Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu
Hidayat (2013) melakukan penelitian tentang analisis produksi dan
pendapatan petani padi anggota P3A dan non P3A di kota dan Kabupaten
Bogor. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayatberfokus pada sistem irigasi
yang digunakan oleh petani padi dan pendapatan usahatani padi. Petani yang
berada di kota Bogor terdapat petani yang mengikuti anggota P3A dan non
P3A, dimana respoden yang di analisis yaitu 55 responden terdiri dari 25
petani anggota P3A dan 30 petani non anggota P3A. Faktor–faktor produksi
yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi yaitu benih, pupuk dan air.
Namun, penggunaan faktor – faktor produksi kedua kelompok usahatani
belum efisien secara ekonomi karena rasio antara Nilai Produk Marjinal
(NPM) dan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) tidak sama dengan satu. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis
regresi Cobb-Douglass.Nilai yang diperoleh NPM dan BKM yaitu untuk
benih 0,38 dan air 0,04. Pendapatan usahatani petani padi yang mengikuti
anggota P3A memperoleh pendapatan sebanyak Rp. 16.091.074 selama tiga
kali masa tanam, sedangkan untuk petani yang tidak mengikuti anggota P3A
pendapatan yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 10.460.002 selama dua kali
masa tanam. Efisiensi usahatani petani anggota P3A dan non P3A dapat
dilihat pada analisis Return Cost Ratio, yang mana analisis ini didasarkan
pada R/C ratio atas biaya total. Berdasarkan data yang diperoleh nilai R/C
rata-rata untuk anggota P3A selama satu tahun yaitu 2,26, sedangkan nilai
R/C rata–rata untuk petani anggota non P3A yaitu 1,55. Keuntungan yang
diperoleh petani anggota P3A mengalami peningkatan sebesar 2,26 setiap
satu rupiah input yang dikeluarkan, sedangkan keuntungan yang diperoleh
petani non P3A yaitu meningkat sebesar 1,55 setiap satu rupiah yang
dikeluarkan.
Basmah (2013) melaksanakan penelitian tentang produksi dan
pendapatan padi semi organik dan anorganik serta anggota dan non anggota
koperasi kelompok tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor.
Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
8
produksi usahatani padi dan membandingkan pendapatan usahatani padi
semiorganik dan anorganik. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian
adalah menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan diestimasi
dengan menggunakan metode Ordinary Least Squares. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa fungsi produksi padi semiorganik dan anorganik telah
memenuhi kriteria dengan memperoleh nilai R-squermasing–masing sebesar
0.82 dan 0.86. pendapatan usahatani yang diperoleh dalam penelitian yaitu
sebesar Rp 1.508.999.08 per hektar per musim tanam dan Rp -596.330.05
per hektar per musim tanam. Hal ini menunjukkan pendapatan usahatani
padi semiorganik lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi
anorganik.
Mustofa (2016) melakukan penelitian tentang analisis faktor – faktor
yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani kunyit. Tujuan dari
penelitian ini yaitu mengulas faktor–faktor yang berpengaruh pada faktor
produksi dan pendapatan usahatani kunyit. Selama proses penelitian jumlah
sampel yang diambil yaitu 31 petani dan metode penentuan respoden
dilakukan secara acak, kemudian dihitung menggunakan rumus slovin
dengan tingkat kesalahan 15%, penentuan tingkat kesalahan tersebut sudah
dilakukan uji normalitas sehingga memperoleh hasil terdistribusi normal.
Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis usahatani dan analisis
faktor–faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan petani,
sedangkan alat analisis yang digunakan yaitu analisis linear berganda . Hasil
yang diperoleh dari analisis usahatani dari petani yang membudidayakan
kunyit dengan menggunakan biaya tetap yaitu Rp 537.227,00/ha dalam satu
kali musim tanaman, untuk biaya pajak lahan yang dikeluarkan oleh petani
yaitu Rp 141.120,00/ha dan untuk biaya penyusustan Rp 396.107,00/ha
dalam musim tanam. Biaya variabel yang diperlukan oleh petani yaitu Rp
8.964.33,0/ha dengan menggunakan rincian keperluan biaya benih, pupuk
dan biaya tenaga kerja dalam satu musim. Secara keseluruhan biaya
usahatani yang dikeluarkan oleh petani kunyit yaitu Rp 9.501.760,00/ha
dalam satu musim tanam. Pendapatan rata – rata yang diterima oleh petani
yaitu sebesar Rp 28.456.013,00/ha dalam satu musim tanam. Berdasarkan
9
analisis regresi linier berganda faktor yang mempengaruhi produksi
usahatani kunyit secara signifikan yaitu luas lahan dan jumlah tenaga kerja.
Utomo (2014) tentang produksi dan pendapatan usahatani padi
petani anggota dan non anggota kelompok tani. Tujuan dalam penelitian ini
yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi petani
anggota dan non anggota kelompok tani, membandingkan tingkat
pendapatan petani padi anggota dan non anggota kelompok tani. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui metode Purposive
Sampling dengan menggunakan kuisoner sebagai alat bantu, jumlah
responden yang digunakan dalam penelitian yaitu 77 orang. Metode
pengolahan data dengan menggunakan alat analisis fungsi produksi Cobb-
Douglass dan analisis pendapatan. Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan faktor produksi benih, pupuk kandang, tenaga kerja wanita
dalam keluarga, tenaga kerja wanita luar keluarga dan keanggotaan
kelompok tani berpengaruh nyata dalam produksi padi. Hasil analisis
pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan anggota kelompok tani lebih
tinggi dibandingkan non anggota kelompok tani, yang mana nilai R/C Ratio
biaya total sebesar 2.15.
Khaerizal (2008) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan
dan faktor–faktor produksi usahatani komoditas jagung hibrida dan bersari
bebas (lokal). Penelitian ini menganalisis tentang penggunaan benih jagung
dengan varietas hibrida dan berseri bebas dan pendapatan usahatani petani
jagung. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwasannya usahatani
jagung di desa Saguling tergolong masih rendah. Faktor–faktor yang
mempengaruhi produksi jagung yaitu luas lahan, pemilihan jenis benih,
dosis penggunaan pupuk, obat-obatan, manajemen serta penggunaan tenaga
kerja. Analisis pendapatan usahatani untuk biaya yang dikeluarkan oleh
petani jagung hibrida yaitu Rp. 4.436.853,29 sedangkan untuk petani jagung
berseri bebas yaitu Rp. 4.223.101,54. Penerimaan petani jagung hibrida
yaitu Rp. 7.174.295,27 dan petani jagung berseri bebas yaitu Rp.
5.141.328,22. Untuk pendapatan petani secara tunai bagi petani jagung
hibrida yaitu sebesar Rp. 3.216.827,05, sedangkan untuk pendapatan tunai
10
petani jagung berseri bebas yaitu sebesar Rp. 1.317.523,72. Berdasarkan
perhitungan yang didapatkan selama proses usahatani yaitu untuk petani
hibrida lebih menguntungkan dari pada petani jagung berseri bebas. Salah
satu alasannya yaitu bahwasannya nilai R/C biaya total usahatani jagung
sebesar 1,62, sedangkan untuk petani jagung berseri bebas sebesar 1,22.
