Author
bening-biru
View
245
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
presentasi kasus
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama : Tn. K
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan :
Alamat : Karanganyar
Tanggal masuk RS : 25 Maret 2013
Tanggal pemeriksaan : 25 Maret 2013
II. Anamnesis (Autoanamnesis tanggal 25 Maret 2013)
Keluhan utama : Nyeri paha kanan
Riwayat penyakit sekarang :
3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kecelakaan lalu
lintas. Pasien bertabrakan dengan sesame pengendara sepeda motor dengan
posisi jatuh tidak diketahui. Kemudian pasien merasakan nyeri pada paha
bagian kanan. Nyeri yang dirasakan sangat hebat terutama saat digerakkan.
Nyeri juga dirasakan saat bagian tersebut ditekan dan dipakai berjalan, sehingga
membuat pasien tidak bisa berdiri dan tidak bisa berjalan. Keluhan ini juga
disertai bengkak pada bagian paha kanan, namun tidak disetai memar maupun
luka di sekitar area yang dikeluhkan. Pingsan (-) Muntah (-)
Setelah kecelakaan, pasien tidak langsung dibawa ke rumah sakit,
tetapi dibawa ke sangkal putung. Namun, karena tidak ada perbaikan, pasien
dibawa ke RSOP.
1
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat jatuh sebelumnya : disangkal
Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit gula : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayatpenyakithipertensi : disangkal
Riwayat penyakit gula : disangkal
III. ANAMNESIS SISTEMIK
1. Kulit : sawo matang, pucat (-), lesi (-)
2. Mata : penglihatan berkurang (-)
3. Hidung : pilek (-), bersin-bersin (-), mimisan (-)
4. Telinga : keluar cairan disekitar telinga (-), darah (-), nyeri di
telinga (-).
5. Mulut : bibir kering (-)
6. Leher : benjolan (-)
7. Pernafasan : sesak nafas (-)
8. Kardiovaskuler : mudah berdebar debar (-), nyeri dada (-)
9. Pencernaan : muntah (-), nafsu makan turun (-), BAB darah (-)
10. Punggung : scoliosis (-)
11. Genitouria : BAK terganggu (-)
12. Ekstremitas atas : oedem (-/-), akral dingin (-/-), nyeri (-).
13. Ekstremitas bawah : oedem (+/-), akral dingin (-/-), nyeri (+/-)
IV. PEMERIKSAAN FISIK
2
Keadaan Umum : compos mentis
1. Primary Survey
a. Airway : Bebas
b. Breathing : Pernapasan spontan, thoracoabdominal, 22 x/menit
c. Circulation : TD = 120/80 mmHg, N: 92 x/menit.
d. Disability : GCS E4V5M6, refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm)
e. Exposure : suhu 37.0oC, jejas (+) lihat status lokalis.
2. Secondary Survey
a. Kulit : sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petekie (-), turgor
baik,ujud kelainan kulit pada regio midfacial dan scapula
dekstra
b. Kepala : mesocephal, jejas (-).
c. Mata : pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+), visus (N/N),
gerakan bola mata (N/N)
d. Telinga : sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)
e. Hidung : bentuk simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), keluar
darah (-/-)
f. Mulut : maloklusi (-), lidah kotor (-), gigi tanggal (-)
g. Leher : normocolli, deviasi trakea (-), jejas (-), nyeri tekan (-), sleep
off (-)
h. Thoraks :
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising(-)
Pulmo
3
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba dinding dada kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler ( + /+), suara tambahan (-/-)
i. Abdomen
Inspeksi : distended (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defens muskuler (-)
j. Genitourinaria : BAK normal, BAK darah (-), BAK nanah (-), nyeri
BAK (-)
k. Ekstremitas :
Atas Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Oedem - - - -
Akral dingin - - - -
Motorik 5 5 sde 5
Sensorik 2 2 2 2
V. STATUS LOKALIS
Regio femur dextra
4
Look : Terlihat paha kanan terbalut elastic verband dari os femur
proksimal dextra sampai ke regio cruris dextra.
Feel : Arteri dorsalis dextra teraba, sensibilitas baik, suhu lebih
hyperthermia dibandingkan tungkai atas sebelahnya
Move : Nyeri (+), abduksi (+) terbatas, adduksi (+) terbatas, tungkai
bawah kiri dapat digerakan terbatas, ankle joint kanan dapat
digerakan, rasa nyeri (+), dorso dan plantar fleksi (+), rasa nyeri
(-).
VI. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah rutin 10 Desember 2012
Hb 16 g/dl
Ht 46 vol%
Leukosit 11 x 103/ µl
Trombosit 299 x 103/ µl
Eritrosit 5.34 x 106/ µl
Golongan darah O
PT 13.3 s
APTT 27 s
GDS 90mg/dl
HbsAg Negatitf
Foto Radiologi Femur
5
VII. ASSESMENT
Closed Fracture Femur 1/3 middle dextra
VIII.Penatalaksanaan
Infus RL 20 tetes/menit
Injeksi Ketorolac 2x1 amp
Immobilisasi dengan pemasangan traksi
Konsul dokter spesialis ortopaedi dan traumatologi
Operatif : Open reduction fiksasi internal
IX. PROGNOSIS
6
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI TULANG FEMUR
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi yaitu acetabulum
dengan bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil,
trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas.
Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa,
ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada
faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri
retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju
daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
FRAKTUR FEMUR
A. DEFINISI
8
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks;
biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Bilamana tidak ada luka
yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit atau kulit
diatasnya masih utuh ini disebut fraktur tertutup (atau sederhana), sedangkan bila
terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi ini
disebut fraktur terbuka. Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti
degenerasi tulang/ osteoporosis.
