Upload
doliem
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT
MAAL PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
(BAZNAS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Hafiz Kamil
11140530000035
KOSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2018 M
v
ABSTRAK
Hafiz Kamil. NIM 11140530000035. Evaluasi Program
Layanan Jemput Zakat Maal pada Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS). Jurusan Manajemen Dakwah. Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dibawah bimbingan Dr. Ahmadih Rojalih Jawab
Lc. MA.
Pelayanan merupakan suatu hal yang penting dalam
menilai baik atau buruknya sebuah lembaga dan badan terkhusus
yang bergerak di bidang sosial seperti zakat, pelayanan menjadi
ujung tombak karena mewakili wajah suatu lembaga atau badan
zakat kepada muzakki. Oleh karena itu BAZNAS membuat
program layanan jemput zakat maal yang bertujuan untuk
melayani muzakki yang ingin menunaikan zakat mall dibalik
kesibukannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan program jemput zakat maal BAZNAS dalam
melayani muzakki yang ingin menunaikan zakat mallnyah serta
menilai bagaimana evaluasi program yang berjalan mulai dari
input, proses dan outpunya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif,
yang menggambarkan secara sistematis mengenai apa yang
terjadi dilapngan dan kemudian dianalisis kembali untuk
mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian. Penelitian ini
dilakukan di BAZNAS disalah satunya programnya yaitu
program layanan jemput zakat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa program
layanan jemput zakat maal berperang pening dalam melayani
muzakki baik itu individu ataupun perusahaan yang ingin
menunaikan zakat mall-nya. Peran itu terlihat dalam melakukan
penjemputan zakat yang selalu meningkat dan jumlah pendapatan
zakat yang selalu meningkat setiap tahunnya. Selain itu dari segi
evaluasi, program ini mempunyai kesesuaian dalam beberapa hal
yaitu proses pelaksanaan program dan keberlansungan program
serta keuangan program, dan memiliki ketidaksesuaian yaitu
sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada.
Kata kunci : Pelayanan, Program layanan jemput zakat mall,
evaluasi
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah segala Puji Syukur Kehadirat Allah SWT,
yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul
“Evaluasi Program Layanan Jemput Zakat Maal Pada
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)”. Yang disusun untuk
memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Strata 1 (S1) di
jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selama masa penelitian, penyusunan, penulisan dan
sampai masa penyelesaian skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Dukungan datang diantaranya dari civitas akademika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, keluarga, teman-teman, maupun berbagai
pihak lainnya yang telah banyak berjasa dan mendukung penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Arief
Subhan MA. Wakil Dekan I, Bapak Suparto, M.Ed,
Ph.d. Wakil Dekan II Ibu Dr. Roudhonah, MA. Wakil
Dekan III Bapak Dr. Suhaimi, M.Si. Terima kasih atas
segela pelayanan yang diberikan kepada kami.
vii
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. Cecep
Castrawijaya, MA. Dan Bapak Drs. Sugiharto, MA.
Terima kasih atas segala pelayanan dan
bimbingannya.
3. Pembimbing skripsi penulis Bapak Dr. Ahmadih
Rojalih Jawab Lc, MA. yang telah membimbing,
mengarahkan, dan menyemangati penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Kominikiasi Syarif Hidayatullah Jakarta khusunya
dosen Jurusan Manajemen Dakwah yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti dan
bermanfaat bagi penulis.
5. Kepada staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Tim penguji sidang skripsi pada tanggal 03 Oktober
2018.
7. Kepada kedua orang tua tercinta Bapak Sudin dan Ibu
Siti Rohmah, terimakasih atas segala doa, kasih
sayang, nasehat, dukungan, motivasi, perhatian, dan
bantuan yang telah dicurahkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Penulis percaya
bahwa penulis bisa sampai pada titik ini itu karena
ridha dan doa dari Bapak dan Mamah. Semoga Allah
viii
selalu memberikan kesehatan, panjang umur serta
rezeki yang halal dan berkah.
8. Kepada kakakku tercinta Liyana Rahmawati dan
Adikku tercinta Deva Amelia dan Ahmad Alfiansyah
terimakasih untuk support, kasih sayang, doa, dan
sebagai pelecut semangat agar penulis cepat
menyelsaikan tugas akhir skripsi ini
9. Kepada Fikrotul Jadidah yang selalu sabar menemani
dan mendukung serta memotivasi penulis selama
dalam proses penyelesaian tugas akhir skripsi ini.
10. Kepada sahabatku seluruh Alumni Darmata angkatan
II, Keluarga besar Kharisma dan Pemuda Rt. 003 yang
selalu memberi semangat dan motivasi dalam
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
11. Teman-teman Manajemen Dakwah angkatan 2014,
khususnya sahabat-sahabatku tercinta Relawan
Tercyduk dan teman-teman seperjuangan kelas B serta
teman- teman konstrasi Manajemen ZISWAF yang
telah sama-sama berjuang dan saling memberikan
motivasi serta semangat dalam menyelesaikan studi
demi meraih cita-cita.
