47
HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN MATI MENDADAK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MAULIDA LAILA ANGGRAINI RAHMAWATI G0007103 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan Antara Usia Dengan Prevalensi Dugaan Mati Mendadak Maulida Laila Anggrini Rahmawati, NIM/Semester : G0007103, Tahun 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Kamis, Tanggal 22 Juli 2010 Pembimbing Utama Nama : Hari Wujoso, dr, SpF, MM NIP : 19621022.199503.1.001 ……………………… Pembimbing Pendamping Nama : Budiyanto, SpF NIP : 19481207.198101.1.001 ……………………… Penguji Utama Nama : Andy Yok S, drg, M.Kes NIP : 19521120.198601.1.001 ……………………… Anggota Penguji Nama : Ipop Syarifah, Dra, M.Si NIP : 19560328.198503.2.001 ……………………… Surakarta,……………………2010 Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Sri Wahjono, dr, M.Kes, DAFK Prof. DR. H.A.A. Subijanto, dr, M.S NIP: 19450824.197310.1.001 NIP:19481107.197310.1.003 iii PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAANMATI MENDADAKSKRIPSIUntuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana KedokteranMAULIDA LAILA ANGGRAINI RAHMAWATIG0007103FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2010iiPENGESAHAN SKRIPSISkripsi dengan judul : Hubungan Antara Usia Dengan Prevalensi DugaanMati MendadakMaulida Laila Anggrini Rahmawati, NIM/Semester : G0007103, Tahun 2010Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji SkripsiFakultas Kedokteran Universitas Sebelas MaretPada Hari Kamis, Tanggal 22 Juli 2010Pembimbing UtamaNama : Hari Wujoso, dr, SpF, MMNIP : 19621022.199503.1.001 ………………………Pembimbing PendampingNama : Budiyanto, SpFNIP : 19481207.198101.1.001 ………………………Penguji UtamaNama : Andy Yok S, drg, M.KesNIP : 19521120.198601.1.001 ………………………Anggota PengujiNama : Ipop Syarifah, Dra, M.SiNIP : 19560328.198503.2.001 ………………………Surakarta,……………………2010Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNSSri Wahjono, dr, M.Kes, DAFK Prof. DR. H.A.A. Subijanto, dr, M.SNIP: 19450824.197310.1.001 NIP:19481107.197310.1.003iiiPERNYATAANDengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yangpernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggidan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yangpernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacudalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.Surakarta, 1 Agustus 2010Maulida Laila Anggraini RahmawatiivABSTRAK

Page 2: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

Maulida Laila A. R., G0007103, 2010. Hubungan antara Usia dengan PrevalensiDugaan Mati Mendadak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret,Surakarta.Tujuan penelitian : Dewasa ini penduduk berusia lanjut semakin banyak. Selainitu, prevalensi kasus mati mendadak juga semakin tinggi. Oleh karena itu, penulisingin mencari tahu hubungan antara usia dengan prevalensi kasus mati mendadak.Metode penelitian : Penelitian ini dilakukan secara observasional retrospektif.Subjek penelitian diambil dari semua data visum et repertum korban yang didugamati mati mendadak di laboratorium forensik dan medikolegal UNS. Pencuplikandata yang dipakai adalah purposive sampling. Yaitu metode pencuplikan nonrandom yang didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh penelitisendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahuisebelumnya. Data kemudian dianalis dengan menggunakan uji regresi linier.Hasil penelitian : Hasil yang diperoleh adalah pada kelompok usia 0 – 1 bulansebanyak 0 kasus. Usia 1-1 tahun sebanyak 0 kasus. Usia 1-12 tahun sebanyak 0kasus. Usia 12-21 tahun sebanyak tahun sebanyak 4 kasus. Usia 21-40 tahunsebanyak 25 kasus. Usia 40-59 tahun sebanyak 45 kasus. Usia ≥ 60 tahunsebanyak 61 kasus. Hasil analisis uji statistik dengan regresi linier didapatkan thitung = 5,091 dan t tabel = 2,571. Karena t hitung > dari t tabel, maka penelitianini hasilnya signifikan dengan taraf signifikan 5 %. Hasil uji korelasi didapatkankoefisien korelasinya sebesar 91, 6 %. Ini menunjukkan hubungan yang sangatkuat antara kedua variabel.Simpulan penelitian : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adahubungan antara usia dengan prevalensi mati mendadak. Semakin tua usia, makasemakin banyak prevalensi korban dugaan mati mendadak.Kata kunci : usia, mati mendadak, visum et repertumvABSTRACTMaulida Laila A. R., G0007103. The Relation of Age, with Prevalence ofSudden Death Suposition, Faculty Medicine, Sebelas Maret University.Objectives : Today, the amount old age citizens is getting a lot. Besides that, theprevalence of sudden death is also getting higher. Because of that reason, thewritter wants to know about the relation of age with the prevalence of suddendeath suspect.Methods : This research is done with retrospective observation. The subject ofresearch used the data from visum et repertum of sudden death victims in forensicand medicolegal laboratory of UNS. The technique of taking data which is used ispurposive sampling, it is method of taking non random which based on feature orcharacter of population that have been known before. Then, the data has beenanalyzing using linier regression test.Results : The results are in age group 0-1 month is 0 case. Age group 1 month-1year is 0 case. Age group 1-12 year is 0 case. Age group 12-21 year are 4 cases.Age group 21-40 year are 25 cases. Age group 40-59 year are 45 cases. Age morethan 60 year are 61 cases. The results of statistic test with the linier regression getscounting t is 5,091 and tabel t is 2,571. Because counting t > than tabel t, so thisresearch is significant in α 5%. The result of correlation test is coefficient

Page 3: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

correlation = 91, 6%. This is shows that the relation is very close.Conclusion : From this research can be included that there is relation of age withthe prevalence of sudden death. With the age getting older, the prevalence ofsudden death victims is also getting higher.Keywords : age, sudden death, visum et repertumviPRAKATABismillahirrohmaanirrohiimAssalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuhAlhamdulillah, puji syukur kehadirat Alloh Subhanahu Wata’ala yangtelah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikanpenyusunan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Usia Dengan PrevalensiDugaan Mati Mendadak.Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak atasdukungan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.1. Prof. DR. A.A. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan fakultas KedokteranUNS.2. Sri Wahjono, dr, M.Kes, selaku kepala skripsi fakultas kedokteranUNS.3. Hari Wujoso, dr, SpF, MM, selaku pembimbing utama yang banyakmemberikan inspirasi dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi.4. Budiyanto, dr, SpF, selaku pembimbing pendamping yang telahmembantu penulis dalam penyelesaian skripsi.5. Andy Yok, drg, M.Kes, selaku penguji utama yang memberikanbimbingan kepada penulis dalam peneyelesaian skripsi.6. Ipop Syarifah, Dra, M.Si, selaku penguji pendamping yangmemberikan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.7. Seluruh staf bagian skripsi fakultas kedokteran UNS.8. Seluruh staf laboratorium forensik dan medikolegal fakultaskedokteran UNS.9. Kedua orang tuaku. Bapak rohimalloh, dr. Muhammad Sigit W.P,SpKJ dan mamaku tersayang, Umi Rahayu, S.Ag atas segaladukungan, doa, motivasi, inspirasi yang tiada henti. Hanya Alloh SWTyang akan membalas segala kebaikan bapak dan mama dengan lebihbaik.10. Adik-adikku tersayang. Nafsa Muthmainna, Ahmad Rosyid WahyuAnggoro, dan Zainab Zukhrufa, atas segala dukungan dan supportyang tak kenal lelah dan selalu menginspirasi.11. Keluarga besar Bekonang dan keluarga besar Yogya, atas semualantunan doa dan dukungan yan luar biasa.12. Sahabat-sahabatku “Tour De Jogja”, Ela, Farah, Muchtar, Dita, danFrieska, yang telah membuat hidupku berwarna. Terima kasih atassupportnya.13. Semua teman-teman komedian 2007 yang menjadi kawan dalamperjuanganku.14. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Page 4: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

Juli 2010Maulida Laila A.R.viiDAFTAR ISIPRAKATA ……………………………………………………………… viDAFTAR ISI………………………………………………………………….. viiDAFTAR TABEL…………………………………………………………….. viiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah………………………………........ 1B. Rumusan Masalah……………………………………….…. 3C. Tujuan Penelitian……………………………………….….. 3D. Manfaat Penelitian……………………………………….… 3BAB II LANDASAN TEORIA. Tinjauan Pustaka1. Usia………………………………………………….…. 42. Mati Mendadak…………………………………….…... 9B. Kerangka Pemikiran…………………………………….... 41C. Hipotesis……………………………………………… ... 41BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian……………………………………………. 42B. Lokasi Penelitian………………………………………….. 42C. Subjek Penelitian………………………………………….. 42D. Teknik Sampling…………………………………………... 42E. Rancangan Penelitian……………………………………… 43F. Identifikasi Variabel……………………………………….. 44G. Definisi Operasional Variabel……………………………... 44H. Alur Penelitian………………………………………...…... 47I. Analisis Data………………………………………………. 47BAB IV HASIL PENELITIANA. Data Hasil Penelitian………………………………………. 48B. Analisis Statistik…………………………………………... 50BAB V PEMBAHASAN………………………………………………. 52BAB VI SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan…………………………………………………... 55B. Saran………………………………………………………. 55DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 56LAMPIRAN…………………………………………………………………... 59viii………………… BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahTingginya harapan hidup manusia mulai abad dua puluh inidisebabkan oleh meningkatnya sanitasi, perhatian medis yang semakin baik,dan meningkatnya pelayanan usaha kesehatan preventif (Centers for DiseaseControl and Prevention, 2003; Nugroho, 2009).Saat ini terjadi transisi kelompok umur penduduk dunia. Menurut data

