Fraktur Femur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

case report fraktur femur

Citation preview

LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS FRAKTUR FEMUR

Oleh :

Fatwa Maratus1118011040Ferina Dwi Marinda1118011044Muflikha Sofiana Putri1118011079M Patrio Gondo Sucipto0918011011

Preceptor :dr. Edi Marudut, Sp.OT

SMF BEDAHRSUD Dr. H. ABDUL MOELOEKUNIVERSITAS LAMPUNG2015

I. IDENTIFIKASI PASIEN

IDENTITAS PASIENNama: Tn. SUmur: 72 TahunPekerjaan: Pensiunan MarinirAlamat: Tanjung Karang, Bandar Lampung Jenis Kelamin: Laki-lakiBangsa: JawaAgama: IslamNo. MR: 425120

ANAMNESISDiambil dari alloanamnesis pada tanggal 22 Agustus 2015

Keluhan UtamaPasien datang dengan keluhan nyeri dan bengkak pada paha kanan.

Keluhan Tambahan-Riwayat Penyakit Pasien datang ke RSAM dengan keluhan nyeri dan bengkak pada paha dan tungkai bawah sebelah kanan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 5 jam SMRS. Awalnya pasien sedang mengendarai sepeda motor, lalu terserempet mobil dari arah berlawanan di tikungan dengan kecepatan tinggi. Pasien mengaku menggunakan helm dan jaket pelindung, tetapi bagian kaki kanan terbentur kuat oleh mobil lalu motor yang dikendarai terjatuh ke arah kiri dengan bagian muka terbentur aspal. Saat kejadian dan setelah kejadian pasien mengaku sadar dan tidak ada mual dan muntah. Tetapi, terdapat darah keluar dari hidung, gigi seri pasien patah, dan terdapat luka lecet pada bagian mata kaki kanan serta luka memar pada daerah telapak tangan. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke RSAM.Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat DM dan hipertensi dalam keluarga disangkalRiwayat Masa LampauPenyakit Terdahulu: -Trauma Terdahulu: -Operasi: -Sistem Saraf: -System Kardiovaskuler: -System Gastrointestinal: -System Urinarius: -System Genitalis: -System Musculoskeletal: -

STATUS PASIENKeadaan umum: Tampak Sakit SedangKesadaran: Compos mentisKeadaan Gizi: Gizi BaikKulit: Turgor BaikTANDA VITALNadi: 108 kali/ menitRR: 24 kali / menitSuhu: 36,8 0 CTekanan Darah: 110/70 mmhgKEPALA DAN MUKABentuk : NormocephalRambut : hitam, tidak mudah dicabut Mata: Konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil simetris, isokor, refleks cahaya +/+Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)Mulut : Bibir lebam dan tidak terdapat laserasi, lidah tidak kotor, sianosis (-), tampak perdarahan tidak aktif dari gusi Telinga : Simetris, liang lapang, serumen (-) LEHERTidak tampak adanya pembesaran pada kelenjar gondok, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Nyeri tekan (-), tidak tampak adanya lesi.

DADA Inspeksi: simetris, tidak ada pergerakan tertinggal, tidak terdapat luka lecetPalpasi: masa (-), nyeri tekan (-).Perkusi: sonor seluruh lapang paruAuskultasi: vesikulerABDOMENInspeksi: perut datar, simetris, tidak terdapat luka lecetPalpasi: supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-) Perkusi: timpaniAuskultasi: bising usus (+) normalREGIO LUMBALDalam batas normalEKSTERMITASSuperior: edema (-/-), sianosis (-/-), terdapat luka lebam pada kedua telapak tangan, gerak (+/+)Inferior : edema (-/-), sianosis (-/-), terdapat vulnus excoreatum di mata kaki, gerak (+/sulit dinilai)STATUS LOKALISRegio Femur Dextra dan Tibia DextraLook:Pemendekan (+), Edema (+), Deformitas (+), Vulnus laceratum (-)Feel:Nyeri Tekan (+), spasme otot sulit dinilai, NVD (+)Move:Nyeri gerak aktif (+), Nyeri gerak pasif (+)

FOTO RONTGEN

RESUMEPasien laki-laki usia 72 tahun datang ke RSAM pada tanggal 21 agustus 2015 dengan keluhan nyeri dan bengkak pada paha sebelah kanan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 5 jam SMRS. Awalnya pasien sedang mengendarai sepeda motor, lalu terserempet mobil dari arah berlawanan di tikungan dengan kecepatan tinggi. Pasien mengaku mengguanakan helm dan jaket pelindung, tetapi bagian kaki kanan terbentur kuat oleh mobil lalu motor yang dikendarai terjatuh ke arah kiri dengan bagian muka terbentur aspal. Saat kejadian dan setelah kejadian pasien mengaku sadar dan tidak ada mual dan muntah. Tetapi, terdapat darah keluar dari hidung, gigi seri pasien patah, dan terdapat luka lecet pada bagian mata kaki kanan serta luka memar pada daerah telapak tangan. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke RSAM. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70, nadi 108x, RR 24x, T 36,8C; pada bibir terdapat lebam dan perdarahan tidak aktif pada gusi; dada, abdomen, genitalia, flank area dbn; pada status lokalis regio femur dextra didapatkan hasil inspeksi berupa pemendekan (+), edema (+), deformitas (+), vulnus laceratum (-), pada feel didapatkan nyeri tekan (+), spasme otot sulit dinilai, NVD (+), dan move didapatkan nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+).