12. Teman- teman IKADA dan keluarga besar Pon-pes
Daarul Amanah. Terkhusus kepada Bapak K.H.
Asmuni Al-Khaitami dan Ummi Aam Amanah yang
telah mendidik serta mengajari banyak penulis tentang
arti sebuah kehidupan dan yang telah memotivasi serta
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
13. Keluarga besar BAZNAS yang telah bersedia menjadi
objek penelitian penulis, serta banyak memberikan
informasi dan arahan hingga selesainya penulisan
skripsi ini.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan semuanya satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan pihak-
pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua
pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, 26 September 2018
Hafiz Kamil
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
D. Metode Penelitian 9
E. Tinjauan Pustaka 14
F. Sistematika Penulisan 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program 18
1. Pengertian Evaluasi 18
2. Pengertian Program 21
3. Pengertian Evaluasi Program 23
4. Model-model Evaluasi Program 25
5. Tujuan dan Manfaat Evaluasi 30
B. Zakat Menurut Hukum Islam 35
1. Pengertian Zakat 35
2. Dasar Hukum Zakat 38
xi
3. Syarat Wajib Zakat 42
4. Syarat Harta yang Wajib Dizakati 44
5. Macam-macam Zakat 47
6. Golongan yang Berhak
Mendapatkan Zakat 56
BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS
A. Sejarah Berdirinya BAZNAS 62
B. Tugas Dan Fungsi BAZNAS 63
C. Visi Dan Misi BAZNAS 66
D. Pencapaian dan Penghargaan Yang
Telah Dicapai Oleh BAZNAS 67
E. Struktur Pengurus Baznas 69
F. Program-Program Baznas 71
BAB IV PELAYANAN DAN EVALUASI PROGRAM
LAYANAN JEMPUT ZAKAT MAAL DI
BAZNAS
A. Pelaksanaan Program Layanan Jemput
Zakat 81
B. Evaluasi Program Layanan Jemput
Zakat Baznas 86
C. Evaluation Output 105
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 115
B. Saran 116
DAFTAR PUSTAKA 117
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yusuf Al-Qhardawi adalah seorang ulama
kontemporer dari Mesir pernah berkata: Zakat merupakan
potensi ekonomi umat yang kita anggurkan1. Oleh karna
itu, dengan pemanfaatan zakat secara efektif menjadi
salah satu upaya untuk memberdayakan dalam
meningkatkan kesejahteraan taraf hidup masyarakat
miskin. Indonesia, khususnya, Penduduk Indonesia
menurut perkiraan BPS tahun 2015 sebesar 255,5 juta
jiwa dan di tahun 2035 akan mencapai 305,4 juta jiwa.
Asumsi jumlah muslim Indonesia 83% dari populasi maka
potensi wajib zakat tahun 2015 sebanyak 212 juta jiwa
dan di tahun 2035 mencapai 253 juta jiwa. Harga beras
rata-rata tahun 2015 sebesar Rp. 9.500 per Kg, maka
potensi zakat fitrah berupa beras 2,5 Kg saja yang wajib
per kepala sebesar Rp. 5 triliun lebih, Bisa dibayangkan
berapa besar jumlah penghasilan dari zakat dalam setiap
tahunnya2.
Potensi zakat yang sangat besar ini dapat menjadi
sumber dana masyarakat dan pemerintah selain pajak
1 Syekh Qhardawi Muhammad yusuf. Konsensi Islma dalam
Mengentaskan kemiskinan, Terj. Umar Fanany, (Surabaya: PT. Bina Ilmu),
h.105 2 http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=5493&catid=2, diakses
pada tanggal 19 februari 2018
2
untuk menggerakan perekonomian, menghapuskan
kesenjangan sosial dan mampu menghapuskan
kemiskinan dan peminta-minta. Pengelolaan zakat yang
terintegrasi, tersistem dan terpadu akan menjadikan tujuan
zakat tepat sasaran dan membawa Indonesia sejahtera dan
menjadi negeri yang diberkahi Allah.
Pada Konferensi Zakat Internasional atau World
Zakat Forum (WZF) sebagai forum pertemuan bersama
zakat tingkat dunia terungkap hasil penelitian Habib
Ahmad dari IRTI-IDB tahun 2010 dengan perkiraan
proporsi zakat atas PDB setiap negara, diperkirakan
potensi zakat dunia dalam setahun adalah Rp 600 triliun,
jumlah yang demikian besar itu memiliki potensi zakat
yang sangat besar dalam mengembangkan ekonomi umat.
Jika diasumsikan setiap muslim mendapat bantuan dana
pemberdayaan zakat sebesar 3000 USD per orang maka
kemiskinan dapat diatasi dan 3.
