15
Isu-isu Etika dalam Praktik Akuntansi Manajemen Pendahuluan Transfer pricing merupakan transaksi antar divisi atau unit usaha dalam satu perusahaan. Bagi organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari sebuah divisi dipakai sebagai masukan bagi divisi lain. Transaksi antar divisi ini menyebabkan timbulnya suatu mekanisme transfer pricing. Transfer pricing didefinisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk pendapatan divisi penjual dan biaya divisi pembeli. Transfer pricing sering disebut juga intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Transfer pricing biasanya ditetapkan untuk produk-produk antara (intermediate product) yang merupakan barang-barang dan jasa-jasa yang dipasok okeh divisi penjual kepada divisi pembeli. Bila dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing dapat menyimpang secara signifikan dari harga yang disepakati. Oleh karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu negara. Pihak yang berkaitan dengan terjadi proses transfer pricing adalah akuntan manajemen. Dalam praktiknya akuntansi manajemen memberikan suatu analisis kepada perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai harga transfer. Harga transfer yang

Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi Manajemen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi Manajemen

Isu-isu Etika dalam Praktik Akuntansi Manajemen

Pendahuluan

Transfer pricing merupakan transaksi antar divisi atau unit usaha dalam satu perusahaan.

Bagi organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari sebuah divisi dipakai sebagai masukan

bagi divisi lain. Transaksi antar divisi ini menyebabkan timbulnya suatu mekanisme transfer

pricing. Transfer pricing didefinisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam

pertukaran antar divisional untuk pendapatan divisi penjual dan biaya divisi pembeli.

Transfer pricing sering disebut juga intracompany pricing, intercorporate pricing,

interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk

keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota (grup

perusahaan). Transfer pricing biasanya ditetapkan untuk produk-produk antara (intermediate

product) yang merupakan barang-barang dan jasa-jasa yang dipasok okeh divisi penjual

kepada divisi pembeli. Bila dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing dapat menyimpang

secara signifikan dari harga yang disepakati. Oleh karena itu transfer pricing juga sering

dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi

laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu negara.

Pihak yang berkaitan dengan terjadi proses transfer pricing adalah akuntan manajemen.

Dalam praktiknya akuntansi manajemen memberikan suatu analisis kepada perusahaan dalam

mengambil keputusan mengenai harga transfer. Harga transfer yang didasarkan pada

akuntansi menajemen mempunyai banyak pertimbangan. Beberapa pertimbangan itu adalah

pertimbangan mengenai maksimalisasi keuntungan dan pertimbangan dari aspek pajak.

Transfer Pricing (Harga Transfer)

Peran Harga Transfer :

1. Harga Transfer Mempertegas Diversifikasi

HT menetapkan dengan tegas hak masing-masing menajer divisi untuk mendapatkan laba.

Tiap-tiap divisi yang terlibat merundingkan unsure-unsur yang membentuk HT, karena

unsur-unsur tersebut akan berdampak terhadap laba yang pada akhirnya laba tesebut

digunakan untuk mengukur kinerja divisi

Page 2: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi Manajemen

2. Harga Transfer Sebagai Alat Untuk Menciptakan Mekanisme Integrasi

Manajemen puncak dapat mewajibkan suatu divisi untuk memilih sumber pengadaan dari

divisi lain dalam perusahaan ketimbang dari luar perusahaan, hanya jika hal ini bisa

menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. Dengan adanya kebijakan manajemen

puncak ini, manajer divisi yang terlibat dipaksa untuk merundingkan HT yang adil bagi divisi

yang terlibat.

Transfer Pricing di Dunia saat ini

Perkembangan yang signifikan transfer pricing di dunia internasional ditandai dengan adanya

jumlah perusahaan global yang ada di seluruh dunia. Turner,1996; Wang and Connor, 1996

dan estimasi terakhir dari IMF, OECD, UNCTAD, dan WTO menyebutkan bahwa jumlah

transaksi perusahaan transnasional mencapai $ 1,6 trilion. Angka tersebut menunjukan level

yang tinggi untuk perusahaan transnasional.

Investasi langsung di luar negeri mengalami peningkatan trend. Etika dalam transfer pricing

selalu terbentur dengan masalah dalam aspek keuangan dari pajak.

Kerangka Analisis Etika Transfer Pricing

Etika Bisnis adalah, antara lain, tentang kode etik perusahaan dalam mengejar penciptaan

kekayaan. Dalam usaha untuk membingkai etika transfer pricing, empat pengamatan perlu

dibuat:

1. Kebijakan transfer pricing perlu dibuat tersembunyi untuk menghidari pemeriksaan

dari otoritas pajak dan diketahui aspek lain selain pajaknya

2. Yang dibahas dalam transfer pricing cuma dalam segi hal komersial dan kurang

memperhatikan intrafirm perdagangan dan harga.

