17
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas program telah dilakukan sebelumnya. Budiani (2005) melakukan penelitian mengenai efektivitas program Penanggulangan Pengangguran Karang Taruna di Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat efektivitas program penanggulangan pengangguran di Desa Sumerta Kelod. Metode analisis yang digunakan adalah persentase perbandingan antara realita dan target dari program (R/T x 100%) dengan menggunakan indikator ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program dan pemantauan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas dari indikator ketepatan sasaran program dan indikator tujuan program penanggulangan pengangguran adalah cukup efektif, indikator tingkat sosialisasi program diperoleh hasil sangat efektif, indikator pemantauan pelaksanaan program oleh dinas terkait diperoleh hasil tidak efektif. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian skripsi ini mengacu pada metode analisis efektivitas program yang digunakan pada penelitian Budiani, yaitu menggunakan persentase perbandingan antara realita dan target dari program (R/T x 100%). Berbeda dengan penelitian Budiani, penelitian ini menganalisis efektivitas dari program WISMP dan menggunakan indikator yang berbeda yaitu peningkatan kapasitas atau jumlah kelembagaan, peningkatan penguatan kelembagaan sistem irigasi dan peningkatan pengelolaan sistem fisik irigasi. Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Darawati dan Wenagama (2012) mengenai efektivitas dan dampak Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPMLUEP) terhadap pendapatan dan kesempatan kerja petani padi di Kabupaten Tabanan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui tingkat efektivitas program DPMLUEP dan (2) untuk mengetahui dampak program DPMLUEP terhadap pendapatan petani. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas program adalah menggunakan perbandingan antara realita dan target dari program (R/T x 100%), dengan menggunakan indikator input, proses dan output. Sedangkan untuk mengetahui adanya dampak dari program DPM-LUEP terhadap pendapatan dilakukan dengan menggunakan analisis uji beda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat pelaksanaan program DPMLUEP di Kabupaten Tabanan tergolong sangat efektif dan program DPMLUEP mampu meningkatkann pendapatan petani padi di Kabupaten Tabanan. Perbedaan penelitian ini dan sebelumnya adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dan tingkat pendapatan pada skripsi ini menggunakan petani program dan non program.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai efektivitas program telah dilakukan sebelumnya. Budiani

(2005) melakukan penelitian mengenai efektivitas program Penanggulangan Pengangguran

Karang Taruna di Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Salah

satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat efektivitas program

penanggulangan pengangguran di Desa Sumerta Kelod. Metode analisis yang digunakan

adalah persentase perbandingan antara realita dan target dari program (R/T x 100%) dengan

menggunakan indikator ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program dan

pemantauan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas dari indikator

ketepatan sasaran program dan indikator tujuan program penanggulangan pengangguran

adalah cukup efektif, indikator tingkat sosialisasi program diperoleh hasil sangat efektif,

indikator pemantauan pelaksanaan program oleh dinas terkait diperoleh hasil tidak efektif.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian skripsi ini mengacu pada metode analisis

efektivitas program yang digunakan pada penelitian Budiani, yaitu menggunakan persentase

perbandingan antara realita dan target dari program (R/T x 100%). Berbeda dengan penelitian

Budiani, penelitian ini menganalisis efektivitas dari program WISMP dan menggunakan

indikator yang berbeda yaitu peningkatan kapasitas atau jumlah kelembagaan, peningkatan

penguatan kelembagaan sistem irigasi dan peningkatan pengelolaan sistem fisik irigasi.

Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Darawati dan Wenagama

(2012) mengenai efektivitas dan dampak Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha

Ekonomi Pedesaan (DPM–LUEP) terhadap pendapatan dan kesempatan kerja petani padi di

Kabupaten Tabanan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui tingkat

efektivitas program DPM– LUEP dan (2) untuk mengetahui dampak program DPM–LUEP

terhadap pendapatan petani. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat

efektivitas program adalah menggunakan perbandingan antara realita dan target dari program

(R/T x 100%), dengan menggunakan indikator input, proses dan output. Sedangkan untuk

mengetahui adanya dampak dari program DPM-LUEP terhadap pendapatan dilakukan

dengan menggunakan analisis uji beda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat

pelaksanaan program DPM–LUEP di Kabupaten Tabanan tergolong sangat efektif dan

program DPM–LUEP mampu meningkatkann pendapatan petani padi di Kabupaten Tabanan.

