Fraktur Komunitiva Case

Embed Size (px)

DESCRIPTION

con1

Citation preview

STATUS PASIENKEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDASMF BEDAHRUMAH SAKIT

Nama Mahasiswa: Tanda Tangan :NIM: Dokter Pembimbing: IDENTITAS PASIENNama lengkap: Tn.THJenis kelamin: PriaAlamat: DiketahuiUmur: 33 tahunStatus perkawinan: MenikahAgama: KatholikPekerjaan: Swasta Pendidikan: Tamat SMAMasuk tanggal: 04 Oktober 2013, Jam 09.15 WIB

I. ANAMNESISDiambil dari: Autoanamnesis, Tanggal: 04 Oktober 2013, Jam: 15.00 WIB

Keluhan Utama: Rasa nyeri pada bagian bahu kiri saat digerakkan sejak 1 jam SMRS Husada

Keluhan Tambahan: Luka lecet pada lutut kiri, pingsan (-), muntah (-), amnesia (-)

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien Tn.TH usia 33 tahun datang ke IGD RS Husada dengan keluhan nyeri pada bahu kiri saat digerakkan. Nyeri yang dirasakan pasien berada pada bagian bahu hingga lengan atas kiri saat digerakkan. Sebelumnya pasien mengalami jatuh dari motor akibat KLL motor dengan motor. Pasien mengalami tabrakan beruntun dengan motor, yang mengakibatkan pasien terjatuh dari motornya ke arah kiri, dengan posisi bahu dan lengan atas menopang seluruh badannya. Pasien tidak mengeluh adanya mual, muntah, pusing, pingsan, dan sesak. Pada pasien tidak ditemukan adanya amnesia retrograde.

Riwayat Penyakit Dahulu:Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, sesak napas.

Riwayat Penyakit Keluarga :Riwayat darah tinggi (-), kencing manis (-), sakit jantung (-), sesak napas (-). II. STATUS PRAESENS1. Status GeneralisKeadaan umum: Tampak sakit sedangKesadaran: Compos mentis (GCS 15)Tanda-tanda vital: TD:110/70mmHg, Nadi:88 X/menit, RR:18 X/menit, S:36,7 0CKepala: NormocephalyMata: Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+, pupil isokorTelinga: normotia, membran timpani utuh, sekret (-), serumen (+)Hidung: Normosepta, darah (-), secret (-) Tenggorokan: Tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis.Leher: Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesarThorax: Bentuk dada asthenicus, simetris dalam keadaan statis dan dinamis, sela iga normal, tidak ada nyeri tekan. Paru-paru : Suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-) Jantung : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)Abdomen: Supel, BU (+), nyeri tekan (-)Hati dan Limpa : Tidak teraba Ginjal: ballottement (-)Colok dubur : tidak dilakukan karena tidak indikasi

Ekstremitas (lengan & tungkai): Edema : _ _

_ _

2. Status Lokalis BedahRegio : Klavikula sinistra Pasien duduk tegakInspeksi : a. Posisi lengan kiri menggantung pada mitela, deformitas (+), oedem (-)b. Terdapat memar (warna biru) pada bagian tengah klavikula (midklav) kiric. Pasien masih dapat menggerakkan bagian lengan bawah kiri, namun dari lengan atas sampai bahu kiri tidak dapat digerakkand. Terdapat luka lecet pada bagian lutut kiriPalpasi :a. Rasa nyeri tekan pada bagian bahu (klavikula) kirib. Pada bagian tengah klavikula kiri terdapat cekungan Move :a. Gerakan pasif dan aktif lengan atas sampai bahu (klavikula) kiri terhambat, lengan bawah dan tangan dapat digerakkan.b. Nyeri bila digerakkan pada bagian bahu (klavikula) sampai lengan atas kiri.

III. Pemeriksaan PenunjangLaboratorium 04/10/2013Darah : Hb : 13,6 g/dl Ht: 42 % Leukosit : 21.400/ul Trombosit: 359.000/ul Eritrosit: 4,93 juta/ul APTT: 35 detik PT: 10 detik MCHC: 33 % MCV: 85 fl MCH: 28 pg Ureum: 13 mg/dl Creatinin: 0,53 mg/dl Kalium: 4 meq/l Natrium: 138 meq/l Chloride: 109 meq/l GDS: 101 mg/dl

Radiologi : (tgl 4/10/2013)Foto X-ray AP-Lateral : Fraktur klavikula sinistra 1/3 lat.cum contractionum

IV. ResumeAnamnesis :Telah diperiksa pasien Tn.TH usia 33 tahun dengan keluhan nyeri pada bahu kiri saat digerakkan akibat terjatuh dari motor pada peristiwa KLL motor dengan motor. Nyeri yang dirasakan pasien berada pada bagian bahu hingga lengan atas kiri. Pasien tidak mengeluh adanya mual, muntah, pusing, pingsan, dan sesak. Pada pasien tidak ditemukan adanya amnesia retrograde.