Page 5: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

Persyarikatan Bangsa Bangsa, Indonesia diperkirakan mengalami peningkatanjumlah warga lanjut usia yang tertinggi di dunia yaitu 414 % hanya dalamwaktu 35 tahun (1990-2025) dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlahpenduduk lanjut usia akan mencapai 25,5 juta jiwa (World HealthOrganization, 2001).Akibat populasi lanjut usia yang meningkat, maka akan terjadi transisiepidemiologi, yaitu penyakit penyakit degeneratif, diabetes, hipertensi,neoplasma dan penyakit kardiovaskuler (Nascher, 1997; Soejono, 2006).Kasus mati mendadak semakin sering terjadi. Banyak faktor yangberkembang dewasa ini diduga ikut berpengaruh dalam meningkatnya kasusmati mendadak. Salah satunya adalah perkembangan ekonomi yang semakinbaik membuat konsumsi makan berubah. Kebiasaan makan makanan berseratmenjadi berkurang dan diganti dengan makan makanan berprotein tinggi danberlemak. Perubahan tersebut berdampak dengan terjadinya peningkatanixpenyakit pada pembuluh darah yaitu atherosklerosis atau penyempitanpembuluh darah (Wujoso, 2004).Kematian yang terjadi secara mendadak dapat ditemukan dalam segalamacam kondisi. Kematian dapat terjadi pada saat orang sedang olah raga atausedang beristirahat sehabis olah raga, dapat terjadi saat sedang berpidato,rapat, diskusi, saat menonton televisi, dapat pula saat sedang santai danbergembira bersama keluarga. Mati mendadak sendiri sebenarnya adalah tidakselalu merupakan proses yang mendadak, bahkan sebenarnya mati mendadakadalah suatu proses akhir dari suatu penyakit yang sudah dimiliki oleh korbanmati mendadak (Wujoso, 2004).Kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit, seringkalimendatangkan kecurigaan baik bagi penyidik maupun masyarakat umum,khususnya bila kematian tersebut menimpa orang yang cukup dikenal olehmasyarakat, kematian di rumah tahanan dan di tempat-tempat umum seperti dihotel, cottage, atau motel. Kecurigaan akan adanya unsur kriminal pada kasuskematian mendadak, terutama disebabkan masalah TKPnya, yaitu bukan dirumah korban atau di rumah sakit, melainkan di tempat umum. Dengandemikian kematian mendadak termasuk kasus forensik, walaupun hasil otopsimenunjukkan bahwa kematian korban karena penyakit jantung, perdarahanotak, atau pecahnya aneurisma cerebri (Idris, 1989).xB. Rumusan Masalah1. Adakah hubungan antara usia dengan prevalensi dugaan mati mendadak.2. Bagaimanakah hubungan antara usia dengan prevelensi dugaan matimendadak.C. Tujuan Penelitian1. UmumMengetahui bagaimana hubungan antara usia dengan prevalensidugaan mati mendadak.2. KhususMengetahui prevalensi kasus dugaan mati mendadak berdasar usia

Page 6: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

di Laboratorium Forensik dan Medikolegal Universitas Sebelas MaretSurakarta.D. Manfaat Penelitian1. Manfaat TeoritikPenelitian ini diharapkan dapat menambah bukti-bukti empiriktentang hubungan usia dengan prevalensi dugaan mati mendadak.2. Manfaat PraktisPenelitian ini diharapkan memberi informasi dan membantu dalamproses identifikasi korban mati mendadak berdasar pada usia korban. dibidang forensik dan medikolegal.xiBAB IILANDASAN TEORIA. Tinjauan Pustaka1. Usiaa. Definisi UsiaUsia dikelompokkan menjadi dua, yaitu usia kronologis dan usiabiologis. Usia kronologis ditentukan berdasarkan penghitungankalender, sehingga tidak dapat dicegah maupun dikurangi. Sedangkanusia biologis adalah usia yang dilihat dari jaringan tubuh seseorang dantergantung pada faktor nutrisi dan lingkungan, sehingga usia biologisini dapat dipengaruhi (Lestiani, 2010).b. Pembagian UsiaSumiati Ahmad Mohamad, membagi periodisasi biologisperkembangan manusia sebagai berikut :1) 0 - 1 tahun = masa bayi.2) 1 - 6 tahun = masa pra sekolah.3) 6 - 10 tahun = masa sekolah.4) 10 - 20 tahun = masa pubertas.5) 20 - 40 tahun = masa dewasa.6) 40 - 65 tahun = masa setengah umur / Prasenium.7) 60 tahun ke atas = masa lanjut usia / Senium(Mutiara, 2003).xiiMenurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), usia lanjut meliputi1) Usia Pertengahan (Middle Age) = antara 45 – 59 tahun.2) Usia lanjut (Elderly) = antara 60 – 70 tahun.3) Usia lanjut tua (Old) = antara 75 – 90 tahun.4) Usia sangat tua (Very Old) = di atas 90 tahun (Nugroho, 2009).Departemen Kesehatan Republik Indonesia membuatpengelompokan usia lanjut sebagai berikut :1) Kelompok Pertengahan Umur, ialah kelompok usia dalam masavirilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut, yang menampakkankeperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45 – 54 tahun).2) Kelompok Usia Lanjut Dini, ialah kelompok dalam masaprasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55 –64 tahun).

Page 7: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

3) Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi, ialah kelompokyang berusia lebih dari 70 tahun, atau kelompok usia lanjut yanghidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat,atau cacat (Mutiara, 2003).c. Proses PenuaanPenuaan merupakan proses perubahan yang menyeluruh danspontan yang dimulai dari masa kanak-kanan, pubertas, dewasa muda,dan kemudian menurun pada pertengahan sampai lanjut usia (Mobbs,2006).xiiiProses penuaan berlangsung ketika sel-sel secara parmanendirusak oleh serangan terus-menerus dari sejumlah partikel kimia yangdisebut "radikal-radikal bebas". Secara sederhana, kerusakan sel itumenumpuk selama bertahun-tahun, sampai jumlahnya mencapai titikyang tak mungkin dibalikkan, akibatnya timbul penyakit-penyakityang terjadi bersamaan pada akhir kehidupan sampai akhir hayatnya.Hal ini disebabkan, usaha yang gagal dari setiap sel untuk tetap hidupdan berfungsi secara wajar, berhadapan dengan zat kimiawi yangmenghancurkan tersebut (Mutiara, 2010; Soejono, 2006).Menurut Alex Comfort (1964) dasar dari proses menua adalahkegagalan fungsi homeostatik penyesuaian diri terhadap faktorintrinsik dan ekstrinsik. Menua adalah proses yang mengubah seorangdewasa sehat menjadi seorang yang rapuh dengan berkurangnyasebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnyakerentanan terhadap berbagai penyakit seiring dengan bertambahnyausia. Gangguan homeostatik tersebut dapat memudahkan terjadinyadisfungsi berbagai sistem organ dan turunnya toleransi terhadap obatobatan.d. Perubahan pada Usia TuaSemakin bertambah usia seseorang, maka semakin banyak terjadiperubahan pada berbagai sistem dalam tubuh. Perubahan yang terjadicenderung mengarah pada perubahan penurunan berbagai fungsitersebut. Pada sistem saraf pusat terjadi pengurangan massa otak,xivaliran darah ke otak, densitas koneksi dendritik, reseptorglukokortikoid hipokampal, dan terganggunya autoregulasi perfusi.Timbul proliferasi astrosit dan berubahnya neurotransmitter, termasukdopamin dan serotonin. Terjadi peningkatan aktivitasmonoaminoksidase dan melambatnya proses sentral dan waktu reaksi.Pada fungsi kognitif terjadi penurunan kemampuan meningkatkanfungsi intelektual, berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak yangmenyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi hilangselama transmisi saraf di otak (Edelberg, 2003; Soejono, 2006;Sussman, 2004).Pada fungsi penglihatan terjadi gangguan adaptasi gelap,pengaruh pada lensa, ketidakmampuan untuk fokus pada benda-benadajarak dekat, berkurangnya sensitivitas terhadap kontras dan lakrimasi

Page 8: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

(Edelberg, 2003; Soejono, 2006; Sussman, 2004).Pada fungsi pendengaran terjadi hilangnya nada berfrekuensitinggi secara bilateral timbul pada fungsi pendengaran. Di samping itupada usia lanjut terjadi kesulitan untuk membedakan sumber bunyi danterganggunya kmampuan membedakan target dari noise (Edelberg,2003; Soejono, 2006; Sussman, 2004).Pada sistem kardiovaskuler, pengisian ventrikel kiri dan sel pacujantung (pacemaker) di nodus SA berkurang, terjadi hipertrofi atriumkiri, kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri bertambah lama, responinotropik dan kinotropik terhadap stimulasi beta-adrenergik berkurang,xvmenurunnya curah jantung maksimal, peningkatan Atrial NatriureticPeptide (ANP) serum dan resistensi vaskuler perifer (Edelberg, 2003;Sussman, 2004).Pada fungsi paru terjadi penurunan Forced Expiration Volume 1second (FEV1) dan Forced Volume Capacity (FVC), berkurangnyaefektivitas batuk dan fungsi silia dan meningkatnya volume residual.Adanya ‘ventilation perfusion mismatching’ menyebabkan PaO2menurun seiring bertambahnya usia : 100 – (0,32 x umur) (Edelberg,2003; Sussman, 2004).Pada fungsi gastrointestinal terjadi penurunan ukuran dan alirandarah ke hati, terganggunya bersihan (clearance) obat oleh hatisehingga membutuhkan metabolisme fase I yang lebih ekstensif.Terganggunya respons terhadap cedera pada mukosa lambung,berkurangnya massa pankreas dan cadangan enzimatik, berkurangnyakontraksi kolon yang efektif dan absorbsi kalsium (Edelberg, 2003;Sussman, 2004).Pada lanjut usia juga terjadi penurunan bersihan kreatinin(creatinin clearance) dan laju filtrasi glomerulus (GFR) 10 ml/decadeterjadi dengan semakin bertambahnya usia seseorang (Taliafero,2001).Pada siystem saraf perifer lanjut usia mengalami hilangnyaneuron motor spinal, berkurangnya sensasi getar terutama di kaki,xviberkurangnya sensitivitas termal. Massa otot juga berkurang karenaberkurangnya serat otot (Sarson, 2000).Pada sistem imun terjadi penurunan imunitas yang dimediasi sel,rendahnya produksi antibodi, meningkatnya autoantibodi yangdimediasi sel, rendahnya produksi antibodi, meningkatnyaautoantibodi, berkurangnya hipersensitivitas tipe lambat, berkurangnyaproduksi sel B oleh sumsum tulang, dan meningkatnya IL-6 dalamsirkulasi (Sarson, 2000).Sistem integumentum pada lansia berupa epidermis tipis dan rata,terutama yang paling jelas di atas tonjolan-tonjolan tulang, telapaktangan, kaki bawah, dan permukaan dorsalis tangan dan kaki.Ketipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

