sekarang hidup. Dan serahkan anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran(Lembaga Alkitab Indonesia, 1991: 470). Sebagaimana yang penulis uraikan dimuka bahwa manusia terdiri dari

    dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Dari keduanya inilah menunjukkan bahwa

    manusia tidak hanya memerlukan penanganan secara fisik saja, tetapi

    diperlukan pula dari sisi rohani, dan keduanya harus berjalan secara integral

    dan sinergis. Manakala manusia sakit, baik secara fisik (seperti: kanker,

    terserang infeksi pernafasan, jantung, darah tinggi, dan lain-lain) maupun

    secara rohani (seperti: cemas, gelisah, stres, depresi, dan lain-lain) tentu ia

    akan berupaya untuk menanggulanginya serta berusaha untuk mengobatinya.

    Rumah sakit merupakan salah satu alternatifnya, di rumah sakit ia akan

    mendapat perawatan serta pengobatan dari para perawat dan para dokter.

  • 3

    Dadang Hawari (1996:18) menyebutkan bahwa dalam hal kemampuan

    penderitaan dan penyembuhan, ternyata mereka yang religius lebih mampu

    mengatasi dan proses penyembuhan penyakit lebih cepat. Untuk

    menumbuhkan sikap kereligiusan pasien maka diperlukan adanya bimbingan

    rohani bagi pasien di rumah sakit.

    Terapi bisa dilakukan melalui berdoa yang menimbulkan kekuatan

    jiwa. Collins (1989:4) menyatakan bahwa Tuhan Allah mengatur setiap bagian

    hidup kita, mendengar doa anak-anak-Nya, menyelamatkan yang percaya dan

    menolong mereka untuk mengatasi segala persoalan hidupnya. Ada banyak

    bagian dalam perjanjian baru yang menyinggung ajaran untuk saling

    menasehati, membangun, menghibur mereka yang tawar hati, membela

    mereka yang lemah dan sabar terhadap semua orang. Jadi setiap orang Kristen

    mempunyai tugas untuk menolong orang lain, yang dalam bahasa Yunani,

    dipakai kata paraklenis, yang artinya datang untuk menolong; arti lebih

    luas, ialah memberi penghibur, mendukung, memberi semangat dan

    menasehati, dan semuanya itu terdapat dalam konseling dan bimbingan

    (Collins; 1989, 11).

    Bimbingan keagamaan bertujuan untuk memecahkan problem

    perseorangan dengan melalui peningkatan keimanan menurut agamanya

    (Arifin, 1994:19). Apabila pasien seorang muslim atau beragama Islam maka

    mendapat bimbingan dari Islam yang tugasnya sebagai juru pengingat

    (muzakkir) sebagai juru penghibur (mubassyer) hati duka. Sebagaimana

    firman Allah surat Al Imron ayat 159 yang menyatakan:

  • 4

    Artinya: Maka karena rahmat Allah, engkau (Muhammad) dapat bertindak lemah lembut kepada mereka (kaum kafir) dan jika engkau berlaku kasar dan keras hati maka mereka akan melarikan diri dari padamu, maka maafkanlah mereka dan mintakan ampun atas dosa-dosa mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah mencintai orang yang bertawakkal (Departemen Agama RI, 2006:71). Ayat ini menunjukkan betapa tepatnya seorang rohaniawan membantu

    orang lain khususnya pasien untuk mendapatkan jalan pemecahan problema-

    problema hidup yang dialami. Dengan hati-hati dan tutur kata yang lemah

    lembut serta penuh kasih sayang pasien akan memperoleh daya rohaniah yang

    sejuk dan tentram dari padanya.

    Sebaliknya pasien yang memeluk agama kristen mendapatkan

    bimbingan dari para pendeta atau pastor, yang bertugas memberikan

    pelayanan kepada mereka yang membutuhkan petunjuk dan bantuan nasihat

    keagamaan, sebagaimana disebutkan di dalam Amsal, 14:31, mat 10: 42.

    Bahwa menolong orang lain, mengurangi penderitaan mereka adalah pekerjaan yang mulia, dan sering kali merupakan langkah yang penting dalam penginjilan. Seorang pastur dalam keterangan di atas harus rajin berbuat baik,

    karena layanan rohani adalah bagian integral dari hidup rohaniawan. Prinsip

    untuk menolong orang lain ini harus dipupuk, dan harus menjadi semakin jelas

    bila kita tumbuh dalam iman kepada Tuhan Yesus (Collins, 1989:16).

  • 5

    Inilah yang telah diupayakan dan dilaksanakan serta diterapkan oleh

    Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus yang

    berupaya memberikan bantuan terhadap orang yang sakit (pasien) melalui

    pengobatan secara medis dan pelayanan spiritual atau bimbingan rohani.

    Dengan adanya santunan keagamaan yang dilakukan oleh rohaniawan

    diharapkan jiwa pasien akan tertanam perasaan tenang dan tentram.

    Dalam membahas pelaksanaan model bimbingan rohani di kedua

    rumah sakit tersebut, penulis ingin mengetahui persamaan dan perbedaannya.

    Meskipun pelaksanaan model bimbingan rohani Kristen jarang ditemukan,

    kecuali di rumah sakit Kristen akan tetapi dipilihnya model bimbingan rohani

    Kristen di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sebagai studi banding dengan

    bimbingan rohani Islam di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. Hal tersebut

    dikarenakan menurut penulis belum terdapat penelitian yang membahas secara

    komprehensif perbandingan model bimbingan rohani pada rumah sakit Kristen

    dan Islam.

    Bertitik tolak pada uraian di atas, maka penelitian tentang model

    bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi

    Rahayu Kudus sangat penting, karena pada akhir-akhir ini banyak rumah sakit

    yang menyediakan pelayanan bimbingan rohani, serta wacana tentang peran

    perawat rohani bagi pasien, secara umum mulai marak didiskusikan. Hal ini

    bisa dilihat dari pelbagai kajian yang dilakukan oleh pengamat. Pada bulan

    Juni 2003, misalnya diadakan pertemuan psikiater dan konselor sedunia di

    Wina (Austria), pada pertemuan itu di hasilkan bahwa bimbingan rohani

  • 6

    ternyata berdampak kepada peningkatan kesembuhan pasien. Sedangkan di

    Indonesia sering diadakan pelatihan-pelatihan terkait dengan bimbigan rohani,

    seperti pelatihan SCOPE ( Spiritual Care on Patient Training) yang diadakan

    atas kerja sama Rumah Sakit Medika Permata Hijau Jakarta dengan LPM

    (Lembaga Pelayanan Masyarakat) Baznas Dompet Dhuafa

    (http://www.mail.archive.com/[email protected]).

    Dengan memperhatikan keterangan di atas mendorong penulis

    melakukan penelitian dengan judul "Studi Komparatif Model Bimbingan

    Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien di Rumah Sakit Islam Sunan

    Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus".

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas ada beberapa hal yang

    menjadi fokus permasalahan dan akan dikaji dalam penelitian ini,

    permasalahan tersebut antara lain:

    1.2.1 Bagaimana pelaksanaan model bimbingan rohani dalam memotivasi

    kesembuhan pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah

    Sakit Mardi Rahayu Kudus.

    1.2.2 Bagaimana kelebihan dan kekurangan model bimbingan rohani di

    Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu

    Kudus.

  • 7

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1 Tujuan penelitian :

    1.3.1.1 Untuk mengetahui dan menganalisa pelaksanaan model

    bimbingan rohani dalam memotivasi kesembuhan pasien di

    Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi

    Rahayu Kudus.

    1.3.1.2 Untuk mengetahui dan menganalisa kelebihan dan kekurangan

    pelaksanaan model bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam

    Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

    1.3.2 Manfaat penelitian adalah:

    1.3.2.1 Manfaat teoritis

    - Menambah wawasan tentang bimbingan rohani Islam dan

    bimbingan rohani Kristen di rumah sakit.

    - Menambah keilmuan yang dapat membantu kesembuhan

    pasien.

    1.3.2.2 Manfaat praktis

    - Memberikan gambaran kepada petugas kerohanian rumah

    sakit dalam membantu pasien agar sehat jasmani dan rohani.

    - Memberikan masukan kepada petugas kerohanian dalam

    pelaksanaan bimbingan rohani.

    1.4 Tinjauan Pustaka

    Untuk memperjelas posisi penelitian penulis, maka penulis sertakan

    beberapa hasil penulisan yang ada relevansinya dengan skripsi penulis,

  • 8

    dimana isi dari hasil penulisan tersebut sama-sama mengkaji tentang

    bimbingan rohani di rumah sakit.

    Skripsi yang berjudul Peran Rohaniawan Islam di Rumah Sakit Islam

    Sultan Agung Semarang dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien oleh Taufik

    tahun 2005. Secara garis besar menerangkan bahwa rohaniawan Islam di

    rumah sakit Islam Sultan Agung Semarang berperan sangat besar dalam

    memotivasi kesembuhan pasien, karena dengan kehadiran rohaniawan dengan

    bimbingan penyuluhan Islamnya pasien bisa tersugesti dan menjadi lebih

    tenang serta lebih bersemangat untuk sembuh juga selalu memasrahkan

    dirinya seutuhnya kepada Allah Subhanahu wa taala yang tentunya hal ini

    akan membantu proses penyembuhan. Sedangkan penulisan yang penulis

    lakukan, selain untuk mengetahui penerapan bimbingan rohani Islam di rumah

    sakit, tetapi juga untuk mengetahui penerapan bimbingan rohani Kristen dan

    kesamaan ada pada pokok kajian penulisan yakni peran bimbingan rohani

    dalam memotivasi kesembuhan pasien.

