Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    1/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    Bab 1. Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    1.1 Konsumsi Rokok

    1.1.1 Konsumsi Rokok. Secara nasional, konsumsi rokok di Indonesia pada tahun

    2002 berjumlah 182 milyar batang yang merupakan urutan ke-5 diantara 10negara di dunia dengan konsumsi tertinggi pada tahun yang sama.

    Tabel 1.1.Daftar 10 negara di dunia dengan konsumsi rokok tertinggi tahun 2002

    1

    No. Negara2002

    (milyar batang)

    1 Republik Rakyat Cina 1.697,291

    2 Amerika Serikat 463,504

    3 Rusia 375,000

    4 Jepang 299,085

    5 Indonesia 181,958

    6 Jerman 148,400

    7 Turki 116,000

    8 Brasilia 108,200

    9 Italia 102,357

    10 Spanyol 94,309

    1.1.2 Tren Konsumsi Rokok. Secara aggregat, konsumsi rokok di Indonesia meningkat

    7 kali lipat selama periode 1970-2000 dari 33 milyar batang pada tahun 1970

    menjadi 217 milyar batang pada tahun 2000. Kenaikan konsumsi rokok yang paling tinggi (159%) terjadi antara tahun 1970 dan 1980, yaitu dari 33 milyar

    batang menjadi 84 milyar batang, bersamaan dengan mekanisasi industri rokok

    kretek pada tahun 1974.

    Gambar 1.1Konsumsi rokok Indonesia (dalam milyar batang) 1960-2002

    2

    217 (2000)

    141(1990)

    84 (1980)

    33 (1970)

    0

    50

    10 0

    15 0

    20 0

    25 0

    19

    60

    19

    62

    19

    64

    19

    66

    19

    68

    1970

    1972

    1974

    1976

    1978

    19

    80

    19

    82

    19

    84

    19

    86

    19

    88

    19

    90

    1992

    1994

    1996

    1998

    2000

    2002

    Consumption(billion/year

    214 (200

    1Data USDA mengenai konsumsi untuk Indonesia berdasarkan laporan produksi dari pemesanan pitacukai rokok, termasuk impor tapi tidak termasuk ekspor.http://www.fas.usda.gov/psd/complete_files/TOB-1222000.csv

    21960-1999 dari USDA dalam de Beyer dan Yurekli 2000-2002 dari USDA report 2002

    www.fas.usda.gov/scriptsg/gain_display_report.exe?

    1

    http://www.fas.usda.gov/psd/complete_files/TOB-1222000.csvhttp://www.fas.usda.gov/scriptsg/gain_display_report.exe?http://www.fas.usda.gov/scriptsg/gain_display_report.exe?http://www.fas.usda.gov/psd/complete_files/TOB-1222000.csv
  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    2/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    Konsumsi meningkat terus, yaitu sebesar 67% pada kurun waktu 1980-1990; dan 54%

    selama periode 1990-2000. Pada tahun 2001, konsumsi menurun sampai 199 milyarbatang berdasarkan data USDA 1960-2002 (Gb 1.1). Data Direktorat Jenderal Bea dan

    Cukai tahun 2001 menunjukkan jumlah produksi hasil olahan tembakau sebesar 231,6

    milyar batang dimana 98%nya (226 milyar) adalah rokok putih dan rokok kretek buatan

    mesin dan tangan (Lihat Bab 4 Tabel 4.1). Apabila didasarkan pada perhitungan datarumah tangga (prevalensi merokok), konsumsi pada tahun 2001 adalah 214,3 milyar

    batang, yang berarti suatu jumlah yang lebih rendah. Adanya ketidak sesuaian data

    konsumsi rumah tangga dan data produksi mengindikasikan pentingnya pengumpulandata rumah tangga secara teratur untuk mengukur jumlah konsumsi yang sebenarnya.

    1.2 Prevalensi Merokok

    1.2.1 Prevalensi Merokok diantara Orang Dewasa. Pada tahun 2001 besarnya

    prevalensi merokokpenduduk usia 15 tahun ke atasadalah 31,5 %, lebih tinggidibandingkan tahun 1995 yang besarnya 26,9% (Tabel 1.2). Prevalensi ini

    berbeda menurut jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, kelompok umur, tingkatpendapatan dan tingkat pendidikan.

    1.2.2 Prevalensi Menurut Jenis Kelamin. Prevalensi merokok dewasa (umur 15 tahun

    ke atas) pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi pada

    perempuan. Pada tahun 2001, prevalensi pada laki-laki sebesar 62,2% dan perempuan sebesar 1,3%. Prevalensi merokok laki-laki dewasa meningkat dari

    53,4% tahun 1995 menjadi 62,2% pada tahun 2001. Prevalensi merokok

    perempuan menurun dari 1,7% tahun 1995 menjadi 1,3% tahun 2001. (Tabel 1.2).

