GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    1/51

    1

    BLOK 13 FK UNRAM

    2009

    Laporan TutorialSkenario 3

    Kelompok Tutorial 2

    Tutor : dr.Devi Rahmadona

    B L O K U R O P O E I T I K F A K U L T A S K E D O K T E R A N U N R A M

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    2/51

    2

    KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayahNya kami

    dapat menyelesaikan Laporan Tutorial ketiga sebagai suatu laporan atas hasil diskusi kami yang berkaitan

    dengan kegiatan tutorial pada Blok XIII semester V ini. Pada skenario ini kami membahas masalah yang terkait

    kesadaran pasien yang semakin menurun dan keterkaitan beberapa gejala sistemik lainnya seperti mual dan

    badan terasa lemah dengan beberapa sistem organ tubuh khususnya sistem urinarius. Kami juga membahas

    mengenai bagaimana pendekatan diagnosis yang di lakukan untuk mencari penyakit apa saja yang diderita

    pasien ini.

    Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali semua aspek

    yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan skenario ini baik pada Learning Objective yang kami

    cari ataupun pada pembahasan yang kurang memuaskan. Karena ini semua disebabkan oleh keterbatasan kami

    sebagai manusia. Tetapi, kami berharap laporan ini dapat memberi pengetahuan serta manfaat kapada para

    pembaca.

    Mataram, 25 September 2009

    Kelompok 2

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    3/51

    3

    DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

    DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

    SKENARIO 3.............................................................................................................................. iii

    CONCEPT MAP ...................................................................................................................... iv

    LEARNING OBJECTIVES......................................................................................................... v

    PENJELASAN GEJALA PADA SKENARIO............................................................................... 1

    PENDEKATAN DIAGNOSIS PASIEN ................................... 6

    GAGAL GINJAL AKUT ....................................................................... 8

    GAGAL GINJAL KRONIK............................ 20

    SINDROM NEFROTIK ............................................................................................................. 30

    GLOMERULONEFRITIS............................................................................................................. 33

    KESIMPULAN ........................................................................................................................... 43

    DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 44

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    4/51

    4

    SKENARIOSKENARIOSKENARIOSKENARIO 3333

    uGpSG]\GGGGGGGG

    yz|GtGGGGGGG

    G[GGGUGyGGGGG

    GGGGSGGGGGSG

    GGGGGGihiGGihrUGyGG

    GGGGGGGG

    UGkGGGGGSG

    GGX]WVXWWGoSGG`WVGGyyGY[VG

    GGUGrGGORVRPSGtGGG

    GGGGGGGUG

    GGGSGGGORPUGoG

    GGi|uGX[WGVsSGG[GVsSGG

    G^SYVsUGoGGGG

    UG

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    5/51

    5

    MAPPING CONCEPTMAPPING CONCEPTMAPPING CONCEPTMAPPING CONCEPT

    Sembuh Tidak sembuh

    Terapi

    Diagnosa Kerja

    Anamnesis

    Pem. Fisik

    Pendekatan diagnosis

    DDTanda dan gejala

    Kesadaran menurun

    - Gangg. Sistem digesti- Gangg. Sistem kerdiovaskular- Gangg. Sistem urinarius- Gangg. Sistem hematopoeitik- Gangg. Sistem neurologis

    Riwayat sebelumnya

    pencegahan

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    6/51

    6

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    7/51

    7

    LEARNING OBJEKTIFLEARNING OBJEKTIFLEARNING OBJEKTIFLEARNING OBJEKTIF

    1. Keterkaitan keseluruhan gejala dalam skenario2. Makna pemeriksaan neurologis tidak didapatkan lateralisasi3. Pendekatan diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang4. Penentuan diagnosa banding5. Pembahasan masing-masing diagnosis banding (definisi, klasifikasi, epidemiologi,

    etiologi, faktor risiko, patofisiologi, patologi, manifestasi klinis, penegakan diagnosis,

    terapi, komplikasi, prognosis, pencegahan)

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    8/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    9/51

    9

    Hiperkalemia akan selalu timbul apabila pasien mengalami oligouria pada gagal

    ginjal kronik, akibatnya bisa terjadi hambatan listrik jantung yang mengakibatkan

    aritmia dan kematian.

    d. Hipermagnesemia, Hiperurisemia, ketidakseimbangan natrium.2. Saluran kemih dan kelamin dapat terjadi : poliuria akibat diuresis osmotik lambat laun akan

    menjurus pada oligouria bahkan juga anuria karena kerusakan massa nefron yang

    berlangsung bertahap; Nokturia; Berat jenis urin tetap sebesar 1.010 (menunjukkan

    hilangnya kemampuan pemekatan atau pengenceran urin dari kadar plasma), Proteinuria,

    silinder, Hilangnya libido, amenore, impotensi dan sterilitas

    3. Kardiovaskular dapat ditemukan : hipertensi, retinopati dan ensefalopati hipertensif, bebansirkulasi berlebih, edema, gagal jantung kongestif, perikarditis, disritmia

    4. Pernafasan :a. Kusmaul pernafasan yang dalam dan berat, yang timbul karena kebutuhan untuk

    meningkatkan ekskresi karbondioksida sehingga mengurangi keparahan asidosis

    metabolik

    b. Dispnea, Edema paru, Pneumonitis5. Hematologik :

    a. Anemia : (normositik normokromik) yang khas disebabkan oleh menurunnyaeritropoietin sebagai promoter pembentukan sel darah. Racun uremik dapat

    menginaktifkan eritropoietin atau menekan respon sumsum tulang terhadap

    eritropoietin

    b. Hemolisis (karena kelainan lingkungan kimia plasma)c. Kecenderungan pendarahan,d. Menurunnya resistensi terhadap infeksi : hitung leukosit normal tetapi terdapat

    gangguan granulosit, limfosit, dan fungsi monosit-makrofag gangguan

    kemotaksis gangguan respon peradangan kronis dan penurunan hipersensitivitas

    lambat (tipe 4)

    6. Kulita. Pucat karena anemia,

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    10/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    11/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    12/51

    12

    terhadap system rennin-angiotensin, rangsangan terhadap saraf simpatis, peranan

    vasokonstriktor dan vasodilatasi pembuluh darah.

