68
HUBUNGAN DERAJAT PARASITEMIA DENGAN GOLONGAN DARAH ABO PADA PENDERITA MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HANURA KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI Oleh: Nur Sazaro Tudhur FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020

HUBUNGAN DERAJAT PARASITEMIA DENGAN GOLONGAN DARAH ABO PADA PENDERITA MALARIA …digilib.unila.ac.id/61260/19/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 2. 6. · 2007 hingga 2010, prevalensi

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • HUBUNGAN DERAJAT PARASITEMIA DENGAN GOLONGAN DARAH

    ABO PADA PENDERITA MALARIA DI WILAYAH KERJA

    PUSKESMAS HANURA KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI

    LAMPUNG

    SKRIPSI

    Oleh:

    Nur Sazaro Tudhur

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2020

  • ABSTRACT

    RELATIONSHIP BETWEEN THE DEGREES OF MALARIA

    PATIENT AND ABO BLOOD GROUPS IN IN THE WORK AREA OF

    PUSKESMAS HANURA KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI

    LAMPUNG

    By

    NUR SAZARO TUDHUR

    Background: Malaria is an infectious disease caused by the plasmodium sp parasite

    through the bite of an infected female Anopheles mosquito and then distributed

    throughout the human body. Blood type is a blood classification system based on its

    antigens and is divided into four groups, namely blood group A which has antigens A

    and anti-B, blood group B which has antigens B and anti-A, blood group O which has

    antibodies but does not have antigen, and blood group A which has antigens but does

    not have antibodies. According to research on the relationship between ABO blood

    groups and malaria with clinical symptoms in rural areas in South India, there is a

    relationship between blood groups and malaria.

    Methods: This is an observational analytical reasearch with cross sectional methode.

    where sampling and data analysis are carried out at one time.

    Results: There is relationship Chi square analysis was carried out to assess the

    relationship of the degree of parasitemia with ABO blood type obtained p

  • ABSTRAK

    HUBUNGAN DERAJAT PARASITEMIA DENGAN GOLONGAN DARAH

    ABO PADA PENDERITA MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

    HANURA KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

    Oleh

    NUR SAZARO TUDHUR

    Latar Belakang: Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit

    Plasmodium sp melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi lalu

    menyebar keseluruh tubuh manusia. Golongan darah adalah suatu sistem

    pengklasifikasian darah berdasarkan antigen yang dimilikinya dan terbagi menjadi

    empat kelompok yaitu golongan darah A yang memiliki antigen A dan anti-B,

    golongan darah B yang memiliki antigen B dan anti-A, golongan darah O yang

    memiliki antibodi namun tidak memiliki antigen, dan golongan darah A yang

    memiliki antigen namun tidak memiliki antibodi. Menurut penelitian mengenai

    hubungan antara golongan darah ABO dan malaria dengan gejala klinis di daerah

    pinggiran di India Selatan, terdapat hubungan antara golongan darah dan malaria.

    Metode: Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian Analitik Obervasional

    metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode Cross sectional, dimana

    pengambilan sampel dan analisis data dilakukan dalam satu waktu.

    Hasil: Dilakukan analisis Chi square untuk menilai hubungan derajat parasitemia

    dengan golongan darah ABO didapatkan p

  • HUBUNGAN DERAJAT PARASITEMIA DENGAN GOLONGAN DARAH

    ABO PADA PENDERITA MALARIA DI WILAYAH KERJA

    PUSKESMAS HANURA KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI

    LAMPUNG

    Oleh:

    NUR SAZARO TUDHUR

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

    SARJANA KEDOKTERAN

    Pada

    Program Studi Pendidikan Dokter

    Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2020

  • Dengan Izin Allah SWT yang Maha Pengasih

    lagi Maha Penyayang ku persembahkan karya ini

    spesial untuk Abah, Ibu, Kakak dan Keluarga Besarku

    Tercinta serta orang-orang yang tak henti-hentinya

    mendukung, mendoakan dan menyayangiku.

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Lampung Timur pada tangal 26 Februari 1998, sebagai

    anak kedua dari 3 bersaudara dari Bapak Abdul Halim dan Ibu Kholisoh.

    Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Al-Barokah

    Lampung Timur pada tahun 2004. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 2

    Sumberrejo Lampung Timur pada tahun 2011. Penulis kemudian menyelesaikan

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP N 2 Kaliwungu pada tahun 2013 dan

    Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 3 Bandar Lampung, pada tahun 2016.

    Tahun 2016 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

    Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

    Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi di Dewan Perwakilan

    Mahasiswa Fakultas Kedokteran (DPM-F) sebagai wakil ketua, Ikatan Senat

    Mahasiswa Kedokteran (ISMKI) sebagai anggota, dan Organisasi luar kampus

    lainnya.

  • SANWACANA

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya

    kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    Sholawat dan Salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang

    mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.

    Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat

    guna mencapai gelar sarjana kedokteran.

    Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

    dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, dengan

    segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

    semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

    1. Allah SWT, atas izin-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi

    untuk gelar sarjana.

    2. Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung

    3. Dr.Dyah Wulan SRW S.K.M., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

    Universitas Lampung.

  • 4. dr. Hanna Mutiara, S.Ked., M.Kes., selaku Pembimbing I yang telah

    membimbing saya dengan sebaik-baiknya, bersedia meluangkan waktu

    untuk memberikan tambahan ilmu, memberi kritik, saran, dan

    membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.

    5. dr. Rizki Hanriko, S.Ked., Sp.PA. selaku Pembimbing II yang telah

    bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi,

    serta membantu, memberi kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

    6. Dr. dr. Betta Kurniawan, S.Ked., M.Kes selaku Pembahas, terimakasih

    atas waktu, saran, semangat, nasihat dan evaluasi yang diberikan kepada

    penulis selama ini serta membimbing selama berorganiasasi.

    7. dr. Syazili Mustofa, M.Biomed, sebagai Pembimbing Akademik sejak

    semester 1-7, yang telah memberikan bimbingan, saran serta ilmu yang

    telah bermanfaat selama ini.

    8. Kedua orang tua ku, abah dan ibu tercinta yang selalu mendoakan serta

    membeikan semangat kepada penulis tanpa henti.

    9. Kedua saudaraku mbak nunik, mbak jihan, yang telah memberikan

    dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya

    kepada penulis.

    10. Keluarga Bani Ma’shum dan Bani Maftuchin yang senantiasa memberikan

    doa dan semangat kepada penulis.

    11. Dosen Pengajar dan Karyawan Fakultas Kedokteran Universitas

    Lampung yang membantu dalam proses pembelajaran semua kuliah dan

    penyelesaian skripsi ini.

  • 12. Kepada sahabat-sahabat “Selo”ku Tiara, Via, Yosi, Nabila, Sindi, dan

    Meiuta, yang selalu mendukung, menemani, mendoakan, dan

    mendengarkan keluhanku. Terimakasih untuk persahabatan yang sangat

    berharga selama ini.

    13. Kepada “Bonam” Yosi, Via, Nabila, Sindi, Meiuta, Erwin, Abiyyi, Allan,

    Janu, Rio, Ihsan terimakasih atas kebersamaan yang diberikan, teman

    belajar OSCE setiap semester, segala bantuan, semangat, ilmu, waktu dan

    nasihat dalam penyelesaian skripsi ini.

    14. Teman-teman satu angkatan FK Unila 2016 yang menjadi teman berjuang

    dan melangkah bersama dalam meniti cita-cita ini serta selalu mengisi

    hari-hari menjadi sangat menyenangkan.

    15. Bidan Lia dan Pak Dodi serta pihak Puskesmas Hanura yang telah banyak

    membantu selama proses penelitian, terminasi subjek penelitian, hingga

    pengumpulan data penelitian, terima kasih atas kesediaannya membantu

    saya dan teman-teman selama penelitian kami;

    16. Retno Arienta sahabat saya sejak menjadi mahasiswa baru yang selalu

    berbaik hati.

    17. Teman “SHS Mate” ica, sandhika, tami, lista, fadel, acil, nanda, cio, adit.

    18. Teman teman DPM, IPPNU, PMII, yang telah membantu dan mendoakan

    selama perkuliahan.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam skripsi ini dan masih

    jauh dari sempurna. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat serta dapat

  • bermanfaat serta dapat memberikan informasi ataupun pengetahuan bagi

    pembacanya.

    Bandar Lampung, Februari 2020

    Penulis

    Nur Sazaro Tudhur

    .

