46
PENDAHULUAN Batang femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya. Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang dewasa sangat kuat. Dengan demikian, trauma langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan untuk menimbulkan fraktur batang femur. Perdarahan interna yang masif dapat menimbulkan renjatan berat. Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu 10 tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak, mempunyai kerugian dalam hal me-merlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama; oleh karena itu, penatalaksanaan ini tidak banyak digunakan pada orang dewasa. Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup, pelat atau alat lain (osteosintesis) merupakan langkah yang ditempuh bila cara non operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainnya dirasa kurang memuaskan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan seperti sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri untuk menyesuaikan bentuknya agar kembali seperti bentuk semula (remodelling/swapugar).

62270739 Fraktur Femur

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 62270739 Fraktur Femur

PENDAHULUAN

Batang femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting), atau pukulan

pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya. Femur

merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang dewasa sangat kuat.

Dengan demikian, trauma langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan

automobil, diperlukan untuk menimbulkan fraktur batang femur. Perdarahan interna yang masif

dapat menimbulkan renjatan berat.

Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu 10 tahun terakhir ini.

Traksi dan spica casting atau cast bracing, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif

pilihan untuk anak-anak, mempunyai kerugian dalam hal me-merlukan masa berbaring dan

rehabilitasi yang lama; oleh karena itu, penatalaksanaan ini tidak banyak digunakan pada orang

dewasa.

Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula

(reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Cara

imobilisasi dengan pin, sekrup, pelat atau alat lain (osteosintesis) merupakan langkah yang ditempuh bila

cara non operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainnya dirasa kurang memuaskan. Perlu

diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan

reposisi untuk mencapai keadaan seperti sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri

untuk menyesuaikan bentuknya agar kembali seperti bentuk semula (remodelling/swapugar).

Cara osteosintesis yang lazim digunakan adalah cara menurut Arbeisgemeinschaft für

Osteosynthesefrage/AO yang mulai dikenal sekitar tahun 60an di Swiss, yang membuat luka patah tulang

dapat sembuh tanpa pembentukan jaringan ikat dengan menggunakan fiksasi kuat bertekanan tinggi.

Keuntungan dengan metode ini adalah gerakan dapat dimulai segera walaupun setelah setengah sampai

dua tahun alat osteosintesis ini harus dikeluarkan yang membuat tempat fraktur tidak sekuat bila

dibandingkan penyembuhan natural oleh tubuh sendiri (yaitu dengan pembentukan kalus).

Fiksasi bisa berupa fiksasi luar, fiksasi dalam, penggantian dengan prostesis dan lain-lain. Contoh fiksasi

luar adalah penggunaan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang untuk kemudian disatukan dengan

batangan logam di luar kulit. Sedangkan fiksasi interna yang biasa dipakai berupa pen dalam sumsum

tulang panjang atau plat dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan cara ini adalah terjadi reposisi

sempurna, tidak perlu dipasang gips serta bisa bergerak dengan segera. Namun mempunyai risiko infeksi

Page 2: 62270739 Fraktur Femur

tulang. Prostesis biasa digunakan untuk penderita patah tulang pada manula yang sukar menyambung

kembali.

Beberapa metode terbaru adalah dengan cangkok tulang (INFUSE Bone Graft) yang penggunaannya telah

disetujui Food and Drug Administration (semacam Badan POM milik Amerika Serikat) untuk

penangangan patah tulang kering (Tibia) yang terbuka. Sebelumnya INFUSE Bone Graft hanya

digunakan dalam operasi tulang belakang. Patah tulang kering yang terbuka cukup susah sembuh karena

risiko infeksi dan kerusakan otot sekitar yang cukup tinggi. Namun dengan cangkok tulang ini, peluang

pulih pun meningkat. Bahkan tidak perlu operasi kedua untuk memperbaiki patah tulang, yang biasa

dilakukan berkali-kali pada metode lama. INFUSE Bone Graft menggunakan protein rhBMP-2 yang

merupakan hasil rekayasa genetika dari protein manusia yang memacu pertumbuhan tulang.

Untuk penanganan patah tulang paha (femur) yang sering terjadi pada anak-anak umur 6-14 tahun, kini

digunakan paku elastis dari titanium. Rumah sakit khusus anak di AS rata-rata menerima 40-50 kasus ini

tiap tahunnya. Dimulai dari tahun 1996 untuk kemudian menjadi ramai digunakan tahun 2000, paku

elastis dari titanium ini menggantikan metode lama dengan traksi, dengan biaya yang relatif sama namun

anak dapat bergerak lebih cepat. Metode baru ini membuat anak bisa bangun dari tempat tidur 2 hari

setelah operasi, keluar dari RS setelah 4 hari dan berjalan dengan tongkat penyangga dalam bebrapa

minggu setelahnya. Hal ini membuat anak bisa kembali bersekolah setengah kali lebih cepat dibanding

anak dengan metode lama yang butuh 3 minggu traksi dan 3-5 minggu tambahan dengan pembalut tubuh

(body cast).

