22

PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal

Citation preview

Page 1: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx
Page 2: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

PREVALENSI PENYAKIT MALARIA TROPIKA DAN PERMASALAHANNYA

DI PUSKESMAS SENTANI KOTA KABUPATEN JAYAPURA (PAPUA)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,menggigil,anemia,dan splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium,yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung,reptil,dan mamalia. Termasuk genus plasmodium dari famili plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina.

Malaria masih menjadi permasalahan utama dalam kacamata kesehatan dunia. Secara langsung, malaria dapat menyebabkan anemia dan menurunkan tingkat produktivitas. Penyakit ini juga menjadi salah satu pembunuh terbesar terutama pada kelompok dengan faktor risiko tinggi misalnya bayi, anak balita dan Ibu hamil. Upaya penanggulangan malaria masih menjadi target utama dalam pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini dikarenakan penyakit malaria masih endemis di daerah-daerah tertentu terutama di negara-negara beriklim tropis seperti benua asia dan afrika.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), secara global estimasi kematian yang diakibatkan oleh penyakit malaria pada tahun 2010 adalah 655.000 kasus malaria di seluruh dunia. Selain iru, tercatat 86% kematian terjadi pada anak di bawah umur 5 tahun. Penderita penyakit ini tersebar di daerah di seluruh dunia terutama di daerah endemis seperti afrika dan asia. Alokasi dana dari WHO dalam program

Page 3: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

penanggulangan Malaria adalah 2 juta dolar Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan perlunya komitmen setiap negara untuk menanggulangi kejadian penyakit malaria. Berdasarkan luasnya dampak yang diakibatkan oleh penyakit ini maka negaranegara di dunia sepakat untuk menjalankan suatu program pemberantasan malaria yang di sebut Global Malaria Action Plan (GMAP). Organisasi Kesehatan dunia menetapkan pemberantasan penyakit Malaria hingga prevalensi minimal sebagai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs).

Dalam program pengendalian malaria, ditargetkan penurunan angka kesakitannya dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk. Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No 293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh pulau tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat dan terbebas dari penularan malaria sampai tahun 2030. Saat ini, status Indonesia masih tahap pertama yaitu pada eliminasi malaria di DKI, Bali dan Barelang Binkar pada tahun 2010. Gambaran upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia tercatat dalam indikator Annual Parasite Incidence (API).

Papua merupakan daerah endemis malaria, angka kesakitan malaria menempati urutan pertama dari 10 besar penyakit di Papua. Angka API di Jayapura tahun 2005 yaitu 140/1000 penduduk. Hal ini disebabkan karena adanya hutan bakau yang ada di pesisir pantai, kebiasaan penduduk tidur tanpa menggunakan kelambu, adanya tempat perindukan nyamuk, dan kepatuhan masyarakat akan minum obat masih kurang.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah daur hidup Plasmodium falciparum itu hingga dapat menimbulkan penyakit Malaria Tropika ?

2. Berapa prevalensi penyakit Malaria di Puskesmas Sentani kota Kabupaten Jayapura (Papua) ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

A. TUJUAN UMUMUntuk memperoleh gambaran tentang penyakit Malaria di Puskesmas Sentani kota Kabupaten Jayapura (Papua)

Page 4: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

B. TUJUAN KHUSUS1. Untuk mengetahui bagaimana daur hidup Plasmodium falciparum hingga

dapat menyebabkan penyakit Malaria Tropika pada manusia.2. Untuk mengetahui prevalensi penyakit Malaria pada usia produktif di

Puskesmas Sentani kota Kabupaten Jayapura (Papua).

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk Institusi (Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar)Agar dapat menambah perbendaharaan bahan bacaan di Perpustakaan fakultas sehingga di masa mendatang dapat digunakan sebagai panduan bagi calon-calon mahasiswa berikutnya dan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit malaria khususnya Malaria Tropika bagi pembaca sekalian.

