Upload
dobao
View
237
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
OBESITAS SENTRAL PADA WANITA USIA 15-44 TAHUN DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PASAR
MINGGU JAKARTA SELATAN TAHUN 2017
SKRIPSI
Oleh:
Ayu Savitri
NIM: 1112101000035
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017
1
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
OBESITAS SENTRAL PADA WANITA USIA 15-44 TAHUN DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PASAR
MINGGU JAKARTA SELATAN TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
Ayu Savitri
NIM: 1112101000035
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, Juni 2017
Nama : Ayu Savitri, NIM : 1112101000035
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
OBESITAS SENTRAL PADA WANITA USIA 15-44 TAHUN DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PASAR
MINGGU JAKARTA SELATAN TAHUN 2017
xxii + 126 halaman, 26 tabel, 2 bagan, 4 lampiran
ABSTRAK
Obesitas sentral merupakan penumpukan lemak dalam tubuh pada bagian
perut dengan jumlah berlebih. Obesitas sentral menjadi salah satu penyebab
terjadinya penyakit degeneratif. Obesitas sentral dipengaruhi oleh beberapa faktor
risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional.
Sampel penelitian ialah 95 wanita usia 15-44 tahun yang diperoleh secara acak.
Pengumpulan data dengan melakukan pengukuran lingkar pinggar, metode
wawancara dengan menggunakan kuesioner, metode IPAQ untuk melihat aktivitas
fisik dan wawancara Semi Quantitative FFQ untuk melihat konsumsi asupan
energi, karbohidrat, protein, lemak, dan serat. Data dilakukan analisis univariat
dan bivariat dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian obesitas sentral
pada responden sebesar 62,1%. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan tingkat
kemaknaan 5% dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang signifikan dan erat
hubungannya dengan obesitas sentral adalah asupan serat [OR (kurang/cukup) =
9,663, CI (3,134-29,790)]; umur [OR (> 35 tahun/< 35 tahun) = 8,303, CI (2,979-
23,142)]; asupan energi [OR (lebih/cukup] =5,045, CI (2,009-12,668)]; asupan
lemak [OR (lebih/cukup) = 4,785, CI (1,995-11,710)]; asupan karbohidrat [OR
(lebih/cukup)= 2,643, CI (1,126-6,201)]; riwayat obesitas pada keluarga (OR
(ada/tidak ada)= 0,395, CI (0,159-0,983)] dan pekerjaan [OR (tidak
bekerja/bekerja) = 0,128, CI (0,046-0,355)].
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangan dengan meningkatkan motivasi dan kesadaran masyarakat
mengenai pola makan dengan cara meningkatkan asupan serat 2 kali dari rata-rata
asupan yaitu 32 gram porsi per hari dengan mengkonsumsi sayur-sayuran dan
buah-buahan yang kaya akan serat 2-3 porsi sehari, membatasi asupan energi 200
iv
gram porsi per hari atau setara dengan mengurangi 2 centong nasi, untuk
membatasi asupan lemak tidak lebih dari 60 gram per hari dengan mengurangi
konsumsi minyak maksimal 5 sendok makan per hari, dan membatasi asupan
karbohidrat yang berasal dari gula maksimal 4 sendok makan perhari.
Kata kunci : Obesitas sentral, Wanita usia 15-44 tahun, Posbindu
Daftar Bacaan : 60 (2000-2016)
v
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
SPECIALIZATION OF NUTRITION
Undergraduated Thesis, Juni 2017
Name : Ayu Savitri, NIM : 1112101000035
The Factors Related to the Incidence of Central Obesity in Women 15-44 Years
Old at Posbindu in Coverage Area of Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan in 2017
xxii + 126 halaman, 26 tabel, 2 bagan, 4 lampiran
ABSTRACT
Central obesity is fat accumulation in the body on the abdomen with excess
amounts. Central Obesity is one of the causes of degenerative diseases. Central
obesity is influences by many factors. This study aims to determine the factors
associated with central obesity in women aged 15-44 years in Posbindu coverage
area Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu South Jakarta in 2017.
The study design used in this study is cross sectional. The study sample
are 95 women aged 15-44 years who were obtained at random. Data collection by
measuring the circumference of the waist, interview method using questionnaire,
IPAQ method to see physical activity and interview Semi Quantitative FFQ to see
consumption of energy intake, carbohydrate, protein, fat, and fiber. Analysis of
the data consists of univariate analysis and bivariate analysis using the chi square
test.
The results showed that the prevalence of central obesity in respondents
was 62.1%. Based on the results of bivariate analysis with 5% significance level
can be seen that the factors closely related to central obesity are fiber intake (OR
(low/high) = 9,663), age [OR= 8,303, CI (2,979-23,142)]; energy intake [OR
(high/low) = 5,045, CI (2,009-12,668)]; fat intake [OR (high/low) = 4,785, CI
(1,995-11,710)]; carbohydrate intake [OR (high/low) = 2,643, CI (1,126-6,201)];
history of obesity in the family [OR (history/not history) = 0,395, CI (0,159-
0,983)]; occupation [OR (don’t work/work) = 0,128, CI (0,046-0,355)].
Therefore, efforts should be made to prevent and overcome by increasing
the motivation and awareness of the community about the diet by increasing fiber
intake 2 times the average intake of 32 grams of servings per day by consuming
vegetables and fruits with rich fiber 2-3 servings a day, limit the energy intake of
200 grams servings per day or the equivalent of reducing 2 cups of rice, to limit
fat intake of not more than 60 grams per day by reducing the maximum
consumption of 5 tablespoons of oil per day, and limit the intake of carbohydrates
which comes from a maximum of 4 tablespoons of sugar per day.
Keywords : Central Obesity, Women 15-44 years old, Posbindu
References : 60 (2000-2016)
vi
LEMBAR PERNYATAAN
vii
LEMBAR PERSETUJUAN
viii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PERSONAL
Nama : Ayu Savitri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Agustus 1994
Alamat : Jalan Gili Samping Gang Masjid No 36.
RT 005 RW 004 Kebon Jeruk, Jakarta
Barat
Telp/HP : 085697959100
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Email : [email protected]
B. RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
2012 – sekarang : Gizi Kesehatan Masyrarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2009 – 2012 : SMA Cakra Buana Depok
2006 – 2009 : SMPN 127 Jakarta Barat
2000 – 2006 : SDN 06 Pagi Kebon Jeruk Jakarta Barat
1999 – 2000 : TK Al-Idzhar Kebon Jeruk Jakarta Barat
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsl penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita Dewasa Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017”
dengan baik. Ucapan terima kasih penulis dengan ikhlas dan kerendahan hati atas
terselesaikannya skrispsi ini kepada:
1. Mama, Ayah, dan Abangku yang selalu memeberikan doa dan dukungan
untuk penulis dalam menjalakan dan menyelesaikan penelitian ini.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, PhD selaku Kepala Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Febrianti, Sp Msi dan Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku Dosen
Pembimbing dalam penelitian ini.
5. Sahabat-sahabat tercinta Rika Apriyanti Hernawan, Juwita Wiyanti, Nurzia
Ulhaq, Yulia Elizabet, Riskah Wahyuni Nasution, Mariatul Qibtiyah, Laily
Rachmayati, Evi Luthfiah Khairiyah, Syifa Azkia dan Ayu Sajida Da’at Arini
yang telah mendukung dan menyemangati saat berlangsungnya proses
pembuatan skripsi.
6. Teman-teman Gizi Kesehatan Masyarakat 2012 yang selalu bersama-sama
menuntut ilmu dan dan memberi dukungan terhadap penelitian ini.
7. Rekan-rekan Kesehatan Masyarakat angkatan 2012 yang telah bersama-sama
menuntut ilmu dan memberi dukungan terhadap penelitiaan ini.
8. Kader posbindu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang
telah dengan sabar membantu dan memberikan arahan untuk tercapainya
pengambilan data skripsi.
9. Pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal penelitian yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
xi
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi penelitian ini masih
terdapat keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi penelitian ini.
Peneliti berharap, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membacanya.
Jakarta, Juni 2017
Peneliti
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................ 1
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ 1
ABSTRAK .............................................................................................................................. iii
ABSTRACT ............................................................................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................... vii
PANITIA SIDANG SKRIPSI ............................................................................................... viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xviiii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xxii
BAB I ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................4
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................................................8
1.6 Ruang Lingkup ..........................................................................................................8
BAB II .................................................................................................................................... 10
2.1 Obesitas Sentral .......................................................................................................10
2.2 Proses Obesitas Sentral ..............................................................................................10
2.3 Penilaian Obesitas Sentral ..........................................................................................12
a. Lingkar Pinggang ........................................................................................................12
b. Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul .........................................................................13
2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral .....................................13
2.3.1 Umur ......................................................................................................................14
2.3.2 Jenis Kelamin .........................................................................................................14
2.3.3 Pendidikan Terakhir ...............................................................................................15
xiii
2.3.4 Pengetahuan ...........................................................................................................15
2.3.5 Pekerjaan ................................................................................................................16
2.3.6 Riwayat Obesitas pada Keluarga ...........................................................................17
2.3.7 Asupan Gizi ...........................................................................................................17
2.3.8 Aktivitas Fisik ........................................................................................................22
2.3.9 Konsumsi Rokok....................................................................................................24
2.5 Kerangka Teori ........................................................................................................24
BAB III .................................................................................................................................. 27
3.1 Kerangka Konsep .........................................................................................................27
3.2 Definisi Operasional .....................................................................................................29
3.3 Hipotesis .......................................................................................................................34
BAB IV .................................................................................................................................. 35
4.1 Desain Penelitian .....................................................................................................35
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................................35
4.3 Populasi dan Sampel ...............................................................................................35
4.4 Metode Pengumpulan Data .....................................................................................38
4.5 Instrumen Penelitian ................................................................................................41
4.6 Manajemen Data ......................................................................................................41
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................................................43
4.7.1 Uji Validitas ...........................................................................................................43
4.7.2 Uji Reliabilitas .......................................................................................................44
4.8 Analisis Data ...........................................................................................................46
4.8.1 Analisis Univariat.................................................................................................46
4.8.2 Analisis Bivariat ...................................................................................................46
BAB V .................................................................................................................................... 48
5.1 Analisis Univariat ....................................................................................................48
5.1.1 Gambaran Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan ..................................................................................................................48
5.1.2 Gambaran Umur pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ...............................48
xiv
5.1.3 Gambaran Riwayat Obesitas pada Keluarga Wanita Usia 15-44 Tahun
di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan ......................................................................................................49
5.1.4 Gambaran Pendidikan Terakhir pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan ..................................................................................................................50
5.1.5 Gambaran Pengetahuan pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ................50
5.1.6 Gambaran Pekerjaan pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ................51
5.1.7 Gambaran Asupan Energi pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ................52
5.1.8 Gambaran Asupan Karbohidrat pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan ..................................................................................................................52
5.1.9 Gambaran Asupan Protein pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ................53
5.1.10 Gambaran Asupan Lemak pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ................54
5.1.11 Gambaran Asupan Serat pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ................54
5.1.12 Gambaran Aktivitas Fisik pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ................55
5.2 Analisis Bivariat ......................................................................................................56
5.2.1 Hubungan Umur dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita Usia
15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan ........................................................................................56
5.2.2 Hubungan Riwayat Obesitas pada Keluarga dengan Kejadian Obesitas
Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan .........................................57
xv
5.2.3 Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ...........................................................58
5.2.4 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita
Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan ..............................................................................59
5.2.5 Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita
Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan ..............................................................................60
5.2.6 Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ...........................................................61
5.2.7 Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ...........................................................62
5.2.8 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ...........................................................63
5.2.9 Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ...........................................................64
5.2.10 Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ...........................................................65
5.11 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ...........................................................66
BAB VI .................................................................................................................................. 68
6.1 Keterbatasan Penelitian ...........................................................................................68
6.2 Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ..................................68
xvi
6.3 Hubungan Umur dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita Usia
15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan ...........................................................................................70
6.4 Hubungan Riwayat Obesitas pada Keluarga dengan Kejadian Obesitas
Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ............................................72
6.5 Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ..............................................................74
6.6 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita
Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan .................................................................................75
6.7 Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita
Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan .................................................................................76
6.8 Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ..............................................................77
6.9 Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ..............................................................79
6.10 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ..............................................................81
6.11 Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan ..............................................................82
6.12 Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita
Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan .................................................................................84
xvii
6.13 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita
Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan .................................................................................86
BAB VII ................................................................................................................................. 88
7.1 Simpulan ..................................................................................................................88
7.2 Saran ........................................................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 92
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 97
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Definisi Operasional. ...................................................................................... 28
Tabel 4.1 Nilai P1 dan P2 Hubungan Variabel Independen dengan Obesitas
Sentral. .......................................................................................................... 36
Tabel 4.2 Jumlah wanita usia 15-44 tahun pada Tiap Posbindu di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dalam Populasi dan sampel. ............... 37
Tabel 5.1 Distribusi Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Tahun 2017. .................................................................................................... 48
Tabel 5.2 Distribusi Umur pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun
2017. ............................................................................................................... 49
Tabel 5.3 Distribusi Riwayat Obesitas pada Keluarga pada Wanita Usia 15-44
Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. ............................................................ 49
Tabel 5.4 Distribusi Pendidikan Terakhir pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan Tahun 2017. ...................................................................................... 50
Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Tahun 2017. .................................................................................................. 51
Tabel 5.6 Distribusi Pekerjaan pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Tahun 2017. .................................................................................................... 51
Tabel 5.7 Distribusi Asupan Energi pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Tahun 2017. .................................................................................................... 52
Tabel 5.8 Distribusi Asupan Karbohidrat pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan Tahun 2017. ...................................................................................... 53
xix
Tabel 5.9 Distribusi Asupan Protein pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Tahun 2017. .................................................................................................... 53
Tabel 5.10 Distribusi Asupan Lemak pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Tahun 2017. .................................................................................................. 54
Tabel 5.11 Distribusi Asupan Serat pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Tahun 2017. .................................................................................................. 55
Tabel 5.12 Distribusi Aktivitas Fisik pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Tahun 2017. .................................................................................................. 55
Tabel 5.13 Analisis Hubungan Umur dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. ............................ 56
Tabel 5.14 Analisis Hubungan Riwayat Obesitas pada Keluarga dengan Kejadian
Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun
2017. .............................................................................................................. 57
Tabel 5.15 Analisis Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kejadian Obesitas
Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. ........... 58
Tabel 5.16 Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Obesitas Sentral
pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. ............................... 59
Tabel 5.17 Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. .............................. 60
Tabel 5.18 Analisis Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Obesitas Sentral
pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. ........... 61
xx
Tabel 5.19 Analisis Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian Obesitas
Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. ........... 62
Tabel 5.20 Analisis Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Obesitas Sentral
pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. ........... 63
Tabel 5.21 Analisis Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Obesitas Sentral
pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. ........... 64
Tabel 5.22 Analisis Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian Obesitas Sentral
pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. ........... 65
Tabel 5.23 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Sentral
pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. ........... 66
xxi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian. ............................................................................ 26
Bagan 3.1 Kerangka Konsep. .......................................................................................... 28
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner penelitian. ................................................................................... 98
Lampiran 2 Formulir Metode Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire. ..... 102
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner. .................................................. 104
Lampiran 4 Output Analisis Data. ................................................................................ 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obesitas sentral menjadi salah satu permasalahan gizi masyarakat di
dunia, baik pada negara maju maupun negara berkembang. Obesitas sentral
merupakan penumpukan lemak dalam tubuh pada bagian perut dengan
jumlah berlebih. Penumpukan lemak ini terjadi akibat tidak berfungsinya
jaringan lemak subkutan dalam menghadapi ketidakseimbangan energi di
dalam tubuh karena peningkatan asupan gizi dan kurangnya aktivitas fisik
(Tchernof dan Depres, 2013). Seseorang dikatakan obesitas sentral apabila
lingkar perut ≥ 80 cm untuk wanita (Kemenkes, 2013).
Prevalensi obesitas sentral mengalami peningkatan baik di negara
maju maupun berkembang. Prevalensi obesitas sentral di Eropa dari tahun
1995-2000 meningkat dari 17,5% menjadi 20,7% (Helmut Schroder et al.,
2007), sedangkan di Amerika Serikat meningkat dari 38,3% menjadi 51,9%
pada periode 1988-2004 (Li et al., 2007). Di Korea prevalensi obesitas
sentra juga mengalami peningkatan pada periode 1998-2007 dari 40,5%
menjadi 41% (Khang et al., 2010).
Hasil survei nasional tentang obesitas sentral tahun 1998-2008 di
negara Inggris menunjukkan bahwa prevalensi obesitas sentral meningkat
pada umur >18 tahun baik laki-laki maupun wanita, yaitu sebesar 19,2%
pada laki-laki dan 23,8% pada wanita di tahun 1998 sedangkan pada tahun
2008 menjadi 35,7% pada laki-laki dan 43,9% pada wanita (Howel, 2012).
Pada beberapa negara lainnya prevalensi obesitas pada wanita lebih tinggi
daripada laki-laki, seperti yang dilakukan dalam penelitian Pei (2015)
menunjukkan bahwa Prevalensi obesitas sentral di negara China sebesar
38,8% dengan prevalensi wanita sebesar 31,5% dan laki-laki 31,1%.
Di Indonesia, obesitas sentral juga mengalami peningkatan dalam
beberapa tahun. Hal ini ditunjukkan dalam hasil riskesdas pada tahun 2007
sebesar 18,8% menjadi 26,6% pada tahun 2013. Dapat dikatakan bahwa
2
26,6% prevalensi obesitas sentral dari 32,9% prevalensi obesitas secara
umum. Prevalensi obesitas sentral pada wanita dewasa di Indonesia sebesar
42,1% dibandingkan dengan laki-laki hanya sebesar 11,3%. Prevalensi
tertinggi terjadi pada daerah DKI Jakarta yaitu 39,7% (Kemenkes, 2013).
Jakarta Selatan merupakan salah satu kota di DKI Jakarta yang menjadi
penyumbang terbesar yaitu 42,1% (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan data Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan,
obesitas sentral tertinggi di wilayah Jakarta Selatan adalah Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu sebesar 34,7%. Berdasarkan data di Posbindu
PTM (Penyakit Tidak Menular) Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu bulan
Mei tahun 2016, ditemukan bahwa sebesar 34,3% pengunjung posbindu
mengalami obesitas sentral.
Tingginya prevalensi obesitas dapat berdampak pada munculnya
berbagai penyakit terutama penyakit degenaratif seperti peningkatan
sindrom metabolik yang dimana kondisi seseorang mengalami hipertensi,
obesitas sentral, dyslipidemia dan resistensi insulin pada waktu yang
bersamaan (Shen, 2006), diabetes mellitus tipe 2 (Wang, 2005), penyakit
kardioveskuler (Litiyana, 2013), gangguan muskuloskeletal terutama
osteoartritis, kanker endometrium, payudara, dan usus besar (WHO, 2015).
Untuk mencegah peningkatan obesitas sentral harus diketau berbagai
faktor yang berhubungan dengan meningkatnya obesitas sentral. Faktor-
faktor tersebut adalah umur, jenis kelamin dan aktivitas fisik (Tchernof dan
Depres, 2013), asupan energi, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat obesitas
pada keluarga (Ross, 2014), asupan lemak, dan asupan protein Bowen
(2015), asupan karbohidrat sederhana dan serat juga berhubungan dengan
obesitas sentral (Harikedua dan Naomi, 2012).
Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
obesitas sentral. Perubahan umur memiliki hubungan dengan terjadinya
perubahan dalam komposisi tubuh seseorang saat beranjak dewasa terkait
dengan penurunan pada massa bebas lemak dan peningkatan pada massa
jaringan lemak (Tchernof dan Depres, 2013). Jenis kelamin juga merupakan
salah satu penyebab terjadinya obesitas dimana wanita memiliki risiko lebih
3
besar daripada laki-laki (Ross, 2014). Dalam penelitian Erem (2004)
diketahui bahwa wanita lebih berisiko mengalami obesitas sentral daripada
laki-laki. Hal ini dikarenakan jaringan adipose meningkat lebih tinggi pada
wanita.
Aktivitas fisik juga berhubungan dengan terjadinya obesitas sentral.
Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat membantu dalam
menurunkan lemak dalam tubuh seseorang, hal ini dikarenakan aktivitas
fisik dapat meningkatkan massa jaringan bebas lemak dan menurunkan
massa jaringan lemak (Tchernof dan Depres, 2013). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Pujiati (2010) menunjukkan bahwa aktivitas fisik
berhubungan dengan obesitas sentral. Seseorang yang melakukan aktivitas
fisik berat lebih rendah mengalami risiko obesitas sentral (Sugianti, 2009).
Selain itu, pada penelitian Zhang (2007) menunjukkan bahwa
rendahnya tingkat pendidikan dapat menyebabkan terjadinya risiko obesitas
sentarl dikarenakan rendahnya tingkat pengetahuan. Hal in didukung oleh
penelitian Yoon (2006) pengetahuan berhubungan terjadinya obeitas sentral.
Konsumsi rokok dan minuman beralkohol juga berhubungan dengan
obesitas sentral (Pei, 2015). Sedangkan, hasil penelitian Sugianti (2009)
menyatakan pekerjaan juga memiliki hubungan dengan obesitas sentral.
Asupan makanan seseorang juga dapat menjadi faktor terjadinya
obesitas sentral. Konsumsi makanan yang mengandung tinggi protein dan
lemak, seperti ikan dan minyak juga dapat menjadi faktor yang berhubungan
dengan obesitas sentral dikarenakan asupan energi yang meningkat (Bowen,
2015). Selain itu, asupan karbohidrat dan serat juga merupakan faktor yang
berhubungan dengan obesitas sentral, dimana seseorang yang mengalami
obesitas sentral memiliki asupan karbohidrat sederhana yang tinggi dan
asupan serat yang rendah, seperti konsumsi gula berlebih dan rendahnya
mengkonsumsi buah dan sayuran (Harikedua dan Naomi, 2012).
Berdasarkan uraian tersebut tingginya prevalensi obesitas sentral
pada wanita usia 15-44 tahun membuat peneliti tertarik untuk melakukan
sebuah penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas
4
sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Obesitas sentral adalah salah satu masalah di posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu sebesar 34,4% pada wanita usia 15-44
tahun. Obesitas sentral berdampak serius terhadap kesehatan yang
merupakan faktor risiko penyakit degenaratif seperti peningkatan sindrom
metabolik, diabetes mellitus tipe 2, penyakit kardioveskuler, gangguan
muskuloskeletal terutama osteoartritis, kanker endometrium, payudara, dan
usus besar.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan obesitas sentral, yaitu
riwayat obesitas pada keluarga, umur, jenis kelamin, asupan energi, aktivitas
fisik, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, kebiasaan merokok, dan
konsumsi minuman beralkohol. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian mengenai “faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017”.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berikut pertanyaan penelitian dari rumusan masalah di atas:
1. Bagaimanakah gambaran obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun
di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017?
