Upload
vivalanina
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Nama: Nina AmelindaNIM: 2013730162
Psikotik
1 Definisi
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham
atau perilaku kacau atau aneh.
Gangguan psikotik adalah semua kondisi yg menunjukkan adanya
hendaya berat dalam kemampuan daya nilai realitas, baik dalam perilaku
individu dlm suatu saat maupun perilaku individu dalam perjalanannya
mengalami hendaya berat kemampuan daya nilai realitas ( perlu
dipertimbangkan faktor budaya ).
Bukti langsung hendaya daya nilai realitas terganggu misal adanya ;
waham, halusinasi tanpa tilikan akan sifat patologinya;
adanya perilaku yg demikian kacau ( grossly disorganized ) misalnya
bicara yg inkoheren, perilaku agitasi tanpa tujuan, disorientasi pd
delirium dst;
adanya kegagalan fungsi sosial dan personal dgn penarikan diri dari
pergaulan sosial dan tidak mampu dlm tugas pekerjaan sehari-hari.
Gangguan psikotik adalah gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan
menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi, halusinasi, bicara
inkohern yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa
ada kewaspadaan pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya.
II. 2 Etiologi Gangguan Psikotik
Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok
gangguan psikotik ini adalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal. Di
dalam mengambil riwayat penyakit dan memeriksa pasien, klinisi harus
memperhatikan tiap perubahan atau stres pada lingkungan interpersonal
pasien. Pasien rentan terhadap kebutuhan psikosis untuk mempertahankan
jarak interpersonal tertentu; seringkali, pelanggaran batas pasien oleh orang
lain dapat menciptakan stres yang melanda yang menyebabkan dekompensasi.
Demikian juga, tiap keberhasilan atau kehilangan mungkin merupakan stresor
yang penting dalam kasus tertentu.
Pemeriksaan pasien psikotik harus mempertimbangkan kemungkinan
bahwa gejala psikotik adalah disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai
contohnya, suatu tumor otak) atau ingesti zat (sebagai contohnya,
phencyclidine).
Kondisi fisik seperti neoplasma serebral, khususnya di daerah
oksipitalis dan temporalis dapat menyebabkan halusinasi. Pemutusan sensorik,
seperti yang terjadi pada orang buta dan tuli, juga dapat menyebabkan
pengalaman halusinasi dan waham. Lesi yang mengenai lobus temporalis dan
daerah otak lainnya, khususnya di hemisfer kanan dan lobus parietalis, adalah
disertai dengan waham.
Zat psikoaktif adalah penyebab yang umum dari sindroma psikotik. Zat
yang paling sering terlibat adalah alkohol, halusinogen indol sebagai
contohnya, lysergic acid diethylamid (LSD) – amfetamin, kokain. Mescalin,
phencyclidine (PCP), dan ketamin. Banyak zat lain, termasuk steroid dan
thyroxine, dapat disertai dengan halusinasi akibat zat.2 Beberapa obat-obatan
seperti fenilpropanolamin bromocriptine dan juga dapat menyebabkan atau
memperburuk gejala-gejala psikotik.5
II. 3 Klasifikasi
1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
a. Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hamper
1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup
mereka.3Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, dimana
adanya gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal).
Tabel 1. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Skizofrenia.A. Gejala Karakteristik : Dua (atau lebih) poin berikut, masing – masing terjadi
dalam porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila berhasil diobati) :
(1) Waham(2) Halusinasi(3) Bicara kacau (sering melantur atau inkoherensi)(4) Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
(5) Gejala negative, yaitu afektif mendatar, alogia, atau kehilangan minatB. Disfungsi social/okupasional : selama satu porsi waktu yang signifikan sejak
awitan gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkatan yang telah dicapai sebelum awitan (atau apabila awitan terjadi pada masa kanak – kanak atau remaja, kegagalan mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau okupasional yang diharapkan ).