Paku elastis ini fleksibel sehingga bisa ditempatkan di antara tulang yang patah untuk menyangga selama

masa penyembuhan. Paku ini mempunyai panjang 15-20 inchi dengan lebar hanya seukuran antena radio.

Kadang diperlukan dua paku untuk kemudian diambil 6-9 bulan setelah operasi pertama.

DEFINISI Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot,

kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

FISIOLOGI / ANATOMI

Page 3: 62270739 Fraktur Femur

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri

dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir

pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa,

ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai

darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh

darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

KLASIFIKASIAda 2 type dari fraktur femur, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui kepala femur

(capital fraktur)

Hanya di bawah kepala femur

Melalui leher dari femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;

Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada

daerah intertrokhanter.

Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

PATOFISIOLOGIA. Penyebab fraktur adalah trauma

Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang

disebabkan oleh suatu proses., yaitu :

Osteoporosis Imperfekta

Osteoporosis

Page 4: 62270739 Fraktur Femur

Penyakit metabolik

TRAUMA

Dibagi menjadi dua, yaitu :

Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi

miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh

terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

GAMBARAN KLINISBagian paha yang patah lebih pendek dan lebih besar dibanding dengan normal serta fragmen

distal dalam posisi eksorotasi dan aduksi karena empat penyebab:

1) Tanpa stabilitas longitudinal femur, otot yang melekat pada fragmen atas dan bawah

berkontraksi dan paha memendek, yang menyebabkan bagian paha yang patah membengkak.

2) Aduktor melekat pada fragmen distal dan abduktor pada fragmen atas. Fraktur memisahkan

dua kelompok otot tersebut, yang selanjutnya bekerja tanpa ada aksi antagonis.

3) Beban berat kaki memutarkan fragmen distal ke rotasi eksterna.

4) Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami laserasi oleh ujung tulang fraktur yang tajam dan

paha terisi dengan darah, sehingga terjadi pembengkakan (1,2,3).

Selain itu, adapun tanda dan gejalanya adalah :

Nyeri hebat di tempat fraktur

Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

Rotasi luar dari kaki lebih pendek

Page 5: 62270739 Fraktur Femur

Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,

kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

KOMPLIKASI a) Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler.

Hal ini dapat dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai.

b) Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.

c) Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma kecepatan tinggi dan

fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara fragmen. Fraktur yang tidak menyatu

memerlukan bone grafting dan fiksasi interna.

d) Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi antagonis pada

fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk aduktor. Deformitas varus diakibatkan

oleh kombinasi gaya ini.

e) Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi (2)

TATALAKSANAX.Ray

Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

CCT kalau banyak kerusakan otot.

Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu sepuluh tahun terakhir

ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian dalam hal

memerlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama, meskipun merupakan penatalaksanaan

non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu, tindakan ini tidak banyak dilakukan pada

Page 6: 62270739 Fraktur Femur

orang dewasa (4).

Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi dengan salah satu

dan empat cara berikut ini:

1) Traksi.

2) Fiksasi interna.

3) Fiksasi eksterna.

4) Cast bracing

Traksi

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu

sesingkat mungkin

Metode Pemasangan traksi:

Traksi Manual

Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan

menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik

Ada dua macam, yaitu :

Traksi Kulit

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas

untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk

dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

Traksi Skeletal

Page 7: 62270739 Fraktur Femur

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan

untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan

metal.

KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI

Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :

Mengurangi nyeri akibat spasme otot

Memperbaiki dan mencegah deformitas

Immobilisasi

Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).

Mengencangkan pada perlekatannya.

Comminuted fracture dan fraktur yang tidak sesuai untuk intramedullary nailing paling baik

diatasi dengan manipulasi di bawah anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang dipasang

melalui tibial pin. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi

spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk

mencegah peleng-kungan.

Enam belas pon biasanya cukup, tetapi penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih

besar dari penderita yang kurus membutuhkan beban yang lebih kecil. Lakukan pemeriksaan

radiologis setelah 24 jam untuk mengetahui apakah berat beban tepat; bila terdapat

overdistraction, berat beban dikurangi, tetapi jika terdapat tumpang tindih, berat ditambah.