Meskipun melanin bersisa dalam keratinosit, jumlah melanosit yangberfungsi menurun, sehingga meningkatkan rasio keratinositmelanosit.Proliferasi abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo,biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah. Berbagailesi permukaan kulit lain secara umum terjadi pada lansia(Lueckenotte, 1995)2. Mati Mendadaka. Definisi Mati MendadakDefinisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yangterjadi pada 24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasusxviikasus forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menitatau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Kematian mendadaktidak selalu tidak terduga, dan kematian yang tak diduga tidak selaluterjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada bersamaan padasuatu kasus (Knight, 1997).Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinispada seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadipada tubuh mayat. Perubahan itu akan terjadi dari mulai terhentinyasuplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapamenit, jam, dan seterusnya. Setelah beberapa waktu, timbul perubahanpascamati yang jelas memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti(Budiyanto, 1997).Sedangkan mendadak merupakan kata yang berkaitan denganwaktu yang cepat atau seketika terhadap munculnya suatu kejadianatau peristiwa. Mendadak kaitannya dengan kematian dapat bersifatmutlak ataupun relatif. Dilihat dari perjalanan waktu kata mendadakdapat diartikan seketika, saat itu juga. Mendadak juga dapat dirasakanbagi orang yang sempat bertemu dengan korban saat masih sehat dansangat terkesan dengan pertemuan tersebut (Idris, 1997).Pengertian mati mendadak sebenarnya berasal dari suddenunexpected natural death yang didalamnya terkandung kriteriapenyebab yaitu natural (alamiah, wajar). Mendadak di sini diartikanxviiisebagai kematian yang datangnya tidak terduga dan tidak diharapkan,dengan batasan waktu yang nisbi (Budiyanto, 1997).Mati mendadak mengandung pengertian kematian yang tidakterduga, dalam kurun waktu kurang dari satu jam atau dalam waktudua puluh empat jam. Sering mati mendadak terjadi dalam beberapamenit, sehingga tidak ada yang menyaksikan atau tidak sempatmendapat pertolongan sama sekali (Wujoso, 2000).Arjono (1989) dalam makalahnya “Risiko Managemen SuddenDeath” menulis dua alternatif definisi, yaitu:1) Sudden death adalah kematian yang tidak terduga, non traumatis,non self inflicted fatality, yang terjadi dalam 24 jam sejak onsetgejala.2) Definisi yang lebih tegas adalah kematian yang terjadi dalam satu

Page 10: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

jam sejak timbulnya gejala.Arjono dalam mekalahnya tersebut juga menyebut definisi dariCobb yaitu mati mendadak adalah kematian terjadi tanpa diperkirakansebelumnya, tanpa gejala yang nyata sebelumnya atau gejalanya hanyadalam waktu yang singkat (menit atau jam), nontraumatis, tidakmengandung unsur kesengajaan (Moerdowo, 1984).Definisi Cobb tersebut menyebutkan suatu keadaan yang tidakdiperkirakan sebelumnya (unexpectedly). Suatu kematian yang tidakdiperkirakan sebelumnya, tentu tidak akan menjadi masalah dan tidakmenimbulkan kecurigaan, karena sudah diketahui akan menyebabkanxixkematian yang cepat. Misalnya, orang yang dihukum gantung atauorang yang sedang dalam keadaan sakaratul maut (terminal stage).Cobb juga menyebutkan adanya syarat bahwa gejala yang adasebelumnya tidak nyata atau gejala yang ada hanya dalam waktupendek (Moerdowo, 1984).Dari uraian tersebut di atas, maka mati mendadak mengandungpengertian kematian yang tidak terduga, tidak ada unsur trauma, tidakada tindakan yang dilakukan sendiri yang dapat menyebabkankematian, dan kematian tersebut disebebkan oleh penyakit dengangejala yang tidak jelas atau gejalanya muncul dalam waktu yangmendadak kemudian korban mati. Abkar Raden (1994) dalam bukunyamenulis bahwa kasus mati mendadak tidak boleh ada faktor traumadan keracunan.Moerdowo (1984) mengatakan bahwa mati mendadak adalahkematian yang tidak disangka dalam waktu kurang dari satu jam (verysudden death) atau dalam waktu dua puluh empat jam (sudden death).Sering mati mendadak terjadi dalam beberapa menit, sehingga tidakada yang menyaksikan atau tidak sempat mendapat pertolongan samasekali. Kejadian ini dapat terjadi di lapangan olah raga, kantor, pasar,atau di jalan.Lown memberitakan dalam buku Moerdowo (1984), bahwa matimendadak tidak hanya didapatkan pada penderita yang berumur lanjutxxsaja, tetapi juga didapat pada penderita berumur dua puluhan. 25 %dari korban mati mempunyai keluhan atau kelainan pada jantung.b. Epidemiologi Mati MendadakKematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-lakidibandingkan pada perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluhdarah menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak,dan sesuai dengan kecenderungan kematian kematian mendadak padalaki-laki yang lebih besar, penyakit jantung dan pembuluh darah jugamemiliki kecenderungan serupa. Penyakit jantung dan pembuluh darahsecara umum menyerang laki-laki lebih sering dibanding perempuandengan perbandingan 7 :1 sebelum menopause, dan menjadi 1 : 1setelah perempuan menopause. Di Indonesia, seperti yang dilaporkan

Page 11: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibatpenyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0%(1986) dan 19,0% (1995) (Kristanto, 2006).c. Penyebab Mati MendadakPenyebab mati mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistemtubuh, yaitu sistem susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler, sistempernapasan, sistem gastrointestinal, sistem haemopoietik, dan sistemendokrin. Dari sistem-sistem tersebut, yang paling banyak menjadipenyebab kematian adalah sistem kardiovaskuler, dalam hal inipenyakit jantung (Idris, 1997).xxi1) Sistem kardiovaskulerMati mendadak adalah kematian yang tidak terduga, nontraumatis,non self inslicted fatality, yang terjadi dalam waktu 24jam sejak awal gejala. Berdasar definisi ini maka penyakit jantung(sudden cardiac death) merupakan 60 % dari keseluruhan kasus.Jika yang dianggap mati mendadak adalah kematian yang terjadisatu jam sejak timbulnya gejala, maka sudden cardiac deathmerupakan 91% dari semua kasus mati mendadak (Wujoso, 2004).Sudden Cardiac Death adalah kematian tidak terduga karenapenyakit jantung, yang didahului dengan gejala maupun tanpagejala yang terjadi 1 jam sebelumnya (Moerdowo, 1984).Lebih dari 50% penyakit kardiovaskuler adalah penyakitjantung iskemik akibat sklerosis koroner. Urutan berikutnya adalahmiokarditis, kelainan katup, refleks viserovagal, hipersensitivitaskarotid, sinkope vasovagal, ketidakseimbangan asam basa danelektrolit (Budiyanto, 1997).a) Penyakit jantung iskemikPenyakit arteri koronaria merupakan penyebab palingbanyak kematian mendadak. Penyempitan dan oklusi koroneroleh atheroma adalah yang paling sering ditemukan. Terjadinyasklerosis koroner dipengaruhi oleh faktor-faktor makanan(lemak), kebiasaan merokok, genetik, usia, jenis kelamin, ras,xxiidiabetes mellitus, hipertensi, stress psikis, dan lain-lain(Ismudiati, 2003; Muhammad, 2006).Kematian lebih sering terjadi pada laki-laki daripadawanita. Sklerosis ini sering terjadi pada ramus descendensarteri koronaria sisnistra, pada lengkung arteri koronariadekstra, dan pada ramus sirkumfleksa arteri koronaria sisnistra.Lesi tampak sebagai bercak kuning putih (lipidosis) yang mulamulaterdapat di intima, kemudian menyebar keluar ke lapisanyang lebih dalam. Kadang-kadang dijumpai perdarahansubintima atau ke dalam lumen. Adanya sklerosis denganlumen menyempit hingga pin point sudah cukup untukmenegakkan diagnosis iskemik, karena pada kenyataannya

Page 12: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

tidak semua kematian koroner disertai kelainan otot jantung.(Budiyanto, 1997).Sumbatan pada pembuluh darah koroner merupakan awaldari munculnya berbagai penyakit kardiovaskuler yang dapatmenyebabkan kematian. Kemungkinan kelanjutan darisumbatan pembuluh darah koroner adalah :(1) Mati mendadak yang dapat terjadi sesaat dengan sumbatanarteri atau setiap saat sesudah terjadi:(2) Fibrilasi ventrikel yang disebabkan oleh kerusakan jaringannodus atau kerusakan sistem konduksi.(3) Komplikasi-komplikasi lain.xxiiib) Infark miokardInfark miokard adalah nekrosis jaringan otot jantungakibat insufisiensi aliran darah. Insufisiensi terjadi karenaspasme dan atau sumbatan akibat sklerosis dan thrombosis.Infark miokard adalah patologik (gejala klinisnya bervariasi,bahkan kadang tanpa gejala apapun), sedangkan infark miokardakut adalah pengertian klinis (dengan gejala diagnosis tertentu)(Budiyanto, 1997).Sumbatan pada ramus descendent arteria koronariasinistra dapat menyebabkan infark di daerah septum bilikbagian depan, apeks, dan bagian depan pada dinding bilik kiri.Sedangkan infark pada dinding belakang bilik kiri disebabkanoleh sumbatan bagian arteria koronaria dekstra. Gangguan padaramus sirkumfleksa arteria koronaria sinistra hanyamenyebabkan infark di samping belakang dinding bilik kiri.Suatu infark yang bersifat dini akan bermanifestasi sebagaidaerah yang berwarna gelap atau hemoragik. Sedangkan infarkyang lama tampak berwarna kuning padat (Budiyanto, 1997).Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam awal atau harisetelah infark dan penyebab segeranya adalah fibrilasiventrikel. Penyebab lain dari kematian mendadak segerasetelah onset dari infark adalah ruptur dinding ventrikel padaxxivdaerah infark dan kematian akibat tamponade jantung(Rilantono, 2003; Muhammad, 2006).c) Penyakit Katup JantungLesi katup sering ditemukan pada kasus-kasus kematianmendadak dan tampak pada banyak kasus dapat ditolerir baikhingga akhir hidup. Suatu lesi katup spesifik yang terjadi padakelompok usia lanjut adalah stenosis aorta kalsifikasi (sklerosisanular), yang tampak sebagai degenerasi atheromatosa daunkatup dan cincinnya, dan bukan suatu akibat dari penyakitjantung rematik pada usia muda (Rilantono, 2003).Penyakit katup jantung biasanya mempunyai riwayat

