20
18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden, uji validitas, uji reliabilitas, uji model-fit, dan juga uji hipotesis. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini menggunakan data responden yang diperoleh di Kecamatan Getasan, Desa Batur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dengan batasan wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Sumogawe Sebelah Selatan : Gunung Merbabu Sebelah Barat : Desa Kopeng Sebelah Timur : Desa Tajuk Secara geografis, Desa Batur memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan) adalah sebagai berikut : Pusat Pemerintahan Kecamatan : 3 km Pusat Pemerintahan Kabupaten : 30 km Pusat Pemerintahan Provinsi : 35 km Desa Batur terbagi menjadi 19 dusun yang terdiri dari 19 RW dan 54 RT. Luas keseluruhan tanah baik jalan, sawah, pemukiman, bangunan umum, pemakaman, dan peternakan adalah 1081,75 Ha. Letak Desa Batur berada di 1200 mdpl dengan suhu udara rata-rata 30 o C dengan curah hujan sebesar 2500 mm/tahun. 4.2 Karakteristik Responden Analisis deskriptif responden dimaksudkan untuk melihat karakteristik umum responden. Seluruh responden dalam peneilitian ini merupakan petani sayuran di Kecamatan Getasan, Desa Batur. Gambaran umum responden dapat dilihat dalam beberapa tabel berikut ini :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta

pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik

responden, uji validitas, uji reliabilitas, uji model-fit, dan juga uji hipotesis.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan data responden yang diperoleh di Kecamatan

Getasan, Desa Batur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dengan batasan wilayah

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Sumogawe

Sebelah Selatan : Gunung Merbabu

Sebelah Barat : Desa Kopeng

Sebelah Timur : Desa Tajuk

Secara geografis, Desa Batur memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat

pemerintahan) adalah sebagai berikut :

Pusat Pemerintahan Kecamatan : 3 km

Pusat Pemerintahan Kabupaten : 30 km

Pusat Pemerintahan Provinsi : 35 km

Desa Batur terbagi menjadi 19 dusun yang terdiri dari 19 RW dan 54 RT. Luas

keseluruhan tanah baik jalan, sawah, pemukiman, bangunan umum, pemakaman,

dan peternakan adalah 1081,75 Ha. Letak Desa Batur berada di 1200 mdpl dengan

suhu udara rata-rata 30o C dengan curah hujan sebesar 2500 mm/tahun.

4.2 Karakteristik Responden

Analisis deskriptif responden dimaksudkan untuk melihat karakteristik umum

responden. Seluruh responden dalam peneilitian ini merupakan petani sayuran di

Kecamatan Getasan, Desa Batur. Gambaran umum responden dapat dilihat dalam

beberapa tabel berikut ini :

Page 2: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

19

4.2.1 Keputusan Petani

Data keputusan petani yang ini dimaksudkan untuk melihat tingkatan dalam

sistem pertanian organik yang diterapkan oleh responden dan melihat berapa

presentase responden yang memiliki keputusan untuk menerapkan sistem pertanian

organik dan non-organik.

Dari tabel 4.1 terlihat bahwa 56,4% responden sudah menerapkan sistem

pertanian organik, 43,6% lainnya masih belum menerapkan sistem pertanian

organik (non-organik). Berdasarkan jawaban responden, peneliti membagi sistem

pertanian non-organik ke dalam 4 tingkatan:

i. Tidak Organik

Subjek merupakan kelompok petani yang sedang tidak menerapkan pertanian

organik dan memiliki keyakinan untuk tetap bertahan dengan sistem yang sedang

diterapkan, untuk proses budidaya selanjutnya. Terdapat 6 petani yang masuk ke

dalam kelompok ini.

ii. Belum Organik

Subjek merupakan kelompok petani yang sedang tidak menerapkan pertanian

organik tapi memiliki pandangan kedepan bahwa mereka akan menerapkan sistem

pertanian organik suatu saat nanti (belum tahu kapan). Terdapat 11 petani yang

masuk ke dalam kelompok ini.

iii. Akan Mencoba Organik

Subjek merupakan kelompok petani yang belum pernah menerapkan

pertanian organik tapi sudah memiliki rencana untuk beralih ke sistem pertanian

organik untuk waktu yang sudah ditentukan, direncanakan kurang dari 3 tahun ke

depan. Terdapat 5 petani yang masuk ke dalam kelompok ini dalam penelitian ini.

Tabel 4.1 Data Keputusan Petani

Sistem Frekuensi Persentase

(%)

Tidak organik 6 5,5

Belum organik 11 10,0

Akan Mencoba 5 4,5

Pernah mencoba 26 23,6

Organik 62 56,4

Total 110 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Page 3: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

20

iv. Pernah Mencoba Organik

Subjek merupakan kelompok petani yang sudah pernah menerapkan sistem

pertanian organik dan kembali lagi ke sistem pertanian non-organik karena alasan-

alasan tertentu. Terdapat 26 petani yang masuk ke dalam kelompok ini

v. Organik

Subjek merupakan kelompok petani yang sedang menerapkan sistem

pertanian organik, baik yang masih semi-organik maupun organik tersertifikasi.

Terdapat 62 petani yang masuk ke dalam kelompok ini

Tidak ada presentase yang dominan antara penerapan sistem pertanian organik

dan non-organik, sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini dipercaya

memiliki nilai yang bervariasi karena data yang terkumpul bersumber dari berbagai

sudut pandang yang berbeda.

4.2.2 Umur Petani

Data umur responden dimaksudkan untuk mengetahui rentang umur seluruh

responden sehingga dapat diketahui umur responden yang paling banyak dan

persebaran data responden serta penerapan sistem pertanian yang sedang masing-

masing petani jalani saat proses pengambilan data.