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 7

    1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 7

    1.4.1 Manfaat bagi ilmu pengetahuan ............................................................ 7

    1.4.2 Manfaat bagi masyarakat ...................................................................... 8

    1.4.3 Manfaat bagi instansi dan lembaga terkait ............................................ 8

    1.4.4 Manfaat bagi peneliti............................................................................. 8

    1.4.5 Manfaat bagi peneliti selanjutnya ......................................................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Malaria ............................................................................................................. 9

    2.1.1 Definisi .................................................................................................. 9

    2.1.2 Epidemiologi ......................................................................................... 9

    2.1.3 Etiologi dan Vektor ............................................................................. 13

    2.1.4 Pathogenesis ...................................................................................... 14

    2.1.5 Manifestasi Klinis ............................................................................... 17

    2.1.7 Pengobatan Malaria ........................................................................... 22

    2.1.6 Diagnosis malaria ................................................................................ 19

    2.1.8 Siklus Hidup Plasmodium ................................................................... 23

  • 2.2 Morfologi Plasmodium .................................................................................. 24

    2.2.1 Malaria Falciparum ............................................................................ 24

    2.2.2 Plasmodium vivax ............................................................................... 25

    2.2.3 Plasmodium malariae ......................................................................... 26

    2.2.4 Plasmodium ovale ............................................................................... 27

    2.2.5 Plasmodium knowlesi .......................................................................... 28

    2.3 Golongan Darah ............................................................................................. 29

    2.4 Golongan Darah ABO .................................................................................... 30

    2.5 Hubungan Patogenesis Malaria Dengan Golongan Darah Sistem ABO ....... 31

    2.6 Kerangka teori ................................................................................................ 33

    2.7 Kerangka Konsep ........................................................................................... 34

    2.8 Hipotesis ......................................................................................................... 34

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian ............................................................................................ 35

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 35

    3.2.1 Tempat Penelitian................................................................................ 35

    3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................. 35

    3.3 Subyek Penelitian ........................................................................................... 35

    3.3.1 Populasi Penelitian .............................................................................. 35

    3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................................ 36

    3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel............................................................... 37

    3.3.4 Kriteria Penelitian ............................................................................... 37

    3.4 Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................................... 38

    3.4.1 Variabel Terikat ............................................................................................ 38

    3.4.2 Variabel Bebas .................................................................................... 38

    3.5 Definisi Operasional ....................................................................................... 39

    3.6 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................................. 39

    3.7 Prosedur Penelitian ......................................................................................... 40

    3.8 Interpretasi Hasil ............................................................................................ 40

  • 3.9 Pengolahan Data ............................................................................................. 40

    3.10 Analisis Data .................................................................................................. 41

    Alur Penelitian ............................................................................................... 43

    3.11 Etika Penelitian .............................................................................................. 44

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian .............................................................................................. 45

    4.1.1 Analisis U nivariat ....................................................................................... 45

    4.1.2 Analisa Bivariat ........................................................................................... 45

    4.2 Pembahasan .................................................................................................... 48

    4.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 53

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan ......................................................................................................... 54

    5.2 Saran ............................................................................................................... 54

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Manifestasi Klinik Infeksi Plasmodium ........................................................... 18

    2. Definisi Operasional ........................................................................................ 38

    3. Distribusi Golongan Darah, Jenis Malaria dan Derajat Parasitemia ............... 43

    4. Hubungan Golongan Darah Dengan Derajat Parasitemia ................................ 46

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Persentasase populasi yang beresiko malaria tahun 2010-2017 ....................... 10

    2. API Per Kabupaten Kota Se-Provinsi Lampung Tahun 2016 ........................... 12

    3. Jumlah Kasus Malaria Berdasarkan Puskesmas di Kabupaten Pesawaran

    tahun 2016 ......................................................................................................... 13

    4. Proses perlekatan eritrosit normal dengan eritrosit yang terinfeksi .................. 15

    5. Mekanisme knop eritrosit .................................................................................. 16

    6. Siklus Hidup Malaria ........................................................................................ 24

    7. Morfologi P. falciparum .................................................................................. 25

    8. Morfologi P. vivax ............................................................................................ 26

    9. Morfologi P. malariae ...................................................................................... 27

    Morfologi P. ovale ............................................................................................ 28

    10. Morfologi P. knowlesi ....................................................................................... 29

    11. Hipotesis model antigen .................................................................................... 31

    12. Kerangka teori ................................................................................................... 33

    13. Kerangka konsep ............................................................................................... 34

    14. Alur Penelitian .................................................................................................. 36

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh parasit Plasmodium sp

    melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi lalu menyebar

    keseluruh tubuh manusia. Terdapat lima spesies dari Plasmodium sp yaitu

    Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium

    malariae dan Plasmodium knowlesi (World Health Organization, 2018). Malaria

    yang terjadi di Indonesia banyak di sebabkan oleh Plasmodium falciparum dan

    Plasmodium vivax (Kementrian Kesehatan RI, 2017).

    Malaria masih menjadi salah satu penyakit dengan kasus kematian yang tinggi

    terutama pada kelompok berisiko seperti bayi, balita, dan ibu hamil. Menurut hasil

    survey yang telah di lakukan selama 3 tahun di tingkat nasional yaitu pada tahun

    2007 hingga 2010, prevalensi malaria mengalami penurunan dari 1,39% menjadi

    0,6%. Walaupun sudah mengalami penurunan, akan tetapi di daerah-daerah

    endemis malaria angka API (Annual Parasite Incidensi) masih sangat tinggi di

    banding angka nasional. (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

  • 2

    Penyebaran malaria secara global sangatlah luas yaitu di 60° lintang utara hingga

    40° lintang selatan negara-negara yang memiliki iklim tropis dan sub tropis

    seperti Afrika sub Sahara, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Amerika Tengah.

    Sekitar 2,3 miliar atau 41% dari jumlah penduduk dunia yang berisiko terkena

    malaria dan sebanyak 300 hingga 500 pasien malaria disetiap tahunnya serta

    terdapat 1,5 hingga 2,7 juta kasus kematian akibat malaria. (Hakim, 2011).

    Beberapa daerah di Indoensia yang menjadi endemis malaria antara lain Papua,

    Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Lampung, Bengkulu, dan Riau.

    (Bustam, Ruslam dan Erniwati, 2012).

    Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah endemis malaria karena masih

    banyak terdapat rawa-rawa, genangan air payau di tepi laut serta tambak ikan

    yang tidak terurus. Jumlah desa endemis malaria sebanyak 223 desa atau sekitar

    10% dari jumlah desa, sedangkan angka kesakitan malaria mencapai 0,4 per 1000

    penduduk. (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016).

    Parasitemia yang paling berat terjadi pada malaria yang disebabkan oleh infeksi

    Plasmodium falciparum dibandingkan dengan Plasmodium yang lainnya hal ini

    disebabkan karena pada Plasmodium falciparum akan menginfeksi eritrosit

    disemua usia, sedangkan Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya

    menginfeksi eritrosit muda sedangkan Plasmodium malariae hanya menyerang

    pada eritrosit yang lebih tua. (Natadisastra & Ridad, 2009).

  • 3

    Kabupaten Pesawaran sebagai daerah endemis malaria tertinggi di Provinsi

    Lampung mengalami ketidak seimbangan nilai API. Pada tahun tahun 2012 hanya

    terdapat 1 kasus malaria per 1.000 penduduk, kemudian pada tahun 2013

    meningkat menjadi 4,77 per 1000 penduduk, selanjutnya pada tahun 2014 kembali

    terjadi peningkatan yaitu 7,26 per 1000 penduduk, selanjutnya mengalami

    penururnan pada tahun 2015 menjadi 6,36 per 1000 penduduk, dan terus menurun

    pada tahun 2016 menjadi 4,44 per 1000 penduduk. Laporan kasus malaria pada

    tahun 2016 sebanyak 1.915 kasus tanpa adanya kematian penderita. Di Kabupaten

    Pesawaran, kasus positif malaria banyak ditemukan di Puskesmas Hanura,

    Puskesmas Padang Cermin, Puskesmas Pedada dan Puskesmas Gedong Tataan.

    Puskesmas Hanura merupakan puskesmas dengan kejadian malaria terbanyak,

    yaitu sebanyak 1738 kasus. (Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2017).

    Pada tahun 2016, kasus malaria di Puskesmas Hanura didominasi oleh parasit

    Plasmodium falsiparum dengan jumlah 1002 kasus sedangkan Plasmodium vivax

    didapatkan 703 kasus. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2017, ditemukan parasit

    Plasmodium falsiparum 1334 kasus dan Plasmodium vivax 952 kasus. Hal

    tersebut terjadi sebaliknya pada tahun 2018, ditemukan parasit Plasmodium vivax

    914 kasus dan Plasmodium falsiparum 560 kasus, yang berarti bahwa kasus

    Plasmodium vivax lebih banyak dari kasus Plasmodium falsiparum (Data

    Puskesmas Hanura, 2019).

    Pada patogenesis malaria falciparum terdapat fenomena yaitu sitoadherensi,

    sekuestrasi, dan roseting. Pada sekuestrasi terjadi penyebaran eritrosit yang

  • 4

    terinfeksi ke pembuluh darah organ manusia, eritrosit yang muda akan terus

    mengikuti peredaran darah akan tetapi eritrosit yang matang akan terlokalisir pada

    pembuluh darah organ. Pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk

    knob yang berisi antigen dari Plasmodium falciparum. Sitokin (TNF, IL-6, dll)

    yang di hasilkan oleh sel makrofag, monosit, dan limfosit dan akan menyebabkan

    terekspresinya reseptor endotel kapiler. Pada saat knob berikatan dengan reseptor

    sel endotel kapiler maka akan terjadi proses sitoadhrensi. (Husna dan Prasetyo,

    2016).