Pemeriksaan Fisik :A. Status GeneralisKeadaan umum pasien dalam keadaan sakit sedang, Tekanan darah : 110/70mmHg, Suhu : 36,7C, Nadi : 88x/menit, RR : 18x/menit.Status generalis dalam batas normal.

B. Status Lokalis BedahRegio Bahu Kiri

Look: - Deformitas (+) Bengkak (-) Kulit intact (-) Hematom (+)Feel : - Nyeri tekan (+) Krepitasi (-)Move : - Pergerakan aktif : nyeri gerak (+), range of motion terbatas Pergeakan pasif : nyeri gerak (+)

Luka lecet pada lutut kiri

Radiologi (4/10/2013) Foto X-ray AP-Lateral : Fraktur klavikula sinistra 1/3 lat.cum contractionum V. Diagnosis KerjaFraktur kominutif midklav os.klavikula sinistra (fraktur tertutup)

VI. Diagnosis Banding-

VII. PenatalaksanaanMedikamentosa :Pemberian analgetik, pemberian obat untuk metabolisme tulang (strontium ranelate), pemberian antibiotik ( cefoperazone Na, Sulbactam)

Operatif :Pemasangan ORIF plate screw pada os.klavikula sinistra tanggal 07-10-2013Laporan tindakan operasi : Pasien tidur telentang dalam GA Asepsis dan antisepsis lapangan pembedahan Insisi di atas klavikula menembus kutis, subkutis Tampak fraktur midclavikula cominutive Dilakukan reduksi + fiksasi dengan LCP Cuci luka op, rawat perdarahan Pasang bone graft Tutup lapis demi lapis, OP selesai

VIII. Pemeriksaan Anjuran1. Hematologi monitor rutin (Hb, Ht, Leukosit, LED,Trombosit)2. Radiologis : foto rontagen post operasiIX. Prognosis Ad Vitam : dubia ad bonam Ad Fungsionam : dubia ad bonam Ad Sanationam: dubia ad bonam

Bab IITinjauan PustakaAnatomi Klavikula

Dalam anatomi manusia, tulang klavikula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Klavikula berbentuk kurva ganda dan memanjang. Ini adalah satu-satunya tulang yang memanjang horizontal dalam tubuh. Terletak di atas tulang rusuk pertama. Pada ujung medial, klavicula bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada) pada sendi sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi dengan acromion dari skapula (tulang belikat) dengan sendi acromioclavicularis. Fungsi klavikula adalah sebagai berikut : Sebagai pengganjal untuk menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada supaya lengan dapat bergerak leluasa. Meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh (aksial) Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, klavikula juga tersusun dari tulang spons Otot-otot dan ligamentum yang berlekatan pada klavikulaKlavikula adalah tulang panjang yang mempunyai korpus dan dua buah ujung. Korpus mempunyai lengkung ringan berganda seperti huruf S .2/3 bagian medial cembung dan 1/3 bagian lateral cekung ke muka. Ujung lateral atau ekstremitas akromialis lebih pipih walaupun ujung lateral atau ekstremitas sternalis lebih bulat. Permukaan superior korpus licin, sedang permukaan inferior lebih kasar.

KORPUSKorpus mempunyai 2 permukaan : permukaan superior dan permukaan inferior, serta 2 tepi: tepi anterior dan tepi posterior. Pinggirnya pada 1/3 lateral tulang tampak jelas karena korpusnya datar di sebelah lateral. Pinggir-pinggirnya membulat di sebelah medial yaitu tulang membentuk silindris pada 2/3 medial yang mempunyai 4 permukaan.

Permukaan superior :Permukaan superior seluruhnya terletak di bawah kulit dan dapat diraba dari ujung ke ujung karena permukaan superior ini tidak disilang oleh satu otot sekalipun kecuali oleh platisma yang tipis, yang letaknya tepat dibawah kulit. Didekat ujung media, permukaan superior merupakan origo dari kaput klavikula muskulus sternokleidomastoideus.