2. Bagaimanakah gambaran umur pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017?
3. Bagaimanakah gambaran riwayat obesitas pada keluarga pada wanita
usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017?
4. Bagaimanakah gambaran asupan zat gizi makro (asupan karbohidrat,
asupan lemak, asupan protein dan asupan serat) pada wanita usia 15-44
5
tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017?
5. Bagaimanakah gambaran aktivitas fisik pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017?
6. Bagaimanakah gambaran pekerjaan pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017?
7. Bagaimanakah gambaran pengetahuan pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017?
8. Bagaimanakah gambaran pendidikan terakhir pada wanita usia 15-44
tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017?
9. Bagaimanakah hubungan antara umur dengan kejadian obesitas sentral
pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017?
10. Bagaimanakah hubungan antara riwayat obesitas pada keluarga dengan
kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017?
11. Bagaimanakah hubungan antara asupan zat gizi makro (asupan
karbohidrat, asupan lemak, asupan protein dan asupan serat) dengan
kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017?
12. Bagaimanakah hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017?
13. Bagaimanakah hubungan antara pekerjaan dengan kejadian obesitas
sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017?
6
14. Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan dengan kejadian obesitas
sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017?
15. Bagaimanakah hubungan antara pendidikan terakhir dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017?
1.4 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
b. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran obesitas sentral pada wanita usia 15-44
tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
2. Diketahuinya gambaran umur pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017.
3. Diketahuinya gambaran riwayat obesitas pada keluarga wanita usia
15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
4. Diketahuinya gambaran pendidikan terakhir pada wanita usia 15-44
tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
5. Diketahuinya gambaran pengetahuan pada wanita usia 15-44 tahun
di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017.
6. Diketahuinya gambaran pekerjaan wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017.
7
7. Diketahuinya gambaran asupan energi, asupan karbohidrat, asupan
lemak, asupan protein dan asupan serat pada wanita usia 15-44 tahun
di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017.
8. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada wanita usia 15-44 tahun
di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017.
9. Diketahuinya hubungan antara umur dengan kejadian obesitas sentral
pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
10. Diketahuinya hubungan antara riwayat obesitas pada keluarga
dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017.
11. Diketahuinya hubungan antara pendidikan terakhir dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun
2017.
12. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan kejadian obesitas
sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
13. Diketahuinya hubungan antara pekerjaan dengan kejadian obesitas
sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
14. Diketahuinya hubungan antara asupan energi, asupan karbohidrat,
asupan lemak, asupan protein dan asupan serat dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun
2017.
15. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
8
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun
2017.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Bagi Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
1. Dapat menggunakan data hasil penelitian sebagai acuan dalam
program penyuluhan dan sosialisasi tentang obesitas sentral kepada
masyarakat.
2. Dapat melakukan upaya promotif dan preventif dengan cara
memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat.
b. Bagi Pihak Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan terkait masalah kesehatan khususnya mengenai faktor-faktor
yang berhungan dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44
tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan.
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian dapat diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan informasi mengenai obesitas sentral dan dijadikan acuan bagi peneliti
lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Peminatan Gizi, Program
Studi Kesehatan Masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk
mengetahui hubungan obesitas sentral dengan umur, riwayat obesitas pada
keluarga, asupan energi, asupan kerbohidrat, asupan lemak, asupan protein,
dan asupan serat, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan aktivitas fisik pada
wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017. Penelitian ini dilakukan pada
bulan maret sampai mei tahun 2017 dengan jenis penelitian kuantitatif
dengan desain studi cross sectional. Sumber data yang digunakan dalam
9
penelitian ini adalah sumber data primer dari hasil pengukuran lingkar
pinggang, metode wawancara dengan kuesioner dan semi quantitative food
frequency questionnaire dan data sekunder terkait obesitas sentral yang
diperoleh dari data Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dan Suku Dinas
Kesehatan Kota Jakarta Selatan. Penarikan sampel dilakukan secara acak
dengan cara proportional random sampling.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obesitas Sentral
Obesitas sentral merupakan penumpukan lemak dalam tubuh pada
bagian perut dengan jumlah berlebih. Obesitas sentral menjadi salah satu
penyebab terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus tipe 2,
dyslipidemia, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kanker, sleep apnoea dan
sindrom metabolik (Tchernof dan Depres, 2013).
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan tingginya dampak
obesitas sentral terhadap risiko kesehatan. Obesitas sentral berdampak
terhadap peningkatan risiko kematian (Pischon, 2008). Dalam penelitian
Wildman (2005) menemukan, obesitas sentral meningkatkan risiko
hipertensi, dislipidemia, diabetes, dan sindrom metabolik pada laki-laki dan
wanita dewasa.
Wanita dewasa biasa diawali dengan ditandai oleh pertumbuhan dan
pematangan dari segi fisik maupun psikis. Pada masa ini wanita dewasa
telah mengalami kesulitan untuk menurunkan berat badan (Ross, 2014).
Peningkatan berat badan dapat terlihat setelah wanita berusia 40 tahun
dengan adanya perubahan hormonal dan kurang berolahraga. Pada usia 44
tahun adalah masa dewasa akhir seseorang sebelum menuju lanjut usia
(Erem, 2004).
2.2 Proses Obesitas Sentral
Menurut Tchernof dan Despres (2013) Obesitas sentral merupakan
penumpukan lemak dalam tubuh pada bagian perut yang diakibatkan jumlah
lemak yang berlebih pada jaringan lemak subkutan dan lemak viseral perut.
Penumpukan lemak pada jaringan viseral perut dikarenakan tidak
berfungsinya jaringan lemak subktan dalam menghadapi ketidakseimbangan
energi dalam tubuh.
Hal ini terjadi dikarenakan pengendalian asupan makanan melibatkan
proses biokimiawi yang menentukan rasa lapar dan kenyang termasuk
11
penentuan selera jenis makanan, nafsu makan dan frekuensi makannya.
Besar dan aktifitas penyimpanan energi, terutama di jaringan lemak
dikomunikasikan ke sistem saraf pusat melalui mediator leptin dan sinyal
transduksi lain. Tampaknya, alur leptin merupakan regulator terpenting
dalam keseimbangan energi tubuh. Mutasi gen penyandi leptin dan sinyal
transduksi tersebut akan mempengaruhi pengendali asupan makanan dan
menjurus ke timbulnya obesitas (Garner (1996) dalam Indra, 2006).
Leptin disekresi adiposit ke sirkulasi dan ditranspor ke sistem saraf
pusat untuk berikatan dengan reseptor leptin di hipotalamus. Ikatan ini
merangsang sintesis pro-opiomelanokortin (POMC) yang akan
menyebabkan penurunan asupan makanan (Garner (1996) dalam Indra,
2006).
Secara genetik, kadar leptin individu kurus akan meningkat dan cukup
untuk menghentikan pertambahan badan setelah ada kenaikan berat badan 7
sampai 8 kg. Individu yang kenaikan berat badannya melebih batas tersebut
berarti tidak merespons leptin karena hormone tersebut tidak mampu masuk
ke darah otak atau terjadi mutasi pada satu atau beberapa tahapan kerja
leptin (Garner (1996) dalam Indra, 2006).
Pada kondisi simpanan lemak berlebih, leptin diproduksi sebanding
dengan tingginya simpanan energi dalam bentuk lemak. Leptin melalui
sirkulasi darah mencapai hipotalamus yang dapat menekan pusat lapar dan
melalui sirkulasi darah ke perifer meningkatkan metabolisme dengan
memacu lipolisis di jaringan adiposa (Garner (1996) dalam Indra, 2006).
Selain itu, diet tinggi karbohidrat merangsang lipogenesis sehingga
menghambat asam lemak tak jenuh. Energi yang berasal dari karbohidrat,
protein dan lemak yang melebihi kebutuhan tubuh akan disimpan dalam
jaringan lemak. Hormon leptin berhubungan dengan lipogenesis dapat
mempengaruhi penyimpanan lemak dalam tubuh sehingga mempengaruhi
jalur metabolik dalam jaringan adiposa dan viseral. Hal ini menyebabkan
terjadinya penumpukan lemak yang berlebih dalam tubuh (Tchernof dan
Despres, 2013).
12
Obesitas sentral terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan
keluaran kalori dari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life
style) yang menyebabkan penumpukan lemak di bagian viseral. Tubuh
mengandung sel lemak yang menyediakan tempat penyimpanan energi dan
lemak dalam jumlah yang sangat besar. Obesitas sentral dapat terjadi ketika
sel-sel lemak disekitar perut tersebut mengalami peningkatan bentuk
(hypertrophy) dan peningkatan jumlah (hyperplasia). Dengan demikian,
obesitas pada dasarnya merupakan hasil peningkatan jumlah lemak akibat
hyperplasia atau hypertrophy atau keduanya (David, 2000).
Sel-sel lemak mempunyai pola yang normal mengikuti perkembangan
dan pertumbuhan seseorang. Jika obesitas sudah terjadi sejak masa anak-
anak, sel-sel lemak di dalam tubuh akan berkembang dengan pesat dan
dalam jumlah yang banyak. Obesitas tersebut biasanya bertahan sampai usia
dewasa karena sel lemak dapat bertahan lama. Seseorang yang sudah
mengalami hyperplasia dan hypertrophy, mengalami kesulitan untuk
menurunkan berat badan. Massa sel lemak yang semakin bertambah akan
mendorong peningkatan kebutuhan lemak yang harus dipenuhi. Sepertiga
kasus obesitas yang sudah terjadi sejak masa anak-anak diyakini akan tetap
bertahan sampai pada usia dewasa. Sekitar 50% obesitas yang terjadi pada
anak sekolah diyakini akan tetap bertahan sampai usia dewasa dan sekitar
80% obesitas pada masa remaja akan tetap menjadi obesitas pada usia
dewasa (David, 2000).
2.3 Penilaian Obesitas Sentral
a. Lingkar Pinggang
Pengukuran lingkar pinggang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh
terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Batasan
lingkar pinggang di Indonesia adalah > 80 cm pada wanita (Kemenkes,
2013). Pengukuran ini digunakan dalam pengukuran obesitas sentral
dikarenakan masih dapat mengukur validitas dari obesitas sentral (Depkes,
2008). Cara mengukur lingkar pinggang, yaitu:
13
1. Menetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah dan titik ujung
lengkung tulang pangkal paha/panggul. Kemudian, tetapkan titik
tengah diantara kedua titik tersebut.
2. Setelah itu, meminta responden untuk berdiri tegak dan bernafas secara
normal.
3. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah
kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut
kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
4. Apabila responden mempunyai perut yang gendut ke bawah,
pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada
titik tengah tersebut lagi.
5. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang
mendekati angka 0,1 cm.
b. Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul
Obesitas sentral/abdominal dapat diketahui melalui indikator rasio
lingkar pinggang dan panggul (RLPP) (WHO, 2008). RLPP merupakan
salah satu cara untuk mengukur obesitas sentral dengan cara membagi
lingkar pinggang dengan lingkar panggul yang bertujuan untuk melihat
gambaran penyakit yang berhubungan dengan distribusi lemak tubuh.
RLPP harus dilakukan oleh tenaga yang teralatih dan posisi pengukuran
harus tepat. Perbedaan posisi pengukuran akan memberikan hasil yang
berbeda (Supariasa, 2012). Menurut batasan RLPP untuk obesitas sentral
negara Asia termasuk Indonesia pada laki-laki adalah > 0,90 dan pada
perempuan > 0,85 (WHO, 2008).
2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral
Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya obesitas sentral
yaitu umur, jenis kelamin, genetik, faktor nutrisi dan aktivitas fisik
(Tchernof dan Depres, 2013). Menurut Ross (2014) umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, riwayat obesitas, asupan energi, asupan lemak,
aktivitas fisik, dan konsumsi rokok. Asupan serat juga memiliki hubungan
dengan obesitas sentral (Pujaiti, 2010). Selain itu, Pengetahuan juga
14
berhubungan dengan obesitas sentral (Yoon, 2004). Konsumsi minuman
beralkohol juga berhubungan dengan obesitas sentral Sugianti (2009) juga
memiliki hubungan dengan obesitas sentral.
2.3.1 Umur
Umur merupakan masa hidup responden dalam tahun dengan
pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun yang terakhir.
Umur diduga berhubungan dengan kejadian obesitas sentral,
dikarenakan semakin bertambahnya umur seseorang, maka
penumpukan lemak yang terjadi di dalam tubuh semakin meningkat
terutama pada daerah perut (Erem, 2004).
Prevalensi obesitas sentral meningkat pada umur 20-60 tahun,
dimana pada umur 20-40 tahun menjadi risiko terjadinya obesitas
sentral. Pada umur lebih tua terjadi penurunan massa otot dan
perubahan metabolisme dalam tubuh yang dapat memicu terjadinya
penumpukan lemak (Janghorbani, 2007). Pada penelitian yang
dilakukan Sugianti (2009) yang menunjukkan bahwa umur 35-44
tahun berpeluang mengalami obesitas sentral lebih tinggi. Sedangkan,
menurut Trisna (2009) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
umur dengan obesitas sentral.
2.3.2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan perbedaan seks yang didapat sejak lahir
yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin
menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Perempuan
memiliki hubungan dengan kejadian obesitas sentral lebih tinggi
daripada laki-laki (Ross, 2014). Hal ini juga terdapat dalam penelitian
Sugianti (2009) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata
antara jenis kelamin dan obesitas sentral. Penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Hosseinpanah (2009) dengan
menggunakan studi kohort mendapatkan prevalensi obesitas sentral
pada wanita sebesar 76,7% pada fase I dan 83,8% pada fase II lebih
tinggi daripada prevalensi laki-laki sebesar 36,5% pada fase I dan
15
57,2% pada fase II. Hal ini diduga karena cadangan lemak tubuh
perempuan lebih banyak daripada laki-laki (Erem, 2004).
Demerath (2007) menyatakan bahwa lemak perut lebih tinggi pada
perempuan yang lebih tua daripada laki-laki muda. Jaringan adiposa
meningkat dengan bertambahnya umur, perempuan cenderung lebih
berisiko obesitas sentral, terutama setelah menopause. Perempuan akan
terjadi peningkatan kandungan lemak tubuh, terutama distribusi lemak
tubuh pusat dikarenakan efek dari menopause yang memiliki tinggi
persentase lemak perut, kolesterol total dan trigliserida (Chang, 2000).
2.3.3 Pendidikan Terakhir
Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang kompleks,
komprehensif dan berjangka panjang untuk memperoleh pengetahuan
dan kecakapan yang diperlukan dan dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan (UPI, 2007). Sedangkan, menurut Depkes (2008)
pendidikan merupakan tingkat pendidikan formal tertinggi yang telah
dicapai oleh seseorang.
Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi makanan. Hal ini dapat
terjadi karena pendidikan berhubungan dengan kepercayaan dan
tingkat pengetahuan (Yoon, 2004). Ada kecenderungan pevalensi
obesitas sentral menurun seiring dengan meningkatnya tingkat
pendidikan (Ross, 2014). Dalam penelitian Zhang (2007) tingkat
pendidikan meningkatkan berat badan dan lingkar perut. Hal ini
berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan
rendahnya tingkat pengetahuan.
2.3.4 Pengetahuan
Pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi
pangan individu. Selain itu, pengetahuan gizi dapat meningkatkan
kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan gizinya dalam
memilih maupun mengolah bahan makanan sehingga kebutuhan gizi
tercukupi (Khomsan, 2009).
16
Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang semakin
memperhitungkan jenis kualitas makanan yang dipilih untuk
dikonsumsinya dan mengetahui permasalahan gizi terutama masalah
obesitas sentral. Masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan gizi
akan memilih makanan berdasarkan panca indera yang dianggapnya
menarik yang menyebabkan banyak mengkonsumsi makanan tinggi
lemak dan mengakibatkan tingginya masalah obesitas sentral
(Khomsan, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Yoon (2004) terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan obesitas sentral dikarenakan pengetahuan
yang tinggi memiliki informasi gizi lebih banyak daripada
pengetahuan yang rendah. Sedangkan, penelitian Arundhana (2010)
pada 264 dosen menemukan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian obesitas. Hal ini dikarenakan,
pengetahuan yang tinggi maupun rendah sama-sama memiliki potensi
mengalami obesitas sentral. Sedangkan, menurut penenlitian Mogre
(2012) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan obesitas sentral.
2.3.5 Pekerjaan
Perubahan pada struktur sosial berhubungan dengan peningkatan
obesitas. Hubungan ini terletak pada peningkatan proporsi populasi
pekerjaan dalam bidang pelayanan, perkantoran, dan profesi lain yang
kurang aktivitas fisik jika dibandingkan dengan pekerjaan manual yang
membutuhkan banyak aktivitas fisik pada masyarakat tradisional
(Sugianti, 2009).
Dekkers (2004) menyatakan bahwa kecepatan perkembangan
jaringan adiposa dari anak sampai dewasa muda dipengaruhi oleh
status sosial ekonomi. Menurut Ross (2014) pekerjaan berhubungan
dengan obesitas sentral. Hal ini juga terdapat dalam penelitian Sugianti
(2009) yang menyatakan terdapat hubungan antara pekerjaan dengan
obesitas sentral. Prevalensi obesitas sentral pada penelitian tersebut
tertinggi pada ibu rumah tangga.
17
2.3.6 Riwayat Obesitas pada Keluarga
Riwayat obesitas pada keluarga dianggap menentukan kerentanan
terhadap timbulnya obesitas pada anaknya, dan 30-50% variasi
penyimpanan lemak tubuh total. Indeks massa tubuh orang tua dengan
kelebihan berat badan akan meningkatkan risiko kelebihan berat badan
terhadap anak-anak. Dari studi yang dilakukan riwayat keluarga yang
mengalami obesitas berkolerasi kuat terhadap obesitas pada anak
kandungnya (Ross, 2014).
Faktor genetik dapat mempengaruhi tingkat obesitas seseorang
(Tchernof dan Depres, 2013). Faktor genetik secara langsung maupun
tidak langsung mengatur berat badan sesorang. Hal ini diduga
mempengaruhi metabolisme dan faktor hormonal dalam tubuh yang
mengatur aspek asupan energi, penggunaan energi, dan pengeluaran
energi, sehingga mengakibatkan terjadinya obesitas sentral (Ross,
2014). Sedangkan, pada penelitian yang dilakukan oleh Nurviati
(2012) diketahui bahwa tidak ada hubungan antara riwayat obesitas
pada keluarga dengan kejadian obesitas sentral dikarenakan faktor
konsumsi makanan responden yang tinggi dan rendahnya aktivitas
fisik.
2.3.7 Asupan Gizi
Asupan gizi yang diduga berhubungan dengan kejadian obesitas
sentral wanita dewasa, yaitu:
a. Asupan Energi
Asupan energi sangat dibutuhkan tubuh seseorang untuk
mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan
aktivitas fisik. Energi dapat diperoleh dari asupan karbohidrat,
lemak dan protein yang terdapat dalam bahan makanan, sehingga
kandungan tersbut yang menentukan nilai dari energi dari suatu
bahan makanan yang dikonsumsi (Almatsier, 2009).
Kebutuhan energi seseorang menurut WHO adalah
konsumsi energi yang berasal dari makanan untuk menutupi
pengeluaran energi seseorang jika mempunyai ukuran dan
18
komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan
kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan
aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi
(Almatsier, 2009).
Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar dari tubuh
seseorang. Angka kecukupan energi untuk wanita dewasa adalah
usia 15-18 tahun 2125 kkal, 19-29 tahun sebesai 2250 kkal dan
untuk wanita usia 30-44 tahun sebesar 2150 kkal (Kemenkes,
2014).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Bowen (2015)
mengatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dengan
obesitas sentral. Sedangkan, menurut Jaime (2006) menyebutkan
hasil sebaliknya, yaitu tidak terdapat hubungan antara asupan
energi dengan obesitas sentral.
b. Asupan Karbohidrat
Karbohidrat juga merupakan salah satu dari sumber energi
yang dibutuhkan bagi tubuh. Makanan yang tinggi karbohidrat
paling banyak didapatkan di dalam nasi, selain itu karbohidrat juga
terdapat dalam makanan yang manis. Hal ini dikarenakan,
karbohidrat juga mengandung gula yang berguna dalam proses
metabolisme tubuh. Angka kecukupan karbohidrat untuk wanita
dewasa adalah usia 15-18 tahun sebesar 292, 19-29 tahun sebesar
309 gr dan untuk usia 30-44 tahun sebesar 323 gr (Kemenkes,
2014). Berdasarkan penelitian dari Burhan (2013) diketahui bahwa
gula sukrosa memiliki 4,2 kali lebih tinggi menyebabkan obesitas
sentral jika dikonsumsi >50 g/hari.
Selain gula, alkohol juga merupakan salah satu asupan
karbohidrat sederhana. Alkohol berperan sebagi pelarut lipida yang
terdapat dalam membran sel yang memungkinkan dengan cepat
masuk kedalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut
19
sehingga alkohol sering disebut toksik atau racun (Almatsier,
2004).
Berdasakan hasil Riskesdas 2007, prevalensi meminum
minuman beralkohol lebih banyak pada laki-laki daripada
perempuan (Depkes, 2008). Sedangkan, berdasarkan hasil
surveilans posbindu PTM di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan diketahui bahwa wanita tidak ada yang
mengkonsumsi minuman beralkohol. Hasil penelitian yang
dilakukan Laitinen (2004) menyatakan bahwa konsumsi alkohol
berhubungan dengan kejadian obesitas sentral pada laki-laki dan
wanita usia >31 tahun. Sebaliknya, dalam penelitian yang
dilakukan oleh Sugianti (2009) menemukan tidak adanya
hubungan antara frekuensi minuman beralkohol dengan kejadian
obesitas sentral.
Asupan karbohidrat yang berlebihan dapat berakibat buruk
bagi kesehatan dan dapat memicu terjadinya kejadian obesitas
sentral. Diet fruktosa berkontribusi pada peningkatan asupan energi
dan berat badan. Minuman manis berenergi meningkatkan asupan
energi yang berlebihan. Peningkatan konsumsi HFCS (High
Fructosa Corn Syrup) berhubungan dengan epidemi obesitas
(Bray, 2004).