    Pada sitoadherensi terjadi perlekatan eritrosit stadium matur pada permukaan

    endotel vaskular. Di permukaan ini eritrosit yang matur tadi akan membentuk

    knob dan di permukaan knob ini terdapat moekul adhesif yang disebut

    Plasmodium falciparum erythrocytemembrane protein-1 (PfEMP-1). PfEMP-1

    terdiri atas CD36 Binding domain dan Lectin-line binding domain. Molekul

    adhesif ini akan melekat pada eritrosit yang mengandung oligosakarida serta

    target glikosilasi yang lain seperti CD35 glikoprotein (CR1), trombospondin,

    intercellular-adhesion molecule-1 (ICAM-1), vascular cell adhesion molecule-1

    (VCAM-1), endhotel leucocyte adhesion molecule-1 (ELAM 1), asam hialuronat,

    dan kondoitin sulfat A. Pada proses sitoadherensi akan terjadi obstruksi pembuluh

    kapiler, hal ini disebabkan karena adanya proses rosette yaitu eritrosit yang

    terinfeksi tadi akan membentuk gerombolan dengan eritrosit yang tidak terinfeksi

    sehingga berbentuk roset. Pada fenomena roset, satu eritrosit yang terinfeksi dapat

    diselubungi 10 eritrosit yang sehat sehingga dapat menyebabkan obstruksi.

    (Mawuntu, 2018).

  • 5

    Golongan darah adalah suatu sistem pengklasifikasian darah berdasarkan antigen

    yang dimilikinya. Secara global penggolongan darah terbagi menjadi empat

    kelompok yaitu golongan darah A yang memiliki antigen A dan anti-B, golongan

    darah B yang memiliki antigen B dan anti-A, golongan darah O yang memiliki

    antibodi namun tidak memiliki antigen, dan golongan darah A yang memiliki

    antigen namun tidak memiliki antibodi. Fungsi dari penggolongan darah sendiri

    salah satunya adalah untuk kegunaan transfusi darah. (Oktari dan Silvia, 2016)

    Golongan darah ABO ditentukan berdasarkan jenis antibodi ataupun antigen yang

    terkandung didalam darah, golongan darah A memiliki sel darah merah dengan

    antigen A dipermukaan eritrositnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B

    dalam serum darahnya. Pada golongan darah B memiliki antigen B di permukaan

    eritrositnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.

    Pada golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B di

    permukaan eritrositnya dan tidak menghasilkan antibodi terhdap antigen A

    maupun antigen B dalam serum darahnya. Sedangkan, pada golongan darah O

    memiliki sel darah merah tanpa antigen, tetapi memiliki antibodi terhadap antigen

    A dan pada serumya. (Nadia, Handayani, dan Rismiati, 2010)

    Menurut penelitian mengenai hubungan antara golongan darah ABO dan malaria

    dengan gejala klinis di daerah pinggiran di india selatan, terdapat hubungan antara

    golongan darah dan malaria (Gayathri, Harendra, dan Gomathi, dkk, 2013). Hal

    ini berkaitan dengan adanya proses perlekatan eritrosit yang terinfeksi

    Plasmodium falciparum dengan eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga akan

  • 6

    berbentuk seperti gerombolan, proses ini disebut Rosetting yang mana di

    pengaruhi golongan darah, terdapat antigen A dan B sebagai reseptor eritrosit

    yang tidak terinfeksi ( Fitriany dan Sabiq, 2018).

    Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Thakur dan Verma di

    India menunjukan hasil yang berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh

    Gayathri dkk, dimana tidak terdapat hubungan antara golongan darah ABO dan

    derajat parasitemia. Demikian pula pada penelitian yang dilakukan oleh Singh

    dkk, menyimpulkan bahwa potensi kejadian parasitemia pada golongan darah AB

    lebih kecil. (Deepa, Alwar, dan Rameshkumar, 2011). Penelitian Fowkes dkk di

    Papua Newguinea pada subjek anak (1-17 tahun) tidak menemukan hubungan

    golongan darah ABO terhadap kepadatan parasit malaria dan pembentukan

    antibodi variasi antigenik. (Fowkes, Michon, dan Pilling, 2008)

    Wolofsky K melaporkan bahwa terjadi proses fagositosis monosit-makrofag

    secara signifikan terutama pada stadium schizont eritrosit yang bergolongan darah

    O. Tidak terdapat perbedaan dalam proses invasi dan maturasi Plasmodium

    falciparum pada setiap golongan darah ABO. Lebih lanjut secara invitro dan in

    vivo Walofsky menemukan peningkatan aviditas fagositosis pada golongan darah

    O terinfeksi P. falcifarum terjadi akibat peningkatan deposisi produk pro

    degradasi yaitu hemicrom dan hight moleculer weight band. (Walofsky et al,

    2012)

  • 7

    Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa perlu adanya penelitian

    tentang hubungan derajat parasitemia dengan golongan darah dikarenakan belum

    ada penelitian serupa di Provinsi Lampung, mengingat setiap wilayah memiliki

    karakteristik geografis yang berbeda-beda dan juga ditempati oleh masyarakat

    dengan karakteristik yang berbeda pula.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, adapun rumusan

    masalah dari penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara derajat

    parasitemia dengan golongan darah abo pada penderita malaria di Wilayah Kerja

    Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

    derajat parasitemia dengan golongan darah ABO pada penderita malaria di

    Wilayah Kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat bagi ilmu pengetahuan

    Menambah informasi ilmiah terutama bagi cabang ilmu parasitologi mengenai

    hubungan antara derajat parasitemia dengan golongan darah ABO pada

    penderita malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran

    Provinsi Lampung

  • 8

    .

    1.4.2 Manfaat bagi masyarakat

    Memberikan gambaran hubungan antara derajat parasitemia dengan golongan

    darah ABO pada penderita malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Hanura

    Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung, sehingga masyarakat lebih sadar

    terhadap dampak buruk bila malaria tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

    1.4.3 Manfaat bagi instansi dan lembaga terkait

    Menjadi bahan perencanaan serta data pendukung dalam pencegahan transmisi

    malaria di Kabupaten Pesawaran terkhusus wilayah kerja Puskesmas Hanura.

    Memberikan tambahan referensi penelitian dalam bidang Parasitologi

    Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

    1.4.4 Manfaat bagi peneliti

    Menambah wawasan bagi peneliti tentang kegawatdaruratan yang terjadi pada

    malaria terutama ditinjau dari golongan darah.

    1.4.5 Manfaat bagi peneliti selanjutnya

    Menjadi referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya pada topik malaria

    dan dapat dijadikan evaluasi untuk penelitian berikutnya.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Malaria

    2.1.1 Definisi

    Malaria sudah dikenal sejak 4000 tahun yang lalu, malaria sendiri berasal dari

    bahasa italia yang terdiri atas dua suku kata yaitu “mal” yang berarti buruk dan

    “aria” yang berarti udara, sehingga malaria diartikan sebagai udara yang buruk.

    Kemungkinan zaman dahulu masyarakat italia beranggapan bahwa penyakit ini

    diakibatkan musim dan udara yang buruk. (Arsin, 2012).

    Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh parasit Plasmodium sp

    yang akan disebarkan ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp

    betina yang telah terinfeksi. Penularan malaria dapat terjadi karena interaksi

    antara agent penyebab yaitu Plasmodium sp, host intermediet yaitu manusia, dan

    host definitif yaitu Anopheles sp. Kasus malaria tersering pada daerah-daerah

    yang memiliki iklim tropis maupun sub-tropis (WHO, 2019).

    2.1.2 Epidemiologi

    Berdasarkan laporan dari WHO pada tahun 2017, sebagian besar kasus malaria

    dan kematian terjadi di Afrika sub-Sahara namun tidak menutup kemugkinan

    wilayah Asia Tenggara, Mediterania Timur, Pasifik Barat, dan Amerika berisiko

  • 10

    terkena juga. Kasus malaria di Wilayah Afrika berkisar 92% kasus dan 93% kasus

    kematian akibat malaria, diikuti oleh Wilayah Asia Tenggara dengan 5% kasus

    dan Wilayah Mediterania Timur dengan 2% kasus seperti terlihat pada gambar 1.

    Terdapat 5 negara yang menyumbang kasus malaria di dunia yaitu, Nigeria (25%),

    Republik Demokratik Kongo (11%), Mozambik (5%), India (4%) dan Uganda

    (4%).(World Health Organization, 2019).

    Sumber: (World Health Organization, 2018)

    Gambar 1. Persentasase populasi yang beresiko malaria tahun 2010-2017

    Di Indonesia malaria masih banyak di temukan di seluruh provinsi di Indonesia,

    berdasarkan API wilayah Indonesia Timur adalah daerah dengan stratifikasi

    tertinggi, selanjutnya Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera termasuk stratifikasi

    sedang, dan pulau Jawa dan Bali adalah stratifikasi yang rendah. Terjadi

    penurunan API pada tahun 2008-2009 dari 2,47 per 1000 penduduk menjadi

    1,85 per 1000 penduduk. Provinsi dengan API tertinggi dalah Papua Barat, NTT,

    dan Papua. (Kemenkes RI, 2011)

  • 11

    Berdasarkan laporan Risekesdas tahun 2013, insiden malaria di Indonesia pada

    angka 1,9%, angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007

    yaitu sebesar 2,9%, akan tetapi di Papua mengalami peningkatan yang tajam

    jumlah penderita. Prevalensi malaria hingga tahun 2013 sebesar 6,0 persen.

    Terdapat 5 provinsi yang memiliki insiden dan prevalensi malaria tertinggi

    antara lain, Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%),

    Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan

    Maluku (3,8% dan 10,7%). Dapat disimpulkan bahwa dari 33 provinsi yang ada

    di Indonesia, Indonesia bagian timur adalah daerah dengan kejadian malaria

    tertinggi, dan Pulau Jawa dan Bali adalah daerah dengan kejadian malaria yan

    rendah. (Litbang Kemkes, 2013).