2. Untuk Instansi Terkait (Puskesmas Sentani Kota Kab. Jayapura (Papua))Agar pihak puskesmas tidak hanya sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja tetapi juga memberikan pembekalan pengetahuan kepada pasien tentang penyakit malaria terlebih penyakit Malaria Tropika karena merupakan jenis penyakit malaria yang berbahaya.

3. Untuk MasyarakatAgar masyarakat Sentani dan sekitarnya lebih menjaga kebersihan lingkungan karena jika lingkungan dibiarkan kotor begitu saja dapat menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk malaria. Dengan menjaga kebersihan lingkungan diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit Malaria Tropika.

Page 5: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DASAR TEORI

2.1.1.      DEFINISI MALARIA & MALARIA FALCIPARUM

Istilah malaria diambil dari dua kata Bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk. Karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Berikut ini adalah beberapa difinisi penyakit malaria dan Malaria Falciparum.

Malaria adalah penyakit infeksi parasite yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria ini memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegaly. Dapat berlangsung akut ataupun kronik (Paul N. Harijanto, 2006).

Malaria adalah penyakit menular endemik di banyak daerah hangat di dunia, disebabkan oleh protozoa obligat seluler genus Plasmodium, biasanya ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Penyakit ini ditandai dengan keadaan ta berdaya dengan demam tinggi paroksismal, serangan menggigil, berkeringat, anemia dan splenomegaly yang dapat menyebabkan kematian, sering menyebabkan komplikasi berat, malaria selebral dan anemia. Interval antara tiap serangan kadangkala periodik, ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk berkembangnya satu generasi baru parasit di dalam tubuh. Setelah permulaan penyakit ini, dapat diikuti perjalanan penyakit yang kronik atau baik. Disebut juga plaudism. Nama lamanya mencakup ague dan jungle, malarial (Kamus Kedokteran DORLAND, edisi 29, hal. 1279).

Malaria Falciparum adalah malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, dengan demam paroksismal yang ireguler. Ini dihubngkan dengan keadaan parasite tertinggi dalam darah dan merupakan bentuk malaria terparah, kadang fatal. Malaria ini sering dikaitkan dengan gejala pernisiosa, yang terjadi sebagai akibat penumpukkan dan pembentukkan mikroinfark dalam kapiler yang mengandung eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falciparum stadium lanjut. Ini dapat terjadi pada otak, hati, kelenjar adrenal, traktus gastroin testinal, ginjal, paru, atau organ lain. Disebut juga malignant tertian malaria dan pernicious malaria (Kamus Kedokteran DORLAND, edisi 29, hal. 1279).

Malaria Falciparum adalah jenis malaria paling berbahaya dan disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum. Malaria Falciparum berkaitan dengan kadar tinggi parasit dalam darah dan mempunyai tingkat kematian dan komplikasi paling tinggi diantara semua jenis malaria. Sel darah merah yang terinfeksi dengan parasit cenderung akan kotor dan menyebabkan mikroinfarksi (daerah kecil jaringan mati karena kekurangan oksigen) dalam kapiler otak, liver, kelenjar adrenal, sistem usus, ginjal, paru-paru dan organ lainnya. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit menggunakan medikasi intravena (Kamus Kedokteran Webster’s New World, edisi ketiga, hal. 322).

Page 6: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

2.1.2.      ETIOLOGI

Ada empat spesies dari genus Plasmodium yang dapat menimbulkan infeksi pada manusia. Keempat spesies ini adalah :