Beberapa lembaga amil zakat di Indonesia, seperti
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Indonesia
Magnificence of Zakat (IMZ), Dompet Dhuafa (DD)
Republika, Rumah Zakat Indonesia (RZI), Forum Zakat
(FOZ), LAZIS NU, LAZIS MUHAMMADIYAH dan
lainnya, mencatat bahwa di Indonesia potensi zakat yang
ada, baik perorangan maupun perusahaan, diperkirakan
mencapai Rp 20-30 triliun per tahun. Jumlah ini, bila
benar-benar bisa direalisasikan, niscaya akan membuat
3 Data WZF di Yogyakarta pada 29 September - 1 November 2010.
3
angka kemiskinan di Indonesia yang mencapai 35 juta
jiwa akan segera teratasi4.
Namun, Realisasi pengumpulan zakat, infak dan
sedekah yang diperoleh BAZNAS dalam laporan tahun
2015 sebesar Rp. 98.473,1 juta atau naik 18,72%
dibandingkan 2014 hanya sebesar Rp. 82.947,4 juta.
Sementara lembaga amil zakat Dompet Duafa menurut
laporan kinerja sampai Oktober 2014 mampu
mengumpulkan dana sebesar Rp.195.747,7 juta sedangkan
LAZIS NU dari data laporan 2013 hanya sebesar Rp.
7.400 juta, masih teramat jauh dari perkiraan lembaga-
lembaga zakat di Indonesia.
Sayangnya, kendati potensi zakat begitu besar,
hingga saat ini dana zakat yang berhasil dihimpun oleh
sejumlah lembaga pengelola zakat (LPZ) masih sedikit.
Padahal, lembaga amil zakat terus tumbuh setiap tahun
demi membantu memberdayakan masyarakat dari
kemiskinan.
Padahal, Menurut laporan Indonesia Zakat &
Development Revport (IZDR) 2009, potensi zakat yang
bisa dioptimalkan sangat besar. Untuk zakat perusahaan,
potensi zakat yang bisa dihimpun dari lima Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), seperti Pertamina, Telkom,
Antam, Timah, dan Semen Gresik, pada tahun 2006
mencapai Rp 1,15 triliun. Kemudian, tahun 2007
4 http://republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/16/10/18/of8t8a313-
ini-potensi-zakat-indonesia di akses pada tanggal 19 Februari 2018
4
meningkat menjadi Rp 2,5 triliun. Ini baru dari lima
BUMN, bagaimana dengan perusahaan BUMN yang
lainnya, serta perusahaan swasta-swasta yang lainnya
yang tentu saja jumlahnya lebih banyak dari perusahaan
pemerintah.
Belum adanya aturan pemungutan zakat menjadi
salah satu penyebab mekanisme pengelolaan dan
pendistribusian zakat kurang efektif sehingga belum
mampu untuk ikut memberikan solusi terhadap masalah
sosial dan kemiskinan secara signifikan. Ulama dan
pemerintah harus benar-benar serius mengakomodasi
mayoritas penduduknya untuk menjalankan syariat
agamanya. Zakat merupakan bagian dari rukun Islam dan
diwajibkan bagi muslim yang telah memenuhi syarat, agar
bisa membersihkan diri dan hartanya untuk mendapatkan
keridhoan Allah.
Adanya perbedaan angka yang cukup besar antara
perkiraan realisasi, potensi dan asumsi menyiratkan
adanya tabir penutup permasalahan pengelolaan zakat.
Data tersebut hanya sebagian kecil yang dapat diungkap.
Sementara dalam prakteknya, zakat - terutama jenis zakat
fitrah - sebagian besar telah disalurkan muzakki secara
langsung kepada yang berhak menerima (mustahik) atau
ke masjid, musholla di sekitar tempat tinggalnya.
Dalam hal ini, Pemerintah menyerahkan
pengelolaan zakat mal dan fitrah kepada BAZNAS,
Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Lembaga Amil Zakat,
5
Infaq Sedekah (LAZIS) yang dibentuk oleh masyarakat.
Undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat dan PP No.14 tahun 2014 sebagai
aturan pelaksaannya hanya mengatur pengelolaan zakat.
Sebagaimana tugasnya yang sudah tertera diatas,
untuk menjalankan itu semua, Pengurus Pusat Badan
Zakat Nasional (BAZNAS) periode 2015-2020
menjadikan Hari Kebangkitan Nasional sebagai
momentum untuk menginspirasi kebangkitan zakat.
Potensi zakat Indonesia sangat besar karena jumlah
muzakki (wajib zakat) besar. Ulama dan pemerintah
belum memberikan perhatian serius terhadap zakat
sebagai salah satu sumber dana dalam membangun
negara.