Pemeriksaan radiologi selanjutnya perlu dilakukan dua kali seminggu selama dua minggu yang

pertama dan setiap minggu sesudahnya untuk memastikan apakah posisi dipertahankan. Jika hal

ini tidak dilakukan, fraktur dapat terselip perlahan-lahan dan menyatu dengan posisi yang buruk.

MACAM – MACAM TRAKSI

Page 8: 62270739 Fraktur Femur

Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk

mengikat puncak iliaka.

Traksi Ekstension (Buck’s Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus

satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat

atau untuk mengurangi spasme otot.

Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme.

Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.

Traksi Russell’s Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga

digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa

digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan

pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia

dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas

splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2

minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot

paha dapat dilatih secara aktif.

Fiksasi Interna

Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok.

Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin

tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi

memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini

hampir selalu menyebabkan non-union.

Page 9: 62270739 Fraktur Femur

Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta

kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk

meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi,

trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.

Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi

paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik

dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi.

Fiksasi Eksterna

Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan

radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan

intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini (2).

KEPUSTAKAAN

1) Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.2005

2) Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah

FKUI.

3) Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New York:

Churchill Livingstone, 1989.

4) Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed.

Baltimore/London: Willians & Wilkins, 1983.

5) Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of the Injured

Patient, ed IV. Toronto, P

http://satriaperwira.wordpress.com/2009/01/28/fraktur-fem

I. DEFENISI

Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

Page 10: 62270739 Fraktur Femur

II. FISIOLOGI / ANATOMI

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

III. KLASIFIKASI

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul

dan Melalui kepala femur (capital fraktur)

· Hanya di bawah kepala femur

· Melalui leher dari femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;

· Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih

besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

· Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2

inci di bawah trokhanter kecil.

IV. PATOFISIOLOGI

A. Penyebab fraktur adalah trauma

Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa

yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :

· Osteoporosis Imperfekta

· Osteoporosis

· Penyakit metabolik

Page 11: 62270739 Fraktur Femur

TRAUMA

Dibagi menjadi dua, yaitu :

Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

TANDA DAN GEJALA

· Nyeri hebat di tempat fraktur

· Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

· Rotasi luar dari kaki lebih pendek

· Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

PENATALAKSANAAN MEDIK

· X.Ray

· Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

· Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

· CCT kalau banyak kerusakan otot.

TRAKSI

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin

Metode Pemasangan traksi:

Traksi Manual

Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.

Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik

Ada dua macam, yaitu :

Page 12: 62270739 Fraktur Femur

1. Traksi Kulit

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas

untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.

Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

1. Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI

Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :

· Mengurangi nyeri akibat spasme otot

· Memperbaiki dan mencegah deformitas

· Immobilisasi

· Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).

· Mengencangkan pada perlekatannya.

MACAM - MACAM TRAKSI

1. Traksi Panggul

Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.

1. Traksi Ekstension (Buck’s Extention)

Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.

1. Traksi Cervikal

Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.

1. Traksi Russell’s

Page 13: 62270739 Fraktur Femur

Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.

Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

1. Traksi khusus untuk anak-anak

Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

PENGKAJIAN

1. Riwayat keperawatan

a. Riwayat Perjalanan penyakit

· Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan

· Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma

· Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll

· Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan

· Kehilangan fungsi

· Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis

b. Riwayat pengobatan sebelumnya

· Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama

· Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita

· Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut

· Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir

c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan

· Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan

Page 14: 62270739 Fraktur Femur

· Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema

2. Pemeriksaan fisik

a. Mengidentifikasi tipe fraktur

b. Inspeksi daerah mana yang terkena

- Deformitas yang nampak jelas

- Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera

- Laserasi

- Perubahan warna kulit

- Kehilangan fungsi daerah yang cidera

c. Palpasi

· Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran

· Krepitasi

· Nadi, dingin

· Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak

Gangguan rasa nyaman:

Gangguan rasa nyaman:

Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemasPotensial infeksi se- hubungan dengan luka terbuka.

Gangguan aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi.

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier dengan sumber in- formasi.

Page 15: 62270739 Fraktur Femur

RENCANA KEPERAWATAN

DX 1

Resiko terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak

INTERVENSI

INDENPENDEN:

a)Observasi tanda-tanda vital.

b)Mengkaji sumber, lokasi, dan banyak- nya per darahan

c)Memberikan posisi supinasi

d)Memberikan banyak cairan (minum)

KOLABORASI:

a)Pemberian cairan per infus

b)Pemberian obat koa-gulan sia (vit.K, Adona) dan peng- hentian perdarahan dgn fiksasi.

c)Pemeriksaan laborato- rium (Hb, Ht)

RASIONAL

a)Untuk mengetahui tanda-tanda syok se- dini mungkin

b)Untuk menentukan tindak an

c)Untuk mengurangi per darahan dan men- cegah kekurangan darah ke otak.

d)Untuk mencegah ke- kurangan cairan

(mengganti cairan yang hilang)

e)Pemberian cairan per-infus.

f)Membantu proses pem-bekuan darah dan untuk menghentikan perda-rahan.

g)Untuk mengetahui ka-dar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak.