1. Plasmodium falciparum

Plasmodium falciparum penyebab penyakit Malaria Tropika / Malaria Falciparum (Welch, 1897). Masa sporulasinya setiap 1-2 x 24 jam. Dengan gejala demam timbul tak menentu. Sel darah merah yang diinfeksi tidak membesar, infeksi multiple dalam sel darah merah sangat khas. Adanya bentuk-bentuk cincin halus yang khas dengan titik kromatin rangkap walaupun tidak ada gametositnya kadang-kadang cukup untuk identifikasi spesies ini. Dua titik kromatin (nucleus) sering dijumpai pada bentuk cincin Plasmodium falciparum, sedangkan pada Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae hanya kadang-kadang. Sizonnya lonjong atau bulat, jarang sekali ditemukan di dalam darah. Sizon ini menyerupai sizon Plasmodium vivax, tetapi tidak mengisi seluruh eritrosit. Sizon matang biasanya mengandung 16-24 merozoit kecil. Gametosit yang muda mempunyai bentuk lonjong sehingga memanjangkan dinding sel. Di dalam sel yang dihinggapi Plasmdium falciparum sering tampak titik-titik basophil yang biru dan presipitat sitoplasma yang disebut titik-titik Maurer. Titik-titik ini tampak sebagai bercak-bercak merah yang bentuknya tidak teratur, sebagai kepingan-kepingan atau batang-batang dalam sitoplasma.

2. Plasmodium vivax

Plasmodium vivax penyebab penyakit Malaria Tertiana. Plasmodium vivax diberi nama oleh Grassi dan Fletti pada tahun 1890. Masa sporulasinya setiap 2 x 24 jam. Warna eritrosit yang dihinggapi oleh Plasmodium vivax menjadi pucat, karena kekurangan hemoglobin dan membesar. Oleh karena Plasmodium vivax mempunyai afinitas untuk retikulosit besar, maka pembesarannya pun tampak lebih nyata daripada sebenarnya. Tropozoit muda tampak sebagai cakram dengan inti pada satu sisi, sehingga merupakan cincin stempel. Bila tropozoit tumbuh, maka bentuknya menjadi tidak teratur, berpigmen halus dan menunjukkan gerakan emeboid yang jelas. Setelah 36 jam ia mengisi lebih dari setengah sel darah merah yang membesar itu. Intinya membelah dan menjadi sizon. Gerakannya menjadi kurang, mengisi hampir seluruh sel yang membengkak, dan mengandung pigmen yang tertimbun di dalam sitoplasma. Setelah hampir 48 jam sizon mencapai ukuran maksimum, yaitu 8-10 mikron dan mengalami segmentasi. Pigmen berkumpul dipinggir, inti yang membelah dengan bagian-bagian sitoplasma membentuk 16-18 sel, berbentuk bulat atau lonjong, berdiameter 1,5-2 mikron yang disebut merozoit.

Mikrogametosit mempunyai inti yang berwarna merah muda pucat dan sitoplasma berwarna biru pucat. Mikrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dengan inti yang padat dan letaknya biasanya di bagian pinggir dari parasit. Dengan pewarnaan, butir-butir halus, bulat, uniform, merah muda atau kemerah-merahan (titik schuffner) sering tampak di dalam sel yang diinfeksi oleh Plasmodium vivax.

Page 7: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

3. Plasmodium malariae

Plasmodium malariae penyebab penyakit Malaria Kuartana. Plasmodium malariae telah dilukiskan pada tahun 1880 oleh Laveran. Masa sporulasinya 3 x 24 jam. Plasmodium malariae berukuran lebih kecil, kurang aktif, jumlahnya lebih sedikit dan memerlukan lebih sedikit hemoglobin dibandingkan dengan Plasmodium vivax. Bentuknya seperti cincin, mirip dengan cincin Plasmodium vivax hanya saja sitoplasma Plasmodium malariae lebih biru dan parasitnya lebih kecil, lebih teratur dan lebih padat.

Tropozoit yang sedang tumbuh mempunyai butir-butir kasar berwarna tengguli tua atau hitam. Parasit ini dapat berbentuk seperti pita yang melintang pada sel, mengandung kromatin seperti benang dan kadang-kadang ada vakuolanya. Pigmen kasar berkumpul di pinggirnya. Dalam 72 jam sizon menjadi matang dan bersegmentasi, hampir mengisi seluruh sel darah merah yang tidak membesar. Parasit menyerupai bunga serunai atau roset dengan pigen hijau tengguli yang padat, dikelilingi oleh 8-10 merozoit lonjong, masing-masing dengan kromatin berwarna merah dan sitoplasma biru. Di dalam sel yang mengandung Plasmodium malariae butir-butir kecil merah muda (titik zemann) kadang-kadang dapat diperlihatkan. Gametositnya mirip dengan gametosit Plasmodium vivax, tetapi lebih kecil dan pigmennya kurang.