Menurut Ross (2014) menyatakan bahwa konsumsi
makanan atau minuman bergula memiliki hubungan dengan
kejadian obesitas sentral. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Trisna (2009) bahwa asupan karbohidrat yang tinggi berhubungan
dengan terjadinya obesitas sentral pada wanita dewasa. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pujiati (2010) bahwa
terdapat hubungan asupan karbohidrat dengan obesitas sentral.
c. Asupan Lemak
Lemak merupakan salah satu sumber energi yang berfungsi
sebagai cadangan makanan. Akan tetapi, jika dikonsumsi secara
berlebihan akan menimbulkan masalah kesehatan bagi seseorang.
20
Konsumsi makanan berlemak dapat meningkatkan berat tubuh dan
lingkar perut (Drapeau, 2004).
Asupan lemak memiliki densitas energi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya. Satu gram lemak
menyumbang 9 kilokalori bagi tubuh. Angka kecukupan lemak
untuk wanita dewasa adalah usia 15-18 tahun sebesar 71 gr, 19-29
tahun sebesar 75 gr dan untuk usia 30-44 tahun sebesar 60 gr
(Kemenkes, 2014).
Efek stimulasi dari makanan berlemak pada asupan energi
karena rasa enak di mulut ketika mengonsumsi makanan yang
berlemak. Makanan berlemak mengatur sinyal yang mengontrol
rasa kenyang dengan cara melemahkan, menunda, dan mencegah
pada waktu seseorang mengonsumsi makanan berlemak (WHO,
2000). Konsumsi makanan tinggi lemak dapat meningkat risiko
obesitas sentral (Ross, 2014).
Dalam penelitian Trisna (2009) bahwa asupan lemak yang
tinggi berhubungan dengan terjadinya obesitas sentral pada wanita
dewasa. Hal ini sejalan dengan penelitian Pujiati (2010) bahwa
terdapat hubungan antara lemak dan obesitas sentral. Sedangkan,
penelitian yang dilakukan Sugianti (2009) menunjukkan bahwa
prevalensi obesitas sentral lebih tinggi terjadi pada responden yang
mengkonsumsi makanan rendah lemak.
d. Asupan Protein
Protein merupakan serangkaian atau rantai-rantai asam
amino dari substansi kimia yang terdapat di dalam makanan.
Protein berfungsi dalam membantu proses pertumbuhan, jika tubuh
kekurangan zat energi fungsi dari protein sebagai zat yang
mengahasilkan energi. Penggunaan protein yang berlebihan akan
diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh (Almatsier,
2004). Angka kecukupan protein untuk wanita dewasa adalah usia
15 tahun sebesar 69 gr, 16-18 tahun 59 gr, 19-29 tahun sebesai 56
gr dan untuk usia 30-44 tahun sebesar 57 gr (Kemenkes, 2014).
21
Penelitian yang dilakukan oleh Pujiati (2010) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara asupan protein dengan obesitas
sentral. Sedangkan, dalam penelitian yang dilakukan oleh Loong
(2013) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan
protein dan obesitas sentral, hal ini dikarenakan rendahnya hasil
rata-rata asupan protein berdasarkan food recall. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Drapeau (2004) bahwa
asupan protein tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap
obesitas sentral dikarenakan rendahnya asupan protein responden.
e. Asupan Serat
Serat merupakan karbohidrat yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan disebut juga selulosa yang berfungsi untuk
memperlancar defekasi. Serat yang rendah dapat mengakibatkan
terjadinya obesitas. Hal ini dikarenakan tidak adanya serat dapat
meningkatkan penyerapan karbohidrat, lemak dan protein.
Konsumsi serat yang teratur dan berkesinambungan dapat
menghindari seseorang dari obesitas (Fatmah, 2010).
Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dapat
menurunkan risiko obesitas sentral (Koh-Banerjee, 2003).
Makanan yang mengandung tinggi serat biasanya mengandung
rendah kalori sehingga membantu dalam penurunan berat badan
(Pujiati, 2010).
Angka kecukupan energi untuk wanita dewasa adalah usia
26-29 tahun sebesai 32 gr dan untuk usia 30-45 tahun sebesar 30 gr
(Kemenkes, 2014). Asupan serat yang rendah dapat menyebabkan
tingginya kejadian obesitas sentral. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Drapeau (2004) yang menunjukkan
bahwa konsumsi sayuran dan buah yang cukup dapat menurunkan
angka kejadian obesitas sentral. Sedangkan menurut penelitian
yang dilakukan Pei (2015) menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan antara konsumsi buah dan sayur dengan obesitas sentral.
22
2.3.8 Aktivitas Fisik
Saat ini, seseorang mulai mengalami pergerseran aktivitas fisik.
Aktivitas yang dilakukan semakin minim dengan kesibukan yang
dijalani setiap harinya. Hal ini mempengaruhi konsumsi makan
seseorang. Seseorang yang sibuk oleh berbagai aktivitas cenderung
akan memilih jenis makanan yang praktis dan mudah diperoleh, serta
kurang melakukan olahraga. Aktivitas fisik yang rutin memiliki efek
yang menguntungkan bagi sistem metabolik tubuh karena
menghasilkan banyak keuntungan bagi kesehatan. Salah satunya
adalah penurunan yang cukup besar pada jaringan lemak (Tchernof
dan Depres, 2013).
Diketahui bahwa 15 menit berjalan cepat dapat mengeluarkan 100
Kkal. Berjalan 15 menit selama seminggu secara teori dapat
menurunkan berat badan sebanyak 0,2 pound, namun penurunan berat
badan sebanyak 10 pound selama setahun hanya dapat dicapai apabila
kegiatan berjalan tersebut dilakukan secara rutin setiap hari dan
memiliki asupan energi yang konstan (Stern, 2009).
Aktivitas fisik mengakibatkan perubahan fisiologis di dalam tubuh.
Perubahan ini mengakibatkan peningkatan pada kesehatan jantung,
yang dengan kata lain juga mengakibatkan keadaan yang baik bagi
tubuh manusia. Hal ini dapat terjadi karena aktivitas fisik
menyebabkan perubahan fisiologis yang spesifik yang dapat
menghasilkan sistem resisten penyakit lebih banyak (Kokkinos, 2010).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pujiati (2010) menunjukkan
bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral. Hal
ini sejalan dengan penelirian Ladabaum (2014) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas sentral pada orang dewasa. Sedangkan, menurut penelitian
Sugianti (2009) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara
aktivitas fisik dengan obesitas sentral.
Tingkat aktivitas fisik seseorang dapat dinilai melalui berbagai
metode, salah satunya dengan pengisian kuesioner yang berpedoman
23
pada International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Kuesioner
tersebut mendata aktivitas fisik apa saja yang dilakukan responden
pada seminggu terakhir. Capaian aktivitas fisik yang dilakukan
respoden ditulis dalam satuan MET-menit/minggu, dimana rumusnya
adalah sebagai berikut:
Hasil perhitungan MET-menit/minggu dikategorikan ke dalam
tingkatan aktivitas fisik (WHO, 2006), yakni:
1. Aktivitas Berat, apabila:
a. Beraktivitas berat ≥ 3 hari dan akumulasi perhitungan aktivitas
fisiknya ≥ 1500 MET-menit/minggu atau
b. Beraktivitas fisik ≥ 7 hari dan akumulasi perhitungan aktivitas
fisiknya ≥ 3000 MET-menit/minggu
2. Aktivitas Sedang, apabila:
a. Beraktivitas berat ≥ 3 hari dengan durasi ≥ 20 menit per hari
atau
b. Beraktivitas sedang ≥ 5 hari dan/atau berjalan kaki ≥ 30 menit
per hari atau
c. Beraktivitas fisik ≥ 5 hari dan akumulasi perhitungan aktivitas
fisiknya ≥ 600 MET-menit/minggu
3. Aktivitas Ringan
a. Tidak ada aktivitas yang dilaporkan atau
b. Apabila tidak mencapai salah satu dari kriteria tinggi atau
sedang.
Merujuk pada Riset Kesehatan Dasar 2013 (Kemenkes RI, 2013)
tingkatan capaian aktivitas fisik yang disebutkan di atas dikategorikan
kembali menjadi “Aktif” dan “Kurang Aktif”. Kriteria aktif diberikan
kepada individu yang melakukan aktivitas fisik berat atau sedang atau
keduanya, sedangkan kriteria kurang aktif diberikan kepada individu
yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang ataupun berat.
MET-menit/minggu = MET level x durasi aktivitas per hari (menit) x
hari per minggu
24
2.3.9 Konsumsi Rokok
Konsumsi rokok yang berlebihan diduga dapat menimbulkan
kejadian obesitas sentral. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013
menyatakan bahwa kebiasaan merokok lebih tinggi terhadap laki-laki
sebesar 47.5% dibandingkan dengan wanita sebesar 1,1% (Kemenkes,
2013). Berdasarkan hasil surveilans posbindu PTM di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan diketahui bahwa wanita
tidak ada yang mengkonsumsi rokok.
Pada penelitian yang dilakukan Pei (2015) menemukan bahwa
tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok terhadap obesitas
sentral karena frekuensi konsumsi pada wanita lebih rendah daripada
laki-laki. Hal ini sejalan dengan Ross (2014) dalam buku Modern
Nutrition in Health and Disease 11th Edition menyatakan bahwa
seseorang yang cenderung mengalami obesitas sentral pada seseorang
yang berhenti merokok. Hal itu diduga karena meningkatnya asupan
energi disertai dengan menurunnya pengeluaran energi dan aktivitas
fisik, perubahan oksidasi lemak, dan metabolisme jaringan adipose.
2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori ini merupakan adaptasi dari hasil-hasil penelitian
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral. Kerangka
teori dapat dilihan pada bagan 2.1. Berikut penjabaran dari penelitian-
penelitian yang digunakan untuk kerangka teori:
1. Ross (2014) menyatakan bahwa obesitas sentral dihubungkan dengan
faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat obesitas,
asupan energi, asupan lemak, aktivitas fisik, dan konsumsi rokok.
2. Tchernof dan Depres (2013) menjelaskan bahwa umur, jenis kelamin,
genetik, aktivitas fisik, dan faktor nutrisi memiliki hubungan dengan
obesitas sentral.
3. Sugianti (2009) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang behubungan
dengan obesitas sentral adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, aktivitas
fisik, kebiasaan merokok, dan komsumsi minuman beralkohol.
25
4. Bowen (2015) menjelaskan faktor yang berhubungan dengan obesitas
sentral, yaitu asupan energi.
5. Yoon (2004) menjelaskan bahwa pengetahuan berhubungan dengan
obesitas sentral.
6. Pujiati (2010) menjelaskan bahwa asupan karbohidrat, asupan lemak,
asupan protein, asupan serat, kebiasaan merokok dan aktivitas fisik
memiliki hubungan dengan obesitas sentral.
26
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber: Modifikasi teori Ross (2014), Tchernof dan Depres (2013), Bowen
(2015), Pujiati (2010), Sugianti (2009) dan Yoon (2004)
Keterangan : Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Riwayat
Obesitas
pada
Keluarga
Obesitas
Sentral
Konsumsi
Rokok
Aktivitas Fisik
Pekerjaa
n
Umur
Jenis Kelamin
Asupan Gizi
1. Asupan Energi
2. Asupan Karbohidrat
3. Asupan Lemak
4. Asupan Protein
5. Asupan Serat
Pengetahua
n
PendidikanTerakhir
27
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang dikemukakan Ross (2014), Tchernof dan Depres
(2013), Bowen (2015), Pujiati (2010), Sugianti (2009) dan Yoon (2004) dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral,
yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pengetahuan, pekerjaan,
riwayat obesitas pada keluarga, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan
protein, asupan serat, aktivitas fisik dan konsumsi rokok.
Namun, tidak semua faktor dalam kerangka teori menjadi variabel
penelitian ini. Variabel jenis kelamin tidak dijadikan sebagai variabel
penelitian ini dikarenakan telah homogen yaitu wanita. Pada variabel
komsumsi rokok tidak dijadikan sebagai variabel penelitian dikarenakan
berdasarkan hasil data surveilans posbindu PTM di Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu, prevalensi perilaku merokok terjadi hanya pada laki-laki.
Begitu pula, prevalensi minum alkohol menunjukkan hasil yang sama.
Sehingga, faktor-faktor yang akan diteliti terdiri dari variabel umur,
pendidikan terakhir, pengetahuan, pekerjaan, riwayat obesitas pada keluarga,
asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, asupan serat, dan aktivitas
fisik.
28
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Riwayat
Obesitas pada
Keluarga
PendidikanTerakhir
Pengetahuan
Pekerjaan
Aktivitas Fisik
Asupan Gizi
1. Asupan Energi
2. Asupan Karbohidrat
3. Asupan Lemak
4. Asupan Protein
5. Asupan Serat
Obesitas Sentral
Umur
29
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Dependen
1. Obesitas
sentral
Penumpukan lemak dalam tubuh
pada bagian perut yang diakibatkan
jumlah lemak yang berlebih
(Tchernof dan Depres, 2013).
Lingkar pinggang diukur
pada titik tengah antara
titik batas tepi tulang rusuk
paling bawah dan titik
ujung lengkung tulang
pangkal paha/panggul.
Saat pengukuran
responden dalam keadaan
rileks dan diambil saat
melakukan ekspresi
normal. (Kemenkes, 2013)
Pita ukur
meteran
1. Obesitas sentral, jika
lingkar pinggang ≥ 80
cm
2. Tidak obesitas sentral,
jika lingkar pinggang
< 80 cm
(Kemenkes, 2013)
Ordinal
Variabel Independen
2. Umur Masa hidup responden dalam tahun
dengan pembulatan ke bawah atau
umur pada waktu ulang tahun yang
terakhir
Responden mengisi sendiri
kuesioner yang sudah
disediakan
Kuesioner 1. Berisiko, jika umur ≥
35 tahun – 44 tahun
2. Tidak berisiko, jika
umur < 35 tahun
(Sugianti, 2009)
Ordinal
30
No. Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
3. Riwayat
obesitas pada
keluarga
Riwayat obesitas pada individu
yang memiliki hubungan yang
dekat secara genetik yaitu ibu atau
ayah atau keduanya
Responden mengisi sendiri
kuesioner yang sudah
disediakan
Kuesioner 1. Ada riwayat
2. Tidak ada riwayat
(Nurviati, 2012)
Ordinal
4. Pendidikan
terakhir
Jenjang pendidikan formal tertinggi
yang telah dicapai oleh responden
Responden mengisi sendiri
kuesioner yang sudah
disediakan
Kuesioner 1. Rendah, jika tamat <
SMA
2. Tinggi, jika tamat ≥
SMA
(SKRT, 2004 dalam
Pujiati, 2010)
Ordinal
5. Pengetahuan Tingkat kemampuan responden
dalam menjawab pertanyaan terkait
obesitas sentral.
Responden mengisi sendiri
kuesioner yang sudah
disediakan
Kuesioner 1. Kurang, jika jawaban
benar responden
≤60%
2. Baik, jika jawaban
benar responden
>60%
(Diknas (2003) dalam
Nisa, 2013)
Ordinal
31
No. Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
6. Pekerjaan Pekerjaan utama dari responden Responden mengisi sendiri
kuesioner yang sudah
disediakan
Kuesioner 1. Tidak Bekerja
2. Bekerja
(Siswanto, 2014)
Ordinal
7. Asupan
energi
Rata-rata jumlah energi yang
dikonsumsi oleh responden per hari
Wawancara responden
dengan menanyakan
makanan yang dikonsumsi
dalam satu hari
Semi
Quantitative
FFQ
1. Lebih, jika kecukupan
energi > 100%
AKG energi.
2. Cukup, jika
kecukupan energi ≤
100% AKG energi.
(Kemenkes, 2014)
Ordinal
8. Asupan
karbohidrat
Rata-rata jumlah karbohidrat yang
dikonsumsi oleh responden per hari
Wawancara responden
dengan menanyakan
makanan yang dikonsumsi
dalam satu hari
Semi
Quantitative
FFQ
1. Lebih, jika kecukupan
KH > 65% total
energi AKG
2. Cukup, jika
kecukupan KH ≤ 65%
total energi AKG
(Kemenkes, 2014)
Ordinal
32
No. Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
9. Asupan
lemak
Rata-rata jumlah lemak yang
dikonsumsi oleh responden
per hari
Wawancara responden
dengan menanyakan
makanan yang dikonsumsi
dalam satu hari
Semi
Quantitative
FFQ
1. Lebih, jika kecukupan
lemak > 25% total
energi AKG
2. Tidak cukup, jika
kecukupan lemak ≤ 25%
total energi AKG
(Kemenkes, 2014)
Ordinal
10. Asupan
protein
Rata-rata jumlah protein yang
dikonsumsi oleh responden
per hari
Wawancara responden
dengan menanyakan
makanan yang dikonsumsi
dalam satu hari
Semi
Quantitative
FFQ
1. Lebih, jika kecukupan
protein > 20% total
energi AKG
2. Cukup, jika kecukupan
protein ≤ 20% total
energi AKG
(Kemenkes, 2014)
Ordinal
11. Asupan
serat
Rata-rata jumlah serat yang
dikonsumsi oleh responden
per hari
Wawancara responden
dengan menanyakan
makanan yang dikonsumsi
dalam satu hari
Semi
Quantitative
FFQ
1. Kurang, jika kecukupan
serat < AKG serat
2. Cukup, jika kecukupan
serat ≥ AKG serat
(Kemenkes, 2014)
Ordinal
33
No. Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
12. Aktivitas
Fisik
Kegiatan fisik yang responden
lakukan dalam sehari-hari.
Pengisian kuesioner
aktivitas fisik yang
dihitung dengan cara:
METs Level (jenis
aktivitas) x Jumlah durasi
Aktivitas (Menit) x Jumlah
hari/minggu, oleh petugas.
Kuesioner 1. Kurang aktif (tidak
melakukan aktivitas fisik
sedang ataupun berat)
2. Aktif (melakukan
aktivitas fisik berat atau
sedang atau keduanya)
(Riskesdas, 2013).
Ordinal
34
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian obesitas sentral pada wanita
usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
2. Ada hubungan antara riwayat obesitas pada keluarga dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
3. Ada hubungan antara pendidikan terakhir dengan kejadian obesitas sentral
pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian obesitas sentral pada
wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
5. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian obesitas sentral pada
wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
6. Ada hubungan antara masing-masing asupan energi, asupan karbohidrat,
asupan lemak, asupan protein, dan asupan serat dengan kejadian obesitas
sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
7. Ada hubungan antara variabel aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
35
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan studi cross
sectional atau studi potong lintang yaitu pengumpulan data dan informasi serta
pengukuran antara variabel dependen dan independen dilakukan pada waktu
yang sama. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahuifaktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian obesitas sentral pada wanita dewasa usia 15-44
tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan pada bulan Maret sampai Mei 2017.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia 15-44 tahun
yang berada di posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan. Sedangkan, besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus besar sampel uji estimasi beda 2 proporsi. Jumlah
sampel yang dibutuhkan dengan rumus sebagai berikut:
𝑛 ={𝑧1−𝛼
2⁄ √2. �̅�(1 − �̅�) + 𝑍1−𝛽√𝑃1(1 − 𝑃1) + 𝑃2(1 − 𝑃2)}2
(𝑃1 − 𝑃2)2
Keterangan:
n = besar sampel minimal yang dibutuhkan
= derajat kepercayaan
= kekuatan uji
P1 = Proporsi kasus terpajan
P2 = Proporsi kasus tidak terpajan
Ᵽ = rata-rata proporsi; (P1 + P2)/2
36
Penelitian terdahulu mengenai hubungan variabel independen
dengan obesitas sentral diperoleh nilai P1 dan P2 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Nilai P1 dan P2 Hubungan Variabel Independen
dengan Obesitas Sentral
NO Variabel P1 P2 nx2 Sumber
1. Riwayat obesitas
pada keluarga
58,9% 34% 84
Trisna dan
Sudihati (2009)
2. Asupan
karbohidrat
59,9% 11,1% 14
3. Asupan lemak 59,9% 11,1% 14
4. Aktivitas Fisik 59,7% 27,8% 37
5. Pendidikan 72,9% 33,8% 25 Pujiati (2010)
6. Asupan energi 42,9% 64,1% 86
7. Asupan protein 42,1% 65,2% 72
8. Asupan Serat 71,8% 35,2% 28
9. Pekerjaan 97,1% 58,3% 17 Sugianti (2009)
Nilai P1 da P2 yang memiliki angka paling besar adalah P1 =
42,9% dan P2 = 64,1% dan dengan CI 95% atau alfa 5% serta kekuatan uji
(1-β) 80% akan digunakan dalam perhitungan besar sampel dalam
penelitian ini, yaitu rumus uji hipotesis estimasi beda 2 proporsi.
Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel dalam penelitian ini untuk uji
hipotesis dua proporsi adalah 86 orang. Untuk menghindari drop out
penelitian, maka sampel ditambahkan 10% sehingga menjadi 95 sampel.
Penarikan sampel dilakukan secara acak (probability sampling)
dengan cara proportional random sampling dimana dilakukan
pengambilan sampel dalam setiap posbindu yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dengan melakukan skrining obesitas
sentral pada peserta yang datang ke posbindu. Adapun rumus alokasi yang
digunakan dalam menentukan proporsi setiap posbindu, yaitu:
37
𝑛𝑖 =𝑁𝑖
𝑁 𝑥 𝑛
Keterangan:
𝑛𝑖 = jumlah anggota sampel tiap posbindu
𝑁𝑖 = jumlah anggota populasi tiap posbindu
𝑁 = jumlah anggota populasi seluruh posbindu
𝑛 = jumlah anggota sampel seluruh posbindu
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2016
mempunyai 16 pos pembinaan terpadu (posbindu) yang tersebar pada 10
(sepuluh) Puskesmas Kelurahan. Berikut adalah tabel yang menunjukkan
penentuan jumlah sampel yang diambil berdasarkan alokasi dari tiap
posbindu.