3. Pandangan Neo-klasik perusahaan telah terkonsentrasi untuk menentukan harga ajaib

untuk transaksi transfer pricing.

4. Kesalahpahaman akuntansi umum dalam melihat transfer pricing sebagai masalah

biaya murni internal. Ini adalah pandangan sempit yang mengabaikan proses

pengambilan keputusan yang terlibat dalam intra- perusahaan perdagangan. Adanya

pihak penjual dan pembeli dalam satu organisasi akan menimbulkan sifat opportunis

kepada para manajernya.

Page 3: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi Manajemen
Page 4: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi Manajemen

Implikasi Dari Transfer Pricing

Transfer pricing menimbulkan banyak sekali masalah:

1. Produksi barang atau jasa pada perusahaan tersebut akan meningkat tetepi untuk dapat

mencapai produksi yang diinginkan banyak perusahaan yang mencari negara dengan

upah pekerja yang kecil sehingga biaya produksinya dapat ditekan sekecil mungkin.

Hal ini merupakan kontradiksi, karena perusahaan bertujuan memaksimalkan labanya

dengan menekan cost untuk upah pekerjanya.

2. Bahan baku yang digunakan dapat berupa bahan baku dengan kualitas yang rendah.

Dengan biaya bahan baku yang kecil dapat menekan biaya penyusun dari produk. Jika

hal ini berkaitan dengan produk yang dikonsumsi manusia. Maka dapat

membahayakan pihak yang mengonsumsinya.

3. Penghindaran pajak untuk maksimalisasi labanya. Dengan menggunakan transfer

pricing maka perusahan dapat merencakan pajak yang akan dikeluarkan.

Penghematan pajak selama tidak melanggar aturan yang ada dan digunakan untuk

kesejahteraan karyawan atau sumber daya manusianya mungkin tidak menimbulkan

masalah etika. Tetapi jika keuntungan yang didapat justru dapat menyebabkan

kemrosotan kualitas lingkungan dan kemiskinan maka kegiatan seperti ini tidak dapat

dibernarkan.

4. Cara yang digunakan setiap manajer divisi penjual atau pembeli dalam menggunakan

alat yang bernama transfer pricing untuk menunjukan kinerja yang bagus kepada

perusahaan. Cara yang digunakan manajer dapat dengan cara yang baik atau

menghalalkan berbagai cara.

Peran Akuntan Manajemen dalam Transfer Pricing

Akuntan manajemen mempunyai peran penting dalam menunjang tercapainya tujuan

perusahaan, dimana tujuan tersebut harus dicapai melalui cara yang legal dan etis, maka para

akuntan manajemen dituntut untuk bertindak jujur, terpercaya, dan etis (Anshori, 2002).

Dalam hubungannya dengan kesadaran etika, disebutkan bahwa masalah ini sering

mencuat sebagai salah satu persoalan yang sering menghinggapi akuntan lokal. Menurut Sri

Mulyani seperti dikutip dari Islahuddin dan Soesi (2002) menyatakan bahwa akuntan lokal

sudah terbiasa dengan kondisi hitungan seimbang, yang dipaksa melindungi perusahan klien

Page 5: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi Manajemen

dari kebobrokan keuangan. Akibatnya dengan adanya kesadaran etis yang rendah memberi

gambaran kekurangsiapan akuntan lokal menghadapi pasar global.

Untuk itu perlu lagi bagi para akuntan manajemen maupun para lulusan jurusan

akuntansi yang kelak mengambil profesi sebagai akuntan akuntan manajemen untuk

meninjau standar etika bagi akuntan manajemen yang dikeluarkan oleh Institute of

Management Accountants, agar menampilkan karakteristik akuntan yang berkualitas dan

mampu menjaga profesionalismenya di era globalisasi ini.

Standars of Ethical Conduct for Management Accountants

a. Competence

Management accountants have a responsibility to:

1) maintain an appropriate level of professional competence by going

development of their knowledge and skills,

2) perform their professional duties in accordance with relevant laws,

regulation, and technical standars, and

3) prepare complete and clear report and recommendations after appropriate

analysis of relevant and reliable information.

b. Confidentiality

Management accountants have a responsibility to:

1) refrain from disclosing confidential information acquired in the course of

their work except when authorized, unless legally obligated to do so,

2) inform sub ordinates as appropriate regarding the confidentiality of

information acquired in the course of their work and monitor their activities

to ensure the maintenance of that confidentiality, and

3) refrain from using or appearing to use confidential information acquired in

the course o their work for unethical or illegal advantage either personally

or through a third party.