    1.2.3 Prevalensi Merokok Menurut Wilayah (Perkotaan-Pedesaan).Penduduk yangtinggal di pedesaan mempunyai prevalensi merokok yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan. Prevalensi merokok di pedesaan

    adalah sebesar 34,0% dan di perkotaan sebesar 28,2%. Prevalensi merokok laki-laki umur 15 tahun ke atas yang tinggal di desa adalah sebesar 67,0 % dan yang

    tinggal di kota 56,1 %, sedangkan prevalensi merokok wanita umur 15 tahun

    keatas di desa 1,5 % dan di kota 1,1 % (Tabel 1.2)

    Tabel 1.2.Prevalensi merokok penduduk umur 15 tahun keatas

    menurut kelompok wilayah dan jenis kelamin 1995 dan 20013

    1995

    2001Wilayah

    Laki-laki PerempuanLaki-laki &Perempuan

    Laki-laki PerempuanLaki-laki &Perempuan

    Desa 58,3 2,0 29,5 67,0 1,5 34,0Kota 45,1 1,2 22,6 56,1 1,1 28,2

    Desa dan Kota 53,4 1,7 26,9 62,2 1,3 31,5

    3Diolah dari data Susenas 1995 dan 2001.Berdasarkan definisi WHO tentang prevalensi perokok sekaranguntuk dewasa (usia 15 tahun dan lebih). Definisi WHO untuk perokok sekarang adalah mereka yangmerokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya dan masih merokok pada saatsurvey dilakukan. Lihat Tobacco Control in Developing Countries, Appendix 1;http://www1.worldbank.org/tobacco/tcdc/465TO476.PDF Aceh dan Maluku tidak diikut sertakan dalamsurvei tahun 2001 karena alasan keamanan.

    2

    http://www1.worldbank.org/tobacco/tcdc/465TO476.PDFhttp://www1.worldbank.org/tobacco/tcdc/465TO476.PDF
  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    3/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    Tabel 1.3.Prevalensi merokok penduduk umur 15 tahun keatasmenurut propinsi dan jenis kelamin, 1995 dan 2001