    Teori baru mengenai patogenesis hipertensi diajukan oleh Johnson dan Schniner,

    teori kerusakan vaskular ginjal. Pada mulanya diawali oleh hiperaktif sistem saraf simpatis

    yang kemungkinan besar berkaitan dengan factor genetic, familial atau lingkungan atau

    stress emosional, merokok, penggunaan alcohol, obat-obatan, kegemukan, penekanan

    batang otak bawaan, atau disfungsi baroreseptor. Selanjutnya terjadi aktivas sisitem renin-

    angiotensin-aldosteron, dapat melalui peningkatan angiotensinogen (disebabkan

    polimorfisme genetic, atau kontrasepsi oral), peningkatan renin oleh karena iskemia ginjal,

    hipokalemia, atau mekanisme yang lain yang meningkatan kadar angiotensin II. Selain

    meningkatkan tekanan darah, angiotensin II juga akan menstimulasi lebih lanjut sisitem saraf

    simpatis, sehingga terjadi stimulasi yang terus menerus. Pada awalnya kemampuan ginjal

    mengsekresi garam masih normal sehingga terjadi mekanisme pressure natriuresis yang

    membuang kelebihan garam dan menurunkan tekanan garam. Akan tetapi stimulasi yang

    berulang kali dapat menimbulkan kerusakan dari nefron ginjal sehingga mengurangi

    kemampuan membuang garam.

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    13/51

    13

    3HQGHNDWDQ'LDJQRVLV3DVLHQ

    Analisa Kondisi Pasien

    Keluhan utama pasien: Penurunan kesadaran Keluhan penyerta: Mual, Lemah, Nafsu makan menurun, Jarang BAB & BAKDari informasi yang diperoleh tersebut pertama-tama yang harus kita lakukan adalah mencari

    kemungkinan penyebab timbulnya keluhan utama pada pasien, kemudian setelah diketahui apa saja

    penyebabnya, lakukan pula investigasi apakah penyebab timbulnya keluhan utama pada pasien

    tersebut dapat pula disertai dengan keluhan penyerta atau tidak.

    Penyebab terjadinya penurunan kesadaran pada pasien sendiri sangat banyak, antara lain:

    1. Trauma (trauma kepala, trauma batang otak)2. Intoksikasi3. Hiponatremia4. Tindakan pembedahan (anastesi general)5. Penyakit infeksi (ensephalitis oleh Herpes simplex, meningitis bakterial, dsb)6. Sepsis7. Kelainan neoplasia (tumor)8. Alergi /Autoimun (lupus serebritis, vasculitis serebralis, dsb)9. Kelainan metabolik (diabetic ketoacidosis)10.Kelainan biokimia (asidosis metabolik, azotemia, dsb)11.Kelainan defisiensi (malnutrisi, dehidrasi)Namun, dari kondisi-kondisi yang ada serta dari hasil diskusi yang kami lakukan, kesadaran yang

    semakin menurun pada pasien dalam 4 hari terakhir yang disertaidengan adanya gejala-gejala lain

    seperti mual, lemah, nafsu makan menurun dan jarang BAB/BAK, maka kemungkinan besar pasien

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    14/51

    14

    tersebut mengalami Kelainan Biokimiawi. Hal ini diperkuat pula dengan adanya hasil pemeriksaan

    fisik maupun pemeriksaan laboratorium yang mengarah pada kerusakan fungsi ginjal.

    Oleh karena itu, kami menyimpulkan bahwa pasien menderita Sindrom Uremik, yang dapat

    diakibatkan oleh kerusakan ginjal yang bersifat progresif.

    Oleh karena itu, kami menyimpulkan bahwa diagnosis banding pada kasus pasien adalah penyakit-

    penyakit ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan secara progresif pada nefron, yaitu antara lain:

    1. Glomerulonefritis2. Sindroma nefrotik3. Gagal ginjal kronis4. Gagal ginjal akut

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    15/51

    15

    *DJDO*LQMDO$NXW

    Gagal ginjal akut merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan fungsi ginjal yang

    menurun secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yeng menyebabkan azotemia yang

    berkembang cepat, disertai akumulasi nitrogen sisa metabolisme (ureum dan kreatinin).

    Klasifikasi dan Etiologi GGA

    Klasifikasi GGA berdasarkan penyebab terjadinya, yaitu:

    1. Gagal ginjal akut prarenalGGA prarenal atau azotemia prarenal atau di sebut juga sebagai GGA fungsional, di sebabkan

    oleh ferfusi glomerulus yang abnormal sehingga menurunkan LFG. Biasanya disebabkan karena:

    a. Hipovolemia, yang di sebabkan oleh- Kehilangan darah /plasma : perdarahan, luka baker.- Kehilangan cairan melalui gastrointestinal, kulit, ginjal (diuretik, penyakit ginjal lain),

    pernafasan, pembedahan.

    - Redistribusi dari intravaskuler ke ekstravaskuler (hipoalbuminemia, sindromkompartemen ketiga, pankreatitis, peritonitis, kerusakan otot yang luas, sindrom distres

    pernafasan).

    - Kekurangan asupan cairan.b. Vasodilatasi sistemik

    - Sepsis- Sirosis hati- Anestesi/blokade ganglion- Reaksi anafilaksis- Vasodilatasi oleh obat

    c. Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung- Renjatan kardiogenik,infark jantung- Gagal jantung kongestif (disfungsi miokard, katup jantung)- Tamponade jantung

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    16/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    17/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    18/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    19/51

    19

    Manifestasi Klinis

    1. GIT: anoreksia, nausea, vomitting, hiccup, foetor uremik, gastritis erosif, kolitis uremi2. Kulit: pucat karena anemi, kekuningan karena urokrom, gatal karena toksin uremik,

    ekimosis, uremic-frost.

    3. Hematologi: anemi karena ertropoetin menurun, hemolisis, perdarahan.4. Otot&saraf: restless leg syndr, ensefalopati, miopati, burning feet syndrome.5. Kardio: hipertensi, nyeri dada, aritmi, edema6. Endokrin: gangguan metabolisme gula, lemak, vitamin D

    Lain2: osteodistrofi renal, asidosis metabolik, gangguan elektrolit, hiperfosfat, hipokalsemi.