    Skripsi yang ditulis oleh Umi Inayati (2006) yang berjudul Hubungan

    Bimbingan Rohani Islam dengan Memotivasi Kesembuhan Pasien di RSU

    PKU Muhammadiyah Gombong Kebumen. Umi Inayati menyimpulkan

    bahwa bimbingan rohani Islam memiliki hubungan yang erat dengan

    memotivasi kesembuhan pasien, mengingat untuk membantu mengatasi

    kesulitan yang dialami pasien dalam hal rohaninya, maka dapat menjadi

    pendorong dalam mencapai kesembuhan dan tetap optimis dalam menerima

    cobaan dan ujian dari Allah Subhanahu wa taala.

  • 9

    Skripsi yang berjudul Aktivitas Perawat dalam Memotivasi

    Kesembuhan atau Khusnul Khotimah Pasien di Rumah Sakit Umum Islam

    Harapan Anda Tegal, oleh Ujiburrokhim lulus tahun 1998, yang isinya:

    bahwa dengan melihat kondisi dan situasi pasien yang sangat komplek pada

    saat itu, perlu adanya kehadiran dai atau merawat yang mampu memahami

    pasien. Pasien yang dalam kondisi jiwanya labil perlu adanya santunan rohani

    dalam rangka memotivasi kesembuhan pasien yang dalam keadaan kritis

    dengan cara dibimbing supaya selalu ingat kepada Allah Subhanahu wa taala

    yaitu dengan kalimat tayyibah sehingga apabila meninggal dalam keadaan

    khusnul khotimah sebagaimana dambaan seorang muslim.

    2 Kerangka Teoritik

    Untuk mengetahui sumber rujukan yang relevan dengan masalah yang

    penulis lakukan perlu disusun kerangka teoritik. Kerangka teoritik merupakan

    tuntunan memecahkan masalah dan menentukan prinsip-prinsip hipotesis dan

    teori.

    1. Model Bimbingan Rohani

    Secara harfiah istilah bimbingan merupakan terjemahan dari

    guidance dari akar kata guide berarti 1) mengarahkan (to direct), 2)

    memandu (to pilot), 3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to steer).

    Dari definisi diatas dapat diangkat makna sebagai berikut: bimbingan

    merupakan suatu proses yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang

    seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan

  • 10

    kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian

    tujuan (Yusuf dan Nasution, 2005:6).

    Sedangkan menurut Sukardi (1995:2), bimbingan adalah proses

    pemberian bantuan yang diberikan seseorang atau sekelompok orang

    secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau

    sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.

    Rohani berasal dari kata roh. Philips (1997:126-127) menyatakan

    manusia terdiri atas tri tunggal: jiwa, roh, dan tubuh, sebagaimana dalam

    akhir suratnya yang pertama kepada jamaat tesalonika, Rosul Paulus

    menulis: semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya

    dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara dengan tak bercacat (1

    Tes, 5: 23).

    Dalam agama Kristen terdapat dua jenis roh: roh jahat dan roh

    baik. Roh baik selalu ingin memajukan hidup seseorang dalam

    berhubungan dengan Tuhan dengan memberikan suka cita sejati dalam

    hidupnya atau dengan kata lain keadaan jiwa yang mengalami gerak batin

    sehingga mencintai Tuhan. Sedangkan roh jahat kebalikan dari roh baik

    (Shakuntala, 1998:83).

    Sedangkan kata rohani dalam agama Islam berasal dari kata al-ruh,

    diantaranya para ahli sendiri juga tidak memperoleh kata sepakat

    mengenai batasannya. Dengan berpedoman kitab suci Al-qur'an, pada

    beberapa terjemahan berbahasa Indonesia, ditemukan kata-kata yang sama,

    diartikan dengan jiwa, yaitu al-ruh dan al-nafs, yang keduanya itu manusia

  • 11

    mempunyai daya hidup (hayat). Menurut pendapat Muhammad Wakid,

    manusia hidup adalah manusia yang terdapat dalam dirinya roh, nafs, dan

    hayat. Dengan hayatlah manusia dapat hidup, bernafas dengan paru-paru,

    dan dengan nafs dia dapat merasa melalui panca indera. Dengan roh

    manusia selalu meningkat dalam perkembangan hidupnya. Ketiga unsur

    tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama

    lainnya (Anshori, 2003:55). Menurut jumhur ulama, al-ruh berarti roh

    yang ada dalam badan, hal ini sesuai dalam Al-qur'an surat Al-Isra' ayat

    85:

    Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(Departemen Agama RI,2006:145)

    Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka bimbingan rohani

    Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu

    hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat

    mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bimbingan Islami merupakan

    proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau

    mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibantu,

    dibimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah

    (Faqih, 2001:4).

    2. Motivasi Kesembuhan Pasien.

    Motif adalah istilah yang luas pengertiannya, dipergunakan untuk

    melingkupi semua macam dan bentuk tingkah laku, yang diarahkan

  • 12

    kepada suatu tujuan tertentu. Sedangkan Baihaqi, dkk (2005:43)

    mendefinisikan motivasi adalah istilah yang memiliki pengertian sangat

    luas, dipergunakan dalam psikologi untuk melingkupi keadaan-keadaan

    dan kondisi-kondisi dalam mengaktifkan, memberi energi dan

    menggerakkan organisme menuju kepada tingkah laku yang mengarah

    pada tujuan tertentu.

    Motivasi juga dapat dikatakan kebutuhan psikologis yang telah

    memiliki corak atau arah yang harus dipenuhi agar kehidupan kejiwaannya

    terpelihara, yaitu senantiasa berada dalam keadaan seimbang yang nyaman

    (homeostasis equilibrium). Pada awalnya kebutuhan itu hanya berupa

    kekuatan dasar saja. Namun selanjutnya berubah menjadi suatu vector

    yang disebut motivasi, karena memiliki kekuatan dan sekaligus arah.

    Adanya arah ini menggambarkan bahwa manusia tidak hanya memiliki

    kebutuhan melainkan keinginan untuk mencapai sesuatu sesuai dengan

    kebutuhan. (Wiramihardja, 2006:7).

    Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi

    dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya

    sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri

    sekarang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu

    (Djamarah, 2002:114).

    Kesembuhan berasal dari kata sembuh yang berarti sehat kembali,

    pulih (Poerwadarminto, 2002:127), sedangkan pasien adalah orang sakit

    yang dirawat dokter atau penderita sakit (Poerwadarminto, 2002:834).

  • 13

    Dengan adanya motivasi, maka seseorang akan terdorong oleh kekuatan

    spiritual akan suatu kebutuhan, kebutuhan yang harus dipenuhi manusia

    salah satunya yaitu kebutuhan untuk sehat kembali atau sembuh.

    3 Metode Penelitian

    a. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian

    kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan

    hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan

    tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus turun ke

    lapangan dan berada disana dalam waktu yang cukup lama (Nasution,

    1992:5). Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan fenomenologis yaitu

    untuk memberikan kajian tentang penerapan model bimbingan rohani di

    Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus

    b. Definisi Konseptual

    Model adalah pola; acuan; ragam (Poerwadarminto, 2002:773).

    Walgito (1995:4) menyatakan bimbingan adalah bantuan atau pertolongan

    yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam

    menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya,

    agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai

    kesejahteraan hidupnya. Sedangkan rohani, berupa roh; yang bertalian atau

    berkenaan dengan roh; yang tidak berbadan atau jasmani (Poerwadarminto

    2002:2023).

  • 14

    Memotivasi adalah memberikan motivasi atau menciptakan suasana

    yang subur untuk lahirnya motif. Sedangkan motivasi sendiri adalah suatu

    dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada suatu

    tujuan tertentu (Surya, 2003:98). Kesembuhan berasal dari kata sembuh

    yang berarti menjadi sehat kembali dari sakit atau penyakit

    (Poerwadarminto, 2002:1027). Setiap penyakit betapapun ringan seperti:

    flu, sakit perut, kepala pusing dan sebagainya dirasakan sebagai suatu

    gangguan dalam jalan kehidupan sehari-hari, penyakit itu dapat

    menyebabkan kecemasan.

    Sedangkan pasien adalah orang yang sakit yang dirawat dokter atau

    penderita sakit (Poerwadarminto, 2002:834). Pasien biasanya mendapat

    perawatan disuatu lembaga yang disebut rumah sakit. Rumah sakit adalah

    semacam lembaga yang memberikan bantuan berhubungan dengan urusan

    kesehatan seperti: pengobatan, operasi, dan revalidasi (Brouwer, dkk,

    1983:7).

    c. Definisi Operasional

    Definisi operasional ini merupakan usaha memperjelas ruang

    lingkup penelitian, sebagaimana termaktub dalam judul penelitian.

    Dalam rangka membantu keadaan pasien yang sakit, rumah sakit

    memberikan pelayanan spiritual atau bimbingan rohani disamping

    pelayanan medis. Telah ditemukan ada bermacam-macam model dalam

    mengadakan bimbingan rohani. Model bimbingan rohani yang dimaksud

    dalam penulisan ini adalah acuan rohaniawan dalam pelaksanaan

  • 15

    bimbingan. Berdasarkan isinya model bimbingan rohani terjadi menurut

    agama dan kepercayaan yang dipeluk oleh orang yang membimbing

    maupun oleh orang yang dibimbing (Darminta, 2005:22). Agama dan

    kepercayaan yang berbeda juga mempunyai kerohanian yang berbeda,

    masing-masing mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Telah diketahui

    kerohanian menurut agama dikenal ada kerohanian Hindu, Budha, Islam,

    Kristen, dan kepercayaan tertentu. Pembahasan dalam tulisan ini lebih

    tertuju untuk memahami dan menggali kerohanian Islam dan Kristen yang

    diterapkan di rumah sakit.

    Sedangkan pasien dalam konteks ini adalah pasien rawat inap,

    karena biasanya pasien yang bukan rawat inap dalam arti rawat jalan

    kurang membutuhkan bimbingan rohani. Pihak rumah sakitpun terkadang

    tidak memberikan pelayanan spiritual atau bimbingan rohani bagi pasien

    rawat jalan.

    d. Sumber dan jenis Data

    Penelitian hendaknya disebutkan sumber data, sumber data adalah

    subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Untuk

    memperoleh data-data yang diperlukan, maka dalam hal ini adanya sumber

    yang perlu digali atau dicari fenomena yang ada dilapangan (field

    research).