DX2

Page 16: 62270739 Fraktur Femur

Gangguan rasa nyaman:

Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas

INTERVENSI

INDEPENDEN:

a) Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan meng- gunakan skala nyeri (0-10)

b) Mempertahankan im- mobilisasi (back slab)

c) Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.

d) Menjelaskan seluruh prosedur di atas

KOLABORASI:

e) Pemberian obat-obatan analgesik

RASIONAL

a) Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya.

b) Mencegah pergeser- an tulang dan pe- nekanan pada jaring- an yang luka.

c) Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri.

d) Untuk mempersiap- kan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan.

e) Mengurangi rasa nyeri

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursin

FRAKTUR

I. PENGERTIAN

Page 17: 62270739 Fraktur Femur

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).

Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543)Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553).

II. ETIOLOGIMenurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :a. Cedera traumatikCedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.b. Fraktur PatologikDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

III. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMURa. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan dunia luar

Page 18: 62270739 Fraktur Femur

karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :1) Derajat I- luka kurang dari 1 cm- kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.- fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.- Kontaminasi ringan.2) Derajat II- Laserasi lebih dari 1 cm- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse- Fraktur komuniti sedang.3) Derajat IIITerjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.c. Fraktur complete• Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal).d. Fraktur incomplete• Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.e. Jenis khusus fraktura) Bentuk garis patah1) Garis patah melintang2) Garis pata obliq3) Garis patah spiral4) Fraktur kompresi5) Fraktur avulsib) Jumlah garis patah1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.c) Bergeser-tidak bergeser Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak bergeser. Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen (Smeltzer, 2001:2357).

IV. PATOFISIOLOGIProses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :1. Fase hematum• Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur• Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat2. Fase granulasi jaringan• Terjadi 1 – 5 hari setelah injury• Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis

Page 19: 62270739 Fraktur Femur

• Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast.3. Fase formasi callus• Terjadi 6 – 10 harisetelah injuri• Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus4. Fase ossificasi• Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh• Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah5. Fase consolidasi dan remadelling• Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan osteuctas (Black, 1993 : 19 ).

V. TANDA DAN GEJALA1. DeformitasDaya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :a. Rotasi pemendekan tulangb. Penekanan tulang2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur5. Tenderness/keempukan6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)8. Pergerakan abnormal9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto Rontgen Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung Mengetahui tempat dan type frakturBiasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma

Page 20: 62270739 Fraktur Femur

5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).

VII. PENATALAKSANAAN1. Fraktur Reduction Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya. Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.Peralatan traksi :o Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendeko Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.2. Fraktur Immobilisasi Pembalutan (gips) Eksternal Fiksasi Internal Fiksasi Pemilihan Fraksi3. Fraksi terbuka Pembedahan debridement dan irigrasi Imunisasi tetanus Terapi antibiotic prophylactic Immobilisasi (Smeltzer, 2001).

MANAJEMEN KEPERAWATANI. PENGKAJIANPengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi :a. SirkulasiGejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).b. Integritas egoGejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.c. Makanan / cairanGejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).d. PernapasanGejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.e. Keamanan

Page 21: 62270739 Fraktur Femur

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.f. Penyuluhan / PembelajaranGejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

II. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi :1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.6. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

III. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op frakture Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi :1. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

Page 22: 62270739 Fraktur Femur

Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang- Klien tampak tenang.Intervensi dan Implementasi :a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluargaR/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatifb. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeriR/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeric. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeriR/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.d. Observasi tanda-tanda vital.R/ untuk mengetahui perkembangan kliene. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesikR/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.Intervensi dan Implementasi :a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan.Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.Kriteria Hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.Intervensi dan Implementasi :a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.

Page 23: 62270739 Fraktur Femur

R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.c. Pantau peningkatan suhu tubuh.R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang..- melakukan pergerakkan dan perpindahan.- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :0 = mandiri penuh1 = memerlukan alat Bantu.2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.Intervensi dan Implementasi :g. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.h. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.i. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.j. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.k. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

Page 24: 62270739 Fraktur Femur

5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.Intervensi dan Implementasi :a. Pantau tanda-tanda vital.R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.Intervensi dan Implementasi:a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

IV. EVALUASIEvaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :1. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Page 25: 62270739 Fraktur Femur

2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.3. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai4. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.5. Infeksi tidak terjadi / terkontrol6. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