Perbedaan penelitian ini dan sebelumnya adalah indikator yang digunakan untuk mengukur

tingkat efektivitas dan tingkat pendapatan pada skripsi ini menggunakan petani program dan

non program.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

Zanzes, Suwendra dan Susila (2015) melakukan penelitian mengenai analisis

efektivitas Program Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) serta dampaknya terhadap tingkat

pendapatan pada gapoktan Wahana Sari. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis

dan mengetahui besar tingkat pendapatan usaha tani Gapoktan Wahana Sari sebelum dan

sesudah menerima bantuan dana PUAP; dan (2) mengetahui besar tingkat efektivitas bantuan

dana PUAP terhadap tingkat pendapatan petani. Metode analisis data yang digunakan adalah

metode deskriptif kuantitatif, kemudian Uji t sampel berpasangan yang dilakukan dengan

bantuan IBM SPSS 20 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan tingkat pendapatan usaha gapoktan Wahana Sari di Desa Mengani sebelum dan

sesudah menerima bantuan dana PUAP, dengan rata-rata pendapatan sebelum memperoleh

dana PUAP berjumlah Rp. 746.840,00 dan sesudahnya Rp. 800.930,00; dan (2) Nilai

efektivitas PUAP terhadap pendapatan adalah 26,69% masuk kriteria tidak efektif. Berbeda

dengan penelitian Znzes dkk penelitian ini menggunaka tingkat pendapatan petani program

dan non program

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dalam penelitian ini

peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul “ EfektifitasProgram WISMP

(Water Resources and Irrigation Sector Management ) Dalam Upaya Peningkatan

Pendapatan UsahataniBawang Merah di Kabupaten Nganjuk. Berdasarkan penelitian skripsi

terdahulu yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat persamaan yang

dimiliki oleh penelitian skripsi ini dengan penelitian terdahulu yaitu penerapan metode

analisis yang digunakan. Metode yang digunakan untuk menganalisis tingkat efektivitas

program adalah dengan menggunakan persentase perbandingan antara realita dan target dari

program (R/T x 100%) atau dapat disebut dengan metode rasio efektivitas. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada indikator yang digunakan dalam

analisis efektivitas program yaitu indikator peningkatan kapasitas atau jumlah kelembagaan,

peningkatan kelembagaan irigasi, dan peningkatan pengelolaan sistem fisik irigasi.Pada

penelitian ini juga dianalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani,

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program.

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

2.2 Tinjauan Empiris tentangProgram Water Resources and Irrigation Sector

Management Program(WISMP)

WISMPmerupakan proyek pinjaman dari Bank Dunia dalam rangka penerapan

kebijakan baru pengelolaan sumber daya air di Indonesia. WISMP disusun untuk menjamin

partisipasi dan keterlibatan berbagai kelompok petani dalam melaksanakan pengambilan

keputusan atas alokasi sumber daya untuk irigasi, dan pengelolaan sungai(World Bank,2013).

WISMP adalah program untuk pengembangan dan pengelolaan sumber daya air dan

irigasi dalam rangka meningkatkan pelayanan publik melalui kapasitas kelembagaan

(capacity building).Pada dasarnya reformasi irigasi terdapat lima kelompok kegiatan yaitu

definisi ulang mengenai tugas dan tanggung jawab institusi pengelolaan irigasi untuk

menjamin peran petani yang lebih besar dalam mengambil keputusan, pemberdayaan petani

melalui perkumpulan petani pemakai air yang mandiri di petani, partisipasi petani dalam

pengelolaan irigasi, pembiayaan yang efektif dan transparan untuk operasi dan pemeliharaan,

pengembangan sistem irigasi berdasarkan prinsip-prinsip biaya nyata untuk operasi dan

pemeliharaan berdasarkan permintaaan, keberlanjutan sistem irigasi melalui kebijakan umum

sumber daya air.

Diharapkan dengan adanya program WISMP dapat meningkatkan kemampuan

pengelolaan sumber daya air secara intergratif serta menghasilkan tingkat produktifitas tinggi

dan bantuan program yang diberikan mampu menstimulasi kemampuan lembaga dan institusi

pelaksana pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan.

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

2.2.1 Tujuan Program WISMP

Tujuan Water Resources and Irrigation Sector Management Programmeningkatkan

kapasitas pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dan irigasi serta meningkatkan

produktivitas pertanian di lahan beririgasi.