    Iskemia atau nefrotoksin

    Penurunan aliran darah

    ginjal

    Kerusakan sel tubulus

    Penurunan aliran darah

    glomerulus

    Kerusakan glomerulus

    Obstruksitubulus

    Peningkatan hantaranNaCl ke macula densa

    KebocoranFiltrasi

    Penurunanultrafiltrasi

    glomerulus

    Penurunan

    GFR

    FASEAWAL

    FASERUMATAN

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    20/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    21/51

    21

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Urine Volume urine biasanya rendah. Penilaian yang akurat membutuhkan kateterisasi

    bladder yang diikuti dengan pengukuran setiap jamnya (kecuali untuk pasien

    dengan obstruksi saluran kemih bawah).

    Osmolalitas urine >600 mOsm/kg biasanya menunjukkan adanya gagal ginjal akut. Urinalisis rutin biasanya tidak memperlihatkan adanya abnormalitas.

    Senyawa urine dan darah Rasio BUN kreatinin normalnya 10 : 1, dan biasanya rasio ini akan meningkat

    pada gagal ginjal prerenal.

    Tekanan vena sentral Tekanan vena sentral mengindikasikan hipovolemia. Bila gagal jantung berat merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal

    prerenal, maka akan terjadi penurunan cardiac output dan peningkatan tekanan

    vena sentral.

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    22/51

    22

    Penatalaksanaan

    Tujuan pengelolaan untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal, mempertahankan

    hemostasis, melakukan resusitasi, mencegah komplikasi metabolic dan infeksi serta

    mempertahankan pasien tetap hidup saampai faal ginjalnya sembuh secara spontan.

    Prioritas Penatalaksanaan Pasien dengan GGA

    Cari dan perbaiki factor pre dan pasca renal Evaluasi obat-obatan yang telah diberikan Optimalkan curah jantung dan aliran darah ke ginjal Perbaiki atau tingkatkan aliran urin Monitor asupan cairan dan pengeluaran cairan, timbang badan tiap hari Cari, dan obati komplikasi akut (hiperkalemia, hipernatremia, asidodis, hiperfosfatemia,

    edema paru)

    Asupan nutrisi adekuat sejak dini Cari focus infeksi dan atasi infeksi secara agresif Perawatan menyeluruh yang baik ( kateter, kulit,psikologis) Segera memulai terapi dialysis sebelum timbul komplikasi

    Berikat obat dengan dosis tepat sesuai kapasitas bersihan ginjal

    Bila GGA sudah terjadi diperlukan pengelolaan khusus, umumnya dalam ruang lingkup perawatan

    intensif. Dialisis bermanfaat untuk koreksi akibat metabolic dari GGA. Dengan dialysis dapat

    diberikan cairan atau nutrisi, dan obat-obatan lain yang diperlukan seperti antibiotic.

    Rekomendasi nutrisi GGA disesuaikan dengan keadaan proses kataboliknya. GGA menyebabkan

    abnormalitas metabolisme yang amt kompleks, tidak hanya pengaturan air, asam basa, elektrolit,

    asam amino atau protein, karbohidrat, dan lemak.

    Fase Perbaikan

    Pada tahap ini terjadi poliuria yang sangat banyak sehingga perlu dijaga keseimbangan

    cairan. Asupan cairan pengganti diusulkan sekitar 65-75% dari jumlah cairan yang keluar. Pada tahap

    ini pengamatan faal ginjal harus tetap dilakukan karena pasien pada dasarnya belum sembuh

    sempurna (3 minggu atau lebih).

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    23/51

    23

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    24/51

    24

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    25/51

    25

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    26/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    27/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    28/51

    28

    Patofisiologi dan Perjalanan Klinis

    Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yangmendasarinya.

    Pengurangan masa ginjal mengakibatkan hipertrofi structural dan fungsional nefron yangmasih tersisa sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti

    sitokin dan growth factor. Hal ini mengakibatkan hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan

    tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.

    Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupasclerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi

    nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.

    Adanya peningkatan aktivitas RAAs intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadapterjadinya hiperfiltrasi, sclerosis dan progresifitas tersebut.

    Berberapa hal lain yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakitginjal kronik adalah albuminuria, hiperetensi, hiperglikemia dan dislipidemia.

    Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu

    1. Stadium 1 Tahap yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik Penurunan cadangan ginjal (faal

    ginjal antar 40 % 75 %).

    Belum muncul gejala Pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita

    asimtomatik.

    Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan memberikan beban kerjayang berat, sepersti tes pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR

    yang teliti.

    2. Stadium II Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % 50 %).

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    29/51

    29

    Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dankonsentrasi ginjal menurun.

    Pada stadium ini pengobatan harus cepat dalam hal mengatasi kekurangan cairan,kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yangbersifat mengganggu faal ginjal. Bila langkah-langkah ini dilakukan secepatnya dengan

    tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat.

    Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini

    berbeda-beda, tergantung dari kadar protein dalam diit pada stadium ini

    Kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.

    3. Stadium III Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %) Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat melakukan

    tugas sehari-hari sebagaimana mestinya.

    Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang., sesak nafas,pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi

    penurunan kesadaran sampai koma.

    Stadum akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR-nya 10% dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10

    ml/menit atau kurang

    Kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai tandapenurunan GFR.

