Upload
anisa-ahmad
View
120
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
FRAKTUR FEMUR.doc
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah: terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrim. Kebanyakan kasus
nyeri karena fraktur sekarang di akibatkan oleh tinggainya angka kecelakaan yang
terjadi di jalan raya yang di akibatkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat dalam
menggunakan alat-alat yang memenuhi standar keselamatan dalam berkendaraan.
Seperti menggunakan helem yang standar untuk pengendara sepeda motor dan
menggunakan sabuk pengaman untuk pengendara mobil. Klien dengan fraktur
femur datang dengan nyeri tekan akut, pembengkakan nyeri saat bergerak dan
spasme otot. Mobilitas atau kemampuan fisik klien untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari perubahan dan klien perlu belajar bagaimana menyesuaikan
aktivitas dan lingkungan untuk mengakomodasikan diri dengan menggunakan alat
bantu dan bantuan mobilitas.
Berdasarkan data-data tersebut di atas maka kelompok kami tertarik untuk
membahas kasus fraktur khususnya fedis dan juga untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah KDM dalam praktek lapangan.
B. Tujuan Penulisan
1.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran umum mengenai fraktur meliputi definisi,
patopisiologi, manifestasi klinis, etiologi serta komplikasi yang ditimbulkan
akibat kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang bisa menimbulkan fraktur.
1.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
a. Memahami apa itu fraktur, cara mengobati fraktur tersebut.
b. Menentukan diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan “fraktur”
khususnya yang kami angkat disini adalah fraktur pada Tn. I yaitu Fraktur
Femur.
1
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan dalam perawatan klien dengan
“Fraktur Femur”
d. Menyusun dokumentasi keperawatan
C. Ruang Lingkup Keperawatan
Dalam menulis makalah ini penulis membahas mengenai definisi, etiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, asuhan keperawatan serta studi kasus mengenai klien
dengan “Fraktur Femur” khususnya “.
D. Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif.
Adapun tenik pengumpulan data dan informasi dalam penyusunan makalah ini
adalah studi kepustakaan dengan menggunakan literatur untuk memperoleh materi-
materi yang bersifat teoritis dan studi kasus dengan mengambil data langsung pada
klien mengalami “Fraktur Femur” guna menyempurnakan makalah ini.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun secara sistematis yang terdiri atas 5 bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Ruang Lingkup
D. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
2. Patofisiologi
3. Penatalaksanaan Medis
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa
2
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RANGKA
1) Sistem Rangka
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang
membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama
tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi kartilago utama.
1. Rangka aksial terdiri dari beberapa tulang yang membentuk aksis panjang
tubuh yang melindungi organ-oran pada kepala, leher dan torso.
a. Kolumna vertebra (tulang belakang) terdiri dari 26 vertebra yang
dipisahkan oleh diskus vertebra.
b. Tengkorak diseimbangkan pada kolumna vertebra
c. Kerangka toraks (rangka iga) meliputi tulang-tulang iga dan sternum
yang membungkus dan melindungi organ-organ thoraks.
2. Rangka aperdikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan,
tungkai dan tulang pektoral (serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat
melekatnya lengan dan tungkai pada rangka aksial.
3. Persendian adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
2) Fungsi Sistem Rangka
1. Memberikan topangan dan bentuk pada tubuh
2. Pergerakan tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah persendian
dan berfungsi sebagai pengungkit jika otot berkontraksi, kekuatan yang
diberikan pada pengungkit menghasilkan gerakan.
3. Perlindungan sistem rangka, melindungi organ-organ lunak yang ada
dalam tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoisis) sumsum tulang merah, yang
ditemukan pada orang dewasa dalam tulang sternum, tulang iga, badan
vertebra, tulang pipi pada kranium dan pada bagian ujung tulang panjang.
Merupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit darah.
4
5. Tempat penyimpanan mineral.
3) Komposisi Jaringan Tulang
1. Tulang terdiri atas sel-sel dan matriks ekstrakuler. Sel-sel tersebut
adalah osteoblast dan osteoklas.
2. Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam
pada substansi dasar dan garam-garam organik tulang seperti fosfor
dan kalsium.
3. Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan terutama
ditemukan sebagai lapisan di atas jaringan tulang concelles,
parositasnya bergantung pada saluran mikroskopik (kanalikuli) yang
mengandung pembuluh darah yang berhubungan dengan saluran
havers.
4) Anatomi Tulang Panjang yang Tipikal
1. Diafisis (batang) tersusun dari tulang kompak silinder tebal yang
membungkus medula atau rongga sumsum sentran yang besar.
a. Rongga sumsum berisi sumsum tulang kuning (adi posa) atau sumsum
merah bergantung usia individu
b. Endosteum melapisi rongga sumsum, jaringan ini terdiri dari jaringan
ikat areolar vaskuler.
c. Periosteum adalah lembaran jaringan ikat yang terdiri dari dua lapisan.
Lapisan luar adalah jaringan ikat fibrosa rapat, lapisan dalam bersifat
osteogenik (pembentuk tulang) terdiri dari suatu lapisan tunggal
osteoblas periosteum membungkus diafisis.