Tujuan utama pendekatan peningkatan kemampuan dalam WISMP adalah

pengembangan agar mampu melaksanakan pengelolaan sumber daya air dan irigasi yang

berkelanjutan meliputi:

a. Penerapan konsep serta pengelolaan sumber daya air pada tingkat wilayah sungai dan

pengelolaan irigasi partisipatif.

b. Definisi ulang peran baru, tanggung jawab dan tugas-tugas organisasi atau lembaga yang

terkait dalam pengelolaan sumber daya air menuju hal-hal yang berorientasi pelayanan,

c. Peningkatan organisasi untuk memungkinkan pelaksanaan yang efektif dalam peran

mereka yang baru. Hal ini meliputi :

1. Pengenalan dan penetapan mekanisme yang akuntabel dan perangkat pertanggung

jawaban organisasi pemerintahan yang didesentralisasikan dan pemberdayaan petani.

2. Peningkatan kemampuan individual dalam organisasi pengelolaan sumber daya air dan

irigasi untuk memperbaiki kinerja organisasinya.

3. Peningkatan kemampuan lokal yang berkelanjutan dalam rangka peningkatan kemampuan

yang berkesinambungan.

Dalam pelaksanaan program WISMP terdapat beberapa indikator yang menjadi tolak

ukur keberhasilan program tersebut diantaranya

1. Indikator peningkatan kapasitas atau jumlah kelembagaan.

2. Indikator peningkatan kelembagaan irigasi.

3. Indikator peningkatan pengelolaan sistem fisik.

Ketiga indikator tersebut digunakan untuk menjawab capaian keluaran program WISMP yang

dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

2.2.2 Mekanisme Pelaksanaan WISMP

Secara umum program WISMP terdiri dari 2 (dua) tahapan, yaitu sebagai berikut:

Tahap I – Tahap Capacity Building (tahun 2006–2010), yang orientasi kegiatannya

diarahkan untuk membantu Pemerintah dan Daerah dalam mengembangkan program

peningkatan kemampuan (Capacity Building) yang diperlukan untuk memperkuat

keberlanjutan kerangka kelembagaan pengairan.

Tahap II (Tahap Perluasan/Pengembangan) tahun2011–2016 akan mencakup

penyesuaian program berdasarkan pengalaman pelaksanaan Tahap I dan akan diperluas

dengan penambahan jumlah kabupaten/kota, peningkatan lingkup dan kompleksitas

perencanaan, pemograman dan pembiayaan serta investasi dari berbagai sektor pada beberapa

wilayah sungai terpilih. akan memperluas lingkup WISMP dan melembagakan inovasinya

sebagai modus operandi yang berkelanjutan dalam pengelolaan Sumber Daya Air di

Indonesia.

WISMP akan menerapkan prinsip partisipatif pada peserta program yang terdiri dari 14

provinsi dan 101 kabupaten. Hasil program ini diharapkan dapat memacu kemampuan

pemerintah provinsi/kabupaten dalam pengembangan dan pengolahan irigasi yang menjadi

kewenangan masing-masing instansi.

Kabupaten Nganjuk termasuk salah satu Kabupaten dari 43 Kabupaten lainnya di

Indonesia yang masuk dalam moderate track pada WISMP. AdapunKabupaten yang masuk

moderate track dapat melaksanakan kegiatan yang masuk kegiatan hanya Sub Part 2.1 pada

tahun pertama. Untuk tahun berikutnya adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan Sub Part 2.1,

2.2,dan2.3.

Rencana kegiatan WISMP II (2012 – 2016) tersebut adalah sebagai berikut:

Sub-Part 2.1 - Peningkatan Lembaga Pengelolaan Irigasi Partisipatif.

Tujuan dari Sub-Part ini merupakan lanjutan penguatan kapasitas tata kelola

kelembagaan Pengelolaan Irigasi dan pemberdayaan masyarakat petani pemakai air dalam

pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partispatif di daerah secara berkelanjutan.

Lingkup dari Sub-Part 2.1 ini terdiri dari 2 program utama yang terdiri dari (i) Peningkatan

Kapasitas Kelembagaan Pengelolaan Irigasi Kabupaten dan (ii) Pemberdayaan Masyarakat

Petani Pemakai Air Di Tingkat Daerah Irigasi.

Sub-Part 2.2 - Rehabilitasi Infrastruktur Sistem Irigasi Prioritas.