Tabel 4.2 Frekuensi Umur

Umur

(tahun)

Kategori Sistem Pertanian

Total Tidak

Organik

Belum

Organik

Akan

Mencoba

Pernah

Mencoba Organik

f % f % f % f % f % f %

20-31 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 4 4

32-43 1 0,91 3 2,73 0 0 6 5 12 11 22 20

44-55 5 4,55 6 5,45 3 2,73 9 8,18 30 27,27 53 48,18

56-67 0 0 2 1,82 2 1,82 11 10,00 16 14,55 31 28,18

TOTAL 6 5.,45 11 10 5 4,55 26 23,64 62 56,36 110 100

Rata-

Rata

(tahun)

46 50 55 52 49 50

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Dari tabel 4.2 diketahui bahwa umur responden memiliki rentang yang jauh

mulai dari katergori umur 20-31 tahun sampai kategori umur 56-67 tahun. Dapat

dilihat bahwa petani yang menerapkan sistem pertanian organik didominasi oleh

petani dengan rentang umur 44-55 tahun, dengan rata-rata 49 tahun. Perbedaan rata-

Page 4: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

21

rata umur pada setiap kelas sistem pertanian tidak memiliki rentang yang jauh

sehingga dapat dikatakan bahwa rentang umur tidak terlalu mempengaruhi

keputusan petani dalam menentukan salah satu sistem pertanian.

4.2.3 Jenis Kelamin

Berikut adalah tabel gambaran umum perbandingan jenis kelamin seluruh

responden penelitian ini :

Tabel 4.3 Perbandingan Jenis Kelamin

Tidak

organik

Belum

organik

Akan

mencoba

Pernah

mencoba Organik Total

f % f % f % f % f % f %

Laki-Laki 5 4,5 7 6,4 3 2,7 13 11,8 35 31,8 63 57,3

Perempuan 1 0,9 4 3,6 2 1,8 13 11,8 27 24,5 47 42,7

Total 6 5,5 11 10 5 4,5 26 23,6 62 56,4 110 100

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa 57,3% responden merupakan petani laki-laki dan

sisanya 42,7% merupakan petani perempuan. Jika melihat per-kategori sistem

pertanian, hampir seluruh kategori didominasi oleh kaum pria, kecuali di kategori

kelompok petani yang pernah mencoba organik. Walaupun jumlah petani pria dan

wanita yang menerapkan pertanian organik lebih banyak dari pada petani non-

organik, perbandingan tersebut tidak begitu jauh sehingga bisa dikatakan bahwa

hasil analisa kedepannya merupakan data yang diambil dari dua sudut pandang,

laki-laki dan perempuan yang hampir sama kuatnya.

4.2.4 Distribusi Kondisi Lingkungan Sosial Petani

Data distribusi berikut diharapkan mampu memperlihatkan gambaran umum

responden dalam menilai dirinya sendiri terhadap keadaan lingkungan sosial di

sekitar petani. Lingkungan sosial petani ini merupakan sudut pandang masing-

masing individu petani yang petani rasakan dan alami secara nyata dan sudah

dikelompokkan ke dalam masing-masing sistem pertanian. Data pada tabel 4.4

merupakan rata-rata skor yang dipilih oleh responden dan sudah dikelompokkan

pada masing-masing kategori sistem pertanian dengan skor 1-5 (sangat tidak setuju

– sangat setuju).

Page 5: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

22

Tabel 4.4 Distribusi Kondisi Lingkungan Sosial Petani

No. Lingkungan Sosial

Skor per Kategori Sistem Pertanian

Tidak

Organik

Belum

Organik

Akan

Mencoba

Pernah

Mencoba Organik

1

Tergabung dalam kelom-

pok tani organik dengan

banyak anggota 1,00 1,00 1,20 3,35 4,73

2

Selalu mengikuti program-

program dalam kelompok

tani

1,00 1,09 1,40 2,92 4,42

3 Selalu hadir dalam kegiatan

penyuluhan kelompok tani 1,00 1,00 1,60 3,08 4,35

4

Selalu aktif mengungkap-

kan pendapat dalam kelom-

pok tani 1,17 1,00 1,80 2,88 4,37

5

Penyuluh selalu memberi-

kan solusi terhadap perma-

salahan yang dihadapi pe-

tani

1,00 1,00 1,20 3,77 4,18

6

Penyuluh selalu memberi-

kan informasi penting ke-

pada petani

1,00 1,00 1,20 3,65 4,24

7

Penyuluh memberikan ino-

vasi-inovasi menguntung-

kan kepada petani 1,00 1,00 1,20 3,73 4,00

Rata-Rata Skor Total 1,02 1,01 1,37 3,34 4,33

Sumber : Data primer yang dioilah, 2016

Petani memiliki sudut pandang yang beragam mengenai lingkungan sosial di

sekitar mereka. Data dari tabel 4.4 menunjukkan kondisi bahwa lingkungan sosial

di kalangan petani organik memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan

lingkungan sosial di kalangan petani non-organik. Rata-rata skor total ini

menunjukkan bahwa banyak petani organik setuju bahwa lingkungan sosial mereka

mendukung keputusan mereka dalam menerapkan pertanian organik, sedangkan

kelompok petani non-organik cenderung memiliki nilai lingkungan sosial yang

lebih rendah daripada petani organik.