Melihat dari fenomena yang ada bahwasanya
masih banyak masyarakat yang lebih senang menyalurkan
zakatnya langsung kepada masjid, panti asuhan,orang
yang tidak mampu di sekitarnya dan sebagainnya,
sehingga penyalurakan zakat ke lembaga seperti baznas
masih kurang dari target yang diingikan. Baznas sebagai
lembaga zakat tertinggi di negara ini tentu saja menjadi
kiblat untuk lembaga-lembaga zakat lainnya. Baik dalam
hal program-programnya, penghimpunan maupun
penyalurannya.
6
BAZNAS yang pada tahun ini menargetkan bisa
menghimpun zakat sebesar 6 trliun5, oleh karena itu,
untuk mewujudkan hal tersebut BAZNAS kini tengah
berinovasi untuk memperbaiki kemudahan berzakat,
dengan berbagai macam program yang di tawarkan salah
satunya yaitu program jemput zakat6. Program BAZNAS
yang baru ini, diproyeksikan untuk para muzakki yang
ingin menyalurkan zakatnya tanpa harus repot-repot
datang ke kantor BAZNAS, dibalik kesibukan para
Muzakki (orang yang membayar zakat) dalam menjalani
aktitivitas kehidupan sehari-hari tanpa harus
mengorbankan waktunya dan memberi akses kemudahan
dengan cara membayar zakat di rumah atau tempat kerja
dan petugas zakat akan menjemputnya, dengan adanya
program jemput zakat ini BAZNAS berharap para
Muzakki bisa menyalurkan zakatnya ke baznas agar zakat
yang diberikan bisa lebih dimanfaatkan untuk orang-orang
yang membutuhkan dan bisa lebih tepat sasaran,. Selain
itu pula agar tidak ada lagi alasan dari para muzakki untuk
sulit menyalurkan zakatnya dengan berbagai alasan.
Karena untuk membayar zakat bisa hanya dengan
menelpon kantor BAZNAS dan petugas akan segera
menjemputnya.
5 Bambang Sudibyo, selaku ketua umum BAZNAS artikel
http://nasional.kontan.co.id/news/biar-optimal-baznas-siap-layani-jemput zakat
di akses pada tanggal 19 februari 2018 6.Tentang program jemput zakat BAZNAS, artikel diakses pada
tanggal 19 Februari 2018 dari http://nasional.kontan.co.id/news/biar-optimal-
baznas-siap-layani-jemput-zakat
7
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik
untuk membuat penelitian dalam bentuk skripsi yang
berjudul “EVALUASI PROGRAM LAYANAN
JEMPUT ZAKAT MAAL PADA LEMBAGA AMIL
ZAKAT NASIONAL (BAZNAS).” Penulis ingin
menggali lebih dalam tentang program Layanan jemput
zakat di Baznas.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Evaluasi merupakan proses untuk menyediakan
informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu
telah dicapai dan jika di teliti pembahasannya akan
sangat meluas. Maka dari itu, penulis akan membatasinya
pada indikator-indikator sebagai berikut :
a. Evaluasi yang di lakukan penulis hanya sebatas
menilai bagaimana pelaksaaan program layanan
jemput zakat Baznas.
b. Evaluasi hanya sebatas bagaimana proses dan
pelayanan program jemput zakat Baznas
c. Evalusi tidak di lakukan pada program-program
baznas yang lainnya.
d. Evaluasi yang di lakukan penulis di batasi pada
penilaian penulis mengenai program layanan jemput
zakat Baznas
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan, maka penulis merumuskan beberapa
8
pokok permasalahan yang akan menjadi pembahasan
dalam skripsi ini. Adapun pokok permasalahan
tersebut yaitu :
a. Bagaimana pelaksanaan program layanan jemput
zakat di BAZNAS?
b. Bagaimana evaluasi terhadap program layanan jemput
zakat di BAZNAS ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan masalah-masalah yang
telah penulis jelaskan diatas, maka sekiranya ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai,yaitu:
Untuk mengetahui bagaimanakah evaluasi
yang di lakukan oleh BAZNAS terhadap salah satu
programnya yaitu jemput zakat, dan untuk mengetahui
prosedur dan layanan yang di berikan pihak BAZNAS
kepada Muzakki dari program layanan jemput zakat.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian akan lebih bermanfaat apabila
mempunyai data yang akurat dan dapat menambah
wawasan pembaca, oleh karena itu, penulis
merumuskan manfaat penelitian sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini digunakan untuk sumber data
dan informasi yang dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah
sebagai bahan menambah ilmu
9
pengetahuan di bidang ilmu
Agama/Dakwah Islam khususnya Zakat,
Infaq dan Sodaqoh.
2) Sebagai suatu wacana akademik di bidang
Zakat yang sekiranya perlu ditindaklanjuti
melalui pengembangan lebih mendalam
agar dapat diaplikasikan pada lembaga-
lembaga zakat.