    4

    1995 2001Provinsi

    Laki-laki Perempuan

    Laki-laki &

    Perempuan Laki-laki Perempuan

    Laki-laki &

    Perempuan

    DI Aceh 52,8% 2,2% 26,9% -- -- --

    Sumut 59,8% 2,5% 28,7% 59,7% 1,7% 30,3%

    Sumbar 54,2% 1,5% 27,6% 67,1% 2,5% 33,3%

    Riau 58,6% 3,7% 31,0% 63,3% 2,1% 33,4%

    Jambi 57,2% 1,7% 29,2% 57,4% 1,5% 30,1%

    Sumsel 61,3% 1,7% 31,6% 64,8% 1,7% 33,7%

    Bengkulu 61,1% 2,4% 32,3% 66,7% 0,6% 34,8%

    Lampung 42,6% 1,8% 22,1% 67,4% 1,6% 35,9%

    Bangka Belitung -- -- -- 58,5% 1,3% 30,3%

    DKI-Jakarta 58,3% 1,8% 29,8% 54,5% 1,5% 27,7%

    Jabar 52,4% 1,3% 26,1% 68,0% 1,7% 35,0%

    Jateng 47,2% 0,5% 23,5% 61,5% 1,0% 30,8%

    DI Yogya 55,7% 1,3% 27,2% 53,7% 0,2% 26,3%

    Jatim 33,1% 0,9% 16,9% 62,4% 0,8% 30,7%

    Banten -- -- -- 66,3% 0,8% 33,6%

    Bali 61,8% 0,5% 29,2% 45,7% 1,3% 23,3%

    NTB 45,7% 1,0% 18,8% 62,6% 0,4% 29,9%

    NTT 39,8% 0,9% 20,1% 56,6% 0,5% 27,6%

    Timtim 53,9% 6,0% 30,2% -- -- --

    Kalbar 54,7% 2,4% 28,7% 58,6% 2,9% 31,4%

    Kalteng 46,3% 2,3% 23,6% 60,2% 1,0% 31,8%

    Kalsel 42,1% 1,9% 22,5% 51,8% 1,2% 26,6%

    Kaltim 50,6% 0,9% 25,6% 55,3% 2,6% 29,2%

    Sulut 49,3% 3,3% 26,2% 61,2% 1,9% 31,7%

    Sulteng 48,7% 2,2% 23,7% 64,6% 3,0% 34,3%

    Sulsel 51,1% 2,4% 26,1% 58,5% 1,2% 27,9%

    Sultra 40,9% 1,0% 21,1% 58,7% 1,7% 29,9%

    Gorontalo -- -- -- 69,0% 0,9% 35,2%

    Maluku 69,0% 4,3% 23,1% -- -- --

    Irja 55,0% 0,6% 27,3% 54,6% 3,7% 29,7%

    Semua propinsi 53,4% 1,7% 26,9% 62,2% 1,3% 31,5%

    4 Diolah dari data Susenas 1995 dan 2001. Aceh dan Maluku tidak diikut sertakan dalam survei tahun 2001 karena

    alasan keamanan.Berdasarkan definisi WHO tentang prevalensi perokok sekarang untuk dewasa (usia 15 tahun danlebih). Definisi WHO untuk perokok sekarang adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6bulan selama hidupnya dan masih merokok pada saat survey dilakukan. Lihat Tobacco Control in DevelopingCountries, Appendix 1; http://www1.worldbank.org/tobacco/tcdc/465TO476.PDF Aceh dan Maluku tidak diikut sertakandalam survei tahun 2001 karena alasan keamanan.

    3

    http://www1.worldbank.org/tobacco/tcdc/465TO476.PDFhttp://www1.worldbank.org/tobacco/tcdc/465TO476.PDF
  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    4/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    1.2.4. Prevalensi Merokok Menurut Provinsi. Di tingkat propinsi, angka tertinggilaki-laki yang merokok adalah di Gorontalo (69%) dibandingkan dengan Bali

    (45,7%) (Tabel 1.3). Peningkatan rata-rata prevalensi merokok yang tertinggi

    terjadi di Jawa Timur dan Lampung dengan peningkatan yang melampaui 60%

    antara tahun 1995 dan 2001 (Gambar 1.2). Prevalensi merokok wanita meningkatmenjadi lebih dari dua kali lipat antara tahun 1995 dan 2001 di Papua, Kalimantan

    Timur, Jawa Tengah dan Bali, meskipun secara menyeluruh prevalensinya masih

    tetap sangat rendah

    Gambar 1.2.Persentase perubahan rata-rata prevalensi merokok menurut propinsi, 1995-2001

    -40%

    -20%

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    Jawa

    Tim

    ur

    Lampu

    ng

    Nusa

    Ten

    ggaraBa

    rat

    Sula

    wesiTe

    ngah

    Sula

    wesiTe

    ngga

    ra

    Nusa

    Ten

    ggaraTi

    mur

    Kalim

    anta

    nTe

    ngah

    Jawa

    Barat

    Jawa

    Ten

    gah

    Sula

    wesiUt

    ara

    SumateraBa

    rat

    Kalim

    anta

    nSelata

    n

    Kalim

    anta

    nTi

    mur

    Kalim

    anta

    nBa

    rat

    Riau

    Bengku

    lu

    Sula

    wesiSelata

    n

    SumateraSelata

    n

    SumateraUt

    ara

    Jambi

    DIYog

    ya

    DKI-J

    akarta

    Bali

    1.2.5. Prevalensi Merokok Menurut Kelompok Umur. Selama tahun 1995-2001,

    terjadipeningkatan prevalensi merokok pada semua kelompok umur, kecuali pada

    laki-laki usia lebih dari 65 tahun. Peningkatan tertinggi pada tahun 2001 terjadi pada kelompok umur15-19 tahun dari 13,7% menjadi 24,2% atau naik 77%dibandingkan tahun 1995, yang diikuti dengan kelompok umur 20-24 tahun dari42,6% menjadi 60,1% (peningkatan sebesar 41% dari tahun 1995), dan kelompok

    umur 25-29 tahun dari 57,3% menjadi 69,9%, naik 22% dari prevalensinya pada

    tahun 1995. Prevalensi merokok pada usia 25-29 tahun sampai dengan 50-54tahun bahkan melebihi 70% dengan prevalensi tertinggi terdapat pada laki-laki

    umur 45-49 tahun sebesar 74,3 % pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada

    laki-laki yang besarnya lebih dari 60% pada tahun 1995 terjadi pada kelompok

    umur 30-34 tahun sampai dengan 65-69 tahun. Pada tahun 2001 terjadipergeseran kelompok umur yang memiliki prevalensi lebih dari 60% ke arah usiayang lebih dini yaitu 20-24 tahun dan 25-29 tahun (Tabel 1.4).