4.2.5 Distribusi Persepsi Petani tentang Risiko Pertanian Organik

Data distribusi berikut diharapkan dapat memperlihatkan seberapa jauh

pengetahuan petani tentang risiko pertanian sayuran organik. Persepsi petani ini

merupakan sudut pandang masing-masing individu petani yang petani rasakan dan

alami secara nyata dan sudah dikelompokkan ke dalam masing-masing sistem

pertanian. Data pada tabel 4.5 merupakan rata-rata skor yang dipilih oleh responden

Page 6: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

23

dan sudah dikelompokkan pada masing-masing kategori sistem pertanian dengan

skor 1-5 (sangat setuju – sangat tidak setuju).

Tabel 4.5 Distribusi Persepsi Petani terhadap Risiko Pertanian Organik

No. Risiko

Skor per Kategori Sistem Pertanian

Tidak

Organik

Belum

Organik

Akan

Mencoba

Pernah

Mencoba Organik

1

Risiko Produksi : Pengolah-

an pertanian organik sangat

susah

1,33 1,45 3,00 3,65 3,90

2

Risiko Produksi : Pertanian

organik memiliki kemung-

kinan gagal lebih besar dari-

pada pertanian konvensional

1,33 1,45 3,00 3,62 4,03

3

Risiko finansial : modal ber-

tani secara organik sangat be-

sar/mahal

3,00 2,27 3,20 4,19 4,58

4

Risiko finansial : Keuntung-

an diperoleh petani dalam

jangka waktu yang lama

3,00 2,27 3,20 3,92 3,89

5

Risiko harga dan pasar :

produk pertanian organik

dibandingkan dengan per-

tanian non-organik harganya

jauh lebih murah

3,00 2,18 3,20 3,23 3,40

6

Risiko harga dan pasar :

harga dari produk pertanian

organik kondisinya fluktuatif

3,00 2,27 3,00 2,85 2,76

Rata-Rata Skor Total 2,44 1,98 3,10 3,58 3,76

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Tabel distribusi ini menunjukkan bahwa kelompok petani organik memiliki

persepsi tidak setuju terhadap risiko produksi dan finansial pada pertanian organik,

sedangkan pada risiko harga dan pasar seluruh kategori kelompok tani kecuali

kelompok petani yang belum organik cenderung merasakan hal yang sama karena

memiliki nilai yang tidak berbeda jauh. Secara keseluruhan, rata-rata skor total

menunjukkan bahwa kategori petani organik dan petani yang sudah pernah

mencoba sistem organik merasa tidak setuju dengan risiko pertanian organik yang

ditawarkan.

4.2.6 Distribusi Karakter Petani

Data distribusi berikut diharapkan dapat memperlihatkan gambaran umum

responden dalam menilai kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Karakter petani ini merupakan sudut pandang masing-masing individu petani yang

Page 7: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

24

petani rasakan dan alami secara nyata dan sudah dikelompokkan ke dalam masing-

masing sistem pertanian. Data pada tabel 4.6 merupakan rata-rata skor yang dipilih

oleh responden dan sudah dikelompokkan pada masing-masing kategori sistem

pertanian dengan skor 1-5 (sangat tidak setuju – sangat setuju).

Tabel 4.6 Distribusi Karakter Petani

No. Karakter Petani

Skor per Kategori Sistem Pertanian

Tidak

Organik

Belum

Organik

Akan

Mencoba

Pernah

Mencoba Organik

1

Suka mencari informasi

ten-tang pertanian organik

melalui penyuluhan

1,00 1,00 1,20 2,12 3,84

2

Suka mencari informasi

ten-tang pertanian organik

melalui media massa

1,00 1,00 1,20 2,31 3,69

3

Merupakan seorang yang

kosmopolitan terhdap per-

tanian organik

1,00 1,09 1,60 2,46 3,82

4

Terbuka dengan lingkungan

untuk mencari informasi

mengenai pertanian organik

1,00 1,09 1,40 2,46 3,87

5 Tertarik dengan inovasi-

inovasi yang baru 1,00 1,00 1,20 2,38 3,60

6

Selalu tahu jika ada inovasi

baru mengenai pertanian or-

ganik.

1,00 1,00 1,20 2,27 3,58

7

Selalu menerapkan ino-

vasi-inovasi baru tentang

pertanian organik

1,00 1,00 1,20 2,27 3,58

Rata-Rata Skor Total 1,00 1,03 1,29 2,32 3,71

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Data disitribusi mengenai karakter petani menunjukkan bahwa sebagian besar

responden belum memiliki nilai karakter yang informatif dan inovatif dan terbuka

terhadap pertanian organik, baik dari segi informasi maupun inovasi, bahkan rata-

rata skor kelompok petani yang sudah menerapkan sistem pertanian organik saja

masih belum bisa menyentuh skor 4.

4.2.7 Distribusi Persepsi Petani Terhadap Pertanian Organik

Data distribusi berikut diharapkan dapat memperlihatkan gambaran umum

responden dalam menilai pertanian sayuran organik secara umum. persepsi petani

ini merupakan sudut pandang masing-masing individu petani yang petani rasakan

dan alami secara nyata dan sudah dikelompokkan ke dalam masing-masing sistem

pertanian. Data pada tabel 4.7 merupakan rata-rata skor yang dipilih oleh responden

Page 8: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

25

dan sudah dikelompokkan pada masing-masing kategori sistem pertanian dengan

skor 1-5 (sangat tidak setuju – sangat setuju).