Permukaan inferior :Di 1/3 medial permukaan inferior, terdapat suatu alur yang dangkal untuk insersio muskulus subklavius. Di dekat ujung lateral permukaan inferior, terdapat suatu rigi yang disebut linea trapezoideum, sedang di dekat ujung medialis pinggir posterior terdapat suatu tonjolan yang disebut tuberkulum konoideum. Rigi dan tuberkulum ini merupakan tempat lekat dari pars trapezoideum yang ceper dan pars konoideum yang membulat dari lig.korakoklavikularis. Ujung medialis dari permukaan inferior merupakan suatu tempat yang tidak rata untuk tempat perlekatan lig.kostoklavikularis yang mengikat klavikula pada tulang rawan iga pertama.Pinggir anterior :Di bag medial pinggir anterior dan bersama-sama dengan permukaan superiornya merupakan origo dari muskulus pektoralis mayor. Pada 1/3 nag lateralnya terdapat bulatan menonjol disebut tuberkulum deltoidieum, yang menjadi tempat perlekatan muskulus deltoideus yang mulai dari sisa ujung medial sampai tuberkulum ini.

Pinggir posterior:Bagian medialis pinggir posterior merupakan tempat perlekatan serabut-serabut lateralis muskulus sternohyoideum, tepat pada bagian postoinferior sampai origo muskulus sternokleidomastoideus. Bagian ini berbatasan di sebelah posteriornya dengan pembuluh-pembuluh darah subklavia dan trunkus-trunkus pleksus brakhialis 1/3 lateralis pinggir posterior merupakan insersio muskulus trapezius. Perlekatan muskulus trapezius meluas ke lateral sampai tuberkulum konoideum.

Struktur TulangKomposisi tulangKomponen organik: 90% kolagen tipe I ; sisanya terdiri dari fosfoprotein, proteoglikan spesifik tulang, sialoprotein, osteonektin, osteokalsin, dan faktor pertumbuhan seperti misalnya faktor pertumbuhan beta transformasi, faktor pertumbuhan fibroblast, dan protein morfogenik tulang. Komponen inorganik : kalsium fosfat dalam bentuk Kristal hidroksiapatit dan 8- 9% air. Enzim sel tulang : osteoklas mengandung as.hidrolase, kolagenasi, dan as.fosfatase, osteoblast mengandung alkali fosfatase dan aktivitas kolagenase.Terdapat dua bentuk utama osifikasi atau deposisi mineral di dalam jaringan tulang. Tulang panjang pada mulanya berkembang dengan mineralisasi pada kartilago, selanjutnya mengkonversi jaringan mineral ini menjadi tulang. Proses ini dinamakan osifikasi endokondral, dan sebagai tambahan pada formasi kalus pada penyembuhan tulang panjang, pusat osifikasi sekunder dari epifisis, dan formasi kalus pada penyembuhan fraktur. Bentuk lainnya dari osifikasi adalah osifikasi intramembranosa, dan melibatkan mineralisasi osteoid langsung dengan osteoblast tanpa melalui fase kartilago. Pembentukan tulang terjadi ketika osteoklas meresorbsi tulang, yang diikuti dengan pembentukan formasi tulang secara rapat oleh osteoblast, dan timbul secara konstan sepanjang skeletal.Karena matriks dari tulang mengandung faktor pertumbuhan, maka dapat langsung dilakukan transplantasi, karena resorpsinya merangsang pembentukan tulang lokal (osteoinduksi). Sebagai tambahan, osteoblast mendeposit tulang baru secara langsung pada permukaan cangkok (osteokonduksi), yang reaksinya sebagai penggantung tulang penggantinya. Cangkok tulang digunakan pada fraktur non-union , untuk menstimulasi artrosesis, dan untuk menggantikan segmen tulang yang hilang akibat trauma, infeksi, atau tumor. Mineral yang terdapat dalam matriks tulang terutama adalah kalsium dan fosfat. Bentuk dasar dari kortek tulang disebut sistem haversian. Yang terdiri dari saluran haversian (yang berisi pembuluh darah, saraf dan lymphatik), lacuna (berisi osteosit), lamella, canaliculi (saluran kecil yang menghubungakan lacuna dan saluran haversian.Bentuk dan kontruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya. Tulang tersususun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular/spongius) dan kortikal (kompak). Tulang panjang (mis femur berbentuk seperti tangkai atau batang panjang dengan ujung yang membulat). Batang atau diafasis terutama tersusun atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis yang tersusun oleh tulang kanselus. Plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa mengalami klasifikasi. Ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago artikular pada sendi-sendinya. Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan. Tulang pendek (misalnya metakarpal) terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang kompak. Tulang pipih (misalnya sternum) merupakan tempat penting hematopoesis dan sering memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasarosteoblas, osteosit, dan osteoklas.