DIAGNOSIS KERJAFraktur os femur 1/3 distal segmental oblique transversal ad latum + fraktur os tibia proximal incomplete cum contractionum tertutup dextra

PENATALAKSANAAN DAN TERAPIKonservatif: pasang bidai IVFD RL XX gtt/m Ciprofloxacin 200mg/12 jam Ketorolac 10mg/ 8 jamOperatif:R/ ORIF

PEMERIKSAAN ANJURAN Foto rontgen 2 posisi (AP+Lateral) Regio femur dan cruris, serta regiothorax, laboratorium PROGNOSISQuo ad vitam: BonamQuo ad sanationam: BonamQuo ad functionam: Dubia ad Bonam

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi dan Fisiologi FemurTulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hemapoetik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.

Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai lima fungsi utama, yaitu :a. Membentuk rangka badan.b. Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot.c. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam, seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru.d. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam.e. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hemapoetik untuk memproduksi sel-sel darah merah , sel-sel darah putih, dan trombosit.

Os femur terdiri atas Caput Corpus dan collum dengan ujung distal dan proksimal. Tulang ini bersendi dengan acetabulum dalam struktur persendian panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut. Os femur atau Tulang paha atau tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan terbesar pada tubuh yang termasuk seperempat bagian dari panjang tubuh. Tulang paha terdiri dari 3 bagian, yaitu epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis distalis.

Gambar 2. Os Femur Sinistra

a. Epiphysis ProksimalisUjung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris yang punya facies articularis untuk bersendi dengan acetabulum ditengahnya terdapat cekungan disebut fovea capitis. Caput melanjutkan diri sebagai collum femoris yang kemudian disebelah lateral membulat disebut throcantor major ke arah medial juga membulat kecil disebut trochantor minor. Dilihat dari depan, kedua bulatan major dan minor ini dihubungkan oleh garis yang disebut linea intertrochanterica (linea spiralis). Dilihat dari belakang, kedua bulatan ini dihubungkan oleh rigi disebut crista intertrochanterica. Dilihat dari belakang pula, maka disebelah medial trochantor major terdapat cekungan disebut fossa trochanterica.b. DiaphysisMerupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang melintang merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan. Mempunyai dataran yaitu facies medialis, facies lateralis, facies anterior. Batas antara facies medialis dan lateralis nampak di bagian belakang berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai dari bagian proximal dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut tuberositas glutea. Linea ini terbagi menjadi dua bibit yaitu labium mediale dan labium laterale, labium medial sendiri merupakan lanjutan dari linea intertrochanrterica. Linea aspera bagian distal membentuk segitiga disebut planum popliseum. Dari trochantor minor terdapat suatu garis disebut linea pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen nutricium, labium medial lateral disebut juga supracondylaris lateralis/medialis.c. Epiphysis distalisMerupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis. Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi masing-masing sebuah bulatan kecil disebut epicondylus medialis dan epicondylus lateralis. Epicondylus ini merupakan akhir perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat dataran sendi yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi dengan os. patella. Intercondyloidea yang dibagian proximalnya terdapat garis disebut linea intercondyloidea.

2. Fraktur FemurDefinisi dan EtiologiFraktur adalah pemecahan suatu bagian, terutama pada tulang atau terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan. Sedangkan pada fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.4,5

Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, cidera olah raga. Trauma bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak langsung apabila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan (Rahmad, 1996 ).

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu : a. Cedera traumatik 1. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. 2. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula. 3. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

b. Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :1. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif. 2. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri. 3. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

c. Secara spontan : Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

KlasifikasiFarktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan fraktur :6a. Sudut patahb. Fraktur Multipel pada satu tulangc. Fraktur Impaksid. Fraktur Patologike. Fraktur Bebanf. Fraktur Greenstickg. Fraktur Avulsih. Fraktur Sendi

Oblik /miring Kominuta Spiral Majemuk

Angulasi dan oposisi adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat menunjukkan derajat keparahan fraktur dan tipe penatalaksanaan yang harus diberikan. Oposisi menunjukkan tingkat pergeseran fraktur dari permukaan asalnya dan dipakai untuk menjelaskan beberapa proporsi satu fragmen tulang patah yang menyentuh permukaan frakmen tulang lainnya.

Gambaran KlinisFraktur dewasa adalah patah tulang diafisis femur biasanya perdarahan dalam cukup luas sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena nyeri tetapi juga ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat perdarahan dalam jaringan lunak.5

DiagnosisPemeriksaan yang dilakukan dalam menegakkan diagnosis :2a. Riwayat penderitaMenggali gejala/keluhan yang membuat pasien datang untuk diperiksa seperti riwayat trauma; waktu, cara, lokasi terjadinya trauma. Sifat nyerinya, riwayat penyakit lainnya serta latar belakang sosialnya.b. Pemeriksaan fisikStatus generalis dan status lokalisLook (inspeksi): bengkak, deformitas, kelainan bentuk. Feel/palpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur. Movement/gerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit krepitasi. c. Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan menggunakan sinar Rontgen (X-ray) untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang, oleh karena itu minimal diperlukan 2 proyeksi yaitu antero posterior (AP) atau AP lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) atau indikasi untuk memperlihatkan patologi yang dicari, karena adanya superposisi. Untuk fraktur baru indikasi X-ray adalah untuk melihat jenis dan kedudukan fraktur dan karenanya perlu tampak seluruh bagian tulang (kedua ujung persendian).d. Pemeriksaan laboratoriumDarah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, GDS, CT/BT.

PenatalaksanaanFraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulating), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi , baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam , bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan amnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat , singkat dan lengkap. Kemudian, lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto (Mansjoer, 2000). Pengobatan yang dapat diberikan pada fraktur batang femur :21. Terapi konservatifa. Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.b. Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut. Indikasi traksi terutama fraktur yang bersifat komunitif dan segmental.c. Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara klinis.2. Terapi operatifa. Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur proksimal dan distal femur.b. Mempergunakan k-nail, AO-nail, atau jenis-jenis lain baik dengan operasi tertutup ataupun terbuka.c. Fiksasi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur komunitif. Infected pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.