    4

  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    5/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    Tabel 1.4.Prevalensi merokok penduduk umur 10 tahun keatas

    menurut kelompok umur dan jenis kelamin 1995 dan 20015

    1995 2001

    KelompokUmur (Tahun)

    Laki-laki PerempuanLaki-laki &Perempuan

    Laki-laki PerempuanLaki-laki &Perempuan

    10-14 0,5 0,1 0,3 0,7 0,0 0,4

    15-19 13,7 0,3 7,1 24,2 0,2 12,7

    20-24 42,6 1,0 20,3 60,1 0,6 28,8

    25-29 57,3 1,1 27,4 69,9 0,6 33,7

    30-34 64,4 1,2 31,5 70,5 0,9 35,3

    35-39 67,3 1,7 35,6 73,5 1,3 36,6

    40-44 67,3 2,3 34,2 74,3 1,9 39,6

    45-49 68,0 3,1 35,7 74,4 2,2 41,3

    50-54 66,8 3,4 34,5 70,4 2,6 34,8

    55-59 66,1 3,3 33,9 69,9 3,0 36,3

    60-64 64,7 2,8 32,2 65,6 2,8 32,6

    65-69 64,3 3,8 34,0 64,7 2,7 32,2

    70-74 56,9 3,1 30,6 59,2 2,1 30,0

    75+ 53,3 1,9 24,8 48,5 2,1 23,5

    Gambar 1.4Prevalensi merokok menurut kelompok umur, 1995 dan 2001

    0 .0

    5 .0

    1 0 . 0

    1 5 . 0

    2 0 . 0

    2 5 . 0

    3 0 . 0

    3 5 . 0

    4 0 . 0

    4 5 . 0

    10-14

    15-19

    20-24

    25-29

    30-34

    35-39

    40-44

    45-49

    50-54

    55-59

    60-64

    65-69

    70-74

    75+

    Semua

    umur

    K a t e g o r i u m u r

    %yangmerokoksecarateratur

    1 9 9 5 2 0 0 1

    5 Diolah dari data Susenas 1995 dan 2001. Aceh dan Maluku tidak diikut sertakan dalam survei tahun 2001karena alasan keamanan.

    5

  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    6/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    Tabel 1.5Konsumsi rokok perokok 10 tahun ke atas

    menurut kelompok umur dan jenis kelamin 1995 dan 20016

    1995 2001

    Kelompokumur

    Laki-laki Wanita Rata-rata Laki-laki Wanita Rata-rata

    10-14 7,2 13,9 7,8 8,5 12,8 8,7

    15-19 7,8 10,7 7,9 8,9 6,9 8,9

    20-24 9,3 8,7 9,3 10,2 9,2 10,2

    25-29 10,2 8,3 10,2 11,3 9,4 11,2

    30-34 10,9 7,8 10,8 11,7 8,2 11,7

    35-39 11,5 8,1 11,4 11,9 8,4 11,8

    40-44 11,7 7,3 11,5 12,0 8,7 12,0

    45-49 11,5 7,4 11,3 12,1 9,7 12,0

    50-54 11,1 7,2 10,9 11,6 8,2 11,5

    55-59 11,0 7,5 10,8 11,5 8,2 11,4

    60-64 10,9 9,2 10,8 10,7 7,3 10,5

    65-69 10,5 6,6 10,2 10,3 9,4 10,3

    70-74 10,2 8,1 10,1 9,9 8,0 9,8

    75+ 9,5 6,2 9,3 9,5 6,9 9,4

    Average 10,6 7,9 10,5 11,2 8,5 11,2

    1.3. Umur Mulai Merokok

    1.3.1 Tren Umur Mulai Merokok. Rata-rata umur mulai merokok perokok usia 15

    tahun ke atas semakin bertambah muda yakni dari 18,8 tahun pada tahun 1995menjadi 18,3 tahun pada tahun 2001 (Tabel 1.6).

    Tabel 1.6Rata-rata umur mulai merokok penduduk umur 15 tahun keatas7

    Kelompok UmurPerubahan rata-rata usia

    mulai merokok(dalam tahun)

    1995

    2001

    15-19 15,2 15,4

    20-24 17,2 17,1

    25-29 18,0 17,8

    30-34 18,5 18,2

    35-39 18,8 18,5

    40-44 19,3 18,7

    45-49 19,6 19,050+ 23,7 22,5

    Rata-Rata Umur Mulai MerokokSemua Kelompok Umur

    18,8 18,3

    Diolah dari raw data Susenas 2001

    6Diolah dari data Susenas 1995 dan 2001. Aceh dan Maluku tidak diikutsertakan dalam survei tahun 2001 karenaalasan keamanan.

    7 Diolah dari data Susenas 1995 dan 2001. Aceh dan Maluku tidak diikut sertakan dalam survei tahun 2001 karenaalasan keamanan.

