27
FRAKTUR FEMUR I. PENDAHULUAN Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma berat; kadang-kadang trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena penyakit tertentu. Juga trauma ringan yang terus menerus dapat menimbulkan fraktur. 1,2 Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses paotologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma multipel, kista tulang, osteomielitis, dan sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat menimbulakan fraktur. 1 Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus, misalnya fraktur fibula pada pelari jarak jauh, frkatur tibia pada penari balet, dan sebagainya. 1 II. ETIOLOGI Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing). 2 Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma dapat bersifat : Trauma langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Trauma tidak langsung 1

Referat Fraktur Femur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lkj

Citation preview

Page 1: Referat Fraktur Femur

FRAKTUR FEMUR

I. PENDAHULUAN

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang

rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur tidak selalu

disebabkan oleh trauma berat; kadang-kadang trauma ringan saja dapat

menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena penyakit tertentu. Juga trauma

ringan yang terus menerus dapat menimbulkan fraktur.1,2

Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya

telah mengalami proses paotologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder,

mieloma multipel, kista tulang, osteomielitis, dan sebagainya. Trauma ringan saja

sudah dapat menimbulakan fraktur.1

Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus,

misalnya fraktur fibula pada pelari jarak jauh, frkatur tibia pada penari balet, dan

sebagainya.1

II. ETIOLOGI

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita

harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat

menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat

menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing).2

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan

membengkok, memutar dan tarikan. Trauma dapat bersifat :

• Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan

terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya

bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

• Trauma tidak langsung

1

Page 2: Referat Fraktur Femur

Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke

daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan

tangan extensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada

keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

Tekanan pada tulang dapat berupa :

• Tekanan berputar yang dapat menyebabkan fraktur bersifat spiral

atau oblik

• Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

• Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur

impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi

• Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau

memecah misalnya pada bahan vertebra.

• Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu

akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z

• Fraktur oleh karena remuk

• Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik

sebagian tulang.2

III. PATOFISIOLOGI

Fraktur traumatik yaitu yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba.2

Fraktur patologis dapat terjadi hanya tekanan yang relatif kecil

apabila tulang telah melemah akibat osteoporosis atau penyakit lainnya.11

Fraktur stres yang terjadi karena adanya trauma yang terus menerus

pada suatu tempat tertentu.2

2

Page 3: Referat Fraktur Femur

IV. ANATOMI

Gambar 1. Tulang paha, femur, tampak depan, belakang, medial

*Dikutip dari kepustakaan 3

V. KLASIFIKASI FRAKTUR.2

Klasifikasi etiologis

• Fraktur traumatik

Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba

• Fraktur patologis

Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di

dalam tulang

3

Page 4: Referat Fraktur Femur

• Fraktur stres

Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat

tertentu.

Klasifikasi klinis

• Fraktur tertutup (simple fracture)

Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

• Fraktur terbuka (compound fracture)

Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui lika

pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam)

atau from without (dari luar)

• Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya malunion,

delayed union, nonunion, infeksi tulang.

Klasifikasi radiologis

Klasifikasi ini berdasarkan atas :

1. Lokalisasi (gambar 2.1)

• Diafisial

• Metafisial

• Intra-artikuler

• Fraktur dengan dislokasi

4

Page 5: Referat Fraktur Femur

Gambar 2.1. klasifikasi fraktur menurut lokalisasi

a. Fraktur diafisis c. Dislokasi dan fraktur

b. Fraktur metafisis d. Fraktur intra-artikule

*Dikutip dari kepustakaan 2

2. Konfigurasi (gambar 2.2)

• Fraktur transversal

• Faktur oblik

• Fraktur spiral

• Fraktur Z

• Fraktur segmental

• Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen

• Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi

• Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya

fraktur epikondilus humeri, fraktur patela

5

Page 6: Referat Fraktur Femur

• Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang

tengkorak

• Fraktur impaksi

• Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah

pada fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus

• Fraktur epifisis

Gambar 2.2. klasifikasi fraktur sesuai konfigurasi.