c. Integrity

Management accountants have a responsibility to:

1) avoid actual or apparent conflict of interest and advise all appropriate

parties of any potential conflict,

Page 6: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi Manajemen

2) refrain from engaging in any activity that would prejudice their abilities to

carry out their duties ethically,

3) refuse any gift, favor, or hospitality that would influence their action,

4) refrain from either actively or passively subverting the attainment of the

organization’s legitimate and ethical objectives,

5) recognize and communicate professional limitation or other constraint thar

would preclude responsible judgement or successful performance of an

activity,

6) communicate unfavorable as well as favorable information and

professional judgement or opinion, and

7) refrain from engaging in or supporting any activity that would discredit the

profesion.

d. Objectivity

Management accountants have a responsibility to:

1) communicate information fairly and objectively, and

2) disclose fully all relevant information that could reasonably be expected to

influence an intended user’s understanding of the reports, comments, and

recommendations presented.

Peran Sertifikasi Akuntan Manajemen Untuk Mengurangi Pelanggaran Etika Oleh

Akuntan Manajemen

Sertifikasi Akuntan Manajemen

Peran dari program-program sertifikasi profesional adalah menyediakan ukuran yang jelas

tentang kapabilitas akuntan manajemen dalam hal pengalaman, pelatihan, dan kinerja.

Sertifikasi merupakan salah satu cara dimana akuntan manajemen dapat menunjukkan

pencapaian dan kelebihan profesionalnya.

Sertifikasi bagi akuntan manajemen di tingkat internasional maliputi, Sertifikasi Akuntan

Manajemen / Certificate in Management Accounting (CMA), Sertifikasi Akuntan Publik /

Certificate in Public Accounting (CPA), Sertifikasi Auditor Internal / Certificate in Internal

Auditing (CIA), Sertifikasi Manajer Keuangan / Certificate in Financial Manager (CFM), dan

Sertifikasi Analis Biaya / Certificate in Cost Analyst (CCA). Masing-masing sertifikasi

Page 7: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi Manajemen

memiliki keunggulan khusus sesuai dengan bidang sertifikasinya. Persyaratan untuk

mendapatkan sertifikasi bagi pelamar dituntut adanya suatu tingkat pendidikan khusus,

pengalaman di dunia praktek, ketaatan terhadap kode etik profesi akuntan manajemen dan

lulus ujian sertifikasi untuk mencapai tingkat minimum kemampuan professional di

bidangnya. Selain itu, sertifikasi tersebut mewajibkan pemegangnya melanjutkan pendidikan

professional untuk mempertahankan sertifikasi tersebut. Oleh karena sertifikasi menyatakan

suatu komitmen atas kompetensi professional, banyak organisasi mendorong manajer mereka

untuk mendapatkan sertifikat tersebut.

Sertifikasi Akuntan Manajemen di Luar Negeri

Sertifikasi Akuntan Manajemen (CMA)

Pada tahun 1974, Institute of Management Accountants (IMA) mensponsori sertifikasi baru,

yang disebut Certificate in Management Accounting (CMA). Sertifikasi ini dirancang untuk

memenuhi kebutuhan spesifik dari akuntansi manajemen. Salah satu kunci dari persyaratan

untuk mendapatkan CMA adalah lulus ujian kualifikasi dan memenuhi persyaratan tentang

latar belakang dan pengalaman secara memuaskan. Ujian tersebut menekankan pada empat

bidang pengetahuan yang relevan dengan praktik akuntansi yaitu:

1. Ekonomi, Keuangan dan Manajemen

2. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

3. Pelaporan Manajemen, Analisis dan Perilaku

4. Analisis Keputusan dan Sistem Infomasi

Bagian-bagian dari ujian tersebut mencerminkan kebutuhan akuntansi manajemen dan

menggarisbawahi observasi sebelumnya bahwa akuntansi manajemen memerlukan

pengetahuan

antardisiplin ilmu lebih banyak jika dibandingkan bidang-bidang lain dalam akuntansi. Salah

satu tujuan utama CMA adalah membuat akuntansi manajemen menjadi disiplin ilmu yang

diakui dan professional, serta terpisah dari profesi akuntansi keuangan publik.