Tabel 4.2 Jumlah wanita usia 15-44 tahun pada Tiap Posbindu di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dalam Populasi
dan sampel
No. Puskesmas
Kelurahan
Posbindu Populasi Sampel
1. Pejaten Barat I Melati Sehat 9 4
Pejaten Barat II Kemala 18 7
Indonesia Maju 8 3
3. Pejaten Barat III Nangka 15 6
Melati 9 4
4. Pejaten Timur Dukuh 12 5
Merpati 6 2
5. Pasar Minggu I Bugar Ceria 7 3
6. Pasar Minggu II Ersa Gemilang 10 4
38
No. Puskesmas
Kelurahan
Posbindu Populasi Sampel
7. Cilandak Timur Matahari 16 7
Cempaka 10 4
Tulip 20 8
8. Kebagusan Kecapi II 29 12
9. Ragunan Damai 14 6
Anggur 12 5
10. Jati Padang Sehat Cermat 38 15
TOTAL 233 95
Berdasarkan penentuan alokasi sampel tersebut didapatkan bahwa
total sampel tepat 95 sampel. Dari masing-masing posbindu telah
ditetapkan pengampilan sampel sesuai dengan jumlah alokasi sampel pada
tabel perhitungan di atas dengan cara mengacak nomor kemudian lihat
pada kerangka sampel, nomor yang keluar pada saat pengacakan itulah
yang dijadikan sebagai responden.
Kriteria insklusi dalam penelitian ini adalah wanita usia 15-44
tahun dan bersedia menjadi responden untuk diwawancarai dan dilakukan
pengukuran status gizi dengan menandatangani informed consent yang
diberikan. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah bukan
berumur <15 tahun atau > 44 tahun, sedang melakukan diet, vegetarian
dan sedang hamil. Sampel dalam penelitian harus dapat mewakili keadaan
di populasinya yang memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dilakukan
dengan cara mengambil data primer. Dalam pengumpulan data primer,
peneliti di bantu oleh 3 orang enumerator (3 mahasisiwi kesehatan
masyarakat). Metode yang digunakan untuk pengambilan data primer
dalam penelitian ini adalah metode pengukuran antropometri, metode
39
wawancara, metode International Physical Activity Questionnaire (IPAQ)
dan metode Semi Quantitative Food Frequency Questionaire (SQ-FFQ).
Metode pengukuran antropometri untuk mendapatkan data obesitas
sentral. Metode wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk
memperoleh data umur, riwayat obesitas pada keluarga, pendidikan
terakhir, pengetahuan dan pekerjaan. Metode IPAQ untuk pengambilan
data aktivitas fisik. Kemudian, metode SQ-FFQ untuk memperoleh data
asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak dan
asupan serat.
1. Metode Pengukuran Antropometri
Metode pengukuran antropometri digunakan untuk mengukur
status obesitas sentral pada responden dengan cara melihat ukuran
lingkar pinggang responden. Pengukuran lingkar pinggang
menggunakan alat ukur berupa pita ukur meteran dengan cara
mengukur lingkar pinggang pada titik tengah antara titik batas tepi
tulang rusuk paling bawah dan titik ujung lengkung tulang pangkal
paha/panggul. Saat pengukuran responden dalam keadaan rileks dan
diambil saat melakukan ekspresi normal. Hasil pengukuran tersebut
kemudian dibandingkan dengan standar ukuran lingkar pinggang
wanita berdasarkan Kemenkes (2014).
2. Metode Wawancara
Metode yang digunaan untuk memperoleh data primer dengan
menggunakan kuesioner, yaitu daftar-daftar pertanyaan mengenai
variable umur, riwayat obesitas pada keluarga, pendidikan terakhir,
pengetahuan dan pekerjaan. Kuesioner ini digunakan untuk
memberikan pertanyaan kepada responden untuk dijawab sesuai
dengan daftar pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut. Dalam
penelitian ini, seluruh responden menjawab seluruh pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti dan enumerator.
3. Metode IPAQ
Metode ini digunakan untuk memperoleh data aktivitas fisik
responden dengan cara memberikan daftar pertanyaan/pernyataan
40
mengenai variabel aktivitas fisik yang dilakukan selama satu minggu
terakhir.
4. Metode SQ-FFQ
Metode ini digunakan untuk melihat data asupan energi, karbohidrat,
protein, lemak dan serat pada responden dengan cara wawancara.
Untuk menganalisis nilai gizi dari asupan energi, karbohidrat, protein,
lemak dan serat menggunakan software Nutrisurvey.
Adapun prosedur penggunaan SQ-FFQ sebagai berikut (Fahmida,
2007):
1. Subjek diwawancarai mengenai frekuensi konsumsi jenis makanan
sumber zat gizi yang diingin diketahui baik harian, mingguan atau
bulanan.
2. Subjek diwawancarai mengenai ukuran rumah tangga dan
porsinya.
3. Mengestimasi ukuran porsi yang dikonsumsi subjek ke dalam
ukuran berat (gram).
4. Mengkonversi semua frekuensi daftar bahan makanan untuk
perhari.
Contoh : Nasi putih dikonsumsi 3x sehari, ekuivalen dengan 3
Tahu dikonsumsi 4x seminggu, ekuivalen dengan 4/7 hari
= 0,57.
5. Mengalihkan frekuensi perhari dengan ukuran porsi (gram) untuk
mendapatkan berat yang dikonsumsi dalam gram/hari.
6. Hitung semua daftar bahan makanan yang dikonsumsi subjek
penelitian sesuai dngan yang terisi di dalam form.
7. Setelah semua bahan makanan diketahui berat yang dikonsumsi
dalam gram/hari, maka semua berat item dijumlahkan sehingga
diperoleh total asupan zat gizi dari subjek.
8. Terakhir, cek kembali untuk memastikan semua item bahan
makanan telah dihitung dan hasil penjumlahan berat (gram) bahan
makanan tidak terjadi kesalahan.
41
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner
sebagai pedoman wawancara terstruktur dan formulir Semi Quantitative
Food Frequency Questionaire. Kuesioner digunakan sebagai wawancara
terstruktur untuk mengetahui riwayat obesitas pada keluarga, pendidikan
terakhir, pengetahuan, pekerjaan, dan aktivitas fisik. Sedangkan, formulir
Semi Quantitative Food Frequency Questionaire digunakan untuk
mengetahui asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan
protein, dan asupan serat beserta frekuensinya.
4.6 Manajemen Data
Semua data yang telah terkumpul berupa data primer akan diolah
melalui tahap-tahap sebagai berikut untuk selanjutnya dapat dianalisis:
1. Penyuntingan data (data editing)
Data yang dikumpulkan selama penelitian diperiksa terlebih dahulu
sebelum peneliti atau pengumpul data meninggalkan lapangan. Hal ini
digunakan untuk memastikan kelayakan data agar dapat diolah ke
tahap selanjutnya. Adapun data yang dikumpulkan selama penelitian
ini berlangsung adalah data berupa kuesioner. Untuk itu, peneliti
melakukan pemeriksaan kuesioner secara fisik untuk memeriksa
kelengkapan jawaban dari responden dan memastikan setiap lembar
kuesioner yang telah diisi oleh responden tersebut utuh dan tidak
hilang.
2. Pengodean data (coding)
Pengkodean atau memberikan kode atas jawaban-jawaban yang
akan dijawab oleh responden. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
dalam mengelompokkan data dan pemasukan data ke dalam komputer.
Dalam penelitian ini, koding pada setiap variabel disesuaikan dengan
definisi operasional penelitian.
1) Variabel dependen, kejadian obesitas sentral diberikan kode
dengan dua kategori yaitu kode “1” untuk “Obesitas sentral”,
42
yaitu apabila ukuran lingkar pinggang ≥ 80 cm dan kode “2”
untuk “Tidak obesitas sentral”, apabila lingkar pinggang < 80
cm.
2) Variabel umur diberikan kode dengan dua kategori yaitu kode
“1” untuk “Berisiko”, yaitu apabila umur ≥ 35 tahun – 44 tahun
dan kode “2” untuk “Tidak Berisiko”, apabila umur < 35 tahun.
3) Variabel riwayat obesitas pada keluarga diberikan kode dengan
dua kategori yaitu kode “1” untuk “Ada riwayat” dan kode “2”
untuk “Tidak ada riwayat”.
4) Variabel pendidikan terakhir diberikan kode dengan dua kategori
yaitu kode “1” untuk “Rendah”, jika tamat < SMA dan kode “2”
untuk “Tinggi”, jika tamat ≥ SMA.
5) Variabel pengetahuan diberikan kode dengan dua kategori yaitu
kode “1” untuk “ Kurang”, jika jawaban responden benar ≤ 60%
dan kode “2” untuk “Baik”, jika jawaban responden benar >
60%.
6) Variabel pekerjaan diberikan kode dengan dua kategori yaitu
kode “1” untuk “Tidak bekerja” dan kode “2” untuk “Bekerja”.
7) Variabel asupan energi diberikan kode dengan dua kategori yaitu
kode “1” untuk “Lebih”, jika kecukupan energi > 100 % AKG
energi dan kode “2” untuk “Cukup” jika kecukupan energi ≤ 100
% AKG energi.
8) Variabel asupan karbohidrat diberikan kode dengan dua kategori
yaitu kode “1” untuk “Lebih”, jika kecukupan karbohidrat > 65%
total energi AKG dan kode “2” untuk “Cukup”, jika kecukupan
karbohidrat ≤ 65% total energi AKG.
9) Variabel asupan protein diberikan kode dengan dua kategori
yaitu kode “1” untuk “Lebih”, jika kecukupan protein > 20%
total energi AKG dan kode “2” untuk “Cukup”, jika kecukupan
protein ≤ 20% total energi AKG.
10) Variabel asupan lemak diberikan kode dengan dua kategori yaitu
kode “1” untuk “Lebih”, jika kecukupan lemak > 25% total
43
energi AKG dan kode “2” untuk “Cukup”, jika kecukupan lemak
≤ 25% total energi AKG.
11) Variabel asupan serat diberikan kode dengan dua kategori yaitu
kode “1” untuk “Kurang”, jika kecukupan serat < AKG serat dan
kode “2” untuk “Cukup”, jika kecukupan serat ≥ AKG serat.
12) Variabel aktivitas fisik diberikan kode dengan dua kategori yaitu
kode “1” untuk “Kurang aktif”, jika tidak melakukan aktivitas
fisik sedang ataupun berat dan kode 2 “Aktif”, jika melakukan
aktivitas fisik berat atau sedang atau keduanya.
3. Pemasukkan data (data entry)
Data entry dilakukan dengan cara memasukkan data yang telah
terkumpul dari lapangan, kemudian data disunting dan diberikan kode
sesuai dengan yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel.
Selanjutnya data dimasukkan ke dalam aplikasi atau perangkat
software yang ada di komputer.
4. Pembersihan data (data cleaning)
Tahap ini dilakukan untuk mengecek kembali data yang telah
dimasukkan ke dalam perangkat software komputer. Pembersihan data
juga dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan data yang
telah dimasukkan ke komputer dan apabila terdapat kesalahan dapat
segera diperbaiki.
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.7.1 Uji Validitas
Uji validitas yang dilakukan untuk mengukur apakah
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner sudah dapat mengukur
variabel yang hendak diukur atau tidak. Uji validitas kuesioner ini
telah dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Hal ini
didasarkan bahwa karakteristik responden yang terdapat dalam
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu memiliki karakteristik dan
lingkungan yang sama pada subjek penelitian yang dilakukan di
Posbindu.
44
Pengujian validitas kuesioner untuk variabel umur, riwayat
obesitas pada keluarga, pendidikan terakhir, pengetahun, pekerjaan
dan aktivitas fisik dengan menggunakan validitas isi dikarenakan
jenis pertanyaan pilihan dengan alenatif jawaban yang berbeda
disetiap pertanyaan. Pengujian validitas isi dengan cara
mengevaluasi tanggapan dari responden untuk masing-masing item
pada instrument dengan melihat rentang waktu responden menjawab
daa ada tidaknya pengulangan pembacaan daftar pertanyaan
kuesioner untuk melihat apakah responden mengerti atas daftar
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.
Pada hasil pengujian validitas isi dilihat dari tanggapan
responden dalam menjawab, daftar pertanyaan dianggap valid jika
responden bisa langsung menjawab pertanyaan tersebut tanpa adanya
pengulangan pembacaan pertanyaan. Sedangkan, jika rentang waktu
responden menjawab pertanyaan cukup lama dan adanya permintaan
pengulangan pertanyaan karena responden kurang memahami
pertanyaan tersebut maka dinyatakan tidak valid dan harus dilakukan
modifikasi pertanyaan untuk memperjelas maksud dari pertanyaan
tersebut.
Pengukuran validitas untuk variabel asupan energi,
karbohidrat, protein, lemak dan serat dengan cara menanyakan
kepada kader disetiap posbindu makanan apa saja yang sering
dikonsumsi di wilayah sekitar posbindu. Hasil wawancara tersebut
dimasukkan kedalam formulir SQ-FFQ.
4.7.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui alat ukur yang
digunakan dapat terjaga konsistennya dari pengukuran waktu
pertama sampai pengukuran yang dilakukan berulang-ulang. Uji
reliabilitas kuesioner juga dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu. Karena karakteristik dari subjek penelitian hampir sama
dengan lokasi ini.
45
Uji reliabilitas dihitung dengan menggunakan teknik KR 20
yang merupakan rumus dari Kuder Richardson sebagai berikut
(Sugiyono (2012) dalam Furry, 2016):
Keterangan:
k = jumlah item dalam instrument
pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item
qi = 1 – pi
St2 = varians total = Σ Xt
2 - (Σ Xt
n) 2
Tabel 4.3 Kriteria reliabilitas
Nilai Kriteria
-1,00 - 0,20 Reliabilitas sangat rendah
0,21 - 0,40 Reliabilitas rendah
0,41 – 0,70 Reliabilitas cukup
0,71 – 0,90 Reliabilitas tinggi
0,91 – 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas menggunakan
rumus KR 20 didapatkan hasil r = 0.99 (Lampiran 3) yang artinya
realibiltas kuesioner sangat tinggi.
𝑟𝑖 =k
(k−1)(
𝑆𝑡2−Σ pi qi
𝑆𝑡2)
46
4.8 Analisis Data
4.8.1 Analisis Univariat
Setelah dilakukan manajemen data, data yang diperoleh
dianalisis masing-masing variabel. Analisa data yang digunakan
adalah analisis univariat. Analisis univariat merupakan analisis
yang dilakukan terhadap sebuah variabel dan bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menggambaran karakteristik dari semua
variabel penelitian. Adapun variabel dependen yang dianalisis
yaitu obesitas sentral. Sedangkan, variabel independen yang
dianalisis terdiri dari riwayat obesitas pada keluarga, pendidikan
terakhir, pengetahuan, pekerjaan, asupan energi, asupan
karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, asupan serat dan
aktivitas fisik. Berdasarkan data yang diperoleh, data tersebut
diolah secara deskriptif atau digambarkan dengan penyajian dalam
bentuk tabel dan diagram untuk menentukan frekuensi dan
persentase dari masing-masing variabel yang diteliti.
4.8.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel yang dalam penelitian ini berguna untuk
melihat hubungan antara variabel independen yang terdiri dari
umur, riwayat obesitas pada keluarga, pendidikan terakhir,
pengetahuan, pekerjaan, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan
lemak, asupan protein, asupan serat dan aktivitas fisik dengan
obesitas sentral pada wanita dewasa usia 15-44 tahun di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi-square karena
variabel dependen dan variabel independen berbentuk data
kategorik. Adapun rumus uji chi square adalah sebagai berikut:
47
𝑋2 = ∑(0−E)2
E
df = (k – 1) (b – 1)
Keterangan :
X2 = Nilai chi-square
O = Nilai observasi
E = Nilai harapan
df = degree of freedom
k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Melalui uji statistik chi square diperoleh nilai p.value,
dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (alpha) = 0.05
yaitu jika diperoleh nilai p.value ≤ 0.05, berarti ada hubungan yang
signifikan antara variabel independen dan dependen, dan jika
diperoleh bilai p.value > 0.05, maka tidak ada hubungan yang
signifikan antara variabel independen dan variabel dependen.
48
BAB V
HASIL
5.1 Analisis Univariat
5.1.1 Gambaran Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Gambaran obesitas sentral wanita usia 15-44 tahun di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017 disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 5.1 Distribusi Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44
Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017
Obesitas Sentral Frekuensi (n) Persen (%)
Obesitas Sentral 59 62,1
Tidak Obesitas Sentral 36 37,9
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017 mengalami obesitas sentral yaitu sebesar 62,1% dan yang
tidak mengalami obesitas sentral sebanyak 37,9%. Sehingga, dapat
dilihat lebih banyak responden yang mengalami obesitas sentral
daripada yang tidak obesitas sentral.
5.1.2 Gambaran Umur pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan
Gambaran umur pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017 disajikan dalam tabel berikut ini:
49
Tabel 5.2 Distribusi Umur Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan Tahun 2017
Umur Frekuensi (n) Persen (%)
Berisiko 69 72,6
Tidak Berisiko 26 27,4
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017 memiliki umur yang berisiko
mengalami obesitas sentral yaitu 69 orang (72,6%). Sehingga, pada
penelitian ini lebih banyak responden yang memiliki umur berisiko (≥
35-44 tahun) untuk mengalami obesitas sentral daripada umur yang
tidak berisiko (< 35 tahun).
5.1.3 Gambaran Riwayat Obesitas pada Keluarga Wanita Usia 15-44
Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan
Berikut ini gambaran riwayat obesitas pada keluarga wanita
usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017:
Tabel 5.3 Distribusi Riwayat Obesitas pada Keluarga Wanita Usia
15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
Riwayat Obesitas
pada Keluarga
Frekuensi (n) Persen (%)
Ada 59 62,1
Tidak ada 36 37,9
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 95 responden
di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017 memiliki riwayat obesitas pada keluarga
sebanyak 59 orang (62,1%). Sehingga, dapat dilihat bahwa lebih
50
banyak responden yang memiliki riwayat obesitas pada keluarga
daripada yang tidak memiliki riwayat obesitas pada keluarga.
5.1.4 Gambaran Pendidikan Terakhir pada Wanita Usia 15-44 Tahun
di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Gambaran pendidikan terakhir pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 sebagai berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Pendidikan Terakhir Wanita Usia 15-44
Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
Pendidikan Terakhir Frekuensi (n) Persen (%)
Rendah 37 38,9
Tinggi 58 61,1
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa responden di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017 sebagian besar memiliki pendidikan terakhir yang tinggi
sebesar 61,1 %. Maka, dapat dilihat bahwa pada penelitian ini lebih
banyak responden yang memiliki pendidikan yang tinggi (≥ SMA)
daripada yang memiliki pendidikan rendah (< SMA).
5.1.5 Gambaran Pengetahuan pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Gambaran Pengetahuan pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 sebagai berikut:
51
Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017
Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Kurang 46 48,4
Baik 49 51,6
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 memiliki pengetahuan yang baik, yaitu sebesar
51,6%. Sehingga, diketahui bahwa pada penelitian ini responden lebih
banyak yang berpengetahuan baik mengenai obesitas sentral daripada
responden yang berpengtahuan kurang.
5.1.6 Gambaran Pekerjaan pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan
Gambaran Pekerjaan pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017 sebagai berikut:
Tabel 5.6 Distribusi Pekerjaan Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017
Pekerjaan Frekuensi (n) Persen (%)
Tidak Bekerja 53 55,8
Bekerja 42 44,2
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa responden di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017 sebagian besar tidak memiliki pekerjaan (ibu rumah
tangga), yaitu sebanyak 55,8,%. Sehingga, pada penelitian ini dapat
52
dilihat bahwa lebih banyak responden yang tidak bekerja (ibu rumah
tangga) daripada yang bekerja.
5.1.7 Gambaran Asupan Energi pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Gambaran asupan energi pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 sebagai berikut:
Tabel 5.7 Distribusi Asupan Energi Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017
Asupan Energi Frekuensi (n) Persen (%)
Lebih 46 48,4
Cukup 49 51,6
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 sebagian besar memiliki asupan energi yang cukup,
yaitu sebesar 51,6%. Sehingga, dapat dilihat bahwa lebih banyak
responden yang memiliki asupan energi yang cukup daripada energi
yang lebih.
5.1.8 Gambaran Asupan Karbohidrat pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Gambaran asupan karbohidrat pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 sebagai berikut:
53
Tabel 5.8 Distribusi Asupan Karbohidrat Wanita Usia 15-44
Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
Asupan Karbohidrat Frekuensi (n) Persen (%)
Lebih 51 53,7
Cukup 44 46,3
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa responden di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017 sebagian besar memiliki asupan karbohidrat yang lebih,
yaitu sebesar 53,7%. Sehingga, pada penelitian ini lebih banyak
responden yang memiliki asupan karbohidrat berlebih daripada yang
yang memiliki asupan karbohidrat yang cukup.
5.1.9 Gambaran Asupan Protein pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Gambaran asupan protein pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 sebagai berikut:
Tabel 5.9 Distribusi Asupan Protein Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017
Asupan Protein Frekuensi (n) Persen (%)
Lebih 47 49,5
Cukup 48 50,5
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 memiliki asupan protein yang cukup, yaitu sebesar
49,5%, sedangakan asupan protein yang lebih sebesar 50,5. Maka,
dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang memiliki asupan
54
protein yang cukup daripada responden yang memiliki asupan protein
yang lebih.
5.1.10 Gambaran Asupan Lemak pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Gambaran asupan lemak pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 sebagai berikut:
Tabel 5.10 Distribusi Asupan Lemak Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017
Asupan Lemak Frekuensi (n) Persen (%)
Lebih 51 69,5
Cukup 44 30,5
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa responden di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017 sebagian besar memiliki asupan lemak yang lebih, yaitu
sebesar 69,5%. Sehingga, dalam penelitian dapat dilihat bahwa lebih
banyak responden yang memiliki asupan lemak berlebih daripada
responden yang memiliki asupan lemak cukup.
5.1.11 Gambaran Asupan Serat pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Gambaran asupan serat pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 sebagai berikut:
55
Tabel 5.11 Distribusi Asupan Serat Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017
Asupan Serat Frekuensi (n) Persen (%)
Kurang 73 76,8
Cukup 22 23,2
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa responden di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 sebagian besar memiliki asupan serat yang kurang,
yaitu sebesar 76,8%. Maka, dapat dilihat bahwa lebih banyak
responden yang memiliki asupan serat kurang daripada responden
yang memiliki asupan serat cukup.
5.1.12 Gambaran Aktivitas Fisik pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Gambaran aktivitas fisik pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 sebagai berikut:
Tabel 5.12 Distribusi Aktivitas Fisik Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2017
Aktivitas Fisik Frekuensi (n) Persen (%)
Kurang aktif 41 43,2
Aktif 54 56,8
TOTAL 95 100
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa responden di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017 sebagian besar memiliki aktivitas fisik yang aktif, yaitu
sebesar 56,8%. Sehingga, dapat dilihat bahwa pada penilitian ini lebih
56
banyak responden yang memiliki aktivitas fisik aktif daripada yang
kurang aktif.