Sub Komponen ini memberi dukungan perbaikan/rehabilitasi ringan dan sedang untuk

prasarana Irigasi wewenang provinsi dan kabupaten.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

Sub-Part 2.3 -Peningkatan Pengembangan Pertanian Beririgasi dan Adaptasi Perubahan

Iklim.

Sub Komponen ini dilaksanakan untuk mendukung kegiatan masyarakat petani didalam

meningkatkan kinerja mereka agar secara nyata meningkatkan produktivitas pertanian dan

peningkatan pendapatan petani. Proyek ini akan memfasilitasi petani untuk meningkatkan

kapasitas mereka dalam mengadopsi teknologi baru ramah lingkungan, adaptasi perubahan

iklim dan pengembangan kemitraan. Komponen ini juga memperkuat kemampuan teknis

supaya P3A/GP3A mampu melakukan kemitraan dalam agrobisnis. Kegiatan yang dilakukan

meliputi dukungan pengawasan organisasi dan pelatihan P3A/GP3A dan anggota di desa,

Kabupaten dan tingkat daerah. Untuk mendukung pengembangan agribisnis di daerah irigasi,

proyek ini akan memberikan bantuan investasi agribisnis untuk dipilih P3A/GP3A dengan

cara yang kompetitif.

1.3 Tinjauan Teoritis tentang Efektivitas Program

Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan yaitu dapat berupa target,

sasaran jangka panjang maupun misi organisasi (Ratminto,2007). Efektivitas juga merupakan

unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap

organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran

seperti yang telah ditentukan.

Menurut Hani Handoko (2000) efektivitas merupakan hubungan antara output dengan

tujuan, semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif

organisasi, program atau kegiatan. Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau

kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang

diharapkan. Dari berbagai pendapat diatas tentang efektivitas dapat disimpulkan bahwa

efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan sejauh mana tingkat keberhasilan atau

target yang telah dilaksanakan.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui

konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan

apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan

manajemen organisasi atau tidak. Menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secara umum

dan yang paling menonjol adalah :

1.Keberhasilan program

2.Keberhasilan sasaran

3.Kepuasan terhadap program

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

4.Tingkat input dan output

5.Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel,1989)

Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam

melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya, secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan

suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokonya atau

untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Cambel, 1989).

Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985) dalambukunya “Efektivitas

Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas,sebagai berikut:

1.PencapaianTujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu

proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan

pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan

dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu

dan sasaran yang merupakan target kongrit.

2.Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan

sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi

lainnya .Integrasi menyangkut proses sosialisasi.

3.Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian tenagakerja.

Dari sejumlah definisi-definisi pengukur tingkat efektivitas yang telah dikemukakan

diatas, perlu peneliti tegaskan bahwa dalam rencana penelitian ini

digunakan teori diatas dan mengambil beberapa pengukuran efektivitas yang sesuai dengan

program WISMP.

Analisa efektivitas merupakan instrumen teknik evaluasi kinerja pekerja/karyawan

dengan memberikan skala nilai yang menunjukkan kualitas pelaksanaannya (Nawawi, 2006).

Analisis efektivitas program dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Subagyo,

2000 dalam Budiani; 2005):

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

Keterangan :

Realisasi = pelaksanaan efektivitas

Target = indikator keberhasilan

Setelah mendapatkan tingkat efektivitas dari masing-masing indikator tersebut, maka

selanjutnya dilakukan pengklasifikasian tingkat efektivitas menggunakan standar sesuai

dengan acuan Litbang Depdagri (1991), yaitu:

Tabel 1. Standar Ukuran Efektivitas

Tinjauan mengenai efektivitas program tersebut merupakan telaah teori yang relevan dengan

penelitian skripsi ini, karena dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas Program

WISMP di daerah penelitian.

2.4 Tinjauan Teknis Budidaya Bawang Merah

Spesies bawang merah yang banyak ditanam di Indonesia terdiri dari 2 macam, yaitu:

bawang merah biasa (Allium ascalonicum L.) dan bawang bombay (Allium cepa L.).

Klasifikasi ilmiah tanaman bawang merah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : A. ascalonicum

Nama binomial : Allium ascalonicum L.