2. Epifisis adalah ujung-ujung tulang yang membesar sehingga rongga-
rongga sumsum dengan mudah bersambungan.
a. Epifisis tersusun dari tulang concellus internal, yang diselubungi
tulang kompak dan dibungkus kartilago artikular (artilago).
b. Kartilago artikular, yang terletak pada ujung-ujung permukaan tulang
yang berartikulasi, dilumasi dengan cairan sinovial dari rongga
persendian. Kartilago ini memungkinkan terjadinya pergerakan.
5
5) Klasifikasi Tulang Menurut Bentuknya
1. Tulang panjang, ditemukan di tungkai. Tulang berelongasi dan berbentuk
silindaris serta terdiri dari epifisis. Fungsi tulang ini adalah untuk
menahan berat dan berperan dalam pergerakan.
2. Tulang pendek adalah tulang pergelangan tangan (karpal) dan tulang
pergelangan kaki (tarsal). Tulang tersebut berstruktur kuboidal atau bujur
dan biasanya ditemukan berkelompok untuk memberikan kekuatan dan
kekompakan kepada area yang pergerakannya terbatas.
3. Tulang pipih, pada tulang tengkorak, iga dan tulang dada. Struktur
tulang-tulang yang mirip lempeng ini perlindungan dua lempeng tulang
kompak pembungkus laposan rongga.
4. Tulang ireguler adalah tulang yang bentuknya tidak beraturan dan tidak
termasuk kategori di atas, meliputi tulang vertebra dan tulang asikel
telinga
5. Tulang sesamoid adalah tulang kecil bulat yang masuk ke formasi
persendian atau bersambungan dengan kartilago, ligamen atau tulang
lainnya. Salah satu contohnya adalah patella (tempurung lutut) yang
merupakan tulang sesamoid terbesar.
2. DEFINISI FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (R. Sjamsuhidayat dan Winn de Jong,
1998).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditemukan sesuai jenis
dan luasnya. (Bruner dan Suddart)
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik (Sylvia Anderson Price. Larraie Mc Carty Klilson, 1995)
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang diakibatkan oleh tekanan
eksternal yang lebih besar dari setiap oleh tulang (Lynda Juall Capenito, 1999).
6
1) Macam-Macam Fraktur
a. fracture (fraktur tertutup) yaitu fraktur yang tertutup karena integritas
kulit masih utuh atau tetap tidak berubah.
b. Compound fracture (fraktur terbuka) yaitu fraktur karena integritas kulit
robek atau terbuka dan ujung menonjol sampai menembus kulit.
c. Fracture complete adalah retak atau patahnya tulang yang luas dan
melintang biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
d. Fracture incomplete adalah patah tulang melintang tetapi tidak terjadi
dislokasi.
e. Retak tak komplit yaitu hanya sebagian dari tulang yang retak.
Berikut ini adalah berbagai jenis khusus fraktur
a. Green stick: Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi
lainnya membengkak.
b. Transversal: Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
c. Oblik: Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak
stabil dibandingkan transversal).
d. Spiral: Fraktur memuntir seputar batang tulang.
e. Kominutif: Fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
f. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada
tulang belakang)
g. Patologik: Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, penyakit paget, metatasis tulang, tumor)
h. Avulsi: Tertariknya fragmen tulang oleh fragmen atau tanda pada
perlekatannya.
i. Impaksi: Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang
lainnya.
j. Epifisial: Fraktur melalui episis.
7
Fraktur fremur dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Fraktur batang femur: Mempunyai insidens yang cukup tinggi diantara jenis-
jenis patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3
tengah.
b. Fraktur kolum femur: Dapat terjadi akibat trauma langsung dan tidak
langsung. Fraktur kolum terjadi pada wanita tua yang tulangnya telah terjadi
telah terjadi osteoporosis.
3. PATOFLOW
8
Trauma Proses Patologi, penuaan, ,mal nutrisi
Rusak atau terputusnya kontinuitas tulang
Kerusakan jaringan lunak
dan kulit
PO
Hematoma Hemoragi
Serabut saraf dan sumsum
tulang
Periostum dan korteks
tulang
Port dientry
Non infeksi
Infeksi
Sembuh
Delayed union
Mal union
Deformitas
Gg. body image
Vasodilatasi eksudat plasma dan migrasi leukosit
Inflamasi
Supresi saraf
Nyeri
Imobilisasi
Hipovolemik
Hipotensi
Suplai O2 ke otak
Shock hipovolemik, kesadaran
Toleransi aktivitas
Serabut saraf putus
Kehilangan sensasi
Hilangnya fragmen tulang
Deformitas
Syndrom konus nodularis: anestesia, gg. defekasi, gg. miksi, impotensi, hilangnya reflek anal.
Atropfi otot
Kerusakan integritas kulit
4. ETIOLOGI
1) Trauma: Merupakan penyebab utama yang sering menyebabkan terjadinya
fraktur seperti kecelakaan dan lain-lain.
2) Patologi: Merupakan fraktur yang disebabkan karena timbulnya fraktur
seperti osteoporosis dan tumor.
3) Malnutrisi: Karena kurang mineral dan kalsium serta perubahan hormonal.
5. MANIFESTASI KLINIK
Pada kurang mineral dan kalsium serta perubahan hormonal.