5.2 Analisis Bivariat
5.2.1 Hubungan Umur dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita
Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Hasil analisis bivariat antara umur dengan kejadian obesitas sentral
pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017, dapat dilihat
pada tabel 5.13 berikut ini.
Tabel 5.13 Analisis Hubungan Umur dengan Kejadian Obesitas
Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Tahun 2017
Umur
Obesitas Sentral Total
p.value
OR (95% CI)
Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Berisiko
(≥ 35 – 44 tahun)
52
(77,4)
17
(24,6)
69
(100)
0,000 8,303 (2,979 -23,142)
Tidak Berisiko
(< 35 tahun)
7
(26,9)
19
(73,1)
26
(100)
TOTAL 59
(62,1)
36
(37,9)
95
(100)
Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa responden yang
memiliki umur berisiko (≥ 35 – 44 tahun) dan mengalami obesitas
sentral ada 52 dari 69 orang (77,4%). Sedangkan, responden yang
memiliki umur tidak berisiko (< 35 tahun) dan tidak mengalami
obesitas sentral sebanyak 7 dari 26 orang (26,9%). Dari hasil uji
statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0,000 (p.value ≤ 0,05),
artinya pada alpha 5 % terdapat hubungan yang signifikan umur
57
dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017. Selain itu juga diperoleh nilai OR sebesar 8,303
(2.979 -23,142) yang artinya responden dengan umur ≥ 35 – 44 tahun
memiliki risiko 8 kali lebih besar dari responden yang memiliki umur
< 35 tahun untuk mengalami obesitas sentral.
5.2.2 Hubungan Riwayat Obesitas pada Keluarga dengan Kejadian
Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan
Hasil analisis bivariat antara riwayat obesitas pada keluarga
dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017, dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut ini.
Tabel 5.14 Analisis Hubungan Riwayat Obesitas pada Keluarga
dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun
di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan Tahun 2017
Riwayat
Obesitas
pada
Keluarga
Obesitas Sentral Total
p.value
OR (95% CI)
Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Ada 32 (54,2) 27 (45,8) 59 (100) 0,043 0,395 (0,159 - 0,983)
Tidak ada 27 (75) 9 (25) 36 (100)
TOTAL 59 (62,1) 36 (37,9) 95 (100)
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa responden yang
memiliki riwayat obesitas pada keluarga dan mengalami obesitas
sentral ada 32 dari 59 orang (54,2%). Sedangkan, responden yang tidak
memiliki riwayat obesitas pada keluarga dan mengalami obesitas
sentral sebanyak 27 dari 36 orang (75%). Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0,043 (p.value ≤ 0,05), artinya
58
pada alpha 5 % terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat
obesitas pada keluarga dengan kejadian obesitas sentral pada wanita
usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017. Dari hasil tersebut juga
diperoleh nilai OR sebesar 0,395 (0,159 - 0,983) yang artinya
responden dengan riwayat obesitas pada keluarga memiliki risiko 0,3
kali lebih besar dari responden yang tidak memiliki riwayat obesitas
pada keluarga untuk mengalami obesitas sentral.
5.2.3 Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kejadian Obesitas
Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Hasil analisis bivariat antara pendidikan terakhir dengan
kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017, dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut ini.
Tabel 5.15 Analisis Hubungan Pendidikan Terakhir dengan
Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan Tahun 2017
Pendidikan
Terakhir
Obesitas Sentral Total
p.value
OR
(95% CI) Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Rendah
(< SMA) 23 (62,2) 14 (37,8) 37 (100)
0,993 1,004 (0,429 – 2,349)
Tinggi
(≥ SMA) 36 (62,1) 22 (37,9) 58 (100)
TOTAL 59 (62,1) 36 (37,9) 95 (100)
Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa responden yang
memiliki pendidikan terakhir yang rendah dan mengalami obesitas
sentral ada 23 dari 37 orang (62,2%). Sedangkan, responden yang
memiliki pendidikan terakhir yang tinggi dan mengalami obesitas
59
sentral sebanyak 36 dari 59 orang (62,1%). Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai probabilitasnya sebesar 0,993 (p.value ≤ 0,05), artinya
pada alpha 5 % tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pendidikan terakhir dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia
15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017. Selain itu, diperoleh nilai OR
sebesar 1,004 (0,429 – 2,349) yang artinya responden yang
berpendidikan terakhir rendah (< SMA) memiliki risiko 1 kali lebih
besar dari responden yang berpendidikan tinggi (≥ SMA) untuk
mengalami obesitas sentral.
5.2.4 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Hasil analisis bivariat antara pengetahuan dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017,
dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut ini.
Tabel 5.16 Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian
Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan Tahun 2017
Pengetahuan
Obesitas Sentral Total
p.value
OR
(95% CI) Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Kurang 26 (56,5) 20 (43,5) 46 (100) 0,277 0,630 (0,274 – 1,452)
Baik 33 (67,3) 16 (32,7) 49 (100)
TOTAL 59 (62,1) 36 (37,9) 95 (100)
Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa responden yang
memiliki pengetahuan yang kurang dan mengalami obesitas sentral ada
26 dari 46 orang (56,5%). Sedangkan, responden yang memiliki
pengetahuan yang baik dan mengalami obesitas sentral sebanyak 33
60
dari 49 orang (67,3%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai
probabilitasnya sebesar 0,277 (p.value ≤ 0,05), artinya pada alpha 5 %
tidak terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan
kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017. Dari hasil tersebut juga diperoleh nilai OR sebesar 0,630
(0,274 - 0,1,452) yang artinya responden yang berpengetahuan kurang
memiliki risiko 0,6 kali lebih besar dari responden yang
berpengetahuan baik untuk mengalami obesitas sentral.
5.2.5 Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Hasil analisis bivariat antara pekerjaan dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017,
dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut ini.
Tabel 5.17 Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian
Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan Tahun 2017
Pekerjaan
Obesitas Sentral Total
p.value
OR
(95% CI) Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Tidak
bekerja 23 (43,4) 30 (56,6) 53 (100)
0,000 0,128 (0,046 – 0,355)
Bekerja 36 (85,7) 6 (14,3) 42 (100)
TOTAL 59 (62,1) 36 (37,9) 95 (100)
Berdasarkan tabel 5.17 diketahui bahwa responden yang tidak
bekerja dan mengalami obesitas sentral ada 23 dari 53 orang (43,4%).
Sedangkan, responden yang bekerja dan mengalami obesitas sentral
sebanyak 36 dari 42 orang (85,7%). Dari hasil uji statistik diperoleh
61
nilai probabilitasnya sebesar 0,000 (p.value ≤ 0,05), artinya pada alpha
5 % terdapat hubungan siginifikan antara pekerjaan dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017.
Dari hasil tersebut juga diperoleh nilai OR sebesar 0,128 (0,046 -
0,355) yang artinya responden yang tidak bekerja memiliki risiko 0,1
kali lebih besar dari responden yang bekerja untuk mengalami obesitas
sentral.
5.2.6 Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Hasil analisis bivariat antara asupan energi dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017,
dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini.
Tabel 5.18 Analisis Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian
Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan Tahun 2017
Asupan
Energi
Obesitas Sentral Total
p.value
OR
(95% CI) Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Lebih 37 (80,4) 9 (19,6) 46 (100) 0,000 5,045 (2.009 – 12,668)
Cukup 22 (44,9) 27 (55,1) 49 (100)
TOTAL 59 (62,1) 36 (37,9) 95 (100)
Berdasarkan tabel 5.18 diketahui bahwa responden dengan
asupan energi yang lebih dan mengalami obesitas sentral ada 37 dari
46 orang (80,4%). Sedangkan, responden dengan asupan energi yang
cukup dan mengalami obesitas sentral sebanyak 22 dari 49 orang
(44,9%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar
0,000 (p.value ≤ 0,05), artinya pada alpha 5 % terdapat hubungan
62
signifikan antara asupan energi dengan kejadian obesitas sentral pada
wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017. Dari hasil
tersebut juga diperoleh nilai OR sebesar 5,045 (2,009 - 12,668) yang
artinya responden dengan asupan energi berlebih memiliki risiko 5 kali
lebih besar dari responden yang memiliki asupan energi cukup untuk
mengalami obesitas sentral.
5.2.7 Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian Obesitas
Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Hasil analisis bivariat antara asupan karbohidrat dengan
kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017, dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut ini.
Tabel 5.19 Analisis Hubungan Asupan karbohidrat dengan
Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan Tahun 2017
Asupan
Karbohidrat
Obesitas Sentral Total
p.value
OR
(95% CI) Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Lebih 37 (72,5) 14 (27,5) 51 (100) 0,041 2,643 (1,126 – 6,201)
Cukup 22 (50) 22 (50) 44 (100)
TOTAL 59 (62,1) 36 (37,9) 95 (100)
Berdasarkan tabel 5.19 diketahui bahwa responden dengan
asupan karbohidrat yang lebih dan mengalami obesitas sentral ada 43
dari 55 orang (78,2%). Sedangkan, responden dengan asupan
karbohidrat yang cukup dan mengalami obesitas sentral sebanyak 16
dari 40 orang (40%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai
probabilitasnya sebesar 0,041 (p.value ≤ 0,05), artinya pada alpha 5 %
terdapat hubungan siginifikan antara asupan karbohidrat dengan
63
kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017. Dari hasil tersebut juga diperoleh nilai OR sebesar 2,643
(1,126 - 6,201) yang artinya responden dengan asupan karbohidrat
berlebih memiliki risiko 2 kali lebih besar dari responden yang
memliki asupan karbohidrat cukup untuk mengalami obesitas sentral.
5.2.8 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Obesitas Sentral
pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Hasil analisis bivariat antara asupan protein dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017,
dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut ini.
Tabel 5.20 Analisis Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian
Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan Tahun 2017
Asupan
Protein
Obesitas Sentral Total
p.value
OR
(95% CI) Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Lebih 26 (55,3) 21 (44,7) 47 (100) 0,176 0,510 (0,218 – 1,190)
Cukup 34 (70,8) 14 (29,2) 48 (100)
TOTAL 60 (63,2) 35 (36,8) 95 (100)
Berdasarkan tabel 5.20 diketahui bahwa responden dengan
asupan protein yang cukup dan mengalami obesitas sentral ada 34 dari
48 orang (70,8%). Sedangkan, responden dengan asupan protein yang
cukup dan mengalami obesitas sentral sebanyak 19 dari 33 orang
(57,6%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar
0,176 (p.value ≤ 0,05), artinya pada alpha 5 % tidak terdapat hubungan
signifikan antara asupan protein dengan kejadian obesitas sentral pada
wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
64
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017. Dari hasil
tersebut juga diperoleh nilai OR sebesar 0,510 (0,218 - 1,190) yang
artinya responden dengan asupan protein berlebih memiliki risiko 0,5
kali lebih besar dari responden yang memliki asupan protein cukup
untuk mengalami obesitas sentral.
5.2.9 Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Hasil analisis bivariat antara asupan lemak dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017,
dapat dilihat pada tabel 5.21 berikut ini.
Tabel 5.21 Analisis Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian
Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan Tahun 2017
Asupan
Lemak
Obesitas Sentral Total
p.value
OR
(95% CI) Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Lebih 40 (78,4) 11 (21,6) 51 (100) 0,001 4,785 (1,955 – 11,710)
Cukup 19 (43,2) 25 (56,8) 44 (100)
TOTAL 59 (62,1) 36 (37,9) 95 (100)
Berdasarkan tabel 5.21 diketahui bahwa responden dengan
asupan lemak yang lebih dan mengalami obesitas sentral ada 40 dari
51 orang (78,4%). Sedangkan, responden dengan asupan protein yang
cukup dan mengalami obesitas sentral sebanyak 19 dari 44 orang
(43,2). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar
0,001 (p.value ≤ 0,05), artinya pada alpha 5 % terdapat hubungan
signifikan antara asupan lemak dengan kejadian obesitas sentral pada
wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017. Dari hasil
65
tersebut juga diperoleh nilai OR sebesar 4,785 (1,955 - 11,710) yang
artinya responden dengan asupan lemak berlebih memiliki risiko 4 kali
lebih besar dari responden yang memliki asupan lemak cukup untuk
mengalami obesitas sentral.
5.2.10 Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Hasil analisis bivariat antara asupan serat dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017,
dapat dilihat pada tabel 5.22 berikut ini.
Tabel 5.22 Analisis Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian
Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan Tahun 2017
Asupan
Serat
Obesitas Sentral Total
p.value
OR
(95% CI) Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Kurang 54 (74) 19 (26) 73 (100) 0,000 9,663 (3,134 – 29,790)
Cukup 5 (22,7)
17
(77,3) 22 (100)
TOTAL 59 (62,1)
36
(37,9) 95 (100)
Berdasarkan tabel 5.22 diketahui bahwa responden dengan
asupan serat yang kurang dan mengalami obesitas sentral ada 54 dari
73 orang (74%). Sedangkan, responden dengan asupan serat yang
cukup dan mengalami obesitas sentral sebanyak 5 dari 22 orang
(22,7%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitasnya sebesar
0,000 (p.value ≤ 0,05), artinya pada alpha 5 % terdapat hubungan
signifikan antara asupan serat dengan kejadian obesitas sentral pada
wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
66
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017. Dari hasil
tersebut juga diperoleh nilai OR sebesar 9,663 (3,134 - 29,790) yang
artinya responden dengan asupan serat kurang memiliki risiko 9 kali
lebih besar dari responden yang memliki asupan serat cukup untuk
mengalami obesitas sentral.
5.11 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Hasil analisis bivariat antara aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017,
dapat dilihat pada tabel 5.23 berikut ini.
Tabel 5.23 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian
Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan Tahun 2017
Aktivitas
Fisik
Obesitas Sentral Total
p.value
OR
(95% CI) Ya Tidak
N (%) N (%) N (%)
Kurang
aktif 23 (56,1) 18 (56,2) 41 (100)
0,293 0,639 (0,277 – 1,475)
Aktif 36 (66,7) 18 (28,6) 54 (100)
TOTAL 59 (62,1) 36 (37,9) 95 (100)
Berdasarkan tabel 5.23 diketahui bahwa responden yang
memiliki aktivitas fisik kurang aktif dan mengalami obesitas sentral
ada 23 dari 41 orang (56,1%). Sedangkan, responden yang memiliki
aktifivitas fisik aktif dan mengalami obesitas sentral sebanyak 36 dari
54 orang (66,7%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai
probabilitasnya sebesar 0,293 (p.value ≤ 0,05), artinya pada alpha 5 %
tidak terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan
kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu
67
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
tahun 2017. Dari hasil tersebut juga diperoleh nilai OR sebesar 0,639
(0,277 - 1,475) yang artinya responden dengan aktivitas fisik yang
kurang aktif memiliki risiko 0,6 kali lebih besar dari responden yang
memliki aktivitas fisik yang aktif cukup untuk mengalami obesitas
sentral.
68
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi
keterbatasan penelitian. Pada penelitian terdapat beberapa variabel yang
diukur salah satunya adalah variabel riwayat obesitas pada keluarga.
Pada variabel ini menggunakan instrumen penelitian yang berupa
kuesioner berupa gambar bentuk tubuh ibu dan ayah. Hal ini sangat
bergantung pada sepengetahuan responden, sehingga responden
menjawab sesuai dengan perkiraan dan kemungkinan bentuk tubuh
orang tua yang sesuai dengan gambar yang disediakan. Hal tersebut
menjadi keterbatasan karena adanya kemungkinan bias yang terjadi.
Selain itu, adanya kemungkinan bias dari kecenderungan bagi
responden yang tidak obesitas melaporkan konsumsi makanan dengan
berlebih sedangkan responden yang obesitas cenderung melaporkan
kosumsi makanan yang lebih sedikit. Sehingga, data yang diambil sangat
bergantung dari kejujuran responden dalam melaporkan konsumsi
makanannya.
6.2 Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan
Obesitas sentral merupakan penumpukan lemak dalam tubuh pada
bagian perut yang diakibatkan jumlah lemak yang berlebih pada jaringan
lemak subkutan dan lemak viseral perut (Tchernof dan Despres, 2013).
Pengukuran obesitas sentral dilakukan dengan cara mengukur lingkar
pinggang responden. Batasan lingkar pinggang di Indonesia adalah > 80
cm pada wanita (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan hasil analisis univariat pada wanita usia 15-44 tahun
di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
69
Selatan tahun 2017 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengalami obesitas sentral, yaitu sebesar 61,2% (Tabel 5.1 Distribusi
Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun
2017).
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kejadian obesitas sentral
cukup tinggi. Obesitas sentral terjadi jika selama periode tertentu, yaitu
dimana energi yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada
energi yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, yang
kemudian disimpan menjadi lemak (Lilitiyana, 2013).
Besar dan aktifitas penyimpanan energi, terutama di jaringan lemak
dikomunikasikan ke sistem saraf pusat melalui mediator leptin dan
sinyal transduksi lain. Tampaknya, alur leptin merupakan regulator
terpenting dalam keseimbangan energi tubuh. Mutasi gen penyandi
leptin dan sinyal transduksi tersebut akan mempengaruhi pengendali
asupan makanan (Garner (1996) dalam Indra, 2006).
Individu yang kenaikan berat badannya melebih batas tersebut
berarti tidak merespons leptin karena hormone tersebut tidak mampu
masuk ke darah otak atau terjadi mutasi pada satu atau beberapa tahapan
kerja leptin (Garner (1996) dalam Indra, 2006). Pada kondisi simpanan
lemak berlebih, leptin diproduksi sebanding dengan tingginya simpanan
energi dalam bentuk lemak. Leptin melalui sirkulasi darah mencapai
hipotalamus yang dapat menekan pusat lapar dan melalui sirkulasi darah
ke perifer meningkatkan metabolisme dengan memacu lipolisis di
jaringan adiposa (Garner (1996) dalam Indra, 2006). Hal ini
menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebih dalam tubuh
dan menyebabkan terjadinya obesitas sentral (Tchernof dan Despres,
2013).
Pada penelitian Lilitiyana (2013) menunjukkan bahwa 50 orang
(61,7%) mengalami obesitas sentral. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lilitiyana.
70
Selain itu, pada penelitian Trisna (2009) diketahui bahwa responden
yang mengalami obesitas sentral adalah 49,7%.
Tingginya obesitas sentral dapat menjadi penyebab terjadinya
penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus tipe 2, dyslipidemia,
penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kanker, sleep apnoea dan sindrom
metabolik. (2013). Maka dari itu perlu diadakan pencegahan dan
penanggulangan dalam mengatasi masalah obesitas sentral tersebut.
Upaya penanggulangan dapat dilakukan dengan cara mengajak
masyarakat yang telah mengalami obesitas sentral untuk selalu
mengontrol berat badan dan lingkar pinggang secara teratur ke posbindu
setempat. Selain itu, juga perlu dibiasakan untuk selalu melakukan pola
makan sehat dan olahraga secara teratur.
Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara
memberikan penyuluhan atau penyebaran leaflet kepada masyarakat
untuk menerapkan pola hidup yang sehat. Penyuluhan dan penggunaan
leaflet dapat membantu masyarakat untuk mengetahui informasi
mengenai obesitas sentral, faktor risiko, dampak hingga cara mencegah
dan menanggulanginya sehingga masyarakat dapat belajar dan lebih
termotivasi untuk melakukan pola hidup sehat.
6.3 Hubungan Umur dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Wanita
Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Umur diduga berhubungan dengan kejadian obesitas sentral,
dikarenakan semakin bertambahnya umur seseorang (Erem, 2004).
Menurut penelitian yang dilakukan Sugianti (2009) yang menunjukkan
bahwa umur 35-44 tahun berpeluang mengalami obesitas sentral lebih
tinggi. Obesitas sentral meningkat sesuai dengan peningkatan umur
berkaitan dengan peningkatan dalam distribusi jaringan lemak yang
ditandai dengan meningkatknya ukuran lingkar pinggang seseorang
(Tchernof dan Despres, 2013). Jumlah lemak tubuh seseorang
umumnya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama
71
disebabkan karena melambatnya metabolisme dan berkurangnya
aktivitas fisik (Purwati, 2000).
Pada hasil analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar
responden pada penelitian ini memliki umur yang berisiko (≥ 35 tahun
– 44 tahun) mengalami obesitas sentral. Dalam penelitian ini diketahui
bahwa rata-rata umur responden adalah 37,14 tahun. Pada umur 20-40
tahun menjadi risiko terjadinya obesitas sentral dikarenakan pada umur
lebih tua terjadi penurunan massa otot dan kenaikan massa lemak,
sehingga terjadi perubahan metabolisme dalam tubuh yang dapat
memicu terjadinya penumpukan lemak (Janghorbani, 2007).
Berdasarkan analisis bivariat antara umur dan obesitas sentral
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki umur yang
berisiko, yaitu ≥ 35 tahun – 44 tahun dan mengalami obesitas sentral.
Hasil uji statsistik antara umur dengan kejadian obesitas sentral
diketahui bahwa p.value sebesar 0,000 yang artinya terdapat hubungan
signifikan antara umur dengan kejadian obesitas sentral pada wanita
usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017. Penelitian ini sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Janghorbani (2007) pada uraian
sebelumnya.
Obesitas biasanya bertahan sampai usia dewasa karena sel lemak
dapat bertahan lama yang dimana seseorang akan sulit untuk
menurunkan berat badan dikarenakan massa sel lemak yang semakin
bertambah akan terus mendorong peningkatan kebutuhan lemak yang
harus dipenuhi (Tchernof dan Despres, 2013). Sehingga, semakin
besar risiko seseorang untuk mengalami obesitas sentral. Dalam
penelitian ini, nilai OR menunjukkan bahwa responden dengan umur ≥
35 – 44 tahun memiliki risiko 8 kali lebih besar dari responden yang
memiliki umur < 35 tahun untuk mengalami obesitas sentral.
Diketahui beberapa penelitian bahwa usia berhubungan dengan
peningkatan total lemak viseral dalam perut, yang dimana peningktan
usia pada orang dewasa cenderung mengalami penurunan indeks
72
massa tubuh sehingga dapat meningkatan disitribusi pada lemak pusat
(Demerath, 2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Sugianti (2009) yang menunjukkan bahwa umur 35-44
tahun berpeluang lebih besar mengalami obesitas sentral lebih tinggi.
Selain itu, dalam penelitian Pujiati (2010) diperoleh p.value sebesar
0,000 yang artinya terdapat hubungan antara umur dengan kejadian
obesitas sentral.
Berdasarkan uraian diatas, tingginya risiko mengalami obesitas
sentral seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Maka, masyarakat
diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat agar tidak terjadi
timbulnya penyakit lain akibat komplikasi dari obesitas sentral dan
melakukan pemeriksaan rutin di posbindu.