    Provinsi lampung merupakan salah satu provinsi endemis malaria hal ini

    disebabkan karena masih banyaknya daerah rawa-rawa dan juga genangan air

    payau di pinggiran pantai, selain itu masih banyak tambak tambak yang tidak

    terurus. Terkecuali pada wilayah di Kabupaten Lampung Barat yang merupakan

    daerah perkebunan dan persawahan. API (Annual Parasite Incidence ) di

    Provinsi Lampung mencapai angka diatas rata-rata nasional, dimana angka

    tertinggia di Kabupaten Pesawaran yaitu (6,36), Pesisir Barat (3,47), dan Kota

    Bandar Lampung (0,58). Seperti di bawah ini. (Dinas Kesehatan Provinsi

    Lampung, 2016).

  • 12

    Sumber: (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2016)

    Gambar 2. API Per Kabupaten Kota Se-Provinsi Lampung Tahun 2016.

    Kabupaten Pesawaran sebagai daerah endemis malaria tertinggi di provinsi

    Lampung mengalami ketidak seimbangan nilai API artinya tidak selalu naik dan

    tidak selalu turun. Pada tahun tahun 2012 hanya terdapat 1 kasus malaria per

    1.000 penduduk, kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi

    4,77 per 1000 penduduk, selanjutnya pada tahun 2014 kembali terjadi

    peningkatan yaitu 7,26 per 1000 penduduk, selanjutnya mengalami penururnan

    pada tahun 2015 menjadi 6,90 per 1000 penduduk, dan terus menurun pada

    tahun 2016 menjadi 4,44 per 1000 penduduk. Laporan kasus malaria pada tahun

    2016 sebanyak 1.915 kasus tanpa adanya kematian penderita. Di Kabupaten

    Pesawaran, kasus positif malaria hanya ditemukan di Puskesmas Hanura,

    Puskesmas Padang Cermin, Puskesmas Pedada dan Puskesmas Gedong Tataan.

    Puskesmas Hanura merupakan puskesmas dengan kejadian malaria terbanyak,

    yaitu sebanyak 1738 kasus seperti pada gambar 3 (Dinas Kesehatan Kabupaten

    Pesawaran, 2017).

  • 13

    Sumber: (Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2017)

    Gambar 3. Jumlah Kasus Malaria Berdasarkan Puskesmas di Kabupaten Pesawaran tahun 2016.

    2.1.3 Etiologi dan Vektor

    Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan

    nyamuk Anopheles sp betina yang bertindak sebagai vektor dari malaria. Terdapat

    5 jenis spesies Plasmodium sp yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,

    Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan yang terbaru adalah Plasmodium

    knowlesi. (Soedarto, 2011). Pada Plasmodium falciparum menyebabkan Malaria

    tropika, Plasmodium vivak menyebabkan malaria tarsiana, dan Plasmodium

    malariae menyebabkan malaria kuartana. (Arsin, 2012).

    Vektor penularan malaria adalah nyamuk Anopheles betina. Diperkirakan sekitar

    20-40 spesies dari 430 spesies dapat menularkan malaria. Di Indonesia ditemukan

    20 spesies sedangkan di India ditemukan 45 spesies Anopeles. Dari 20 spesies

    nyamuk Anopeles terdapat empat spesies tersering adalah A. Aconitus, A.

    Sundanicus, A Maculatus dan A. Barbirostris.

  • 14

    2.1.4 Pathogenesis

    Pathogenesis malaria dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor parasit dan

    faktor penjamu (host). Faktor parasit yang dimaksud yaitu yang meliputi

    intensitas transmisi, densitas parasit, dan virulensi parasit. Sedangkan faktor

    penjamu yaitu tingkat endemisitas daerah tempat tinggal, genetik, usia, status

    nutrisi, dan status imunologi. Plasmodium sp menginvasi dan merusak eritrosit

    dan menetap di organ penting dan jaringan tubuh, menghambat sirkulasi mikro,

    serta melepaskan toksin yang akan menginduksi pelepasan sitokin (TNF-α, IL6,

    IL1β, atau IL-10 ) yang diproduksi oleh sel makrofag, monosit, dan limfosit

    akan menyebabkan terekspresinya reseptor endotel kapiler. (Autino et al., 2012).

    Plasmodium falciparum adalah parasitemia yang paling berat dibandingkan

    dengan Plasmodium yang lain. hal ini di sebabkan karena Plasmodium

    falciparum akan menginfeksi eritrosit disemua usia eritrosi. Sedangkan

    Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya menginfeksi eritrosit muda

    (retikulosit) sedangkan Plasmodium malariae hanya menyerang pada eritrosit

    yang lebih tua (Natadisastra & Ridad, 2009).

    Eritrosit yang telah terinfeksi Plasmodium falciparum akan mengalami proses

    sekuestrasi, yaitu eritrosit yang terinfeksi tersebar ke dalam pembuluh kapiler

    organ dalam tubuh. Eritrosit yang mengandung parasit muda bersirkulasi dalam

    darah perifer tetapi eritrosit berparasit matang terlokalisasi pada pembuluh darah

    organ. Di permukaan eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falciparum akan

    terbentuk knob yang berisi berbagai antigen Plasmodium falciparum. Pada saat

  • 15

    knob tersebut berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler terjadilah proses

    sitoadherensi atau perlekatan eritrosit yang normal dengan eritrosit yang

    terinfeksi Plasmodium falciparum yang akan terlihat membentuk gerombolan

    atau rosette (Gambar 4). Sehingga akan terjadi obstruksi eritrosit. (Husna &

    Prasetyo, 2016)

    Sumber : (Husna & Prasetyo, 2016)

    Gambar 4. Proses perlekatan eritrosit normal dengan eritrosit yang terinfeksi

    Plasmodium falciparum adalah spesies yang unik diantara spesies malaria yang

    lainnya, hal ini karena ketika eritrosit terinfeksi oleh Plasmodium falciparum

    akan mengekspresikan suatu molekul adhesif yang disebut Plasmodium

    falciparum erythrocytemembrane protein-1 (PfEMP-1). Pada PfEMP-1 ini

    berperan penting dalam cytoadherence eritrosit terinfeksi pada permukaan

    endotel pembuluh darah dengan berikatan pada molekul adhesi di endotel seperti

    Intracellular Adhesion Molecule 1 (ICAM 1), cluster of differentiation (CD36)

    dan lainya (Mawuntu, 2018)

  • 16

    .

    Sumber : Nugraha Agung. Editor PN dkk. Malaria dari molekuler ke klinis. Edisi 2. EGC.2012

    Gambar 5. Mekanisme knop eritrosit terinfeksi dengan reseptor PfEMP-1 yang akan mengalami

    sitoadhesi pada molekul adhesi di endotel

    Sitokin adalah suatu glikoprotein yang di hasilkan dari sel T helper, makrofag

    serta sel natural killer yang berperan penting pada respon tubuh dalam melawan

    malaria. TNF-α adalah sitokin yang bersifat sebagai pirogen. Pada kadar rendah

    TNF-α dapat menghambat pertumbuhan stadium darah parasit dengan

    mengaktifkan sistim imunitas seluler, dan juga dapat membunuh parasit secara

    langsung. Peran ganda dari sitokin terutama TNF-α yaitu pada kadar yang tepat

    akan memberikan perlindungan dan penyembuhan. Akan tetapi kadar berlebihan

    yang mungkin merupakan tanggapan terhadap hiperparasitemia dan

    pertumbuhan parasit yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan

    yang sangat berat. IL-10 ditemukan di dalam plasma penderita malaria akut,

    dihasilkan oleh monosit, sel Th-2 dan sel B, menghambat produksi sitokin pada

    Th-1 dan sel CD8+. IL-10 berfungsi sebagai down regulator pada makrofagatau

    inhibitor makrofag, mengurangi presentasi antigen, mencegah sel Th-1

    berproliferasi dan menekan produksi IFN-γ dan TNF-α. Pada malaria serebral,

  • 17

    peng-hambatan IFN-γ dan sekresi TNF-α oleh sintesis IL-10 berperan penting

    dalam menetralkan patologi dari makrofag. (Irawati, Acang, & Irawati, 2008)

    2.1.5 Manifestasi Klinis

    Beratnya gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi malaria dipengaruhi oleh

    fakor host dan faktor parasit. Beberapa faktor host yaitu usia, genetic, imunitas,

    jenis kelamin sikap dan perilaku penderita malaria serta jarak antara rumah

    dengan fasilitas kesehatan. (Putra, Bakri, Kurniawan, 2015. Kurniawan,

    Nrmaulina, Fakhruddin, 2018). Sedangkan faktor parasit yaitu kepadatan parasit,

    virulensi parasit dan jenis parasit yang menginfeksi (Laishram, Sutton, Namda,

    et al. 2012).

    Manifestasi klinis malaria memiliki karakteristik yang khas yaitu demam

    periodik, anemia dan splenomegali. Sebelum demam, dapat terjadi keluhan

    prodormal seperti lesu, malaise, sakit kepala, sakit punggung, menggigil, nyeri

    sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak enak dan tanda-tanda

    lainnya. Keluhan prodormal sering kali di temukan di Plasmodium vivax dan

    Plasmodium ovale, sedangkan pada Plasmodium falciparum dan Plasmodium

    malariae gejala prodormal tidak begitu jelas dan terkadang gejala timbul

    mendadak. Pada malaria terdapat trias malaria atau trias gejala khas pada

    malaria, yang meliputi periode dingin (15-60 menit): mulai menggigil, penderita

    sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil

    sering seluruh badan bergetar dan gigi- gigi saling terantuk, selanjutnya periode

  • 18

    demam yang dimana terjadi peningkatan suhu tubuh; dan periode berkeringat.