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu, untuk perbedaan antara
penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian terdahulu yaitu
komoditas, alat analisis dan lokasi penelitian. Penelitian terdahulu
komoditas yang digunakan dalam penelitian yaitu komoditas padi, jagung
dan kunyit, namun untuk penelitian yang dilakukan penulis menggunakan
komoditas biji kangkung. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu analisis regresi berganda sedangkan penelitian terdahulu menggunakan
alat analisis Cobb-Douglass. Keunggulan dari analisis regresi berganda
dalam penelitian ini yaitu untuk menelaah hubungan antara dua variabel
atau lebih, terutama untuk menegtahui variasi dari beberapa variabel
independen mempengaruhi variabel dependen dalam satu fenomena yang
komplek. Persamaan yang dimiliki dalam penelitian ini dengan penelitian
terdahulu yaitu sama-sama menganalisis faktor produksi dan pendapatan
usahatani.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Tinjauan Tentang Tanaman Kangkung
1. Pengertian Kangkung
Kangkung merupakan salah satu jenis sayuran yang sangat popular
bagi rakyat Indonesia dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena
rasanya yang gurih. Tanaman kangkung termasuk kelompok tanaman
sayuran semusim, berumur pendek dan tidak memerlukan areal yang luas
untuk membudidayakan, sehingga memungkinkan untuk dibudidayakan
pada daerah perkotaan yang umumnya mempunyai lahan perkarangan
terbatas. Selain rasanya yang gurih, gizi yang terdapat pada sayuran
kangkung cukup tinggi, seperti vitamin A, B, dan C serta berbagai mineral
11
terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan
(Haryanto, 2009).
Tanaman kangkung (Ipomoea sp) adalah sayuran yang dapat
ditanam di tanam di perairan (kolam, sawah, rawa, dan parit) maupun di
darat. Sesuai dengan habitatnya, tanaman kangkung terdapat dua varietas
yaitu kangkung darat dan kangkung air. Kangkung air merupakan tanaman
yang tumbuh pada tempat yang basah/berair. Kangkung darat merupakan
tanaman yang tumbuh di tegalan/lahan kering (Nazaruddin, 2000).
Kangkung darat (Ipomoea reptans) merupakan tanaman sayuran
yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan memiliki sifat yang khas di
daerah tropis, yang mana tanaman kangkung digemari oleh masyarakat.
Berdasarkan keputusan menteri pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006
menyatakan bahwa tanaman kangkung darat merupakan tanaman sayur yang
diprioritaskan di Negara Indonesia, karena konsumsi kangkung darat
semakin tinggi. Kangkung darat merupakan tanaman yang mudah ditanam
daerah kering dan tanaman kangkung mempunyai daya adaptasi yang
mudah di lingkungan manapun, selain itu tanaman kangkung mudah
dipelihara, dan memiliki masa panen yang cukup singkat (Suratman et al.,
2000).Di Indonesia terdapat beberapa macam tanaman kangkung darat
seperti aksesi 511 yang berasal dari Bekasi, aksesi 504 berasal dari
Bengkulu, aksesi 512 berasal dari Cikampek dan lain sebagainya. Ciri-ciri
dari tanaman kangkung darat yaitu memiliki tipe tumbuh yang tegak,
memiliki warna daun hijau, memiliki batang yang bulat, dan juga memiliki
bunga yang berbentuk terompet sekaligus bunga berwarna putih
(Kusandryani dan Luthfy, 2006). Gambar tanaman kangkung dapat dilihat
pada gambar 1.
12
Gambar 1. Tanaman Kangkung
(Sumber : Alpian dan Arham 2013)
2. Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung
Wahyudi (2010) mengemukakan bahwa tanaman kangkung tumbuh
pada tipe tanah lempung, sampai lempung berpasir, gembur, dan
mengandung bahan organik serta lokasi yang terbuka dan memperoleh sinar
matahari langsung, masih bisa ditanam di tanah rawa yang drainase airnya
tidak lancar. Kangkung darat dapat tumbuh di daerah yang memiliki iklim
panas dan dapat tumbuh optimal pada suhu 25-30°C (Palada dan Chang,
2003). Tanaman kangkung pada umumnya tumbuh di daerah yang memiliki
garis lintang seperti Thailand Uatara, Vietnam, dan Hongkong sebagai
sayuran musim panas (Emilia dan Ainun, 1999 dalam Selviningsih, 2006).
Jumlah curah hujan yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan
tanaman kangkung berkisaran antara 500-5000mm/tahun (Aditya,
2009).Tanaman kangkung dapat tumbuh di daerah yang memiliki ketinggian
1-2.000 m dpl dan dapat tumbuh di tanah yang gembur dan subur. Tanaman
kangkung darat dapat ditanam dengan kedalaman30 cm dan memiliki jarak
antar tanaman yaitu 30 cm (Nazaruddin, 2000).