Menurut Istiyastuti dan Yanuarso (2008), kegiatan budidaya bawang merah dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pemilihan Benih

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

Umbi yang dijadikan benih harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Berasal dari varietas unggul yang berumur cukup tua ( 70-80 hari)

2. Keadaan umbi utuh, sehat dan bulat

3. Umbi berdiamter 1,5-2cm berbentuk simetris

4. Umbi disimpan selama 2-3 bulan

5. Setiap umbidapat menghasilkam 4-6 anakan, umbi keras dan segar

Sebelum dilakukan penanaman benih terlebih dahulu dipotong ujungnya kurang lebih

seperempat bagian. Pemotongan dilakukan satu atau dua hari sebelum dilakukan penanaman,

dan kulit umbi dan sisa akar yang ada dibersihkan dahulu.

b. Pengolahan Tanah dan Penanaman

Tanah diolah agar menjadi gembur dan sirkulasi udara dalam tanah lancar,serta akar

dapat tumbuh dengan baik, selain itu bertujuan untuk menyingkirkan tumbuhan liar yang

dapat menggangu tanaman utama.Tanah dicangkul sedalam 40 cm. Budidaya dilakukan pada

bedengan yang telah disiapkan dengan lebar 100-200 cm, dan panjang sesuai kebutuhan.

Jarak antara bedengan 20-40 cm.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk menyingkirka gulma yang mengganggu tanaman utama

sekaligus untuk menggemburkan tanah. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar

tanaman utama tidak rusak. Penyiangan dapat dilakukan ketika bawang merah memasuki usia

21 hari.

Dalam masa pertumbuhan bawang merah dapat disiangi 2-3kali. Bersamaan dengan

penyiangan biasanya dilakukan pembubunan. Tujuan pembubunan adalah menggemburkan

tanah dan memperkuat berdirinya tanaman.

d. Pengairan

Bawang merah memerlukan tanah yang lembab. Pemberian air atau penyiraman

dilakukan ketika mulai dari penanaman umbi hingga daun pertama tumbuh, saat pagi dan

sore hari. Tujuan dari penyiraman supaya tanah tetap lembab. Penyiraman selanjutnya

dilakukan secra rutin sehingga berhenti 10 hari sebelum panen. Penyiraman harus dilakukan

secara hati-hati agar tanaman tidak rusak.

e. Panen dan Pasca Panen

Umur panen dari bawang merah tergantung dari varietas yang ditanam dan bila umbinya

sudah muncul di permukaan tanah. Ketika memanen, umbi dicabut dengan hati-hati agar

jangan sampai ada umbi yang rusak dan tertinggal. Setelah tanaman dicabut segera

dibersihkan umbinya dari tanah yang melekat dan keringkan. Pengeringan dilakukan dengan

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

cara menjemur atau menggunakan pengering buatan. Setelah kering kemudian diikat untuk

siap dipasarkan.Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau digantung

dengan kadar air 80 (persen) - 85 (persen), ruang penyimpnan harus bersih, aerasi cukup

baik, dan harus khusus tidak dicampur dengan komoditas lain.

2.5 Tinjauan Teoritis tentang Usahatani

Pengertian usahatani menurut Sekartawi (1995), ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu

yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya secara efektif dan

efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Menurut Mubyarto

(1989), usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat tersebut

yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang

dilakukan diatas tanah itu, sinar matahari, bangunan yang didirikan diatas tanah itu dan

sebagaiannya. Usahatani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak.

Menurut Shinta (2011), ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas bagaimana

penggunaan sumberdaya agar dapat dilakukan secara efisien dan efektif pada suatu usaha

pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumberdaya yang dimaksud antara lain adalah

tenaga kerja, alam, tanah dan air, kemudian dikelola sedemikian rupa untuk memperoleh

keuntungan atau tujuan tertentu. Keberhasilan pelaksanaan usahatani selalu didukung oleh

pengalokasian faktor-faktor produksi yang tepat.

Faktor produksi dalam usahatani adalah merupakan faktor-faktor utama yang diperlukan

dalam usahatani. Faktor-faktor produksi merupakan input dalam proses produksi pertanian.

Proses produksi pertanian mengkombinasikan faktor-faktor produksi pertanian untuk

menghasilkan produksi pertanian. Soekaertawi (1989) menjelaskan bahwa tersedianya sarana

atau faktor produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi.

Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat

penting. Efisien teknis akan tercapai bila ptani mampu mengalokasikan faktor produksi

sedemikian rupa sehingga produksi tinggi dapat tercapai. Bila petani mendapat keuntungan

besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor produksi efisien secara alokatif.