    Klasifikasi lain ada yang membagi GGK ini menjadi lima stadium yaitu;

    1. Stage 1: Kelainan ginjal dengan GFR yang normal atau meningkat (>90 mL/min/1.73 m2)2. Stage 2: Mild reduction pada GFR (60-89 mL/min/1.73 m2)3. Stage 3: Moderate reduction pada GFR (30-59 mL/min/1.73 m2)

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    30/51

    30

    4. Stage 4: Severe reduction pada GFR (15-29 mL/min/1.73 m2)5. Stage 5: Gagal Ginjal (GFR

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    31/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    32/51

    32

    Dibutuhkan pemantauan terhadap status nutrisi pasien (Pemberian protein dianjurkan0,6 0,8/kg.bb/hari); bila terjadi malnutrisi, jumlah asupan kalori dan protein dapat

    ditingkatkan

    Pembatasan asupan protein juga berkaitan erat dengan pembatasan asupan fosfat,guna mencegah hiperfosfatemia

    Pembatasan Asupan Protein dan Fosfat pd Penyakit Gagal Ginka Kronis

    LFG ml/mnt Asupan Protein g/kg/hari Asupan Fosfat g/kg/hari

    > 60 Tidak dianjurkan Tidak dibatasi

    25 - 60 0,6 0,8 g/kg/hari

    termasuk 0,35/gr/kg/hari

    protein nilai biologi tinggi

    10 g

    5 25 0,6 0,8/kg/hari termasuk

    0,35/gr/kg/hari protein

    nilai biologi tinggi atau

    tambahan 0,3 g asam

    amino esensial atau asam

    keton

    10 g

    < 60 (sindrom nefrotik) 0,8/kh/hari (+ 1gr protein/g

    proteinuria atau 0,3g/kg

    tambahan asam amino

    esensial atau asam keton)

    9 g

    Beberapa obat antihipertensi terutama Pneghambat Ensim Konverting Angiotensin(Angiotensin Converting Enzyme/ACE inhibitor; terkait fungsinya sebagai antihipertensi

    dan antiproteinuria), terbukti dapat memperlambat proses pemburukan fungsi ginjal

    d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular Perlu diketahui 40 45% kematian pada kasus penyakit gagal ginjal kronik disebabkan

    oleh penyakti kardiovaskular

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    33/51

    33

    Hal-hal yang termasuk pemcegahan dan terapi kardiovaskular yang terrkait denganterapi komplikasii penyakit gagal ginjal kronik secara keseluruhan, antara lain adalah:

    pengendalian hiperternsi, pengendalian diabetes, pengendalian dislipidemia,

    pengendalian anemia, pengendalian hiperfosfatemia dan terapi terhadap kelebihan

    cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit

    e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasiKomplikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik

    DERAJAT Penjelasan LFG lml/mnt) Komplikasi

    1 Kerusakan ginjal dengan LFG

    normal

    90 _

    2 Kerusakan ginjal dengan LFG

    ringan

    60 89 Tekanan darah mulai naik

    3 Kerusakan ginal dengan LFG

    sedang

    30 59 Hiperfosfatemia,

    hiperkalemia, Anemia,

    Hiperparairoid, Hipertensi,

    Hiperhomosistinemia

    4 Kerusakan ginal dengan LFGberat

    15 29 Malnutrisi, Asidosis

    Metabolik, Cenderung

    Hiperkaemia, Dislipidemia

    5 Gagal ginjal < 15 Gagal jantung, Uremia

    Pada Anemia; (80-90% kasus pasien penyakti GGK), dievaluasi mulai saat kadarhemoglobin 10g% atau hematokrit 30%; meliputi evaluasi terhadap status besi,

    sumber pedarahan, kemungkinan adaya hemolisis dsb. Yakni dengan pemberianeritropoietin (EPO)

    Transfusi perlu hati-hati karena bila dilakukan tidak cermat dapat mengakibatkankelebihan cairan tubuh, hiperkalemia dan perburukan fungsi ginjal

    Mengatasi terjadinya Osteodistrofi renal yang merupakan komlikasi penyakti gagalginjal kronik yang sering terjadi. Dimana pada penatalaksanaannya sendiri dengan

    mengatasi hiperfosfatemia dan pemberian hormon kalsitriol (1.25 (OH2D3) :

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    34/51

    34

    o Mengatasi Hiprfosfatemia:a) Pembatasan asupan fosfatb) Pemberian pengikat fosfatc) Pemberian bahan kalsium memetik

    o Pemberian hormon kalsitriol (1.25 (OH2D3): pemakaiannya dibatasi pada pasiendengan kadar fosfat darah normal dan kadar hormon paratiroid (PTH) > 2,5 kali

    normal

    Pembatasan cairan & elektrolit, guna mencegah terjadinya edema (pada pemberianterapinya jumlah garam natirum yang diberikan disesuaikan dengan tekanan darah &

    derajat edema yang terjadi) dan komplikasi kadiovaskular

    2. TERAPI PENGGANTIAN GINJALa. Terapi penggantian ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal

    Dilakukan pada GGK stadium , yakni pada LFG kurang dari 15 ml/mnt Terapi penggantian tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau

    transplantasi ginjal

    Jenis Metode Pengobatan Ekstrakorporeal untuk Gagal Ginjal:a) HEMODIALISIS:

    1) Hemodialisis Konvensional; melalui difus menggunakan membrane beraliranlambat (berpori kecil)

    2) Hemodialisis Efisiensi dan Beraliran Cepat (HFHE); menggunakan aliran cepat(berpori besar), membran lebih kompetibel dengan luas permukaan yang lebih

    besar & laju aliran dialisis konvensonal yang lebih cepat

    b)HEMOFILTRASI (HF)1) Hemofiltrasi Arteriovenosa Kontinu (CAVH);

    pembuangan air dari darah melalui ultrafiltrasi tanpa dialisis Volume air dengan zat terlarutnya dibuang degnan transfer konvektif Terutama digunakan untuk mengobati gagal ginjal akut dalam ruang

    perawatan intensif

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    35/51

    35

    2) Hemofiltrasi Venovenosa Kontinu (CVVH); serupa dengan CAVH, kecuali darahdidapatkan melalui vena dan kembali ke vena lainnya

    c) HEMOPERFUSI (HP) Pembuangan obat-obtan atau racun melalui absorbsi menjadi resin atau

    arang aktif; terutama digunakan untuk mengobati keracunan akut

    Prognosis

    Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karenaginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis caiaran dan elektrolit dalam tubuh.

    Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih kurang dari 500ml/hari) karena

    kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal.

    kompleks menyerang tubulus gijal, kompleks perubahan biokimia dan gejala gejala yangdinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh.

    Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapatpengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialysis

    Sepertiga pasien GGK derajat empat akan berkembang menjadi ESRD dalam tiga tahun.Pasien GGK derajat tiga juga memiliki factor risiko berkembang menjadi ESRD ( End Stage

    Renal Disease), tapi dalam waktu yang lebih lama.

    ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS

    Pasien PGK umumnya disertai dengan anemia dan terjadinya anemia dapat disebabkan oleh

    berbagai faktor, antara lain :

    Defisiensi eritropoietin Umur eritrosit yang memendek Toksin uremik yang menghambat proliferasi eritrosit Berkurangnya bahan pembentukan eritrosit karena diet yang ketat Hemolisis akut dan kronik Gangguan fungsi eritrosit

    Perdarahan saluran cerna

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    36/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    37/51

    37

    6LQGURP1HIURWLN

    Definisi

    Sindrom nefrotik adalah suatu kompleks klinis yang mencakup:

    1. Proteinuria massif, dengan pengeluaran protein dalam urine 3,5 g atau lebih per hari.2. Hipoalbuminemia, dengan kadar albumin plasma kurang dari 3 g/dl.3. Edema generalisata, yaitu gambaran klinis yang paling mencolok, serta4. Hiperlipidemia dan lipiduria.

    Etiologi dan Faktor Risiko

    Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu

    penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen antibodi

    1. Penyakit Glomerulus Primera.Glomerulonefritis (GN) membranosab.Nefrosis lipoidc.Glomerulosklerosis segmental fokald.GN membranoproliferatife.GN proliferatif

    2. Penyakit sistemika.Diabetes mellitusb.Amiloidosisc.Lupus eritematosus sistemikd.Obat (emas, penisilamin)e.Infeksi (malaria, sifilis, hepatitis B, AIDS)f. Keganasan (karsinoma, melanoma)g.Lain-lain (alergi sengatan lebah, nefritis herediter)

    Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intinsik atau sistemik yang

    mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-anak,

    namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia.

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    38/51

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    39/51

    39

    Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai membran

    basalis di mesangium. Titer globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis

    buruk.

    Lain-lain perubahan proliferasi yang tidak khas.4. Glomerolosklerosis fokal segmental

    Pada kelainan ini yang mencolok skelosis glomerulus. Sering disertai atrofi tubulus. Prognosis

    buruk.

    Patogenesis

    Proses awal adalah kerusakan dinding kapiler glomerulus yang menyebabkan peningkatan

    permeabilitas terhadap protein plasma. Setiap peningkatan permeabilitas akibat perubahan struktur

    atau fisikokimia memungkinkan protein lolos dari plasma ke dalam filtrate glomerulus. Dapat terjadi

    proteinuria massif. Pada proteinuria yng berlangsung lama atau berat, albumin serum cenderung

    menurun sehingga terjadi hipoalbuminemia dan terbaliknya rasio albumin-globulin.

    Edema generalisata pada sindrom nefrotik disebabkan oleh penurunan tekanan osmotic

    karena hipoalbuminemia dan retensi primer garam dan air oleh ginjal. Karena cairan keluar dari

    pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan, volume plasma menurun sehingga filtrasi glomerulus

    berkurang. Sekresi kompensatorik aldosteron, bersama dengan penurunan GFR dan penurunan

    sekresi peptide natriuretik, mendorong retensi garam dan air oleh ginjal sehingga edema menjadi

    semakin parah. Dengan berulangnya rangkaian kejadian ini, dapat terjadi penimbunan cairan dalam

    jumlah sangat besar (disebut anasarka).

    Penyebab hiperlipidemia masih belum jelas. Diperkirakan hipoalbuminemia memacu

    peningkatan sintesis lipoprotein dalam hati. Juga terdapat kelainan transport partikel lemak dalam

    darah dan gangguan penguraian lipoprotein di jaringan perifer. Lipiduria mencerminkan peningkatan

    permeabilitas GBM terhadap lipoprotein.

    Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan karena

    hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    40/51

    40

    *ORPHUXORQHIULWLV

    Definisi

    Glomerulonefritis adalah penyakit peradangan ginjal bilateral yang dapat di picu oleh reaksi antigen

    antibodi dan pengendapan imunoglobulin di glomerulus.

    Epidemiologi

    Glomerulonefritis akut pasca streptococcus terutama menyerang pada anak laki-laki dengan usia

    kurang dari 3 tahun. Sebagian besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 5 % diantaranya dapat

    mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat.

    Klasifikasi

    Klasifikasi glomerulonefritis menurut distribusinya :

    1.

    difus ; mengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering terjadi menyebabkan gagal ginjalkronik.

    2. Fokal : hanya sebagian glomerulus yang abnormal3. Lokal : hanya sebagian rumbai glomerulus yang abnormal, misalnya : satu simpai kapiler

    Klasifikasi Berdasarkan sindrom klinis

    1. sindrom nefritis akut : nefritis akut yang timbul mendadak biasanya menyertai GNpascastreptococcus, tetapi dapat juga terjadi pada berbagai penyakit ginjal lainnya dan sebagai

    eksaserbasi akut GN kronik.

    2. sindrom nefrotik : kompleks klinis yang di tandai dengan proteinuria masif ( >3,5 g/hr ),hipoalbuminemia, edema, dan hiperlipidemia, 50 % pasien GN kronik pernah mengalaminya.

    Klasifikasi berdasarkan bentuk klinisnya :

    1. akut ; jenis gangguan klasik dan jinak yang hampir selalu di awali oleh infeksi streptokokus dandi sertai endapan kompleks imun pada membrana basalis glomerulus dan perubahan proliferatif

    seluler.

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    41/51

    41

    2. sub akut : bentuk glomerulonefritis progresif cepat di tandai dengan perubahan proliferatifseluler nyata yang merusak glomerulus sehingga dapat mengakibatkan kematian karena uremia

    dalam jangka waktu beberapa bulan sejak timbulnya penyakit.

    3. kronik ; glomerulonefritis lambat ynag berjalan menuju sebuah perubahan sclerotik danobliteratif pada glomerulus, ginjal mengisut dan kecil, kematian akibat uremia, seluruh

    perjalanan penyakit berlangsung dari 2-40 th.