    Saat periode berkeringat, penderita akan merasa sehat. Manifestasi klinik infeksi

    plasmodium ditunjukkan pada tabel 1 (Harijanto, 2014). Masa inkbasi malaria

    bervariasi dengan rerata waktu kurang lebih selama 14 hari .

  • 19

    Tabel 1. Manifestasi Klinik Infeksi Plasmodium

    Plasmodium Masa

    Inkubasi

    (hari)

    Tipe

    Panas

    (Jam)

    Relaps Rekru-

    rensi

    Manifestasi Klinik

    Falciparum 12 (9-14) 24,36,

    48

    Tidak Ya Gejala gastrointestinal; hemolisis;

    anemia; ikterus hemoglobinuria;

    syok; algid malaria; gejala

    serebral; edema paru; ytglikemi;

    gangguan kehamilan; kelainan

    retina.

    Vivax 13 (12-17) 48 Ya Tidak Anemia kronik; splenomegali

    ruptur limpa.

    Ovale 17 (16-18) 48 Ya Tidak Sama dengan manifestasi klinik

    oleh Plasmodium vivax.

    Malariae 28 (18-40) 48 Tidak Ya Rekrudensi sampai 50 tahun;

    splenomegali menetap; rumpur

    limpa jarang ruptur; sindroma

    nefrotik.

    Knowlesi 9-12 72 Tidak Demam; nyeri perut;

    trombositopenia; gangguan

    ginjal; ikterik; hiperparasitemia.

    Sumber: (Harijanto, 2014)

    Serangan Primer malaria dimulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi

    serangan paroksismal yang terdiri dari dingin atau menggigil, panas dan

    berkeringat. Periode Laten adalah periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia

    selama terjadi infeksi dan biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.

    Recrudescence adalah gejala klinik dan parasitemia yang berulang dalam waktu

    8 minggu setelah serangan primer selesai. Keadaan ini dapat berupa

    berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dari serangan primer.

    Reccurence adalah berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24

    minggu berakhirnya serangan primer. (Harijanto, 2014).

    2.1.6 Diagnosis malaria

    Diagnosis malaria ditegakkan seperti pada penyakit lainya yaitu lewat tanda dan

    gejala klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik), uji imunoserologis dan

    ditemukannya parasit Plasmodium sp. di dalam sampel darah penderita. Demam

  • 20

    sebagai manifestasi klinis malaria sering tidak khas sehingga menyerupai

    penyakit infeksi lain seperti demam Dengue dan Tifoid. Demikian, dalam

    mendiagnosis penyakit malaria seorang klinisi tidak dapat hanya mengandalkan

    gejala klinis penderita saja namun juga diperlukan pemeriksaan penunjang

    diagnosis sedini mungkin (Arsin, 2012).

    Secara garis besar pemeriksaan laboratorium malaria dikelompokkan menjadi

    dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis untuk

    mendeteksi adanya antigen spesifik atau antibodi spesifik terhadap Plasmodium

    sp. Gold standard dalam pemeriksaan laboratorium malaria yaitu pemeriksaan

    metode mikroskopis untuk menemukan parasit (Plasmodium sp) di dalam darah

    tepi. Uji imunoserologis dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis

    dalam menunjang diagnosis malaria (Arsin, 2012).

    1. Pemeriksaan dengan mikroskop. Pemeriksaan ini dengan memeriksakan

    sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/lapangan/rumah

    sakit/laboratorium klinik untuk menentukan: a) Ada tidaknya parasit malaria

    (positif atau negatif). b) Spesies dan stadium plasmodium. c) Kepadatan

    parasit. Kepadatan parasit di dalam darah dapat dinilai sebagai berikut:

    i) Semi kuantitatif

    (-) : Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/ lapang pandang

    besar).

    (+) : Positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB).

  • 21

    (++) : Positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB).

    (+++) : Positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB).

    (++++) : Positif 4 (ditemukan > 10 parasit dalam 1 LPB).

    Kemudian di kelompokan menjadi 3:

    1) Ringan: (+) dan (++)

    2) Sedang: (+++)

    3) Berat: (++++)

    Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:

    1. Jika kepadatan parasit < 100.000/ ul, maka mortalitas < 1%.

    2. Jika kepadatan parasit > 100.000/ ul, maka mortalitas > 1%.

    3. Jika kepadatan parasit > 500.000/ ul, maka mortalitas > 50%.

    ii) Kuantitatif

    Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal

    (leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).

  • 22

    Contoh:

    Jika dijumpai 1500 parasit per 200 leukosit, sedangkan jumlah leukosit 8.000/

    ul maka hitung parasit = 8.000/ 200 X 1.500 parasit = 60.000 parasit/ ul. Jika

    dijumpai 50 parasit per 1000 eritosit = 5%. Jika jumlah eritrosit 4.500.000/ ul

    maka hitung parasit = 4.500.000/ 1000 X 50 = 225.000 parasit/ ul (Ditjen

    Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2017).

    2. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test). Mekanisme

    kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan

    metoda imunokromatografi. Sebelum menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk

    penggunaan dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan RDT tidak

    digunakan untuk mengevaluasi pengobatan.

    2.1.7 Pengobatan Malaria

    Pengobatan malaria yang saat ini dianjurkan dengan pemberian Artemisinin-

    based Combinatin Therapy (ACT). Selain itu diberikan juga primakuin sebagai

    gametosidal dan hipnozoidal. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan

    efektivitas pengobatan dan pencegahan resistensi oat antimalaria. (Kemenkes,

    2017). Resistensi obat antimalaria dapat terjadi akibat perubahan genetic

    tertentu, penyebara resistensi obat antimalaria bergantung pada tingkat

    transmisi parasit (Yusuf, 2014). Pada penderita malaria di Hanura tidak

    terbukti adanya resisten dengan pengobatan ACT terutama dehidroartemisin-

    piperaquin (Irawati et al, 2017)

  • 23

    2.1.8 Siklus Hidup Plasmodium

    Siklus hidup pada Plasmodium dimulai ketika nyamuk Anopheles betina yang

    mengandung parasit plasmodium menggigit manusia. Saat menggigit manusia,

    nyamuk Anopheles akan mengeluarkan sporozoit yang infekstif melalui kelenjar

    ludah pada proses ini dimulailah stadium eksoeritrositer. Sebagian sporozoit

    akan di fagositosis dan sebagian berhasil memasuki sel hepar. Di dalam sel

    hepar, sporozoit akan berubah menjadi skizon. Skizon akan pecah dan akan

    mengeluarkan merozoit. Merozoit masuk ke dalam peredaran darah dan

    memulai siklus eritrositer. Dalam peredaran darah, merozoit menyerang eritrosit

    dan didalam silus ini akan terbentuk trofozoit muda. Trofozoit muda akan

    menjadi trofozoit matang yang akan berkembang membentuk gametosit untuk

    memulai stadium seksual. Gametosit akan menjadi mikrogamet (jantan) dan

    makrogamet (betina). Nyamuk akan menggigit manusia dan menghisap

    gametosit. Di dalam rongga perut nyamuk, makrogamet akan berkembang

    menjadi makrogametosit dan terjadilah fertilisasi antara mikrogamet dan

    makrogamet. Hasil fertilisasi akan membentuk ookinet yang menembus dinding

    lambung nyamuk dan tumbuh menjadi ookista. Di dalam ookista akan terbentuk

    sporozoit. Sporozoit akan dilepaskan saat ookista pecah. Sporozoit masuk ke

    kelenjar ludah nyamuk dan jika nyamuk mengigit manusia, maka siklus akan

    terulang kembali. (Widoyono, 2011). Seperti terlihat pada gambar 6.

  • 24

    Sumber: (Centers for Disease Control and Prevention, 2017)

    Gambar 6. Siklus Hidup Malaria

    2.2 Morfologi Plasmodium

    2.2.1 Malaria Falciparum

    Pada invasi Plasmodium falciparum tidak menyebabkan eritrosit membesar.

    Ditemukan titik Maurer yang terlihat kasar dan jelas didalam eritrosit. Trofozoit

    muda berbentuk cincin dengan sitoplasma yang halus dan diameternya 1/6 dari

    diameter eritrosit dan terdapat satu atau dua titik kromatin. Stadium skizon

    jarang ditemukan dalam darah kecuali pada infeksi malaria berat. Skizon matang

    mengandung 8 sampai 24 merozoit. Gametosit muda pada Plasmodium

    falciparum mempunyai bentuk yang khas seperti bulan sabit dan panjangnya

    sekitar 1,5 kali diameter sel darah merah. Ukuran dan bentuk dari

    makrogametosit P. falciparum hampir sama dengan mikrogametositnya dengan

    kromatin yang lebih padat berwarna merah dan sitoplasma yang lebih gelap.

    (Centers for Disease Control and Prevention, 2016). Morfologi Plasmodium

    falciparum dapat dilihat pada gambar 7.