    Sumber data dalam penelitian ini ada dua yakni dokumen dan

    stakeholder penyelenggara bimbingan rohani. Dokumen yang dijadikan

    sumber penelitian ini adalah data-data tentang pedoman operasional

  • 16

    bimbingan rohani, hasil-hasil rapat evaluasi, doa-doa yang digunakan oleh

    perawat rohani, dan laporan-laporan pelaksanaan bimbingan rohani.

    Adapun stakeholder yang dijadikan sumber penelitian adalah orang-orang

    yang kepentingan dan terkait secara langsung dalam penyelenggaraan

    bimbingan rohani yaitu pasien dan keluarganya, pegawai atau karyawan,

    petugas perawat rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit

    Mardi Rahayu Kudus.

    Jenis data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder

    (Narbuko dan Ahmadi, 2005:164). Data primer diperoleh dari sumber

    pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berupa

    interview, observasi, maupun penggunaan instrumen pengukuran yang

    khusus dirancang sesuai dengan tujuannya (Azwar, 2001:36). Adapun

    dalam penulisan ini sumber primer adalah pasien dan rohaniawan di

    Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

    Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

    pendukung untuk memperjelas sumber daya primer berupa data

    kepustakaan yang berkorelasi kerap dengan pembahasan obyek penelitian

    (Moleong, 1998:114). Adapun sumber sekundernya adalah dokter,

    perawat, direktur, staf dan karyawan Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan

    Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sebagai penunjang dari sumber primer

    disertai buku-buku yang terkait serta dokumentasi dan arsip-arsip resmi

    dan sebagainya yang ada kaitannya dengan penulisan ini.

    e. Sampel Purposive

  • 17

    Dalam penulisan ini, teknik pengambilan sampel dengan teknik

    purposive sampling digunakan bila penelitian menduga bahwa

    populasinya tidak homogen atau heterogen (Muhadjir, 2007: 42).

    Selanjutnya sebagai pendukung penulis menggunakan teknik incidental

    sampling yaitu individu yang kebetulan dijumpai dan sesuai dengan ciri-

    ciri atau karakteristik subyek penelitian mempunyai kesamaan, yaitu

    kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Pemilihan teknik

    sampel tersebut digunakan dengan menggunakan pertimbangan bahwa

    pasien sering berubah, baik karena kematian maupun pindah rumah sakit.

    Dalam kaitannya dengan penelitian ini penulis menetapkan sampel

    sebanyak 2 petugas kerohanian dan 15 pasien rawat inap (tahun 2008)

    pada masing-masing rumah sakit sebagai informan penelitian.

    f. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data-data dalam penulisan ini, maka penulis

    menggunakan metode:

    1. Metode observasi (pengamatan)

    Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan

    dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala

    yang diselidiki (Narbuko dan Achmadi, 2005:70). Penelitian ini

    dilakukan oleh penulis dengan cara terjun langsung ke lapangan

    dengan melihat, mengamati fenomena-fenomena yang ada di rumah

  • 18

    sakit tersebut tentang model bimbingan rohani di rumah sakit Islam

    Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

    2. Metode Interview (wawancara)

    Metode interview (wawancara) adalah cara pengumpulan data

    dengan cara tanya jawab. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak

    yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

    yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002:135).

    Penulis berdialog langsung dengan pihak rumah sakit yaitu dengan

    direktur, rohaniawan, dokter, pasien, untuk menggali data tentang

    sejarah, latar belakang berdirinya rumah sakit, kegiatan-kegiatan yang

    ada, dan juga untuk mendapatkan tanggapan dari para pasien tentang

    adanya bimbingan rohani.

    3. Dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

    atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah

    prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006:231).

    Dokumentasi dalam penelitian ini adalah data-data tentang hasil-hasil

    rapat evaluasi, pedoman pelaksanaan, buku bimbingan rohani, laporan-

    laporan pelaksanaan bimbingan rohani, dan lain-lain.

    4. Metode Kuesioner (Angket)

    Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian

    pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.

  • 19

    Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden

    (Narboku dan Achmadi, 2005:76).

    g. Teknik Analisis Data

    Setelah data diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi dan

    kuesioner, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Dalam

    menganalisa data digunakan teknik deskriptif komparatif. Penelitian

    deskriptif bertujuan untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada

    sekarang berdasarkan data-data (Narbuko dan Achmadi, 2005:44).

    Sedangkan penelitian komparasi akan dapat menentukan persamaan-

    persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang,

    tentang prosedur kerja, tetang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok,

    terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja (Arikunto, 2006:267). Dari

    komparasi tersebut diharapkan dapat ditemukan titik perbedaan dan

    persamaan serta implementasinya dalam masyarakat.

    4 Sistematika Penulisan Skripsi

    Skripsi ini disusun ke dalam lima bab yang mana antara bab satu

    dengan bab berikutnya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat

    dipisahkan. Mengingat satu sama lainnya bersifat integral komprehensif.

    Bab pertama berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum secara

    global dengan memuat: latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan

    dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian

    dan sistematika penulisan. Dalam bab pertama ini menggambarkan isi skripsi

  • 20

    secara keseluruhan namun dalam satu kesatuan yang ringkas dan padat guna

    menjadi pedoman untuk bab II, III, IV, dan V.

    Bab kedua tentang gambaran umum model bimbingan rohani,

    motivasi, dan kesembuhan pasien. Adapun pembahasannya dibagi menjadi

    tiga sub bab. Pertama, mengenai model bimbingan rohani yang meliputi

    gambaran umum tentang model bimbingan rohani di Rumah Sakit, pengertian

    bimbingan rohani, tujuan dan fungsi bimbingan rohani, model-model

    bimbingan rohani, dan konsep model bimbingan rohani ditinjau dari Islam dan

    Kristen. Sub bab kedua, mengenai motivasi, yang meliputi pengertian

    motivasi, fungsi motivasi, dan teori motivasi. Sementara sub bab ketiga

    mengenai kesembuhan pasien, faktor yang mempengaruhui kesembuhan

    pasien serta terapi-terapi yang membantu kesembuhan pasien.

    Bab ketiga, berisi model bimbingan rohani dakam memotivasi

    kesembuhan pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit

    Mardi Rahayu. Adapun pembahasannya dibagi menjadi dua sub bab. Sub bab

    pertama, mengenai gambaran umum dan pelaksanaan model bimbingan

    rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, yang meliputi: tinjauan umum

    Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, sistem pelayanan bimbingan rohani Rumah

    Sakit Islam Sunan Kudus, proses pelaksanana bimbingan rohani terhadap

    pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, dan respon pasien terhadap

    pelaksanan model bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. Sub

    bab kedua, mengenai gambaran umum dan pelaksanan model bimbingan

    rohani Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, yang meliputi tinjauan umum

  • 21

    Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, sistem pelayanan bimbingan rohani

    Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, proses pelaksanan bimbingan rohani

    terhadap pasien di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, dan respon pasien

    terhadap pelaksanan model bimbingan rohani di Rumah Sakit Mardi Rahayu

    Kudus.

    Bab keempat, tentang analisis komparatif model bimbingan rohani

    Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

    Bab kelima penutup merupakan bab yang meliputi kesimpulan,

    dimaksudkan untuk menarik kesimpulan yang dijadikan dasar deduksi, saran-

    saran dan kata akhir penulisan.

  • 22

    BAB II

    MODEL BIMBINGAN ROHANI, MOTIVASI, DAN

    KESEMBUHAN PASIEN

    2.1 Model Bimbingan Rohani

    2.1.1. Gambaran Umum tentang Model Bimbingan Rohani di Rumah Sakit

    Secara umum konsep bimbingan telah lama dikenal manusia

    melalui sejarah. Sejarah tentang developing ones potential

    (pengembangan potensi individu) dapat ditelusuri dari masyarakat-

    masyarakat Yunani kuno. Mereka menyakini bahwa dalam diri individu,

    terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasikan dan dibimbing ke

    arah tujuan-tujuan yang bermanfaat, berguna, atau menguntungkan baik

    bagi dirinya sendiri maupun masyarakat ( Yusuf dan Nurihsan, 2005:

    85). Di dalam Islam, bimbingan rohani Islam (yang tentunya

    menggunakan istilah lain) pada hakikatnya sudah dilaksanakan sejak

    zaman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Banyak butir-

    butir al-Quran dan Hadist yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad

    Shallallahu Alaihi wa Sallam telah mempraktekkan prinsip-prinsip

    bimbingan secara perfek. Sehingga dalam waktu kurang lebih 23 tahun

    dapat merubah suku bangsa yang semula jahiliyah menjadi umat

    bertauhid, berakhlak mulia dan berbudaya tinggi. Dalam konsep Kristen,

    Darminta (2006: 5-7) menyatakan dekrit-dekrit Konseli Vatikan II

    membuka perspektif hidup beragama secara baru. Hidup beragama

    dilihat sebagai hidup menuju ke kesatuan pribadi dengan Allah, orang

  • 23

    memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain yang lebih

    berpengalaman. Untuk itu praktek bimbingan rohani berkembang dalam

    setiap agama.

    Dalam dua dekade terakhir ini aspek bimbingan rohani di bidang

    kedokteran semakin mendapat perhatian. Untuk dapat memahami

    manusia atau pasien, seorang dokter tidak hanya melihat dari segi fisik,

    psikologik, dan sosial budayanya saja, melainkan juga melihat dari sisi

    spiritualnya (aspek rohani). Pendekatan spiritual (aspek rohani) dalam

    praktek kedokteran bukan untuk tujuan merubah keimanan seseorang

    atau pasien terhadap agama yang sudah diyakininya, melainkan untuk

    membangkitkan kekuatan spiritual (aspek rohani) dalam menghadapi

    penderitaan penyakit.