6.4 Hubungan Riwayat Obesitas pada Keluarga dengan Kejadian
Obesitas Sentral pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan
Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki riwayat obesitas pada keluarga. Sedangkan, pada
hasil analisis bivariat dalam penelitian pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang
memiliki riwayat obesitas pada keluarga yang megalami obesitas sentral.
Selain itu, nilai p.value menunjukkan adanya hubungan signifikan antara
riwayat obesitas pada keluarga dengan obesitas sentral. Penelitian ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ross (2014) pada uraian
sebelumnnya.
Pada penelitian ini, yang dianggap sebagai pembawa riwayat
obesitas adalah ibu dan ayah. Jika salah satu dari orang tua atau
keduanya memiliki riwayat obesitas, maka terdapat risiko bagi seorang
anak mengalami obesitas sentral. Berdasarkan analisis bivariat diketahui
OR yang menunjukkan bahwa responden dengan riwayat obesitas pada
keluarga memiliki risiko 0,3 kali lebih besar dari responden yang tidak
73
memiliki riwayat obesitas pada keluarga untuk mengalami obesitas
sentral.
Riwayat obesitas memiliki peranan penting dalam metabolisme
tubuh seseorang yaitu penurunan sifat genetik dari orang tua ke anak.
Riwayat obesitas pada keluarga dianggap menentukan kerentanan
terhadap timbulnya obesitas pada anaknya, dan 30-50% variasi
penyimpanan lemak tubuh total. Faktor genetik secara langsung maupun
tidak langsung mengatur berat badan sesorang. Hal ini diduga
mempengaruhi metabolisme dan faktor hormonal dalam tubuh yang
mengatur aspek asupan energi, penggunaan energi, dan pengeluaran
energi, sehingga mengakibatkan terjadinya obesitas sentral (Ross, 2014).
Hal ini dapat belangsung hingga anak-anak tumbuh dewasa dikarenakan
bertambahnya massa sel lemak seiring dengan peningkatan kebutuhan
lemak yang harus dipenuhi (David, 2000).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Trisna (2009) yang menunjukkan bahwa responden yang memiliki
orang tua dengan riwayat obesitas dapat mengalami obesitas sentral.
Selain itu, dalam penelitian Nisa (2013) diketahui bahwa riwayat
keluarga berhubungan dengan kejadian obesitas sentral yang dimana
responden lebih banyak yang memiliki riwayat obesitas yang mengalami
obesitas sentral.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa riwayat obesitas keluarga
mempengaruhi kejadian obesitas sentral. Berdasarkan hal tersebut, upaya
promotif dan preventif perlu dilakukan dengan cara posbindu bekerja
sama dengan pihak Puskesmas dalam memberikan penyuluhan atau
informasi mengenai gaya hidup sehat kepada responden terutama bagi
responden yang memiliki riwayat obesitas pada keluarga yang cenderung
lebih berisiko mengalami obesitas sentral.
74
6.5 Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kejadian Obesitas Sentral
pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Pendidikan merupakan tingkat pendidikan formal tertinggi yang
telah dicapai oleh seseorang. Pendidikan merupakan suatu proses belajar
yang kompleks, komprehensif dan berjangka panjang untuk memperoleh
pengetahuan dan kecakapan yang diperlukan dan dapat dimanfaatkan
dalam kehidupan (UPI, 2007).
Berdasarkan analisisis univariat diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki pendidikan terakhir yang tinggi (61,1%). Hasil dari
analisis bivariat antara pendidikan terakhir dan obesitas sentral diketahui
bahwa responden yang berpendidikan tinggi lebih banyak yang
mengalami obesitas sentral daripada responden yang memiliki
pendidikan rendah. Menurut Tilaki (2006) menunjukkan bahwa
prevalensi obesitas lebih tinggi pada seseorang yang berpendidikan
tinggi. Berdasarkan data Riskesdas (2007), obesitas di Indonesia
prevalensinya lebih tinggi pada tingkat Perguruan Tinggi (PT)
dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p.value sebesar 0,993
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pendidikan terakhir
dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sugianti (2009) bahwa tidak terdapat hubungan antara pendidikan
dengan obesitas sentral pada wanita dewasa.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, OR menunjukkan bahwa
responden yang berpendidikan terakhir rendah (< SMA) memiliki risiko
1 kali lebih besar dari responden yang berpendidikan tinggi (≥ SMA)
untuk mengalami obesitas sentral. Menurut Ross (2014) ada
kecenderungan pevalensi obesitas sentral menurun seiring dengan
meningkatnya tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan adalah salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi
75
makanan. Hal ini dapat terjadi karena pendidikan berhubungan dengan
kepercayaan dan tingkat pengetahuan (Yoon, 2004).
Pada penelitian ini berbanding terbalik dengan yang dikemukakan
oleh Ross (2014). Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan pada respoden
penelitian ini lebih banyak yang berpendidikan tinggi yang mengalami
obesitas sentral dibandingkan dengan responden yang berpendidikan
rendah. Diduga dalam penelitian ini, terdapat faktor lain yang
menyebabkan terjadinya obesitas sentral dimana pada penelitian ini
asupan dari sebagian besar responden berlebih baik energi, karbohidrat
dan lemak, sehingga berisiko untuk terjadinya obesitas sentral.
6.6 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Pengetahuan dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam
menerapkan pengetahuan gizinya dalam memilih maupun mengolah
bahan makanan sehingga kebutuhan gizi tercukupi (Khomsan, 2009).
Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang semakin memperhitungkan
jenis kualitas makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya dan
mengetahui permasalahan gizi terutama masalah obesitas sentral.
Berdasarkan hasil penelitian pada wanita usia 15-44 tahun di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta
Selatan tahun 2017 diketahui bahwa lebih banyak responden
berpengetahuan baik (51,6%). Hasil uji statistik antara variabel
pengetahuan dan obesitas sentral diperoleh p.value sebesar 0,277 yang
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan pengetahuan dengan
kejadian obesitas sentral. Hasil analisis bivariat antara pengetahuan dan
obesitas sentral diketahui bahwa sebagian besar responden yang
berpengetahuan baik mengalami obesitas sentral dibandingkan dengan
responden yang bepengetahuan kurang. Namun, berdasarkan hasil
analisis bivariat, nilai OR menunjukkan bahwa responden yang
berpengetahuan kurang memiliki risiko 0,6 kali lebih besar dari
responden yang berpengetahuan baik untuk mengalami obesitas sentral.
76
Pada penelitian ini pengetahuan responden cenderung baik,
seharusnya responden sudah mengetahui informasi mengenai obesitas
sentral sehingga dapat memilih sesuatu yang baik untuk konsumsi
makanannya dan menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari risiko
obesitas sentral. Menurut Kantachuvessiri (2005) menemukan bahwa
seseorang yang memliki pengetahuan baik mengenai obesitas sentral
belum tentu melakukan gaya hidup yang baik juga, baik itu pola makan
maupun aktivitas fisiknya. Dalam penelitian ini asupan energi,
karbohidrat dan lemak sebagian besar responden memiliki asupan yang
berlebih, sehingga seseorang dengan pengetahuan baik juga dapat
menyebabkan tingginya prevalensi obesitas sentral dikarenakan faktor
lainnya yang menyebabkan timbulnya obesitas sentral. Pada penelitian
Nurviati (2012) juga menunjukkan bahwa prevalensi obesitas sentral
lebih tinggi pada responden yang memiliki pengetahuan baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arundhana (2010) pada 264 dosen menemukan bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan dengan kejadian obesitas sentral. Hal ini
dikarenakan, pengetahuan yang baik maupun rendah sama-sama
memiliki potensi mengalami obesitas sentral. Selain itu, menurut
penelitian Mogre (2012) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan obesitas sentral.
6.7 Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Pada hasil analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar
responden merupakan ibu rumah tangga (55,8%). Berdasarkan hasil
analisis bivariat antara pekerjaan dengan obesitas sentral pada wanita
usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017 menujukkan bahwa responden yang
bekerja lebih tinggi mengalami obesitas sentral. Penelitian dari Sugianti
(2009) juga menunjukkan sebagian besar responden merupakan ibu
rumah tangga.
77
Hasil uji statistik antara variabel pekerjaan dan obesitas sentral
diperoleh p.value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa adanya
hubungan pekerjaan dengan kejadian obesitas sentral. Dari hasil tersebut
juga diperoleh nilai OR sebesar 0,128 (0,046 - 0,355) yang artinya
responden yang tidak bekerja memiliki risiko 0,1 kali lebih besar dari
responden yang bekerja untuk mengalami obesitas sentral.
Menurut Ross (2014), pekerjaan memiliki hubungan yang erat
dengan obesitas sentral. Seorang yang tidak bekerja cenderung untuk
kurang melakukan aktivitas fisiknya sehari-hari, sehingga penggunaan
energi yang dilakukan tidak seimbang dengan asupan yang dikonsumsi
setiap harinya. Maka, dapat terjadinya ketidakseimbangan energi yang
menyebakan penimbunan lemak yang mengakibatkan terjadinya obesitas
sentral. Hasil penelitian ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Ross
(2014) yang dimana prevalensi tertinggi yang mengalami obesitas sentral
adalah yang tidak memiliki pekerjaan. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugianti (2009) yang menyatakan
terdapat hubungan antara pekerjaan dengan obesitas sentral. Prevalensi
obesitas sentral pada penelitian tersebut tertinggi pada ibu rumah tangga.
Pekerjaan erat hubungannya dengan aktivitas fisik. (Sugianti, 2009).
6.8 Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Asupan energi sangat dibutuhkan tubuh seseorang untuk
mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan
aktivitas fisik. Energi dapat diperoleh dari asupan karbohidrat, lemak
dan protein yang terdapat dalam bahan makanan, sehingga kandungan
tersebut yang menentukan nilai dari energi dari suatu bahan makanan
yang dikonsumsi (Almatsier, 2009). Adapun sumber makanan yang kaya
akan sumber energi adalah makanan yang berasal dari asupan
karbohidrat, protein, dan lemak, seperti nasi, jagung, gula, tepung,
daging, ikan, telur, susu, minyak, santan dan kacang-kacangan
(Kemenkes, 2014).
78
Hasil penelitian ini mengambarkan bahwa sebagian besar wanita
usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017 memiliki asupan energi berlebih
(48,4%) dilihat berdasarkan angka kecukupan energi, yaitu untuk wanita
usia 15-18 tahun 2125 kkal, 19-29 tahun sebesai 2250 kkal dan untuk
wanita usia 30-44 tahun sebesar 2150 kkal (Kemenkes, 2014).
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel asupan energi
dengan kejadian obesitas sentral menunjukkan bahwa jumlah responden
yang mengalami obesitas sentral dan asupan energi lebih sebesar 80,4%.
Hasil uji statistik antara asupan energi dengan kejadian obesitas sentral
diperoleh nilai p.value 0,000 yang menunjukkan adanya hubungan antara
asupan energi dengan obesitas sentral. Selain itu juga diketahui nilai OR
menunjukkan bahwa responden dengan asupan energi berlebih memiliki
risiko 5 kali lebih besar dari responden yang memliki asupan energi
cukup untuk mengalami obesitas sentral.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikatakan oleh
Tchernof dan Depres (2013) bahwa seseorang yang mengkonsumsi
makanan dengan energi yang tinggi dapat meningkatkan lemak di dalam
tubuh. Jika asupan energi terus melebih dari waktu ke waktu maka dapat
menyebabkan penimbunan lemak yang berisiko terhadap terjadinya
obesitas sentral. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Trisna (2009) dan Nisa (2013) yang menyatakan bahwa adanya
hubungan bermakna antara asupan energi dan obesitas sentral. Selain itu,
Bowen (2015) juga mengatakan bahwa terdapat hubungan signifikan
antara asupan energi dengan obesitas sentral.
Pada penelitian ini diketahui bahwa rata-rata asupan energi sebesar
243,95 kkal. Maka, dianjurkan untuk mengurangi 2 centong nasi atau
setara 200 gram nasi per hari untuk menurunkan asupan energi. Hal ini
dikarenakan asupan energi merupakan akumulasi dari asupan
karbohidrat, protein dan lemak. Untuk itu, juga perlu membatasi asupan
karbohidrat, protein, dan lemak agar dapat menurunkan angka kejadian
79
obesitas sentral. Selain itu, juga diperlukan untuk selalu melakukan
aktivitas fisik secara teratur.
6.9 Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Kejadian Obesitas Sentral
pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Karbohidrat merupakan salah satu dari sumber energi yang
dibutuhkan bagi tubuh. Makanan yang tinggi karbohidrat paling banyak
didapatkan di dalam nasi, selain itu karbohidrat juga terdapat dalam
makanan yang manis. Hal ini dikarenakan, karbohidrat juga mengandung
gula yang berguna dalam proses metabolisme tubuh Tchernof dan
Depres (2013).
Hasil penelitian ini mengambarkan bahwa lebih banyak wanita usia
15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017 memiliki asupan karbohidrat
berlebih (53,7%) dari yang dianjurkan oleh angka kecukupan gizi.
Angka kecukupan gizi untuk karbohidrat untuk wanita usia 15-18 tahun
sebesar 292, 19-29 tahun sebesar 309 gr dan untuk usia 30-44 tahun
sebesar 323 gr (Kemenkes, 2014).
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel asupan
karbohidrat dengan kejadian obesitas sentral menunjukkan bahwa lebih
tinggi jumlah responden yang mengalami obesitas sentral dengan asupan
karbohidrat lebih dibandingkan dengan responden yang asupan
karbohidratnya cukup. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Trisna (2009) yang mengatakan bahwa sebagian besar responden
dengan asupan tinggi karbohidrat mengalami obesitas sentral.
Hasil uji statistik antara asupan energi dengan kejadian obesitas
sentral diperoleh nilai p.value 0,000 yang menunjukkan adanya
hubungan antara asupan karbohidrat dengan obesitas sentral. Selain itu
nilai OR menunjukkan bahwa responden dengan asupan karbohidrat
berlebih memiliki risiko 2 kali lebih besar dari responden yang memliki
asupan karbohidrat cukup untuk mengalami obesitas sentral.
80
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Tchernof dan Depres (2013) bahwa asupan karbohidrat yang
belebih mengakibatkan asupan energi seseorang juga meningkat,
sehingga dapat mengakibatkan risiko terjadinya obesitas sentral. Jika
jumlah karbohidrat yang dimakan melebih keperluan tubuh maka
glukosa tersebut akan diubah menjadi glikogen yang ditimbun di dalam
hati dan otot. Kapasitas pembentukan glikogen dapat dikatakan sehingga
apabila penimbunan glikogen telah mencapai batasnya maka kelebihan
karbohidrat akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam jaringan
lemak yang terus terakumulasi sehingga dapat menyebabkan obesitas
sentral.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Trisna (2009) bahwa asupan karbohidrat yang tinggi berhubungan
dengan terjadinya obesitas sentral pada wanita dewasa. Dalam penelitian
yang dilakukan Pujiati (2010) juga menyatakan bahwa terdapat
hubungan asupan karbhidrat dengan obesitas sentral. Menurut Ross
(2014) menyatakan bahwa konsumsi makanan atau minuman bergula
memiliki hubungan dengan kejadian obesitas sentral.
Adapun makanan yang mengandung tinggi karbohidrat, yaitu nasi,
roti, gula, kecap, susu, dan minuman manis lainnya. Pada pedoman gizi
seimbang menganjurkan bahwa perlu membatasi konsumsi gula per hari,
yaitu sebanyak 4 sendok makan per hari. Hal in dilakukan agar dapat
membantu dalam mengurangi tinggi asupan karbohidrat seseorang dan
tidak berdampak pada peningkatan berat badan (Kemenkes, 2014).
Pada hasil analisis juga diketahui bahwa rata-rata asupan
karbohidrat responden yang mengalami obesitas sebesar 325 gram.
Dalam tubuh seseorang, Karbohidrat memiliki fungsi utama sebagai
penyedia energi bagi tubuh. Tinggi asupan karbohidrat akan
meningkatkan asupan energi dan lemak karena karbohidrat akan diubah
menjadi lemak dan disimpan sebagai cadangan energi (Almatsier 2010).
Maka disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan yang
mengandung tinggi karbohidrat, seperti nasi, roti, kecap, susu, dan
81
minuman manis lainnya berupa penyuluhan, penyebaran leaflet, poster
dan media lainnya. Selain itu, perlu membatasi konsumsi gula maksimal
4 sendok makan per hari.
6.10 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena berfungsi
sebagai pembentukan jaringan lemak dan mengganti jaringan yang
rusak, serta membantu dalam proses pertumbuhan. Selain itu, jika tubuh
kekurangan zat energi fungsi dari protein sebagai zat yang
mengahasilkan energi. Asupan protein yang tinggi dapat menyebabkan
kegemukan dan obesitas dikarenakan penggunaan protein yang
berlebihan akan diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh.
(Almatsier, 2010). Dalam pedoman gizi seimbang dianjurkan untuk
mengkonsumsi protein hewani (ikan, daging, ayam, telur, keju, dll) dan
protein nabati (kacang-kacangan, tahu, tempe, dll) sebanyak 2-4 porsi
per hari (Kemenkes, 2014).
Hasil penelitian ini mengambarkan bahwa lebih banyak wanita
usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017 yang memiliki asupan protein yang
cukup (50,5%) dari yang dianjurkan oleh angka kecukupan gizi.
Menurut angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk protein pada
wanita usia 15 tahun sebesar 69 gr, 16-18 tahun sebesar 59 gr, 19-29
tahun sebesai 56 gr dan untuk usia 30-44 tahun sebesar 57 gr
(Kemenkes, 2014).
Berdasarkan hasil uji statistik antara asupan protein dengan
kejadian obesitas sentral diperoleh nilai p.value 0,176 yang
menunjukkan tidak adanya hubungan antara asupan protein dengan
obesitas sentral. Selain itu, nilai OR menunjukkan bahwa responden
dengan asupan protein berlebih memiliki risiko 0,5 kali lebih besar dari
responden yang memliki asupan protein cukup untuk mengalami
obesitas sentral.
82
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fridawanti (2016) yang menunjukkan bahwa p.value pada hasil uji
bivariat sebesar 0,084 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan
bermakna antara asupan protein dengan obesitas sentral dikarenakan
sedikitnya responden yang memiliki asupan protein yang lebih. Sama
halnya dengan penelitian yang dilakukan Lee (2010) yang juga
menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan protein
dengan lingkar pinggang.
Tidak adanya hubungan signifikan antara asupan protein dengan
obesitas sentral pada penelitian ini dikarenakan sebagian besar
responden memiliki asupan potein yang cukup, sehingga dalam
penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Tchernof dan Depres (2013) bahwa makanan yang tinggi protein dan
lemak biasanya memiliki kelezatan yang tinggi sehingga sering
dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Kelebihan protein akan dipecah
menjadi asam amino yang akan diubah menjadi glikogen atau disimpan
dalam bentuk lemak di dalam tumbuh, sehingga dapat memicu terjadinya
obesitas sentral.
6.11 Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Lemak merupakan salah satu sumber energi yang berfungsi sebagai
cadangan makanan. Akan tetapi, jika dikonsumsi secara berlebihan akan
menimbulkan masalah kesehatan bagi seseorang. Konsumsi makanan
berlemak dapat meningkatkan berat tubuh dan lingkar perut (Drapeau,
2004). Satu gram lemak menghasilkan 9 kkalori energi. Anjuran asupan
lemak adalah 20-30% dari energi total (Kemenkes, 2014).
Hasil penelitian ini mengambarkan bahwa lebih banyak wanita usia
15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017 memiliki asupan lemak berlebih
(53,7%) dari yang dianjurkan oleh angka kecukupan gizi. Tingginya
konsumsi asupan lemak secara signifikan berkaitan dengan peningkatan
83
lingkar pinggang yang dimana penggantian makanan berlemak
menghasilkan distribusi lemak di perut. Penumpukan pada lemak perut
dapat mengakibatkan obesitas sentral (Koh-Banerjee, 2003).
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel asupan lemak
dengan kejadian obesitas sentral menunjukkan bahwa jumlah responden
yang memiliki asupan lemak berlebih banyak yang mengalami obesitas
sentral (78,4%). Hasil uji statistik antara asupan lemak dengan kejadian
obesitas sentral diperoleh nilai p.value 0,001 yang menunjukkan adanya
hubungan signifikan antara asupan lemak dengan obesitas sentral. Selain
itu, nilai OR menunjukkan bahwa responden dengan asupan lemak
berlebih memiliki risiko 4 kali lebih besar dari responden yang memliki
asupan lemak cukup untuk mengalami obesitas sentral.
Pada hasil penelitian ini seseuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Tchernof dan Depres (2013), makanan tinggi lemak
memberikan efek stimulasi pada asupan energi karena rasa enak di mulut
ketika mengonsumsi makanan yang berlemak sehingga makanan
berlemak sering dikonsumsi oleh seseorang. Konsumsi makanan yang
tinggi lemak dengan apa yang dibutuhkan oleh tubuh dapat
menimbulkan penimbunan lemak dalam jaringan lemak pada perut
sehingga mengakibatkan terjadinya obesitas sentral. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisna (2009) bahwa
asupan lemak yang tinggi berhubungan secara signifikan dengan
terjadinya obesitas sentral pada wanita dewasa. Selain itu, dalam
penelitian Pujiati (2010) bahwa terdapat hubungan signifikan antara
lemak dan obesitas sentral.
Pada hasil analisis diketahui juga rata-rata asupan lemak pada
responden adalah 63 gram. Angka tersebut melebihi dari yang
dianjurkan angka kecukupan gizi untuk lemak pada wanita usia 15-18
tahun sebesar 71 gr, 19-29 tahun sebesar 75 gr dan untuk usia 30-44
tahun sebesar 60 gr. Oleh karena itu, peneliti menganjurkan untuk
mengurangi konsumsi minyak maksimal 5 sendok makan minyak per
hari.
84
Konsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak merupakan
salah satu faktor risiko dari obesitas sentral. Lemak menghasilkan 9
kkalori atau 2½ kali menghasilkan energi lebih besar daripada
karbohidrat dan protein per 1 gram. Asupan lemak yang berlebih
menyebabkan lemak disimpan dalam tubuh. Dalam tubuh, lemak
disimpan pada beberapa tempat, yaitu 50% lemak dalam jaringan bawah
kulit (subkutan), 45% disekeliling organ dalam rongga perut, dan 5% di
jaringan intramuskuler (Almatsier, 2010).