Penatalaksanaan fraktur telah banyak mengalami perubahan dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian karena waktu berbaring lebih lama, meski pun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini banyak dilakukan pada orang dewasa (Mansjoer, 2000). Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat dimobilisasi dengan salah satu cara dibawah ini: a. Traksi Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi menggunakan beban untuk menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi sekarang sudah jarang digunakan. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan fraktur femur harus kurang dari 12 kg, jika penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar. b. Fiksasi interna Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi (Djuwantoro, 1997).

c. Pembidaian Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang (Anonim, 2010).

d. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan Orif Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras daerah yang mengalami patah tulang. Pemasangan gips bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang patah tersebut (Anonim, 2010).

Penyembuhan Fraktur Penyembuhan fraktur dibantu oleh pembebanan fisiologis pada tulang , sehingga dianjurkan untuk melakukan aktifitas otot dan penahanan beban secara lebih awal. Tujuan ini tercakup dalam tiga keputusan yang sederhana : reduksi, mempertahankan dan lakukan latihan. Menurut (Carter, 2003) jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak di sekitarnya juga rusak, periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat dan bekuan darah akan terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan darah akan membentuk jaringan granulasi didalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang primitif (osteogenik) dan berdiferensiasi menjadi krodoblas dan osteoblas. Krodoblas akan mensekresi posfat, yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus) disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen tulang dan menyatu. Penyatuan dari kedua fragmen terus berlanjut sehingga terbentuk trebekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur.

Komplikasi1. Komplikasi dini :a. Syok; dapat terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur bersifat tertutup.b. Trauma pembuluh darah besarc. Trauma sarafd. Infeksi2. Komplikasi lanjuta. Delayed unionb. Nonunionc. Maluniond. Kaku sendi lutute. Refraktur

3. Skin Traction dan Skeletal TractionTraksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan, mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang. Untuk itu, traksi diperlukan untuk reposisi dan imobilisasi pada tulang panjang.

Traksi digunakan untuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya, penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau perubahan bentuk. Penanganan nyeri dan pencegahan komplikasi adalah dua kunci tugas perawat dalam perawatan traksi. Komplikasi yang terjadi berhubungan dengan penggunaan traksi dan pembatasan gerak, jika klien obesitas, cachetic, tua, anak muda, diabetes, dan perokok.

Kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Efek traksi yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar-X dan mungkin diperlukan penyesuaian. Indikasi traksi adalah pasien fraktur dan atau dislokasi. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat yang digunakan harus diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.

Penggunaan traksi telah dimulai 3000 tahun yang lalu. Suku Aztec dan mesir menggunakan traksi manual dan membuat splint dari cabang pohon dan Hippocrates (350 BC) menulis tentang traksi manual dan tahanan ekstensi dan ekstensi yang berlawanan. Pada tahun 1340 ahli bedah Perancis bernama Guy de Chauliac menulis tentang traksi isotonic dengan berat yang ditahan pada kaki tempat tidur pasien, tetapi akibat pertimbangan praktek hal ini dilakukan hingga tahun 1829 ketika traksi berkesinambungan diaplikasikan secara luas. Sekitar tahun 1848 Josiah Crosby seorang klinisi amerika merupakan orang yang pertama mempromosikan dan menunjukkan traksi kulit yang lebih efektif tidak hanya sebagai terapi dari fraktur melainkan juga untuk menanani deformitas panggul. Hal ini merupakan aplikasi yang membuat perhatian Gurdon Buck yang pada tahun 1861 melalui pengetahuannya terhadap kerja Crosby mempunyai traksi kulit yang dinamakan nama dirinya sendiri. Hal ini tidak dilakukan hingga pada tahun 1921 seorang ahli bedah Australia Hamilton Russel meluaskan konsep traksi Buck dengan menggunakan doktrin Potts (1780) bahwa fraktur tungkai harus ditempatkan pada posisi pada otot yang relaksm dinamakan fleksi panggul dan lutut, dengan mengembangkan traksi Hamilton Russel.

Penggunaan Traksi telah didokumentasikan melalui banyak literature. Traksi digunakan untuk mempromosikan istirahat/imobilisasi, dimana membuat kelurusan tulang dan penyembuhan jaringan lunak menyembuh. Hal ini membantu dalam mengistirahatkan inflamasi yang ada dan mengurangi nyeri. Mekanisme traksi meliputi tidak hanya dorongan traksi sebenarnya tetapi juga tahanan yang dikenal sebagai kontertraksi, dorongan pada arah yang berlawanan, diperlukan untuk keefektifan traksi, kontertraksi mencegah pasien dari jatuh dalam arah dorongan traksi. Tanpa hal itu, spasme otot tidak dapat menjadi lebih baik dan semua keuntungan traksi hanya menjadi lewat saja. Ada dua tipe dari mekanik untuk traksi, dimana menggunakan Kontertraksi dalam dua cara yang berbeda. Yang pertama dikenal dengan traksi keseimbangan, juga dikenal sebagai traksi luncur atau berlari. Disini traksi diaplikasikan melalui kulit pasien atau dnegan metode skeletal. Berat dan katrol digunakan untuk mengaplikasikan tahanan langsung sementara berat tubuh pasien dalam kombinasi dengan elevasi dari dorongan tempat tidur traksi untuk menyediakan kontertraksinya yang disebut dengan traksi Bucks.