3) Sebagai acuan untuk pembelajaran dan
pembuatan karya ilmiah khususnya yang
berkaitan dengan Manajemen Dakwah
Konsentrasi Zakat, Infaq, Sodaqoh dan
wakaf.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sebuah bahan rujukan, informasi dan
evaluasi, serta menjadi bahan kritik ataupun saran
agar bisa lebih terarah dalam pelaksaan dan
pengembangan lembaga-lembaga amil Zakat
melalui program layanan jemput zakat BAZNAS.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metodologi adalah suatu sarana pokok
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh
karena suatu penelitian bertujuan untuk mengungkap
10
kebenaran secara sistematis, metodologis dan
konsisten dengan mengadakan analisis7.
Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan
untuk mencari, mencatat, merumuskan dan
menganalisis suatu hal sampai menyusun laporannya8.
Dengan demikian Metode yang di gunakan penulis
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, yang dimaksud dengan metode deskriptif
kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang serta perilaku yang dapat diambil
(didokumentasikan). Penelitian ini diarahkan pada
latar dari individu tersebut secara seutuhnhya9.
2. Subyek dan Obyek Penelitian
Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian
ini adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Sedangkan yang menjadi obyeknya adalah program
layanan jemput zakat.
3. Sumber data
Sumber data mempunyai dua jenis yaitu :
a. Data Primer ialah data yang diperoleh seara
langsung dari obyek peneliti perorangan,
7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,
Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 1. 8 Cholid Narbuko, H Abu Ahmad, Metodologi Penelitian, (Jakarta :
Bumi Angkasa, 2002), h. 2. 9 M.Subhana Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung : CV. Pustaka
Setia, 2001), Cet.Ke-1 .h.26
11
kelompok dan organisasi10
. Dalam hal ini data
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
informasi dari pihak BAZNAS.
b. Data Sekunder ialah data yang diperoleh dalam
bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi
dan informasi yang dikeluarkan di berbagai
organisasi atau perusahaan, termasuk majalah,
jurnal yang membahas mengenai pasar modal,
perbankan dan keuangan11
. Dalam hal ini sekunder
yang diperoleh adalah catatan-catatan, dokumen-
dokumen yang berkaitan,brosur dan sumber-
sumber lain yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data merupakan salah
satu hal yang penting dalam penelitian, dengan
demikian penulis akan menggunakan teknik sebagai
berikut :
a. Observasi atau Pengamatan
Observasi adalah suatu kegiatan
pengumpulan data yng dilakukan melalui
pengaatan dan mencatat fenomena yang muncul
10
Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan
Komunikasi, (jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 29 11
Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan
Komunikasi, (jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 30
12
dan mempertimbangkan hubungan antara aspek
dalam fenomena tersebut.12
Dalam hal ini ada dua model yang sudah
biasa dilakukan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Pertama Observasi secara langsung
dan ikut terlibat dalam peristiwa yang sedang
dijadikan obyek observasi. Kedua , observasi non
pastisipan, yakni peneliti berda diluar obyek atau
peran yang sedang diidentifikasi, bisa dari jarak
dekat atau jarak jauh.
Pada penelitian ini penulis melakukan
observasi kepada obyek yang terkait yaitu, Badan
Amil Zakat nasional (BAZNAS) pada program
layanan jemput zakat.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses pencarian data
dengan cara tanya jawab secara langsung dan tatap
muka antara penanya dengan responden.13
Pada teknik penulisan ini penulis akan
melakukan wawancara dengan kepala divisi
bagian layanan Muzakki Baznas, kepala bagian
layanan muzakki, seluruh staff layanan muzakki,
12
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian
Psikologi, (Jakarta: Lembaga Pengembangan sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983), h. 62. 13
Adang Rukhiyat, dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta:
Dinas Olahraga dan Pemuda,2003), hal.51, cet 3
13
para staff program layanan jemput zakat dan
seluruh pihak yang terlibat dengan program ini.
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumn
yang berarti segala sesuatu materi dalam bentuk
tertulis yang dibuat oleh manusia. Dokumen yang
di maksud adalah segala catatan baik berupa
catatan dalam ketas maupun elektronik.14
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan,
membaca, memperoleh dan mempeajari berbagai
macam bentuk data seperti: majalah-majalah,
buletin-buletin Baznas dan artikel, serta segala
sesuatu macam bentuk dokumen-dokumen yang
ada di kantor BAZNAS, dan data-data lain di
perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa
untuk hasil dalam penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu proses
mengorganisasikan dan mengurutkan kedalam
pola, kategori dan suatu uraian dasar kemudian
dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan
yang ada. Hal ini disesuaikan dengan metode yang
digunakan dalam peneliian ini adalah analisisis
deskriftif.15
14
Sarosa Samiaji, Penelitian Kualitatif (dasar-dasar), h.61 15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. ke-9, h.11.
14
Informasi dan keterangan yang ditemukan
dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan
metode deksriptif analisis yaitu, suatu teknik
analisis data dimana penulis terlebih dahulu
memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil
temuan lalu dibuat pengkategorisasian untuk
kemudian dianalisis sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian untuk selanjutnya
disajikan dalam bentuk Bab II dan Bab IV.
6. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan ini penulis
berpedoman dan mengacu pada buku “ Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang
diterbitkan oleh UIN Syarif hidayatullah Jakarta.
Yang diterbitkan oleh CEQDA, April 2007, Cet.
Ke-2.
E. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak
hal yang harus diperhatikan dan menjadi suatu
perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis
melakukan kajian kepustakaan , penulis banyak
menemukan skripsi yang berjudul zakat yang telah dibuat
oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi dan
obyek penelitiaanya maka penulis akan menguraikan
beberapa-beberapa skripsi tersebut, sebagai berikut :
1. Skripsi yang ditulis oleh Yulia Damini mahasiswa
Manajemen dakwah 2013, “ Evaluasi Terhadap
15
Program Layanan Menuju Mandiri Pada Lembaga
Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al- Azhar Peduli
Ummat”. Pada skripsi tersebut memiliki kesamaan
pada titik perhatian yaitu evaluasi program , akan
tetapi obyek penelitianya berbeda, yang menjadi
obyek penulis adalah BAZNAS, sedangkan Yulia
Damini (LAZNAS) Al-Azhar Peduli Ummat.
2. Skripsi yang di tulis oleh Syaipudin Elman mahasiswa
jurusan Muamalat Konsentrasi Manajemen Zakat dan
Wakaf yang berjudul “Strategi Penyaluran Dana Zakat
Baznas Melalui Program Pemberdayaan Ekonomi”.
Skripsi ini memiliki kesamaan pada obyek penelitiaan
yaitu BAZNAS, akan tetapi mempunyai perbedaan
dalam hal bidang dan subyek yang dikaji, penulis
membahas tentang program layanan jemput zakat ,
akan tetapi skripsi ini membahas tentang program
pemberdayaan ekonomi.
3. Skripsi yang ditulis Maya Indah Jumanten mahasiswa
jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang berjudul
“Evaluasi Program Generasi Dhua’afa di Lembaga
Rumah Gemilang Indonesia”. Pada Skripsi ini
terdapat kesamaan pada titik perhatian yang di teliti
yaitu evaluasi program, namun mempunyai perbedaan
pada obyek yang diteliti, penulis menggunakan
Baznas sedangkan skripsi ini mengunakan Al-Azhar
Peduli Ummat sebagai obyeknya.
16
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami pengertian-
pengertian dan mempelajari penulisan penelitian skripsi.
Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis menjadi 5
bab. Adapun rician pembahasannya sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini penulis menguraikan beberapa hal
yang berkaitan dengan penelitian, pada bagian
awal diuraikan latar belakang masalah,
pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian dan
diakhiri dengan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Membahas tentang defenisi-defenisi judul
penelitian baik ditinjau dari etimologi maupun
terminologi yang bersandar dari kepustakaan
yang rajin. Dimulai dari pengertian evaluasi
dan evaluasi program, jenis-jenis evaluasi
program, model evaluasi, tujuan evaluasi
program dan proses evaluasi program.
Bab III Gambaran Umum Lembaga
Pada bab ini penulis akan memaparkan
mengenai gambaran umum BAZNAS, agar
memudahkan dan mengenalkan semua pihak
mengenai lembaga yang penulis teliti, meliputi
profil lembaga dan gambaran umum mengenai
program layanan jemput zakat Baznas.
17
Bab IV Analisis Hasil Penelitian
Pada bab ini diharapkan bisa memberikan
jawaban seputar masalah-masalah dan tujuan
pembuatan skripsi ini, mengenai pelaksanaan
layanan jemput zakat dan evaluasi program
jemput zakat.
Bab V Penutup
Pada bab ini merupakan akhir dari skripsi ,
dimana penulis akan menarik kesimpulan dari
semua penelitian yang ditemukan, sesuai
dengan kenyataan yang ada dengan
pembandingan inikator-indikatornya. Dan
tidak pula ketinggalan saran-saran dari penulis
akan dituangkan pula pada bab ini.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi
Secara harfiyah kata evaluasi berasal dari
bahasa inggris evaluation dalam bahasa arab ; al-
taqdir; dalam bahasa indonesia berarti ; penilaian.
Akar katanya adalah value; dalam bahasa arab; al –
qimah; dalam bahasa indonesia berarti; nilai.1
Menurut pengertian istilah evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan. Evaluasi mengandung
pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.