4. Plasmodium ovale

Plasmodium ovale penyebab penyakit Malaria Ovale. Plasmodium ovale ditemukan oleh Stephens pada tahun 1922. Masa sporulasinya setiap 48 jam dan tidak terdapat di Indonesia. Sel darah merah yang dihinggapi sedikit membesar, berbentuk lonjong, mempunyai titik-titik schuffner yang besar pada stadium dini. Sel darah merah dengan bentuknya yang tidak teratur dan bergigi adalah khas guna membuat diagnosis spesies Plasmodium ovale. Pigmen tersebar di seluruh parasit yang sedang tumbuh sebagai butir-butir tengguli kehijauan dan mempunyai corak jelas. Pada sizon matang yang hampir mengisi seluruh eritrosit, pigmen ini terletak di tengah-tengah. Plasmodium ovale menyerupai Plasmodium malariae dalam bentuk sizon muda dan tropozoit yang sedang tumbuh, walaupun ia tidak membentuk pita. Sizon matang mempunyai pigmen padat dan biasanya mengandung 8 merozoit. Pada sediaan darah tebal, sangat sukar untuk membedakan Plasmodium ovale dengan Plasmodium malariae kecuali bila titik schuffnernya kelihatan.

2.1.3.      DAUR HIDUP PLASMODIUM FALCIPARUM

Plasmodium falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya dibandingkan dengan jenis Plasmodium lain yang menginfeksi manusia (Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale). Plasmodium falciparum adalah penyebab penyakit Malaria Tropika atau Malaria Falciparum, yaitu jenis penyakit malaria yang paling banyak menyebabkan kesakitan dan kematian diantara jenis penyakit malaria lainnya. Gejalanya biasanya timbul 10-16 hari setelah terinfksi oleh nyamuk. Gejala yang nampak adalah rasa

Page 8: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

menggigil, demam, pusing, berkeringat dan gejala ini biasanya lebih tahan lama. Juga terjadi edema (adanya cairan berlebih) pada otak dan paru-paru serta terhambatnya kegiatan ginjal. Bila tidak diobati, dapat mengakibatkan kematian karena Plasmodium falciparum mempunyai laju kematian yang tinggi.

Dalam siklus hidupnya, Plasmodium falciparum mempunyai dua hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual dalam hospes vertebrata (manusia) disebut skizogoni, dan siklus seksual membentuk sporozoit di dalam tubuh nyamuk disebut sporogoni.

2.1.3.1.Skizogoni

Pada siklus aseksual ini, sporozoit yang infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, ditusukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata (manusia). Dalam waktu 30 menit, sporozoit memasuki sel parenkim hati dan memulai stadium eksoeritrositik karena belum masuk ke dalam sel darah merah (eritrosit). Dalam sel hati, parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit. Sel hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas masuk ke sel darah merah. Masuknya merozoit ke sel darah merah disebut stadium eritrositik. Sebagian besar difagositosis tetapi sebagian kecil berhasil memasuki sel hati yang baru untuk mengulangi daur eksoeritrositik.

Dalam sel darah merah mulai tampak adanya kromatin kecil yang dikelilingi oleh sitoplasma tipis Plasmodium yang membentuk cincin. Bentuk cincin ini kemudian berkembang menjadi bentuk ameboid. Bentuk cincin dan ameboid adalah tropozoit dalam sel darah merah (eritrosit), tumbuh menjadi sizon merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan merozoit akan pecah sehingga merozoit, pigmen dan sisa sel keluar memasuki plasma darah. Sebagian merozoit yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel darah merah untuk mengulangi daur skizogoni. Sedangkan merozoit yang lainnya kemudian membentuk gametosit untuk memasuki stadium seksual (Kus Irianto, 2009).