Tabel 4.7 Distribusi Persepsi Petani terhadap Pertanian Organik

No. Persepsi Petani

Skor per Kategori Sistem Pertanian

Tidak

Organik

Belum

Organik

Akan

Mencoba

Pernah

Mencoba Organik

1

Pertanian organik sebagai

salah satu solusi untuk me-

ningkatkan kesejahteraan

petani

1,0 1,0 1,6 3,3 3,9

2

Pertanian organik dapat

memperbaiki kondisi eko-

nomi keluarga saya

1,0 1,0 1,6 3,4 3,9

3

Pertanian organik dapat

meningkatkan dan menjaga

kualitas tanah dan unsur

hara di dalam tanah

2,7 2,6 2,6 2,9 4,0

4

Produktivitas lahan perta-

nian organik saya tidak me-

nurun

2,7 2,6 2,6 3,1 4,1

5

Hasil pertanian organik

lebih menyehatkan bagi

saya dan konsumen

2,5 2,5 2,6 3,8 4,4

6 Hasil pertanian organik

lebih awet dan tahan lama 2,5 2,5 2,6 3,9 4,3

Rata-Rata Skor Total 2,1 2,1 2,3 3,4 4,1

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Data menunjukkan bahwa kelompok petani organik cenderung setuju dengan

persepsi yang bagus terhadap pertanian organik. Rata-rata skor total juga

menunjukkan bahwa kelompok petani yang tergabung dalam kategori non-organik

cenderung tidak setuju dengan persepsi yang bagus terhadap pertanian organik.

4.2.8 Potensi Keberlanjutan Bertani Secara Organik

Data berikut diharapkan dapat memperlihatkan gambaran umum responden

dalam menentukan keputusannya untuk melakukan budidaya sayuran organik

secara terus-menerus. Keputusan petani ini berasal dari sudut pandang masing-

masing individu petani dan sudah dikelompokkan ke dalam masing-masing sistem

pertanian. Data pada tabel 4.8 merupakan rata-rata skor yang dipilih oleh responden

dan sudah dikelompokkan pada masing-masing kategori sistem pertanian dengan

skor 1-5 (sangat tidak setuju – sangat setuju).

Page 9: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

26

Tabel 4.8 Distribusi Perilaku Petani

Potensi Keberlanjutan Pertanian Organik

Kategori Sistem pertanian

Sangat

Tidak

Setuju

(orang)

Tidak

Setuju

(orang)

Netral

(orang) Setuju

(orang)

Sangat

Setuju

(orang)

Rata2

skor

Tidak Organik 6 0 0 0 0 1.0

Belum Organik 10 0 1 0 0 1.2

Akan Mencoba 1 1 3 0 0 2.4

Sudah Mencoba 1 0 2 2 21 4.6

Organik 1 0 1 4 56 4.8

TOTAL

(orang) 19 1 7 6 77

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Data menunjukkan bahwa kelompok petani di dalam kategori tidak organik dan

belum organik masih enggan untuk melanjutkan ke pertanian organik dalam jangka

waktu yang singkat. Kelompok petani dalam kategori sudah pernah mencoba sistem

pertanian organik maupun yang sedang menerapkan pertanian organik cenderung

setuju untuk tetap melanjutkan budidaya sayuran dengan sistem pertanian organik.

Terdapat data yang menarik pada tabel tersebut dimana ada salah satu petani

organik yang sangat tidak setuju untuk melanjutkan sistem pertanian organik. Dari

hasil wawancara, diketahui bahwa petani ini adalah petani independen yang bukan

merupakan anggota kelompok tani dan petani tersebut menganggap bahwa kegiatan

bertani organik yang selama ini dilakukan kurang mendapat dukungan dari

lingkungan sosial di sekitarnya (dapat diketahui dari nilai lingkungan sosial yang

rendah) seperti tidak turut aktif dalam kegiatan kelompok tani, pelatihan, dan juga

penyuluhan. Hal inilah yang membuatnya merasa dirugikan karena tanpa dukungan

lingkungan sosial di sekitarnya, kegiatan pertanian yang dijalaninya tidak berjalan

dengan lancar.

4.3 Uji Keabsahan data

Uji keabsahan data berikut mencakup hasil pengujian validitas, reliabilitas dan

juga uji model-fit dari data yang sudah didapat sehingga dapat diketahui data apa

saja yang tidak layak untuk proses pengolahan data selanjutnya. Terdapat 5 variabel

yang digunakan pada penelitian ini yang terdiri dari 3 variabel endogen, 1 variabel

kendali, dan juga 1 variabel eksogen. Variabel-variabel tersebut adalah LS

Page 10: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

27

(Lingkungan Sosial petani), R (Risiko Pertanian Organik), KP (Karakteristik

Petani), PP (Persepsi Petani) dan juga PRP (Perilaku Petani).

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah instrumen penelitian benar-

benar mampu mengukur konstruk yang digunakan. Peneliti menggunakan metode

analisis faktor untuk mengetahui validitas instrumen penelitian. Tinggi rendahnya

validitas suatu instrumen kuesioner dapat dilihat melalui factor loading dengan

menggunakan software SPSS Statistic 20.0

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas (Pertama) Item

Kuesioner

Factor

Loading

Fokus

Komponen Status

Item

Kuesioner

Factor

Loading

Fokus

Komponen Status

LS1 0,657 2 Valid KP2a 0,808 1 Valid

LS2a 0,645 1 Valid KP2b 0,812 1 Valid

LS2b 0,632 1 dan 2 Tidak

Valid KP3a 0,907 1 Valid

LS2c 0,630 1 Valid KP3b 0,834 1 Valid

LS3a 0,746 1 Valid KP3c 0,827 1 Valid

LS3b 0,715 1 Valid PP1a 0,787 2 Valid

LS3c 0,719 1 Valid PP1b 0,793 2 Valid

R1a 0,813 2 Valid PP2a 0,772 3 Valid

R1b 0,796 2 Valid PP2b 0,784 3 Valid

R2a 0,745 2 Valid PP3a 0,606 2 Valid

R2b 0,573 2 Valid PP3b 0,597 1 dan 3 Tidak

Valid

R3a 0,692 4 Valid PRP1 0,689 2 Valid

R3b 0,877 4 Valid PRP2 0,803 2 Valid

KP1a 0,775 1 Valid

KP1b 0,772 1 Valid

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Hasil dari uji validitas pertama pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebenarnya

seluruh item di kuesioner memenuhi syarat factor loading sebesar > 0,5, namun ada

beberapa item pertanyaan yang tidak terekstrak dengan sempurna ke dalam salah

satu faktor dan harus dihilangkan pada uji validitas selanjutnya. Oleh karena itu

indikator LS2b dan PP3b akan dihilangkan pada uji validitas selanjutnya.