    Sebagian besar klien (pasien) menganut suatu agama, konselor

    yang memberikan bantuan kepada klien (pasien), terutama pasien yang

    beragama, perlu mendasarkan bantuan konseling atau bimbingan pada

    nilai-nilai agama sesuai agama yang dianut oleh klien (pasien) tersebut

    (Muawanah 2005: 11). Dalam penerapannya, perawat rohani dapat

    menggali latar belakang kehidupan beragama dari keluarga pasien, dan

    secara rinci, sejauhmana pasien itu sendiri menjalankan ajaran

    agamanya, sejauhmana pasien tersebut terikat dengan ajaran agamanya,

    sejauhmana kuatnya, dan sejauhmana hal ini mempengaruhi kehidupan

    pasien. Dengan hasil pengamatan sementara, perawat rohani dapat

    mengetahui terapi religius yang tepat. Agar perawat rohani juga tidak

  • 24

    salah terapi, diperlukan juga kemampuan dan pengetahuan psikodinamik

    keagamaan atau keimanan dari suatu ajaran agama secara umum atau

    khusus. Apabila terdapat perbedaan dalam memberikan psikoterapi

    keagamaan, maka sebaiknya dirujuk kepada yang lebih ahli, yaitu

    agamawan atau perawat rohani sesuai dengan keyakinan agama dari

    pasien yang bersangkutan. Kalau rumah sakit diurus salah satu dominasi

    agama, seperti Rumah Sakit Islam, Katolik, atau Protestan, mungkin

    kesempatan yang diberikan untuk salah satu dominasi tertentu lebih luas

    daripada kesempatan yang diberikan pada yang lain (Brouwer, dkk,

    1983: 151).

    2.1.2. Pengertian Bimbingan Rohani

    Bimbingan secara etimologi merupakan terjemahan dari

    guidance dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah guidance

    dari akar kata guide berarti 1) mengarahkan (to direct), 2) memandu

    (to pilot), 3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to steer) (Yusuf

    dan Nasution, 2005: 6).

    Secara terminologis, menurut Aryatmi, bimbingan adalah

    pertolongan yang diberikan oleh sesorang yang telah diberikan (dengan

    pengetahuan, pemahaman ketrampilan-ketrampilan tertentu yang

    diperlukan dalam menolong) kepada orang lain yang memerlukan

    pertolongan (Kartono dalam Prihatiningtias, 1985: 78).

  • 25

    Sedangkan menurut Bimo Walgito (1995: 4), bimbingan adalah

    bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh individu atau sekumpulan

    individu-individu kepada individu atau sekumpulan individu-individu

    lainnya dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam

    kehidupannya, agar individu-individu tersebut dapat mencapai

    kesejahteraan hidupnya.

    Kata bimbingan rohani memuat tiga hal yang perlu dijelaskan,

    pertama kata bimbingan rohani, kedua pembimbing rohani, dan ketiga

    orang yang dibimbing (Darminta, 2005: 15).

    a) Bimbingan rohani; merupakan usaha untuk menumbuhkan rohani

    (spiritual), sebab pada dasarnya hidup merupakan penyerahan diri

    penuh kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

    b) Pembimbing rohani; orang yang diminta bimbingan oleh orang yang

    memerlukan dan dia merelakan diri untuk membantu perkembangan

    rohani orang yang minta bantuan. Adapun secara umum tugasnya

    adalah memberikan pelayanan kepada klien (pasien) supaya mampu

    mengaktifkan potensi rohani dalam menghadapi dan memecahkan

    kesulitan-kesulitan hidupnya.

    c) Orang yang dibimbing; seseorang atau individu yang membutuhkan

    bantuan untuk memecahkan masalah, untuk menumbuhkan kondisi

    rohani, dan lain-lain.

  • 26

    2.1.3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani

    Baried Ishom (1986: 260-261) mengemukakan dalam buku Ahmad

    Watiknya bahwa tujuan dari bimbingan rohani sebagai santunan di

    rumah sakit adalah:

    a) Menyadarkan penderita agar dia dapat memahami dan menerima

    cobaan yang sedang dideritanya dengan ikhlas.

    b) Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan yang

    sedang dideritanya.

    c) Memberikan pengertian dan bimbingan pada penderita dalam

    melaksanakan kewajiban keagamaan harian yang harus dikerjakan

    dalam batas kemampuannya.

    d) Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman kepada

    tuntunan agama.

    e) Menunjukan perilaku dan bicara yang sesuai dengan kode etik

    kedokteran dan tuntunan agama.

    Sedangkan menurut Rohim Faqih (2001: 36-37), tujuan bimbingan

    dapat dirumuskan sebagai berikut:

    a) Tujuan umum, yaitu membantu individu mewujudkan dirinya

    menjadi manusia seutuhnya agar dapat mencapai kebahagiaan di

    dunia dan akherat.

    b) Tujuan khusus

    Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.

  • 27

    Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

    Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik dan

    menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah

    bagi dirinya dan orang lain.

    Bagaimanapun tujuan bimbingan rohani adalah menuntun

    pertumbuhan hidup rohani orang yang dibimbing (Darminta 2006: 21),

    dalam rangka memelihara dan meningkatkan pengamalan ajaran

    agamanya. Orang yang sakit tentu merasa tubuhnya tidak stabil, maka

    bimbingan rohani sangat diperlukan guna penyembuhan dari segi

    psikisnya, karena orang yang sakit psikisnya lemah. Dengan bimbingan

    rohani melalui pendekatan agama maka orang yang sakit merasa tenang.

    Sedangkan Arifin dan Kartika Wati (1995: 7) menyatakan fungsi

    dari bimbingan keagamaan memiliki banyak fungsi, antara lain:

    a) Menjadi pendorong (motivator) bagi yang terbimbing agar timbul

    semangat dalam menempuh kehidupan.

    b) Menjadi pemantap (stabilisator) dan pengerak (dinamisator) untuk

    mencapai tujuan yang dikehendaki dengan motivasi ajaran agama.

    Sehingga segala sesuatu tugas dilaksanakan dengan dasar ibadah

    kepada Tuhan.

    c) Menjadi pengarah (direktif) bagi pelaksanaan program bimbingan

    agar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan pasien serta

  • 28

    melihat bakat dan minat yang berhubungan dengan cita-cita yang

    ingin dicapainya.

    2.1.4. Model-Model Bimbingan Rohani

    Darminta (2006: 22-26) menyebutkan bermacam-macam model

    dalam mengadakan bimbingan rohani, baik itu menurut isi, menurut

    model pelaksanaan, maupun bimbingan menurut situasi orang yang

    dibimbing.

    a) Menurut isi

    Bimbingan rohani terjadi menurut agama dan kepercayaan yang

    dipeluk oleh orang yang membimbing maupun oleh orang yang

    dibimbing. Agama dan kepercayaan menumbuhkan suatu corak hidup

    tertentu, yang satu sama lain berbeda dan bahkan mungkin tidak dapat

    dipertemukan sama sekali. Agama dan kepercayaan yang berbeda juga

    mempunyai kerohanian yang berbeda. Masing-masing mempunyai

    tujuan sendiri yang ingin dicapai. Pandangan dan cara menghayati

    hiduppun mungkin berbeda pula. Ada bimbingan rohani Hindu, Budha,

    Islam, Kristen, dan lain-lain.

    b) Menurut model pelaksanaan

    Menurut model pelaksanaannya, bimbingan rohani dapat

    dibedakan menjadi dua macam:

    Bimbingan rohani yang edukatif dan informatif.

  • 29

    Model bimbingan rohani ini bercirikan banyaknya

    pengajaran dan informasi yang diberikan. Yang lebih menonjol

    ialah bahwa pembimbing lebih banyak memberi informasi berupa

    ajaran agama, moral maupun rohani. Adapun orang yang

    membimbing biasanya sudah cukup berpengalaman. Menurut

    model ini, pihak pembimbing cenderung bersifat otoritatif.

    Bimbingan rohani dalam persahabatan. Model ini lebih memfokuskan hubungan antara orang yang

    membimbing dan orang yang dibimbing. Dasar untuk membangun

    hubungan adalah rasa cinta persaudaraan diantara sesama makhluk.

    Orang yang membimbing menyediakan diri untuk melayani dan

    membantu saudaranya dalam memperkembangkan spiritual

    (rohani)nya.

    c) Bimbingan menurut situasi orang yang dibimbing

    Bimbingan diberikan sesuai dengan kebutuhan dan situasi hidup

    orang. Bimbingan rohani dapat dibedakan menurut pengalaman

    agamanya, seperti awam, dan maupun yang pintar dalam ajaran

    agamanya. Selain itu bimbinganpun diberikan kepada semua kalangan,

    seperti bimbingan kepada anak, kaum muda maupun orang tua.

    2.1.5. Konsep Model Bimbingan Rohani

    1. Konsep model bimbingan rohani dalam Islam

    a. Landasan model bimbingan rohani Islam

  • 30

    Landasan (fondasi atau dasar pijakan) utama bimbingan

    Islam adalah al-Quran dan hadits (Musnamar, 1992: 5), sebab

    keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman

    kehidupan umat Islam. Allah Subhanahu wa Taala telah

    menurunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia di dunia,

    baik berupa larangan maupun kewajiban tertentu sebagai

    bimbingan terhadap pribadi dan akhlak umat-Nya sepanjang

    hidupnya dalam berhubungan dengan bimbingan rohani.

    Sebagaimana dalam surat Ali Imron ayat 104:

    3 tF9 u 3 i & t t n< ) s :$# t ' t u pR Q $$/ t y t u t s3 9 $# 4 y7 s9' & u s =9 $#

    Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung (Departemen Agama RI, 2006: 63).