1) Nyeri
Terjadi karena terputusnya kontinuitas jaringan dan tulang. Nyeri hampir
selalu muncul dan biasanya parah, terutama pada ujung tulang yang tidak
dapat digerakkan.
2) Menurunnya fungsi ekstremitas normal dan abnormal
Disebabkan oleh ketergantungan fungsional otot pada stabilitas otot
3) Bengkak
Berasal dari proses vasodilatasi eksudasi plasma dan adanya peningkatan
leukosit pada jaringan di sekitar tulang.
4) Spasme Otot
Dapat menambah rasa sakit dan tingkat kecacatan kekuatan otot yang sering
disebabkan karena tulang menekan otot.
5) Krepitasi
Sering terjadi karena pergerakan bagian fraktur sehingga menyebabkan
kerusakan jaringan sekitarnya.
6) Pemendekatan tulang
Terjadi pada fraktur panjang, yang terjadi karena kontraksi otot yang melekat
di atas dan bawah tempat fraktur.
9
5. KOMPLIKASI
1) Mal union yaitu proses penyembuhan tulang berjalan dengan normal tetapi
bentuknya abnormal.
2) Non union yaitu suatu kegagalan dalam penyembuhan tulang, walaupun
sudah pada waktunya ditandai dengan nyeri pada waktu digerakkan.
3) Delayed union yaitu proses tulang yang diperkirakan (lebih dari 4 bulan).
4) Kerusakan pembuluh darah seperti iskhemia.
5) Kerusakan saraf seperti kelumpuhan.
6) Infeksi tulang seperti osteomyelitis.
7) Kekakuan sendi seperti ankylosis.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar-X : Mengevaluasi klien dengan kelainan muskuloskeletal. Sinar-X
tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, porosi dan perubahan
hubungan tulang.
b. CT-Scan : Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan
dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligamen atau
tendon.
c. MRI : Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan magnet,
gelombang radio & komputer untuk memperlihatkan abnormalitas
jaringan lunak seperti jaringan otot, tendon dan tulang rawan.
2) Pemeriksaan Lab
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan kimia darah
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Immobilisasi
b. Pembedahan
c. Penggunaan fiksasi internal seperti pen, plate, screw, wire
d. Perawatan pre-operasi
e. Direncanakan untuk mempersiapkan keadaan jasmani klien dan psikososial
f. Perawatan post-operatif
10
Pengkajian berkesinambungan dilakukan oleh perawat pada 24-48 jam pertama
setelah operasi.
a. Tanda-tanda vital : shock, hipovolemik
b. Luka : eritema, rasa panas area luka, observasi drainase
c. Intake & output : memonitor melalui kateter dan muntah
d. Kenyamanan : frekuensi pola tidur
e. Pengkajian pernafasan : menentukan apakah pasien batuk efektif
f. Pengkajian abdomen : bising usus untuk memulai makan.
Rehabilitatif
a. Terapi panas dingin dan pijatan latihan isometric akan meningkatkan tensi
otot tanpa menggerakkan sendi dekat luka.
b. Latihan ROM pasif dan aktif membantu menjaga dan meningkatkan mobilitas
sendi.
11
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Aktivitas/Istirahat
Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder
dari pembengkakan jaringan, nyeri).
2) Sirkulasi
Tanda : - Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap
nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah).
- Takikardia (Respon stress, hipovolemia).
- Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.
3) Neurosensori
Gejala : - Hilang gerakan/sensasi, spasme otot
- Kebas/kesemutan (parestesis)
Tanda: - Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
- Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma
lain).
4) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : - Nyeri berat tiba-tiba pada saat ceder (mungkin terlokasasi pada
area jaringan/kerusakan tulang: dapat berkurang pada imobilisasi)
tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.
- Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).
5) Keamanan
Gejala : - Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
- Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-
tiba).
12
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan.
2) Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas b.d imobilisasi.
3) Resti gangguan integritas kulit: dekubitus b.d tirah baring lama.
4) Resti konstipasi b.d imobilisasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Dx I
a. Kaji TTV
R/ mengetahui keadaan umum klien terutama yang mendukung diagnosa.
b. Kaji keluhan nyeri/ketidaknyamanan: lokasi, karakteristik, intensitas,
skala
R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi, tingkat
ansietas dapat mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
c. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif
R/ mempertahankan kekuatan dan mobilitas otot yang sakit dan
memudahkan resdusi inflamasi pada jaringan yang cidera.
d. Berikan alternatif tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung,
perubahan posisi.
R/ meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan
kekakuan otot.
e. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, visualisasi, imajinasi, distraksi,
retraksi
R/ mengalihkan stimulus nyeri
f. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian analgesik
R/ membantu mengurangi nyeri.
2) Dx II
a. Kaji tingkat immobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan
perhatian persepsi pasien terhadap imobilitas
R/ klien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk
meningkatkan kemajuan kesehatan.
13
b. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk dan nafas
dalam
R/ mencegah atau menurunkan insiden komplikasi kulit atau pernafasan.
c. Berikan atau bantu dalam mobilisasi diri
R/ mobilisasi diri menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan
penyembuhan.
d. Bantu atau dorong perawatan diri serta kebersihan, contoh: mandi
R/ meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol klien
dalam situasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
e. Kolaborasi dengan dokter engenai program defekasi, ahli terapi fisik dan
spesialis psikiatri klinik.