a. Transversal

b. Oblik

c. Spiral

d. Kupu-kupu

e. Komunitif

f. Segmental

g. Depresi

*Dikutip dari kepustakaan 2

3. Menurut ekstensi (gambar 2.3)

6

Page 7: Referat Fraktur Femur

• Fraktur total

• Fraktur tidak total (fraktur crack)

• Fraktur buckle atau torus

• Fraktur garis rambut

• Fraktur green stick

Gambar 2.3. Beberapa gambaran radiologik konfigurasi fraktur

a. Transversal

b. Oblik

c. Segmental

7

Page 8: Referat Fraktur Femur

d. Spiral dan segmental

e. Komunitif

f. Segmental

g. Depresi

*Dikutip dari kepustakaan 2

4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya (gambar 2.4)

• Tidak bergeser (undisplaced)

• Bergeser (displaced)

Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :

a) Bersampingan

b) Angulasi

c) Rotasi

d) Distraksi

e) Over-riding

f) Impaksi

8

Page 9: Referat Fraktur Femur

Gambar 2.4

*Dikutip dari kepustakaan 2

VI. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR

FRAKTUR PROXIMAL FEMUR.4

• Intracapsular fraktur termasuk femoral head dan collum femur (gambar

3.1)

Capital : uncommon

Subcapital : common

Transcervical : uncommon

Basicervical : uncommon

Gambar 3.1

*Dikutip dari kepustakaan 4

• Entracapsular fraktur termasuk trochanters (gambar 3.2)

Intertrochanteric

Subtrochanteric

Gambar 3.2

*Dikutip dari kepustakaan 4

FRAKTUR COLLUM FEMUR.5

9

Page 10: Referat Fraktur Femur

• Tingkat kejadian yang tinngi karena faktor usia yang merupakan akibat

dari berkurangnya kepadatan tulang

• Fraktur Collum femur dibagi atas intra- (rusaknya suplai darah ke head

femur) dan extra- (suplai darah intak) capsular. Diklasifikasikan

berdasarkan anatominya. Intracapsular dibagi kedalam subcapital,

transcervical dan basicervical. Extracapsular tergantung dari fraktur

pertrochanteric

Gambar 4.1

*Dikutip dari kepustakaan 5

• Biasanya pada wanita dewasa; dibawah usia 60 tahun, laki-laki lebih

sering terkena (biasanya extrakapsular fraktur)

• Sering ditemukan pada pasien yang mengkonsumsi berbagai macam obat

seperti corticosteroids, thyroxine, phenytoin and frusemide

• Kebanyakan hanya berkaitan dengan trauma kecil

Fraktur collum femur disebabkan oleh trauma yang biasanya terjadi karena

kecelakaan, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari sepeda dan biasanya disertai

trauma pada tempat lain.Jatuh pada daerah trokanter baik karena kecelakaan lalu

lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar

mandi di mana panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi dapat menyebabkan

fraktur collum femur. 2

10

Page 11: Referat Fraktur Femur

Berikut ini adalah klasifikasi fraktur collum femur berdasarkan Garden8,9

• Stadium I adalah fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi.

• Stadium II adalah fraktur lengkap tetapi tidak bergeser.

• Stadium III adalah fraktur lengkap dengan pergeseran sedang.

• Stadium IV adalah fraktur yang bergeser secara hebat.

Gambar 4.1 Klasifikasi fraktur collum femur menurut Garden2

A. Stadium I C. Stadium III

B. Stadium II D. Stadium IV

Fraktur collum femur harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun

merupakan fraktur collum femur stadium I. jika tidak, maka akan berkembang

dengan cepat menjadi fraktur collum femur stadium IV8Selain Garden, Pauwel

juga membuat klasifikasi berdasarkan atas sudut inklinasi collum femur seperti

yang tertera pada gambar 4.2, yaitu sebagai berikut: 2

• Tipe I, yaitu fraktur dengan garis fraktur 30°.

• Tipe II, yaitu fraktur dengan garis fraktur 50°.

• Tipe III, yaitu fraktur dengan garis fraktur 70°.