    Dengan menulusuri ayat-ayat al-Quran dan hadits Nabi

    Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam diketahui bahwa

    konsep kesehatan rohani dalam Islam tampak lebih aplikatif,

    menonjol, dan kuat daripada kesehatan fisik. Penjelasan secara

    pointer dan aplikatif dalam al-Quran maupun hadits menyangkut

    hal-hal yang berhubungan dengan hati sejalan dengan teori ilmu

    kesehatan modern (Zuhroni, dkk, 2003: 83). Al-Quran dan

    Sunnah Rosulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dapatlah

    diistilahkan sebagai landasan dan konseptual bimbingan rohani

    Islam. Dari al-Quran dan hadits itulah gagasan, tujuan, dan

  • 31

    konsep-konsep (pengertian, makna hakiki) bimbingan Islami

    bersumber.

    b. Latar belakang perlunya bimbingan rohani Islam

    Manusia sesuai dengan hakikatnya diciptakan dalam

    keadaan yang terbaik, termulia, tersempurna, dibandingkan

    makhluk lainnya. Tetapi sekaligus manusia memiliki hawa nafsu

    dan perangai atau tabiat buruk. Misalnya suka menuruti hawa

    nafsu, lemah, aniaya, terburu nafsu, membantah, dan lain-lain,

    karenanya manusia dapat terjerumus ke dalam lembah kenistaan,

    kesengsaraan, dan kehinaan. Dengan kata lain, manusia bisa

    bahagia hidupnya di dunia maupun di akhirat, dan bisa pula

    sengsara dan tersiksa.

    Dengan dasar itulah, maka diperlukan adanya upaya untuk

    menjaga agar manusia tetap menuju ke arah yang baik dan tidak

    terjerumus ke dalam kehinaan dan sengsara. Hakikat manusia yang

    memiliki unsur jasmaniah (biologis) dan mental (ruhaniah),

    manusia sebagai makluk individu, sosial, dan berbudaya, dan

    sebagai makhluk Tuhan (Faqih, 2001: 14).

    Dari segi jasmaniah (biologis) Manusia memiliki berbagai kebutuhan biologis yang harus

    dipenuhi, misalnya makan, minum, pakaian, tempat tinggal,

    dan lain-lain. Upaya untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah

    terkadang manusia menyimpang dari ketentuan dan petunjuk

  • 32

    Allah Subhanahu wa Taala secara sadar maupun tidak.

    Dengan keyakinan bahwa ketentuan dan petunjuk Allah

    Subhanahu wa Taala pasti akan membawa kebahagiaan,

    individu yang berbahagia tentulah individu yang mampu hidup

    selaras dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Taala,

    termasuk dalam usahanya memenuhi kebutuhan jasmaniah.

    Mengingat hal tersebut maka dalam upaya memenuhi

    kebutuhan jasmaniah diperlukan adanya bimbingan.

    Dari segi rohaniah Dalam kehidupan nyata, kejiwaan manusia tidak terlepas dari

    rasa cemas, takut, dan gelisah, maka manusia dalam keadaan

    rohani yang demikian (lemah atau memiliki kekurangan) sangat

    memerlukan bimbingan. Bimbingan Islam diperlukan untuk

    membantu manusia agar dapat memenuhi kebutuhan

    psikologisnya dapat senantiasa selaras dengan ketentuan dan

    petunjuk Allah Subhanahu wa Taala, termasuk mengatasi

    kondisi-kondisi kejiwaan yang membuat seseorang menjadi

    berada dalam keadaan tidak selaras.

    Dari sudut individu Telah diketahui bahwa manusia merupakan makhluk individu.

    Artinya seseorang memiliki kekhasannya sendiri sebagai suatu

    pribadi. Dengan kata lain, keadaan orang perorang mencakup

    keadaan jasmaniah dan rohaniahnya bisa membawa ke

  • 33

    kehidupan yang tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk

    Allah Subhanahu wa Taala. Ketidaknormalan sosok

    jasmaniah, ketidakunggulan (tetapi juga kesuperioritas) potensi

    rohani, dapat membawa manusia ke kehidupan yang tidak

    selaras. Agar problem-problem tersebut tidak menjadikan

    manusia menjadi hidup tidak selaras dengan ketentuan dan

    petunjuk Allah Subhanahu wa Taala, maka bimbingan dari

    segi jasmani maupun rohani diperlukan kehadirannya (Faqih,

    2001: 17).

    c. Unsur-unsur bimbingan rohani Islam

    Unsur-unsur bimbingan rohani Islam meliputi:

    1. Unsur subjek (klien/pasien) adalah individu yang mempunyai

    masalah yang memerlukan bantuan bimbingan rohani. Dalam

    pelaksanaan bimbingan seorang klien harus dipandang dari

    segi:

    Setiap individu adalah makhluk yang memiliki kemampuan dasar beragama yang merupakan fitrah dari Tuhan.

    Setiap individu adalah pribadi yang berkembang secara dinamis dan memiliki corak, watak, dan kepribadian yang

    tidak sama.

    Setiap individu adalah pribadi yang masih berada dalam proses perkembangan yang peka terhadap segala perubahan

    (Arifin, 1982: 8).

  • 34

    2. Unsur pembimbing adalah orang mempunyai kewenangan

    untuk melakukan bimbingan rohani Islam. Adapun yang

    menjadi syarat mental psikologis bagi pembimbing adalah:

    Menyakini akan kebenaran agamanya, menghayati serta mengamalkannya, karena ia menjadi pembawa norma

    agama.

    Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik terhadap klien khususnya, dan kepada orang-orang yang ada di

    lingkungan sekitarnya.

    Memiliki rasa bertanggung jawab, rasa berbakti tinggi serta loyalitas terhadap tugas pekerjaannya yang konsisten.

    Memiliki kematangan jiwa dalam bertindak, menghadapi masalah yang memerlukan pemecahan.

    Mampu mengadakan komunikasi (hubungan) timbal balik terhadap klien dan lingkungan sekitar.

    Memiliki ketangguhan, kesabaran, serta keuletan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, dan lain-lain

    (Arifin, 1982: 28-29).

    Pekerjaan menjadi pembimbing bukanlah suatu

    pekerjaan yang mudah dan ringan, sebab pasien-pasien yang

    dihadapi sehari-hari di rumah sakit satu dengan yang lainnya

    memiliki permasalahan yang berbeda-beda, masing-masing

  • 35

    pasien mempunyai keunikan dan kekhasan baik dalam aspek

    tingkah laku, kepribadian, maupun sikap-sikapnya.

    3. Unsur isi (materi) adalah suatu yang berkaitan dengan

    kebutuhan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan

    dunia dan akhirat. Materi disini untuk memberikan bimbingan

    pada pasien agar mempunyai ketabahan, kesabaran, dan

    tawakal kepada Allah Subhanahu wa Taala serta tidak putus

    asa dalam menerima penyakit.

    Adapun sumber materi yang digunakan adalah dari

    ajaran agama Islam antara lain:

    Aqidah Aqidah adalah suatu yang mengharuskan hati menjadi

    tenang, tentram dan menjadikan kepercayaan anda yang bersih

    dari kebimbangan dan keraguan (Baedawi, 1983: 9).

    Kedudukan aqidah sangat sentral dan fundamental,

    karena ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh

    ajaran Islam (Ali, 2002: 199). Ajaran aqidah Islam berarti

    tentang pokok-pokok keimanan yang mutlak dan mengikat,

    sehingga ia harus diyakini, dinyatakan dan diwujudkan dalam

    perbuatan. Manifestasi daripada manusia adalah perwujudan

    sikap. Pasien dilatih bersikap sabar dan tabah dalam

    menghadapi penderitaan dengan cara menyerahkan persoalan

    kepada Allah Subhanahu wa Taala, atau memperkuat

  • 36

    keimanan pasien. Cara memperkuat keimanan bisa melalui doa,

    karena doa adalah obat yang sebaik-baiknya untuk orang

    sedang sakit. Sesuai firman Allah Subhanahu wa Taala dalam

    surat Ar-Raad ayat 28:

    t % !$# (# t# u u s? u /=% . / ! $# 3 r& 2 / !$# y s? >= ) 9$#

    Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (Departemen Agama RI, 2002: 252).

    Syariah Syariah adalah hukum-hukum yang dinyatakan dan

    diterapkan oleh Allah Subhanahu wa Taala sebagai peraturan

    atau patokan hidup setiap muslim (Ali, 2002: 235). Adapun

    materi yang dijadikan pedoman dalam bidang syariah adalah

    mengenai pokok-pokok ibadah yang dirumuskan dalam rohani

    Islam, yaitu pasien dianjurkan tetap melaksanakan ibadah.

    Berbagai praktek keagamaan, disamping bernilai

    bernilai ubudiyah juga memiliki hikmah tertentu, juga bernilai

    sebagai salah satu bentuk menjaga kesehatan fisik dan psikis

    sekaligus (Zuhruni, dkk, 2003: 83). Salah satunya adalah

    sholat. Sholat dapat membersihkan jiwa dan mempunyai

    manfaat besar bagi kesehatan (Sudan, 1997: 101).

  • 37

    Akhlak Akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa

    manusia yang melahirkan perbuatan, mungkin baik mungkin

    buruk (Ali, 2002: 346). Materi bimbingan rohani Islam yang

    berbentuk akhlak disini adalah memberikan pelajaran tata cara,

    adab atau sopan santun dalam berdoa, serta memberi dorongan

    mental yang berupa penuturan langsung tentang ayat-ayat al-

    Quran dan hadits.

    4. Unsur metode adalah suatu cara yang digunakan untuk

    memecahkan masalah yang dialami pasien. Dalam hal ini yang

    digunakan sebagai proses komunikasi antara pembimbing

    dengan klien (pasien), dibagi menjadi dua yaitu:

    Metode individual atau langsung Pembimbing melakukan komunikasi langsung secara

    individual dengan pihak yang dibimbingnya. Diantaranya

    adalah percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan

    dialog langsung, tatap muka dengan pihak yang dikunjungi

    atau dibimbing (Musnamar, 1992: 49).

    Metode kelompok atau tidak langsung Metode ini sama dengan group guidance, yaitu metode

    bimbingan yang dilakukan melalui komunikasi massa (Faqih,

    2001: 54). Dalam pelaksanaan bimbingan seorang pembimbing

  • 38

    mengarah pembicaran dan sasarannya pada klien (pasien) yang

    mempunyai masalah yang sama.