Unsur-unsur pokok dalam usahatani atau faktor-faktor produksi pertanian meliputi lahan,

tenaga kerja, modal dan manajemen (pengolahan).

1. Lahan

Lahan merupakan faktor produksi yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi

lainnya dan distribusi penguasaan di masyarakat pun tidak merata. Menurut Soekartawi

(1989), penguasaan per`tanian selalu didasarkan atau dikembangkan pada luasan lahan

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

`pertanian tertentu, walaupun sering dijumpai pnguasaan pertanian yang tidak semata-mata

dikembangkan pada luasan lahan tertentu, tetapi pada sumberdaya yang lain, seperti media

ai`r atau lainnya. Pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas atau

sempitny lahan, tetapi juga dari segi yang lain misalnya aspek kesuburan tanah, macam

penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan sebagaiannya) dan topografi (tanah dataran

pantai rendah dan dataran tinggi)

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua selain lahan, modal, dan manajemen.

Terdapat tiga jenis tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani yaitu manusia, ternak dan

mekanik.Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari keluarga itu sendiri atau dari luar

keluarga. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja

manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat

kemampuannya.Tenaga kerja ternak digunakan untuk pengolahan tanah dan untuk

pengangkutan. Sedangkan tenaga kerja mekanik bersifat subtitusi pengganti ternak atau

manusia. Jika kekurangan tenaga kerja, petani dapat mempekerjakan tenaga kerja dari luar

keluarga dengan memberi balas jasa berupa upah.

3. Modal

Modal adalah barang atau uang yang bersamaan dengan faktor produksi lain yang

digunakan untuk menghasilkan barang-barang baru, yaitu berupa produk pertanian. Modal

merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap kegiatan usahatani,

terutama modal operasional, yaitu dalam bentuk tunai yang dapat ditukarkan dengan modal

lain seperti sarana produksi dan tenaga kerja, bahkan untuk membiayai pengelolaan.

Menurut Mubyarto (1989), modal adalah sumber-sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang

dibuat oleh manusia. Kadang-kadang modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti

keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non manusiawi termasuk tanah. Itulah sebabnya

jika menunjuk pada modal dalam arti luas dan umum misalnaya jumlah modal petani secara

keseluruhan, kita memasukkan semua sumber ekonomi termasuk tanah tetapi diluar tenaga

kerja.

4. Pengelolaan

Pengelolaan atau manajemen usahatani adalah kemampuan petani

menentukan,mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai

sebaik mungkin serta mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan.

Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor maupun

produktivitas usahanya.

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

Dalam usahatani, tentu ada modal atau biaya-biaya yang dikeluarkan demi menunjang

keberhasilan usahatani. Menurut Shinta (2011), biaya usahatani yang dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. Total fixed cost (TFC), merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani dimana biaya

tersebut tidak mempengaruhi hasil output/produksi. Berapapun produksi yang akan

dihasikan, biaya tetap yang dikeluarkan nilainya adalah sama.

Cost

TFC

Output

Gambar 1. Kurva Biaya Tetap Cost TFC Output

2. Total variable cost (TVC), merupakan biaya yang berubah searah dengan berubahnya

jumlah output yang dihasilkan. Semakin besar jumlah output yang dihasilkan maka biaya

variabel yang dikeluarkan pun juga akan semakin besar.

Cost

TVC

Output

Gambar 2. Kurva Biaya Variabel

3. Total cost (TC), merupakan total keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalamusahatani.

Penghitungan total biaya dalam usahtani kedelai menggunakan rumus sebagai berikut.

TC = TFC + TVC

TC (total cost) = total biaya usahatani (Rp/ha)

TFC (total fixed cost) = total biaya tetap usahatani (Rp/ha)

TVC (total variable cost) = total biaya tidak tetap usahatani (Rp/ha)

Cost

TC

TVC

TFC

Output

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

Gambar 3. Kurva Total Biaya

Menurut Shinta (2011), penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi

dengan harga jual. Besarnya penerimaan usahatani merupakan total penerimaan yang belum

dikurangi dengan total biaya usahatani, sehingga penerimaan usahatani belum dapat

mencerminkan keuntungan yang didapatkan oleh petani dari hasil usahataninya. Adapun

penghitungan dari penerimaan usahatani adalah sebagai berikut:

TR = P x Q

Keterangan :

TR (total revenue) = total penerimaan usahatani kedelai (Rp/ha)

P (price) = harga produksi kedelai (Rp)

Q (quantity) = kuantitas produksi kedelai yang diperoleh petani (Rp/kg)

Menurut Shinta (2011), pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan (dari

hasil penjualan kedelai petani) dengan seluruh biaya produksi yang digunakan dalam

usahatani. Besarnya nilai pendapatan usahatani merupakan penerimaan bersih (sudah

dikurangi dengan biaya usahatani), sehingga pendapatan merupakan cerminan dari besarnya

keuntungan yang diperoleh petani dari usahataninya. Perhitungan pendapatan usahatani

dirumuskan sebagai berikut.

π = TR – TC

Keterangan :

π (profit/income) = pendapatan usahatani (Rp/ha)

TR (total revenue) = total penerimaan usahatani (Rp/ha)

TC (total cost) = total biaya usahatani (Rp/ha)

Tinjauan mengenai usahatani tersebut merupakan telaah teori yang relevan dengan

penelitian skripsi ini karena dapat digunakan untuk membedakan input usahatani apa saja

yang termasuk dalam biaya tetap dan biaya variabel. Setelah biaya tetap dan biaya variabel

diketahui, maka penghitungan total biaya usahatani lebih mudah dilakukan, sehingga

pendapatan usahatani dapat diketahui dengan menggunakan rumus-rumus yang telah

dipaparkan pada tinjauan teoritis tersebut.

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

2.6 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Petani dalam mengusahakan usahataninya selalu berorientasi kepada pendapatan. Selisih

antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan

bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga

petani dari penggunaan faktor0faktor produksi, pengelolaan dan modal milik sendiri atau

modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani karena bunga moidal tidak dihitung

sebagai pengeluaran, maka perbandingan tidak dipengaruhi oleh perbedaan tingkat hutang.

Ukuran yang sangat berguna untuk menilai pengahsilan bersih usahatani. Ukuran ini

menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari usahatani untuk keperluan keluarga dan

merupakan imbalan dari semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai kedalam usahatani

(Soekartawi,1986). Menurut Wildani (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pendapatan petani antara lain :

1. Pendidikan

Variabel pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Dengan kata lain semakin

lama petani mengenyam bangku sekolah secara langsung pendidikan akan meningkat serta

pendapatan juga meningkat. Petani akan mempunyai kecenderungan memiliki pengetahuan

yang relatif meningkat yaitu petani akan mudah menerima informasi

2. Luas lahan

Luas lahan merupakan modal yang dimiliki petani untuk memperoleh pendapatan yang

lebih tinggi. Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin luas lahan garapan, maka semkin

besar pula produksi yang dihasilkan. Dengan produksi yang besar maka penerimaan petani

akan semakin lebih besar sehingga pendapatan petani meningkat. Menurut Rusli (1995)

dalam Farid (2009) masalah distribusio penguasaan lahan menjadi petunjuk terhadap

distribusi pendapatan dan kekayaan dalam sektor pertanian. Tanah sebagai harta produktif

adalah bagian dari rumah tangga petani, luas lahan usahatani yang dimiliki menentukan

peendapatn, taraf hidup, dan kesejahteraan rumah tangga tani (Hernanto,1995).

3. Umur

Setiap petani memiliki umur yang berbeda, petani yang berumur muda berani mengambil

keputusan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Sedangkan petani yang berumur

tua tindakannya kurang berani dalam pengambilan keputusan sehingga pendapatan yang

diterima akan semakin rendah.

4. Pengalaman

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

Pengalaman usahatani dimaksudkan sebagai pengalamn petani dalam melaksanakan

usahatani. Bagi petani yang berpengalaman sering kali mereka dapat memprediksi kejadian

yang akan datang dan pengalaman dapat dijadikan keputusan dalam berusahatani.