Traksi fixed dan kontertraksi dimasukkan diantaran 2 point cocok yang tidak membutuhkan berat atau elevasi tempat tidur untuk mencapai traksi dan kontertraksi. Splint Thomas merupakan contoh dari system traksi ini. (Komponen Mekanis dari system traksi, katrol (pulley), tahanan vector dan friksi, terkait dengan beberapa factor : cara dimana kontertraksi diaplikasikan dan sudut, arah, serta jumlah tahanan traksi yang diaplikasikan. Sudut dan arah dorongan traksi bergantung pada posisi katrol dan jumlah efek katrol sama dengan jumlah dorongan yang diaplikasikan. Ketika dua katrol segaris pada berat traksi yang sama maka disebut dengan block and tackle effect hamper menggandakan jumlah dari tahanan dorongan. Tahanan vector diciptakan dengan mengaplikasikan tahanan traksi pada dua yang berebda tetapi tidak berlawanan terhadap sisi tubuh yang sama. Hasil ini menghasilkan tahanan ganda untuk dorongan traksi yang actual.

Fiksasi selalu ada dalam setiap system traksi. Friksi memberikan resistansi terhadap dorongan traksi mala mengurangi tahanan traksi. Hal ini diperlukan untuk meminimalisir kapanpun dan bagaimanapun kemungkinan nantinya. Kita dapat mnggunakan traksi : (1) untuk mendorong tulang fraktur kedalam tempat memulai, atau (2) untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu, atau, (3) untuk melakukan kedua hal tersebut, satunya diikuti dengan yang lain. Untuk mengaplikasikan traksi dengan sempurna, kita harus menemukan jalan untuk mendapatkan tulang pasien yang fraktur dengan aman, untuk beberapa minggu jika diperlukan. Ada dua cara untuk melakukan hal tersebut : (1) memberi pengikat ke kulit (traksi kulit). (2) dapat menggunakan Steinmann pin, a Denham pin, atau Kirschner wire melalui tulangnya (traksi tulang). Tali kemudian digunakan untuk mengikat pengikatnya, pin atau wire, ditaruh melalui katrol, dan dicocokkan dengan berat. Berat tersebut dapat mendorong pasien keluar dari tempat tidurnya, sehingga kita biasanya membutuhkan traksi yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari tempat tidurnya. Salah satu dari tujuan utama dari traksi adalah memperbolehkan pasien untuk melatih ototnya dan menggerakkan sedinya, jadi pastikan bahwa pasien melakukan hal ini. Traksi membutuhkan waktu untuk diaplikasikan dan diatur, tetapi hal ini dapat dengan mudah datur dengan asisten. Traksi kebanyakan berguna pada kaki. Dilengan hal ini masih kurang nyaman, tidak meyakinkan, sulit untuk dijaga, dan frustasi untuk pasien. Untuk kesemua alasan ini, traksi lengan hanya digunakan dalam keadaan pengecualian yang lebih jauh.

Jenis-Jenis Traksi Klasifikasi Traksi didasari pada penahan tubuh yang dicapai :a. Traksi skeletalTraksi skeletal adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam. Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung ke sekeleton melalui pin, wire atau baut yang telah dimasukkan kedalam tulang . Untuk melakukan ini berat yang besar dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang. Indikasi traksi kulit diantaranya adalah untuk anak-anak yang memerlukan reduksi tertutup, traksi sementara sebelum operasi, traksi yang memerlukan beban 5 kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.

Beberapa keuntungan pemakaian traksi, yaitu: menurunkan nyeri akibat spasme otot, mengoreksi dan mencegah deformitas, mengimobilisasi sendi yang sakit, difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi), mengencangkan pada perlekatannya. Namun pemilihan metode traksi ini juga mempunyai kerugian diantaranya: perawatan yang lebih lama, mobilisasi terbatas, penggunaan alat-alat lebih banyak. Komplikasi yang ditimbulkan juga harus diperhatikan: dekubitus, kongesti paru/pneumonia, konstipasi dan anoreksia, trombosi vena profunda, stasis dan infeksi saluran kemih

Gambar 1. Traksi Skeletal

b. Traksi kulit (skin traksi)Traksi kulit (skin traksi) adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam). Kulit hanya mampu menanggung beban traksi sekitar 5 kg pada dewasa. Jika dibutuhkan lebih dari ini maka diperlukan traksi melalui tulang. Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebihdari ini tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksitulang mungkin diperlukan.

Traksi kulit menunjukkan dimana dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian tubuh yang terkena melalui jaringan lunak. Hal ini bisa dilakukan dalam cara yang bervariasi : ekstensi adhesive dan non adhesive kulit, splint, sling, sling pelvis, dan halter cervical. Dikarenakan traksi kulit diaplikasikan kekulit kurang aman, batasi kekuatan tahanan traksi. Dengan kata lain sejumlah berat dapat digunakan. Berat harus tidak melebihi (3-4 kg) . Traksi kulit digunakan untuk periode yang pendek dan lebih sering untuk manajemen temporer fraktur femur dan dislokasi serta untuk mengurangi spasme otot dan nyeri sebelum pembedahan. Traksi yang dilakukan dengan melakukan tarikan pada fragmen fraktur melalui kulit. Traksi kulit biasanya digunakan sebagai terapi sementara (temporary splint) karena keterbatasan pembebanan atau daya tarikan (maksimal beban 6 kg) dan usia traksinya tidak tahan lama (biasanya traksi kulit harus diganti maksimal 2 minggu). Namun traksi kulit juga dapat digunakan sebagai terapi definitif, misalnya pada terapi fraktur femur pada anak usia 5 tahun dengan Bryant traction, atau pada usia di atas 5 tahun dengan Hamilton-Russell traction. Komplikasi traksi kulit meliputi : kerusakan pada kulit (bulae) dan cedera saraf tepi (cedera nervus peroneus).