Page 13: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

yang panjang. Kematian mendadak dapat terjadi akibat rupturvalvula. Kematian mendadak dapat juga terjadi pada stenosisaorta kalsifikasi (calcific aortal stenosis), kasus ini disebabkanoleh penyakit degenerasi dan bukan karditis reumatik. Penyakitini lebih banyak pada pria dibanding wanita dan timbul padausia sekitar 60 tahun atau lebih (Rilantono, 2003).d) MiokarditisMiokarditis adalah radang pada miokardium yangditandai dengan adanya proses eksudasi dan sebukan selradang. Miokarditis akut dapat berupa miokarditis akutpurulenta yang merupakan komplikasi dari septikemia atauabses miokard (Budiyanto, 1997).xxvMiokarditis biasanya tidak menunjukkan gejala dansering terjadi pada dewasa muda. Diagnosis miokarditis padakematian mendadak hanya dapat ditegakkan denganpemeriksaan histopatologik. Otot jantung harus diambilsebanyak dua puluh potongan dari dua puluh lokasi yangberbeda untuk pemeriksaan ini. Pada pemeriksaanhistopatologik tampak peradangan interstisial dan atauparenkim, edema, perlemakan, nekrosis, degenerasi otot hinggamiolisis. Infiltrasi leukosit berinti tunggal dan tunggal,plasmosit dan histiosit tampak jelas (Budiyanto, 1997).e) HipertoniHipertoni ditegakkan dengan adanya hipertrofi ototjantung disertai dengan tanda-tanda lain seperti pembendunganatau tanda-tanda dekompensasi, sklerosis pembuluh periferserebral status lakunaris pada ganglia basalis, sklerosis arteriafolikularis limpa dan asrteriosklerosis ginjal. Hipertrofimiokardium dapat terjadi pada hipertensi, penyakit katupjantung, penyakit paru-paru yang kronik atau oleh karenakeadaan yang disebut kardiomiopati atau idiopati kardiomegali.Satu atau kedua sisi jantung (Budiyanto, 1997).f) Penyakit ArteriSebagai penyebab kematian mendadak, satu-satunyapenyakit arteri yang penting adalah yang dapat menjadixxvianeurisma, sehingga mudah ruptur. Aneurisma paling seringterjadi di aorta thoracalis dan aneurisma atheromatous padaaorta abdominalis, yang biasanya terjadi pada laki-laki berusiadi atas lima puluh tahun.Akibat dari ruptur aneurisma tergantung pada lokasiruptur. Jika ruptur terjadi pada aneurisma aorta ascenden, makamungkin akan masuk ke dalam paru-paru, rongga pleura,medistinum, bahkan trachea, bronkus, dan esophagus. Rupturpada aorta thoracalis pars descendent biasanya selalu ruptur ke

Page 14: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

cavum pleura. Pada aorta pars abdominalis ruptur biasanyaterjadi sedikit di atas bifucartio. Jika aneurisma jugamelibatkan arteri-arteri iliaca, maka ruptur akan terjadi disekitar pembuluh darah tersebut. Perdarahan biasanyaretroperitoneal dan kolaps mendadak bisa terjadi. Rupturmungkin ke arah rongga retroperitoneal atau kadang-kadangsekitar kantung kencing dan diagnosis baru dapat diketahuisetelah otopsi.Selain rupturnya aneurisma, mati mendadak oleh karenakelainan aorta juga disebabkan oleh koarktasio aorta, meskipunbiasanya berakibat terjadinya ruptur dan deseksi. Kematianterjadi beberapa jam atau hari setelah gejala muncul. Gejalaatau keluhan yang paling sering muncul pada umumnya adalahrasa sakit (Eddy, 2008; Muhammad, 2006).xxviig) Kardiomiopati AlkoholikKardiomiopati alkoholik mungkin lebih banyak terjadidaripada kenyataan yang ada. Alkohol dapat menyebabkanmati medadak melalui dua cara. Pertama bersama dengan obatpsikotropik. Kedua efeknya terhadap jantung. Kardiomiopatialkoholik akibat langsung dari:(1) Efek toksik langsung pada miokard.(2) Defisiensi nutrisi secara umum, juga vitamin.(3) Penyakit jantung beri-beri.Efek toksik langsung terhadap miokard merupakanpenyebab yang paling umum. Dua penyebab lainnya tidakbiasa ditemukan. Ditemukannya mati mendadak karenakardiomiopati alkoholik didukung dengan hipertrofi ventrikel,yang biasanya terjadi pada dua ventrikel, dan arteria koronariarelatf bebas dari atheroma serta riwayat tekanan darah normal(Budiyanto, 1997).h) Tamponade cordisTamponade cordis keadaan gawat darurat di mana cairanterakumulasi di pericardium. Sebelum timbulnya tamponade,penderita biasanya merasakan nyeri samar-samar atau tekanandi dada, yang akan bertambah buruk jika berbaring dan akanmembaik jika duduk tegak. Penderita mengalami gangguanxxviiipernapasan yang berat selama menghirup udara, vena-vena dileher membengkak (Rilantono, 2003).Tamponade jantung dapat terjadi secara mendadak jikabegitu banyak cairan yang terkumpul secara cepat sehinggajantung tidak dapat berdenyut secara normal. Keadaan inimenyebabkan peningkatan tekanan dalam jantung, danmenyebabkan ventrikel jantung tidak terisi dengan sempurna,sehingga hasilnya adalah pemompaan darah menjadi tidak

Page 15: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

efektif, syok, dan dapat juga menyebabkan kematian(Rilantono, 2003).2) Sistem RespirasiKematian biasanya melalui mekanisme perdarahan, asfiksia,dan atau pneumothorax. Perdarahan dapat terjadi pada tuberculosisparu, kanker paru, bronkiektasis, abses, dan sebagainya. Sedangkanasfiksia terjadi pada pneumonia, spasme saluran napas, asma, danpenyakit paru obstruktif kronis, aspirasi darah atau tersedak(Budiyanto, 1997).a) Perdarahan saluran napasMati mendadak yang terjadi pada orang yang tampaksehat akibat sistem pernapasan jarang ditemukan. Kematiandapat terjadi disebabka karena perdarahan yang masuk kedalam saluran pernapasan, misalnya akibat pecahnya kavernaxxixTBC, neoplasma bronchus, bronkiektasis, atau abses paru-paru.Penyebab utama dari sistem ini adalah perdarahan, yaknikarena perdarahan yang cukup banyak atau masuknyaperdarahan ke dalam paru-paru. Di dalam otopsi akanditemukan adanya darah, trachea, bronkus, atau saluran napasyang lebih dalam lagi (Camps, 1976).Perdarahan dapat muncul dari lesi inflamasi pada daerahnasopharynx. Beberapa kasus dapat juga berasal dari artericarotis. Perdarahan yang lain dapat berasal dari karsinoma didaerah esophagus atau jaringan sekitarnya. Aneurisma aortadapat juga ruptur ke arah bronkus atau esophagus (Camps,1976).b) BronkiektasisDalam buku Harrison (1981) disebutkan bahwabronkiektasis adalah pelebaran dari lumen bronkus. Biasanyalokal dan permanen. Ektasis terjadi akibat adanya kerusakandinding bronkus. Kerusakan dinding tersebut dapat disebabkanoleh penyakit paru-paru. Jadi, bronkiektasis bukan merupakansuatu penyakit yang berdiri sendiri, melainkan merupakansuatu akibat dari penyakit paru-paru (Harrison, 1981;Budiyanto, 1997).Pelebaran dinding bronkus diikuti dengan peningkatanpembuluh darah dan pelebaran pembuluh darah. Ulserasi darixxxdinding ektasis akan menimbulkan perdarahan ke dalam lumenbronkus yang dapat berakibat kematian. Gambaran fisikmuncul akibat adanya hipoksia dan perdarahan yang tampakpada hemoptisis. Penting untuk dilakukan pemeriksaanpatologi anatomi jaringan paru-paru untuk memastikandiagnosis adanya bronkiektasis pada kasus mati mendadakyang dicurigai karena perdarahan paru-paru (Harrison, 1981;

