Upload
ritana-cahyani
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
1) Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang
semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi.
2) Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan
wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
meningkatakan tekanan darah dibandingkan dengan wanita.
Namun, setelah wanita ,engalami menopause prevalensi hipertensi
pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya
hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang
diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi
yang lebih tinggi terdapat pada wanita.
3) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama
pada hipertensi primer.38 Keluarga yang memiliki hipertensi dan
penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat.40
b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
1) Kebiasaan Merokok
Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler
telah banyak dibuktikan.6 Selain dari lamanya, risiko merokok
terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari.
Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih
rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok.41
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
proses aterosklerosis dan
hipertensi.38
2) Konsumsi Asin/Garam
Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme
timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi
melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan
darah.
Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.7,42
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
3) Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan
peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.34
Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang
berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.26,34
4) Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali
dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan
minyak yang telah rusak. Minyak jelantah banyak mengandung
asam lemak jenuh yang dapat meningkatkan risiko aterosklerosis
dan peningkatan tekanan darah.
6) Obesitas
Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah
jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang
obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.
Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut
jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin
menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.5,20,34
7) Olahraga
Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan
memudahkan timbulnya hipertensi.6,13,34
8) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat
tekanan darah menjadi tetap tinggi.
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung,
cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta
lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres
berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan
patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
penyakit maag.7,43
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting
untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang
penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan
prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya
hidup.
Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan
tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang
obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach
to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet
rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit
saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah
cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi
garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari
menggunakan obat.
Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan
darah kurang dari 140/90 mmHg, diharapkan komplikasi akibat
hipertensi berkurang. Klasifikasi pre-hipertensi bukan suatu
penyakit, tetapi hanya dimaksudkan akan risiko terjadinya
hipertensi. Terapi non farmakologi antara lain mengurangi asupan
garam. Olah raga, menghentikan rokok dan mengurangi berat
badan, dapat dimulai sebelum atau bersama-sama obat
farmakologi.
Berbagai cara yang terbukti mampu untuk mencegah terjadinya
hipertensi, yaitu pengendalian berat badan, pengurangan asupan
natrium kloride, aktifitas alcohol, pengendalian stress, suplementasi
fish oil dan serat. The 5-year primary prevention of hypertension
meneliti berbagai faktor intervensi terdiri dari pengurangan kalori,
asupan natrium kloride dan alcohol serta peningkatan aktifitas fisik.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan berat badan sebesar 5,9
pounds berkaitan dengan penurunan TDS dan TDD sebesar 1,3
mmHg dan 1,2 mmHg.
Pengendalian faktor risiko
a. Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi
prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko
relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5
kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya
normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih ( overweight ).
Dengan demikian obesitas harus dikendalikan dengan
menurunkan berat badan.
b. Mengurangi asupan garam dalam tubuh
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram ( 1
sendok teh ) per hari pada saat memasak.
c. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hypnosis
dapat mengontrol system syaraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olahraga teratur
Berolahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama
30-45 menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan
dapat menambah kebugaran dan memperbaiki metabolism
tubuh yang ujungnya dapat mengontrol tekanan darah.
e. Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah
sehingga dapat memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia
beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan
mengakibatkan proses arteriosclerosis, dan tekanan darah
tinggi.
f. Mengurangi konsumsi alcohol