Adapun sumber makanan yang mengandung tinggi lemak, yaitu
asam lemak tak jenuh yang berasal dari pangan nabati, kecuali minyak
kelapa dan asam lemak jenuh yang berasal dari pangan hewani, seperti
daging, kuning telur, keju, dan lainnya. Maka, dianjurkan bagi seseorang
untuk mengkonsumsi minyak maksimal 5 sendok makan per hari
(Kemenkes, 2014).
Oleh karena itu, diperlukan upaya promotif dan preventif dengan
cara memberikan penyuluhan berisi makanan yang tinggi lemak, seperti
daging kuning telur, minyak dan lain-lain. Hal ini berkaitan dengan
meningkatnya asupan energi yang dapat memicu obesitas sentral. Selain
itu, juga perlu membatasi konsumsi makanan tinggi lemak dengan
mengkonsumsi mengkonsumsi minyak maksimal 5 sendok makan per
hari.
6.12 Hubungan Asupan Serat dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Hasil penelitian ini mengambarkan bahwa sebagian besar wanita
usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan tahun 2017 memiliki asupan serat yang kurang
(76,8%). Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel asupan serat
dengan kejadian obesitas sentral menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang mengalami obesitas sentral merupakan responden yang
memiliki asupan serat kurang.
85
Menurut Koh-Banerjee (2003), serat dapat mempengaruhi jaringan
adiposa perut yang sifatnya sulit untuk dicerna. Peningkatan konsumsi
sayuran dan buah-buahan dapat menurunkan asupan tinggi lemak dan
gula, sehingga dapat mengontrol berat badan seseorang. Selain itu,
menurut Fatmah (2010), serat merupakan karbohidrat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan disebut juga selulosa yang berfungsi untuk
memperlancar defekasi. Serat yang rendah dapat mengakibatkan
terjadinya obesitas. Hal ini dikarenakan tidak adanya serat dapat
meningkatkan penyerapan karbohidrat, lemak dan protein. Konsumsi
serat yang teratur dan berkesinambungan dapat menghindari seseorang
dari obesitas.
Hasil uji statistik antara asupan serat dengan kejadian obesitas
sentral diperoleh nilai p.value 0,000 yang menunjukkan adanya
hubungan signifikan antara asupan serat dengan obesitas sentral. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Koh-Banerjee (2003)
dan Fatmah (2010) pada uraian sebelumnya. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Drapeau (2004) yang menunjukkan bahwa konsumsi
sayuran dan buah yang cukup dapat menurunkan angka kejadian obesitas
sentral. Selain itu, nilai OR menunjukkan bahwa responden dengan
asupan serat kurang memiliki risiko 9 kali lebih besar dari responden
yang memliki asupan serat cukup untuk mengalami obesitas sentral.
Pada hasil analisis juga menunjukkan bahwa rata-rata asupan serat
pada responden, yaitu sebesar 16,7 gr. Hasil tersebut lebih rendah
daripada yang dianjurkan oleh angka kecukupan gizi untuk serat pada
wanita usia 15 tahun sebesar 30 gr, 19-29 tahun sebesar 32 gr dan untuk
usia 30-44 tahun sebesar 30 gr (Kemenkes, 2014). Maka, disarankan
untuk meningkatkan konsumsi serat 2 kali dari yang dianjurkan oleh
angka kecukupan gizi untuk serat dengan cara menambah konsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan 2-3 porsi per hari.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat, seperti sayuran
dan buah-buahan dapat menurunkan risiko obesitas sentral. Selain itu,
serat larut air dalam saluran pencernaan mengikat asam empedu (produk
86
akhir kolesterol) yang kemudian dikeluarkan bersama tinja (Burhan dkk,
2013). Berdasarkan hal tersebut, semakin tinggi konsumsi serat larut air,
maka semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh
tubuh.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya promotif dan preventif
diposbidu untuk meningkatkan asupan serat yang berasal dari sayur-
sayuran dan buah-buahan, sehingga dapat menurunkan risiko obesitas
sentral. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bekerja sama dengan pihak
Puskesmas berupa pemberian penyuluhan, penyebaran leaflet, poster dan
media lainnya.
6.13 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Sentral pada
Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Aktivitas fisik merupakan pergerakan yang dilakukan oleh
seseorang. Pada hasil analisis univariat dalam penelitian ini diketahui
bahwa responden di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017 sebagian besar memiliki
aktivitas fisik yang aktif (56,8%). Berdasarkan hasil bivariat antara
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral menunjukkan bahwa
responden yang memiliki aktivitas fisik aktif lebih tinggi (66,7%)
mengalami obesitas sentral dibandingkan dengan responden yang
memiliki aktivitas fisik kurang aktif. Pada uji statistik diperoleh nilai
p.value sebesar 0,293 yang artinya tidak terdapat hubungan antara
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral. Selain itu, nilai OR
menunjukkan bahwa responden dengan aktivitas fisik yang kurang aktif
memiliki risiko 0,6 kali lebih besar dari responden yang memiliki
aktivitas fisik yang aktif cukup untuk mengalami obesitas sentral.
Menurut Tchernof dan Depres (2013) yang mengatakan bahwa
aktivitas fisik yang tinggi memiliki manfaat dalam mencegah masalah
kesehatan seseorang, seperti penurunan penyakit jantung koroner,
kegemukan, obesitas dan hipertensi. Selain itu, aktivitas fisik dapat
mendorong penurunan yang cukup besar pada jaringan lemak, bahkan
87
tanpa adanya penurunan berat badan, hal ini dikarenakan aktivitas fisik
atau olahraga dapat meningkatkan masa jaringan bebas lemak.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Tchernof dan Depres (2013) pada uraiannya
sebelumnya, dikarenakan pada hasil penelitian ini lebih banyak
responden yang memiliki aktivitas fisik aktif yang mengalami obesitas
sentral. Hal ini diduga karena faktor penyebab lainnya yang
menyebabkan responden mengalami obesitas sentral, yaitu riwayat
obesitas pada orang tua yang dimana memberikan risiko kepada anaknya
untuk mengalami obesitas sentral.
Menurut Ross (2014) riwayat obesitas dapat menurunkan sifat
genetik dari orang tua ke anak sebesar 30-50% yang mempengaruhi
metabolisme baik secara faktor genetik secara langsung maupun tidak
langsung mengatur berat badan seseorang. Selain itu, sebagian besar
responden memiliki asupan gizi yang berlebih, baik asupan energi,
karbohidrat dan lemak yang dapat menimbulkan terjadinya obesitas
sentral.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh penelitian
Sugianti (2009) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara
aktivitas fisik dengan obesitas sentral. Hal ini dikarenakan responden
memiliki aktivitas fisik yang aktif yang lebih banyak mengalami obesitas
sentral. Selain itu, hasil penelitian Mina (2010) juga menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan
kejadian obesitas sentral. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nurviati (2012) yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral.
88
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang kejadian
obesitas sentral pada wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagian besar wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
mengalami obesitas sentral sebesar 61,2%.
2. Sebagian besar wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
memiliki umur yang berisiko mengalami obesitas sentral sebesar
72,6%.
3. Sebagian besar wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
memiliki riwayat obesitas pada keluarga sebesar 62,1%.
4. Sebagian besar wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
memiliki pendidikan yang tinggi sebesar 61,1%.
5. Sebagian besar wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
memiliki pengetahuan yang baik sebesar 51,6%.
6. Sebagian besar wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017 tidak
memiliki pekerjaan sebesar 65,3%.
7. Sebagian besar wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
memiliki asupan energi berlebih, yaitu sebesar 70,5%.
89
8. Sebagian besar wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
memiliki asupan karbohidrat berlebih, yaitu sebesar 53,7%.
9. Sebagian besar wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
memiliki asupan protein yang cukup, yaitu sebesar 50,5%.
10. Sebagian besar wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
memiliki asupan lemak berlebih, yaitu sebesar 53,7%.
11. Sebagian besar wanita usia 15-44 tahun di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2017
memiliki asupan serat yang kurang, yaitu sebesar 76,8%.
12. Faktor-faktor yang behubungan dengan kejadian obesitas sentral
adalah umur, riwayat obesitas pada keluarga, pekerjaan, asupan energi,
karbohidrat, lemak dan serat.
13. Faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian obesitas sentral
adalah pendidikan terakhir, pengetahuan, asupan protein dan aktivitas
fisik.
7.2 Saran
A. Bagi Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu
1. Memberikan penyuluhan mengenai masalah obesitas sentral pada
peserta posbindu mengenai obesitas sentral, baik penyebab,
dampak dan upaya pencegahannya berupa materi kesehatan seperti
gaya hidup sehat dengan olah raga teratur dan makanan apa yang
sebaiknya dibatasi.
2. Membantu memotivasi masyarakat untuk meningkatkan asupan
serat menjadi 2 kali dari rata-rata asupan yaitu 32 gram porsi per
hari dengan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang
kaya akan serat 2-3 porsi sehari.
90
3. Membantu memotivasi masyarakat untuk membatasi asupan energi
200 gram porsi per hari atau setara dengan mengurangi 2 centong
nasi.
4. Membantu memotivasi masyarakat untuk membatasi asupan lemak
tidak lebih dari 60 gram per hari dengan mengurangi konsumsi
minyak maksimal 5 sendok makan per hari.
5. Membantu memotivasi masyarakat untuk membatasi asupan
karbohidrat yang berasal dari gula maksimal 4 sendok makan
perhari.
B. Bagi Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
1. Memberikan bantuan kepada setiap posbindu dalam melakukan
upaya promotif seperti penyuluhan mengenai obesitas sentral, baik
penyebab, dampak dan upaya pencegahannya berupa materi
kesehatan seperti seperti gaya hidup sehat, makanan apa yang
sebaiknya dibatasi dengan berupa leaflet, poster atau media lainnya
yang dapat menunjang penyuluhan di posbindu.
2. Membantu posbindu untuk memberikan motivasi kepada
masyarakat untuk meningkatkan asupan serat menjadi 2 kali dari
rata-rata asupan yaitu 32 gram porsi per hari dengan
mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya akan
serat 2-3 porsi sehari.
3. Membantu posbindu untuk memberikan motivasi kepada
masyarakat untuk membatasi asupan energi 200 gram porsi per hari
atau setara dengan mengurangi 2 centong nasi.
4. Membantu posbindu untuk memberikan motivasi kepada
masyarakat untuk membatasi asupan lemak tidak lebih dari 60
gram per hari dengan mengurangi konsumsi minyak maksimal 5
sendok makan per hari.
5. Membantu posbindu untuk memberikan motivasi kepada
masyarakat untuk membatasi asupan karbohidrat yang berasal dari
gula maksimal 4 sendok makan perhari.
C. Bagi Peneliti Lain
91
1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengukur sebab akibat dan
faktor dominan dari hubungan antar variabel dengan obesitas
sentral.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan
dalam penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak
dan variabel yang lebih bervariasi.
92
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Arundhana, A. 2010. Hubungan Perilaku Gizi Seimbang Dengan Kejadian
Obesitas Pada Dosen Universitas Hasanuddin Makassar 2010. Jurnal
Universitas Hasanuddin Makassar
Bowen, Liza et al. 2015. Associations Between Diet, Physical Activity and Body
Fat Distribution: A Cross Sectional Study in an Indian Population. BMC
Public Health 15:281
Bray GA et al. 2004. Consumption of high-fructose corn Syrup in beverages may
play a role in the epidemic of obesity. Am J Clin Nutr 79: 537-543
Burhan, F. Z., Sirajuddin dan Indriasari, R. 2013. Pola Konsumsi terhadap
Kejadian Obesitas Sentral pada Pegawai Pemerintahan di Kantor Bupati
Kabupaten Jeneponto. Artikel Penelitian. Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar
Chang CJ et al. 2000. Relationships of age, menopause and central obesity on
cardiovascular disease risk factors in Chinese women. Int J Obes Relat
Metab Disord. 24: 1699-1704
David, J. 2000. Wellness Concepts and Applications, 3rd.ed. United States of
America: Hoffman Press
Dekkers JC et al. 2004. Development of general and central obesity from
childhood into early adulthood in African American and European
American males and females with a family history of cardiovascular
disease. Am J Clin Nutr. 79: 661-668Demerath EW et al. 2007.
Anatomical patterning of visceral adipose tissue: race, sex, and age
variation. Journal of Obesity 15:2984-2993
Demerath et al. 2007. Anatomical Patterning of Visceral Adipose Tissue: Race,
Sex, and Age Variation. Journal of Obesity 15: 2984-293.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta:
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia
Depatemen Kesehatan RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
93
Drapeau V et al. 2004. Modifications in food-group consumption are related to
long-term body-weight changes. Am J Clin Nutr 80: 29-37
Erem C et al. 2004. Prevalence of obesity and associated risk factors in a Turkish
population (Trabzon City, Turkey). Journal of Obesity 12: 1117–1127
Fahmida, U dan Drupadi HS Dillon. 2007. Handbook Nutritional Assessment.
Jakarta: SEAMEO-TROPMED RCCN UI
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga
Furry, Shelly Ayu Harlynda Hasvinta. 2016. Gambaran Pengetahuan Wanita
Usia Subur tentang Kontrasepsi Hormonal di Posyandu Melati II
Kelurahan Pamulang Barat. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Harikedua, Veri T dan Naomi M. Tando. 2012. Aktivitas Fisik dan Pola Makan
dengan Obesitas Sentral pada Tokoh Agama di Kota Manado. Gizido 4:1
Hastoni, SP. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan
Universitas Indonesia
Hosseinpanah, Farhad, et al. 2009. Trends of Obesity dan Abdominal Obesity in
Tehranian Adults: A Cohor Study. Journal of Biomedical Central Public
Health
Indra, Muhammad Rasjad. 2006. Dasar Genetik Obesitas Viseral. Jurnal
Kedokteran Brawijaya 22: 1
Jaime, Partricia Constante, dkk. 2006. Central Obesity and dietary intake in
HIV/AIDS patients. Rev Saude Publica, 40 (4):634-40
Janghorbani M et al. 2007. First nationwide survey of prevalence of overweight,
underweight, and abdominal obesity in Iranian adults. Journal of Obesity
15: 2797- 2808
Kantachuvessri et al. 2005. Factors Associated with Obesity among Workers in a
Metropolitan Waterworks Authority. Southeast Asian Journal of Tropical
Medicine and Public Health, 36 (4)
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi
Bangsa Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
94
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Khomsan, Ali, dkk. 2009. Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader
Posyandu serta Perbaikan Gizi Keluarga. Jurnal Gizi dan Pangan 4 (1):
33-41
Koh-Banerjee, Pauline et al. 2003. Prospective Study of the Association of
Changes in Dietary Intake, Physical activity, Alcohol Consumption, and
Smoking with 9-y Gain in Waist Circumference. American Journal Clinical
Nutrition. 78:719-727
Kokkinos, Peter. 2010. Physical Activity and Cardiovascular Disease Prevention.
Amerika Serikat: Jones and Bartlett Publishers
Ladabaum, Uri. 2014. Obesity, Abdominal Obesity, Physical Activity, and Caloric
Intake in U.S. Adults: 1988-2010. The American Journal of Medicine 127
(8): 717-727
Laitinen. J et al. 2004. Predictors of abdominal obesity among 31-y-old men and
women born in Northern Finland in 1966. European Journal of Clinical
Nutrition 58: 180-190
Lilitiyana, Aulia Dewi, dkk. Obesitas Sentral dan Kadar Kolesterol Darah Total.
2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat 9 (1): 37-43
Loong, Stephanie et al. 2013. Hubungan antara Asupan Zat Gizi Makro dengan
Obesita Sentral pada Wanita Usia Subur Peserta Jamkesmas di
Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil Manado. Jurnal e-Biomedik 1
(1): 607-613
Mogre, V et al. 2012. Impact of Physical Activity Levels and Diet on Central
Obesity among Civil Servanct in Tamale Metropolis. Jurnal of Medical
and Biomedical Sciences 1 (2): 1-9
Nisa, Khiyarotun. 2013. Faktor Dominan yang berhubungan dengan Obesitas
Sentral pada Kader Kesehatan di Wilayah UPT Puskesmas Kecamatan
Sawangan Kota Depok Tahun 2013. Skripsi. Universitas Indonesia
Nurviati, RF. 2012. Hubungan Karakterisktik Individu dan Gaya Hidup dengan
Indikator Obesitas Sentral (Lingkar Pinggang) pada Pegawai Kantor
95
Pusat PT Wijaya Karya, Jakarta Timur Tahun 2012. Depok: Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Pei, Leilei et al. 2015. Association of obesity with socioeconomic status among
adults of ages 18 to 80 years in rural Northwest China. BMC Public
Health 15:160-168
Pischon T et al. 2008. General and abdominal adiposity and risk of death in
Europe. N Engl J Med 359: 2105-2120.
Pujiati, Suci. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Penduduk
Dewasa Kota dan Kabupaten Indonesia Tahun 2007. Depok: Skripsi
Universitas Indonesia
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. 2015. Hasil Surveilans Posbindu PTM di
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Jakarta: Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Ross, A. Catharine et al. 2014. Modern Nutrition in Health and Disease 11th
Edition. London: Wolters Kluwer
Shen W et al. 2006. Waist Circumference Correlates with Metabolic Syndrome
Indicators Better than Percentage Fat. Obesity. 14:727-736
Siallagan, Damayanti. 2016. Pengaruh Asupan Zat Besi, Vitamin B12, Vitamin A
dan Vitamin C terhadap Kadar Hemoglobin pada Remaja Vegan di
Pusdiklat Buddhis Maitreyawira. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. Jakarta
Siswanto, dkk. 2014. Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu
Indonesia 2014. Jakarta: Kemenrian Kesehatan Republik Indonesia
Stern, Judith dan Alexandra Kazaks. 2009. Obesity. California: ABC-CLIO
Sugianti, Elya, dkk. 2009. Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Orang Dewasa di
DKI Jakarta: Analisis Lanjut Data Riskesdas 2007. Jurnal Persatuan Gizi
Indonesia 32(2): 105-116
Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan. 2016. Surveilans Obesitas Sentral
Berbasis Posbindu. Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Tchernof, A dan Despres JP. 2013. Pathophysiologyi of Human Visceral Obesity.
Physiol Rev 93
96
Tilaki, Hajian et al. 2006. Prevalence of Obesity, Central Obesityand the
Associated Factors in Urban Population aged 20-70 years, In the North of
Iran: A Population-based Study and Regression Approach. Obesity
Review 8:3-10
Trisna, Ida dan Sudihati Hamid. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Obesitas Sentral pada Wanita Dewasa (30-50 Tahun) di Kecamatan
Lubuk Sikaping Tahun 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat 3(2): 68-71
Universitas Pendidikan Indonesia. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian 1
Ilmu Pendidikan Teoretis. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama
Wang, Y et al. 2005. Comparison of Abdominal Adiposity and Overall Obesity in
Predicting Risk of Type 2 Diabetes among Men. Am J Clin Nutr. 81:555-
563.
Wildman, RP et al. 2005. Are waist circumference and body mass index
independently associated with cardiovascular disease risk in Chinese
adults?. Am J Clin Nutr. 82:1195–202.
Wiramihardja, Kunkun. 2004. Obesitas dan Penanggulangannya. Surakarta:
Granada
World Health Organization. 2006. Guidelines for Data Processing and Analysis of
The International Physical Activity Questionnaire (IPAQ): Short and Long
Forms. Switzerland: Geneva
World Health Organization. 2008. Waist Circumference And Waist-Hip Ratio:
Report of a World Health Organization Expert Consultation. Switzerland:
Geneva
World Health Organization. 2015. Obesity and Overweight. (online). Tersedia
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/ di akses pada 2
Oktober 2015 pukul 13.05 WIB
Yoon YS, et al. 2004. Socioeconomic Status in Relation to Obesity and
Abdominal Obesity in Korean Adults: A Focus on Sex Differences. Journal
of Obesity 14: 909-19
Zhang X et al. 2008. Abdominal Adiposity and Mortality in Chinese Women. Arch
Intern Med 167: 886-892.
97
LAMPIRAN
98
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
OBESITAS SENTRAL PADA WANITA USIA 15-44 TAHUN DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN PASAR
MINGGU JAKARTA SELATAN TAHUN 2017
A. IDENTITAS RESPONDEN
A1. Nama Responden
A2. Usia (ulang tahun terakhir)
A.3 Alamat Rumah
A4. No. Telp/HP
A5. Apakah ibu sedang hamil? 1. Ya 2. Tidak
A6. Apakah ibu sedang
melakukan diet 1. Ya 2. Tidak
A7. Apakah ibu seorang
vegetarian? 1. Ya 2. Tidak
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Saya Ayu Savitri, mahasiswi S1 angkatan tahun 2012 program studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitian
tentang obesitas sentral di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu Jakarta Selatan. Saya akan menanyakan kepada anda beberapa hal yang
berkaitan dengan obesitas sentral. Saya sangat mengharapkan anda menjawab
dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban anda akan saya jaga
kerahasiaannya. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa jawaban yang saya
berikan diisi secara jujur dan tanpa paksaan.
Tertanda
( )
99
B. LINGKAR PINGGANG (diisi oleh peneliti) KODING
(diisi oleh peneliti)
B1.
Berapa hasil pengukuran lingkar pinggang anda?
1. ≤ 80 cm
2. > 80 cm
[ ]
Tulis atau berilah tanda (X) pada jawaban yang Anda pilih.
C. RIWAYAT OBESITAS PADA KELUARGA
KODING
(diisi oleh
peneliti)
C1.
Apakah orang tua kandung memiliki kondisi tubuh gemuk, perut
buncit atau berat berat badan berlebih?
1. Ya
2. Tidak
[ ]
C2.
Berikut gambar bentuk tubuh seseorang, silahkan lingkari
bentuk tubuh yang sesuai dengan orang tua kandung anda.
[ ]
D. PENDIDIKAN
KODING
(diisi oleh
peneliti)
D1.
Apakah pendidikan terakhir anda?
1. < SMA
2. ≥ SMA
[ ]
E. PENGETAHUAN
KODING
(diisi oleh
peneliti)
E1.
Apa itu obesitas sentral?
1. Kegemukan yang terjadi di daerah pantat
2. Kegemukan yang terjadi di daerah perut
3. Kegemukan yang terjadi di daerah pinggul
4. Tidak tahu
[ ]
100
E2.
Apa sebutan lain dari obesitas sentral?
1. Kegemukan
2. Sangat gemuk
3. Perut buncit
4. Tidak tahu
[ ]
E3.
Berapa nilai batas maksimal lingkar pinggang yang sehat untuk
perempuan?