R/ membantu mempercepat penyembuhan dan penerimaan diri.
3) Dx III
a. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan,
perubahan warna kelabu, memutih.
R/ memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang
memungkinkan disebabkan oleh alat dan pembentukan edema yang
membutuhkan intervensi lebih lanjut.
b. Massa kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan
bebas kerukan. Tempat bantalan air/bantalan lain di bawah siku/tumit
sesuai indikasi.
R/ menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi/kerusakan
kulit.
c. Ubah posisi dengan sering
R/ mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan
resiko kerusakan kulit.
4) Dx IV
a. Latihan klien untuk melakukan pergerakan yang melibatkan daerah
abdomen seperti miring kanan dan kiri.
R/ mempertahankan pergerakan usus
14
b. Auskultasi bising usus
R/ mengetahui adanya bising usus yang aktif
c. Berikan cairan yang adekuat
R/ mempertahankan kebutuhan cairan
d. Berikan makanan tinggi serat
R/ memperlancar proses buang air besar
4. EVALUASI
1) Menunjuk tindakan santai/tidak menangis
2) Menunjuk teknik yang mampu melakukan aktivitas
3) Menyatakan ketidaknyamanan hilang
4) Tidak menunjukkan adanya konstipasi.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Identitas Klien
Nama : Tn. I
Usia : 33 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Brigadir
No. Register : 42.29.43
Dx Medis : Fraktur Femur
Tanggal masuk RS : 08-08-2008
Tanggal pengkajian RS: 19-08-2008
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan kakinya patah karena jatuh dari motor
2. Klien mengatakan nyeri skala 5
3. Klien mengatakan tidak bisa
melakukan aktivitas sehari
4. Klien mengatakan nyeri saat
digerakkan
5. Klien mengatakan gelisah dan tidak
dapat istirahat
1. Terdapat luka jahitan pada femur kanan
bagian samping agak ke belakang
2. Terdapat 10 jahitan bekas operasi
fraktur femur 1/3 batang dexstra
3. Jahitan tampak setengah kering
4. Klien tampak tidak pernah melakukan
aktivitas mandiri
5. Klien bedrest total
6. Klien tampak meringis
7. Klien tampak selalu dibantu dalam
aktivitas sehari-hari
8. TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/mnt
S : 36,7oC
RR : 22 x/mnt
9. KU : CM
16
10. pemeriksaan lab
Hemoglobin : 13,9 gr/dl (13-16 gr/dl)
Leukosit : 13.600 rb/ul (5rb-10rb/ul)
Hematokrit : 41 (40-48%)
Trombosit : 247.000 (150rb-450rb/ul)
11. Therapy yang didapat
Inj. Kedacillin 3 x 1gr
Inj. Tramadol 3 x lamp
12. Klien tampak gelisah
17
ANALISA DATA
Nama : Tn. I / 33 tahunRuangan : Mahoni IINo. RM : 42.29.43Tanggal Diagnosa Keperawatan Masalah Etiologi
19/08/08 Ds: Klien mengatakan kakinya patah
katena jatuh dari motor Klien mengatakan gelisah dan
tidak dapat istirahat Klien mengatakan nyeri skala 5 Klien mengatakan nyeri saat
digerakkan
Do: TTV
TD : 120/80 mmHgN : 82 x/mntS : 36,7oCRR : 22 x/mnt
Klien tampak meringis menahan nyeri
Skala nyeri 5 Terdapat 10 jahitan bekas
operasi fraktur femur bagian kanan ke belakang
Terdapat 10 jahitan
Gg. Rasa nyaman nyeri
Terputusnya kontinuitas jaringan
19/08/08 Ds: Klien mengatakan tidak bisa
melakukan aktivitas sehari
Do: Klien tampak bedrest total Klien tampak dibantu dalam
aktivitas sehari-hari
Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas
Imobilitas
19/08/08 Ds: Klien mengatakan harus istirahat
total
Do: Klien bedrest total TTV
TD : 120/80 mmHgN : 82 x/mntS : 36,7oCRR : 22 x/mnt
Resti Gg. Integritas kulit : dekulatus
Tirah baring lama
DIAGNOSA KEPERAWATAN
18
Nama : Tn. J / 33 tahunRuangan : Mahoni IINo. RM : 42.29.43
Dx Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan
Tanggal Teratasi Paraf
1 Gg. Rasa nyaman nyeri b.d terputusnya
kontinuitas jaringan
19-08-2008
2 Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas
b.d imobilisasi
19-08-2008
3 Resti gangguan integritas kulit : dekubitus
b.d tirah baring lama
19-08-2008
19
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn. J / 33 tahunRuangan : Mahoni IINo. RM : 42.29.43
Tgl No. Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Paraf
19/08/08 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan KH: Klien tidak gelisah
dan dapat istirahat Skala nyeri berkurang
(0) TTV
TD : 120/80 mmHgN : 80 x/mntS : 36,5oCRR : 22 x/mnt
a. Kaji TTVR/ Mengetahui keadaan umum klien terutama yang mendukung diagnosa.
b. Kaji keluhan nyeri/ketidak-nyamanan lokasi, karakteristik, intensitas, skala.