    2. Konsep Model Bimbingan Rohani Dalam Kristen

    a. Landasan Model Bimbingan Rohani Kristen

    Bimbingan rohani merupakan aspek yang sangat berharga

    dalam kehidupan Gereja, bila Gereja menghayati hidup dan tugas

    perutusannya secara penuh, Gereja tidak hanya mengajarkan

    kepada anggota-anggotanya untuk mengenal Tuhan sebagai

    Pencipta dan Penyelamat, sebagaimana Tuhan sendiri

    menunjukkan diri-Nya. Gereja juga perlu membantu anggota-

    anggotanya untuk menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran.

    Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah-Nya dalam roh dan

    kebenaran (Yoh, 4: 24). Darminta (2002 : 27 28) menyebutkan

    dalam Kitab Suci Dalam Perjanjian Lama dapat ditemukan adanya

    beberapa orang yang menjadi sahabat Tuhan, seperti Abraham,

    Musa dan para Nabi. Mereka bergaul akrab dengan Tuhan,

    berbicara dengan Tuhan. Karena mereka sedemikian dekat dengan

    Tuhan, mereka pun berperan sebagai pembimbing umat untuk

    bergaul dengan Tuhan.

    Dalam Perjanjian Baru terdapat suatu ajaran untuk

    memberikan bimbingan rohani. Semasa di dunia, Tuhan Yesus

    sering kali menolong orang-orang sakit, Gereja diibaratkan sebagai

    tubuh Kristus, persekutuan orang yang percaya. Mereka berbakti,

  • 39

    berdoa, mengkabarkan Injil, mengajar dan hidup saling tolong-

    menolong, bahkan Tuhan Yesus mengatakan, Dengan demikian

    semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku,

    yaitu jikalau kamu saling mengasihi (Yoh, 13: 35).

    b. Latar Belakang Perlunya Bimbingn Rohani Kristen

    Menurut Alkitab, manusia adalah kesatuan dari tubuh,

    jiwa, dan roh. Kata-kata untuk jiwa dan roh tampaknya sering

    dipakai secara bergantian, khususnya di Perjanjian Lama. Dilwyn

    Price (1997: 159) menyatakan kata dasar Roh dalam bahasa

    Ibraninya adalah kata yang biasanya diterjemahkan dengan jiwa,

    jiwa berarti makhluk yang hidup. Sedang dalam Perjanjian Baru

    memakai tiga kata untuk menggambarkan manusia, yaitu tubuh

    (soma), jiwa (psyhce), dan roh (pneuma). Tubuh, jiwa dan roh

    adalah tritunggal, jadi dalam diri orang yang tidak mengenal

    Tuhan sebagai juru selamat, maka rohnya mati. Ketika roh mati

    maka terjadi ketidakharmonisan, keseimbangan pikiran dan tubuh

    terganggu, dan kemungkinan jadi sakit.

    Dengan dasar itulah, maka diperlukan adanya upaya untuk

    mengembangkan spiritual (rohani) orang yang dibimbing. Dengan

    begitu, manusia diharapkan dapat mengasimilasikan dirinya

    dengan Kristus dalam Gereja dan bekerjasama dengan Roh Kudus

    dalam perjalanannya menuju kemanusiaan didalam Kristus

    (Darminta, 2005: 34).

  • 40

    c. Unsur-unsur bimbingan rohani Kristen.

    Pembimbing rohani Pembimbing rohani mempunyai tugas memberikan bantuan

    untuk hidup menuju ke pengalaman iman yang personal, konkret,

    dan historis. Dengan demikian, jelaslah bahwa seorang

    pembimbing rohani haruslah seorang yang cukup mempunyai

    pengalaman dalam menghayati hidup berimannya, bergaul dengan

    Tuhan Allah, kenal akan gerakan Roh, dan seorang pendoa sejati

    (Darminta, 2005: 37). Dengan kata lain seorang pembimbing

    rohani diharapkan dapat mengenal keadaan orang yang dibimbing,

    agar sungguh-sungguh dapat hadir secara pribadi. Dari

    pengalaman hidupnya bersama Tuhan Allah, seorang pembimbing

    diharapkan dapat menjadi penopang agar orang yang dibimbing

    tetap mampu memusatkan hidupnya kepada Tuhan Allah.

    Beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang

    pembimbing, antara lain:

    a) Punya kesadaran yang tinggi akan keterbatasannya, maka

    dia harus berbicara dengan rendah hati.

    b) Punya pengetahuan psikologi yang cukup.

    c) Mampu memberikan inspirasi dan dorongan.

    d) Mampu menempatkan diri pada keadaan yang berbeda-

    beda.

    e) Realistis dan tahu bagaimana memahami keadaan.

  • 41

    f) Kepribadian yang kuat untuk menghadapi bermacam-

    macam keadaan. Tidak mudah tenggelam dan larut dalam

    keadaan orang lain maupun dalam hubungan yang

    dibinanya.

    g) Kedewasaan afeksi yang kuat, untuk tidak memenuhi

    kebutuhan-kebutuhan afeksinya kepada orang yang

    dibimbingnya.

    h) Mampu menumbuhkan kepercayaan.

    i) Mempunyai kemampuan untuk komunikasi.

    j) Mampu menyimpan semua isi pembicaraan pribadi.

    k) Menjadi orang yang beriman kuat dan seorang pendoa

    sejati (Darminta, 2005: 52).

    Isi bimbingan rohani a) Doa

    Doa adalah cara kita bercakap-cakap dengan Tuhan,

    cara kita berhubungan dengan siapakah diri kita

    sesungguhnya, serta usaha menjembatani kedua diri kita

    lahiriah dan batiniah dengan Tuhan (Steiger, 1999: 8). Jadi

    berdoa adalah hal yang penting bagi setiap orang Kristen,

    karena doa merupakan nafas kehidupan rohaninya. Ada yang

    menyatakan, berdoa adalah mempersembahkan keinginan

    kita kepada Tuhan, di dalam nama Kristus, dengan

    pertolongan Roh Kudus, pernyataan dari isi hati kita yang

  • 42

    terdalam, suatu pengalaman dalam komunikasi yang nyata

    dengan Pencipta kita (Biehl, dkk, 1999: 11). Doa dapat

    menjadi suatu kegiatan yang paling penting dan paling

    mendatangkan kuasa dalam sepanjang hidup anda, berikut ini

    adalah beberapa alasannya:

    Doa dapat membawa sesuatu untuk diri anda pribadi.

    Doa mencakup persekutuan dan perhubungan dengan

    Tuhan semesta alam.

    Doa merupakan kunci untuk memahami kehendak

    Tuhan.

    Doa ialah anda berbicara kepada Tuhan dan Tuhan

    berbicara kepada anda.

    Tuhan mendengar dan menjawab doa-doa anda (Biehl,

    1999: 12).

    b) Pujian

    Dalam Perjanjian Baru kata-kata Ibrani ditambahi

    kata-kata Yunani, sehingga memberi arti yang lebih luas

    mengenai pujian. Salah satu kata Yunani yang terkenal yang

    dipakai untuk menyatakan pujian kepada Tuhan ialah

    hymnos, dan dari kata hymn dalam bahasa Inggris, ysng

    artinya nyanyian pujian (Biehl, dkk, 1999: 15). Berdoa dan

    menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan, pada saat kesulitan

    atau sakit merupakan suatu bentuk penyembahan dan

  • 43

    merupakan hal yang positif yang akan mendatangkan

    penyembuhan.

    Salah satu kata yang paling sering dipakai untuk

    menyatakan pujian kepada Tuhan Allah dalam Perjanjian

    Lama ialah hallelu, sebuah kata Ibrani yang dalam bahasa

    Indonesia diterjemahkan menjadi haleluya (Biehl, dkk,

    1999: 16).

    Wawancara rohani Wawancara rohani merupakan pelayanan untuk

    membantu agar akrab dengan Tuhan. Wawancara merupakan

    bagian dari bimbingan rohani. Yang dicari dalam bimbingan

    rohani adalah Kristus, bukannya pembimbing, karena

    bimbingan rohani pada dasarnya ialah dari Kristus yang

    bangkit dan menyertai manusia melalui Gereja. Pendekatan

    melalui nama personal ini justru terjadi lewat bimbingan

    rohani, sebab bimbingan terjadi lewat hubungan personal

    dengan wawancara dari hati ke hati.

    Dalam wawancara rohani, pembimbing rohani harus

    mampu membantu orang yang dibimbing untuk membuat

    penilaian rohani atas hidupnya berdasarkan kehadiran Tuhan

    (Darminta, 2005: 42). Pembimbing harus tahu waktu, kapan

    dia harus memindahkan ke hal-hal yang lebih rohani, meski

    harus mampu masuk ke dalam pembicaraan tentang hal-hal

  • 44

    biasa. Pada saat klien (pasien) mulai berbicara tentang hal

    yang serius dan penting, pembimbing harus memperhatikan

    dengan sepenuh hati. Pembimbing harus punya kepekaan dan

    instuisi. Pembimbing sewaktu mengadakan wawancara

    rohani pun perlu memperhatikan posisi dan cara duduknya,

    sehingga ada kesatuan hati yang sungguh-sungguh antara

    kedua belah pihak, sehingga wawancara itu tetap merupakan

    pertemuan personal. Sikap pembimbing selama wawancara

    antara lain:

    a) Pembimbing harus bersikap ramah, penuh dengan afeksi

    yang sehat. Pertemuan sebaiknya dalam suasana penuh

    penerimaan dan pemahaman atas pribadi. Dengan kata

    lain persahabatan penuh kehangatan, baik dalam kata-

    kata yang diucapkan pertama kali dalam pertemuan itu

    maupun dalam sikap, mendengarkan dengan seluruh

    perhatian.

    b) Pembimbing harus bersikap jernih dan sederhana

    sehingga orang yang datang kepadanya menjadi krasan.

    c) Pembimbing perlu memiliki kelembutan hati dan

    kedamaian. Kelembutan hati berarti suatu kemampuan

    untuk memahami dan ikut merasakan keadaan dan rasa

    perasaan orang lain khususnya pasien.