11

Page 12: Referat Fraktur Femur

A B C

Gambar 4.2 Klasifikasi fraktur collum femur menurut Pauwel2

A. Tipe I B. Tipe II C. Tipe III

Anamnesis biasanya menunjukkan adanya riwayat jatuh dari ketinggian

disertai nyeri panggul terutama daerah inguinal depan. Tungkai pasien dalam

posisi rotasi lateral dan anggota gerak bawah tampak pendek. Pada foto polos

penting dinilai pergeseran melalui bentuk bayangan yang tulang yang abnormal

dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung collum

femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tak bergeser

(stadium I dan stadium II berdasarkan Garden) dapat membaik setelah fiksasi

internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non-union dan

nekrosis avaskular.8

Pengobatan fraktur collum femur dapat berupa konservatif dengan indikasi

yang sangat terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif hampir selalu

dilakukan baik pada orang dewasa muda ataupun pada orang tua karena perlu

reduksi yang akurat dan stabil dan diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang

tua untuk mencegah komplikasi. Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu

pemasangan pin, pemasangan plate dan screw, dan artroplasti yang dilakukan

pada penderita umur di atas 55 tahun, berupa: eksisi artroplasti, herniartroplasti,

dan artroplasti total. 2

Komplikasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu:2

• Komplikasi yang bersifat umum: trombosis vena, emboli paru,

pneumonia, dekubitus

12

Page 13: Referat Fraktur Femur

• Nekrosis avaskuler kaput femur

Komplikasi ini biasanya terjadi pada 30% pasien fraktur collum femur

dengan pergeseran dan 10% pada fraktur tanpa pergeseran. Apabila

lokasilisasi fraktur lebih ke proksimal maka kemungkinan untuk terjadi

nekrosis avaskuler menjadi lebih besar.

• Nonunion

Lebih dari 1/3 pasien fraktur collum femur tidak dapat mengalami

union terutama pada fraktur yang bergeser. Komplikasi lebih sering

pada fraktur dengan lokasi yang lebih ke proksimal. Ini disebabkan

karena vaskularisasi yang jelek, reduksi yang tidak akurat, fiksasi yang

tidak adekuat, dan lokasi fraktur adalah intraartikuler. Metode

pengobatan tergantung pada penyebab terjadinya nonunion dan umur

penderita.

• Osteoartritis sekunder dapat terjadi karena kolaps kaput femur atau

nekrosis avaskuler

• Anggota gerak memendek

• Malunion

• Malrotasi berupa rotasi eksterna

FRAKTUR PADA POROS/BATANG FEMUR.

Pada patah tulang diafisis femur biasanya pendarahan dalam cukup luas

dan besar sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat

bangun, bukan saja karena nyeri, tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur.

Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan

bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat pendarahan ke dalam jaringan

lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan secara tertutup, dan

normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.6

13

Page 14: Referat Fraktur Femur

Gambar 4.3.a. Gambar 4.3.b.

Comminuted mid-femoral shaft fracture Femoral shaft fracture

postinternal fixation.

*Dikutip dari kepustakaan 5

FRAKTUR DISTAL FEMUR.1

• Supracondylar

Nondisplaced

Displaced

Impacted

Continuited

Gambar 4.4

*Dikutip dari kepustakaan 4

• Condylar

• Intercondylar

Fraktur suprakondiler femur2

14

Page 15: Referat Fraktur Femur

Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur

dan batas metafisis dengan diafisis femur. Fraktur terjadi karena tekanan varus

atau valgus disertai kekuatan aksial dan putaran. Klasifikasi fraktur suprakondiler

femur terbagi atas: tidak bergeser, impaksi, bergeser, dan komunitif, yang dapat

dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Klasifikasi fraktur suprakondiler2

A. Fraktur tidak bergeser C&D. Fraktur bergeser

B. Fraktur impaksi E. Fraktur komunitif

Gambaran klinis pada pasien ditemukan riwayat trauma yang disertai

pembengkakan dan deformitas pada daerah suprakondiler. Krepitasi mungkin

ditemukan.

Pengobatan dapat dilakukan secara konservatif, berupa: traksi berimbang

dengan mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut Pearson, Cast-bracing,

dan spika panggul. Terapi operatif dapat dilakuan pada fraktur terbuka atau

adanya pergeseran fraktur yang tidak dapat direduksi secara konservatif. Terapi

dilakukan dengan mempergunakan nail-plate dan screw dengan macam-macam

tipe yang tersedia.