Definisi FrakturFraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa.

Mekanisme TraumaKebanyakan suatu fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan menbengkok, memutar, dan tarikan.Trauma bisa bersifat :1. Trauma langsung, dimana menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan2. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.Etiologi FrakturFraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebutkekuatannya melebihi kekuatan tulang.Ada2 faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur, yaitu : Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan trauma. Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan, dan densitas tulang.Apabila kedua hal ini terjadi maka akan terjadi fraktur, di mana posisi dari fraktur tersebut dapat mengalami perubahan dari posisi semulanya sehingga bisa menyebabkan gangguan lebih berat ke struktur sekitarnya.

Gejala Klasik Fraktur1. Adanya riwayat trauma2. Rasa nyeri dan bengkak di wilayah tulang yang patah3. Deformitas pada daerah yang patah4. Nyeri tekan5. Krepitasi6. Gangguan fungsi musculoskeletal akibat nyeri7. Gangguan neurovascular

Klasifikasi FrakturBerdasarkan hubungan dengan dunia luar terbagi atas :1. Tertutup : bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar2. Terbuka : bila terdapat hubungan antara fragmen dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit

Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi.DerajatLukaFraktur

ILaserasi ,< 1 cm kerusakan jaringan tidak berarti, relatif bersihSederhana,dislokasi fragmen minimal

IILaserasi > 1 cm, tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi. Ada kontaminasiDislokasi fragmen jelas

IIILuka lebar dan rusak hebat, atau hilangnya jaringan disekitarnya. Kontaminasi hebatKomuinutif,segmentasi, fragmen tulang ada yang hilang

Berdasarkan garis patah :1. Komplit : bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.2. Inkomplit : bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti : Hairline fracture (patah retak rambut) Buckle fracture atau torus fracture, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya, biasanya pada radius distal anak-anak. Greenstick fracture mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak.

Berdasarkan jumlah garis patah :1. Simple: satu garis patah2. Segmental: garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua garis patah disebut fraktur bifocal.3. Multipel: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur femur, fraktur kruris, dan fraktur tulang belakang.4. Kominutif: lebih dari satu garis fraktur dan saling berhubungan

Berdasarkan arah garis patah :1. Melintang: trauma angulasi atau langsung2. Oblik: trauma angulasi 3. Spiral: trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosa4. Avulsi: trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya di tulang, misalnya fraktur patella