Indikasi untuk traksi kulit:1. Anak-anak2. Traksi temporer- hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi3. Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg4. Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebutIndikasi Traksi Skeletal5. Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi6. Kerusakan kulit membutuhkan dressings7. Jangka panjang Counter Traction

Gambar 2. Traksi Kulit

Gambar 3. Traksi kulit

Komplikasi traksi kulit :1). Distal oedema2). Kerusakan vaskular3). Peroneal nerve palsy4).Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominen.

Management nyeri merupakan bagian penting dalam perawatan. Nyeri dapat dinilaidengan menggunakan skala 1-10 dan pasien harus diberi analgetik sebelum nyerimenjadi lebih parah. Beri pendidikan kesehatan untuk mencegah ketakutan. Sama denganpasien yang imobilisasi ada tingginya resiko untuk konstipasi tidak hanya menghasilkanimobilitas tetapi juga kombinasinya dengan ambilan analgetik dan untuk pasien traksiterutama tantangan dalam nyeri, ditambah dengan malunya mereka untuk membukaususnya ditempat tidur

c. Traksi manual Traksi manual merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins. Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan terhadap seseorang di bagian tubuh yang terkena melalui tangan mereka. Dorongan ini harus constant. Traksi manual digunakan untuk mengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama pembedahan. Hal ini juga digunakan selama pemasangan traksi dan jika ada kebutuhan secara temporal melepaskan berat traksi. Traksi ini merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsungpada tulang dengan kawat atau pins. Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan terhadap seseorang di bagian tubuh yang terkena melaluitangan mereka. Dorongan ini harus constant. Traksi manual digunakan untukmengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama pembedahan.Hal ini juga digunakan selama pemasangan traksi dan jika ada kebutuhan secaratemporal melepaskan berat traksi d . Traksi tulang Hindari traksi tulang pada anak-anak. Plate pertumbuhan dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang. Setiap tahanan diperlukan tahanan yang berlawanan. Jika traksi mendorongtungkai kedistal pasien akan meluncur turun melalui katrol, dan traksi tidak akan menjadiefektif. Berikan tahanan yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari kasur pada bloktertentu. Dengan merubah tempat tidur pada arah berlainan tendensi untuk meluncur akan ditahan. Pada traksi servikal sisi depan dari tempat tidur harus ditinggikan, dan dengantraksi Dunlop sisi tempat tidur dekat dengan luka membutuhkan elevasi.Traksi tulang sebaiknya dihindari pada anak-anak karena growth plate dapat dengan mudah rusak akibat pin tulang. Traksi tulang dilakukan pada dewasa yang memerlukan beban > 5 kg, terdapat kerusakan kulit, atau untuk penggunaan jangka waktu lama. Kontratraksi diperlukan untuk melawan gaya traksi, yaitu misalnya dengan memposisikan tungkai lebih tinggi pada traksi yang dilakukan di tungkai. Traksi yang dilakukan dengan melakukan tarikan pada fragmen fraktur melalui tulang (memasang steimann pin pada tulang).

Traksi tulang dapat digunakan sebagai terapi definitif. Contoh traksi tulang definitif yaitu Balance Skeletal Traction pada fraktur femur. Komplikasi yang sering timbul pada traksi tulang adalah : infeksi pada pin (pin tract infection) dan pin yang kendur (pin loosening). Sedangkan komplikasi lainnya yang dapat terjadi adalah komplikasi umum terapi konservatif pada fraktur yaitu yang lebi dikenal sebagai fracture disease terdiri dari : kekuatan sendi (joint stiffness), osteoporosis (disuse osteoporosis) dan atropi otot.

Gambar 4. Contoh traksi tulang

e. Traksi BuckTraksi Buck adalah traksi kulit seimbang dengan menggunakan dorongan padasatu tempat terhadap ekstremitas bawah melalui perluasan kulit. Traksi Buck digunakansebagai pengukuran jangka pendek dengan tahanan traksi yang dibutuhhkan untukimobilisasi fraktur panggul sebelum pembedahan dan mengurangi spasme otot. Hal ini juga bisa digunakan untuk dislokasi panggul,kontraktur panggul dan lutut, fraktur tidak berpindah asetabulum dan nyeri pinggangbawah bilateral. Pasien diposisikan dalam posisi supine dengan kaki lurus pada posisi alami, dimana melalaikan abduksi. Pembungkus kemudian diaplikasikan dan tahanan traksi digunakan segaris dengan panjang aksis kakimelalui tali yang diikat di kaki dari perluasan melewati katrol pada akhir tempat tiduryang dihubungkan dengan pemberat. Katrol tidak mempunyai efek pada tahanan traksi tetapi bertindak untuk merubah arah dorongan untuk bekerja dengan gravitasi. Kontertraksi dicapai dengan mengelevasikan kaki dari tempat tidur pada ketinggiantertentu untuk mencegah pasien terjatuh dar tempat tidur.Untuk mengoptimalisasi kenyamanan pasien adalah hal yang penting untukmempunyai keseimbangan antara tahanan traksi dengan tahanan kontertraksi. Jika tempattidur butuh untuk dielevasikan terlalu tinggi untuk mencegah pasien terdorong daritempat tidur maka pemberat dapat terlalu berat dan perlu untuk ditinjau ulang.

MetodeKulit dipersiapkan dan dicukur- harus sampai kering. Balsem Friar dapat digunakan untuk meningkatkan adhesi. Pengikat yang tersedia secara komersil diaplikasikan kekulit dan luka dengan lapisan yang overlap. Perban harus tidak melebihi diatas tingg fraktur.