Komplikasi dini yang dapat terjadi berupa: penetrasi fragmen fraktur ke

kulit yang menyebabkan fraktur menjadi terbuka, trauma pembuluh darah besar,

dan trauma saraf. Komplikasi lanjut dapat berupa malunion dan kekakuan sendi

lutut.

15

Page 16: Referat Fraktur Femur

VII. DIAGNOSIS

A. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

1. Syok, anemia atau pendarahan

2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang

belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan

abdomen

3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.2

B. PEMERIKSAAN LOKAL

1. Inspeksi (Look)

• Bandingkan dengan bagian yang sehat

• Perhatikan posisi anggota gerak

• Keadaan umum penderita secara keseluruhan

• Ekspresi wajah karena nyeri

• Lidah kering atau basah

• Adanya tanda-tanda anemia karena pendarahan

• Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk

membedakan fraktur tertutup atau terbuka

• Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai

beberapa hari

16

Page 17: Referat Fraktur Femur

• Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan

kependekan

• Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada

organ-organ lain

• Perhatikan kondisi mental penderita

• Keadaan vaskularisasi.2

2. Palpasi (Feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita

biasanya mengeluh sangat nyeri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

• Temperatur setempat yang meningkat

• Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya

disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat

fraktur pada tulang

• Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus

dilakukan secara hati-hati

• Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa

palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis

posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena Refilling

(pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal

daerah trauma, temperatur kulit.

• Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk

mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai. 2

3. Pergerakan (Move)

17

Page 18: Referat Fraktur Femur

Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan

secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah

yang mengalami trauma. Pada penderita dengan fraktur, setiap

gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan

tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh

darah dan saraf. 2

4. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara

sensoris dan motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu

neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis. Kelainan saraf

yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat

menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita

serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya. 2

5. Pemeriksaan radiologi

Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan

untuk menetapkan kelainan tulang dan sendi :

Foto Polos

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya

fraktur. Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan

untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk

menghindarkan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi

sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

Tujuan pemeriksaan radiologis :

• Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

18

Page 19: Referat Fraktur Femur

• Untuk konfirmasi adanya fraktur

• Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi

fragmen serta pergerakannya

• Untuk menentukan teknik pengobatan

• Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak

• Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-

artikuler

• Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

• Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

• Dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu

pada antero-posterior dan lateral

• Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di

atas dan di bawah sendi yang mengalami fraktur

• Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto

pada ke dua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis.

• Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan

fraktur pada dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur

kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada

panggul dan tulang belakang.

• Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya

fraktur tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas

sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari

kemudian.2

19

Page 20: Referat Fraktur Femur

Gambar 5.1. Fraktur batang femur

*Dikutip dari kepustakaan 7

Pemeriksaan radiologis lainnya :

CT-Scan : suatu jenis pemeriksaan untuk melihat

lebih detail mengenai bagian tulang atau sendi, dengan membuat

foto irisan lapis demi lapis. Pemeriksaan ini menggunakan

pesawat khusus.8

MRI : MRI dapat digunakan untuk memeriksa

hampir semua tulang, sendi, dan jaringan lunak. MRI dapat

digunakan untuk mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot,

tulang rawan, dan tulang.9

Gambar 5.2. MRI, kepala femur tampak pipih yang disebabkan

fraktur kompresi.

*Dikutip dari kepustakaan 10

20

Page 21: Referat Fraktur Femur

Arthografi : memasukkan kontras positif kedalam

rongga sendi kemudian membuat foto AP dan lateral. Kontras

yang bisa dipakai urografin dan lain-lain.7

Gambar 5.4. MR Artografi pada proximal femur

*Dikutip dari kepustakaan 10

Pneumoartografi : memasukkan kontras negatif, misalnya

udara atau o2 kedalam rongga sendi. Kemudian baru kita

membuat foto.8

Bone scanning : dengan menyuntikkan bahan radioisotop

kedalam tubuh (IV), kemudian dibuat scanning pada tulang.