Berdasarkan dislokasi fragmen : Undisplaced (tidak bergeser), garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, perioteumnya masih utuh. Displaced (bergeser), terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang terbagi menjadi : Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut) Dislokasi ad latum (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi).Klasifikasi Fraktur Klavikula1. Fraktur mid klavikula ( Fraktur 1/3 tengah klavikula) paling banyak ditemui terjadi medial ligament korako-klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral) mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung ( dari lateral bahu)2. Fraktur 1/3 lateral klavikulaFraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat dibagi: type 1: undisplaced jika ligament intak type 2 displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture. type 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.Mekanisme trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari bahu.3. Fraktur 1/3 medial klavikulaInsiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula. Mekanisme trauma dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian lateral bahu yang dapat menekan klavikula ke sternum. Jatuh dengan tangan terkadang dalam posisi abduksi.DiagnosisI. AnamnesisAnamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. Riwayat cedera diikuti sampai dengan ketidakmampuan menggunakan tungkai yang mengalami cedera. Perlu diperhatikan fraktur yang terjadi tidak selalu terjadi di tempat cedera, suatu pukulan pada lutut dapat menyebabkan fraktur pada patella, kondilus femur, batang femur atau bahkan asetabulum. Umur pasien dan mekanisme cedera itu penting. Kalau fraktur terjadi akibat cedera ringan curigailah lesi patologik . Nyeri, memar dan bengkak adalah gejala yang sering dijumpai , tetapi cedera ini tidak membedakan fraktur dengan cedera jaringan lunak. Deformitas jauh lebih mendukung.Tanyakan mengenai gejala cedera yang berkaitan : baal atau hilangnya gerakan, kulit yang pucat atau sianosis , darah dalam urine , nyeri perut, hilangnya kesadaran untuk sementara. Tanyakan riwayat fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.II. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik , periksalah bagian yang paling jelas terluka, hal hal yang perlu diperhatikan : Apakah ada kerusakan pada arteri atau saraf, dicari cedera yang berhubungan di wilayah tersebut, carilah cedera yang berhubungan didaerah tempat yang jauh. Inspeksi / LookAmati bahu dan lengkung bahu dari sebelah anterior, dan lakukan inspeksi skalpula serta otot yang terkait dengannya dari sebelah posterior. Perhatikan setiap adanya pembengkakan, deformitas, atau atrofi otot, fasikulasi (tremor halus pada otot).Cari pembengkakan kapsula sendi di sebelah anterior atau benjolan dalam bursa subakromial di bawah muskulus deltoideus. Periksa keseluruhan ekstermitas atas untuk menentukan adanya perubahan warna, perubahan kulit, atau posisi yang abnormal. PalpasiJika terdapat riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk bagian yang terasa nyeri. Lokasi nyeri dapat menunjukkan asal nyerinya : Puncak bahu yang menjalar ke leher-artikulasio akromioklavikularis Permukaan lateral bahu yang menjalar ke insersio deltoideus-otot rotator cuff Bahu anterior-tendon bisipitalisSekarang, kenali patokan tulang pada bahu dan kemudian lakukan palpasi pada daerah nyeri. Tentukan lokasi prosesus akromialis dan tekan ke arah medial untuk menentukan menentukan lokasi ujung distal klavikula pada artikulasio akromioklavikularis. Lakukan palpasi kea rah lateral dan bawah dengan langkah pendek ke tuberkulum mayus humeri, dan kemudian tekan ke arah medial untuk menentukan lokasi prosesus korakoideus scapula. Selanjutnya,lakukan palpasi pada daerah yang terasa nyeri dan identifikasi struktur yag terkena. Kisaran Gerak dan Manuver (Move)Keenam gerakan pada lengkung bahu adalah fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi internal serta eksternal. Ketidakmampuan melakukan gerakan-gerakan ini mungkin mencerminkan kelemahan atau perubahan pada jaringan lunak yang terjadi karena bursitis,kapsulitis,ruptura otot rotatoar cuff atau cedera terkilir (sprain), atau tendinitis.Pemeriksaan sendi bahu sering memerlukan evaluasi yang selektif pada artikulasio akromioklavikularis, bursa subakromial, dan subdeltoideus,otot rotator cuff, sulkus serta tendon bisipitalis,dan kapsula artikularis serta membran synovial pada artikulasio glenohumeralis. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan radiologi dilakukan untuk menentukan jenis dan kedudukan fragmen fraktur. Foto rontagen harus memenuhi beberapa syarat, yaitu letak patah tulang harus diletakan di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurus. Bila sinar menembus secara miring, gambar menjadi samar, kurang jelas, dan berbeda dari kenyataan.Harus selalu dibuat dua lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus. Persendian proksimal maupun distal harus tercakup dalam foto. Bila ada kesangsian atas adanya patah tulang, sebaiknya dibuat foto yang sama dari ekstermitas kontralateral yang sehat untuk perbandingan. Bila tidak diperoleh kepastian tentang adanya kelainan seperti fisura, sebaiknya foto diulang setelah satu minggu, retak akan menjadi nyata karena hyperemia setempat disekitar tulang yang retak itu akan tampak sebagai dekalsifikasi. Pemeriksaan khusus seperti CT-scan atau MRI kadang diperlukan, misalnya pada kasus fraktur vertebra yang disetai gejala neurologis.

PenatalaksanaanFraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.

Tatalaksna Fraktur Prinsip Penanganan FrakturPrinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.a.Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat diterima. Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan posisi anatomis normal. Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomik normalnya. Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup,traksi, danreduksi terbuka. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mengalami penyembuhan.Metode reduksi :1.Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.2.Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.3.Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.b.Imobilisasi Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi penyembuhan. Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal (bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll).c.Rehabilitasi Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang sakit. Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutikTeknik Penanganan Terapi Konserfatif dan OperasiPenatalaksanaan Fraktur Klavikula:1. Fraktur 1/3 tengahUndisplaced fraktur dan minimal displaced fraktur diterapi dengan menggunakan sling, yang dapat mengurangi nyeri.Displaced fraktur fraktur dengan gangguan kosmetik diterapi dengan menggunakan commersial strap yang berbentuk angka 8 (Verband figure of eight) sekitar sendi bahu, untuk menarik bahu sehingga dapat mempertahankan alignment dan fraktur. Strap harus dijaga supaya tidak terlalu ketat karena dapat mengganggu sirkulasi dan persyarafan. Suatu bantal dapat diletakkan di antara scapula untuk menjaga tarikan dan kenyamanan. Jika commersial strap tidak dapat digunakan, balutan dapat dibuat dari tubular stockinet, ini biasanya digunakan untuk anak yang berusia