    Adapun klasifikasi lain :

    1. Congenital (herediter)a. Sindrom Alport Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis

    progresif familial yang seing disertai tuli syaraf dan kelainan mata seperti lentikonus

    anterior. Gejala klinis yang utama adalah hematuria, umumnya berupa hematuria

    mikroskopik dengan eksasarbasi hematuria nyata timbul pada saat menderita infeksi saluran

    nafas atas. Hilangnya pendengaran secara bilateral dari sensorineural, dan biasanya tidak

    terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru tampak pada awal umur sepuluh tahunan.

    b. Sindrom Nefrotik Kongenital Sindroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkansebelum lahir. Gejala proteinuria massif, sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru

    terdeteksi beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria terdapat pada

    hamper semua bayi pada saat lahir, juga sering dijumpai hematuria mikroskopis. Beberapa

    kelainan laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai

    dengan sembab dan tidak berbeda dengan sindrom nefrotik jenis lainnya.

    2. Glomerulonefritis Primera. Glomerulonefritis membranoproliferatif Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak

    diketahui etiologinya dengan gejala yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria

    asimtomatik sampai glomerulonefitis progresif.

    b. Glomerulonefritis membranosa Glomerulonefritis membranosa sering terjadi padakeadaan tertentu atau setelah pengobatan dengan obat tertentu. Glomerulopati

    membranosa paling sering dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik.

    Glomerulopati membranosa jarang dijumpai pada anak.

    c. Nefropati IgA (penyakit berger) Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien denganglomerulonefritis akut, sindroma nefrotik, hipertensi dan gagal ginjal kronik. Nefropati

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    42/51

    42

    IgA juga sering dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna atau kelainan

    sendi. Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan

    hematuria mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya didahului

    infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya olahraga dan

    imunisasi.

    3. Glomerulonefritis sekunderGolerulonefritis sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis pasca

    streptococcus, dimana kuman penyebab tersering adalah streptococcus beta hemolitikus

    grup A yang nefritogenik terutama menyerang anak pada masa awal usia sekolah.

    Glomerulonefritis pasca streptococcus datang dengan keluhan hematuria nyata, kadang-

    kadang disertai sembab mata atau sembab anasarka dan hipertensi.

    Etiologi

    Glomerulonefritis dapat timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta hemoliticus

    golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit.

    Glomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti keracunan timah hitam

    tridion, penyakitb amiloid, trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus.

    Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrane basalis glomerulus dan

    kemudian merusaknya. Proses auto imun kuman streptococcus yang nefritogen dalam tubuh

    menimbulkan badan auto-imun yang merusak glomerulus. Streptococcus nefritogen dengan

    membrane basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti

    yang langsung merusak membrane basalis ginjal.

    PatogenesisSebagian besar kasus GN baik primer maupun sekunder didasari oleh mekanisme imunologik (reaksi

    hipersensitivitas tipe III). Secara garis besar ada 2 mekanisme terjadinya GN yaitu :

    1) Circulating immune complex : pengendapan kompleks Ab-Ag larut yang beredar dalamdarah.

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    43/51

    43

    Glomerulus dianggap sebagai innocent bystander (korban tak bersalah) karena tidak memicu

    reaksi. Ag tidak berasal dari glomerulus. Ag mungkin endogen (pada glomerulopati yang

    berkaitan dengan SLE) atau eksogen (GN post infeksi) atau kadang tidak diketahui.

    Adanya antigen memicu terbentuknya antibodi spesifik yang kemudian membentuk

    kompleks imun Ag-Ab dalam sirkulasi. Kompleks imun akan mengaktivasi sistem komplemen

    yang kemudian berikatan dengan kompleks Ag-Ab. Komplek imun yang mengalir dalam

    sirkulasi akan terjebak pada glomerulus dan mengendap di sub-endotel dan mesangium.

    2) terbentuknya deposit kompleks imun secara in situ : Ab bereaksi secara langsung denganAg yang sudah terfiksasi atau tertanam di glomerulus. Ag bisa berasal dari komponen

    membran basal glomerulus sendiri (fixed-antigen) atau substansi luar yang terjebak pada

    glomerulus (planted-antigen).

    Kerusakan glomerulus tidak langsung disebabkan oleh endapan kompleks imun. Akan tetapi

    berbagai faktor seperti proses inflamasi, sel inflamasi, mediator inflamasi, dan komplemen serta

    implikasi langsung akibat imunitas seluler melaui sel T yang tersensitisasi dapat berperan pada

    kerusakan glomerulus.

    ENDAPAN ANTIBODI

    Epitel

    Endotel

    Mesangium

    Kompleks

    Imun

    C5b-C9

    Pengaktifan

    komplemen

    C5a

    neutrofil trombosit makrofagSel

    mesangiumm

    REAKSI IMUN SEL T

    Oksidan

    Sitokin

    Protease

    Faktor

    pertumbuhan

    Eikosanoid

    Nitrat oksida

    Lain-lain

    Sitotoksik

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    44/51

    44

    Proses Inflamasi

    Kerusakan awal pada glomerulus disebabkan oleh proses inflamasi yang dipicu oleh endapan

    kompleks imun. Proses inflamasi akan melibatkan sel inflamasi, molekul adhesi, dan kemokin yaitu

    sitokin yang mempunyai efek kemotaktik (kemampuan menarik sel inflamasi keluar dari dalam

    pembuluh darah menuju jaringan). Secara garis besar dibedakan menjadi 2 kelompok kemokin-beta

    dan kemokin-alfa yang mempunyai efek kemotaktik terhadap leukosit dan monosit atau limfosit.

    Dengan pengaruh kemokin akan semakin banyak sel inflamsi yang bermigrasi ke jaringan sehingga

    proses inflamasi menjadi lebih berat.

    Sel Inflamasi dan Mediator inflamasi

    Sel inflamasi yang banyak dikaitkan dengan kerusakan glomerulus pada GN adalah leukosit PMN dan

    monosit/makrofag. Aktivasi leukosit menyebabkan dilepaskannya granul azurofilic yang

    mengandung enzim lisosom dan protease yang menyebabkan kerusakan MBG.Granul spesifik yang

    mengandung laktoferin merangsang pembentukan radikal yang berpengaruh pada kerusakan MBG.