2.2.2 Tinjauan Tentang Kelompok Tani
1. Sejarah Pembentukan Kelompok Tani
Kelompok tani yang pertama kali di dunia muncul di Amerika
Serikat, tepatnya di Negara Bagian Californnia. Pada tahun 1922 dua orang
petani, John C. Tyler dan Thomas E. Leavey berpikir bahwa masyarakt
13
petani dan peternak di pedesaan juga berhak mempunyai akses terhadap
asuransi dari perusahaan asuransi dan koperasi. Semula pada tahun 1920-an
petani dan peternak di Amerika Serikat berhak atas asuransi premium dan
saling menggadaikan asuransi untuk memperoleh harga yang tidak mahal.
Sejak itu Tyler dan Leavy bergabung untuk mendirikan perusahaan asuransi
bagi petani, peternak dan masyarakat pedesaan lain. Ide awal dari kelompok
tersebut adalah memudahkan akses terhadap suatu kebijakan yang penting
bagi petani, peternak dan pekerja perdesaan yaitu asuransi, pinjaman, dan
keringanan harga sarana produksi. Pesan dari keberadaan dan fungsi
kelompok tani di California pada dasarnya menjadi mediator bagi petani
individu untuk mengakses kemudahan dari suatu kebijakan di suatu Negara.
Saat ini kelompok yang semula berjumlah dua orang telah menjadi sebuah
perusahaan asuransi besar negara bagian California dengan nama Farmer
Insurance Group (Wikipedia, 2011 dalam Nuryanti dan Dewa, 2011).
2. Pengertian Kelompok Tani
Menurut Sadjad (2010) mengungkapkan bahwa pembentukan
kelompok tani merupakan proses pewujudan pertanian yang terkonsolidasi
sehingga bisa berproduksi secara optimal dan efisien. Sebab dengan
pertanian terkonsolidasi dalam kelompok tani, pengadaan saran produksi
dan penjualan hasil bisa dilakukan sacara bersama. Volume sarana produksi
yang dibeli dan volume hasil yang dijual menjadi lebih besar, sehingga
biaya pengadaan per satuan sarana dan pemasaran per satuan hasil menjadi
lebih rendah. Darajat (2011) mengemukakan bahwa kelompok tani
merupakan salah satu upaya pemberdayaan petani untuk meningkatkan
produkvitas, pendapatan dan kesejahteraan petani.
Kelompok tani merupakan organisasi yang dapat dikatakan
berfungsi dan ada cara nyata, disamping berfungsi sebagai wahana
penyuluhan dan penggerak kegiatan anggotanya. Beberapa kelompok tani
juga mempunyai kegiatan lain yaitu gotong royong, usaha simpan pinjam
dan arisan kerja untuk kegiatan usahatani (Hermanto, 2007). Kelompok tani
merupakan kumpulan petani yang terikat secara non formal dan dibentuk
atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
14
ekonomi, sumber daya), keakraban dan keserasian, serta mempunyai
pimpinan untuk mencapai tujuan yang sama (Naiggolan, 2014).
2.2.3 Tinjauan Tentang Analisis Usahatani
1. Keragaan Usahatani
Tujuan keragaan usahatani yaitu untuk menggambarkan kondisi
aktual usahatani yang sedang dijalankan melalui beberapa indikator
diantaranya:
a. Volume Produksi
Rahim dan Hastuti (2008) mengemukakan bahwa produksi dapat
dinyatakan sebagai suatu perangkat prosedur dan kegiatan yang tengah
terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun
usaha lainnya.
b. Penggunaan Input
Penggunaan input berperan dalam produksi dan pengolahan faktor-
faktor produksi dalam bentuk fisik. Penggunaan input produksi dapat dilihat
secara nyata bentuk hubungan perbedaan jumlah dari faktor produksi yang
dapat digunakan untuk memperoleh sejumlah produksi.