  • 25

    Sumber : Center for Disease Control and Prevention, 2013

    Gambar 7. Morfologi P. falciparum dalam sediaan apus darah, 1:eritrosit normal, 2-18: trofozoit, 9-10:

    ring-stage, 19-26: skizon, 27-28: makrogametosit matang, 29-30: mikrogametosit matang (Diagnostic

    Findings Malaria, 2009)

    2.2.2 Plasmodium vivax

    Invasi Plasmodium vivax menyebabkan eritrosit membesar, berwarna pucat, dan

    tampak butir-butir halus Schuffer berwarna merah yang besarnya teratur.

    Trofozoit muda berbentuk cincin tampak seperti sebuah cakram dengan inti pada

    satu sisi. Trofozoit tua bentuknya tidak teratur, sitoplasma ameboit, dan pigmen

    berwarna kuning tengguli. Trofozoit tua berkembang menjadi skizon. Skizon

    matang mengandung 12-18 buah merozoit yang mengisi seluruh eritrosit dengan

    pigmen berkumpul di pinggir atau tengah. Trofozoit tumbuh menjadi

    mikrogametosit dan makrogametosit yang berbentuk bulat atau lonjong.

    Sitoplasma makrogametosit berwarna biru dengan inti berwarna merah, padat

    dan kecil di pinggir dari parasit. Mikrogametosit mempunyai sitoplasma

  • 26

    berwarna biru pucat dan inti besar. Pada mikrogametosit atau makrogametosit,

    butir-butir pigmen jelas tersebar pada sitoplasma (Irianto, 2009; Safar, 2010).

    Sumber : (Center for Disease Control and Prevention, 2013)

    Gambar 8. Morfologi Plasmodium vivax pada sediaan apus darah, 1: eritrosit normal, 2-6:

    trofozoit muda atau ring-stage, 7-18: trofozoit akhir, 19-27: skizon, 28-29: makrogametosit, 30:

    mikrogametosit (Diagnostic Findings Malaria, 2009).

    2.2.3 Plasmodium malariae

    Pada invasi Plasmodium malariae eritrosit tidak membesar dan terdapat titik

    kecil Zieman yang berwarna merah muda. Trofozoit muda (bentuk cincin) pada

    Plasmodium malariae hampir sama dengan Plasmodium vivax. Hanya saja

    bentuk cincin pada Plasmodium malariae parasitnya lebih kecil, lebih padat,

    lebih teratur, dan sitoplasma lebih biru. Pada trofozoit memiliki butir pigmen

    berwarna hitam. Skizon berisi 6 sampai 12 merozoit dengan pigmen berwarna

    hijau. Parasit tersusun secara teratur dan berbentuk menyerupai bunga serunai

    (roset). Stadium mikrogametosit dan makrogametosit hampir sama juga dengan

    Plasmodium vivax akan tetapi, pigmen berkurang dan ukurannya lebih kecil.

    (Irianto, 2009). Morfologi malariae dapat dilihat pada gambar 9.

  • 27

    Sumber : (Center for Disease Control and Prevention, 2013)

    Gambar 9 . Morfologi Plasmodium malariae pada sediaan apus darah, 1: eritrosit normal, 2-5:

    trofozoit muda, 6-13: trofozoit, 14-22: skizon, 23: gametosit yang berkembang, 24:

    makrogametosit, 25: mikrogametosit (Diagnostic Findings Malaria, 2009)

    2.2.4 Plasmodium ovale

    Pada invasi Plasmodium ovale perubahan bentuk eritrosit mirip dengan

    Plasmodium vivax, eritrosit sedikit membesar dan pada stadium dini terdapat

    titik James yang tampak jelas. Trofozoit dewasa memiliki bentuk yang khas

    yaitu salah satu ujungnya bergerigi. Terdapat pigmen dengan butir-butir

    berwarna coklat yang tersebar di seluruh parasit yang sedang tumbuh. Pada

    skizon, pigmen berkelompok di tengah berisi 8 merozoit yang tersusun tidak

    teratur Makrogametosit mempunyai sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil

    kompak. Sitoplasma mikrogametosit berwarna pucat kemerahan dan intinya

    difus. (Safar, 2010).

  • 28

    Sumber : (Center for Disease Control and Prevention, 2013)

    Gambar 10. Morfologi Plasmodium ovale, 1: eritrosit normal, 2-5: trofozoit muda (ring-stage),

    6-15: trofozoit, 16-23: skizon, 24: makrogametosit, 25: mikrogametosit (Diagnostic Findings

    Malaria, 2009).

    2.2.5 Plasmodium knowlesi

    Pada Plasmodium knowlesi memiliki persamaan dengan ketiga spesies parasit

    malaria Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, dan Plasmodium malariae.

    Eritrosit yang di invasi Plasmodium knowlesi tidak membesar. Morfologi

    trofozoit muda menyerupai Plasmodium falciparum, berbentuk cincin halus

    dengan titik kromatin berbentuk accole, inti di pinggir sitoplasma. Trofozoit

    dewasa mirip dengan Plasmodium malariae sitoplasma amuboid ( melebar tidak

    beraturan) serta berpigmen kekuningan, kecoklatan, hingga kemerahan yang

    tersebar tidak merata mirip dengan Plasmodium vivax. Skizon memiliki inti yang

    beragam berisi 3 hingga 10 atau lebih merozoit. (Sahat et al., 2015). Morfologi

    Plasmodium knowlesi dapat di lihat pada gambar 11

  • 29

    Sumber : (Center for Disease Control and Prevention, 2013)

    Gambar 11. Morfologi Plasmodium knowlesi pada sediaan apus darah, 1: eritrosit normal, 2-9: trofozoit

    muda (ring-form), 10-12: trofozoit berkembang, 13-15: trofozoit matang, 16-23: skizon hampir matang

    dan matang, 24: makrogametosit matur, 25: mikrogametosit matur (Diagnostic Findings Malaria, 2009).

    2.3 Golongan Darah

    Darah adalah cairan tubuh yang berwarna merah yang dapat di temukan di sistem

    peredaran darah dan sangat dibutuhkan manusia. Darah berperan sebagai pemasok

    oksigen dan bahan makanan untuk organ dan jaringan serta mengambil karbon

    dioksida dan metabolik jaringan. Secara umum darah di bagi menjadi empat

    golongan yaitu: golongan darah A dimana golongan darah ini memiliki antigen A

    dan anti – B, golongan darah B yaitu golongan darah yang memiliki antigen B dan

    anti – A, golongan darah AB yaitu golongan darah yang memiliki antigen tapi

    tidak memiliki antibodi, dan golongan darah O yaitu golongan darah yang

    memiliki antibodi tapi tidak memiliki antigen. Tujuan penentuan golongan darah

    ini salah satunya adalah untuk kepentingan transfusi. (Oktari & Silvia, 2016)

  • 30

    Sistem golongan darah ABO pertama kali ditemukan pada tahun 1900 oleh

    ilmuan yang berasal dari Australia yag bernam Karl Landsteiner, beliau

    menemukan 3 jenis golongan darah yaitu golongan darah A, golongan darah B,

    dan golongan darah O. Dua tahun kemuadian DesCesterllo dan Sturli menemukan

    golongan darah baru yaitu golongan darah AB (Hosoi, 2008)

    2.4 Golongan Darah ABO

    Golongan darah ABO ditentukan berdasarkan jenis antibodi ataupun antigen

    yang terkandung didalam darah, individu dengan golongan darah A memiliki sel

    darah merah di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap

    antigen B didalam serum darahnya. Individu dengan golongan darah B memiliki

    antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antigen A

    dalam serum darahnya. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah

    merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap

    antigen A maupun B. sehingga, seseorang yang memiliki golongan darah AB

    dapat menerima donor dari golongan darah A-B-O akan tetapi tidak dapat

    memberikan donor kepada golongan darah lainya kecuali sesame golongan

    darah AB. Sedangkan pada individu dengan golongan darah O sel darah

    merahnya tidak memiliki antigen akan tetapi, memiliki antibodi terhadap antigen

    A dan B. Sehingga, seseorang dengan golongan darah O dapat mendonorkan

    darahnya kepada golongan darah A dan B akan tetapi tidak dapat menerima dari

    golongan darah lainnya kecuali sesame golongan darah O. (Alrasyid, 2010)

  • 31

    2.5 Hubungan Patogenesis Malaria Dengan Golongan Darah Sistem ABO

    Hipotesis hubungan patogenesis malaria terhadap golongan darah ABO

    berkaitan dengan proses rosseting melalui antigen A dan antigen B pada

    permukaan eritrosit. Beberapa review seperti Cserti, dkk. (2007) dan Rowe, dkk.

    (2009) menjelaskan bahwa peran antigen A dan B pada eritrosit yang terinfeksi

    adalah sebagai reseptor pada proses rosset antara eritrosit terinfeksi dengan

    eritrosit yang tidak terinfeksi. Proses rosset, sitoadhesi dan sekuestrasi

    menyebabkan autoaglutinasi, obstruksi mikrovaskuler, gangguan metabolik,

    iskemik dan kerusakan organ (Gambar 12).

    Sumber : (Cserti dan Dzik, 2019)

    Gambar 12. Hipotesis model pengaruh antigen A dan B pada proses sitoadhesi dan rosset

    (kiri dan tengah). Lewis antigen A dan B dalam serum dapat mengahambat sitoadhesi

    (kanan).