    Makrofag juga mampu melepaskan mediator inflamasi seperti sitokin proinflamasi, PDGF (platelet-

    derived growth factor), TGF-beta (transforming growth factor-beta) yang berperan pada patogenesis

    dan progresi GN. Trombosit yang lebih banyak berperan pada sistem koagulasi akan menyebabkan

    oklusi kapiler, proliferasi sel endotel dan sel mesangial pada GN.

    Sistem Komplemen

    Pengaktifan komplemen memicu pembentukan zat kemotaktik (terutama C5a) dan rekrutmen

    neutrofil dan monosit. Neutrofil mengeluarkan protease yang menyebabkan MBG terurai; radikal

    bebas turunan-oksigen yang menyebabkan kerusakan sel; dan metabolit asam arakhidonat yang

    berperan menyebabkan penurunan GFR. Efek komponen litik C5-C9 (membrane attack complex)

    komplemen menyebabkan sel epitel terlepas dan terangsangnya sel mesangium serta epitel untuk

    mengeluarkan mediator kimiawi perusak. Di samaping itu, juga meningkatkan ekspresi reseptor

    transforming growth faktor di sel epitel yang menyebabkan sintesis berlebihan matriks ekstrasel

    sehingga terjadi penebalan MBG.

    Selain membentuk kompleks imun, antibodi yang ditujukan pada antigen sel glomerulus dapat

    menyebabkan sitotoksisitas langsung. Antibodi sitotoksik ini mungkin berperan menimbulkan

    kerusakan pada penyakit yang tidak memperlihatkan adanya kompleks imun.

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    45/51

    45

    Patologi

    Makroskopis : ginjal tampak mengkerut, pucat, dan terdapat titik-titik perdarahan pada korteks.

    Mikroskopis :

    tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang keras sehingga mengakibatkan lumen kapilerdan ruang simpai bowman menutup

    infiltrasi sel epitel kapsul, sel PMN dan monosit pada pemeriksaan mikroskop elektron tampak membrana basalis menebal tidak teratur terdapat gumpalan humps di subepitelium yang mungkin dibentuk oleh globulin-gama,

    komplemen, dan antigen streptokokus

    Manifestasi Klinis

    GN ditandai dengan proteinuria, hematuria, penurunan fungsi ginjal dan perubahan ekskresi garam

    dengan akibat edema, kongesti aliran darah dan hipertensi.

    Hematuri paling sering ditemukan Edema ringan terbatas di sekitar mata atau di seluruh tubuh. Edema berat terdapat pada

    oliguria dan bila ada gagal jantung

    Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari pertama, kemudian akhirminggu pertama menjadi normal kembali, kecuali jika terjadi kerusakan ginjal tekanan darah

    akan tetap tinggi

    Suhu badan dapat tinggi sekali pada hari pertama Gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan , konstipasi dan diare sering

    menjadi gejala penyerta

    Diuresis berkurang (timbul oliguria dan anuria) akibat ion Natrium dan air diresorpsi kembali

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    46/51

    46

    Diagnosis

    a. Anamnesis

    Informasi riwayat GN dalam keluarga Penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid, preparat emas organik, heroin,

    imunosupresif seperti siklosporin atau takrolimus

    Riwayat infeksi streptokokus, endokarditis, atau virus diperlukan untuk menelusuripenyebab GN

    Riwayat keganasan paru, payudara, GI, ginjal, penyakit Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin, serta penyakit multisistem seperti DM, amiloidosis, dan vaskulitis sering

    diasosiasikan dengan GN

    Gejala klinis yang terkait dengan GN perlu ditanyakan lebih lanjut.b. Pemeriksaan Fisik

    Edema pada tungkai dan kelopak mata Tekanan darah tinggi Suhu tidak berapa tinggi, tetapi dapat tinggi sekali pada hari pertama

    c. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan darah : LED meninggi, kadar Hb menurun akibat hipervolemia (retensigaram dan air), albumin serum dan komplemen serum (globulin beta-IC) sedikit menurun,

    ureum dan kreatinin darah meningkat

    Pemeriksaan urin : jumlah urin mengurang, BJ urin meninggi, hemturia makroskopis (50%penderita), albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+)

    Titer anti-streptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi yang mendahuluinyahanya mengenai kulit saja

    Uji fungsi ginjal normal pada 50% penderita. Ultrasonografi ginjal diperlukan untuk menilai ukuran ginjal dan menyingkirkan kelainan

    lain seperti obstruksi sistem

    Pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron terdapat pembesaran dan gumpalansubepitel atau humps.

    Immunofluorescence menunjukkan adanya IgG dan C3 dalam granular mesangium dan sepanjangmembran basal kapiler glomerulus.

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    47/51

    47

    Komplikasi

    1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari sebagai akibat berkurangnyafiltrasi glomerulus

    2. Enselopati hipertensimerupakan gejala serebrum karena hipertensi, berupa gangguanpenglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang yang disebabkan spasme pembuluh darah

    lokal dengan anoksia dan edema otak

    3. Gangguan sirkulasi berupa dispnea,ortopnea, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantungdan meningkatnya tekanan darah.

    4. Anemia karena hipervolemia dan sintesis eritropoetik yang menurun

    TerapiTidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus.

    Pengobatan spesifik pada GN ditujukan terhadap penyebab sedangkan non-spesifik untuk

    menghambat progesivitas penyakit. Pemantauan klinik yang reguler, kontrol tekanan darah dan

    proteinuria dengan ACE-i atau AIIRA terbukti bermanfaat. Pnegturan asupan protein dan kontrol

    kadar lemak darah dapat membantu menghambat progresivitas.

    1. Istirahat yang mutlak selama 3-4 minggu untuk memberi kesempatan kepada ginjal untukmenyembuh.

    2. Pemberian penisilin pada fase akuttidak mempengaruhi beratnya golmerulonefritis, hanyamengurangi menyebarnya infeksi streptokokus yang mungkin masih ada. Pemberian

    dianjurkan selama 10 hari, sedangkan pemberian yang lama sesudah nefritisnya sembuh

    tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap.