    6

  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    7/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    1.3.2 Umur Mulai Merokok Menurut Kelompok Umur. Pada tahun 1995, sejumlah

    64,1% perokok usia 10 tahun keatas memulai merokok sebelum umur 19 tahun.Proporsi ini meningkat menjadi 68,8% pada tahun 2001 (Gambar 1.5)

    Gambar 1.5

    Persentase perokok usia 10 tahun keatas menurut umur mulai merokok7

    Pertanyaan Survei: "Pada usia berapa mulai merokok?" tahun

    0.60

    8.96

    54.55

    25.78

    6.313.80

    0.35

    9.46

    58.93

    23.87

    4.792.60

    -

    10.0

    20.0

    30.0

    40.0

    50.0

    60.0

    70.0

    5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30+

    Usia Mulai Merokok Menurut Kelompok Umur

    %

    1995

    2001

    1.4. Global Youth Tobacco Survey (GYTS)

    1.4.1. Tujuan dan Besar Sampel. GYTS adalah suatu sistem surveillance untukmelihat peningkatan penggunaan tembakau di kalangan anak sekolah di seluruh

    dunia. Sejak tahun 1999, secara global telah dilaksanakan kegiatan tersebut pada

    anak Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di 75 lokasi dari 43 negara, yangdidukung oleh WHO dan CDC Atlanta.

    8

    8 Sampai 22 Feb 2002.Kuesioner dan contoh GYTS pada:http://www.cdc.gov/tobacco/global/GYTS/questionairre/GYTS_samplequestionnaires.htm

    7

    http://www.cdc.gov/tobacco/global/GYTS/questionairre/GYTS_samplequestionnaires.htmhttp://www.cdc.gov/tobacco/global/GYTS/questionairre/GYTS_samplequestionnaires.htm
  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    8/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    Tabel 1.7Perbandingan besarnya sampel di lokasi terpilih, GYTS 1999-2000

    9

    # SampelSekolah

    Angka kesertaan(response rate)

    (murid &sekolah)

    # SampelMurid

    % Murid13-15 tahun

    Jakarta 2000 50 91,6 % 1.490 71,8 %

    Singapura 2000 72 84,0 % 9.064 69,3 %

    Guangdong 1999 45 92,1 % 2.725 94,6 %

    Bengal Barat 2000 71 83,6 % 1.845 74,8 %

    Bihar 2000 50 70,1 % 1.958 74,9 %

    Buenos Aires, 2000 44 84,7% 2.254 74,8%

    Santiago, 2000 49 84,3% 3.150 76,6%

    Lima, 2000 48 90,0% 1.647 75,0%

    Median semua studi - 84,1% >230.000 66,2%

    (Rata-rata)

    Minimum

    1(Montserrat)

    55,2 %

    (N Mariana Islands)

    129

    (Montserrat)

    42,7 %

    (Afrika Selatan)

    Maksimum

    324

    (USA

    96,5 %

    (Tiajan China)

    16.416

    (USA)

    99,4 %

    (Tripura India)

    Secara keseluruhan, lebih dari 230.000 murid dari 3.500 sekolah menyelesaikan

    GYTS sampai dengan akhir tahun 2001. Diantara ke 75 lokasi, angka kesertaanstudi berkisar antara 55,2% dan 96,5%. Tabel 1.6 menunjukkan nilai median dari

    seluruh studi serta nilai maksimum dan minimum dan mengambil contoh

    beberapa lokasi sebagai perbandingan dengan Jakarta: Singapura Guangdong,

    Bengal Barat, Bihar, Buenos Aires, Santiago, Lima.

    1.4.2. Prevalensi Merokok di GYTS. Sebanyak 33% anak sekolah yang diikut sertakan

    dalam GYTS pernah merokok. Dibandingkan dengan rata-rata remaja di GYTS, presentase remaja yang pernah merokok di Jakarta ternyata lebih tinggi yaitu

    46,7%, walaupun masih berada di bawah negara-negara Amerika Latin lainnya:

    Buenos Aires, Santiago dan Lima yang berkisar antara 55-72%.

    1.4.3. Akses dan Jumlah Rokok per Hari di GYTS. Sebanyak 24% remaja di GYTS

    mempunyai akses terhadap rokok sejak usia di bawah 10 tahun, yang lebih tinggi

    dari Jakarta (19%); Walaupun demikian, besarnya prevalensi perokok aktif di

    GYTS Jakarta (21,8%) ternyata lebih tinggi dibandingkan prevalensi rata-rata diGYTS dunia sebesar 13,9%. Sebanyak 9,4% remaja dalam GYTS merokok lebih>

    dari 6 batang/hari; ini lebih tinggi dari Jakarta (3 %), sementara Singapura dengan

    prevalensi merokok pada GYTS sebesar 9%, mempunyai jumlah perokok yangmengisap rata-rata > 6 batang/hari sebanyak 21%, yaitu tertinggi diantara contoh

    negara-negara diatas.