Page 11: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

28

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas (kedua)

Uji Tes KMO dan Bartlett Syarat Hasil

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy. ≥ 0,5 0,897

Bartlett's Test of Sphericity 4863,099

Approx. Chi-Square

Sig. ≤ 0,05 0,000

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Hasil uji validitas kedua menyatakan bahwa data indikator dinyatakan dapat

dianalisa karena nilai yang keluar hasil uji uji KMO dan Barlett’s Test sudah

memenuhi syarat (lihat tabel 4.10). Dengan nilai KMO Measure of Sampling

Adequacy 0,897 (di atas 0,5), serta nilai Bartlett’s Test dengan Chi-Square sebesar

4863,099 dan signifikan pada 0,000 (di bawah 0,005) maka disimpulkan bahwa

data dapat dilanjutkan ke uji analisis faktor.

Tabel 4.11 Hasil Uji Analisis Faktor

Item

Kuesioner

Factor

Loading

Fokus

Komponen Status

Item

Kuesioner

Factor

Loading

Fokus

Komponen Status

LS1 0,671 1 Valid KP2a 0,824 1 Valid

LS2a 0,669 1 Valid KP2b 0,829 1 Valid

LS2c 0,655 1 Valid KP3a 0,915 1 Valid

LS3a 0,751 1 Valid KP3b 0,845 1 Valid

LS3b 0,723 1 Valid KP3c 0,837 1 Valid

LS3c 0,721 1 Valid PP1a 0,787 2 Valid

R1a 0,823 2 Valid PP1b 0,793 2 Valid

R1b 0,805 2 Valid PP2a 0,751 3 Valid

R2a 0,746 2 Valid PP2b 0,773 3 Valid

R2b 0,574 2 Valid PRP1 0,689 2 Valid

R3a 0,700 4 Valid PRP2 0,795 2 Valid

R3b 0,871 4 Valid

KP1a 0,796 1 Valid

KP1b 0,792 1 Valid

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Hasil uji validitas kedua dengan 110 responden dilakukan dengan analisis

faktor dan tersajikan pada tabel Rotated Component Matrix (Tabel 4.11). Dari

output tersebut dapat dilihat bahwa setiap item pertanyaan sudah terekstrak

sempurna ke dalam salah satu faktor komponen dengan loading factor > 0,50.

Dapat disimpulkan bahwa variabel yang dapat diolah selanjutnya adalah variabel

Lingkungan Sosial (LS) dengan enam item pertanyaan, Risiko (R) dengan enam

Page 12: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

29

item pertanyaan, Karakteristik Petani (KP) dengan tujuh item pertanyaan, Persepsi

Petani (PP) dengan empat item pertanyaan, dan juga Perilaku Petani (PRP) dengan

dua item pertanyaan.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur apakah

kuesioner benar-benar merupakan indikator yang mengukur suatu variabel.

Reliabilitas dalam penelitian ini diuji dengan metode Chronbach’s Alpha. Menurut

Nunnaly dalam Ghozali (2006), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Chronbach’s Alpha > 0,60

Hasil pengujian reliabilitas dengan menggunakan software SPSS Statistic 20.0

menunjukkan bahwa semua variabel dinilai mampu memberikan hasil pengukuran

yang konsisten karena semua variabel memiliki nilai Chronbach’s Alpha > 0,8.

4.4 Uji Goodness of Fit

Pengujian goodness of fit ini merupakan uji model-fit yang digunakan untuk

mengetahui ukuran kesesuaian input observasi dengan prediksi dari model yang

diajukan. Pengujian goodness of fit dilakukan dengan menggunakan software IBM

AMOS 22.0 dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.13.

Dari hasil pengujian, terlihat bahwa beberapa kriteria goodness of fit belum

menunjukkan indikasi yang baik. Dimulai dari nilai Chi-square yang menunjukkan

angka 264,981 yang didapat dari nilai Chi-square yang dibagi dengan degree of

freedom. Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonious yang mengukur

hubungan goodness of fit model dengan jumlah koefisien-koefisien estimasi yang

diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai chi-square dianggap baik

karena nilainya lebih kecil dari nilai tabel sebesar 341,95.

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Chronbach’s Alpha Keterangan

Lingkungan Sosial 0,988 Reliabel

Risiko 0,834 Reliabel

Karakter Petani 0,981 Reliabel

Persepsi Petani 0,943 Reliabel

Perilaku petani 0,901 Reliabel

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Page 13: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

30

Tabel 4.13 Hasil Uji Goodness of Fit

Indeks Nilai Kritis Nilai Keterangan

Chi-square < 341,95 264,981 Baik

Probability level ≤ 0,05 0,0 Baik

CMIN/DF < 2,00/3,00 4,569 Kurang baik

GFI ≥ 0,90 0,747 Kurang baik

AGFI ≥ 0,90 0,604 Kurang baik

RMSEA ≤ 0,08 0,181 Kurang baik

TLI ≥ 0,90 0,856 Cukup baik

CFI ≥ 0,90 0,893 Cukup baik

NFI ≥ 0,90 0,868 Cukup baik

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Nilai CMIN/DF dinilai masih kurang bagus karena masih berada di atas nilai

kritis (2,00/3,00) yaitu 4,569. Nilai GFI menunjukkan derajat kesesuaian dari data

yang diprediksi dengan data aktual tanpa menyesuaikan degree of freedom-nya.