2.1.3.2.Sporogoni

Sporogoni merupakan stadium seksual yang terjadi di dalam tubuh nyamuk. Pada saat nyamuk menghisap darah, gametosit tidak dicerna bersama sel-sel darah. Pada gamet betina (makrogamet) titik kromatin membagi diri menjadi 6-8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Sedangkan gamet jantan (mikrogamet) terbentuk beberapa filamen seperti cambuk, sehingga dapat bergerak aktif, didesak keluar dan lepas dari sel induk, proses ini disebut eksflagelasi. Sementara itu, makrogamet menjadi matang sebagai makrogametosit. Perkembangan gametosit berlangsung dalam rongga perut nyamuk.

Fertilisasi (pembuahan) terjadi karena masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet untuk membentuk zigot. Dalam waktu 12-24 jam setelah nyamuk Anopheles menghisap darah manusia, lalu zigot berubah menjadi bentuk seperti cacing yang disebut ookinet yang dapat menembus dinding lambung nyamuk. Selanjutnya, ookinet tumbuh menjadi ookista yang berbentuk bulat. Di dalam ookista terbentuk ribuan sporozoit, sehingga ookista pecah. Dengan pecahnya ookista , sporozoit dilepaskan ke dalam rongga badan dan selanjutnya bergerak ke seluruh jaringan nyamuk. Beberapa sporozoit mencapai kelenjar ludahnya. Bila nyamuk

Page 9: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

menggigit/menusuk kulit kita, maka sporozoit bersama air ludah masuk ke dalam darah dan jaringan kemudian dimulailah siklus praeritrositik. Daur sporogoni di dalam nyamuk, berlangsung selama 8-12 hari (Kus Irianto, 2009).

2.1.4.      CARA PENULARAN MALARIA TROPIKA

Penyakit malaria, termasuk Malaria Tropika ditularkan dengan 2 cara, yaitu :

1. Secara alamiah

Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria (Prabowo, 2004). Pada saat menghisap darah manusia, sporozoit dan air liur nyamuk yang mengandung Plasmodium falciparum masuk ke peredaran darah tubuh manusia selama kurang lebih  ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati. Setelah 1-2 minggu digigit, parasite kembali masuk ke dalam darah dan menyerang sel darah merah lalu memakan hemoglobin yang membawa oksigen di dalam darah. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium falciparum ini, menyebabkan timbulnya gejala demam disertai menggigil dan juga menyebabkan anemia (Depkes, 2003). Nyamuk Anopheles yang menggigit orang sehat, maka parasit itu akan dipindahkan ke tubuh orang sehat sehingga menjadi sakit. Berikut ini bagan penularan Malaria Tropika.

Orang lain

X

Donor darah

X

Vector anopheles

Fase seksual

P.Falciparum

Host (manusia)

Fase aseksual

Page 10: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

Keterangan : X = pemutusan rantai penularan

Gambar Bagan Cara Penularan Penyakit Malaria Tropika Sumber : Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas,dr. Budiman Chandra, 2009, hal. 33

1. Secara Non-Alamiah

Penularan secara non-alamiah terjadi jika tidak melalui gigitan nyamuk Anopheles. Beberapa contoh penularan Malaria Tropika secara non-alamiah antara lain :

Malaria bawaan (kongenital)

Malaria bawaan (kongenital) adalah malaria pada bayi baru lahir yang ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Selain melalui plasenta, penularan malaria tropika dari ibu kepada bayinya juga dapat melalui tali pusat. Gejalanya berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering menangis dan rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia,  tidak mau makan ataupun minum, serta kulit dan selaput lendir berwarna kuning. Keadaan ini harus dibedakan dengan infeksi kongenital lainnya, seperti toxoplasmosis, rubella, sifillis kongenital dan anemia hemolitik.

Penularan mekanik (transfusion malaria)

Transfusion malaria adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui transfuse darah (donor darah)  dari pendonor yang terinfeksi malaria. Parasit malaria dapat hidup selama tujuh hari dalam darah donor.

Pemakaian jarum suntik yang tidak steril secara bersama-sama pada pecandu narkoba  atau melalui transplantasi organ. Biasanya, masa inkubasi transfusion organ lebih singkat dibandingkan infeksi malaria secara alamiah.