    9Diterjemahkan dari The Global Youth Tobacco Survey Collaborative Group, Tobacco Use among Youth:a cross country comparison. Tobacco Control 2002; 11: 252-270. Artikel bisa didapatkan darihttp://tc.bmjjournals.com/cgi/reprint/11/3/252.pdf

    8

    http://tc.bmjjournals.com/cgi/reprint/11/3/252.pdfhttp://tc.bmjjournals.com/cgi/reprint/11/3/252.pdf
  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    9/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    Tabel 1.8Prevalensi merokok, akses rokok sebelum usia 10 tahun dan jumlah rokok per hari,

    GYTS 1999 - 2000

    Pernahmerokok

    Diantara yangpernah merokok,% yang mencoba

    rokok sebelumusia 10 tahun

    Saat inimenggunakan

    produk

    tembakauberbagai jenis

    Saat inimerokok

    Diantara perokoksaat ini,

    % yang merokok

    >6 batang /hr

    Santiago 2000 71,5 15,8 38,3 38,4 5,6

    Buenos Aires 2000 55,1 6,1 28,1 25,3 20,5

    Lima 2000 54,6 13,5 21,8 18,6 2,6

    Jakarta 2000 46,7 19,0 22,0 21,8 3,0

    Singapura 2000 21,5 22,7 9,1 9,1 21,3

    Guangdong 1999 21,6 37,7 10,3 4,5 19,4

    Bihar 2000 19,5 39,5 59,9 13,9 2,3

    Bengal Barat 2000 9,8 12,0 11,5 3,1 8,2

    Median semua studi 33,0 23,9 18,7 13,9 9,4

    Minimum

    3,4

    (N.MariannaIslands)

    6,1

    (Manipur, India)

    62,8

    (Goa,India)

    39,6

    (Goa,India)

    29,9

    (Tarapoto, Peru)

    Maksimum

    79,8

    (Tamil Nadu,India)

    87,8

    (Buenos Aires,Argentina)

    3,3

    (Nagaland,India)

    0,5

    (Coquimbo,Chile)

    1,0

    (Moscow)

    1.5. Prevalensi dan Konsumsi Rokok Menurut Kelompok Sosial Ekonomi

    1.5.1. Prevalensi Merokok Menurut Pendapatan. Secara nasional, prevalensi

    tertinggi dengan pola konsisten pada tahun 1995 dan 2001 terjadi pada kuantil 2dan kuantil 3 sebesar masing-masing 33%, kemudian menurun prevalensinya

    dengan meningkatnya pendapatan. (Tabel 1.9)

    Tabel 1.9Prevalensi merokok penduduk umur 15 tahun keatas

    menurut kelompok pendapatan, 1995 dan 200110

    1995 2001KelompokPendapatan

    (Kuantil)Laki-laki Perempuan

    Laki-laki &Perempuan

    Laki-laki PerempuanLaki-laki &Perempuan

    1 (terendah) 57,8 2,2 27,5 62,9 1,7 30,0

    2 56,5 1,8 28,7 65,4 1,2 33,0

    3 55,0 1,7 28,3 64,0 1,3 32,9

    4 51,6 1,4 26,5 61,2 1,3 31,8

    5 (tertinggi) 46,2 1,4 23,7 57,4 1,1 29,6

    Semua KelompokPendapatan 53,4 1,7 26,9 62,2 1,3 31,5

    Diolah dari raw data Susenas 2001

    10Aceh dan Maluku tidak diikut sertakan dalam survei tahun 2001 karena alasan keamanan.

    9

  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    10/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    1.5.2. Hubungan Konsumsi Rokok Penduduk dengan Tingkat Pendapatan. Rata-

    rata jumlah rokok yang dikonsumsi perokok umur 10 tahun keatas adalah 11,2batang per hari pada tahun 2001. Terlihat pola yang secara konsisten meningkat

    bersamaan dengan meningkatnya pendapatan. Dengan kata lain, ada korelasi positif antara pendapatan dan jumlah rokok yang dikonsumsi. Pada umumnya

    perempuan merokok lebih sedikit daripada laki-laki. (Tabel 1.10).