Page 16: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

Budiyanto, 1997).c) Abses paruAbses paru adalah lesi paru yang berupa supurasi dannekrosis jaringan. Abses dapat timbul akibat luka karenatrauma paru, perluasan abses subdiafragma, dan infark paruparuyang terinfeksi. Karena penyebab terbanyak adalahinfeksi, maka mikroorganisme yang menyebabkan absesmerupakan organisme yang terdapat di dalam mulut, hidung,dan saluran napas. Macam-macam organisme tersebut misalnyakuman kokus (streptococcus, staphylococcus), basil fusiform,basil anaerob dan aerob, spyrochaeta, proteus, dan lainsebagainya (Camps, 1976).Masih dalam bukunya, Camps (1976) menjelaskanpatologi terjadinya abses diawali dengan kuman yangteraspirasi ke dalam saluran napas sampai di bronkus danbronkiolus. Kemudian infeksi menyebar ke parenkim paru.xxxiTerjadi pembentukan jaringan granulasi yang mengelilingilokasi infeksi. Dapat terjadi perluasan ke pleura, sehingga pusdan jaringan nekrotik dapat keluar ke rongga pleura. Absestanpa pengobatan yang adekuat dapat menjadi kronis.d) PneumothoraxPneumothorax adalah adanya udara di dalam ronggapleura. Banyak terjadi pada dewasa tua, sekitar usia 40 tahun,dan lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita. Penyakitdasar penyebab pneumothorax adalah TB paru, emfisema, danbronkhitis kronis. Pneumothorax berulang dengan menstruasipada wanita disebabkan oleh adanya pleura endometrosis(katamenial pneumothorax) (Wujoso, 2004).Spontan pneumothorax dapat terjadi sebagai penyebabkematian. Umunya terjadi karena ruptur daru bulla emfisema.Pneumothorax juga dapat terjadi akibat pecahnya kavernasehingga berfungsi sebagai pentil udara (ventil pneumothorax).Penderita menderita sesak napas yang berat, tekananintrapleural meningkat sangat tinggi, terjadi kolaps paru danpenekanan pada mediastinum, termasuk jantung, venous returnjuga terganggu. Akibatnya selain terjadi gangguan pernapasanjuga terjadi gangguan pada sirkulasi jantung yang berakibatpada kematian (Camps, 1976).xxxiie) Tuberkulosa Paru (TB Paru)Merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkanoleh Mycobacterium tuberculosis. Data WHO terdapat 10-12juta penderita TB paru yang mampu menularkan. Angkakematian mencapai tiga juta pertahun. Penyebaran umumnya dinegara berkembang dengan sosial ekonomi rendah.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

Meluasnya TB paru dalam tubuh penderita dapat melaluiberbagai cara :(1) Penyebaran perkontinuitatum atau langsung ke jaringansekitarnya.(2) Penyebaran melalui saluran napas.(3) Penyebaran melalui saluran limfe (pleura, tu,ang belakang,dan dinding thorax).(4) Penyebaran hematogen.Gambaran klinis paling awal dan sering adalah batuk.Dahak mula-mula sedikit dan mukoid.f) Infeksi Non TB ParuInfeksi tractus respiratorius jarang menyebabkan matimendadak dan kematian tidak terduga. Infeksi ini biasanyamemerlukan waktu beberapa jam atau hari dan terdapat duamacam penyakit atau lebih sebelum terjadi kematian akibatinfeksi tractus respiratorius ini, meskipun penyakit tersebuttampak tidak serius (Harrison, 1981).xxxiiig) Obstruksi Saluran NapasObstruksi respiratori akut dari larynx dapat disebabkanoleh neoplasma, edema glotis akut yang disebabkan oleh alergi(angioneurotic inflammatory edema), atau peradangan lokal(streptococcal atau staphylococcal inflammatory glottisoedema), juga dapat disebabkan oleh laryngitis difteri(Harrison, 1981).h) Asma BronkialMati mendadak dapat juga terjadi pada saat seranganasma bronkial. Patogenesis dari asma bronchial yang khasadalah adanya penyempitan sampai obstruksi dari bronkuskecil pada tahap inspirasi dan ekspirasi. Penyempitan itudisebabkan oleh :(1) Spasme otot polos bronkus.(2) Edema mukosa bronkus.(3) Sekresi kelenjar bronkus meningkat.Pada otopsi, penderita asma bronchial yang meninggal,didapatkan perubahan-perubahan sebagai berikut:(1) Perubahan patologis.(a) Overdistensi dari kedua paru.(b) Paru tidak kolaps waktu cavum pleura dibuka.xxxiv(c) Dalam bronkus sampai bronkus terminalisdidapatkan gumpalan eksudat yang menyerupaigelatin.(2) Perubahan histopatologis.(a) Hispertrofi otot bronkus.(b) Edema mukosa bronki.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

(c) Kerusakan epitel permukaan mukosa.(d) Kerusakan epitel permukaan mukosa.(e) Penebalan nyata dari membran basalis.(f) Infiltrasi eosinofil dalam dinding bronki.Akibat lanjut dari sumbatan saluran napas pada asmabronchial adalah menurunnya tekanan parsial oksigen dialveoli, sehingga oksigen dalam peredaran darah juga menurun(hipoksemia). Sebaliknya terjadi resistensi karbondioksida,sehingga kadar karbondioksida dalam peredaran darahmeningkat. Hal ini menyebabkan rangsangan pada pusatpernapasan sehingga terjadi hiperventilasi. Dari pathogenesisterjadinya serangan asma tersebut maka kepastian matimendadak akibat serangan asma memerlukan pemeriksaanhistologi dan biokimia (toksikologi) dengan baik (Harrison,1981).i) Karsinoma BronkogenikxxxvKarsinoma bronkogenik adalah tumor ganas primer yangberasal dari saluran napas. Karsinogen dalam kasus karsinomabronkogenik yang banyak disorot adalah rokok. Bahan aktifyang dianggap karsinogen dalam asap rokok adalah polonium210 dan 3,4 –benzypyrene. Perokok dalam jangka waktu 10-20tahun mempunyai risiko kanker ini. Karsinogenik lain yangberhubungan dengan dengan karsinoma bronkogenik adalahasbes, kemudian bahan radioaktif. Karsinoma bronkogenikmempunyai prognosis buruk sehingga mortalitasnya pun sangattinggi (Harrison, 1981).3) Sistem Pencernaana) Penyakit pada esofagus dan lambungKematian dapat cepat terjadi pada kasus perdarahanakibat gastritis kronis atau ulkus duodeni. Perdarahan fatalakibat tumor jarang terjadi dan jika terjadi maka sering akibatdari karsinoma atau leiomioma. Ruptur spontan dari lambungtidak biasa sebagai penyebab mati mendadakKematian mendadak juga dapat disebabkan oleh varisesesophagus. Varises esophagus sering merupakan komplikasidari sirosis hepatis. Mekanisme terjadinya adalah akibat darihipertensi portal. Hipertensi portal sendiri dapat disebabkanoleh kelainan intrahepatal (virus hepatitis, sirosis portal, sirosisxxxvibilier, tumor primer maupun metastatic hepar, trombosis venahepatika, amyloidosis hepatika) menyebabkan sirkulasi portaldalam hepar terbendung sehingga tidak lancar, dan sebagaikompensasi maka aliran portal tersebut melalui pembuluh venalain untuk dapat masuk ke dalam sirkulasi darah (Camps ,1976).

Page 19: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

Kelainan ekstrahepatal dapat disebabkan oleh stenosisvena porta, kompresi pada vena, thrombosis vena,dekompensasi kordis, perikarditis konstriktiva, dan penyebablain yang tidak diketahui. Lokasi dimulainya varises adalahbatas esofagogastrik merembet ke atas, sehingga kebanyakanditemukan pada sepertiga sebelah distal esophagusPada penderita sirosis hati dekompensata terjadihipertensi portal dan timbul varises esophagi yang sewaktuwaktudapat pecah sehingga timbul perdarahan masif.Kematian terjadi akibat pecahnya varises esophagus sehinggaterjadi perdarahan ke dalam gastrointestinal. Pada pemeriksaandalam perlu diperiksa isi lambung dan usus serta dilakukanpemeriksaan laboratorium untuk memastikan adanya darah,juga pemeriksaan patologi anatomi esofagus dan hepar(Harrison, 1981).Ulkus peptikum bisa menyebabkan kematian mendadak.Ulkus peptikum merupakan ulkus yang terjadi di mukosa,xxxviisubmukosa, bahkan kadang bisa mencapai lapisan muskulerdari tractus gastrointestinal yang selalu berhubungan denganasam lambung atau asam klorida (HCL). Lokasi ulkus mulaidari bawah esophagus, lambung, dan duodenum bagian atas(Wujoso, 2000).Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan,perforasi, dan obstruksi. Perdarahan yang sedikit tidak banyakmemberikan keluhan dan hanya bermanifestasi klinis menjadianemia pernisiosa. Namun, jika perdarahannya banyak, makaakan menimbulkan hematemesis dan melena. Luka pada daerahlambung lebih sering menyebabkan hematemesis. Sedangkanluka pada duodenum akan menyebabkan melena. Hematemesisdan melena sendiri akan memicu timbulnya syok hipovolemikdan dapat berujung pada kematian (Wujoso, 2000).Untuk otopsi kematian mendadak oleh karena kasusperdarahan rongga abdomen yang tidak jelas penyebabnyaperlu dilakukan pemeriksaan lambung dan usus dengan hatihati,untuk mencari kemungkinan disebabkan oleh adanyaperforasi akibat ulkus peptikum (Wujoso, 2000).b) Penyakit pada usus halus, usus besar, dan pankreasSetiap tahun ada komplikasi dari peritonitis dan gangreneusus yang menyebabkan kematian. Kondisi lain yang mungkinmenyebabkan kematian seperti strangulasi hernia inguinalis,xxxviiihernia femoralis, hernia umbilikalis, dan volvulus. Gastroenteritisakut meskipun jarang menyebabkan mati mendadakpada orang dewasa sehat, tetapi dapat menyebabkan kematiantak terduga pada orang tua dan remaja (Camps, 1976).