Sertifikasi Akuntan publik (CPA)

Certificate in Public Accounting (CPA) adalah sertifikasi yang paling tua dan paling dikenal

dalam akuntansi. Tujuan CPA adalah untuk menyediakan kualifikasi minimal professional

bagi

auditor eksternal. Tanggung jawab auditor eksternal memberikan kepastian mengenai

keandalan dan kewajaran terhadap laporan keuangan perusahaan. Hanya akuntan publik

(CPA) yang diijinkan (oleh hukum) untuk menjadi auditor eksternal. CPA harus lulus ujian

Page 8: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi Manajemen

Negara, memenuhi persyaratan tentang latar belakang pendidikan dan pengalaman tertentu,

serta mendapat lisensi dari Negara dimana dia melakukan praktik. Walaupun CPA tidak

berorientasi kepada akuntansi manajemen, namun CPA banyak dimiliki oleh akuntansi

manajemen.

Sertifikasi Auditor Internal (CIA)

Sertifikasi lainnya yang tersedia untuk akuntan internal adalah Certificate in Internal

Auditing (CIA). (CIA) merupakan sertifikasi yang diberikan untuk kualifikasi yang berkaitan

dengan pengendalian perusahaan termasuk pengevaluasian kegiatan operasional perusahaan.

Seorang auditor internal independen memberikan laporan kepada manajemen puncak. Hal

yang menyebabkan adanya sertifikasi ini adalah sama dengan yang menyebabkan munculnya

CMA. Pemeriksaan internal berbeda dengan pemeriksaan eksternal dan akuntansi

manajemen, dan banyak auditor internal merasa membutuhkan suatu sertifikasi khusus.

Seorang pemegang Certificate in Internal Auditor (CIA) berarti telah lulus ujian

komprehensif yang dirancang untuk menjamin kemampuan teknis, dan telah memiliki dua

tahun pengalaman kerja.

Sertifikasi Manajer Keuangan (CFM)

Certificate in Financial Manager merupakan salah satu program IMA yang relevan untuk

akuntan manajemen. Program ini dimaksudkan untuk memperluas pertanggung jawaban

akuntan dalam bidang manajemen keuangan, seperti halnya manajer dan direktur keuangan.

Ujian untuk sertifikasi ini meliputi topik-topik yang berhubungan dengan manajemen

keuangan perusahaan sebagai tambahan dari topik yang dicakup dalam ujian CMA.

Sertifikasi Analis Biaya (CCA)

Certificate in Cost Analyst di prakarsai oleh Institute of Cost Analysis. Seperti sertifikasi

lainnya, persaratan untuk mendapatkan sertifikasi ini meliputi ujian kualifikasi, dan

pengalaman minimal delapan tahun dalam hal analisis biaya. Orientasi ujian dan sertifikasi

ini dikhususkan pada akuntansi untuk kontraktor federal, khususnya kontraktor untuk

departemen pertahahan.

Sertifikasi Akuntan Manajemen di Indonesia

Certified Professional Management Accountant (CPMA)

Ujian CPMA diadakan oleh Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI). Sertifikat akan

dikeluarkan oleh Institut Akuntan Manajemen Indonesia d/h Ikatan Akuntan Indonesia

Kompartemen Akuntan Manajemen dan akan mendapatkan akreditasi dari BNSP. Peserta

Page 9: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi Manajemen

yang sudah lulus CPMA memperoleh pengakuan atas kompetensinya dalam bidang akuntansi

manajemen, manajemen keuangan, dan manajemen informasi sehingga mempunyai

kualifikasi baik sebagai Akuntan Manajemen dalam melaksanakan fungsi dan tugas yang

terkait.

Ujian CPMA meliputi 4 (empat) mata ujian yang telah ditetapkan, yaitu :

1. Analisis Lingkungan Usaha

2. Konsep dan Keahlian Akuntansi Manajemen   

3. Manajemen Strategik                                             

4. Good Corporate Governance & Etika Bisnis

Peserta UJIAN CPMA dinyatakan lulus dari Ujian CPMA apabila telah mendapatkan nilai

minimal C untuk masing-masing mata ujian. 

Ujian hanya dapat diikuti oleh mereka yang memperoleh

1. Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi / D4 Akuntansi + pengalaman 1 tahun di bidang

akuntansi dan / atau keuangan.

2. Sarjana non-akuntansi + pengalaman 2 tahun di bidang akuntansi dan / atau

keuangan Cat : Bagi peserta yang belum mempunyai pengalaman kerja diperbolehkan

untuk mengikuti Ujian CPMA, namun sertifikat CPMA baru akan diberikan setelah

lulus Ujian CPMA dan memenuhi persyaratan pengalaman kerja. 

Page 10: Isu Etika Dalam Praktik Akuntansi Manajemen

Daftar Pustaka

Hansen and Mowen, Akuntansi Manajemen, dialihbasakan oleh Ancella A,

Hermawan, Jakarta : Erlangga, 1999

Henry Simamora, 1999. Akuntansi Manajemen, Jakarta: Salemba Empat.

http://www.akuntanmanajemen.web.id

http://www.imanet.org