B. EPIDEMIOLOGI
Klasifikasi alfanumerik pada fraktur, yang dapat digunakan dalam pengolahan
komputer, telah dikembangkan oleh (Muller dkk., 1990). Angka pertama
menunjukkan tulang yaitu :
1. Humerus
2. Radius/Ulna
3. Femur
4. Tibia/Fibula
Sedangkan angka kedua menunjukkan segmen, yaitu :
1. Proksimal
2. Diafiseal
3. Distal
4. Maleolar
Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada
fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan
usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang
9
dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi)
sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan.
Sedangkan fraktur batang femur, fraktur supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur
condyler femur banyak terjadi pada penderita laki – laki dewasa karena kecelakaan
ataupun jatuh dari ketinggian. Sedangkan fraktur batang femur pada anak terjadi
karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah.
C. ETIOLOGI
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena;
jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran
kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak
yang luas.
Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di tempat
fraktur mungkin tidak ada.
Fraktur akibat peristiwa trauma tunggal
Kekuatan dapat berupa :
1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral
2. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur
melintang
3. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang
tetapi disertai fragmen kupu – kupu berbentuk segitiga yang terpisah
4. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan
fraktur obliq pendek
10
5. Penatikan dimana tendon atau ligamen benar – benar menarik tulang sampai
terpisah
Tekanan yang berulang-ulang
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat
tekanan berulang – ulang.
Kelemahan abnormal pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya
oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget)
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam :
a. Fraktur collum femur :
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor
langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh
trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari
tungkai bawah, dibagi dalam :
Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur)
Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)
b. Fraktur subtrochanter femur :
Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor,
dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah
dipahami adalah klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :
tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
11
tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor
c. Fraktur batang femur (dewasa)
Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat
kecelakaan lalu lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada
daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan
penderita jatuh dalam shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi
berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi
menjadi :
- Tertutup
Fraktur femur kanan 1/3 distal Fraktur femur kanan 1/3 proksimal
spiraldisplaced tertutup kominutif displaced tertutup
12
- Terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara
tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,
biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam
menembus keluar.
Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena
benturan dari luar.
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak
banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)
d. Fraktur supracondyler femur :
Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke
posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot – otot
gastrocnemius, biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma
langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus
atau varus dan disertai gaya rotasi.
e. Fraktur intercondyler femur :
Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga
umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.
f. Fraktur condyler femur :
Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi
disertai dengan tekanan pada sumbu femur keatas.
E. GAMBARAN KLINIK
Riwayat
13
Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan
menggunakan tungkai yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari tempat
yang cedera suatu pukulan dapat menyebebkan fraktur pada kondilus femur,
batang femur, pattela, ataupun acetabulum. Umur pasien dan mekanisme cedera
itu penting, kalau fraktur terjadi akibat cedera yang ringan curigailah lesi patologik
nyeri, memar dan pembengkakan adalah gejala yang sering ditemukan, tetapi
gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan lunak, deformitas jauh
lebih mendukung.
Tanda – tanda local :
a) Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting
adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan
dengan fraktur, cedera terbuka
b) Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian
distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera
pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan
c) Movement : Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih
penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi
dibagian distal cedera.
F. DIAGNOSIS
Terdapat tanda klinis yang menunjang adanya fraktur
Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan
2 proyeksi yaitu anterior posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering
menyebabkan cedera pada lebih dari satu tingkat karena itu bila ada fraktur
14
pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar – x pada pelvis dan
tulang belakang
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi konservatif :
o Proteksi
o Immobilisasi saja tanpa reposisi
o Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
o Traksi
Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah
dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot.
Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak
waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila
tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
Traksi Skeletal
15
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi
Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
o Mengurangi nyeri akibat spasme otot
o Memperbaiki dan mencegah deformitas
o Immobilisasi
o Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).
o Mengencangkan pada perlekatannya.
2. Terapi operatif
o ORIF (Open Reduction internal fixation)
Indikasi ORIF :
o Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi
o Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
o Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan
o Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi
H. KOMPLIKASI
Early :
Lokal :
Vaskuler : compartement syndrome
Trauma vaskuler
Neurologis : lesi medulla spinalis atau saraf perifer
16
Sistemik : emboli lemak
Crush syndrome
Emboli paru dan emboli lemak
Late :
Malunion : Bila tulang sembuh dengan fungsi anatomis abnormal
(angulasi, perpendekan, atau rotasi) dalam waktu yang normal
Delayed union : Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari
normal
Nonunion : Fraktur yang tidak menyambung dalam 20 minggu
17
Presentasi kasus RSOP
SEORANG LAKI-LAKI 18 TAHUN DENGAN CLOSED FRACTURE 1/3
MIDDLE DEXTRA
Oleh:
BENING RAHIMI TITISARI
G9911112031
Pembimbing:
dr. Ismail Maryanto, Sp.OT (K)
KEPANITERAAN KLINIK SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSOP PROF. DR. Dr R. SOEHARSO
SURAKARTA
18
2013
19
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik
IlmuBedah Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Presentasi kasus dengan judul:
SEORANG LAKI-LAKI 18 TAHUN DENGAN CLOSED FRACTURE 1/3
MIDDLE DEXTRA
Oleh:
BENING RAHIMI TITISARI
G9911112031
Pembimbing
dr. Ismail Maryanto, Sp.OT (K)
20