C. Durasi : tanda kontiyu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala(atau kurang bila berhasil diobati) yang memenuhi criteria A (gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode gejala prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai gejala negative saja atau dua atau lebih gejala yang terdaftar dalam Kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah (cth, keyakinan aneh, pengalaman perceptual yang tidak lazim)
D. Ekslusi gangguan mood dan skizoafektif : Gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan cirri psikotik telah disingkirkan baik karena (1) tidak ada episode depresif,manic, atau campuran mayor yang terjadi bersamaan denga gejala fase aktif, maupun (2) jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relative singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E. Eklusi kondisi medis umum/zat : gangguan tersebut tidak disebabkan oleh fisiologis langsung suatu zat(cth obat yang disalahguakan,obat medis) atau kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive : jika terdapat riwayat gangguan autistic atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat bila waham atau halusinasi yang prominen juga terdapat selama setidaknya satu bulan(atau kurang bila telah berhasil diobati)
Tabel 2. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Subtipe Skizofrenia.Tipe ParanoidTipe Skizofrenia yang memenuhi criteria berikut
A. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering
B. Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau katatatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.
Tipe Hebefrenik (Disorganized)Tipe skizofrenia yang memenuhi criteria berikut
A. Semua hal di bawah ini prominen(1) Bicara kacau(2) Perilaku kacau(3) Afek datar atau tidak sesuai
B. Tidak memenuhi criteria tipe katatonikTipe KatatonikTipe skizofrenia yang gambaran klinisnya didominasi setidaknya dua hal berikut :
(1) Imobilitas motorik sebagaimana dibuktikan dengan katalepsi (termasuk fleksibilitas serea) atau stupor
(2) Aktivitas motorik yang berlebihan (yaitu yang tampaknya tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi stimulus eksternal)
(3) Negativism ekstrim (resistensi yang tampaknya tak bermotif terhadap semua instruksi atau dipertahankannya suatu postur rigid dari usaha menggerakkan)
atau mutisme(4) Keanehan gerakan volunteer sebagaimana diperlihatkan oleh pembentukkan
postur (secara volunteer menempatkan diri dalam postur yang tidak sesuai atau bizar), gerakan stereotipi, menerisme prominen, atau menyeringai secara prominen
(5) Ekolalia atau ekopraksia
Tipe tak TerdiferensiasiTipe skizofrenia yang gejalanya memenuhi Kriteria A, namun tidak ,memenuhi criteria tipe paranois,hebefrenik, atau katatatonik.Tipe ResidualTipe Skizofrenia yang memenuhi criteria sebagai berikut
A. Tidak ada waham, halusinasi, bicara kacau yang prominen, serta perilaku sangat kacau atau katatonik
B. Terdapat bukti kontinu adanya gangguan sebagaimana diindikasikan oleh adanya gejala negative atau dua atau lebih gejala yang tercantum pada Kriteria A untuk skizofrenia, yang tampak dalam bentuk yang lebih lemah (cth keyakinan yang aneh, pengalaman perceptual tak lazim)
b. Gangguan Skizotipal
Tidak terdapat onset yang pasti dan perkembangan serta perjalanannya
biasanya menyerupai gangguan kepribadian.
c. Gangguan Waham Menetap
Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang
berlangsung lama (paling sedikit selama 3 bulan) sebagai satu-satunya
gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat
digolongkan sebagai gangguan mental organic, skizofrenia atau
gangguan efektif.
d. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan yang
sempurna biasanya terjadi dala 2-3 bulan, sering dalam beberapa
minggu atau bahkan beberapa hari, dan hanya sebagian kecil dari
pasien dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang
menetap dan berhendaya.
e. Gangguan Waham Induksi
Dua orang atau lebih mengalami waham atau system waham yang
sama, dan sling mendukung dalam keyakinan waham itu. Yang
menderita waham orisinil (gangguan psikotik) hanya satu orang,
waham tersebut terinduksi (mempengaruhi) lainnya, dan biasanya
menghilang apabila orang-oarang tersebut dipisahkan. Hampir selalu
orang-orang yang terlibat mempunyai hubungan yang sangat dekat.
Jika ada alas an untuk percaya bahwa duaorang yang tinggal bersama
mempunyai gangguan psikotik yang terpisah, maka tidak astupun
diantaranya boleh dimasukkan dalam kode diagnosis ini.
f. Gangguan Skizoafektif
Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif dan
skizofrenik yang sama-sama menonjol dan secara bersamaan ada
dalam episode yang sama.
g. Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya
Gangguan psikotik yang tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia
atau untuk gangguan afektif yang bertipe psikotik, dan gangguan-
gangguan yang psikotik yang tidak memenuhi criteria gejala untuk
gangguan waham menetap.