    3. MakananPada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgBB/hari) dan rendah garam (1

    g/hari). Makanan lunak diberikan kepada penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa

    bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan

    larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan

    kebutuhan,sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan

    oliguria,maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.

    4. Pengobatan terhadap hipertensiPemberian cairan dikurangi, pemberian sedatif untuk menenangkan penderita sehingga

    dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    48/51

    48

    hidralazin. Mula-mula diberikan reserfin sebanyak 0,07 mg/kgBB secara IM. Bila terjadi

    diuresis 5-10 jam kemudian, maka selanjutnya reserpin diberikan per oral dengan dosis

    rumat, 0,03 mg/kgBB/hari. Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena meberi

    efek toksik.

    5. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari) maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darahdengan beberapa cara misalnya dialisis peritoneum, hemodialisis, bilasan lambung dan usus

    atau melalui pengeluran darah vena.

    6. Pemberian furosemid (lasix) secara IV (1 mg/kgBB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibatburuk terhadap hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus

    7. Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativum, dan oksigen.

    Kortikosteroid efektif pada beberapa tipe GN karena dapat menghambat sitokin proinflamasi seperti

    IL-1alfa atau TNF-alfa dan aktivitas transkripsi NFkB yang berperan pada pada patogenesis GN.

    Tipe GNLM : prednison dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari selama 6-8 minggu kemudian diturunkansecara bertahap dapat digunakan untuk pengobatan pertama

    Tipe GSFS : prednison dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari selama 3 bulan, kemudian dosis dosisditurunkan menjadi setengah dosis selama 1 minggu, selanjutnya diturunkan selama 4-6

    minggu diturunkan bertahap.

    GN resisten steroid atau relaps berulang : siklosfofamid atau siklosporin, mofetil mikofenolat Tipe GNMN : monoterapi kortikosteroid tidak efektif dan kombinasi dengan siklosfosfamid

    atau klorambusil mencapai remisi 50%

    Tipe GNMP : korikosteroid masih efektif pada anak, tetapi tidak pada pasien dewasa

    Terapi GN masa depan

    Terapi genetik merupakan salah satu upaya pengobatan GN. Dengan melakukan transfer genetik ke

    dalam sel somatik diharapkan dapat memperbaiki kelainan genetik. Sel glomerulus merupakan

    target utama tranfer gen untuk memodifikasi proses inflamasi.

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    49/51

    49

    Prognosis

    Gejala fisis menghilang dalam minngu ke-2 atau ke-3 dan tekanan darah umumnya menurundalam waktu 1 minggu.

    Kimia darah menjadi normal pada minggu ke-2. Hematuria mikroskopis dan makroskopis dapat menetap selama 4-6 minggu, hitung Addis

    menunjukkan kenaikan jumlah eritrosit untuk 4 bulan atau lebih dan LED meninggi terus

    sampai kira-kira 3 bulan.

    Protein sedikit dalam urin dan dapat menetap untuk beberapa bulan Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi akut selama fase penyembuhan, tetapi

    umumnya tidak mengubah proses penyakitnya.

    Pnederita yang menunjukkan kelainan urin selama 1 tahun dianggap menderita GN kronis,walaupun dapat pula terjadi penyembuhan sempurna.

    Laju endap darah digunakan untuk megukur progresivitas penyakit ini, karena umumnyatetap meninggi pada kasus-kasus yang menjadi kronis

    Diperkirakan 95% akan sembuh sempurna, 2% meninggal selama fase akut dan 2% menjadiglomerulonefritis kronis

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    50/51

    50

    .HVLPSXODQ

    Gejala yang dikeluhkan oleh Nenek Ijah merupakan gejala sistemik yang dapat timbul dari

    gangguan beberapa sistem organ baik secara terpisah maupun bersamaan. Sistem tersebut antara

    lain sistem digesti, kardiovaskular, hematopoetik, neurologis, dan urinarius.

    Kemungkinan kelainan pada sistem kardiovaskular tidak didukung adanya keluhan pada

    jantung seperti nyeri dada, sesak, berdebar, takikardi, dan data keabnormalan jantung atau thoraks

    pada pemeriksaan fisisk. Kecil kemungkinan keluhan penurunan kesadaran pada karena gangguan

    sistem digesti berkaitan dengan jarangnya penyakit pada sistem ini yang bermanifestasi klinis sesuai

    dengan gejala dan tanda pada pasien. Gangguan pada sistem hematopoetik hanya didukung oleh

    tanda anemia. Untuk sistem neurologis didapatkan hasil pemeriksaannya normal. Data yang

    terdapat pada skenario sangat mendukung adanya gangguan pada sistem ini.

    Gejala dan tanda yang terdapat pada pasien di skenario 3 mengarah pada sindrom uremi,

    yang berarti gangguan berpusat dan terutama pada sistem urinarius khususnya ginjal.

    Beberapa penyakit ginjal yang mungkin menyebabkan keluhan pada pasien yaitu gagal ginjal

    akut, gagal ginjal kronis, sindrom nefrotik, dan glomerulonefritis.

  • 7/23/2019 GINJAL..GGA, GGK, Glomerulonefritis, Sndrom Nefrotik.

    51/51

    Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

    Needham , Eddie, M.D. 2005. Management of Acute Renal Failure. Viewed from Am Fam Physician

    2005;72:1739-46. American Academy of Family Physicians.

    Rigden SPA, Acute Renal Failure. Dalam : Postlethwaite RJ, Penyunting. Clinical Paediatric

    Nephrology. Edisi 3. Oxford : Butter Worth Heinemann 2003; 405-26

    Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA, Penyunting. Current Medical Diagnosis & Treatment. 40th

    ed. New York : LANGE Medical book 2001

    Sudoyo, Aru W,dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit dalam

    FK_UI:Jakarta 903

    Pradeep Arora, MD.2009. Overview chronic renal failure from eMedicine. Veterans Affairs Western

    New York Healthcare System

    Price, Sylvia A. and Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

    Edisi 6. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

    Robbins, Cotran, Kumar. 2007. Buku Ajar Patologi, Ed.7, Vol.2. EGC : Jakarta

    Tanagho and McAninch (Editors).2008. Smiths General Urology. 17th Edition. New York: McGrawHill.