Biasanya dipakai Tc 99 m (technicium pertechneteit 99 m). Bisa

dilakukan whole body bone scanning.8

VIII. PENATALAKSANAAN

Prinsip Umum

Pengobatan bedah ortopedi secara umum mengikuti prinsip dasar

pengobatan penyakit lainnya dan berpedoman kepada hukum

penyembuhan (law of nature), sifat penyembuhan, serta sifat manusia

pada umumya. Disamping pemahaman tentang prinsip dasar pengobatan

yang rasional, metode pengobatan disesuaikan pula secara individu

terhadap setiap penderita. Pengobatan yang diberikan juga harus

21

Page 22: Referat Fraktur Femur

berdasarkan alasan mengapa tindakan ini dilakukan serta kemungkinan

prognosisnya.2

Secara umum prinsip pengobatan bedah ortopedi adalah :

• Jangan mebuat keadaan lebih buruk bagi penderita (Iatrogenik)

• Pengobatan berdasarkan pada diagnosis dan prognosis yang tepat

• Pilih jenis pengobatan yang sesuai dengan keadaan penyakit penderita

• Ciptakan kerja sama yang baik tanpa melupakan hukum penyembuhan

alami

• Pengobatan yang praktis dan logis

• Pilih pengobatan secara individu

• Jangan melakukan pengobatan yang tidak perlu.2

Metode pengobatan kelainan bedah ortopedi

Pada umumnya penanganan pada bidang bedah ortopedi dapat

dibagi dalam tiga cara, yaitu:

1. Tanpa pengobatan

Sekurang-kurangnya 50% penderita (tidak termasuk fraktur) tidak

memerlukan tindakan pengobatan dan hanya diperlukan penjelasan

serta nasihat-nasihat seperlunya dari dokter. Tapi tidak jarang penderita

belum merasa puas bila hanya diberikan nasihat (terutama oleh dokter

umum) sehingga perlu dirujuk kedokter ahli bedah tulang untuk

penjelasan rinci tentang penyakit yang diderita dan prognosisnya.2

2. Pengobatan non-operatif

• Bed Rest

Bed rest merupakan salah satu jenis metode pengobatan, baik

secara umum ataupun hanya lokal dengan mengistirahatkan

anggota gerak/tulang belakang dengan cara-cara tertentu.2

• Pemberian alat bantu

Alat bantu ortopedi dapat terbuat dari kayu, aluminium atau gips,

berupa bidai, gips korset, korset badan, ortosis (brace), tongkat atau

alat jalan lainnya. Pemberian alat bantu bertujuan untuk

22

Page 23: Referat Fraktur Femur

mengistirahatkan bagian tubuh yang mengalami gangguan, untuk

mengurangi beban tubuh, membanu untuk berjalan, untuk stabilisasi

sendi atau utuk mencegah deformitas yang ada bertambah berat.

Alat bantu ortopedi yang diberikan bisa bersifat sementara dengn

menggunakan bidai, gips pada badan (gips korset), bisa juga untuk

pemakaian jangka waktu lama/permanen misalnya pemberian

ortosis, protesa, tongkat atau pemberian alat jalan lainnya untuk

menyangga bagian-bagian dari anggota tubuh/anggota gerak yang

mengalami kelemahan atau kelumpuhan pada penderita.2

• Pemberian obat-obatan

Pemberian obat-obatan dalam bidang ortopedi meliputi:

a. Obat-obat anti-bakteri

b. Obat-obat anti inflamasi

c. Analgetik dan sedatif

d. Obat-obat khusus

e. Obat-obat sitostatika

f. Vitamin

g. Injeksi lokal.2

3. Pengobatan operatif

a. Amputasi

Indikasi pelaksanaan amputasi adalah:

• Mengancam kelangsungan hidup penderita misalnya pada luka

remuk (crush injury), sepsis yang berat (misalnya gangren),

adanya tumor-tumor ganas.

• Kematian jaringan baik akibat diabetes melitus, penyakit

vaskuler, setelah suatu trauma, kombusio atau nekrosis akibat

dingin.