    Tabel 1.10Rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi perokok umur 10 tahun keatas

    menurut kelompok pendapatan, Indonesia 1995 dan 200111

    (dalam batang/orang/hari)

    Kelompok Pendapatan (Kuantil) 1995 2001

    Laki-laki

    PerempuanLaki-laki &Perempuan

    Laki-laki

    PerempuanLaki-laki &Perempuan

    1 (terendah) 9,7 7,1 9,6 10,2 7,5 10,1

    2 10,4 7,4 10,3 10,9 8,1 10,8

    3 10,6 7,9 10,5 11,2 8,1 11,14 11,0 7,9 10,9 11,6 9,4 11,5

    5 (tertinggi) 11,7 10,2 11,6 12,3 12,3 12,3

    Semua Kelompok Pendapatan 10,6 7,9 10,5 11,2 8,5 11,2

    Diolah dari raw data Susenas 2001

    1.5.3. Prevalensi Merokok Menurut Pendidikan. Pada tahun 2001, prevalensi

    merokok tertinggi penduduk terjadi pada kelompok tamat SD dan tamat SMA

    masing-masing sebesar 33,3% dan 33,5%. Kondisi ini berbeda dengan tahun 1995dimana prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok tidak sekolah/tidak tamat SD

    (29,3%) dan tamat SD (27,3%) (Tabel 1.11).

    Bila dibedakan menurut jenis kelamin, maka prevalensi merokok laki-laki yang

    tidak sekolah/tidak tamat SD tahun 2001 adalah yang tertinggi yaitu 73,0% yang

    berangsur menurun dengan meningkatnya pendidikan yaitu tamat SD 65,1%,

    tamat SLTP 51,8 %, tamat SLTA 57,7 % dan Perguruan Tinggi 44,2 %. Padamasing-masing jenis kelamin, prevalensi merokok yang berpendidikan lebih

    tinggi cenderung lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan.

    11Aceh dan Maluku tidak diikut sertakan dalam survei tahun 2001 karena alasan keamanan.

    10

  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    11/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    Tabel 1.11Prevalensi merokok penduduk umur 15 tahun keatas

    menurut tingkat pendidikan, 1995 dan 200112

    1995 2001Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki &

    PerempuanLaki-laki Perempuan Laki-laki &

    Perempuan

    Tidak sekolah/tidak tamatSD

    67,3 2,8 29,3 73,0 2,4 31,1

    Tamat SD 52,8 1,0 27,3 65,1 0,9 33,3

    Tamat SLTP 38,6 0,8 21,3 51,8 0,6 27,8

    Tamat SLTA 44,7 0,8 26,1 57,7 0,8 33,5

    Akademi/Universitas 37,1 0,6 23,0 44,2 0,3 25,2

    Semua Penduduk 53,4 1,7 27,0 62,2 1,3 31,5

    Diolah dari raw data Susenas 2001

    Gambar 1.6Prevalensi merokok dewasa laki-laki menurut tingkat pendidikan, 1995 dan 2001

    13

    67.3

    37.1

    73

    44.2

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Pria Pria

    Tidak sekolah SD SLTP SLTA Univ

    1995 2001

    1.5.4. Jumlah Konsumsi Rokok Menurut Tingkat Pendidikan. Pada tahun 2001, jumlah rokok yang dikonsumsi perokok yang tidak sekolah/tidak tamat SD 11,0

    batang/hari dan pada kelompok perokok dengan pendidikan SLTA ke atas 11,5

    batang/hari. Rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi meningkat bersamaandengan semakin tingginya tingkat pendidikan yang ditamatkan. (Tabel 1.12)

    11

    12Aceh dan Maluku tidak diikut sertakan dalam survei tahun 2001 karena alasan keamanan.13

    Processed from National Socio-Economic Survey 1995 and 2001. Aceh and Maluku not included in 2001

  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    12/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    Tabel 1.12Rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi perokok umur 10 tahun keatas

    menurut tingkat pendidikan, Indonesia tahun 1995 dan 2001 (dalam batang/hari)14

    1995 2001

    Tingkat Pendidikan Laki-laki

    Perempuan Laki-laki &Perempuan

    Laki-laki

    Perempuan Laki-laki &Perempuan

    Tidak sekolah/ tidak tamat SD 10,8 7,7 10,6 11,1 8,2 11,0

    Tamat SD 10,3 7,9 10,3 11,1 8,7 11,1

    Tamat SLTP 10,8 8,9 10,7 11,2 8,2 11,2

    Tamat SLTA 10,8 8,6 10,7 11,6 9,9 11,5

    Akademi/Universitas 11,2 10,4 11,1 11,6 12,6 11,6

    Semua 10,6 7,9 10,5 11,2 8,5 11,2

    Diolah dari raw data Susenas 2001

    1.6.Paparan Asap Rokok (Perokok Pasif)

    1.6.1. Prevalensi rumah tangga yang merokok adalah proporsi rumah tanggayang mempunyai pengeluaran untuk tembakau di dalam pengeluaran

    rumah tangganya. Hasil Susenas 1999 menunjukkan bahwa sebanyak 57,2 %rumah tangga mempunyai pengeluaran untuk tembakau. Dengan demikian,

    minimal terdapat satu anggota rumah tangga di rumah tangga tersebut yang

    mengkonsumsi tembakau.