2.1.5.      MANIFESTASI KLINIS MALARIA TROPIKA

Malaria Tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegaly dan  parasitismia sering dijumpai dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasinya 9-14 hari. Malaria Tropika mempunyai perlangsungan yang cepat, dan parasitemia yang tinggi dan menyerang semua bentuk eritrosit. Gejala prodromal yang sering dijumpai, yaitu sakit kepala, nyeri belakang/tungkai, lesu, perasaan dingin,mual, muntah dan diare. Parasit sulit ditemui pada penderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya ireguler dan tidak periodik, sering terjadi hiperpireksia dengan temperature >40°C. Gejala lain berupa konvulsi, pneumonia aspirasi dan banyak keringat walaupun pada temperature normal. Apabila infeksinya memberat, denyut nadinya menjadi cepat, nausea, muntah, diare menjadi berat dan diikuti kelainan paru

Page 11: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

(batuk). Splenomegaly lebih sering dijumpai dari pada hepatomegaly dan nyeri pada perabaan; Hati membesar dapat juga disertai dengan timbulnya icterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria, hialin dan Kristal yang granuler. Anemia lebih menonjol dengan leukopenia dan monositosis (Paul N. Harijanto, 2006).

2.1.6. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT MALARIA TROPIKA

Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit malaria termasuk Malaria Tropika diantaranya :

1. Parasit Malaria

Penyakit Malaria Tropika disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum. Ciri utamanya, memiliki 2 siklus hidup, yaitu :

Siklus Aseksual dalam hospes vertebrata (manusia), yang disebut skizogoni; Siklus Seksual dalam tubuh nyamuk yang disebut sporogoni.

2. Faktor Inang (Penjamu)

Penyakit malaria (termasuk Malaria Tropika) mempunyai 2 inang (penjamu), yaitu :

Manusia sebagai penjamu intermediate

Factor yang mempengaruhi antara lain : jenis kelamin (pada ibu hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat), imunitas, penghasilan, perumahan, pemakaian kelambu dan obat anti nyamuk.

Nyamuk Anopheles sebagai penjamu definitive

Nyamuk Anopheles sebagai vector penyebab menularnya penyakit malaria. Nyamuk ini membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau genangan air yang mengalir perlahan untuk meletakkan telur-telurnya, atau sebagai tempat untuk berkembang biak. Biasanya nyamuk Anopheles ini, aktif mencari darah mulai senja hari hingga tengah malam.

3. Faktor Lingkungsn (Environment)

Lingkungan Fisik

Suhu sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu maka masa inkubasinya makin panjang. Hujan yang berselang dengan panas

Page 12: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

berhubungan langsung dengan perkembangan larva nyamuk. Karena air hujan yang menimbulkan genangan air merupakan tempat yang ideal untuk perkembangbiakkan nyamuk Anopheles. Sehingga dengan bertambahnya tempat perkembangbiakkan, maka populasi nyamuk Anopheles akan bertambah. Kelembapan yang rendah akan memperpendek umur nyamuk Anopheles, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembapan 60% merupakan batas paling rendah yang memungkinkan untuk nyamuk hidup. Pada kelembapan yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan malaria (P.N. Harijanto, 2000).

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk Anopheles berbeda-beda. Ada yang menyukai tempat terbuka dan ada yang hidup di tempat yang teduh maupun di tempat yang terang.

Lingkungan Biologi

Tumbuhan semak, sawah yang berteras, pohon bakau, lumut ganggang merupakan tempat perindukan dan tempat-tempat peristirahatan nyamuk Anopheles yang baik. Dengan adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan gambus, nila, dan mujair akan mempengaruhi populasi nyamuk Anopheles di satu daerah.

Sosial Budaya

Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya Malaria Tropika akan mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam memberantas vektornya.