  • 45

    d) Pembimbing harus ikhlas, tulus hati, apa adanya dalam

    menerima orang yang dibimbing (Darminta, 2005: 48).

    2.2 Motivasi

    2.2.1. Pengertian Motivasi

    Dalam mendefinisikan konsep motivasi ini didapati suatu

    kesulitan, karena motivasi masih merupakan suatu konsep yang masih

    kontroversial. Dalam pembahasan psikologi terdapat istilah motivasi.

    Kadang-kadang motif dan motivasi itu digunakan secara bersamaan

    dan dalam makna yang sama. Beberapa pakar psikologi ada yang

    membedakan istilah motif dan motivasi, antara lain bahwa motif

    adalah semua macam dan bentuk tingkah laku, yang diarahkan kepada

    suatu tujuan tertentu (Baihaqi, dkk, 2005: 43). Motif dapat berupa

    kebutuhan dan cita-cita. Motif merupakan tahap awal dari proses

    motivasi, sehingga motif baru merupakan suatu kondisi intern atau

    disposisi (kesiapsiagaan) saja. Sebab motif tidak selamanya aktif.

    Motif aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk

    mencapai tujuan sangat mendesak (Shaleh dan Wahab, 2004: 131).

    Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi,

    maka motif dan daya pengggerak menjadi aktif. Motif yang aktif inilah

    yang disebut motivasi. Motivasi dapat didefinisikan dengan

    serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,

    sehingga seorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia

  • 46

    tidak suka, maka akan berusaha meniadakan perasaan tidak suka itu.

    Jadi motivasi itu dapat dari dalam dan dari luar tetapi motivasi itu

    tumbuh dalam diri seseorang (Sadirman, 2001: 73 ).

    Dalam kegiatan penyembuhan di rumah sakit, maka motivasi

    dapat dikatakan sebagai penggerak didalam diri pasien yang

    menimbulkan semangat untuk cepat sembuh sehingga tujuan yang

    dikehendaki dapat tercapai.

    2.2.2. Fungsi Motivasi

    Adapun fungsi motivasi, antara lain:

    a) Memotivasi atau mendorong manusia untuk berbuat atau bertidak.

    Motif itu sebagai penggerak yang memberikan energi (kekuatan)

    pada seseorang untuk melakukan sesuatu.

    b) Motivasi itu menentukan arah perbuatan. Yakni kearah perwujudan

    suatu tujuan atau cita-cita. Makin jelas pula terbentang jalan yang

    harus ditempuh.

    c) Motivasi itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan

    perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna

    mencapai tujuan itu (Syah, 2000: 70-71). Seorang pasien yang

    ingin cepat sembuh dari sakit harus punya semangat yang tinggi

    dan harus memenuhi perintah dari dokter seperti untuk minum obat

    tepat pada waktunya juga bertawakal pada Allah Subhanahu wa

    Taala seperti yang diajarkan oleh rohaniawan.

  • 47

    2.2.3. Teori Motivasi

    Teori-teori motivasi dapat dikategorikan menjadi tiga

    kelompok yaitu teori dengan pendekatan isi (content), proses, dan

    penguatan. Teori dengan pendekatan isi lebih banyak menekankan

    pada faktor apa yang membuat individu melakukan suatu tindakan

    dengan cara tertentu (Surya, 2003: 102). Yang tergolong kedalam

    kelompok teori ini misalnya teori jenjang kebutuhan dari Maslow.

    Teori pendekatan proses, tidak hanya menekankan pada faktor apa

    yang membuat individu bertindak dengan cara tertentu, tentang juga

    bagaimana individu termotivasi. Yang tergolong teori ini adalah teori

    motif berprestasi. Contoh teori dengan pendekatan penguatan lebih

    menekankan pada faktor-faktor yang dapat meningkat suatu tindakan

    dilakukan atau yang dapat mengurangi suatu tindakan. Yang tergolong

    teori ini adalah teori operant conditioning.

    Teori jenjang kebutuhan Dikembangkan Abraham Maslow dan banyak digunakan

    dalam konseling. Menurut teori ini, ada lima tingkatan kebutuhan

    dalam diri manusia, yaitu kebutuhan jasmaniah, kebutuhan

    memperoleh rasa aman (sehat), kebutuhan sosial, kebutuhan

    memperoleh harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Kelima jenis

    kebutuhan itu mendorong individu melakukan berbagai tindakan.

    Sebagai contoh kebutuhan untuk memperoleh rasa aman, sakit

  • 48

    akan menimbulkan rasa resah dan gelisah, karena didalamnya tidak

    terdapat rasa aman. Maka seseorang akan terdorong untuk

    mengobati penyakitnya apabila sakit, karena sehat dapat

    menimbulkan rasa aman dan tentram.

    Teori motif berprestasi Menurut McCelland, pada dasarnya dalam diri setiap orang

    terdapat kebutuhan untuk melakukan perbuatan dalam memperoleh

    hasil yang sebaik-baiknya, dan mendorong individu untuk

    melakukan perbuatan sebaik mungkin, jadi menurut teori ini

    perbuatan yang dilakukan seorang itu didorong oleh adanya

    kebutuhan untuk berprestasi sebaik mungkin dalam mencapai

    tujuan (Surya, 2003: 104). Dalam proses bimbingan dan konseling

    klien perlu didorong untuk melakukan pelbagai tindakan yang

    berorientasi kualitas dan nilai tambah sehingga dapat menghasilkan

    sesuatu secara efektif dan produktif.

    Teori penguatan Menurut Skinner, setiap respon yang terjadi dari stimulus,

    akan menjadi baru yang mendorong untuk berprilaku. Bila

    stimulus menghasilkan sesuatu yang memuaskan, maka tindakan

    cenderung akan diperkuat, dan sebaliknya apabila kurang

    memuaskan maka tindakan itu cenderung akan diperlemah (Surya,

    2003:105). Dalam melakukan bimbingan hendaknya pembimbing

    memberikan penguatan terhadap tindakan yang dinilai positif atau

  • 49

    baik, jadi perawat rohani memberi dorongan untuk menuruti kata

    dokter dan tepat minum obat agar pasien cepat sembuh, dan

    meninggalkan tindakan-tindakan yang dipandang negatif atau

    kurang tepat, sebagai contoh minum obat telat, dan lain-lain.

    Teori hedonisme Teori ini menyatakan bahwa segala perbuatan manusia,

    entah itu disadari ataupun tidak disadari, entah itu timbul dari

    kekuatan luar maupun dalam, pada dasarnya mempunyai tujuan

    sama, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari

    hal-hal yang menyakitkan (Handoko, 1992: 11). Pada intinya

    menurut teori ini manusia atau individu menginginkan dirinya

    sehat dan akan mencari penyembuhan apabila dirinya merasa sakit.

    2.3 Kesembuhan Pasien

    2.3.1. Pengertian Kesembuhan Pasien

    Setiap penyakit, betapapun ringan, seperti flu, sakit perut,

    kepala pusing dan sebagainya dirasakan sebagai suatu gangguan dalam

    kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu penyakit tidak disambut dengan

    baik. Bagi seorang yang produktif, penyakit dapat menganggu

    pekerjaannya, fungsi sosialnya, dan kegiatannya sekaligus merupakan

    halangan bagi orang untuk mencapai suatu tujuan. Jadi apabila

    seseorang menjadi sakit maka akan mencari kesembuhan.

  • 50

    Kesembuhan berasal dari kata sembuh yang berarti menjadi

    sehat kembali dari sakit atau penyakit (Poerwadarminto, 2002: 1027).

    Sedangkan pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter atau pederita

    sakit (Poerwadarminto, 2002: 834). Konteks dalam penulisan ini

    adalah pasien rawat inap yaitu pasien yang memperoleh pelayanan

    kesehatan menginap di rumah sakit. Dibangunnya rumah sakit adalah

    dalam rangka menolong orang sakit atau agar tetap sehat. Yang

    menjadi objek adalah pasien rawat inap karena biasanya pasien yang

    bukan rawat inap dalam arti rawat jalan, sakitnya tidak parah dan

    kurang membutuhkan bimbingan rohani. Sedangkan definisi

    operasional kesembuhan pasien adalah pasien yang sudah sehat

    jasmaninya yaitu terdapatnya keserasian yang sempurna antara

    bermacam-macam fungsi jasmani, disertai dengan kemampuan untuk

    menghadapi kesukaran-kesukaran yang biasa, yang terdapat dalam

    lingkungan, disamping secara positif merasa gesit, kuat, dan

    bersemangat (El-Qudsi, 1982: 36).

    2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan Pasien

    Seorang pasien tidak hanya memerlukan bantuan fisik tetapi

    juga bantuan non fisik yang berupa bantuan spiritual dan bimbingan

    rohani yang dapat menimbulkan rasa optimis dalam memghadapi

    permasalahan hidup. Oleh karena itu, semakin erat hubungan antara

    dokter (terutama dokter jiwa) dengan agama, maka semakin baik pula

  • 51

    terapi yang dapat ia berikan sebab kadang-kadang penyakit itu terjadi

    disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan agama (Daradjat,

    1993: 31).

    WHO telah menyempurnakan batasan sehat dengan

    menambahkan satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini

    yang dimaksud dengan sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik

    saja, psikologik dan sosial, tetapi juga sehat dalam arti spiritual atau

    agama (empat dimensi sehat: bio-psiko-sosio-spiritual) (Hawari, 1997:

    12)

    Pasien rawat inap yang datang ke rumah sakit memiliki

    pelbagai macam perasaan, ada yang tabah dan sabar, ada yang merasa

    takut, bingung, kesepian, putus asa, dan perasaan lainnya. Bagi yang

    tabah dan sabar, maka mentalitas dan dirinya akan bertambah kuat

    serta nilai kerohaniannya akan meningkat, sehingga baginya sakit

    bukanlah masalah yang banyak menyita pikiran, karena ia yakin bahwa

    di balik sakit yang dideritanya Tuhan akan memberi hikmah yang

    banyak, dan akan diberi kesembuhan. Ini merupakan motivasi dari

    dalam yang bisa membantu proses penyembuhan bagi pasien.