c. Penerimaan
Penerimaan usahatani menurut Soekartawi (2002) adalah perkalian
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produk. Penerimaan
usahatani dapat berupa nilai material yang diterima oleh petani dari hasil
penjualan komoditas yang telah diproduksi sebelumnya. Secara sistematis
penerimaan dapat ditulis:
TR = P x Q
Keterangan:
TR = total penerimaan
P = harga
Q = jumlah produksi
d. Pendapatan
Pendapatan menurut Soekartawi (2002) adalah selisih antara
penerimaan dan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan oleh petani dalam
15
berusahatani. Pendapatan ini menjadi indicator penting yang menentukan
keberhasilan petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Pendapatan
merupakan hasil dari suatu usahatani yang mana hasil tersebut berasal dari
hasil bruto(kotor) dengan hasil produksi yang dinilai dengan satuan uang,
yang kemudian dikurangi dengan biaya produksi dan pemasaran sehingga
memperoleh pendapatan bersih dari usahatani (Mubyarto, 2003). Secara
sistematis pendapatan dapat ditulis:
π = TR –TC
Keterangan:
π = pendapatan usahatani
TR = total penerimaan
TC = total biaya
e. Biaya Usahatani
Biaya usahatani merupakan semua biaya pengeluaran yang
diperlukan dalam usahatani untuk menghasilkan suatu produk dalam satuan
periode produksi. Biaya produksi atau usahatani adalah semua biaya yang
digunakan, baik itu dalam bentuk benda maupun jasa selama proses
produksi berlangsung. Biaya adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh
para pemiliki faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
para petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai
(Daniel, 2002). Biaya usahatani dapat dikategorikan menjadi empat yaitu:
1) Biaya tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikelurakan dalam proses
produksi, namun biaya tetap yang dikeluarkan tidak habis dalam satu masa
produksi. Besarnya biaya tetap tidak bergantung pada jumlah output yang
dihasilkan dan biaya tersebut tetap harus dikeluarkan meskipun kegiatan
produksi tidak berjalan.
2) Biaya variabel
16
Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya bergantung pada
jumlah produksi. contohnya yaitu pupuk, benih, pestisida, dan upah tenaga
kerja.
3) Biaya tunai
Biaya yang benar–benar dikeluarkan oleh petani dalam menjalankan
usahatani. Biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa pajak tanah dan pajak
air, sedangkan untuk biaya tunai dari biaya variabel yaitu berupa biaya
pupuk, benih, dan upah tenaga kerja.
4) Biaya non tunai
Biaya non tunai merupakan biaya yang tidak benar–benar
dikeluarkan oleh petani dalam melaksanakan usahatani, namun biaya
tersebut masih tetap diperhitungkan.
2. Analisis Pendapatan Usahatani
Usahatani adalah cara memanfaatkan dan memadukan sumberdaya
yang terbatas untuk mencapai manfaat yang maksimal (Suratiyah, 2009).
Usahatani adalah suatu kegiatan ekonomi yang ditunjukan untuk
menghasilkan output (penerimaan) dengan input fisik, tenaga kerja, dan
modal dalam proses produksinya. Biaya usahatani adalah sebagai jumlah
uang yang dibayarkan untuk pembelian input usahatani.
Menurut Boediono (2002) penerimaan petani dipengaruhi dari hasil
produksi yang telah dihasilkan. Setiap penambahan hasil produksi maka
akan meningkatkan penerimaan yang diperoleh para usahatani. Penerimaan
adalah hasil yang berasal dari penjualan output yang telah dihasilkan oleh
petani. Formulasi pendapatan usahatani yang lebih jelas dapat dilihat berikut
ini:
y Y) – (Px X)
keterangan:
= Tingkat pendapatan usahatani (Rp)
TR = Total penerimaan usahatani (Rp)
TC = Total pengeluaran usahatani (Rp)
17
Py = Harga Output (Rp)
Y = Jumlah output (ton)
Px = Harga input (Rp)
X = Jumlah input (kg, kg/liter, m2)
2.2.4 Tinjauan Tentang Analisis Faktor Produksi
Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh. Menunjang keberhasilan pembangunan pertanian,
ketersediaan bahan baku pertanian secara kontinyu sangat diperlukan seperti
bibit, pupuk, air, pestisida dan tenaga kerja.Faktor produksi merupakan
faktor yang mutlak diperlukan dalam proses produksi, produksi tidak dapat
berjalam apabila tidak terdapat bahan-bahan yang dapat digunakan dalam
proses produksi. faktor produksi merupakan semua unsur yang dapat
menopang usaha penciptaan nilai atau membesarkan nilai dari suatu barang
tersebut (Daniel, 2002).