• Anggota gerak tidak berfungsi sama sekali (merupakan gangguan

atau benda asingsaja), sensibilitas anggota gerak hilang sama

sekali, adanya nyeri hebat, malformasi hebat atau osteomilitis

yang disertai dengan kerusakan hebat.2

b. Eksostektomi

23

Page 24: Referat Fraktur Femur

Ini adalah operasi pengeluaran tonjolan tulang/tulang rawan

misalnya pada osteoma tulang frontal atau osteokondroma.2

c. Osteotomi

Osteotomi merupakan tindakan yang bertujuan mengoreksi

deformitas pada tulang, misalnya osteotomi tibial akibat malunion

pada tibia (akibat angulasi atau akibat rotasi) atau pada kubitus varus

sendi siku setelah suatu fraktur suprakondiler humeri pada anak.

Osteotomi juga untuk mengurangi rasa nyeri pada osteoartritis di

suatu sendi. Pada osteoartritis akibat genu varus misalnya, untuk

mengurangi nyeri terutama pada kompartemen medial sendi lutut

dilakukan osteotomi tinggi tibia.2

d. Osteosintesis

Osteosintesis adalah operasi tulang untuk menyambung dua bagian

tulang atau lebih dengan menggunakan alat-alat fiksasi dalam seperti

plate, screw, nail plate, wire/k-wire. Teknik osteosintesis yang

terkenal adalah metode AO-ASIF (Association for the Study of

Internal Fixation) yang mengadakan kursus secara teratur di Davos,

Swistzerland. Prinsip dasar metode ini adalah fiksasi rigid dan

mobilisasi dini pada anggota gerak.2

e. Bone grafting (tandur alih tulang)

Dikenal tiga sumber jaringan tulang yang dapat dipakai dalam bone

graft yaitu :

• Autograft

Disebut autograft bila sumber tulang berasal dari penderita senidri

(dari kristal iliaka,kosta, femur distal, tibia proksimal atau fibula).

Daerah sumber disebut daerah donor sedangkan daerah penerima

disebut resipien.

• Allograft (homograft)

Disebut allograft bila sumber tulang berasal dari orang lain yang

biasanya disimpan dalam bank tulang, misalnya setelah operasi

sendi panggul atau operasi-operasi tulang yang besar. Selain itu,

allograft juga bisa dari tulang mayat.

24

Page 25: Referat Fraktur Femur

• Xenograft (heterograft)

Disebut heterograft bila sumber tulang bukan berasal dari tulang

manusia, tetapi dari spesies yang lain.2

IX. PROGNOSIS

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang

menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami

fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang

yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera

setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk

penyembuhan memadai smapai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang

penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting

dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu

faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.2

25

Page 26: Referat Fraktur Femur

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Thighbone (femur) fracture.

[online]. 2008 [cited 2011 March 3]; Available from: URL:

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00364. Rasad, Sjahriar.

Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Iwan Ekayuda (editor), FK UI,

Jakarta, 2006. Hal 31

2. Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi

ke-7. Jakarta, 1995. Widya Medika;

3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif

Watampone, Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364

4. Putz, R., Pabst. R. Atlas Anotomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21.

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. 2000. Hal. 276,278.

26

Page 27: Referat Fraktur Femur

5. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John W.

Musculoskeletal Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4th Edition.

Mosby Elsevier. United States. 2007. Page 408-410

6. Holmes, Erskin J., Misra, Rakesh R. A-Z of Emergency Radiology.

Cambridge University, 2004. Page 140-143

7. Sjamsuhidat. R., De Jong. Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah.. Edisi 2. Penerbit

Buku Kedokteran. Jakarta. 2003. Hal. 880.

8. James E Keany, MD. Femur Fracture. In site

http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview#showall

9. Lawrence M Davis, MD. Magnetic Resonance Imaging (MRI). In site

http://www.emedicinehealth.com

10. Kramer. Josef., Czerny. C., Pfirrmann. Christian W., Hofmann. S.,

Scheurecker. A. In Internal Derangements of the Hip and Proximal Femur

(Including Intra- and Extra-articular Snapping Hip). Imaging of the

Musculoskeletal System. Elsevier. 2008. In site http://imaging.consult.com

27