2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})
a. Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental,
dalam berbagai derajat keparahan.
b. Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2
episode) dimana afek pasien dan yingkat aktivitasnya jelas terganggu,
pada wktu tertentu terdiri dari peningkatan afekdisertai penembahan
energy dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energy dan aktivitas
(depresi).
c. Episode Depresi
Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan,
dan berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas. Pada episode depresi, dari ketiga
tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2 minggu
untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
d. Gangguan Depresif Berulang
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan
episode depresi berat. Masing-masing episode tersebut rata-rata
lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang
dibandingkan dengan gangguan bipolar.
e. Gangguan Suasana Perasaan Menetap
Terbagi atas (i)Skilotimia, ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan
menetap dari afek(suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi
ringan dan hipomania ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah
atau cukup lama untuk memenuhi criteria gangguan afektif bipolar.
(ii)Distimia, cirri esensialnya ialah afek depresif yang berlangsung
sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk
memenuhi criteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang.
f. Gangguan Suasana Perasaan Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak
cukup parah atau tidak berlangsung lama untuk memenuhi criteria
skilotimia dan distimia.
II. 4 Manifestasi Klinis
Perilaku kacau
Kewajiban umum dan dasar manusia dalam masyarakat lingkungan
kehidupan serta rumah tangga adalah bekerja untuk mendapatkan nafkah, atau
bekerja sesuai fungsinya, walaupun bukan untuk mendapatkan uang atau
materi. Kewajiban dalam rumah tangga, kehidupan sosial dalam masyarakat
yaitu bersosialisasi dan penggunaan waktu senggang.
Pada penderita psikotik fungsi pekerjaan sering tak bisa dijalankan
dengan seksama, tak mau bekerja sesuai kewajiban dan tanggungjawab dalam
keluarga, atau tak mampu bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan. Sering
terjadi tak mau, tak mampu bekerja dan malas.
Dalam kehidupan sosial sering ada penarikan diri dari pergaulan sosial
atau penurunan kemampuan pergaulan sosial. Misalnya setelah sakit stres
berat menarik diri dari organisasi sosial kemasyarakatan, atau sering terjadi
kemunduran kemampuan dalam melaksanakan fungsi sosial dan
pekerjaannya.4
Pada penggunaan waktu senggang orang normal bisa bercengkrama
dengan anggota keluarga atau masyarakat, atau membuat program kerja
rekreasi dan dapat menikmatinya. Namun pada penderita gangguan jiwa berat
keadaan tersebut dilewatkan dengan banyak melamun, malas, bahkan kadang-
kadang perawatan diri sehari-hari dilalaikan seperti makan, minum, mandi,
dan ibadah.
Waham
Waham adalah isi pikir (keyakinan atau pendapat) yang salah dari
seseorang. Meskipun salah tetapi individu itu percaya betul, sulit dikoreksi
oleh orang lain, isi pikir bertentangan dengan kenyataan, dan isi pikir terkait
dengan pola perilaku individu. Seorang pasien dengan waham curiga, maka
pola perilaku akan menunjukkan kecurigaan terhadap perilaku orang lain,
lebih-lebih orang yang belum dikenalnya. Bisa terjadi kecurigaan kepada
orang sekitarnya akan meracuni atau membunuh dia. Akibat waham curiga ini
pada orang yang sebelumnya bersifat emosional agresif. Ia bisa membunuh
orang karena wahamnya kalau tidak dibunuh, ia akan dibunuh. Atau ia akan
diracuni dan dibuat celaka oleh orang yang dibunuhnya.
Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa ada rangsangan. Pasien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tak ada sesuatu rangsang pada kelima indera tersebut.
Halusinasi dengar adalah gejala terbanyak pada pasien psikotik (99 %). Pasien
psikotik yang nalar (ego)-nya sudah runtuh, maka halusinasi tersebut dianggap
real dan tak jarang ia bereaksi terhadap halusinasi dengar. Bila halusinasi
berisi perintah untuk membunuh ia pun akan melaksanakan pembunuhan. Ini
memang banyak terjadi pada pasien psikotik yang membunuh keluarganya
sendiri. Sebaliknya halusinasi yang memerintah untuk bunuh diri tak jarang
pasien pun akan bunuh diri.
Illusi
Illusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salah. Pasien
melihat tali bisa ditafsirkan sebagai seekor ular. Illusi ini sering terjadi pada
panas yang tinggi dan disertai kegelisahan, dan kadang-kadang perubahan
kesadaran (delirium). Illusi juga sering terjadi pada kasus-kasus epilepsi
(khususnya epilepsi lobus temporalis), dan keadaan-keadaan kerusakan otak
permanen.