Bahaya Traksi Kulit1. Distal Oedema2. Kerusakan vaskular3. Perineal nerve palsy4. Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominenHindari timbulnya komplikasi dalam keinginan untuk mencoba meningkatkan adhesi dengan mengikat perban lebih ketat. Perfusi Jaringan yang Berubah, Bahaya untuk deep vein thrombosis (DVT) atau pulmonary embolism (PE) merupakan masalah yang sering. Pernafasan yang dalam dan latihan pompa siku sama halnya dengan penggunaan stocking dan terapi antikoagulan merupakan cara untuk mencegah hal ini terjadi.

f. Sistem Katrol MultipleDalam banyak keadaan katrol yang multioel digunakan, sehingga mengurangiberat amatlah diperlukan. Katrol multiple seringkali digunakan pada traksi pelvis dimanatahanan tinggi (biasanya lebih dari 40 kg) dapat diperlukan. Jika triple dan dobel blokdgunakan dalam gambar hanya 405 atau 8 kg, dibutuhkan untuk dapat mencapai 40 kg. Penaik turun katrol diperlukan.

g. Traksi GallowTraksi dari Gallow atau traksi dari Brayant, dipergunakan pada fraktur femur anak-anak usia di bawah 2 tahun. Traksi ini digunakan pada bayi dan anak-anak dengan fraktur femur. Indikasi Traksi GallowsBerat anak-anak harus kurang dari 12 kg. Fraktur femurKulit harus intak. Kedua dari femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari sudut yang istimewa. Compromise vascular merupakan bahaya terbesar. Periksa sirkulasi dua kali sehari. Pantatnya harus diangkat jangan mengenai tempat tidur.

Traksi ini digunakan pada bayi dan anak-anak dengan fraktur femur. Indikasi Traksi Gallows: 1. Berat anak-anak harus kurang dari 12 kg2. Fraktur femur3. Kulit harus intakKedua dari femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari sudut yang istimewa. Compromise vascular merupakan bahaya terbesar. Periksa sirkulasi dua kali sehari. Bagian bokong pantatnya harus diangkat jangan mengenai tempat tidur.

2. Traksi dalam orthopedia. Bucks extension 1). Traksi kulit 2). Sering pada ekstremitas inferior 3). Digunakan pada fraktur femur, pelvis dan lutut

Gambar 5. Traksi Bucks extension

b. Bryants traction 1). Disebut juga Gallows traction 2). Pada anak < 1 tahun 3). Dislokasi sendi panggul 4). Skin traksi

Gambar 6. Bryants tractionc. Weber Extensionsapparat 1). Traksi kulit dan traksi skeletal 2). Fraktur batang femur pada anak-anak

Gambar 7 b. Weber Extensionsapparat

d. Cotrel traction 1). Untuk terapi skoliosis 2). Tindakan pendahuluan sebelum operasi dan pemasangan gips

Gambar 8. Traksi cotrel

e. Ducroquet extension 1). Pada skoliosis 2). Sebagai persiapan untuk operasi

Gambar 9. Ducroquer extensionf. Dunlop traction 1). Pada fraktur supracondylar humerus 2). Lengan tangan digantung dengan skin traksi

Gambar 10. Dunlop traction

g. Russell traction 1). Suatu balanced traction 2). Skin traksi 3). Kegunaannya pada orangtua dengan fraktur pelvis dan pada anak-anak dengan fraktur femur

Gambar 11 Russell traction

h. Cervical traction 1). Untuk traksi leher 2). Pada pasien duduk atau tiduran 3). Secara continous atau secara intermittent

Gambar 12. Cervical traction

i. Halo-Femoral traction 1). Traksi berlawanan pada kepala dan femur 2). Digunakan alat Crutchfield Tongs

Gambar 13. Halo-Femoral traction

j. Well-Leg traction 1). Gips pada kedua kaki dengan batang yang menghubungkan keduanya. 2). Digunakan pada fraktur femur

Gambar 14. Well-Leg traction

k. 90-90 traction 1). Traksi secara skeletal 2). Digunakan pada fraktur femurTraksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak usia 3 tahun sampai dewasa muda. kontrolterhadap fragmen fragmen pada fraktur tulang femur hamper selalu memuaskan dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat bergerak dengan cukup bebas diatas tempat tidur

l. Fisk traction 1). Digunakan pada fraktur supracondylair femur 2). Dengan bantuan Thomas Splint yang dimodifikasi 3). Traksi skeletal

Gambar 15. Fisk traction

Perbedaan Traksi Kulit dan Traksi Tulang Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebih dari ini tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksi tulang mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada anak-anak- plate pertumbuhan dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang.Indikasi untuk Traksi Kulit:1. Anak-anak : (Traksi temporer) hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi2. Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg3. Kerusakan kulit atau adanya sepsis di area tersebut

Indikasi untuk Traksi Skeletal1. Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi2. Kerusakan kulit membutuhkan dressings3. Jangka panjang

Fraktur Femur Pada Anak yang lebih BesarAnak lebih besar dengan fraktur femur dapat ditangani dengan traksi kulit dengan splint Thomas. Tidak seperti orang dewasa lutut harus dijaga lurus pada splint Thomas. Cincin dari splint Thomas harus membuat pembersihan dua jari pada semua sisi- dicoba pada kaki yang sehat untuk dicocokkan sebelum diaplikasikan. Pengikatan kulit diaplikaskan dan splint Thomas dipasangkan. Tali dari pengikat di ikat hingga akhir dar splint tHomas. Tungkai diistirahatkan pada tiga strip falnnerl untuk menjaga keamanan pin. Sling Master merupakan strip flannel yang diarahkan kedistal fraktur. Sling ini bisa ditambahkan sehingga garis akhir fraktur pada ruang vertical. Traksi longitudinal membutuhkan tambahan setiap hari pada minggu pertama. Simpul dari akhir splint Thomas dilonggarkan. Kualitas reduksi dikonfirmasikan dengan X ray. Splint Thomas ditahan dari Frame Balkan. Frame ini ditempelkan ke tempat tidur. Tungkai dengan splint Thomas ditahan dari puncak dengan maksut berat berlawanan. Traksi longitudinal menggunakan tekanan pada sudut dan berat yang lebih jauh ditempatkan melalui katrol dari frame Balkan. Hal ini segaris dengan panjang aksis tungkai di kaki dari tempat tidur. Perlawanan ini bertindak sebagai tahanan reaktif dari sudut yang digenerasikan oleh traksi kulit.