1. 75 cm
2. 80 cm
3. 85 cm
4. 90 cm
[ ]
E4.
Apa yang menyebabkan obesitas sentral?
1. Konsumsi sayuran
2. Konsumsi buah-buahan
3. Konsumsi lemak berlebih
4. Tidak tahu
[ ]
E5.
Apa akibat dari obesitas sentral?
1. Diabetes mellitus
2. Tekanan darah rendah
3. Gizi Buruk
4. Tidak tahu
[ ]
F. PEKERJAAN
KODING
(diisi oleh
peneliti)
F1.
Apakah pekerjaan anda saat ini?
1. Tidak bekerja
2. Bekerja
[ ]
G. AKTIVITAS FISIK KODING
(diisi oleh
peneliti)
G1. Apakah pekerjaan Anda termasuk dalam jenis aktivitas fisik
berat (seperti mengangkat dan mambawa barang-barang berat,
berlari, bersepeda, senam aerobik) yang dilakukan minimal
selama 10 menit?
1. Tidak (lanjut ke G)
2. Ya (lanjut ke G2)
[ ]
G2. Dalam seminggu, berapa hari Anda melakukan aktivitas fisik
berat tersebut?
Jumlah = ________ hari
G3. Berapa lama waktu yang Anda habiskan untuk melakukan
aktivitas fisik berat tersebut setiap harinya?
Waktu =________ jam : ________ menit
G4. Apakah pekerjaan Anda termasuk dalam jenis aktivitas fisik
sedang (seperti berjalan cepat atau mengangkat barang yang
ringan) yang dilakukan minimal selama 10 menit?
0. Tidak (lanjut ke G7)
1. Ya (lanjut ke G5)
[ ]
G5. Dalam seminggu, berapa hari Anda melakukan aktivitas fisik
101
sedang tersebut?
Jumlah = ________ hari
G6. Berapa lama waktu yang Anda habiskan untuk melakukan
aktivitas fisik sedang tersebut setiap harinya?
Waktu =________ jam : ________ menit
G7. Apakah Anda rutin berjalan kaki atau bersepeda saat pergi dari
satu tempat ke tempat dilakukan minimal selama 10 menit?
0. Tidak (lanjut ke G10)
1. Ya (lanjut ke G8)
[ ]
G8. Dalam seminggu, berapa hari Anda melakukan jalan atau
bersepeda tersebut?
Jumlah = ________ hari
G9. Berapa lama waktu yang Anda habiskan untuk melakukan jalan
atau bersepeda tersebut setiap harinya?
Waktu =________ jam : ________ menit
G10. Apakah Anda melakukan aktivitas waktu luang (seperti berlari,
bermain bulu tangkis atau olahraga lainnya)
0. Tidak (lanjut ke G13)
1. Ya (lanjut ke G11)
[ ]
G11. Dalam seminggu, berapa hari Anda melakukan aktivitas waktu
luang tersebut?
Jumlah = ________ hari
G12. Berapa lama waktu yang Anda habiskan untuk melakukan
aktivitas waktu luang tersebut?
Waktu =________ jam : ________ menit
G13. Apakah Anda melakukan perilaku sedentary (seperti duduk atau
bebaring) dalam seminggu sebelumnya yang dilakukan minimal
selama 10 menit?
1. Tidak
2. Ya (lanjut ke G14)
[ ]
G14. Dalam seminggu, berapa hari Anda untuk duduk/berbaring
seperti yang dijelaskan diatas?
Jumlah = ________ hari
G15. Berapa lama Anda duduk/berbaring dalam sehari ketika berada
di rumah di tempat kerja, menonton tv, atau membaca?
Waktu =________ jam : ________ menit
102
Lampiran 2
Formulir Metode Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire
Nama Makanan
Ber
at
(g)
Pors
i S
Frekuensi Porsi
Rata
-ra
ta
Ber
at
x/H
x/M
x/B
Tid
ak
Per
nah
K S B x/H
g/H
Sumber Zat Gizi
Makanan Pokok
Nasi putih 100 ¾ gls
Nasi merah 100 ¾ gls
Bihun 50 ½ gls
Mie basah 100 1 gls
Mie kering 50 1 gls
Roti putih 70 3 iris
Jagung 125 3 bh sdg
Singkong 120 1 ½ ptg
Kentang 105 1 bh sdg
Ubi
Lauk Pauk
Daging sapi 35 1 ptg sdg
Daging ayam 40 1 ptg sdg
Telur ayam 55 1 butir
Telur bebek 50 1 butir
Hati sapi 50 1 ptg sdg
Ikan kembung 30 1/3 ekor
Ikan mas 45 1/3 ekor
Ikan lele 40 1/3 ekor
Cumi-cumi 45 1 ekor
kecil
Udang segar 35 5 ekor
Ikan asin 15 1 ptg
kecil
Ikan teri kering 20 1 sdm
Ikan kering 20 ½ ekor
Kerang 90 ½ gls
103
Nama Makanan
Ber
at
(g)
Pors
i S
Frekuensi Porsi
Rata
-ra
ta
Ber
at
x/H
x/M
x/B
Tid
ak
Per
nah
K S B x/H
g/H
Sardencis 35 ½ ptg
Tempe 50 2 ptg sdg
Tahu 50 1 ptg sdg
Sayuran
Buncis 50 8 bh
Kacang panjang 50 3 bh
Bayam 50 13 btg
Kangkung 50 10 btg
Sawi putih 50 1 prg
Sawi hijau 100 7 lbr
Daun singkong 50 30 lbr
Katuk 100 1 ½ gls
Tauge 50 1 prg
Ketimun 100 1 bh sdg
Wortel 50 ½ bh sdg
Terong 50 ½ bh
Labu siam 100 1 ptg
Kol 50 18⁄ ptg sdg
Tomat 100 1 bh bsr
Kacang tanah 15 1 sdm
Kacang merah 10 1 sdm
Buah
Alpukat 50 ½ bh bsr
Apel merah 85 ½ bh kcl
Jeruk manis 50 1 bh sdg
Mangga 90 ¾ bh bsr
Nangka 50 3 bj
Nanas 85 ¼ bh sdg
Pepaya 100 1 ptg sdg
Semangka 90 1 ptg
Anggur 83 10 bh
Pir 85 ½ bh
Pisang ambon 50 1 bh sdg
104
Nama Makanan
Ber
at
(g)
Pors
i S
Frekuensi Porsi
Rata
-ra
ta
Ber
at
x/H
x/M
x/B
Tid
ak
Per
nah
K S B x/H
g/H
Salak 65 2 bh sdg
Sirsak 60 1 ptg sdg
Stroberi 55 1 bh bsr
Rambutan 75 8 bh
Belimbing 125 1 bh
Minyak/Lemak dan lain-lain
Minyak goreng 10 1 sdm
Mentega 15 1 sdm
Santan 50 ¼ gls
Garam 2 1 sdt
Gula 10 1 sdm
Kecap 343
mg
1 sdt
Minuman
Air putih 200 1 gls sdg
Susu 200 1 gls sdg
Teh 200 1 gls sdg
Kopi 150 1 cgkr
Soft drink 250 1 klg
105
Lampiran 3
Uji Validitas Kuesioner
Pertanyaan Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Riwayat obesitas pada keluarga
C1 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
C2 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
Pendidikan
D1 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
Pengetahuan
E1 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
E2 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
E3 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
E4 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
E5 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
Pekerjaan
F1 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
Aktivitas Fisik
G1 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G2 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G3 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G4 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G5 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G6 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G7 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G8 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
106
Pertanyaan Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
G9 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G10 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G11 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G12 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G13 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G14 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
G15 D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
Keterangan :
D = Tidak membutuhkan durasi waktu lama untuk menjawab
U = Meminta pengulangan pembacaan soal
107
Pertanyaan Responden
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Riwayat obesitas pada keluarga
C1 D D D D D D D D D D
C2 D D D D D D D D D D
Pendidikan
D1 D D D D D D D D D D
Pengetahuan
E1 D D D D D D D D D D
E2 D D D D D D D D D D
E3 D D D D D D D D D D
E4 D D D D D D D D D D
E5 D D D D D D D D D D
Pekerjaan
F1 D D D D D D D D D D
Aktivitas fisik
G1 D D D D D D D D D D
G2 D D D D D D D D D D
G3 D D D D D D D D D D
G4 D D D D D D D D D D
G5 D D D D D D D D D D
G6 D D D D D D D D D D
G7 D D D D D D D D D D
G8 D D D D D D D D D D
G9 D D D D D D D D D D
G10 D D D D D D D D D D
G11 D D D D D D D D D D
G12 D D D D D D D D D D
108
Pertanyaan Responden
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
G13 D D D D D D D D D D
G14 D D D D D D D D D D
G15 D D D D D D D D D D
Keterangan :
D = Tidak membutuhkan durasi waktu lama untuk menjawab
U = Meminta pengulangan pembacaan soal
109
Uji Reliabilitas Kuesioner
Skor rata-rata total.
ΣXt 188
X = = = 6,27
N 30
Menghitung varians total.
Σ X2 35344
s2 = - X2 = - ( 6,27 )2 = 1178,13 – 39,27 = 1138,86
N 30
Menghitung reliabilitas dengan KR20:
k Σpq
r KR20 = (1 - )
k – 1 s2
24 60,40
r KR20 = (1 - )
24– 1 1138,86
r KR20 = 1,04 (1 – 0,05) = 0.99
110
Lampiran 4
Output Analisis Data Software Komputer
1. Gambaran Obesitas Sentral
Statistics
Obesitas Sentral
N Valid 95
Missing 0
Obesitas Sentral
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 59 62.1 62.1 62.1
Tidak 36 37.9 37.9 100.0
Total 95 100.0 100.0
2. Gambaran Umur
Statistics
Umur
N Valid 95
Missing 0
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Berisiko 69 72.6 72.6 72.6
Tidak Berisiko 26 27.4 27.4 100.0
Total 95 100.0 100.0
111
3. Gambaran Riwayat Obesitas pada Keluarga
Statistics
Riwayat_Obesitas
N Valid 95
Missing 0
Riwayat_Obesitas
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada Riwayat 59 62.1 62.1 62.1
Tidak Ada
Riwayat 36 37.9 37.9 100.0
Total 95 100.0 100.0
4. Gambaran Pendidkan Terakhir
Statistics
Pendidikan_Terakhir
N Valid 95
Missing 0
Pendidikan_Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah 37 38.9 38.9 38.9
Tinggi 58 61.1 61.1 100.0
Total 95 100.0 100.0
112
5. Gambaran Pengetahuan
Statistics
Pengetahuan
N Valid 95
Missing 0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang 46 48.4 48.4 48.4
Baik 49 51.6 51.6 100.0
Total 95 100.0 100.0
6. Gambaran Pekerjaan
Statistics
Pekerjaan
N Valid 95
Missing 0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Bekerja 53 55.8 55.8 55.8
Bekerja 42 44.2 44.2 100.0
Total 95 100.0 100.0
7. Gambaran Asupan Energi
Statistics
Asupan_Energi
N Valid 95
Missing 0
113
Asupan Energi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lebih 46 48.4 48.4 48.4
Cukup 49 51.6 51.6 100.0
Total 95 100.0 100.0
8. Gambaran Asupan Karbohidrat
Statistics
Asupan_Karbohidrat
N Valid 95
Missing 0
Asupan Karbohidrat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lebih 51 53.7 53.7 53.7
Cukup 44 46.3 46.3 100.0
Total 95 100.0 100.0
9. Gambaran Asupan Lemak
Statistics
Asupan_Lemak
N Valid 95
Missing 0
Asupan_Lemak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lebih 51 53.7 53.7 53.7
Cukup 44 46.3 46.3 100.0
Total 95 100.0 100.0
114
10. Gambaran Asupan Protein
Statistics
Asupan_Protein
N Valid 95
Missing 0
Asupan_Protein
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lebih 47 49.5 49.5 49.5
Cukup 48 50.5 50.5 100.0
Total 95 100.0 100.0
11. Gambaran Asupan Serat
Statistics
Asupan_Serat
N Valid 95
Missing 0
Asupan_Serat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang 73 76.8 76.8 76.8
Cukup 22 23.2 23.2 100.0
Total 95 100.0 100.0
12. Gambaran Aktivitas Fisik
Statistics
Aktivitas_Fisik
N Valid 95
Missing 0
115
Aktivitas_Fisik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang Aktif 41 43.2 43.2 43.2
Aktif 54 56.8 56.8 100.0
Total 95 100.0 100.0
13. Hubungan Umur dengan Obesitas Sentral
Umur * Obesitas_Sentral Crosstabulation
Obesitas_Sentral
Total Ya Tidak
Umur Berisiko Count 52 17 69
% within Umur 75.4% 24.6% 100.0%
Tidak Berisiko Count 7 19 26
% within Umur 26.9% 73.1% 100.0%
Total Count 59 36 95
% within Umur 62.1% 37.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 18.827a 1 .000
Continuity Correctionb 16.825 1 .000
Likelihood Ratio 18.736 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.85.
b. Computed only for a 2x2 table
116
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Umur
(Berisiko / Tidak Berisiko) 8.303 2.979 23.142
For cohort Obesitas_Sentral
= Ya 2.799 1.465 5.348
For cohort Obesitas_Sentral
= Tidak .337 .210 .542
N of Valid Cases 95
14. Hubungan Riwayat Obesitas pada Keluarga dengan Obesitas Sentral
Riwayat_Obesitas * Obesitas_Sentral Crosstabulation
Obesitas_Sentral
Total Ya Tidak
Riwayat_Obesitas Ada Riwayat Count 32 27 59
% within
Riwayat_Obesitas 54.2% 45.8% 100.0%
Tidak Ada Riwayat Count 27 9 36
% within
Riwayat_Obesitas 75.0% 25.0% 100.0%
Total Count 59 36 95
% within
Riwayat_Obesitas 62.1% 37.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.095a 1 .043
Continuity Correctionb 3.261 1 .071
Likelihood Ratio 4.219 1 .040
Fisher's Exact Test .052 .034
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.64.
b. Computed only for a 2x2 table
117
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Riwayat_Obesitas (Ada
Riwayat / Tidak Ada
Riwayat)
.395 .159 .983
For cohort Obesitas_Sentral
= Ya .723 .535 .977
For cohort Obesitas_Sentral
= Tidak 1.831 .975 3.438
N of Valid Cases 95
15. Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Obesitas Sentral
Pendidikan_Terakhir * Obesitas_Sentral Crosstabulation
Obesitas_Sentral
Total Ya Tidak
Pendidikan_Terakhir Rendah Count 23 14 37
% within
Pendidikan_Terakhir 62.2% 37.8% 100.0%
Tinggi Count 36 22 58
% within
Pendidikan_Terakhir 62.1% 37.9% 100.0%
Total Count 59 36 95
% within
Pendidikan_Terakhir 62.1% 37.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 .993
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 .993
Fisher's Exact Test 1.000 .584
N of Valid Casesb 95
118
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.02.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Pendidikan_Terakhir
(Rendah / Tinggi)
1.004 .429 2.349
For cohort Obesitas_Sentral
= Ya 1.002 .726 1.382
For cohort Obesitas_Sentral
= Tidak .998 .588 1.692
N of Valid Cases 95
16. Hubungan Pengetahuan dengan Obesitas Sentral
Pengetahuan * Obesitas_Sentral Crosstabulation
Obesitas_Sentral
Total Ya Tidak
Pengetahuan Kurang Count 26 20 46
% within Pengetahuan 56.5% 43.5% 100.0%
Baik Count 33 16 49
% within Pengetahuan 67.3% 32.7% 100.0%
Total Count 59 36 95
% within Pengetahuan 62.1% 37.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.181a 1 .277
Continuity Correctionb .766 1 .381
Likelihood Ratio 1.183 1 .277
Fisher's Exact Test .298 .191
N of Valid Casesb 95
119
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.43.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pengetahuan
(Kurang / Baik) .630 .274 1.452
For cohort Obesitas_Sentral
= Ya .839 .610 1.155
For cohort Obesitas_Sentral
= Tidak 1.332 .792 2.239
N of Valid Cases 95
17. Hubungan Pekerjaan dengan Obesitas Sentral
Pekerjaan * Obesitas_Sentral Crosstabulation
Obesitas_Sentral
Total Ya Tidak
Pekerjaan Tidak Bekerja Count 23 30 53
% within Pekerjaan 43.4% 56.6% 100.0%
Bekerja Count 36 6 42
% within Pekerjaan 85.7% 14.3% 100.0%
Total Count 59 36 95
% within Pekerjaan 62.1% 37.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 17.830a 1 .000
Continuity Correctionb 16.077 1 .000
Likelihood Ratio 19.078 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.92.
b. Computed only for a 2x2 table
120
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pekerjaan
(Tidak Bekerja / Bekerja) .128 .046 .355
For cohort Obesitas_Sentral
= Ya .506 .363 .705
For cohort Obesitas_Sentral
= Tidak 3.962 1.821 8.621
N of Valid Cases 95
18. Hubungan Asupan Energi dengan Obesitas Sentral
Asupan_Energi * Obesitas_Sentral Crosstabulation
Obesitas_Sentral
Total Ya Tidak
Asupan_Energi Lebih Count 37 9 46
% within Asupan_Energi 80.4% 19.6% 100.0%
Cukup Count 22 27 49
% within Asupan_Energi 44.9% 55.1% 100.0%
Total Count 59 36 95
% within Asupan_Energi 62.1% 37.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 12.732a 1 .000
Continuity Correctionb 11.266 1 .001
Likelihood Ratio 13.179 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.43.
b. Computed only for a 2x2 table
121
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Asupan_Energi (Lebih /
Cukup)
5.045 2.009 12.668
For cohort Obesitas_Sentral
= Ya 1.792 1.273 2.520
For cohort Obesitas_Sentral
= Tidak .355 .188 .672
N of Valid Cases 95
19. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Obesitas Sentral
Asupan_Karbohidrat * Riwayat_Obesitas Crosstabulation
Riwayat_Obesitas
Total
Ada Riwayat
Tidak Ada
Riwayat
Asupan_Karbohidrat Lebih Count 37 14 51
% within Asupan_Karbohidrat 72.5% 27.5% 100.0%
Cukup Count 22 22 44
% within Asupan_Karbohidrat 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 59 36 95
% within Asupan_Karbohidrat 62.1% 37.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.103a 1 .024
Continuity Correctionb 4.190 1 .041
Likelihood Ratio 5.132 1 .023
Fisher's Exact Test .034 .020
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.67.
122
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.103a 1 .024
Continuity Correctionb 4.190 1 .041
Likelihood Ratio 5.132 1 .023
Fisher's Exact Test .034 .020
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Asupan_Karbohidrat (Lebih /
Cukup)
2.643 1.126 6.201
For cohort Riwayat_Obesitas
= Ada Riwayat 1.451 1.032 2.039
For cohort Riwayat_Obesitas
= Tidak Ada Riwayat .549 .321 .938
N of Valid Cases 95
20. Hubungan Asupan Lemak dengan Obesitas Sentral
Asupan_Lemak * Obesitas_Sentral Crosstabulation
Obesitas_Sentral
Total
Ya Tidak
Asupan_Lemak Lebih Count 40 11 51
% within Asupan_Lemak 78.4% 21.6% 100.0%
Cukup Count 19 25 44
% within Asupan_Lemak 43.2% 56.8% 100.0%
Total Count 59 36 95
% within Asupan_Lemak 62.1% 37.9% 100.0%
Chi-Square Tests
123
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 12.471a 1 .000
Continuity Correctionb 11.018 1 .001
Likelihood Ratio 12.715 1 .000
Fisher's Exact Test
.001 .000
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Asupan_Lemak (Lebih /
Cukup)
4.785 1.955 11.710
For cohort Obesitas_Sentral
= Ya 1.816 1.257 2.625
For cohort Obesitas_Sentral
= Tidak .380 .212 .680
N of Valid Cases 95
21. Hubungan Asupan Protein dengan Obesitas Sentral
Asupan_Protein * Obesitas_Sentral Crosstabulation
Obesitas_Sentral
Total Ya Tidak
Asupan_Protein Lebih Count 26 21 47
% within Asupan_Protein 55.3% 44.7% 100.0%
Cukup Count 34 14 48
% within Asupan_Protein 70.8% 29.2% 100.0%
Total Count 60 35 95
% within Asupan_Protein 63.2% 36.8% 100.0%
Chi-Square Tests
124
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.456a 1 .117
Continuity Correctionb 1.835 1 .176
Likelihood Ratio 2.469 1 .116
Fisher's Exact Test .140 .088
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.32.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Asupan_Protein (Lebih /
Cukup)
.510 .218 1.190
For cohort Obesitas_Sentral
= Ya .781 .570 1.070
For cohort Obesitas_Sentral
= Tidak 1.532 .889 2.638
N of Valid Cases 95
22. Hubungan Asupan Serat dengan Obesitas Sentral
Asupan_Serat * Obesitas_Sentral Crosstabulation
Obesitas_Sentral
Total Ya Tidak
Asupan_Serat Kurang Count 54 19 73
% within Asupan_Serat 74.0% 26.0% 100.0%
Cukup Count 5 17 22
% within Asupan_Serat 22.7% 77.3% 100.0%
Total Count 59 36 95
% within Asupan_Serat 62.1% 37.9% 100.0%
Chi-Square Tests
125
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 18.864a 1 .000
Continuity Correctionb 16.749 1 .000
Likelihood Ratio 18.783 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.34.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Asupan_Serat (Kurang /
Cukup)
9.663 3.134 29.790
For cohort Obesitas_Sentral
= Ya 3.255 1.488 7.118
For cohort Obesitas_Sentral
= Tidak .337 .215 .527
N of Valid Cases 95
23. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas Sentral
Aktivitas_Fisik * Obesitas_Sentral Crosstabulation
Obesitas_Sentral
Total Ya Tidak
Aktivitas_Fisik Kurang Aktif Count 23 18 41
% within Aktivitas_Fisik 56.1% 43.9% 100.0%
Aktif Count 36 18 54
% within Aktivitas_Fisik 66.7% 33.3% 100.0%
Total Count 59 36 95
% within Aktivitas_Fisik 62.1% 37.9% 100.0%
Chi-Square Tests
126
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.106a 1 .293
Continuity Correctionb .703 1 .402
Likelihood Ratio 1.104 1 .293
Fisher's Exact Test .393 .201
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.54.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Aktivitas_Fisik (Kurang Aktif /
Aktif)
.639 .277 1.475
For cohort Obesitas_Sentral
= Ya .841 .605 1.170
For cohort Obesitas_Sentral
= Tidak 1.317 .789 2.197
N of Valid Cases 95