DAFTAR PUSTAKABlack, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company : PhiladelpiaBoedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, JakartaDoenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. JakartaNasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : JakartaWilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

http://askep-kesehatan.blogspot.com/2009/11/askep-fraktur.html

A-17 ′ s EBOOKS A-17 ′ s FRIENDS BUKU TAMU DAFTAR ISI

Fraktur   Femur Posted on May 25, 2009. Filed under: Ilmu Bedah | Tags: bedah, femur, Fraktur, Kedokteran, patah, Patah tulang, Referat, referat kedokteran, tulang |

0

0

Rate This

A-17 ′ s EBOOKS A-17 ′ s FRIENDS BUKU TAMU

Page 26: 62270739 Fraktur Femur

DAFTAR ISI

Fraktur   Femur Posted on May 25, 2009. Filed under: Ilmu Bedah | Tags: bedah, femur, Fraktur, Kedokteran, patah, Patah tulang, Referat, referat kedokteran, tulang |

0

0

Rate This

Wan Rita Mardhiya, S.Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2009

—-

PENDAHULUAN

—-Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi yang penting. Dengan bertambahnya usia, angka kejadian fraktur femur meningkat secara eksponensial. Meskipun dapat dipulihkan dengan operasi, fraktur femur menyebabkan peningkatan biaya kesehatan.1

—-Sampai saat ini, fraktur femur makin sering dilaporkan dan masih tetap menjadi tantangan bagi ahli orthopaedi. Pada orang-orang tua, patah tulang pinggul intrakapsular sering disebabkan oleh trauma yang tidak berat (energi ringan), seperti akibat terpeleset. Akan tetapi, pada orang-orang muda, patah tulang pinggul intrakapsular biasanya disebabkan oleh trauma yang hebat (energi besar), dan seringkali disertai oleh cedera pada daerah yang lainnya serta meningkatkan kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis dan nonunion. Walaupun penatalaksanaan di bidang orthopaedi dan geriatri telah berkembang, akan tetapi mortalitas dalam satu tahun pasca trauma masih tetap tinggi, berkisar antara 10 sampai 20 persen. Sehingga keinginan untuk mengembangkan penanganan fraktur ini masih tetap tinggi. Reduksi anatomis dini, kompresi fraktur dan fiksasi internal yang kaku digunakan untuk membantu meningkatkan proses penyembuhan fraktur, akan tetapi jika suplai darah ke kaput femur tidak dikontrol dengan baik, dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis.2

—-

Macam-Macam Fraktur Femur Dan Manajemennya

1. Fraktur leher femur

Fraktur leher femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada wanita

yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca

Page 27: 62270739 Fraktur Femur

menopause. Fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal, dan basal, yang kesemuanya

terletak di dalam simpai sendi panggul atau interkapsuler, fraktur intertrokanter dan subtrokanter

terletak ekstrakapsuler. Fraktur intrakapsuler umumnya sulit untuk mengalami pertautan dan

cenderung terjadi nekrosis avaskuler kaput femur. Pendarahan kolum yang terletak intraartikular

dan pendarahan kaput femur berasal dari proksimal a. sirkumfleksa femoris lateralis melalui simpai

sendi. Sumber perdarahan ini putus pada fraktur intraartikular. Pendarahan oleh arteri di dalam

ligamentum teres sangat terbatas dan sering tidak berarti. Pada luksasi arteri ini robek. Epifisis dan

daerah trokanter cukup kaya vaskularisasinya, karena mendapat darah dari simpai sendi,

periosteum, dan a. nutrisia diafisis femur.

Fraktur kolum femur yang terletak intraartikular sangat sukar sembuh karena bagian

proksimal perdarahannya sangat terbatas sehingga memerlukan fiksasi kokoh untuk waktu yang

cukup lama.

Semua fraktur di daerah ini umumnya tidak stabil sehingga tidak ada cara reposisi tertutup

terhadap fraktur ini kecuali jenis fraktur yang impaksi, baik yang subservikal maupun yang basal.

Sering dapat dilihat pemendekan bila dibandingkan tungkai kiri dengan kanan. Jarak antara

trokanter mayor dan spina iliaka anterior superior lebih pendek karena trokanter terletak lebih

tinggi akibat pergeseran tungkai ke kranial. Penderita umumnya datang dengan keluhan tidak bisa

jalan setelah jatuh dan terasa nyeri. Umumnya penderita tidur dengan tungkai bawah dalam

keadaan sedikit fleksi dan eksorotasi serta memendek. Gambaran radiologis menunjukkan fraktur

leher femur dengan dislokasi pergeseran ke kranial atau impaksi ke dalam kaput.