Sedangkan pengertian evaluasi secara garis
besarnya, masing-masing para ahli mendefenisikan
nya dengan berbeda-berbeda seperti pendapat
beberapa para ahli di bawah ini:2
a. Edwin wandt dan Gerald W. Brown
mengemukakan : istilah evaluasi menunjukkan
pada suatu pengertian, yaitu suatu tindakan
1 Sudaryono. Dasar dasar Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: PT
Graha Ilmu 2012) cetakan ke-1 h. 35 2 Sudaryono. Dasar dasar Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: PT
Graha Ilmu 2012) cetakan ke-1 h. 38
19
atau proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu.
b. Ten Brink dan Terry D mengemukakan:
evaluasi adalah proses mengumpulkan
informasi dan menggunakannya sebagai bahan
untuk pertimbangan dalam membuat
keputusan.
c. Suharsimi Arikunto mengemukakan: evaluasi
adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga
tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu
tersebut, juga termasuk mencari informasi
yang bermanfaat dalam menilai keberadaan
suatu program, produksi, prosedur, serta
alternatif strategi yang diajukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
d. Zainul dan Nasution menyatakan bahwa
evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar, baik yang menggunakan
instrumen tes maupun non tes.3
e. Sukardi berpendapat bahwa evaluasi juga
merupakan proses memahami, memberi arti,
mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu
3 http://arihdyacaesar.wordpress.com/2012/01/13/pengertian-evaluasi-
dan-evaluasi-pendidikan/di akses pada tanggal 6 April 2018
20
informasi bagi keperluan pengambil
keputusan.4
Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat
di ambil kesimpulan bahwasannyaa evaluasi ialah:
proses memahami atau memberi arti, mendapatkan
dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi
petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan. Secara
rinci dapat disampaikan.
1. Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data
seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang
bersangkutan dengan kebutuhan program yang
akan dievaluasi.
2. Dalam rangka pengembangan sistem
instruksional, evaluasi merupakan suatu
kegiatan untuk menilai seberapa jauh program
telah telah berjalan seperti yang telah
direncanakan.
3. Evaluasi sebagai suatu alat untuk menentukan
apakah tujuan suatu program telah dicapai dan
apakah proses dalam pengembangan suatu
perencanaan berada dijalan yang diharapkan.
Pada dasarnya, ada beberapa kesamaan tentang
pengertian evaluasi dari para ahli yang telah
dijelaskan diatas Dengan demikian, evaluasi adalah
suatu proses yang sistematis (mengumpulkan,
4 Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h.1
21
menganalisis mencari serta menyajikan) dan
berkelanjutan untuk menetukan kualitas (nilai dan
arti) sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu dalam rangka pembuatan keputusan
(Decission Maker).5
2. Pengertian Program
Kata “Program” berasal dari bahasa inggris
“Programme” atau program yang berarti acara atau
rencana.6 Program menurut kamus besar bahasa
indonesia (KBBI) adalah: rancangan mengenai asas
serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian,
dan sebagainya) yang akan dijalankan7. Menurut
pengertian secara umum, “program” dapat diartikan
sebagai rencana atau rancangan kegiatan yang akan
dilakukan setelah lulus.
Selain pengertian diatas, berikut ini ada
beberapa pendapat para ahli tentang defenisi program
sebagai berikut:
a. Menurut Sunarto program adalah sekumpulan
instruksi yang diwujudkan dalam bentuk
bahasa, kode skema, ataupun bentuk lain, yang
apabila digabungkan dengan media yang dapat
dibaca dengan komputer akan mampu membuat
5 Arifin Zainal,Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik dan Prosedur
.( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013) cetakan ke-5 hal.5 6 Echols john dan sadiri hasan, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Februari 2003), cetakan XXV, h. 450 7 https://kbbi.web.id/program di akses pada tanggal 7 April 2018
22
komputer bekerja untuk melakukan fungsi-
fungsi khusus, termasuk persiapan dalam
merancang instruksi-instruksi tersebut.
b. Menurut Suharsimi Arikunto Program adalah
sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.8
c. Menurut Sukrisno Program merupakan kata,
ekspresi, atau pernyataan yang disusun dan
dirangkai menjadi satu kesatuan prosedur, yang
berupa urutan langkah, untuk menyelesaikan
masalah yang diimplementasikan dengan
menggunakan bahasa pemrograman sehingga
bisa dieksesuksi oleh komputer.
Dengan demikian pengertian program yang
telah di jelaskan oleh para ahli di atas, dapat di
simpulkan bahwasanya program sebagai cara yang
disahkan untuk mencapai tujuan dimana melalui hal
tersebut bentuk rencana akan lebih terorganisir dan
lebih mudah untuk dioperasionalkan demi
tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam
progrma tersebut telah dimuat berbagai aspek yang
harus dijalankan atau dilaksanakan agar tujuan
program itu sendiri dapat tercapai.
8 Arikunto Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta:
Bina aksara, Agustus 1988), h.3
23
3. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh gambaran tentang keadaan suatu obyek
yang dilakukan secara terencana, sistematik dengan
arah dan tujuan yang jelas.9 Dengan demikian
evaluasi program dilakukan sebagai upaya untuk
mengumpulkan, menyusun, mengolah dan
menganalisis fakta, data dan informasi untuk
mengumpulkan harga nilai evaluasi yang merupakan
bagian terpenting dalam setiap kegiatan ataupun
program, sehingga tidak ada satu kegiatan pun yang
dapat terlaksana dengan baik tanpa evaluasi.