Page 20: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

Kematian mendadak juga dapat terjadi pada perforasimegakolon toksik. Megakolon toksik adalah dilatasi semuabagian dari kolon sampai dengan diameter enam sentimeterdisertai toksisitas sistemik. Megakolon toksik merupakankomplikasi dari setiap inflamasi berat pada kolon, seperti :colitis ulseratif, colitis granulomatosa (Chron’s disease), colitisamubikakolitis pseudomembranosa, colitis salmonella, tifusabdominalis, disentri basiler, kolera, enterokolitis iskemik,infiltrasi limfoma pada kolon, colitis karena clostridium dancampylobacter. Kematian pada megakolon toksik cukup tinggi.Hal ini dilaporkan oleh Blender (1974) bahwa kematian akibatmegakolon toksik mencapai tiga puluh persen dari totalpenderita dan meningkat menjadi 82 % jika terjadi perforasi(Camps, 1976).c) Penyakit pada HatiPada hati sedikit sekali yang menyebabkan kematianmendadak. Hepatitis virus yang luas dapat menyebabkannekrosis luas dan kolaps mendadak serta mati dalam beberapaxxxixjam kemudian. Keadaaan ini perlu diagnosis banding dengankasus keracunan (Hadi, 1995).Perdarahan akibat rupturnya tumor hepar jarangmenyebabkan kematian atau kolaps mendadak. Penyebabkematian pada karsinoma hati adalah komplikasinya yangmengakibatkan hematemesis, melena, maupun komahepatikum. Hasil otopsi pada kematian karena emboli lemakmerupakan tanda bahwa telah terjadi perlemakan hati yangparah (Hadi, 1995).Infeksi parasit pada hati yang dapat menyebabkan kolapsatau mati mendadak adalah abses amuba dan kista hidatidayang dapat menimbulkan demam. Rupturnya abses / kista dapatterjadi spontan atau karena trauma. Abses yang terjadi padalobus kiri hati dapat menyebabkan perforasi sehingga dapatmasuk ke rongga pericardium (intrakardial), bila ini terjadimaka prognosisnya jelek. Keluhannya berupa nyeri dadabagian kiri, penderita lebih enak tidur dengan bantal yangtinggi, tanda-tanda tamponade kordis tampak semakin jelas,dan pasien dapat meninggal mendadak oleh karena tamponadekordis (Hadi, 1995).xl4) Sistem Hematopoietika) LimpaRuptur dari limpa dapat menyebabkan kolaps dan matimendadak dengan cepat. Limpa dapat ruptur secara spontanatau karena trauma. Hal ini terjadi jika limpa terlibat dalampenyakit yang cukup berat, yaitu infeksi mononukleosa

Page 21: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

(Springate dan Adelson, 1996), leukemia, hemophilia, malaria,typhoid, atau leishmaniasis (Camps, 1976).b) DarahKematian mendadak tak terduga dilaporkan dalam kasusmegaloblastik anemia. Infeksi ringan juga dapat munculsebagai pemicu terjadinya kematian pada beberapa keadaananemia. Hal tersebut juga dapat terjadi pada pasien leukemia(Camps, 1976).Hanya satu kelompok hemoglobinopati yang mungkinberhubungan dengan kematian yang tak terduga dan inibiasanya disebabkan oleh sickle sel anemia. Pasein meninggaldalam kondisi kritis karena hemolisis massif dari eritrosit(Camps, 1976).5) Sistem UrogenitalPenyakit pada ginjal dan sistem urinaria jarang menyebabkanmati mendadak. Ada beberapa kondisi yaitu pada pasien denganxliuremia fase terminal (dengan koma atau kejang) dapat terjadi matimendadak. Ketidakseimbangan elektrolit juga dapat menjadipenyebab mati mendadak dengan gambaran klinis seperti kasusemboli paru (Camps, 1976).Sistem genital pada wanita pada saat kehamilan pekaterhadap trauma, infeksi dan penyakit-penyakit tertentu. Eklampsiadan toxemia saat kehamilan dapat menyebabkan kolaps dan matimendadak (Camps, 1976).6) Sistem EndokrinPenyakit pada sistem endokrin jarang berhubungan dengankematian mendadak. Kalaupun ada, biasanya berhubungan denganadanya kelainan pada organ lain. Nekrosis akut dari kelenjarhipofisis dapat menyebabkan kolaps dan hipotensi berat.Sebagaimana telah diketahui bahwa oksitosin dan vasopressinadalah produk dari hipofisis yang mempunyai fungsi : kontraksiotot polos uterus, kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingialveoli susu. Aksinya terhadap ginjal mencegah kehilangan airberlebihan (efek anti diuretik) dan kontraksi otot polos dalamdinding pembuluh darah (pengaruh vasopresor) (Camps, 1976).Pankreas, juga seperti kelenjar endokrin yang lain jarangberhubungan dengan kasus mati mendadak. Hipoglikemiaxliimerupakan sebab kematian dapat terjadi karena tumor pancreasatau overdosis pemberian insulin (Camps, 1976).Tiroid, baik hiperfungsi maupun hipofungsi dapatmenyebabkan mati mendadak karena efeknya terhadap jantung.Pasien tirotoksikosis, lima puluh persen mati mendadak dan tidakterduga, tanpa adanya kelainan infark miokard atau emboli pulmo.Perdarahan yang besar adenoma tiroid dapat menyebabkan mati

Page 22: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

mendadak karena sumbatan akut dari trakea (Camps, 1976).7) Sistem Saraf PusatMasalah mati mendadak yang berhubungan dengan penyakitsistem saraf pusat biasanya akibat perdarahan yang dapat terjadipada subarachnoid atau intraserebral. Perdarahan subarachnoidberhubungan dengan ruptur aneurisma. Biasanya terletak padaSirkulus Willisi tetapi kadang juga di tempat lain dari arteriserebral. Pada umumnya ruptur arteri karena adanya kelainancongenital pada dinding pembuluh darah, tapi ruptur biasanyaakibat degenerasi atheromatousPada dewasa muda kematian mendadak oleh karena adakelainan pada susunan saraf pusat, adalah pecahnya aneurismaserebri, yang masih dapat diketahui lokasinya bila pemeriksaanatas pembuluh darah otak (circulus willisi) dikerjakan dengan teliti;xliiidi mana pemeriksaan akan ditandai dengan subarachnoid (Idries,1989).Perdarahan subarachnoid dapat menyebabkan kolapsmendadak dan kematian yang cepat. Tanda-tanda yang munculseperti sakit kepala, kaku kuduk beberapa hari atau minggusebelum ruptur yang mematikan tersebut. Pada otopsi ditemukanjendalan darah atau lokal-lokal perdarahan pada bagian bawah otakdan lokasi aneurisma sering sukar untuk ditemukan. Multipelaneurisma mungkin terjadi, walaupun tidak umum. Perdarahanintraserebral dapat ditemukan pada kapsula interna atau padasubstansi otak, serebelum atau pons. Pada umumnya perdarahanbersifat terbungkus dan jarang menyebabkan kematian dengansegera. Kematian terjadi setelah beberapa jam, pasien tampakkembali baik kemudian akhirnya kolaps. Kolaps mendadakberhubungan dengan ruptur dari ventrikel lateral (Wujoso. 2000).Mati mendadak jarang terjadi pada infeksi, meskipun adaabses serebral yang ruptur, dan kematian yang cepat berhubungandengan meningitis (pneumokokus, meningokokus, influenza,tuberkulosa). Akut poliomyelitis dan ensefalitis dapatmenyebabkan kematian cepat jika juga mengenai batang otak.Mati mendadak atau kematian beberapa jam sejak onsetgejala dapat terjadi pada malaria. Diagnosis postmortem dapatdiketahui dengan ditemukannya pigmen malaria pada otak danxlivorgan lain seperti ginjal, liver, dan limpa. Mati mendadak jugadapat terjadi pada kasus epilepsi. Kematian dapat terjadi akibatasfiksia karena sufokasi. Kematian yang berkaitan dengan fungsiotak adalah kekacauan dari batang otak dalam mengatur jantungdan pernapasan (Wujoso, 2000).Stroke merupakan salah satu manifestasi defisit neurologis.Defisit neurologis tersebut dapat berupa hemiparesis, hemipestesia,

Page 23: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

diplegia, afasia, disfasia, dan paestesia. Sidharta (2008)mendefinisikan stroke adalah suatu sindroma akibat lesi vaskulerregional yang terjadi di daerah batang otak, daerah subkortikalmaupun kortikal. Lesi vaskuler tersebut dapat berupa tersumbatnyapembuluh darah (stroke iskemik) maupun dapat karena karenapecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).Beberapa kondisi yang perlu juga diperhatikan pada korbanyang mati mendadak dengan dugaan stroke, adalah :a) Umur. Lebih tua lebih memungkinkan mengidap stroke.b) Hipertensi. Merupakan faktor risiko yang dapat terjadi padaorang tua maupun muda. Korban dengan riwayat tekanandiastolik > 90 mmHg perlu diwaspadai.c) Diabetes mellitus. Orang yang diobati dengan insulin lebihmempunyai risiko untuk mengidap stroke daripada merekayang tidak menggunakan insulin.xlvd) Aterogenik. Orang yang ,e,punyai faktor keturunan untukmengembangkan ateroma (aterogemik). Misalnya orangdengan hiperlipidemia atau orang denganhiperurikasidemia.e) Penyakit jantung. Stenosis / insufisiensi mitral, penyakitjantung koroner, congestive heart failure, penyakit jantungrematik, faktor risiko ini pada umumnya akan menimbulkansumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepaskangumpalan darah atau sel-sel atau jaringan yang telah matike dalam aliran darah.f) Perokok. Efek merokok terhadap stroke tidak begitu nyatadibanding terhadap penyakit jantung koroner.g) Obat antihamil. Merupakan faktor risiko bagi wanita(Sidharta, 2008).d. Kepentingan Otopsi Pada Kasus Mati MendadakMati mendadak sampai saat ini mungkin masih dianggap sebagaiperistiwa yang wajar, baik oleh masyarakat maupun pihak penyidikatau kepolisian. Sehingga kasus mati medadak tidak dimintakan otopsi.Kondisi tersebut sangat merugikan, mengingat kemungkinan kematianmendadak tersebut terdapat unsur kriminalnya, atau kematian tersebutberhubungan dengan kelalaian perbuatan orang lain (Mulyono, 1986).xlviKasus mati mendadak yang tidak terduga sering menimbulkanpertanyaan. Kecurigaan adanya ketidakwajaran sering muncul dalampikiran orang. Berbagai pertanyaan muncul dalam benak masingmasingorang tentang korban yang mati mendadak tersebut. Padakasus kematian mendadak, sangat perlu mendapat perhatian keadaankorban sebelum kematian. Apakah korban baru menjalankan aktivitas,atau sewaktu istirahat sehabis melakukan aktivitas. Keadaanlingkungan tempat kejadian perkara juga harus diperhatikan. Hal-hal