    Penelitian lain yang dilakukan oleh Wolofsky K, dkk. (2012) menyimpulkan

    bahwa proses fagositosis makrofag pada eritrosit yang terinfeksi Plasmodium

    falciparum lebih mudah terjadi pada golongan darah O dibandingkan golongan

  • 32

    darah non O. Dengan demikian pembersihan terhadap eritrosit yang terinfeksi

    Plasmodium falciparum menjadi lebih baik dan akan mengurangi resiko

    terjadinya manifestasi klinis malaria berat yang terjadi. (Walofsky, 2009)

  • 33

    2.6 Kerangka teori

    Berdasarkan tinjuan pustaka yang telah disusun, kerangka teori:

    - +

    Plasmodium sp

    Eritrosit terinfeksi

    Patogenesis

    Sithoaderensi, Sekuestrasi, dan Rosetting Golongan darah O

    Peningkatan aviditas fagositosit

    Fagositosis eritrost terinfeksi

    meningkat

    Golongan darah non O

    Meningkatkan adhesi

    Pembentukan roset yang lebih

    banyak

    Derajat parasitemia

  • 34

    2.7 Kerangka Konsep

    2.8 Hipotesis

    Terdapat hubungan deajat parasitemia dengan golongan darah ABO pada

    penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran

    Provinsi Lampung

    Variabel

    Independen

    Variabel

    Dependen

    Golongan Darah Derajat Parasitemia

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian Analitik Obervasional metode

    penelitian yang digunakan adalah dengan metode Cross sectional, pada penelitian

    ini, dilakukan analisis terhadap hubungan antar variable dengan pengumpulan

    data dalam satu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan

    satu kali pengamatan selama penelitian. Desain ini digunakan karena mudah di

    laksanakan, sederhana, menghemat waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan

    cepat.

    3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

    3.2.1 Tempat Penelitian

    Pengambilan data dan pemeriksaan golongan darah dilakukan di rumah pasien

    3.2.2 Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di bulan Januari 2020.

    3.3 Subyek Penelitian

    3.3.1 Populasi Penelitian

    Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita malaria yang berada di

    wilayah kerja Puskesmas Hanura, Kabupaten Pesawaran.

  • 36

    3.3.2 Sampel Penelitian

    Penentuan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus kategorik

    komparatif 2 variabel tidak berpasangan. (Notoatmodjo, 2010)

    n1=( Z α √2PQ + Zβ √ P1Q1 + P2Q2)2

    (P1 - P2 ) 2

    Keterangan:

    n1 : Besar sampel sebagai kasus

    n2 : Besar sampel sebagai kontrol

    Z α : 1,96 (Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%)

    Z β : 0,84 (Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%)

    P1 : Proporsi pada kelompok penderita malaria falciparum di

    Puskesmas Hanura (0,69)

    P2 : Prorporsi pada kelompok golongan darah ABO (0,5)

    P : Proporsi total =

    Q1 : 1-P1 (0,31)

    Q2 : 1-P2 (0,5)

    Q : 1- P

    P1-P2 : 0.19

    n = ( Z α √2PQ + Zβ √ P1Q1 + P2Q2)2

    (P1 - P2 ) 2

    n = (1,96√(2x0,095x0,905)+0,84√(0,69x0,31)+(0,5x0,5))2

    (0,19)2

    n = (1,96√(0,17195)+0,84√(0,4639))2

    (0,19)2

    n1 = (0,8114+ 0,5712)2

    (0,0361)

    n = 53

  • 37

    Dari hasil perhitungan menggunakan rumus, didapatkan besar subjek minimal

    pada penelitian ini sebesar 53 sampel. Peneliti menambahkan jumlah sampel

    sebanyak 10 % dengan total 58 sampel.

    3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

    Metode yang digunakan untuk menentukan populasi terjangkau dalam penelitian

    ini adalah Consecutive sampling, yaitu memilih sampel yang memenuhi kriteria

    sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi.

    3.3.4 Kriteria Penelitian

    3.3.4.1 Kriteria Inklusi

    Sampel yang diteliti merupakan penderita malaria yang memenuhi kriteria

    inklusi dan tidak termasuk dalam kelompok eksklusi. Adapun kriteria inklusi

    pada penelitian ini ialah:

    1. Penderita malaria yang terdiagnosis malaria

    2. Penderita malaria yang datang berobat ke wilayah kerja Puskesmas Hanura

    3. Pasien yang bersedia mengikuti penelitian.

    3.3.4.2 Kriteria Eksklusi

    Pada penelitian ini ditetapkan kriteria ekslusi, antara lain:

    1. Pasien yang masih bayi atau balita

  • 38

    3.4 Identifikasi Variabel Penelitian

    3.4.1 Variabel Terikat

    Dalam penelitian ini penulis menentukan variabel terikat adalah golongan darah

    3.4.2 Variabel Bebas

    Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah derajat parasitemia

  • 39

    3.5 Definisi Operasional

    Definisi operasional pada penelitian ini yaitu:

    Tabel 2. Definisi Operasional

    No. Variabel Definisi

    Operasional

    Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    1 Derajat Parasitemia

    Jumlah atau

    kepadatan

    parasit di

    dalam darah

    Melihat

    data rekam

    medik

    Rekam

    medik

    Ringan: (+) dan (++)

    Sedang: (+++)

    Berat: (++++)

    Ordina

    l

    2 Golongan

    Darah ABO Pembagian

    golongan

    darah

    berdasarkan

    sistem ABO

    (A, B, AB

    dan O) yang

    dibagi

    menjadi 2

    kelompok

    yaitu O dan

    Non O (A, B,

    dan AB).

    Pemeriksaa

    n golongan

    darah

    dengan

    menggunak

    an metode

    slide

    Kertas

    golongan

    darah

    dengan

    reagen anti

    A, B, AB

    1. Golongan darah A

    Aglutinasi pada anti

    A dan AB

    2. Golongan darah B

    Aglutinasi pada

    anti B dan AB

    3. Golongan darah

    AB

    Aglutinasi pada

    anti A, B, dan

    AB

    4. Golongan Darah O

    Tidak ada

    aglutinasi

    Nomin

    al

    3 Jenis

    Malaria Penggolanga

    n malaria

    berdasarkan

    jenis

    plasmodium

    yang

    menginveksi.

    Melihat

    data rekam

    medik

    Rekam

    medik

    1. Malaria

    falciparum

    2. Malaria

    vivax

    Nomin

    al

    3.6 Alat dan Bahan Penelitian

    1. Kartu golongan darah Biotest

    2. Blood Lancet

    3. Reagen Antigen – A

    4. Reagen Antigen – B

  • 40

    5. Reagen Antigen – AB

    6. Reagen Antigen rhesus

    7. Batang Pengaduk

    8. Alat Tulis

    3.7 Prosedur Penelitian

    1. Teteskan 1 tetes anti-A pada kolom pertama kartu golongan darah.

    2. Teteskan 1 tetes anti-B pada kolom kedua kartu golongan darah.

    3. Teteskan 1 tetes anti-AB pada kolom ketiga kartu golongan darah.

    4. Teteskan 1 tetes anti rhesus pada kolom keempat kartu golongan darah

    5. Tambahkan pada masing-masing tetesan reagen 1 tetes sel darah merah yang

    akan diperiksa.

    6. Lakukan pencampuran reagen dan sel darah merah menggunakan batang

    pengaduk.

    7. Baca dan interpretasi hasil serta lakukan pencatatan hasil reaksi

    3.8 Interpretasi Hasil

    Hasil positif: bila terjadi aglutinasi kuat

    Hasil negatif: bila tidak terjadi aglutinasi pada akhir menit kedua

    3.9 Pengolahan Data

    Data yang diperoleh dimasukkan dalam bentuk tabel dan diolah menggunakan

    program software uji statistik. Proses pengolahan data adalah sebagai berikut:

    1. Editing Data

  • 41

    Prosedur pemeriksaan data, memeriksa apakah data sudah sesuai dengan

    kriteria inklusi dan eksklusi.

    2. Koding

    Prosedur pengkodean pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam

    melakukan analisa data.

    3. Entry data

    Proses entry dilakukan dengan memasukkan data ke dalam software untuk

    memulai proses analisis data.

    4. Verifikasi

    melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukan

    ke komputer

    5. Output

    Pada tahap ini ditampilkan hasil yang telah dianalisa program software.

    3.10 Analisis Data

    1. Analisa univariat

    Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

    masing-masing variabel, baik variabel bebas (golongan darah), variabel terikat

    (derajat parasitemia) maupun deskripsi karakteristik responden

    2. Analisa Bivariat

    Analisis ini dilakukan untuk menguji hubungan antara masing-masing variabel

    meliputi variabel bebas dengan variabel terikat. Skala data penelitian yaitu

    skala ordinal dengan nominal maka uji statistiknya Chi-Square. Syarat Uji Chi

  • 42

    Square adalah tidak ada sel yang nilai observed nol dan sel yang expected (E)

    kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel.

  • 43

    Alur Penelitian

    Penelitian yang dilakukan melalui tahapan secara berurutan pada Gambar 11

    Gambar 11 . Alur Penelitian

    Mengurus surat perizinan untuk melakukan penelitian dari lembaga

    Kesbangpol Pesawaran, Dinas Kesehatan Kabupaten

    Pesawaran, dan Puskesmas Hanura

    Melakukan pengumpulan data berupa rekam medik pasien malaria

    falciparum di Puskesmas Hanura

    Pengumpulan data dari pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan

    eksklusi untuk pemeriksaan golongan darah

    Pasien menyetujui lembar inform concent

    Pengelolaan data

    Analisis data

    Mengurus surat tugas untuk melakukan penelitian yang dikeluarkan

    oleh Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

    Pemeriksaan gologan darah di tempat

  • 44

    3.11 Etika Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data primer dari responden berupa

    golongan darah pasien penderita malaria dengan terlebih dahulu menyetujui

    lembar Informed consent. Penelitian ini telah mendapat persetujuan etik dari

    Komisi etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

    dengan No. 4007/UN26.18/PP.05.02.00/2019

  • BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

    1. Diketahui bahwa dari 68 responden malaria terdapat 39 (57,4%) memiliki

    golongan darah non O dan sebanyak 29 (42,6%) memiliki golongan darah O.