2.7Analisis Regresi Linear

Analisis regresi adalah garis lurus yang merupakan contoh paling sederhana dapat digunakan

dalam suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh hubungan antar variabel bebas dan

variabel terikat (Ratno dan Mustajab,1992). Analisis regresi linear berganda merupakan

perluasan dari regresi linear sederhana, dimana pada analisis regresi linear berganda akan

tetapi perbedaan hanya menambahkan jumlah variabel bebas yang sebelumnya pada analisis

regresi linear sederhana menggunakan satu atau dua variabel bebas. Fungsi analisis linear

berganda ini sama dengan analisis regresi linear sederhana, yaitu untuk mengetahui pengaruh

antar variabel bebas terhadap variabel terikat (Sanusi,2003). Persamaan regresi linear

berganda dapat dinyatakan dalam persamaan matematik yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2 +......+ e

Keterangan:

Y = merupakan variabel terikat

a = merupakan konstanta

b1b2 = merupakan koefisien regresi

X1X2 = merupakan variabel bebas

e = variabel error

Setelah dilakukan estimasi model analisis regresi linear berganda tersebut, maka

selanjutnya mengetahui nilai t-hitung, F-hitung, dan koefisien determinasi (R)2. T-hitung

yang merupakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel, apakah berpengaruh

nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Apabila t-hitung lebih besar daripada t-tabel maka

variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y). Maka dalam

pengujiannya dilakukan hipotesis sebagai berikut :

1. Koefisien Determinasi (R)2

Koefisien determinasi merupakan koefisien determinasi majemuk. Koefisien determinasi R2

digunakan untuk menegtahui kebaikan suatu model dengan mengetahui proporsi variasi

dalam variabel terikat Y yang dijelaskan oleh variabel bebas Xi (i = 1,2,3....k) secara

bersama-sama dan nilainya selalu positif. Persamaan regresi linear berganda semakin baik

apabila nilai koefisien determinasi R2 semakin besar atau mendekati 1 dan cenderung

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

meningkat nilainya yang sejalan dengan peningkatan jumlah variabel bebas. Pada tabel

ANOVA nilai koefisien determinasi R2

dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut

R2 = SSR

SST

Keterangan :

SSR = Sum of Squares Regression atau jumlah kuadrat regresi merupakan total variasi yang

dapat dijelaskan oleh model

SST = Sum of Squares Total atau jumlah kuadrat total yang merupakan total variasi Y (SST=

SSR+SSE)

SSE = Sum of Squares Error atau jumlah kuadrat error yang merupakan total variasi yang

tidak dapat dijelaskan oleh model.

2. Uji t

H0 : bi = 0 (Variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y))

H0 : bi = 0 (Variabel bebas (Xi) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y))

Sedangkan uji statistik yang digunakan untuk mengetahui nilai t-hitung adalah

sebagai berikut:

Thitung = bi - 0

Sbi

Keterangan :

bi = koefisien variabel independen ke-i

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria uji yang dilakukan untuk`pengambilan hipotesis diterima atau ditolak, yaitu

sebagai berikut:

Thitung > ttabel, maka tolak H0

Thitung < ttabel, maka diterima H0

Jika H0 ditolak maka variabel bebas Xi berpengaruh nyata terhada`p variabel terikat (Y),

dan sedangkan H0 diterima maka variabel bebas Xi tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat (Y).

3. Uji F

Pada nilai Fhitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas Xi yang

digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y). Apabila Fhitung lebih besar dari

Ftabel maka variabel bebas yang dipakai dalam analisis tersebut secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadapvariabel terikat. Sebaliknya jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel,

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/7380/3/BAB II.pdf · II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai efektivitas

maka variabel bebas yang dipakai dalam analisis tersebut secara bersama-sama tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Berikut merupakan pengujian uji F secara statistik adalah sebagai berikut

Fhitung = R2 / (k-1)

(1-R2) / (n-k)

Keterangan:

R = koefisien determinasi

K = jumlah variabel independen

n = jumlah sampel

` Pada analisis regresi linear berganda, adanya asumsi-asumsi yang sudah ditetapkan,

agar menghasilkan nilai koefisien sebagai penduga yang tidak bias.

Berikut merupakan asumsi yang dimaksud:

1. Varibel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan linear

2. Variabel terikat harus berskala interval atau kontinyu

3. Keragaman dari selisih nilai pengamatan dan pendugaan harus sama untuk semua

pendugaan. Bila pada kondisi initidak terpenuhi maka disebut heteroskedastisitas

4. Variabel terikat harus tidak ada hubungan korelasi, Jika pada kondisi ini, variabel

terikat mempunyai korelasi maka disebut autokorelasi

5. Antara variabel bebas satu dengan yang lain tidak ada korelasi yang sempurna, jika

dilanggar maka terjade multikoloniearitas.