Kegalian fraktur ini disebabkan kontraksi dan tonus otot besar dan kuat antara tungkai dan

tubuh yang menjembatani fraktur, yaitu m. iliopsoas, kelompok otot gluteus, quadriceps femur,

flexor femur, dan adductor femur. Inilah yang menggangu keseimbangan pada garis fraktur. Adanya

osteoporosis tulang mengakibatkan tidak tercapainya fiksasi kokoh oleh pin pada fiksasi interna.

Ditambah lagi, periosteum fragmen intrakapsuler leher femur tipis sehingga kemampuannya

terbatas dalam penyembuhan tulang. Oleh karena itu, pertautan fragmen fraktur hanya bergantung

pada pembentukan kalus endosteal. Yang penting sekali ialah aliran darah ke kolum dan kaput

femur yang robek pada saat terjadinya fraktur.

Penanganan fraktur leher femur yang bergeser dan tidak stabil adalah reposisi tertutup dan

fiksasi interna secepatnya dengan pin yang dimasukkan dari lateral melalui kolum femur. Bila tak

Page 28: 62270739 Fraktur Femur

dapat dilakukan operasi ini, cara konservatif terbaik adalah langsung mobilisasi dengan pemberian

anestesi dalam sendi dan bantuan tongkat. Mobilisasi dilakukan agar terbentuk pseudoartrosis yang

tidak nyeri sehingga penderita diharapkan bisa berjalan dengan sedikit rasa sakit yang dapat

ditahan, serta sedikit pemendekan.

Terapi operatif dianjurkan pada orang tua berupa penggantian kaput femur dengan

prosthesis atau eksisi kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur diikuti dengan

mobilisasi dini pasca bedah.

a. Terapi KonservatifDilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai berikut :

Gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal

Kesulitan mengamati fragmen proksimal

Kurangnya penanganan hematom fraktur karena adanya cairan synovial.

Penanganan konservatif dapat dilakukan dengan skin traction, dengan buck extension.

b. Terapi OperatifPada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi, fraktur yang bergeser tidak

akan menyatu tanpa fiksasi internal, dan bagaimanapun juga manula harus bangun dan aktif

tanpa ditunda lagi kalau ingin mencegah komplikasi paru dan ulkus dekubitus. Fraktur

terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi selalu ada resiko terjadinya pergeseran pada

fraktur-fraktur itu, sekalipun ditempat tidur, jadi fiksasi internal lebih aman. Dua prinsip yang

harus diikuti dalam melakukan terapi operasi reduksi anatomi yang sempurna dan fiksasi

internal yang kaku.

Merode awal yang menstabilkan fraktur adalah fiksasi internal dengan Smith Petersen

Tripin Nail. Fraktur dimanipulasi dengan meja khusus orthopedi. Kemudian fraktur difiksasi

internal dengan S.P. Nail dibawah pengawasan Radiologi. Metode terbaru fiksasi internal

adalah dengan menggunakan multiple compression screws.

Pada penderita dengan usia lanjut (60 tahun ke atas) fraktur ditangani dengan acara

memindahkan caput femur dan menempatkannya dengan metal prosthesis, seperti prosthesis

Austin Moore.

Page 29: 62270739 Fraktur Femur

Penderita segera di bawa ke rumah sakit. Tungkai yang sakit dilakukan pemasangan skin

traction dengan buck extension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan tindakan reposisi, yang di

lanjutkan dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara menurut Leadbetter.

Penderita terlentang di atas meja operasi dalam pengaruh anastesi, asisten memfiksir

pelvis, lutut dan coxae dibuat fleksi 90° untuk mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar

panggul. Dengan sedikit adduksi paha ditarik ke atas, kemudian pelan-pelan dilakukan gerakan

endorotasi panggul 45°, kemudian sisi panggul dilakukan gerakan memutar dengan melakukan

gerakan abduksi dan extensi. Setelah itu di lakukan test.

Palm Halm Test : tumit kaki yang cedera diletakkan di atas telapak tangan. Bila posisi

kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik. Setelah

reposisi berhasil baik, dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi pin

percutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulang 3 kali. Kemudian dilakukan open

reduksi, dilakukan reposisi terbuka, setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi alat internal

fiksasi knowless pin, cancellous screw, atau plate

Pengawasan dengan sinar X (sebaiknya digunakan penguat) digunakan untuk

memastikan reduksi pada foto anteroposterior dan lateral.

Diperlukan reduksi yang tepat pada fraktur stadium III dan IV, fiksasi pada fraktur yang

tak tereduksi hanya mengundang kegagalan kalau fraktur stdium III dan IV tidak dapat

direduksi secara tertutup dan pasien berumur dibawah 70 tahun, dianjurkan melakukan

reduksi terbuka melalui pendekatan anterolateral.