R/ mempengaruhi pilihan/ pengawasan keefektifan intervensi tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
c. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
R/ mempertahankan kekuatan dan mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.Berikan alternatif tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, perubahan posisi.R/ meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kekakuan otot.
d. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, visualisasi, imajinasi, distraksi, retraksi.
R/ mengalihkan stimulus nyeri.
e. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian analgesik.
R/ membantu mengurasi nyeri
19/08/08 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4x24 jam diharapkan klien dapat beraktivitas seperti biasanya dengan kriteia hasil:
a. Kaji tingkat immobilitas yang dihasilkan oleh cedera/ pengobatan dan perhatian persepsi pasien terhadap imobilitas.
20
Klien bisa melakukan aktivitas sehari sendiri tanpa bantuan orang lain
R/ pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/ intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
b. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk dan nafas dalam.
R/ mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/ pernafasan.
c. Berikan atau bantu dalam mobilisasi diri.
R/ Mobilisasi diri menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan penyembuhan
d. Bantu atau dorong perawatan diri serta kebersihan, contoh: mandi.
R/ meningkatkan kekuatan otot sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
e. Kolaborasi dengan dokter mengenai program defekasi, ahli terapi fisik dan spesialis psikiatrik klinik.
R/ membantu mempercepat penyembuhan dan penerimaan diri.
19/08/08 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4x24 jam diharapkan klien tidak tidur atau istirahat terus menerus dengan kriteria hasil: klien tidak bedrest
total lagi TTV
TD : 120/80 mmHgN : 80 x/mntS : 36,5oCRR : 20x/mnt
a. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna kelabu, memutih.
R/ memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh alat dan pembentukan edema yang membutuhkan intervensi lebih lanjut.
b. Kaji TTVR/ mengetahui keadaan umum pasien.
21
c. Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan. Tempatkan bantalan air/bantalan lain di bawah siku/tumit sesuai indikasi.
R/ menurunkan kelembaban pada area yang luka dan mempercepat proses penyembuhan.
d. Ubah posisi dengan seringR/ mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan kulit.
22
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. J / 33 tahunRuangan : Mahoni IINo. RM : 42.29.43
Tgl No. Dx Tindakan Keperawatan Paraf
19/08/08 1 Mengkaji TTVHasil : TD : 120/80 mmHg Rr : 22 x/i N : 82 x/i S : 36,7oC
Mengkaji keluhan nyeri/ketidaknyamananHasil : Klien mengatakan nyeri pada:
- Lokasi : femur dexstra 1/3 tengah- Karakteristik :- Intensitas : jika digerakkan- Skala : 5
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, visualisasi, imajinasi, distraksi, retraksi.
Hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang
2 Mengkaji tingkat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/ pengobatan dan perhatian persepsi pasien terhadap mobilitas.
Hasil : Klien mengatakan ruang geraknya terganggu ketika patah tulang pada pahanya.
Mengubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk dan nafas dalam.
Hasil : Posisi dapat diubah, tetapi belum maksimal karena fraktur yang diderita klien terasa nyeri saat dilakukan pengubahan posisi.
3 Mengkaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna kelabu.
Hasil : Luka tertutup, tidak ada kemerahan, tidak ada perdarahan.
Mengkaji TTVHasil : TD : 120/80 mmHg Rr : 22 x/i N : 82 x/i S : 36,7oC
20/08/08 1 Mengkaji TTVHasil : TD : 110/70 mmHg Rr : 20 x/i N : 80 x/i S : 36,7oC
Melakukan dan mengawasi latihan gerak pasif/aktifHasil : Klien sudah mampu dan bisa gerak pasif/aktif dengan cara perlahan.
Berkolaborasi dengan dokter mengenai pemberian obat analgesik.
23
Hasil: Klien diberikan obat analgesik (kedacillin 1 gr dicampur dengan aquabides 5 cc) diberikan melalui IV (obat diberikan).
2 Membantu atau mendorong perawatan diri serta kebersihan.
Hasil : Klien dimandikan oleh keluarga klien, hasil : klien mengatakan lebih segar.
Mengubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan nafas dalam dan batuk.
Hasil: klien mau dan bisa berubah posisinya setiap 2 jam sekali
3 Mengubah posisi dengan seringHasil : Klien dapat miring ke kiri, ke kanan belum bisa
Mengkaji TTV:Hasil : TD : 110/70 mmHg Rr : 20 x/i N : 80 x/i S : 36,7oC
21/08/08 1 Mengkaji TTVHasil : TD : 110/70 mmHg Rr : 23 x/i N : 81 x/i S : 36,6oC
Melakukan dan mengawasi latihan gerak pasif/aktifHasil : Klien diberikan obat analgesik (kedacillin 1 gr dicampur dengan aquabides 5 cc) diberikan melalui IV (obat diberikan).
2 Kolaborasi dengan dokter mengenai program defekasi, ahli terapi fisik dan spesialis psikiatrik klinik.
Hasil : Klien diberikan obat tambahan lasik (untuk memperlancar BAB)
Mengubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan nafas dalam dan batuk.