Page 24: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

yang perlu diperhatikan :(1) Kematian terjadi pada saat seseorang melakukan aktivitas fisikmaupun emosional dan disaksikan oleh orang lain, misalnyasedang berolahraga, melakukan ujian, dan lain sebagainya.(4) Jenazah dalam keadaaan mencurigakan, misalnya korban tanpakelainan apa-apa dengan dengan pakaian rapi ditemukanmeninggal, atau meninggal di tempat tidur sendirian.Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yangmeliputi pemeriksaan trehadap bagian luar maupun dalam, dengantujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera,melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut,menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibatantara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian(Mansjoer, 2000).xlviiDalam bukunya, Mulyono (1986) mengutip pernyataan Gonzalesyang menyebutkan beberapa kondisi yang mendukung untukdilakukanny otopsi pada kasus mati mendadak, yaitu:(1) Jika jenazah ditemukan dalam keadaaan yang mencurigakan,seperti ditemukan adanya tanda kekerasan. Kadang kematianmendadak yang disebabkan penyakit dapat dipacu oleh adanyakekerasan yang disengaja tanpa meninggalkan tanda pada tubuhkorban. Umur korban juga memegang peranan penting dalammenentukan, apakah korban perlu dilakukan otopsi atau tidak Matimendadak jarang terjadi pada usia muda, jadi kecurigaan adanyaunsur criminal perlu lebih diperhatikan dibanding pada orang tua.(2) Otopsi dilakukan atas permintaan keluarga, yang ingin mengetahuisebab kematian korban.(3) Otopsi dilakukan untuk kepentingan asuransi.Kematian mendadak yang tidak mendatangkan kecurigaan padaprinsipnya tidak perlu dilakukan otopsi. Baru jika penyidik merasa adakecurigaan atau tidak mampu untuk menetukan adanya kecurigaanmati tidak wajar, maka dokter sebetulnya mutlak untuk melakukanpemeriksaan di tempat kejadian yang sebenarnya (Mulyono, 1986).Pada otopsi kasus yang diduga kematian mendadak, hampirselalu pemeriksaan toksikologi harus dilakukan. Tanpa pemeriksaantoksikologi, penegakan sebab mati menjadi kurang tajam (Knight B,1997).xlviiiB. Kerangka PemikiranC. Hipotesis1. Ada hubungan antara usia dengan prevalensi dugaan mati mendadak.2. Semakin bertambah usia maka semakin tinggi prevalensi dugaan matimendadak.-Terjadi proses degenerasi sistem organ-Rentan terkena penyakit

Page 25: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

-Riwayat life style yang burukPertambahan usiaSistem Saraf Pusat Sistemrespirasisistem organlainSistemkardiovaskuler-PJK-kardiomiopati-hipertoni-tamponadeCordis-pny. katupJantung-stroke-absesserebral-ensefalitis-meningitis-epilepsi-bronkiektasis-tuberculosis-asma bronchial-obstruksi sal. Napas-pneumothorax-perdarahan sal. napas-gastrointestinal-urogenital-endokrin-integumentum-homopoietikMati MendadakxlixBAB IIIMETODE PENELITIANA. Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalahobservasional retrospektif.B. Lokasi PenelitianPenelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensikdan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.C. Subjek PenelitianSubjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekammedis orang yang meninggal mendadak dan diotopsi di LaboratoriumIlmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran

Page 26: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

Universitas Sebelas Maret. Subjek Penelitian diambil dari data BulanJanuari 2000 - Mei 2010.D. Teknik SamplingUntuk pengambilan sampel digunakan teknik purposive sampling,yaitu pemilihan subjek berdasar ciri-ciri atau sifat tertetu yang berkaitandengan karakteristik populasi. Kriteria sampel antara lain:1. Kriteria inklusi :a. Korban yang mati akibat dugaan mati mendadakb. Usia korban diketahui.l2. Kriteria eksklusi :a Korban mati akibat trauma, tindakan bunuh diri, keracunan,maupun pembunuhan.b Korban yang usianya tidak diketahui.E. Rancangan PenelitianKeterangan :M : Korban mati mendadak.U : Usia korban.JM : Jumlah korban mati mendadak berdasarkan umur.S : Uji statistik berupa regresi linier.MU3

3U2U1U4U5JM1JM2JM5JM3JM4

SUdstJM dst

liF. Identifikasi Variabel1. Variabel Bebas : Usia2. Variabel Terikat : Prevalensi Dugaan Mati Mendadak3. Variabel tidak terkendali : Jenis kelamin, Riwayat pekerjaan.4. Variabel terkendali : Riwayat penyakit.G. Definisi Operasional Variabel1. Usiaa. Definisi :Usia adalah pengukuran waktu yang berlangsung sejakseseorang dilahirkan. Usia ini dinilai dengan menggunakankalender dan tanda pengenal korban. Jika masih tidakteridentifikasi maka dilakukan pemeriksaan forensik untukmengetahui usia korban. Usia ini akan dikelompokkan menjadikelompok antara lain:

Page 27: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

1) Neonatus : 0-1 bulan2) Infant / bayi : 1 bulan- 1 tahun3) Anak : 1 tahun – 12 tahun4) Remaja : 12 – 21 tahun5) Dewasa : 21- 40 tahun6) Presenium : 40- 59 tahun7) Senium / lansia : ≥ 60 tahunliib. Skala data : Interval.c. Sumber data : Survey langsung dan visum et repertum.d. Instrumen : Kalender, tanda pengenal korban, visum etrepertum.e. Satuan data : Tahun.2. Prevalensi Dugaan Mati Mendadak.a. Definisi :Prevalensi dugaan mati mendadak adalah jumlah kasuskematian di mana kematian itu terjadi kurang dari 1 jam ataukurang dari 24 jam. Mati mendadak adalah kematian yang tidakterduga, tidak ada riwayat trauma, tidak ada tindakan yangdilakukan sendiri yang dapat menyebabkan kematian, dankematian tersebut disebabkan oleh penyakit dengan gejala yangtidak jelas, bukan karena pembunuhan, dan bukan karenakeracunan. Mati mendadak memiliki onset gejala yang munculdalam waktu yang mendadak kemudian korban mati. Penegakandiagonis mati mendadak dan penyebab mati mendadakditentukan lewat autopsy (Moerdowo, 1984).b. Skala data : Rasio.c. Sumber data : Survey langsung dan visum et repertum.d. Instrumen :1) Alata) Visum et repertum.liiib) Pisauc) Guntingd) Pinset bergerigie) Gergajif) Pahatg) Jarum jahit kulith) Benang kasari) Gelas ukurj) Semprit, jarum.k) Kamar otopsi.l) Meja otopsi dengan penampungan air.m) Tabung reaksi untuk pemeriksaan histopatologikn) Kantong plastik untuk bahan pemeriksaan toksikologi.o) Formulir laporan obduksi

Page 28: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

p) Peralatan fotografi berupa kamera.2) Bahana) Formaldehid 19 %.b) Alkohol 70 %.e. Satuan data : Orang.3. Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputipemeriksaan trehadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuanmenemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukaninterpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkanlivpenyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antarakelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.H. Alur PenelitianI. Analisis DataAnalisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan keduavariabel yaitu usia dan prevalensi mati mendadak adalah uji regresi liniersederhana. Data diolah dengan program computer Statistical Productand Service Solution (SPSS) 17.0 for windows (Santoso, 2005).Korban mati mendadak yangdatang ke laboratoriumforensikUsia korban diketahuiMenghitung Jumlah korbanmati mendadakUji statistiklvBAB IVHASIL PENELITIANA. Data Hasil PenelitianSurvei hasil penelitian mengenai hubungan antara usia denganprevalensi mati mendadak telah dilaksanakan dalam kurun waktu antaratanggal 7 April 2010 sampai 31 Mei 2010 di Laboratorium Forensik danMedikolegal Universitas Sebelas Maret. Dari survei tersebut didapatkansampel sebanyak 135 korban mati mendadak dari jenis kelamin laki-laki danperempuan. Berikut hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel.Tabel 1 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan jenis jenis kelaminNo Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)12Laki-lakiPerempuanTotal1003513574

Page 29: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

26100Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa jenis kelamin sampel yang palingbanyak adalah laki-laki sebanyak 100 korban (74%).Sedangkan jenis kelaminperempuan jumlahnya jauh lebih sedikit sebanyak 35 korban (26%).lviTabel 2 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan jenis otopsi.No Jenis Otopsi Jumlah (orang) Persentase (%)12LuarDalamTotal103321357624100Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa jenis otopsi yang banyak dilakukandalam mendiagnosis korban mati mendadak adalah otopsi luar sebanyak 103korban (76 %). Sedangkan untuk otopsi dalam hanya dilakukan pada 32korban (24 %).Tabel 3 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasar usiaNo Kelompok Usia Jumlah (orang) Persentase (%)1234567NeonatusInfant / bayiAnakRemajaDewasaPreseniumLansiaTotal0-1 bulan1 bln – 1 tahun1-12 tahun12-21 tahun21 – 40 tahun40 – 59 tahun

Page 30: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

≥ 60 tahun00042545611350003193345100lviiDari tabel 3 dapat dilihat bahwa usia sampel yang paling banyak adalahusia senium atau lansia yaitu usia ≥ 60 tahun sebanyak 61 orang atau sekitar45 % dari keseluruhan sampel . Sedangkan usia sampel yang paling sedikitadalah usia neonatus (0 sampai 1 bulan), bayi (1 bulan sampai 1 tahun), dananak (1 -12 tahun) yaitu tidak ada korban mati mendadak sama sekali atausebesar 0 % dari keseluruhan sampel.B. Hasil Uji StatistikData yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji regresi linier untukmenguji hipotesis yang diajukan. Data diolah dengan Statistical Product andService Solution (SPSS) 17.00 for windows.Tabel 4. Deskriptif statistikDescriptive StatisticsMean Std. Deviation Nprevalensi 19.29 25.111 7usia 4.00 2.160 7

Tabel 5. Hasil uji korelasiCorrelationsprevalensi usiaprevalensi Pearson Correlation 1.000 .916usia .916 1.000Sig. (1-tailed) prevalensi . .002usia .002 .N prevalensi 7 7usia 7 7

lviiiTabel 6. Hasil uji regresi linierCoefficientsa

UnstandardizedCoefficientsStandardizedCoefficientsModel B Std. Error Beta t Sig.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

(Constant)-23.286 1 9.349 -2.491 .055usia 10.643 2.091 .916 5.091 .004a. Dependent Variable: prevalensi