    1.6.2. Prevalensi Perokok yang Merokok di dalam Rumah. Berdasarkan hasil

    Susenas tahun 2001, sebagian besar (91,8 %) perokok yang berumur 10 tahun keatas menyatakan bahwa mereka melakukan kebiasaan merokok di dalam rumah

    ketika bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. Kebiasaan tersebut lebih

    banyak terjadi di pedesaan dibandingkan dengan perkotaan yaitu masing-masing93,4 % dan 89,3 %. (Tabel 1.13)

    Tabel 1.13Persentase perokok yang biasa merokok di dalam rumah, 2001

    15

    Wilayah Laki PerempuanLaki-laki danperempuan

    Kota 89,32 90,16 89,34Desa 93,46 91,68 93,42Kota dan Desa 91,80 91,12 91,78

    1.6.3. Prevalensi Perokok Pasif/Proporsi Penduduk yang Terpapar Asap.16

    Berdasarkan hasil Susenas 2001, prevalensi perokok pasif dalam rumah adalahsebesar 48,9 % dari jumlah penduduk, atau 97.560.002 penduduk (Tabel 1.14).

    14Aceh dan Maluku tidak diikut sertakan dalam survei tahun 2001 karena alasan keamanan.15

    BPS. 2001. Statistik Kesehatan 200116

    Rumus untuk menghitung Proporsi Penduduk yang Terpapar Asap Rokok:

    12

  • 8/8/2019 Konsumsi Rokok Dan Prevalensi Merokok

    13/13

    Maret 2004 Bab 1

    Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok

    1.6.4. Paparan Asap Rokok Pasif pada Anak-Anak. Prevalensi perokok pasiftertinggi terdapat pada umur antara 0-14 tahun yaitu sekitar 70 % (43.018.678

    orang) dari total penduduk berumur 0-14 tahun. (Tabel 1. 14)

    1.6.5. Paparan Asap Rokok Pasif pada Wanita. Prevalensi perokok pasifperempuan(66,0 %) dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (31,8 %) yaitu

    jumlahnya 31.879.188 laki-laki dan 65.680.814 perempuan. (Tabel 1.14).

    Dilihat menurut wilayah tempat tinggal, wanita yang tinggal di pedesaanmerupakan perokok pasif yang memiliki prevalensi tertinggi yaitu 70,6 %.

    (Tabel 1.15)

    Tabel 1.14Proporsi penduduk yang terpapar asap rokok di dalam rumah

    menurut kelompok umur dan jenis kelamin, 200117

    Prevalensi Perokok Pasif (%) Jumlah Perokok Pasif (dalam orang)Kelompok

    Umur Laki-laki Perempuan

    Laki-laki &

    Perempuan Laki-laki Perempuan

    Laki-laki &

    Perempuan

    0-4 69,5 69,6 69,5 6.886.930 6.443.006 13.329.936

    5-9 70,6 70,6 70,6 7.779.456 7.121140 14.900.596

    10-14 70,7 70,4 70,6 7.614.680 7.173.466 14.788.146

    15-19 51,1 67,6 59,0 5.286.944 6.493.561 11.780.505

    20-24 23,4 65,6 45,6 1.913.093 5.963.214 7.876.307

    25-29 9,6 65,5 38,8 796.228 5.933.837 6.730.065

    30-34 4,3 64,8 35,0 332.484 5.162.942 5.495.426

    35-39 2,1 67,4 35,4 158.668 5.299.348 5.458.016

    40-44 2,5 68,8 34,3 166.891 4.240.738 4.407.629

    45-49 3,5 67,5 32,9 189.761 3.104.704 3.294.465

    50+ 5,3 56,3 31,9 754.053 8.744.858 9.498.911

    Semuakelompok umur

    31,8 66 48,9 31.879.188 65.680.814 97.560.002

    Tabel 1.15

    Jumlah penduduk yang terpapar asap rokok di dalam rumahmenurut wilayah dan jenis kelamin, 2001

    17

    Daerah Laki-laki Perempuan

    Kota 29,6 60,2

    Desa 33,4 70,6

    Kota dan Desa 31,8 66,0

    Prevalensi/Proporsi penduduk yang terpapar asap rokok di rumah =

    populasiTotal

    rumahdalammerokoktidakygperokokdenganRTperokoktanpaRTpopulasiTotal

    17Pradono dan Kristanti. 2002. Perokok Pasif Bencana Yang Terlupakan.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes.

    13