Rahim dan Hastuti (2008) mengemukakan bahwa faktor–faktor
produksi yang mempengaruhi produksi usahatani yaitu:
1. Lahan pertanian
Lahan pertanian adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
produksi pertanian. Secara umum semakin luas lahan yang digarap, maka
semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan. Nilai lahan pertanian
dipengaruhi beberapa hal yaitu kesuburan tanah, aksesibilitas terhadap pasar
dan pusat pelayanan, topografi, status kepemilikan lahan, dan faktor
lingkungan.
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah salah satu faktor penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi. terbatasnya jumlah tenaga kerja
berakibat mundurnya waktu penanaman, sehingga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas output. Upah tenaga kerja
tergantung pada jenis kelamin, kualitas tenaga kerja, umur tenaga kerja, dan
lama wajtu bekerja.
3. Modal
18
Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya kegiatan usahatani.
Modal berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi dua macam yaitu modal
tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap adalah modal yang dapat
digunakan dalam berkali–kali proses produksi, contohnya tanah, bangunan,
dan mesin produksi. Modal tidak tetap adalah modal yang hanya dapat
digunakan dalam satu kali proses produksi, misalnya pupuk dan bibit.
4. Pupuk
Pupuk adalah nutrisi bagi tanaman. Pupuk sangat dibutuhkan
tanaman untuk mencapai proses pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Pemberian pupuk dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan
produksi dan kualitas output. Pupuk terbagi menjadi dua jenis yaitu pupuk
organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal
dari penguraian sisa–sisa tanaman dan binatang, contohnya pupuk kandang,
pupuk hijau, dan pupuk kompos. Pupuk anorganik adalah pupuk yang
mengandung bahan kimia, contohnya pupuk urea, TSP, KCL, dan NPK.
5. Pestisida
Pestisida dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi
hama dan penyakit. Pestisida ada yang bersifat organik dan anorganik.
Pestisida organik terbuat dari bahan alami seperti tumbuhan sehingga tidak
merusak unsur dan kandungan hara dalam tanah. Pestisda anorganik terbuat
dari bahan kimia, jika digunakan dengan dosis yang melebihi standar juga
dapat menimbulkan pencemaran (tanah, air, dan udara), yang berdampak
buruk terhadap kesehatan, dan merusak ekosistem lingkungan.
6. Benih
Benih yang digunakan dalam proses menentukan kualitas dan
keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang unggul menghasilkan
produksi dengan kualitas yang baik. Semakin unggul benih, semakin tinggi
produksi yang dihasilkan.
7. Teknologi
Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan
tanaman dan mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Penggunaan teknologi
dalam pertanian misalnya adalah tanaman padi yang hanya dapat dipanen
19
dua kali dalam setahun, tetapi dengan adanya teknologi dapat dipanen
menjadi tiga kali dalam setahun.
8. Manajemen
Peran manajemen penting dalam pertanian. Peran manajemen dalam
pertanian adalah dalam hal perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengendalian (controlling), dan evaluasi (evaluation).