Dari hasil uji regresi linier didapatkan t hitung hubungan antara usiadengan prevalensi dugaan mati mendadak adalah 5,091. Sedangkan nilai ttabel dengan taraf signifikan ( α) = 0,05 adalah 2,571. Nilai t hitung hubunganantara usia dengan prevalensi dugaan mati mendadak lebih besar daripada ttabel (5,091 > 2,571). Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak / tidak diterimapada taraf signifikan (α) = 0,05 sehingga uji regresi linier sederhanamenunjukkan adanya hubungan antara usia dengan prevalensi dugaan matimendadak. Sehingga rumus regresinya menjadi :Y = C + aXY = -23,286 + 10,643 XDi mana :Y : prevalensi dugaan mati mendadak.X : usia.lixBAB VPEMBAHASANBerdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, perhitunganstatistik dan teori penelitian terdahulu, maka hasil penelitian tersebut dapatdibahas sebagai berikut :Dari 135 sampel penelitian yang diteliti, jenis kelamin yang paling banyakditemukan adalah jenis kelamin laki-laki sesuai dengan data yang ditunjukkandalam tabel 1. Hal ini menunjukkan bahwa kematian mendadak banyakdidapatkan pada laki-laki dibanding wanita. Hasil ini sesuai dengan hasil Studiyang dilakukan oleh Farmingham tentang epidemiologik jangka panjang yangmenunjukkan bahwa penderita laki-laki dengan riwayat penyakit jantungmempunyai risiko mengalami kematian mendadak 2-4 kali dibanding wanita.Berdasar pada data tabel 2 dapat diketahui bahwa jenis otopsi yangdilakukan pada korban mati mendadak dalam kurun waktu antara bulan Januari2000 sampai Mei 2010 adalah lebih banyak otopsi luar dibanding otopsi dalam.Dari 135 kasus, otopsi luar dilakukan sebanyak 103 kasus sedangkan otopsi dalamhanya 32 kasus. Hal ini karena dalam pelaksanaan visum terhadap korban matimendadak tidak semua keluarga para korban memberikan persetujuan untukdilakukan pemeriksaan dalam. Ini tentu memberi kendala tersendiri karenapenyebab kasus mati mendadak hanya bisa didiagnosis pasti dengan pemeriksaandalam untuk mengetahui sistem organ mana yang terkena.lxTabel 3 menunjukkan data korban yang diduga mati mendadak dilihat dariusia. Jumlah korban yang paling banyak adalah kelompok lansia yaitu usia ≥ 60tahun. Dan yang paling sedikit adalah usia anak-anak ke bawah. Ini sesuai denganhipotesis yang penulis kemukakan bahwa memang ada hubungan antara usiadengan prevalensi dugaan mati mendadak. Di mana hubungan itu menunjukkanbahwa prevalensi mati mendadak meningkat seiring bertambahnya usia. Ini terjadikarena pada usia tua atau lansia sudah terjadi proses penuaan, di mana ada

Page 32: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

penurunan fungsi organ-organ tubuh. Selain itu, seiring meningkatnya usia, faktorrisiko untuk menderita penyakit juga semakin meningkat. Hal ini akan semakinmendukung banyaknya jumlah kejadian mati mendadak pada usia tua, karena matimendadak pada dasarnya adalah suatu kematian yang bersifat alamiah yangmerupakan fase terminal dari penyakit yang menyerang sistem organ tertentu dankejadiannya sangat mendadak.Data antara usia dengan prevalensi dugaan mati mendadak tersebutkemudian diuji dengan uji regresi linier sederhana untuk mengetahui kekuatanhubungan antara kedua variabel tersebut. Hasil uji regresi linier sederhana padatabel 6 didapatkan t hitung adalah 5,091. Sedangkan nilai t tabel dengan tarafsignifikan (α) = 0,05 adalah 2,571. Nilai t hitung hubungan antara usia denganprevalensi dugaan mati mendadak lebih besar daripada t tabel (5,091 >2,571). Halini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau tidak diterima pada taraf signifikan (α) =0,05 sehingga uji regresi linier berganda menunjukkan adanya hubungan antarausia dengan prevalensi dugaan mati mendadak. Dari hasil ini rumus regresinyaakan menjadi :lxiY = C + aXY = -23,286 + 10,643 XDi mana :Y : prevalensi dugaan mati mendadak.X : usia.Data usia dengan prevalensi dugaan mati mendadak juga diuji dengan ujikorelasi yaitu menggunakan korelasi pearson. Dari hasil uji korelasi yang terlihatpada tabel 5 ternyata didapatkan nilai korelasinya sebesar 0,916. Ini menunjukkanhubungan antara usia dengan prevalensi dugaan mati mendadak sangat kuatkarena mendekati nilai 1. Kekuatan hubungan antara usia dengan prevalensidugaan mati mendadak adalah sebesar 91,6%. Sedangkan besarnya koefisienregresi (B) adalah 10,643 yang artinya jika usia bertambah semakin tua makaprevalensi dugaan mati mendadak akan meningkat sebesar 10, 643 kali.Hubungan antara dua variabel itu bersifat searah karena nilainya positif, sehinggamenunjukkan bahwa semakin meningkat usia maka prevalensi dugaan matimendadak akan semakin banyak. Hal ini tentu menguatkan teori yang sudah adabahwa usia tua menjadi faktor risiko terjadinya mati mendadak.lxiiBAB VIPENUTUPA. SIMPULAN1. Mati mendadak memiliki hubungan yang erat dengan usia.2. Semakin meningkat usia, maka prevalensi kasus mati mati mendadak jugasemakin banyak.B. SARAN1. Untuk penelitian lebih lanjut mengenai hubungan usia dan mati mendadaksebaiknya dilakukan tidak hanya terbatas di Laboratorium Forensik danMedikolegal UNS saja tetapi juga bisa dilakukan sampai ruang lingkup

Page 33: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

yang lebih luas.2. Penelitian tentang mati mendadak ini sebaiknya tidak hanya dicarihubungannya dengan usia, tetapi juga dengan variabel-variabel lain sepertijenis kelamin, riwayat pekerjaan, riwayat penyakit, dan hasil temuanotopsi untuk mengetahui dengan jelas hal-hal yang mempengaruhiterjadinya mati mendadak.lxiiiDAFTAR PUSTAKAAbdul MI. Edisi Pertama Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama.Bina Rupa Aksara. 1989. Jakarta.pp: 163-166.Budiyanto, Arif. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian KedokteranForensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Centers for Disease Control and Prevention. 2003. The State of Ageing and HealthInAmerica.http://www.cdc.gov/Aging/pdf/State_of_Aging_and_Health_in_America_2004.pdf . (Diakses tanggal 28 Desember 2010).Comfort A. 1964. The Procces of Ageing. New York : Signet. Cited by : JesteDV. 1997. Psychiatry of Old Age is Coming of Age. Am J Psychiatry 164: 1356-8.Eddy J. 2008. Mati Mendadak. http://edyjharto.blogspot.com/2008/03/matimendadak-mengapa.html.(diakses tanggal 22 Maret 2010).Edelberg JM, Reed, M.J. 2003. Ageing and Angiogenesis. Frontiers Bioscience,8:199-209.Hadi S. 1995. Gastroenterologi. Bandung : Penerbit Alumni. pp: 35-72.Isselbacher, (et al). 1981. Harrison Principle of Internal Medicine Edisi 9.Jakarta: EGC. pp : 235-250.Knight B. Simpson’s Forensic Medicine. Eleventh Edition. New York : Arnold,1997 : 105 – 20.Kristanto, E., Winardi, T. 2006. Kematian Mendadak (Sudden NaturalUnexpectedDeath).http://erwin_k.webs.com/kematianmendadak.htm.(Diakses tanggal 26 Maret 2010).lxivMansjoer, Arif (et al), editors. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Mobbs, C. 2006. The Merck Manual of Geriatric Section I, Chapter I, Biology ofAgeing.http://www.merck.com/pubs/mm-geriatrics/see1/ch1.html (diaksestanggal 22 Maret 2010).Moerdowo, 1984. Sekitar Masalah Serangan Jantung. Jakarta : Bharata KaryaAksara.Muhammad, 2008. Penyakit Jantung, Trauma, dan Kematian.http://freewebs.com/jantung/.(diakses tanggal 22 Maret 2010).Mulyono, D. 1986. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Surakarta : UNS Press.Mutiara, Erna. 2003. Karakteristik Penduduk Lanjut Usia Di Sumatera UtaraTahun 1990. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmerna%20mutiara.pdf (Diakses tanggal 28 Maret 2010).Nugroho, Wahjudi. 2009. Komunikasi Dalam Perawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA USIA DENGAN PREVALENSI DUGAAN

pp: 4-6.Rilantono, L.I,.2003. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia. pp: 159-173.Santoso, Gempur. 2005. Fundamental Metodologi Penelitian Kuantitatif danKualitatif. Jakarta: Prestasi Bangsa Publisher.pp77-88.Shepherd, Richard. 2003. Simpson’s Forensic Medicine 12th Edition InternationalStudent’s Edition. London: Oxford University Press. pp :120-126.Sidharta P, Mardjono, M. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. pp : 290-292.lxvSoejono, CH. 2006. Pengkajian Paripurna Pada Pasien Geriatri. In: SudoyoAW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajarilmu penyakit dalam. Jilid III edisi IV. Jakarta: FKUI, pp.1425-30.Sussman, M.A. 2004. Anversa Myocardial Ageing and Senescence. Am RevPhysiol. 66: 29-48.Taliafero, G.M., Price, C.A, 2001.Ageing Increases Risk For Medication Problem.Senior Series. 127:1-3.Sarson N.M., (et al). 2000. The Relationship Between Physical PerfomanceMeasures, Age, Heighty Adults Age Asia. 29 : 235-42.Taufiqurrahman, Arif. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.Klaten: SCGF.pp:9.World Health Organization. 2001. International Classification of Functioning,Disability and Health.Geneva: World Health Organization.Wujoso, Hari. 2000. Pola Penyakit Penyebab Kematian Medadak DiLaboratorium Ilmu Kedokteran Kedokteran Kehakiman FakultasKedokteran UNS Tahun 1990-1998. Surakarta : Universitas Gadjah Mada.Tesis.lxvi……………………………… 51