Hasil : Klien dapat duduk semifowler dan duduk dengan bantuan serta klien sudah dapat latihan nafas dalam dan batuk.
3 Mengubah posisi dengan seringHasil : Klien dapat miring ke kiri, ke kanan belum bisa
Mengkaji TTV:Hasil : TD : 110/70 mmHg Rr : 23 x/i N : 81 x/i S : 36,6oC
22/08/08 1 Mengkaji TTVHasil : TD : 120/80 mmHg Rr : 20 x/i N : 80 x/i S : 36,7oC
Memberikan alternatif tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, perubahan posisi.
Hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang.
24
Berkolaborasi dengan dokter mengenai pemberian obat analgesik.
Hasil : Klien diberikan obat analgesik (kedacillin 1 gr dicampur dengan aquabides 5 cc) diberikan melalui IV (obat diberikan).
2 Memberikan atau membantu dalam mobilisasi diri.Hasil : Klien mengatakan dapat mobilisasi diri.
Berkolaborasi dengan dokter mengenai program defekasi, ahli terapi fisik dan spesialis psikiatrik klinik.
Hasil : Klien diberikan lasix.
3 Mengkaji untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna kelabu, memutihkan.
Hasil : Luka tertutup, ada kemerahan, ada perdarahan.
Mengubah posisi dengan seringHasil : Klien mengatakan miring kanan dan kiri tetapi perlahan.
Mengkaji TTVHasil : TD : 120/80 mmHg Rr : 20 x/i N : 80 x/i S : 36,7oC
24/08/08 1 Mengkaji TTVHasil : TD : 120/80 mmHg Rr : 22 x/i N : 80 x/i S : 36,8oC
Berkolaborasi dengan dokter mengenai pemberian obat analgesik.
Hasil : Klien diberikan obat analgesik (kedacillin 1 gr dicampur dengan aquabides 5 cc) diberikan melalui IV (obat diberikan).
25
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. J / 33 tahunRuangan : Mahoni IINo. RM : 42.29.43
Tgl No. Dx Evaluasi Paraf
19/08/08 1 S : Klien mengatakan nyeri Lokasi : femur dexstra 1/3 tengahKarakteristik : Jika digerakkanSkala : 4
O : TTV TD : 120/80 mmHg Rr : 22 x/i N : 82 x/i S : 36,7oC
A : Masalah belum teratasiP : Lanjutkan intervensi
2 S : Klien mengatakan ruang geraknya terganggu ketika patah tulang pada pahanya.
O : Posisi dapat di ubah, tetapi belum maksimal karena fraktur yang diderita klien terasa nyeri saat dilakukan pengubahan posisi.
A : Masalah belum teratasiP : Lanjutkan intervensi
3 S : Klien mengatakan lemasO : luka tertutup, ada kemerahan, ada perdarahan. A : Masalah belum teratasiP : Lanjutkan intervensi
20/08/08 1 S : Klien mengatakan dapat melakukan gerak pasif dan aktif dengan cara perlahan.
O : Klien diberikan obat analgesik (kedacillin 1 gr dicampur aquabdes).
TTV TD : 110/70 mmHg Rr : 20 x/i N : 80 x/i S : 36,7oC
A : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi
2 S : Klien mengatakan lebih segar setelah mandiO : Klien dapat duduk semifowler dan duduk dengan
bantuan serta klien sudah dapat latihan nafas dalam dan batuk.
A : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi
26
3 S : Klien mengatakan sudah dapat miring ke kanan tapi ke kiri belum bisa karena masih nyeri.
O : TTV TD : 110/70 mmHg Rr : 20 x/i N : 80 x/i S : 36,7oC
A : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi
21/08/08 1 S : Klien mengatakan masih nyeri seringO : Klien tenang TTV:
TD : 110/70 mmHg Rr : 23 x/i N : 81 x/i S : 36,6oC
A : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi
2 S : Klien mengatakan sudah lebih baik Klien mengatakan sudah dapat nafas dalam dan batukO : Klien tampak dapat latihan nafas dalam dan batukA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi
3 S : Klien mengatakan sudah dapat miring ke kananO : TTV:
TD : 110/70 mmHg Rr : 23 x/i N : 81 x/i S : 36,6oC
A : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi
22/08/08 1 S : Klien mengatakan masih nyeri seringO : TTV:
TD : 120/80 mmHg Rr : 20 x/i N : 80 x/i S : 36,7oC
A : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi
2 S : Klien mengatakan dapat mobilisasi diriO : Klien tampak dapat nafas dalam dan batukA : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
3 S : Klien mengatakan sudah dapat miring ke kanan dan ke kiri.
O : TTV TD : 110/70 mmHg Rr : 23 x/i N : 81 x/i S : 36,6oC
A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
27
24/08/08 1 S : Klien mengatakan masih nyeri di daerah operasiO : TTV:
TD : 110/70 mmHg Rr : 20 x/mnt N : 81 x/mnt S : 36,6oC
A : Masalah teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan ruangan
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada tinjauan teoritis dan tinjauan kasus telah di uraikan tentang asuhan
keperawatan pada klien dengaan fraktur femur, setelah mempelajari kedua bab
tersebut ternyta antara bab teori dan bab kasus tidak jauh berbeda, disini penulis akan
membahas kenyataan yang didapat dalam memberi asuhan keperawatan pada klien
Tn. I dengan fraktur femur, dengan menggunakan teori-teori dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
PENGKAJIAN
Pada tahap pengkajian dalam tinjauan kasus penulis mengumpulkan data atau
informasi dari wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik spiritual, psikologis, dan
sosial. Sehingga menunjukan adanya masalah yang sedang dihadapi klien. Pada
pengkajian tidak di temukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
Adapun data yang kami peroleh dari pengkajian tersebut: penulis dapatkan pada
tahap pengkajian adalah sekala-sekala nyeri, dari tidak nyeri sampai pada nyeri berat.