Semakin tinggi nilai GFI maka semakin baik modelnya. Dalam tabel terlihat bahwa

nilai GFI 0,747 masih dinilai kurang baik karena masih dibawah nilai yang

diharapkan (≥ 0,90).

AGFI merupakan GFI yang disesuakan dengan degree of freedom-nya. Dengan

nilai GFI yang kurang baik, maka nilai AGFI sebesar 0,604 juga masih jauh dari

nilai yang diharapkan. RMSEA digunakan untuk mengkompensasi nilai Chi-square

dalam sampel yang besar. Nilai yang direkomendasikan untuk indeks RMSEA

adalah ≤ 0,08, maka ilai RMSEA sebesar 0,181 menunjukkan tingkat kesesuaian

yang kurang baik.

TLI merupakan indeks kesesuaian model yang kurang dipengaruhi oleh ukuran

sampel. Dengan nilai rekomendasi ≥ 0,90, maka nilai TLI 0,856 dinilai masih cukup

baik. CFI merupakan indeks yang membandingkan model yang diuji dengan null

model. Indeks ini dianjurkan memiliki nilai yang mendekati 1 karena semakin

mendekati angka 1 maka model yang diajukan dinilai memiliki tingkat kesesuaian

yang baik. Dengan begitu nilai 0,893 menunjukkan bahwa model sudah memiliki

kesesuaian yang cukup baik. Sama dengan CFI, NFI juga menunjukkan ukuran

Page 14: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

31

perbandingan antara model yang diajukan dan null model. Dengan begitu nilai NFI

0,868 juga dianggap masih cukup baik karena sudah mendekati nilai rekomendasi

≥ 0,90.

4.5 Pengujian Hipotesis

Setelah kriteria goodness of fit struktural yang diestimasi dapat terpenuhi, maka

tahap selanjutnya adalah analisis terhadap hubungan-hubungan struktural model

(pengujian hipotesis). Pengujian Structural Equation Modeling (SEM) dalam

penelitian ini menggunakan software AMOS 22.0.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis tingkat signifikansi

hubugan kausalitas antar konstruk dalam model yang didasakan pada nilai Critical

Ratio (C.R). Nilai C.R sendiri dianalisis dengan mengacu pada cut of value tabel T.

Tabel 4.14 Syarat Signifikansi

Score Cut of Value

Critical Ratio

1% ≥ 2,56

5% ≥ 1,96

10% ≥ 1,645

Sumber : Tabel T

Variabel dianggap berpengaruh signifikan jika nilai Critical Ratio (C.R) pada

output AMOS menunjukkan nilai lebih atau sama dengan 1,96 karena berarti

variabel tersebut memiliki tingkat signifikansi 95%. Hasil analisa regresi dapat

dilihat pada tabel output berikut ini :

Tabel 4.15 Output Regresi AMOS

Variabel Critical

Ratio Probabilitas Estimasi

Persepsi <--- Lingk_sos 4,536 *** 0,481

Persepsi <--- Risiko 3,218 ,001 0,571

Persepsi <--- Karakter 0,560 ,576 0,035

Perilaku <--- Persepsi 8,312 *** 0,972

LS1 <--- Lingk_sos 16,441 *** 0,985

LS2 <--- Lingk_sos 15,597 *** 0,963

LS3 <--- Lingk_sos 0,857

R1 <--- Risiko 3,655 *** 0,918

R2 <--- Risiko 3,543 *** 0,767

R3 <--- Risiko 0,342

KP1 <--- Karakter 19,964 *** 0,967

KP2 <--- Karakter 19,953 *** 0,967

Page 15: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

32

Tabel 4.15 Output Regresi AMOS

Variabel Critical

Ratio Probabilitas Estimasi

KP3 <--- Karakter 0,917

PP1 <--- Persepsi 8,684 *** 0,930

PP2 <--- Persepsi 0,660

PRP1 <--- Perilaku 0,906

PRP2 <--- Perilaku 16,573 *** 0,929

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Tabel output regresi dari software AMOS itulah yang berikutnya akan dianalisa

dan digunakan untuk menjawab hipotesa yang telah diajukan. Tabel output tersebut

digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel dengan melihat nilai

Critical Ratio dan juga nilai signifikansinya. Sedangakan kolom estimasi

digunakan untuk melihat seberapa besar nilai standar deviasi variabel yang

terpengaruh oleh nilai standar deviasi variabel bebas.