    Terdapat 34 (50,0%) responden penderita malaria falciparum dan 34 (50,0%)

    responden penderita malaria vivax.s. Pada derajat parasitemia terdapat 39

    (57,4%) responden memiliki derajat parasitemia berat dan 29 (42,6%) memiliki

    derajat parasitemia ringan.

    2. Terdapat hubungan golongan darah dengan derajat parasitemia pada penderita

    malaria di wilayah kerja Puskesmas Hanura Kabupaten Pesawaran

    5.2 Saran

    Berdasarkan pada kesimpulan yang telah diuraikan oleh penulis diatas, saran yang

    mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukkan adalah sebagai berikut :

    1. Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat mengisi data pasien dengan lengkap

    untuk memudahkan pencarian informasi mengenai pasien

  • 55

    2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian transfusi pada golongan darah

    non O khususnya pada infeksi falciparum dengan derajat parasitemia yang berat

    karena dapat mempercepat proses rosset.

    3. Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terkait dengan

    dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan terbaru dan terkhusus pada

    penderita malaria falciparum.

    4. Bagi masyarakat agar apat menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan

    anti nyamuk dan penggunaan kelambu terutama masyarakat dengan golongan

    darah non O.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arsin A. (2012) MALARIA. Makassar: MASAGENA PRESS.

    Autino B, Corbett Y, Castelli, F, dan Taramelli, D.. (2012) “Pathogenesis of malaria in

    tissues and blood,” Mediterranean Journal of Hematology and Infectious

    Diseases, 4(1). doi: 10.4084/MJHID.2012.061.

    Bustam, Ruslan, dan Erniwati. 2012. Karakteristik tempat perkembangan larva

    Anopheles di desa Bulubete Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi Provinsi

    Sulawesi Tengah. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

    Hasanudin

    Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Plasmodium blood stage parasites.

    Diunduh dari: http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/PDF_Files

    Centers for Disease Control and Prevention. 2016. Laboratory diagnosis of malaria

    Plasmodium falciparum. Diunduh dari: https://www.cdc.gov/

    dpdx/diagnosticprocedures/blood/index.html

    Centers for Disease Control and Prevention. 2017. Malaria. DPDx-Laboratory

    Identification of Parasit Diseases of Public Health Concern. Available at:

    https://www.cdc.gov/dpdx/malaria/index.html. Diakses pada tanggal 13 Juli 2019.

    Data Puskesmas Hanura. 2019. Data kasus malaria di Puskesmas Hanura Kabupaten

    Pesawaran.

    Deepa, Alwar VA, Rameshkumar K, Ross C. ABO blood groups and malaria related

    clinical outcome. J Vector Borne Dis. 2011; 48:7-11

    Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran (2017) Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran

    Tahun 2016, Profil Kesehatan jawa timur. Gedong Tataan, Pesawaran. doi:

    10.1016/j.ajog.2006.12.019.

    Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2016. Profil kesehatan Provinsi Lampung tahun

    2015. Lampung.

    http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/PDF_Files

  • 57

    Fowkes FJL, et al . Host erythrocyte polymorphisms and exposure to Plasmodium

    falciparum in Papua New Guinea. Malar J. 2008;7:1475-2875.

    Fitriany J dan Sabiq A. 2018. Malaria. Jurnal Averrous: 4(2) 1-20

    Gayathri B.N, Harendra Kumar M.L, Gomathi.N, JeevanShetty, Reethesh R. P. 2013.

    Relationship between ABO blood groups and malaria with clinical outcome in

    rural area of South India. Gjmedph : 2(1) 1-7

    Hakim L. 2011. Malaria : Epidemiologi dan diagnosis. Aspirator: 3(2) 107-116

    Harijanto PN. 2014. Malaria. Dalam: Sudoyo AW, Setiati S, Alwi I, Simadibrata M,

    Setiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi ke VI.

    Jakarta: InternaPublishing.

    Hosoi E, Rath G, Mitra R, Mishra N, 2014. Blood groups systems. Indian Journal of

    Anaesthesia, 55(5), p.524. Available at:

    http://www.ijaweb.org/text.asp?2014/58/5/524/144645

    Husna M dan Prasetyo BH. 2016. Aspek biomolekuler dan update terapi malaria

    serebral. MNJ: 2(2) 79-88

    Irawati L, Acang N, Irawati N. 2008. Ekpresi necrosis factor-alfa (TNF-) dan inter

    leukin (IL-10) pada infeksi malaria. Jurnalmka: 1(32) 16-18

    Irawati N, Kurniawan B, Suwandi JF, Hasmiwati, Tjong DH, Kanedi M. 2017.

    Determination of the falciparum malaria resistance to artemisinin-based

    combination therapies in Pesawaran, Lampung, Indonesia. Asian Journal of

    Epidemiology. 10(1) : 19-25

    Irianto K. 2009. Parasitologi: berbagai penyakit yang mempengaruhi kesehatan

    manusia. Bandung: Yrama Widya

    Kemenkes RI . 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia Buletin Jendela Data dan

    Informasi Kesehatan, 1, hal. 1–16. doi: 2088-270X.

    Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang

    http://www.ijaweb.org/text.asp?2014/58/5/524/144645

  • 58

    Kemenkes RI

    Kemenkes RI. 2017. Pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria. Jakarta: Direktorat

    Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementrian

    Kesehatan RI.

    Kurniawan B, Nurmaulina W, Fakhruddin H. 2018. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan

    Perilaku Penderita Malaria Falciparum Dengan Derajat Infeksi di wilayah kerja

    Puskesmas Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Provinsi

    Lampung. Majority, 7(3): 34-40

    Litbang Kemkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 Laporan Nasional

    2013.

    Mawuntu, AHP. 2018. Malaria serebral. Jurnal sinaps: 1(3): 1-21

    Nadia, B. & Handayani, D. & Rismiati, R., 2010. Hidup Sehat Berdasarkan Golongan

    Darah. Jakarta: Dukom Publisher.

    Natadisastra D. dan Agoes R 2009. Parasitolgi Kedokteran ditinjau dari organ tubuh

    yang diserang. EGC. Jakarta

    Notoadmodjo, S. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

    Oktari A dan Silvia ND. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode

    Slide dengan reagen serum golongan darah A, B, O. Teknolabjournal : 5(2): 49-54

    Panda AK, Panda SK, Sahu AN, Tripathy R, Ravindran B, Das BK. Association of

    ABO blood group with severe falciparum malaria in adults: Case control studyand

    meta-analysis. Malar J. 2011; 10:309.

    Pekey, Andreas. 2017. Hubungan Golongan Darah ABO Dengan Berat Ringannya

    Malaria Pada Pasien Yang Berobat di RSUD DOK II Jayapura Papua. Tesis.

    Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    Putra AK, Bakri S, Kurniawan B. 2015. Peranan Ekosistem Hutan Mangrove Pada

    Imunitas Terhadap Malaria: Studi di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

    Lampung Timur. Jurnal Sylva Lestari, 3(2): 67-78

  • 59

    Safar R. 2010. Parasitologi kedokteran: protozologi, entomologi, dan helmintologi.

    Bandung: Yrama Widya. hlm. 93

    Sahat O, Dewi RM, Yuliawaty R, Sihite BA, Ekowatiningsih R, Siswantoro H, et al.,

    2015. Penemuan baru Plasmodium knowlesi pada manusia di Kalimantan Tengah.

    Buletin Penelitian Kesehatan. 43(2):63–76

    Soedarto. 2011. Malaria. Jakarta: Sagung Seto.

    Tadesse H, Tadesse K. Assessing the association of severe malaria infection and ABO

    blood groups in northwestern Ethiopia. J Vector Borne Dis. 2013;50:292-6.

    Tekeste Z, Petros B. The ABO blood group and Plasmodium falciparummalaria in

    Awash, Metehara and Ziway areas, Ethiopia. Malar J. 2010; 9:280.

    Walofsky KT, Ayi K, Branch DR, Hult AK, Olsson ML, Liles WC, et al. ABO blood

    group influence macrophage-mediated phogocytosis of plasmodium falcifarum-

    infected erythrocytes. PLOS pathog. 2012;8 (10):e1002942.

    Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta: EGC.

    World Health Organization. 2018. World Malaria Report 2018.

    World Health Organization. 2019. Malaria.

    Widoyono. 2011. Penyakit tropis. Edisi II. Jakarta: Penerbit Erlangga.

    Zerihun T, Degarege A, Erko B. Association of ABO blood group and plasmodium

    falciparum malaria in dore bafeno area, Southern Ethiopia. Asian Pac J Trop

    Biomed. 2011;1:289-94.

    Zhang X, Yang M, Zhao H, Hu J, Li L. 2017 Relationship between Malria and ABO

    Blood Type in East China. Hindawi Biomed Research International. Vol 2017

    persetujuan.pdf (p.1)pentgesahan.pdf (p.2)pernyataan.pdf (p.3)