Sehingga memudahkan penulis dalam mendifinisikan masalah. Sedangkan pada
tinjauan kasus penulis sudah mengkaji secara keseluruhan sesuai dengan tinjaua
teoritis, dikarenakan klien dapat bekerjasama dengan perawat, serta cukupnya tenaga
keperawatan yang ada sehingga dapat melakukan pengkajian secara intesif,
tersedianya alat yang memadai. Faktor penghambat, penulis tidak menemukan,
karena klien dan keluarga sangat kooperatif.
29
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan tinjauan teoritis terdapat empat diagnosa keperawatan yang terdiri dari:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas b.d imobilisasi.
3. Resti gangguan integritas kulit: dekubitus b.d tirah baring lama.
4. Resti konstipasi b.d imobilisasi.
Sedangkan pada tinjauan kasus, kami mendapatkan tiga diagnosa keperawatan yaitu:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
2. Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas b.d imobilisasi
3. Resti gangguan integritas kulit : dekubitus b.d tirah baring lama
Dari ketiga diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus,ketiga-tiganya sama
dengan diagnosa teoritis, tetapi kami tidak mengangkat diagnosa resti kontipasi b.d
imobilitas sebagai diagnosa keperawatan kaerana kami tidak menemukan data-data
sebagai penunjang untuk diangkat sebagai diagnosa keperawatan.
1. Pada diagnosa pertama adalah Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan terputusnya kontiunitas jaringan
Kami mengangkat diagnosa ini dikarenakan karena Tn. I mengatakan telah
mengalami kecelakaan, yaitu jatuh dari sepeda motornya dan mengakibatkan
kakinya patah.
2. Pada diagnosa kedua adalah Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas
berhubungan dengan imobilisasi.
Kami mengangkat diagnosa ini karena klien mengatakan Klien mengatakan
tidak bisa melakukan aktivitas sehari, klien tampak bedrest total, dan klien
tampak dibantu dalam aktivitas sehari-hari
3. Pada diagnosa ketiga adalah Resti gangguan integritas kulit : dekubitus
berhubungan dengan tirah baring lama.
Kami mengangkat diagnosa ini karena klien mengatakan harus istirahat total
dan tampak klien bedrest total.
30
INTERVENSI
Setelah masalah di tegakan, peru bagi perawat untuk untuk menetapkan
perencanaan keperawatan agar dalam pemberian tindakan keperawatan pada Tn. I
terkoordinir pada prinsipnya rencana tindakan keperawatan yang di susun sama
dengan teori. Pada tahap perencanaan diperlukan perencanaan untuk untuk
menyusun tindakan keperawatan seperti masalah yang lebih di prioritaskan atau
masalah yang poaling utama pada Tn. I berdasarkan Hirakti Maslow.
IMPLEMENTASI
Berdasarkan hasil kerja di lapangan dalam melakukan intervensi ada yang sama dan
yang tidak sama dalam menginplentasikannya, pada masalah nyeri akibat fraktur,
kami nenemukan implementasi yang sama sesuai teori, yaitu
Kaji kualitas nyeri
Observasi TTV
Anjurkan klien untuk mengalihkan perhatian
Atur posisi yang nyaman untuk memberi rasa nyaman dan untuk mengurangi
nyeri
Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
Anjurkan klien untuk istirahat
Kolaborasi dengan time dokter
Semua interpensi yang telah disusun dapat diimplemementasikan adapun
pendukung dalam pelaksanaan tersebut adalah:
1. Keluarga dan klien sangat mendukung semua tindakan yang dilakukan
perawat demi kesembuhan klien
2. Perawat ruangan berpartisipasi dalam memberikan informasi tentang tindakan
keperawatan pada klien
31
EVALUASI
Untuk melakukan evaluasi diketahui tujuan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapakan sehingga dapat di nilai apakah tujuan itu tercapai.
Diagnosa yang tercapai adalah:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
2. Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas b.d imobilisasi
3. Resti gangguan integritas kulit : dekubitus b.d tirah baring lama
RESUME
Tuan I datang ke UGD rumah sakit polri pada tanggal 8 agustus 2008 jam
15.00 dengan keluhan nyeri pada femur kanan bagian sampkng, keadaan umum lemas,
kesadaran compos metis. Dengan diagnosa medis Fraktur femur 1/3 batang dekstra
dengan hasil TTV: tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,5oC, nadi 82 x/menit, dan
pernapasan 20x/menit.