Fraktur Femur Pada Orang Dewasa Hal ini membutuhkan pin skeletal. Pada beberapa rumah sakit, Denham merupakan pin yang paling sering digunakan. Ia mempunyai porsi tengah ulir yang dijaganya pada tibia. Untuk fraktur femur pin Denham melalui tibia proksimal, Selalu memasukkan dari lateral ke medial pada tibia proksimal, sebagaimana saraf peroneal tidak terkendali dan tempat keluarnya tidak bisa diprediksikan. Pada beberapa keadaan femur distal, atau bahkan kalkaneus dapat digunakan. Splint Thomas diperiksa apakah cocok dengan mencoba pada kaki yang sehat diaplikasikan. Tiga sling flannel diamankan dengan keamanan pin dibawah paha. Satu dari splint master dibawah fraktur. Tekanan yang benar pada sling ini akan menggarisi fraktur pada sisi lateral. Lutut dapat difleksikan dengan menggunakan splint fleksi Pearson yang ditempelkan ke splint Thomas pada daerah lutut. Fleksi lutut yang diinginkan dapat dijaga dengan tali pada akhirnya dibawa dari splint Thomas ke Perlengketan Pearson. Tali dari pin Denham apakah harus diikat secara distal ke splint tHomas (traksi statis) atau mereka dapat dinaikkan melalui katrol pada akhir dari frame Balkan (traksi dinamis). Pada semua kasus diawali dengan 7 kg (atau 10% berat badan) pada panjang aksis femur. Hal ini melawan trakian dari otot paha. Sebagaimana halnya dengan anak-anak, traksi dibuat seimbang dengan sistem katrol pada tungkai horizontal frma Bahkan untuk membuat pasien dapat menggerakkan tungkainya.Bed Blocks harus ditempatkan dibawah kaki dengan semua tipe traksi diatas. Meninggikan kaki dari tempat tidur beberapa sentimeter memberikan tahanan counter untuk mencegah pasien terdorong secara distal dari tempat tidur oleh traksi longitudinal.Traksi ServikalHalter Traction Traksi halter digunakan untuk traksi servikal jangka pendek. Penggunaannya meliputi cedera leher minor tanpa kejelasan adanya fraktur contoh spasme otot leher, terapi conservative dari lesi di diskus servikal. Anak dengan fraktur servikal juga dapat ditangani dtanpa pin skeletal sebagaimana tulang mereka terlalu rapuh terhadap pin. Masalah Traksi Halter:1. Tidak nyaman2. Nyeri di Tempero-mandibular3. Kontraoindikasi pada fraktur mandibula4. Sulit untuk mengontrol fleksi dan ekstensi Fleksi Extensi X Ray Cervical5. Jika pasien mempunyai x-ray cervical yang normal, tetapi mempunyai spasme otot leher, gambaran fleksi ekstensi dapat diperlukan untuk menyingkirkan instabilitas yang serius dari tulang servikal. Traksi Halter merupakan cara yang baik untuk meredakan spasme sebelum X-Ray dapat dilakukan. Pasien yang dimasukkan dan ditempatkan dalam traksi Halter hingga leher bebas dari spasme otot. Pasien harus tidak mempunyai rasa nyeri ketika leher difelksikan ataupun diekstensikan. Jika gejala neurologis seperti paraesthesia timbul maka X-Ray tidak perlu dilakukan.Traksi Skeletal Pada cedera servikal yang lebih serius, penjepit tulang kepala seperti caliper Cones diinndikasikan. Indikasi termasuk terapi konservatif dari fraktur servik dan dislokasi.Metode Traksi Lain Traksi Dunlop Penggunaan utama dari Traksi Dunlop adalah untuk maintenance reduksi fraktur supracondylus humerus pada anak. Traksi Dunlop digunakan untuk: 1. Fraktur supracondylar pada anak2. Membuat Siku bengkak menjadi tenang kembali3. Dikontraindikasikan (ada fraktur terbuka dan defek kulit).Traksi kulit ditempatkan pada lengan bawah dan frame khusus digunakan pada sisi tempat tidur. Traksi ditempatkan disepanjang aksis lengan bawah sebagaimana sudut kanan dari humerus dengan sling ditempatkan disekitar lengan atas. Bed blocks dibutuhkan untuk sisi lateral (fraktur ditinggikan) dari tempat tidur. Jika fraktur supracondylar tidak dapat dikurangi hingga dibawah 90 derajat fleksi siku, metode traksi ini merupakan alternative terhadap metode invasive seperti percutaneous K-wires. Hal ini membuat pembengkakan sisi sebelahnya. Jangan bergantung pada metode ini untuk mengurangi fraktur supracondylar, sebuah manipulasi bagaimanapun tetap akan diperlukan. Traksi Pelvis untuk Nyeri PinggangPada skriatik dan penyembuhan pinggang lain dari nyeri dapat dicapai dengan maksud traksi pelvis. Traksi diaplikasikan ke pengikat pelvis dengan berat melebihi akhir tempat tidur. Dengan maksud bantal dibawah lutut, pinggul difleksikan mendekati sudut 90 derajat, sebagaimana halnya dengan lutut. Hal ini memperpendek nervus skiatika dan meredakan nyeri.Traksi Asetabulum Pada terapi konservatif dari fraktur acetabulum, traksi longitudinal pada panjang aksis tungkai seringkali digunakan. Sebagai tambahan dari kepala femur dapat mempengaruhi acetabulum (dislokasi fraktur sentral) dengan maksud manipulasi dibawah anastesi. Reduksi ini dapat dijaga dengan membuat traksi lateral dari pin yang ditempatkan pada wilayah intertrochanter.