Tetapi pada pasien tua (60 tahun keatas) cara ini jarang diperbolehkan, kalau dua

usaha yang dilakukan untuk melakukan reduksi tertutup gagal, lebih baik dilakukan

penggantian prostetik.

Sekali direduksi, fraktur dipertahankan dengan pen atau kadang dengan sekrup

kompresi geser yang ditempel pada batang femur. Insisi lateral digunakan untuk membuka

femur pada bagian atas kawat pemandu, yang disisipkan dibawah pengendali fluroskopik,

digunakan untuk memastikan bahwa penempatan alat pengikat adalah tepat. Dua sekrup

berkanula sudah mencukupi, keduanya harus terletak memanjang dan sampai plate tulang

Page 30: 62270739 Fraktur Femur

subkondral, pada foto lateral keduanya berada ditengah-tengah pada kaput dan leher, tetapi

pada foto anteropsterior, sekrup distal terletak pada korteks inferior leher femur.

Sejak hari pertama pasien harus duduk ditempat tidur atau kursi. Dia dilatih melakukan

pernafasan, dianjurkan berusaha sendiri dan mulai berjalan (dengan penopang atau alat

berjalan) secepat mungkin.

Beberapa ahli mengusulkan bahwa prognosis untuk fraktur stadium III dan IV tidak

dapat diramalkan, sehingga penggantian prostetik selalu lebih baik. Pandangan ini

meremehkan morbiditas yang menyertai penggantian. Karena itu kebijaksanaan kita adalah

mencoba reduksi dan fiksasi pada semua pasien yang berumur dibawah 60 tahun dan

mempersiapkan penggantian untuk penderita yang :

Penderita yang sangat tua dan lemah

Penderita yang gagal mengalami reduksi tertutup

Penggantian yang paling sedikit traumanya adalah prostesis femur atau prostesis bipolar

tanpa semen yang dimasukan dengan pendekatan posterior.

Penggantian pinggul total mungkin lebih baik :

Kalau terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan dicurigai ada kerusakan

acetebulum.

Pada pasien dengan penyakit paget atau penyakit metastatik.

Penanganan nekrosis avaskuler kaput femur dengan atau tanpa gagal-pertautan juga

dengan eksisi kaput dan leher femur dan kemudian diganti dengan prosthesis metal.

Pada fraktur leher femur impaksi biasanya penderita dapat berjalan selama beberapa

hari setelah jatuh sebelum timbul keluhan. Umumnya gejala yang timbul minimal dan panggul

yang terkena dapat secara pasif digerakkan tanpa nyeri. Fraktur ini biasanya sembuh dalam

waktu 3 bulan tanpa tindakan operasi, tetapi apabila tidak sembuh atau terjadi disimpaksi yang

tidak stabil atau nekrosis avaskuler, penanganannya sama dengan yang di atas.

2. Fraktur trokanter femur

Page 31: 62270739 Fraktur Femur

Fraktur ini terjadi antara trokanter mayor dan minor. Sering terjadi pada orang tua dan

umumnya dapat bertaut dengan terapi konservatif maupun operatif karena perdarahan di daerah

ini sangat baik. Terapi operatif memperpendek masa imobilisasi di tempat tidur.

Penderita biasanya datang dengan keluhan tidak dapat berjalan setelah jatuh disertai nyeri

yang hebat. Penderita terlentang di tempat tidur dengan tungkai bawah eksorotasi dan terdapat

pemendekan sampai 3 cm disertai nyeri pada setiap pergerakan. Pada bagian luar pangkal paha

terlihat kebiruan akibat hematom subkutan. Pada foto Rontgen terlihat fraktur daerah trokanter

dengan leher femur dalam posisi varus yang bisa mencapai 90O.

Fraktur ini ditangani secara konservatif dengan traksi tulang, dengan paha dalam posisi

fleksi dan abduksi, selama 6-8 minggu. Terapi operatif dapat dilakukan dengan pemasangan pelat

trokanter yang kokoh, kemudian mobilisasi segera pascabedah.

3. Fraktur batang femur

Pada fraktur diafisis femur biasanya perdarahan dalam cukup luas dan besar sehingga

dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena nyeri,

tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat

lebih pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat perdarahan ke dalam jaringan

lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan secara tertutup, dan normalnya

memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.

Fraktur yang dapat diatasi dengan traksi adalah fraktur intertrokanter dan subtrokanter,

fraktur diafisis oblik, segmental, dan kominutif, serta fraktur suprakondiler tanpa dislokasi berat,

dan fraktur kondilus femur. Yang tidak dapat ditangani dengan traksi adalah dislokasi tertentu

berat.