4.4.1 Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Persepsi tentang Pertanian

Sayuran Organik

Pengujian hipotesis pertama ini ingin membuktikan bahwa ada pengaruh

antara lingkungan sosial petani sayuran terhadap persepsi petani tentang pertanian

sayuran organik. Asumsi ini diuji melalui hasil regresi “Variabel Lingkungan

Sosial” dan “Variabel Persepsi”. Supaya lebih jelas, maka berikut peneliti

tampilkan hasil regresi terukur dan regresi terstandar dari output AMOS :

Tabel 4.16 Output Hipotesis 1

Variabel Regresi Regresi Terstandar

C.R. P Estimasi

Persepsi <--- Lingk_sos 4,536 *** 0,481

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Dari hasil pengolahan maka didapatkan nilai Critical Ratio (C.R.) variabel

lingkungan sosial terhadap persepsi sebesar 4,536. Dapat disimpulkan bahwa

lingkungan sosial memiliki pengaruh dengan signifikansi level < 1% karena nilai

C.R. berada di atas 2,5. Hal ini juga ditandai dengan adanya simbol tiga bintang

pada kolom probabilitas, yang berarti “Variabel Lingkungan Sosial” berpengaruh

signifikan terhadap “Variabel Persepsi” dengan nilai siginifikansinya kurang dari

0,001. Terlihat juga pada tabel Standardized Regression bahwa meningkatnya 1

Page 16: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

33

satuan standar deviasi lingkungan sosial petani akan meningkatkan 0,481 satuan

standar deviasi persepsi petani.

Hasil ini sejalan dengan teori yang diutarakan Amsyari (1986) bahwa

lingkungan sosial dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil suatu

tindakan. Dalam hal ini lingkungan sosial petani sayuran organik ternyata juga

mempengaruhi persepsi petani terhadap pertanian sayuran organik. Lingkungan

sosial petani disini bisa saja merupakan sesama anggota kelompok tani, antar

petani, keluarga, juga penyuluh pertanian.

Dapat dilihat pada Tabel 4.4 bahwa ternyata tergabungnya petani ke dalam

kelompok tani secara aktif akan membuat petani memiliki persepsi yang baik

terhadap pertanian organik. Selain anggota dalam kelompok tani, keaktifan petani

dalam mengikuti penyuluhan juga ternyata dapat merubah sudut pandang petani

terhadap pertanian organik. Sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan sosial ini

tidak luput dari peran aktif penyuluh dalam melaksanakan program penyuluhan.

Penyuluh juga tidak bisa bergerak secara individu, namun harus “menggandeng”

beberapa anggota kelompok tani organik untuk bekerja sama mensosialisasikan

pertanian organik ke petani-petani yang masih menerapakan sistem pertanian non-

organik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima,

bahwa ada pengaruh antara lingkungan sosial petani dengan persepsi petani

tentang pertanian sayuran organik.

4.4.2 Pengaruh Risiko Pertanian Sayuran Organik terhadap Persepsi tentang

Pertanian Sayuran Organik

Pengujian hipotesis kedua ini ingin membuktikan bahwa ada pengaruh antara

persepsi petani tentang risiko pertanian sayuran organik terhadap persepsi petani

tentang pertanian sayuran organik. Asumsi ini diuji melalui hasil regresi “Variabel

Risiko” dan “Variabel Persepsi”. Supaya lebih jelas, maka berikut peneliti

tampilkan hasil regresi terukur dan regresi terstandar dari output AMOS :

Tabel 4.17 Output Hipotesis 2

Variabel Regresi Regresi Terstandar

C.R. P Estimasi

Persepsi <--- Risiko 3,218 0,001 0,571

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Page 17: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

34

Dari hasil pengolahan maka didapatkan nilai Critical Ratio (C.R.) variabel

risiko terhadap persepsi sebesar 3,218. Dapat disimpulkan bahwa risiko memiliki

pengaruh dengan signifikansi level < 1% karena nilai C.R. berada di atas 2,5. Hal

ini juga ditandai dengan nilai 0,001 pada kolom probabilitas, yang berarti

signifikasi pengaruh yang diberikan “Variabel Risiko” terhadap “Variabel

Persepsi” sebesar 0,001. Terlihat juga pada tabel Standardized Regression bahwa

meningkatnya 1 satuan standar deviasi persepsi petani tentang risiko pertanian

sayuran organik akan meningkatkan 0,571 satuan standar deviasi persepsi petani

tentang pertanian sayuran organik.

Setiap perlakuan yang diaplikasikan ke dalam sistem budidaya pertanian pasti

memiliki risiko yang bermacam-macam. Hal inilah yang menjadi pertimbangan

petani dalam melakukan budidaya dan mempengaruhi persepsi mereka terhadap

pertanian sayuran organik. Petani yang menganggap bahwa pertanian sayuran

organik tidak memiliki risiko yang besar, akan memiliki persepsi yang baik

terhadap pertanian sayuran organik itu sendiri. Sedangkan petani yang

menganggap bahwa pertanian sayuran organik memiliki risiko yang besar, akan

memiliki persepsi yang buruk juga terhadap pertanian sayuran organik. Ada juga

petani yang menganggap bahwa pertanian sayuran organik memiliki risiko yang

tinggi, namun juga menganggap bahwa risiko yang tinggi akan mendatangkan

keuntungan yang tinggi, sehingga memiliki nilai persepsi yang baik terhadap

pertanian sayuran organik.

Hal ini didukung oleh tabel 4.5 yang menunjukkan bahwa kategori kelompok

petani organik cenderung tidak merasakan risiko produksi dan risiko finansial

selama menerapkan sistem pertanian organik. Beda halnya dengan kelompok

petani non-organik yang masih memiliki persepsi bahwa pertanian organik

memiliki risiko produksi dan risiko finansial besar. Namun, baik kelompok petani

organik maupun non-organik memiliki persepsi yang sama pada risiko harga pasar

bahwa hasil dari produksi pertanian organik masih memiliki harga yang fluktuatif

di pasaran dan masih perlu bersaing dengan hasil dari produksi pertanian non-

organik. Hal inilah yang dapat mempengaruhi petani dalam membentuk persepsi

mereka terhadap pertanian sayuran organik. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa hipotesis 2 dalam penelitian ini diterima, bahwa persepsi petani tentang