    Sebaliknya bagi yang iman dan jiwanya lemah, maka ia akan resah dan

    gelisah yang secara bertahap akan tampak lebih parah dan menyulitkan

    bagi orang-orang yang merawat. Dalam kondisi yang demikian maka

    layanan bimbingan rohani sangat dibutuhkan untuk memberi dorongan

    moral dan spiritual bagi pasien tersebut.

  • 52

    Bentuk-bentuk terapi penyembuhan bagi pasien, antara lain:

    Terapi spiritual Menyembuhkan penyakit dengan mengunakan kekuatan

    spiritual sudah lama berkembang pada zaman Nabi Muhammad

    Shallallahu Alaihi wa Sallam, serta praktek penyembuhan

    spiritual pernah dilakukan oleh sahabat Rasulullah Shallallahu

    Alaihi wa Sallam, disamping secara medis dengan mengunakan

    madu, sebagai obat utama dengan mantera doa (Salaby, 2002:

    71-72).

    Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam

    membenarkan praktek ruqyat dalam bentuk doa memohon

    kesembuhan, berlindung kepada Allah Subhanahu wa Taala dari

    segala yang menimpa manusia dan bermohon kepada-Nya untuk

    melenyapkan penyakit yang dideritanya, seperti yang biasa

    dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam

    sewaktu menengok orang sakit dengan doa seraya mengusap si

    sakit dengan tangan kanannya (Zuhroni, dkk, 2003: 30). Bentuk-

    bentuk terapi spiritual antara lain:

    a) Membaca fatihatul kitab (Surat al-Fatihah). Al-Fatihah juga

    disebut sebagai penjaga stamina, penolak kesedihan, dan

    membacanya dengan tartil untuk menyembuhkan penyakit

    serta digunakan untuk mengobati orang yang kena sengatan

    binatang beracun sehingga sembuh (Al-Jauziyah, 2005: 402).

  • 53

    b) Sholat merupakan terapi untuk menentramkan dan

    memperkuat jiwa (Al-Jauziyah, 2005: 253). Disamping

    berbentuk gerakan-gerakan fisik yang bernilai olahraga fisik

    juga memiliki banyak nilai kerohanian yang berguna bagi

    mendukung kesehatan rohani dan juga berpengaruh pada

    kesehatan jasmani. Sisi rohaninya, bahwa sholat yang

    khusyu dapat menenangkan urat saraf, mengendorkan

    ketegangan atau stess, mengobati kegelisahan hati serta dapat

    memberikan ketenangan. Keadaan tersebut dapat menentukan

    kesehatan tubuh (Zuhroni, 2003: 58).

    Demikian juga didalam Kristen terapi spiritual dilakukan

    melalui doa, karena doa dapat menyembuhkan (Price, 2005;

    157).

    Terapi zona Dokter WM.H. Fitzgerald, alumnus Universitas

    Vermotadl orang yang menemukan suatu terapi yang disebut

    terapi zona. Ia pernah bekerja di rumah sakit Bestor selama dua

    setengah tahun dan menjadi anggota staff rumah sakit pusat di

    London.

    Dokter Fitzgerald pernah membuktikan bahwa penyakit

    dapat disembuhkan dengan pijatan pada zona tertentu di telapak

    kaki pasien, walaupun sebenarnya metode pijatan ini sudah lama

    diketahui ahli pengobatan Tiongkok (Salaby, 2002; 82).

  • 54

    Terapi Juice Dokter R.A Nainggolan dalam bukunya Diet dan

    Therapy, menyatakan bahwa mengkonsumsi minuman juice dari

    macam-macam buah dapat mencegah dan menyembuhkan

    penyakit (Salaby, 2002: 90).

    Terapi Akupuntur Suatu teknik pengobatan tradisional China untuk

    menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki kesehatan. Sejumlah

    jarum ditusukkan ke ratusan titik meridian pada beberapa

    bagian tubuh untuk mengubah aliran energi tubuh atau kekuatan

    seseorang untuk menghilangkan sakit dan memperbaiki

    kesehatan fisik dan mental (Wilkinson, 2002: 87).

  • 55

    BAB III

    MODEL BIMBINGAN ROHANI DALAM MEMOTIVASI KESEMBUHAN

    PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS DAN RUMAH

    SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

    3.1 Gambaran Umum dan Pelaksanaan Model Bimbingan Rohani Rumah

    Sakit Islam Sunan Kudus

    3.1.1. Tinjauan Umum Rumah Sakit Islam Sunan Kudus

    A. Sejarah Berdirinya

    Rumah Sakit Islam Sunan Kudus merupakan institusi

    pelayanan kesehatan milik Yayasan Kesehatan Islam Kudus

    (YAKIS). Yayasan ini didirikan pada tanggal 08 Juni 1985 M/ 17

    Ramadhan 1405 H dengan Akte Notaris Benyamin Kusuma, SH.

    Jl. Tanjung No. 03A Telp. (0291) 431242 Kudus.

    Tujuan utama didirikannya Yayasan Kesehatan Islam

    (YAKIS) adalah menyelenggarakan usaha kesehatan masyarakat

    sebagai perwujudan amaliyah sesuai dengan ajaran Islam, turut

    membantu pemerintah dalam rangka menyediakan sarana dan

    prasarana di Kudus.

    Sejak didirikan sampai dengan sekarang telah diadakan

    beberapa kali penyempurnaan kepengurusan Yayasan. Adapun

    susunan Pengurus Yayasan dan Direksi RSI Sunan Kudus yang

    terakhir periode 2007-2012 adalah sebagai berikut:

  • 56

    PEMBINA

    Penasehat : KH. Syaroni Achmadi

    Ketua : dr.H.A. Zainuri Kosim, Sp.PD.

    Sekretaris : H.M. Chusnan Ms, BA

    Anggota : 1. H. Nawawi Rusydi

    2. H. Tasan Wartono

    3. dr. H. Machfudz Ibawi, Sp.THT

    4. H. Fahrur Rozy, SE (Ex Officio MD)

    PENGURUS

    Ketua Umum : Drs. H. Djuffan Achmad

    Ketua : H. Prayitno

    Sekretaris Umum : H. Achmad Hasyim, SH

    Sekretaris : Drs. H. Koessoebardi SD

    Bendahara Umum : Drs. H. Aris Syamsul Maarif

    Bendahara : H. Saiful Annas NR

    Anggota : 1. dr. H. Aris Munandar, MMR, MBA

    2. H. Firman Lesmana, SE, MM

    3. H. Moersjidi

    4. H. Hilman Nadjib

    5. Drs. H.M. Faqih, MM

    PENGAWAS

    Ketua : H.M Dodiek Tasan Wartono

    Anggota : 1. Drs. H. Sonhadji N

    2. Drs. H. Musman Tholib, M.Ag

  • 57

    Tepat pada tanggal 01 Oktober 1990 M/ 12 Robiul Awal

    1411 H. Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dioperasionalkan

    pertama kali yang peresmiannya dilakukan oleh Bapak H. Ismail

    Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah (dokumen

    Rumah Sakit Islam Sunan Kudus).

    B. Kedudukan dan Status

    Rumah Sakit Islam Sunan Kudus adalah amal usaha dari

    Yayasan Kesehatan Islam Kudus (YAKIS) yang bergerak di

    bidang kesehatan.

    Adapun status dari Rumah Sakit Islam Sunan Kudus

    adalah rumah sakit umum swasta type Madya (type C)

    berdasarkan penetapan kelas oleh Dirjen Yanmed Nomor:

    YM.00.02.3.4.312 tanggal 28 April 1999.

    C. Tujuan, Visi, Misi, Dan Motto

    Tujuan, Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Islam Sunan

    Kudus diberlakukan dengan tujuan untuk diketahui, dipahami

    dan dihayati serta dilaksanakan oleh seluruh karyawan di

    lingkungan Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.

    Tujuan Menyelenggarakan usaha-usaha kesehatan yang Islami

    kepada semua lapisan masyarakat sehingga tercipta

    masyarakat yang sehat lahir batin sebagai sumber daya

    manusia yang produktif.

  • 58

    Visi Memberikan pelayanan kesehatan lahir batin secara Islami

    serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

    Misi Menjadi Rumah Sakit Swasta di daerah dengan reputasi

    nasional dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat lahir batin serta optimal dengan perilaku Islami.

    Motto Islami, Sehat, Bersih, Indah, Rapi dan Ramah.

    D. Fasilitas dan Pelayanan

    Rumah Sakit berusaha untuk melengkapi semua layanan-

    layanan yang dibutuhkan konsumen dengan berusaha memenuhi

    fasilitas yang sesuai dengan standar dan mutu layanan yang telah

    menjadi kesepakatan serta telah ditetapkan oleh tim-tim yang ada

    di Rumah Sakit.

    # Fasilitas- fasilitas

    1. Layanan Unit Gawat Darurat.

    2. Layanan Rawat Jalan

    Poliklinik umum Poliklinik spesialis Poliklinik gigi Poliklinik fisioterapi

    3. Layanan Rawat Inap (spesialistis)

  • 59

    4. Instalasi Bedah Sentral.

    5. Kebidanan dan Persalinan.

    6. Radiologi dan Ultrasonography

    7. CT. Scan dan Hemodialisa (cuci darah)

    8. Laboratorium Klinik

    9. Instalasi Farmasi/ Apotik

    10. Konsultasi Gizi

    11. Pemulasaraan Jenazah

    12. Utilitas

    2 unit mobil ambulance 2 unit mobil jenazah

    13. Layanan General Check Up

    14. Sarana