Prinsip-Prinsip TraksiTraksi harus dipasang dengan arah lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Dengan cara ini, bagian garis tarikan yang pertama berkontraksi terhadap garis tarikan lainnya. Garis-garis tersebutdikenal sebagai vektor gaya. Resultanta adalah gaya tarikan yang sebenarnya terletak di tempat diantarakedua garis tarikan tersebut. Efek traksi yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar X, dan mungkin diperlukan penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat yang digunakan harus diganti untukmemperoleh gaya tarikan yang diinginkan.Traksi lurus atau langsung memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh berbaring ditempat tidur. Traksi ektensi buck dan traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus.Traksi suspensi seimbang memberikan dukungan pada ektermitas yang sakit diatas tempat tidur sehinggamemungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu yanpa terputus garis tarikan. Tarikan dapat dilakukanpada kulit ( traksi kulit ) atau langsung kesekelet tubuh (traksi skelet). Cara pemasangan ditentukan oleh tujuan traksi. Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi manual). Ini merupakan traksi yang sangat sementara yang bisadigunakan pada saat pemasangan gips, harus dipikirkan adanya kontraksiPada setiap pemasangan traksi, harus dipikirkan adanya kontraksi adalah gaya yang bekerja dengan arahyang berlawanan ( hukum Newton III mengenai gerak, menyebutkan bahwa bila ada aksi maka akan terjadireaksi dengan besar yang sama namun arahnya yang berlawanan ) umumnya berat badan pasien danpengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontraksi.Walaupun hanya traksi untuk ektermitas bawah yang dijelaskan secara terinci, tetapi semua prinsip-prinsip iniberlaku untuk mengatasi patah tulang pada ektermitas atas.Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang dengan agak cepat, terapifisik harus dimulai segera agar dapat mengurangi keadaan ini.misalnya, seorang dengan patah tulang femurdiharuskan memakai kruk untuk waktu yang lama. Rencana latihan untuk mempertahankan pergerakanektermitas atas, dan untuk meningkatkan kekuatannya harus dimulai segera setelah cedera terjadinya.

Pemasangan traksi menimbulkan adanya kontratraksi (gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan). Umumnya berat badan klien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontratraksi. Kontratraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif. Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif. Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermitten. Prinsip traksi efektif adalah sebagai berikut. 1. Traksi skelet tidak boleh putus. 2. Beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermitten. 3. Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang. 4. Tali tidak boleh macet. 5. Beban harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai. 6. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.

E. Komplikasi Dan Pencegahan 1. Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang timbul pada klien yang terpasang traksi adalah sebagai berikut. 2. Dekubitus, pencegahannya : a. Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan intervensi awal untuk mengurangi tekanan. b. Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat pelindung kulit (misal pelindung siku) sangat membantu perubahan posisi. c. Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk mencegah kerusakan kulit. d. Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi dengan dokter atau ahli terapi enterostomal, mengenai penanganannya. 3. Kongesti paru dan pneumonia, pencegahannya : a. Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien. b. Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif. c. Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus, misalnya spirometri insentif, bila riwayat klien dan data dasar menunjukkan klien berisiko tinggi mengalami komplikasi pernapasan. d. Bila telah terjadi masalah pernapasan, perlu diberikan terapi sesuai indikasi. 4. Konstipasi dan anoreksia, pencegahannya : a. Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang motilitas gaster. b. Bila telah terjadi konstipasi, konsutasikan dengan dokter mengenai penggunaan pelunak tinja, laksatif, supposituria, dan enema. c. Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukan dalam program diet sesuai kebutuhan. 5. Stasis dan infeksi saluran kemih, pencegahannya : a. Pantau masukan dan keluaran berkemih. b. Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup, dan berkemihsetiap 2-3 jam sekali. c. Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih, konsultasikan dengan dokter untuk menanganinya 6. Trombosis vena profunda, pencegahannya : a. Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi. b. Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasiyang menyertainya, yang akan menyebabkan stasis. c. Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan melaporkannya ke dokter untuk menentukan evaluasi dan terapi.

Contoh-contoh alat/sistem Traksi1. Thomas Splint

Gambar 16. Traksi Thomas Splint2. Bohler Braun Frame

Gambar 17. Traksi Bohler Braun Frame3. Gallow

Gambar 18. Traksi Gallow4. Balanced Suspension

Gambar 19. Contoh Traksi Balaned Suspension5. Crutchfield tongs

Gambar 20. Contoh Crutchfield tongs

DAFTAR PUSTAKA

Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI.Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New York: Churchill Livingstone, 1989.Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC, 2002

Grace P, Borley N. Surgery at Glance. Ed 2. British : Blackwell publishing company. 2002

Michael A. Anatomi dan fisiologi tulang dan sendi. Dalam : Patofisologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Editor : Sylivia.A, Lorraine M. Jakarta: EGC, 2005p1357-64Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed. Baltimore/London: Willians & Wilkins, 1983.Rasjad C. Struktur dan Fungsi Tulang. Dalam : Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar : Bintang Lamumpatue, 2012.Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of the Injured Patient, ed IV. Toronto, Philadelphia: B.C. Decker, 1990Sjamsuhidajat, de Jong. Sistem Muskuloskeletal. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: EGC, 2010. p959-1083

34