2.2.5 Tinjauan Tentang Analisis Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah sebagai hubungan teknis antara input dengan
output, yang mana hubungan ini menunjukkan output sebagai fungsi dari
input. Menurut Soekartawi (2003) Fungsi produksi yaitu suatu hubungan
fisik antara peubah yang dijelaskan dan peubah menjelaskan. Fungsi
produksi menurut Daniel (2004) adalah fungsi yang menunjukkan hubungan
antara hasil fisik (output) dengan faktor – faktor produksi (input). Dalam
regresi berganda fungsi produksi dapat dituliskan dengan:
Y = f(X1,X2,...............,X3)
Keterangan:
Y = Hasil produksi (output)
X1.......X3 = Faktor – faktor produksi (input)
Menurut Masyhuri (2007) dalam ekonomi produksi terdapat
beberapa hal yang perlu dalam fungsi produksi yaitu:
1. Fungsi produksi dapat membuat produsen dan peneliti mengetahui
seberapa besarnya kontribusi dari masing-masing input terhadap output,
baik itu secara bersamaan maupun secara individual.
2. Fungsi produksi dapat mengetahui alokasi penggunaan input dalam
memproduksi suatu output secara optimal.
3. Fungsi produksi dapat menghubungkan antar faktor produksi dan
hubungan antar faktor produksi dapat lebih muda dimengerti.
Produksi output dihasilkan oleh bekerjanya dari beberapa faktor –
faktor input yang terdiri dari bibit, pupuk, petisida, tenaga kerja dan lain -
lain. Untuk menggambarkan peran masing – masing faktor input terhadap
produksi output, maka salah satu faktor input di anggap sebagai variabel
20
(berubah) sedangkan untuk faktor input lainnya dianggap konstan (tetap).
Dalam bentuk grafik fungsi produksi merupakan kurva melengkung dari kiri
ke kanan atas yang setelah sampai titik tertentu kemudian berubah arah
sampai titik maksimum dan berbalik turun kembali. Untuk gambar
hubungan fungsional produksi output dengan faktor input menurut Dewi et
al., (2012) dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Hubungan Antara kurva TPP, MPP, APP dan daerah elastisitas
produksi
Keterangan:
1. Kurva TPP (Total Physical Product) adalah kurva yang menunjukkan
tingkat produksi total pada berbagai tingkat penggunaan input variabel
(input-input lain yang dianggap tetap).
2. Kurva MPP (Marginal Physical Product) adalah kurva yang
menunjukkan tambahan (kenaikan) dari TPP, yaitu ΔTPP atau ΔY yang
disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input variabel.
3. Kurva APP (Average Physical Product) adalah kurva yang
menunjukkan hasil rata-rata per unit variabel pada berbagai tingkat
penggunaan input.
21
2.2.6 Tinjauan Tentang Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi merupakan salah satu alat analisis yang digunakan
menganalisis data berupa statistik, yang mana alat analisis ini sering
digunakan untuk mengkaji suatu hubungan antara beberapa variabel
independen dengan variabel dependen (Kutherst et al., 2004). Adapun
bentuk umum dari model analisis regresi beganda dengan variabel bebas
yang mana seperti persamaan berikut ini:
Yi = βo+ β1X1 +β2X2 +......+βn + Xn + ԑ
Keterangan:
Yi = variabel tidak bebas
βo, β1, β2,......, βn = parameter
X1, X2,.....,Xn = variabel bebas
ԑi = eror
1. Asumsi – asumsi model regresi linier berganda
Asumsi-asumsi yang terdapat pada model regresi linier berganda
menurut Gujarati (2003) yaitu terdiri dari:
a. Model regresi adalah linier dalam parameter.
b. Nilai rata-rata dari error adalah nol.
c. Variansi dari error adalah konstan (homokedastisitas).
d. Tidak terjadi autokolerasi pada error.
e. Tidak terjadi multikolinearitas pada variabel bebas.
f. Error berdistribusi normal.
2. Pelanggaran –pelanggaran terhadap asumsi regresi linier berganda
Dalam melakukan uji analisis regresi berganda terdapat beberapa
pelanggaran yang sering terjadi pada asumsi-asumsinya, pelanggaran
tersebut adalah:
a. Multikolinearitas
Menurut Gujarati (2003) multikolinearitas merupakan suatu
hubungan linier antar variabel bebas dalam suatu model regresi linier
berganda. Dimana hubungan linier antara variabel bebas dapat terjadi
22
apabila bentuk hubungan liniertersebut tidak sempura dan hubungan linier
tersebut dapat dikatakan tidak sempurna. Data analisis dapat dikatakan
multikolinearitas apabila :
1) Penaksiran OLS masih bersifat BLUE, tetapi mempunyai variansi dan
kovariansi yang besar sehingga sulit mendapatkan taksiran yang tepat.