Tuan I mendapatkan injeksi kadecilin 3x1 gram, injeksi tramadol 3x1 amp, dan hasil
pemeriksaan tanggal 8 agustus 2008: hemoglobin 13,9 gram/dl, leukosit 13.600ribu/Ul,
hematrokrit 41%, trombosit 247.000/Ul. Kemudian pasien di bawa ke ruangan Mahoni II
jam 16.15 dan terpasang infus IVFD RL 14 tpm,dengan rencana operasi pada tanggal 11
agustus 2008.
Kami mulai mengkaji pasien ini mulai tanggal 19 agustus 2008 dimana
keadaan pasien tersebut sudah mengalami operasi pada daerah fraktur femur dan kami
sudah melaksanakan semua tindakan perawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang
kami bikin sebelumnya dan ada beberapa rencana keperawatan yang kami bikin belum
teratasi sepenuhnya berhubung dengan waktu praktek kami di ruangan Mahoni II sudah
habis dan semua intervensi yang sudah kami bikin tersebut di lanjutkan oleh perawat
ruangan Mahoni II.
32
BAB V
PENUTUP
Setelah kami membahas secara menyeluruh asuhan keperawatan klien Tn. I di
ruang Mahoni II Rumah Polri Jakarta Timur, maka pada Bab V ini kami akan
menyampaikan kesimpulan dan saran yang mungkin dapat di jadikan pedoman untuk
meningkatkan mutu pelajaran keperawatan, kususnya di penyakit bedah dan berguna
untukmemberikan asuhan keperawatan
A. KESIMPULAN
Fraktur adalah suatu keadaan dimana terjadi terputusnya kontunitas jaringan tulang
yang umumnya di sebabkan oleh rudapaksa (trauma, patologi, malnutrisi).
Dimana manifestasi klinis dari keadaan tersebut adalah klien akan merasa nyeri,
menurunya fungsi ekstermitas normal dan abnormal, terjadi bengkak dan spasme
otot, krepitasi, serta terjadi pemendekan tulang, dan dari keadaan tersebut dapat
diagnosa keperawatan:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas b.d imobilisasi.
3. Resti gangguan integritas kulit: dekubitus b.d tirah baring lama.
4. Resti konstipasi b.d imobilisasi.
Sedangkan pada tinjauan kasus yang kami temukan pada Tn I dengan Fraktur femur
di ruangan Mahoni II RS. Polpus Raden Said Sukanto keramat jati, dari pengkajian
yang kami lakukan , kami menegakan 3 diagnosa yang aktual yaitu terdiri dari:
1. Pada diagnosa pertama adalah Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
terputusnya kontiunitas jaringan
Kami mengangkat diagnosa ini dikarenakan karena Tn. I mengatakan telah
mengalami kecelakaan, yaitu jatuh dari sepeda motornya dan mengakibatkan
kakinya patah.
2. Pada diagnosa kedua adalah Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas
berhubungan dengan imobilisasi.
Kami mengangkat diagnosa ini karena klien mengatakan Klien mengatakan tidak
bisa melakukan aktivitas sehari, klien tampak bedrest total, dan klien tampak
dibantu dalam aktivitas sehari-hari
33
3. Pada diagnosa ketiga adalah Resti gangguan integritas kulit : dekubitus
berhubungan dengan tirah baring lama.
Kami mengangkat diagnosa ini karena klien mengatakan harus istirahat total dan
tampak klien bedrest total.
Dengan demikian terdapat perbedaan antara diagnosa teori dengan diagnosa yang
kami temukan langsung pada Tn. I dengan Fraktur Femur yaitu ada satu diagnosa
yang tidak kami temukan pada Tn I yaitu Resiko tinggi konstipasi b.d imobilitas.
Kami tidak mengambil diagnosa tersebut karena pada pengkajian kami langsung pada
pasien tidak menemukan data-data yang mengarah pada munculnya diagnosa
tersebut.
B. SARAN
Saran yang dapat kami kemukakan untuk memperbaiki dan dan mempertahankan
serta mempertinggi mutu kualitas asuhan keperawatan, sehingga dapat mencakup
kebutuhan masyarakat yang diharapkanadalah sebagai berikut:
1. Untuk Perawat Ruangan
Melakukan suatu tindakan sebaikan dilakukan berdasarkan tindakan teoritis yang
di peroleh sehingga mencapai hasil yang tepat, juga dalam suatu perancanaan
seharusnya dilakukan dengan cepat dan sesuai prosedur tindakan, sehingga
menurunkan resiko komplikasi yang lain.
2. Untuk Institusi Keperawatan UPN Veteran Jakarta
Diharapkan dapat menambah atau melengkapi sumber buku perpustakaan,
sehingga informasi yang sangat penting dan mendukung dalam pembuatan
lapotan kasus.
3. Untuk Klien Dan Keluarga
Agar klien dapat lebih hati-hati dalam berkendara di jalan raya dan selalu
menggunakan alat keamanan yang telah di tentukan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2001). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Doengoes (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ethel Sloane (2003). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Editor Arief Mansjoer, Suprokarta. Wahyu Ika Wardhani. Wiwiek Setiawulan (2000).
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Esculapius. Fakulta
Kedokteran. Indonesia.
Sylvia A. Prico Lorraine M. Wilson (1995). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Reksoprodjo, Soelarto (1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
35