6
Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol 1) Umur Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi. 2) Jenis kelamin Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatakan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah wanita ,engalami menopause prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita. 3) Riwayat Keluarga Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.38 Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat.40 b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol 1) Kebiasaan Merokok Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.6 Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah

hipertensi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: hipertensi

Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol

1) Umur

Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang

semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun

mempunyai risiko terkena hipertensi.

2) Jenis kelamin

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria

lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan

wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung

meningkatakan tekanan darah dibandingkan dengan wanita.

Namun, setelah wanita ,engalami menopause prevalensi hipertensi

pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya

hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang

diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi

yang lebih tinggi terdapat pada wanita.

3) Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor

keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama

pada hipertensi primer.38 Keluarga yang memiliki hipertensi dan

penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat.40

b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol

1) Kebiasaan Merokok

Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler

telah banyak dibuktikan.6 Selain dari lamanya, risiko merokok

terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari.

Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih

rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok.41

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang

diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat

merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan

proses aterosklerosis dan

hipertensi.38

2) Konsumsi Asin/Garam

Page 2: hipertensi

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme

timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi

melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan

darah.

Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui

peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.7,42

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena

menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan

meningkatkan volume dan tekanan darah.

3) Konsumsi Lemak Jenuh

Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan

peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.34

Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang

berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.26,34

4) Penggunaan Jelantah

Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali

dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan

minyak yang telah rusak. Minyak jelantah banyak mengandung

asam lemak jenuh yang dapat meningkatkan risiko aterosklerosis

dan peningkatan tekanan darah.

6) Obesitas

Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah

jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang

obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.

Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan

untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti

volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi

meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding

arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut

jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin

menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.5,20,34

7) Olahraga

Page 3: hipertensi

Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan

timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan

memudahkan timbulnya hipertensi.6,13,34

8) Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas

saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara

bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat

tekanan darah menjadi tetap tinggi.

Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung,

cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa

bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan

hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta

lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres

berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan

penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan

patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau

penyakit maag.7,43

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting

untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang

penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan

prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya

hidup.

Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan

tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang

obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach

to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet

rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit

saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah

cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi

garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari

menggunakan obat.

Page 4: hipertensi

Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan

mortalitas kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan

darah kurang dari 140/90 mmHg, diharapkan komplikasi akibat

hipertensi berkurang. Klasifikasi pre-hipertensi bukan suatu

penyakit, tetapi hanya dimaksudkan akan risiko terjadinya

hipertensi. Terapi non farmakologi antara lain mengurangi asupan

garam. Olah raga, menghentikan rokok dan mengurangi berat

badan, dapat dimulai sebelum atau bersama-sama obat

farmakologi.

Berbagai cara yang terbukti mampu untuk mencegah terjadinya

hipertensi, yaitu pengendalian berat badan, pengurangan asupan

natrium kloride, aktifitas alcohol, pengendalian stress, suplementasi

fish oil dan serat. The 5-year primary prevention of hypertension

meneliti berbagai faktor intervensi terdiri dari pengurangan kalori,

asupan natrium kloride dan alcohol serta peningkatan aktifitas fisik.

Hasil penelitian menunjukkan penurunan berat badan sebesar 5,9

pounds berkaitan dengan penurunan TDS dan TDD sebesar 1,3

mmHg dan 1,2 mmHg.

Pengendalian faktor risiko

a. Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi

prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko

relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5

kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya

normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan

sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih ( overweight ).

Dengan demikian obesitas harus dikendalikan dengan

menurunkan berat badan.

b. Mengurangi asupan garam dalam tubuh

Page 5: hipertensi

Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit

dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram ( 1

sendok teh ) per hari pada saat memasak.

c. Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hypnosis

dapat mengontrol system syaraf yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah.

d. Melakukan olahraga teratur

Berolahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama

30-45 menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan

dapat menambah kebugaran dan memperbaiki metabolism

tubuh yang ujungnya dapat mengontrol tekanan darah.

e. Berhenti merokok

Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah

sehingga dapat memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia

beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap

melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat

merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan

mengakibatkan proses arteriosclerosis, dan tekanan darah

tinggi.

f. Mengurangi konsumsi alcohol