Page 18: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

35

risiko pertanian sayuran organik mempengaruhi persepsi petani tentang pertanian

sayuran organik

4.4.3 Pengaruh Karakter Petani terhadap Persepsi tentang Pertanian Sayuran

Organik

Pengujian hipotesis ketiga ini ingin membuktikan bahwa ada pengaruh antara

karakter petani sayuran terhadap persepsi mereka tentang pertanian sayuran

organik. Asumsi ini diuji melalui hasil regresi “Variabel Karakter” dan “Variabel

Persepsi”. Supaya lebih jelas, maka berikut peneliti tampilkan hasil regresi terukur

dan regresi terstandar dari output AMOS :

Tabel 4.18 Output Hipotesis 3

Variabel Regresi Regresi Terstandar

C.R. P Estimasi

Persepsi <--- Karakter 0,560 0,576 0,035

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Dari hasil pengolahan maka didapatkan nilai Critical Ratio (C.R.) variabel

karakter terhadap persepsi sebesar 0,560. Dapat disimpulkan bahwa karakter

petani tidak memiliki pengaruh karena nilai C.R berada di bawah 1,645 (lihat tabel

4.14 syarat signifikansi). Probabilitas yang dihasilkan pun sebesar 0,576, yang

artinya variabel karakter petani hanya mampu mempengaruhi sekitar 42%

variabel persepsi saja. Terlihat juga pada tabel Standardized Regression bahwa

meningkatnya 1 satuan standar deviasi karakter petani hanya akan meningkatkan

0,035 satuan standar deviasi persepsi petani.

Hasil analisis yang didapat agak bertolak belakang dengan yang dikemukakan

oleh Soekarwati dalam penelitian Ferdias (2005) yang mengatakan bahwa

karakter petani akan turut menentukan pengambilan keputusan petani. Karakter

petani yang inovatif, kosmopolitan dan informatif ternyata tidak mempengaruhi

persepsi mereka terhadap pertanian organik. Hal ini didukung oleh Tabel 4.6 dan

Tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa banyak petani organik memiliki nilai karakter

yang informatif dan inovatif, tetapi memiliki persepsi yang tidak baik terhadap

pertanian organik karena mereka hanya mengikuti teman-teman di anggota

kelompok tani mereka saja tanpa mempertimbangkan risiko dan hasilnya. Begitu

jugan dengan petani yang sebenarnya menganggap dirinya tidak memiliki nilai

karakter yang informatif dan inovatif tapi memiliki persepsi yang baik terhadap

Page 19: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

36

pertanian organik. Dari hasil analisis maka disimpulkan bahwa hipotesis 3 dalam

penelitian ini ditolak, bahwa karakter petani ternyata tidak mempengaruhi

persepsi petani terhadap pertanian sayuran organik.

4.4.4 Pengaruh Persepsi Petani tentang Pertanian Sayuran Organik terhadap

Perilaku Petani tentang Pertanian Sayuran Organik

Pengujian hipotesis keempat ini ingin membuktikan bahwa ada pengaruh

antara persepsi petani sayuran terhadap perilaku mereka tentang pertanian sayuran

organik. Asumsi ini diuji melalui hasil regresi “Variabel Persepsi” dan “Variabel

Perilaku Petani”. Supaya lebih jelas, maka berikut peneliti tampilkan hasil regresi

terukur dan regresi terstandar dari output AMOS :

Tabel 4.19 Output Hipotesis 4

Variabel Regresi Regresi Terstandar

C.R. P Estimasi

Perilaku <--- Persepsi 8,312 *** 0,972

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Dari hasil pengolahan maka didapatkan nilai Critical Ratio (C.R.) variabel

persepsi petani terhadap perilaku petani sebesar 8,312. Dapat disimpulkan bahwa

persepsi petani memiliki pengaruh dengan signifikansi level < 1% karena nilai

C.R berada di atas 2,5. Hal ini juga ditandai dengan adanya simbol tiga bintang

pada kolom probabilitas, yang berarti “Variabel Persepsi” berpengaruh signifikan

terhadap “Variabel Perilaku” dengan nilai siginifikansinya < 0,001. Terlihat juga

pada tabel Standardized Regression bahwa meningkatnya 1 satuan standar deviasi

persepsi petani akan meningkatkan 0,972 satuan standar deviasi perilaku petani.

Seperti teori yang diungkapkan oleh Prayitno et, al. (2014) bahwa persepsi

yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi perilaku orang tersebut. Sama

halnya dengan petani, melalui faktor eksternal dan internal yang ada pada petani,

maka akan terbentuk persepsi pada masing-masing petani tentang pertanian

sayuran organik. Persepsi inilah yang kemudian dituangkan dalam perilaku

mereka dalam menerapkan sistem budidaya sayuran organik. Petani yang

memiliki persepsi yang baik terhadap sayuran organik memiliki kecenderungan

untuk menerapkan sistem pertanian sayuran organik. Begitu juga petani yang

memliki persepsi yang kurang baik terhadap pertanian sayuran organik cenderung

ragu-ragu untuk menerapkan sistem pertanian sayuran organik.

Page 20: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi

37

Pada tabel 4.8 juga terlihat bahwa petani yang sudah pernah menerapkan

pertanian organik cenderung memilih untuk tetap melanjutkan pertanian organik,

berbeda dengan petani yang belum pernah mencoba pertanian organik, masih

ragu-ragu untuk mengambil keputusan dalam menerapkan pertanian organik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4 pada penelitian ini

diterima, bahwa ada hubungan antara persepsi petani tentang usahatani organik

dengan perilaku petani terhadap pertanian sayuran organik.