Misalnya seorang petinju di Malang terungkap di pengadilan ia menderita
epilepsi. Ia membunuh anaknya sendiri yang masih tidur di kasur dengan
parang, karena menganggap anaknya adalah seekor kucing yang sedang tidur.
Juga kasus seorang ibu yang menyiram anak balitanya dengan air panas di
Semarang beberapa waktu yang lalu, dan akhirnya si anak meninggal dunia. Ia
melihat dan merasa menyiram hewan.
Tilikan Yang Buruk
Pasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah ada bukti
adanya perubahan perilaku yang jelas tidak wajar. Pasien tak mau minum obat
atau tak mau diajak berobat, atau bila ada waham dianggap mau diracuni.
Keadaan merasa tidak sakit ini yang mempersulit pengobatan, apalagi
keluarga juga mengiyakan karena merasa tak sakit ia tak mau mencari
pengobatan.
Tilikan yang buruk ini merupakan ciri khas pasien psikotik. Di sini peran
keluarga penting, kalau memang menemukan gejala tersebut seperti waham,
halusinasi dan illusi, segera berkonsultasi kepada tenaga kesehatan jiwa.
A. Gangguan/ gejala Psikotik Akut
Gambaran Utama Perilaku
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
Kebingungan atau disorientasi
Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti
menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain
atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul
tanpa alasan
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah
sebagai berikut :
Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan :
misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat
sesuatu yang tidak ada bendanya)
Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat
diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa
mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau
merasa diamati/diawasi oleh orang lain)
Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)
B. Gangguan Psikotik kronik
Gambaran Perilaku
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut
merupakan perilaku utama yang secara umum ada.
Penarikan diri secara sosial
Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung
atau aneh)
Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan
kebersihan yang dilaporkan keluarga
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :
Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara
Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal sepert : memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang
hebat/terkenal
Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau
objek yang tak lazim di dalam tubuhnya
Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran
Untuk lebih jelasnya mengenai psikotik kronik, disini dapat dijelaskan
melalui skizofrenia Dimana Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang
kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan
baik dan pemahaman diri buruk. Gejala klinis dari skizofrenia dapat dilihat
di bawah ini:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a. “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b. “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” =
secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik
atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian
tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing
dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan
terus menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;
d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
II. 5 Epidemiologi
Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat
berkisar satu sampai tiga permil penduduk. Misalnya Jawa Tengah dengan penduduk
lebih kurang 30 juta, maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderita psikotik. Bila
10% dari penderita perlu pelayanan perawatan psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus
dirawat. Tetapi tidak semua bisa dirawat karena kapasitas pelayanan perawatan
psikiatrik di Jateng masih di bawah 1.000 tempat tidur. Sisa yang tidak terawat berada
dalam masyarakat dan pasien ini seharusnya perlu pengawasan yang seksama. Pasien
psikotik yang mungkin tenang terkadang tak terduga akan menjadi agresif tanpa
stressor psikososial yang jelas. Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda semua
pasien psikotik (skizofrenia) dirawat di Rumah Sakit Jiwa seumur hidup (dibuat
koloni). Hal ini sekarang menjadi stigma masyarakat, bahwa RSJ identik dengan gila.
Tetapi sekarang situasi sudah berbeda, tidak semua pasien dapat dirawat di RSJ.
Mereka yang fase aktif gangguan psikotiknya dirawat, sedang yang tenang
dipulangkan namun masih dalam pengawasan dalam bentuk perawatan jalan. Fase
aktif adalah pasien-pasien yang menunjukkan perilaku yang membahayakan diri atau
membahayakan lingkungannya, dan mudah dikenali gejalanya. Pada fase tenang
pasien dapat beradaptasi dengan lingkungannya, meskipun terbatas. Perjalanan
psikiatrik tidak terbatas pada Rumah Sakit Jiwa yang ada, tetapi di Rumah Sakit
Umum pun ada pelayanan psikiatrik yang dilakukan oleh psikiater. Yakni pelayanan
integrasi dan konsultasi psikiatri di RSU, mengingat jumlah psikiater yang ada belum
memadai sesuai kebutuhan.
Referensi:
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi
ke-2. Cetakan 2010. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010.