2) Akbiat penaksiran OLS mempunyai variansi dan kovariansi yang besar
menyababkan interval estimasi akan cenderung lebih lebar dan nilai
hitung statistic uji t akan kecil, sehingga membuat variabel bebas secara
statistic tidak signifikan mempengaruhi variabel tidak bebas.
3) Walaupun secara individu variabel bebas tidak berpengaruh terhadap
variabel tidak bebas melalui uji t, tetapi nilai koefisien determinasi (R2)
masih bisa relatif tinggi.
Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dalam model regresi
dapat dilihat pada nilai variance inflation factor (VIF) dan toleran dengan
ketentuan jika nilai VIF melebihi angka 10 maka terdapat multikolinearitas
dalam model regresi tersebut. Apabila nilai toleransi sama dengan 1, maka
tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi.
b. Heterokedastisitas
Heterokedastistas merupakan variansi dari error model regresi yang
tidak konstan atau varians antar error yang satu dengan varians error yang
lainnya (Widarjono, 2007). Adapun dampak adanya heterokedastisitas
dalam suatu model regresi yaitu meskipun estimator OLS masih linier dan
tidak bias, namun tidak lagi memiliki varians yang minimum dan
menyebabkan perhitungan standard error metode OLS tidak bias dipercaya
kebenarannya. Selain itu interval estimasi maupun pengujian hipotesis yang
didasarkan pada distribusi t maupun f tidak bisa lagi dipercaya untuk
evaluasi regresi.
Akibat dari dampak heterokedastisitas dapat menyebabkan estimator
OLS tidak menghasilkan estimator yang BLEU dan hanya menghasilkan
estimator OLS yang linier unbiased estimator (LUE). Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dalam model
regresi yaitu dengan menggunakan metode Glejser, Glejser merupakan
23
seorang ahli ekonometrika dan mengatakan bahwa nilai varias variabel
error model regresi tergantung dari variabel bebas. Menurut Widarjono
(2007) menyatakan bahwa apabila nilai uji F yang diperoleh tidak signifikan
maka dapat dikatakan tidak terdapat heterokedastisitas.
c. Autokolerasi
Autokolerasi adalah terjadinya korelasi antar satu variabel error
dengan variabel error lainnya. Autokolerasi sering kali terjadi apabila data
time series dan dapat juga terjadi pada data cross section tetapi jarang
terjadi. Adapun dampak yang dimiliki oleh autokolerasi dalam model
regresi yaitu sama dengan dampak dari heterokedastisitas. Akibat adanya
dampak tersebut dalam model regresi menyebabkan estimator OLS tidak
menghasilkan estimator yang BLUE dan hanya menghasilkan estimator
OLS dan LUE (Widarjono, 2007).
Untuk mengetahui adanya autokolerasi dalam model regresi linier
berganda dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson. Deteksi
autokolerasi pada model regresi linier berganda dengan menggunakan
metode Durbin-Watson adalah seperti berikut ini:
1) 0 < d > dL = menolak hipotesis nol, ada autokolerasi positif
2) dL ≤ d ≤ du = daerah keragu-raguan, tidak ada keputusan
3) du ≤ d ≤ 4 – du = menerima hipotesis nol, tidak ada autokolerasi
positif/negative
4) 4 – du ≤ d ≤ 4 –dL = daerah keragu-ragua, tidak ada keputusan
5) 4 – dL ≤ d ≤ 4 = menolak hipotesi nol, ada autokorelasi positif
d. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang dihasilkan
dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan menggunakan p-p plot normal
regression standardized residual, dimana sebaran data dapat mengikuti arah
garis diagonal, yang artinya semua variabel bebas terdistribusi secara
normal.