2.1.7.      USAHA PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA TROPIKA

Pencegahan Malaria Tropika dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

1. Menggunakan kelambu pada waktu tidur;2. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (seperti AUTAN);3. Menggunakan pembasmi serangga (seperti Baygon);4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi;5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak;6. Mencegah penderita Malaria Tropika dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar

lebih jauh lagi;7. Membersihkan tempat hinggap atau tempat istirahat nyamuk dan memberantas sarang

nyamuk;8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta

genangan air9. Membunuh jentik nyamuk dengan memelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan

nila dan ikan mujair;

Page 13: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

10. Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa sepanjang pantai11. Penyemprotan dengan insektisida seperti DDT 2 gr/m2 2 kali setahun dan Pyrethrum untuk

membunuh imagonya (serangga dewasa). Jika nyamuk Anopheles bersentuhan dengan insecticida, akan mati dalam waktu 24-48 jam;

12. Pengobatan kepada semua penderita untuk penyembuhan dan meniadakan sumber penularan;

13. Turut aktif dalam usaha-usaha pemberantasan malaria yang lain.

2.2 KERANGKA TEORI

HOST

MANUSIA : Host Intermediate.Umur dan jenis kelamin

ANOPHELES sp. : Host Definitif

ENVIRONMENT (LINGKUNGAN)

1. L. FISIK2. L. BIOLOGI3. L. SOSIAL-BUDAYA

AGENT

Protozoa

Plasmodium falciparum

Page 14: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

2.3.KERANGKA KONSEP

VARIABEL INDEPENDEN

VARIABEL DEPENDEN

Umur pasien malaria Angka kesakitan di puskesmas

Sentani kota Kab.Jayapura (Papua)

Jenis kelamin Rekam medik Puskesmas

Sentani kota Kab.jayapura (Papua)

Page 15: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

2.4 HIPOTESIS

1. Ada pengaruh karakteristik penderita yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan terhadap kejadian pada penderita malaria di Puskesmas Sentani kota Kab.Jayapura (Papua)

2. Ada pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian pada penderita malaria di Puskesmas Sentani kota Kab. Jayapura (Papua)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Deskriptive (menggambarkan). Dengan menggunakan desain penelitian Case Control, karena desain ini bersifat retrospektif, yaitu menelusuri ke belakang penyebab yang dapat menimbulkan suatu penyakit dimasyarakat.

3.2.TEMPAT PENELITIAN

Tempat penelitian di Puskesmas Sentani Kota Kab. Jayapura (Papua).

3.3.WAKTU PENELITIAN

Waktu penelitiannya adalah pada tanggal

3.4.POPULASI DAN SAMPEL

3.4.1.      POPULASI

Semua pasien yang datang berobat di Puskesmas Sentani kota Kab.Jayapura (Papua).

3.4.2.      SAMPEL

Semua pasien yang menderita penyakit Malaria Tropika di Puskesmas Sentani Kota Kab. Jayapura (Papua).

Page 16: PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DAN PERMASALAHANNYA.docx

3.5.JENIS DATA

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder karena pengumpulan data yang diinginkan diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Contohnya pengambilan data dari Medical Record atau rekam medis.

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman., Kliegman., Arvin. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Chandra, Budiman Dr. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

3. Entjang, Indan dr. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. A. Harijanto,P,N., Nugroho, Agung., Gunawan, A, Carta (ed). 2010. Malaria dari

Molekuler ke Klinis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.B. Irianto, Kus.2009. Parasitologi Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan

Manusia. Bandung : Yrama Widya.C. Isselbacher., Martin., Braundwald., Fauci., Wilson., Kasper. 1995. Prinsip-Prinsip

Ilmu Penyakit Dalam Harrison Vol.2 Edisi 13. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

D. Prabowo, Arlan dr. 2004. Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta : Puspa Swara.

E. Rahayu, Liswidyawati, S.Si. 2010. Waspada Wabah Penyakit Panduan Untuk Orang Awam. Bandung : Penerbit Nuansa.

F. Saryono, SKp, M. Kes. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendekia Press.

G. Sudoyo, Aru., Setioyohadi, Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata, Marcellus., Setiati, Siti (ed). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.