Pada orang dewasa, fraktur ditangani secara konservatif dengan traksi skelet, baik pada

tuberositas tibia maupun suprakondiler. Cara ini biasanya berhasil mempertautkan fraktur femur.

Yang penting ialah latihan otot dan gerakan sendi, terutama m. quadriceps otot tungkai bawah,

lutut, dan pergelangan kaki. Akan tetapi, cara traksi skelet memerlukan waktu istirahat di tempat

tidur yang lama sehingga untuk mempercepat mobilisasi dan memperpendek masa istirahat di

tempat tidur, dapat dianjurkan untuk melakukan reposisi terbuka dan pemasangan fiksasi interna

yang kokoh. Fiksasi interna biasanya berupa pin Kuntscher intramedular. Untuk fraktur yang tidak

Page 32: 62270739 Fraktur Femur

stabil, misalnya fraktur batang femur yang kominutif atau fraktur batang femur bagian distal, pin

intramedular ini dapat dikombinasi dengan pelat untuk neutralisasi rotasi.

Pada fraktur femur tertutup, dilakukan traksi kulit dengan metode ekstensi buck,

tujuan traksi kulit untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih

lanjut di sekitar daerah yang patah.

Fraktur batang femur pada anak-anak umumnya dengan terapi non operatif, karena

akan menyambung dengan baik, pemendekan kurang dari 2 cm masih dapat diterima karena

di kemudian hari akan sama panjangnya dengan tungkai normal. Hal ini kemungkinan

karena daya proses remodeling pada anak-anak.

Pengobatan non-operatif dapat dilakukan dengan metode Perkin, metode balance

skeletal traction, traksi kulit Bryant, dan traksi Russel. Sedangkan indikasi operatif karena

penanggulangan non-operatif gagal, fraktur multipel, robeknya arteri femoralis, fraktur

patologik dan fraktur pada orang-orang tua.

4. Fraktur femur suprakondiler

Fraktur ini relatif lebih jarang dibandingkan fraktur batang femur. Seperti halnya fraktur

batang femur, fraktur suprakondiler dapat dikelola secara konservatif dengan traksi skeletal dengan

lutut dalam posisi fleksi 90O. Traksi ini juga memerlukan waktu istirahat di tempat tidur yang lama

sehingga lebih disukai reposisi terbuka dan pemasangan fiksasi interna dengan pelat suprakondiler

yang kokoh, yang memungkinkan mobilisasi segera dan menggerakkan sendi lutut. Hal yang

terakhir ini penting karena gerakan sendi lutut yang segera dapat mencegah sendi kejur akibat

perlekatan otot dan atau perlekatan jaringan lunak di sekitar sendi lutut.

5. Fraktur femur interkondiler

Fraktur ini juga relatif jarang dan biasanya terjadi sebagai akibat jatuh dengan lutut dalam

keadaaan fleksi dari ketinggian. Permukaan belakang patella yang berbentuk baji , melesak ke

dalam sendi lutut dan mengganjal di antara kedua kondilus dan salah satu atau keduanya retak.

Pada bagian proksimal kemungkinan terdapat komponen melintang sehingga didapati fraktur

dengan garis fraktur berbentuk seperti huruf T atau Y.

Secara klinis, sendi lutut bengkak akibat hemartrosis dan biasanya disertai goresan atau

memar pada bagian depan lutut yang menunjukkan adanya trauma. Di sini patella juga dapat

mengalami fraktur.

Page 33: 62270739 Fraktur Femur

Untuk fraktur kondilus tunggal lateral atau medial, paling baik dilakukan reposisi terbuka

dengan fiksasi interna dengan sekrup tulang spongiosa.

Pada patah tulang kondilus ganda, yaitu fraktur kondilus T atau Y juga dilakukan reposisi

terbuka dengan fiksasi interna yang kokoh pada kedua kondilus dan pada komponen melintang bila

sarananya tersedia.

Pada fraktur kominutif berat di interkondiler, tindakan terbaik adalah traksi skelet kontinu

yang memungkinkan gerakan sendi lutut begitu nyeri akut menghilang. Gerakan ini kadang dapat

menjadi patokan untuk menilai apakah fragmen sendi sudah pada posisi yang diinginkan dan

mengurangi resiko kekakuan sendi. Pada orang tua, fraktur femur interkondiler femur umumnya

lebih baik ditangani secara konservatif dengan traksi skelet.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim (Editor). 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

2. Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI.

3. Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New York: Churchill Livingstone,

1989.

4. Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed. Baltimore/London: Willians &

Wilkins, 1983.

5. Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of the Injured Patient, ed IV. Toronto,

P