Selanjutnya ada beberapa definisi tentang
evaluasi program yang dikemukakan oleh para ahli
sebagai berikut:
a. Menurut Nanang, evaluasi program adalah
pembuatan pertimbangan menurut perangkat
kriteria yang disepakati dan dapat di
pertanggung jawabkan.10
b. Menurut Rutman, evaluasi program adalah
penerapan metode-metode ilmiah untuk
9 Subari Musa, Evaluasi Program Pembelajaran dan Pemberdayaan
Masyarakat (Bandung: Y-Pin Indonesia, 2005), h 8 10
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006), h. 107
24
mengukur implementasi dari hasil program
untuk mengambil keputusan.11
c. Isaac dan William menyatakan bahwa evaluasi
program menyandarkan dan mewujudkan tiga
rangkaian tahapan yaitu:12
1. Tujuan, nyatakan secara jelas dan spesifik
masing-masing tujuan satu term yang bisa
diukur dan diamati.
2. Sarana, rencanakan sebagai strategi dan
aktivitas yang akan dilaksanakan untuk
mencapai masing-masing tujuan.
3. Ukuran, pilih dan kembangkan ukuran-
ukuran yang dengan itu masing-masing
tujuan akan ditentukan.
Dari berbagai pendapat dan pengertian evaluasi
program yang telah dijelaskan di atas, dapat
disintesiskan bahwa evaluasi program adalah suatu
upaya untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah
dan menganalisis fakta, data dan informasi untuk
menyimpulkan harga, nilai, prestasi, kegunaan,
manfaat mengenai suatu program, kantor, sekolah,
organisasi atau lembaga dan lain-lain untuk dibuat
kesimpulan sebagai landasan pemgambilan keputusan
11
Leonard Rutman, Evaluasi Research Methodology (New Delhi:
Publishing India PUT. Ltd, 2 ed, 1984), h. 122 12
Suparman M. Atwi dan Zulhairi Aminudin, Pendidikan Jarak Jauh
Teori Dan Praktek (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), h. 122
25
tentang program tersebut, apakah dilanjutkan, direvisi
atau di hentikan.
4. Model-model Evaluasi Program
Kata model berarti pola dan rencana, model
evaluasi merupakan penjabaran teori evaluasi dalam
praktik melaksanakan evaluasi. Suatu model evaluasi
mengemukakan pengertian mengenai evaluasi dan
proses begaimana melaksanakannya.13
Model evaluasi adalah suatu model desain
evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar
evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan
pembuatnya atau tahap pembuatannya.14
Dalam
melakukan sebuah evaluasi, perlu dipertimbangkan
model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi
merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli
atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini
dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga
atau instansi yang ingin mengetahui apakah program
yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang
diharapkan.
1. Model Evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh
Stufflebeam & Shinkfield (1985) adalah
sebuah pendekatan evaluasi yang berorientasi
pada pengambil keputusan untuk memberikan
13
Wirawan, Evaluasi (teori, model, standar, aplikasi dan profesi), h
79-78 14
Tayipnapis Farida. Evaluasi Program. ( Jakarta : Rineka Cipta,
2008), hal 13
26
bantuan kepada administrator atau leader
pengambil keputusan. Stufflebeam
mengemukakan bahwa hasil evaluasi akan
memberikan alternatif pemecahan masalah
bagi para pengambil keputusan. Model
evaluasi CIPP ini terdiri dari 4 komponen yang
diuraikan sebagai berikut:
a. Evaluasi konteks
Evaluasi konteks mencakup analisis
masalah yang berkaitan dengan lingkungan
program atau kondisi obyektif yang akan
dilaksanakan. Berisi tentang analisis
kekuatan dan kelemahan obyek tertentu.15
Evaluasi konteks adalah upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan
kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi
dan sampel yang dilayani, dan tujuan
proyek16
.
b. Evaluasi Input
Tahap kedua dari model CIPP adalah
evaluasi input, atau evaluasi masukan.
Evaluasi masukan membantu mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber
15
Eko Putro Widoyoko. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan
Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2009), h.15 16
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin. Evaluasi Program
Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009) cetakan ke-3, h.2
27
yang ada, alternative apa yang diambil, apa
rencana dan strategi untuk mencapai
tujuan, dan bagaimana prosedur kerja
untuk mencapainya17
. Komponen evaluasi
masukan meliputi: 1) Sumber daya
manusia, 2) Sarana dan peralatan
pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4)
Berbagai prosedur dan aturan yang
diperlukan.
c. Evaluasi Proses
Evaluasi proses digunakan untuk
menditeksi atau memprediksi rancangan
prosedur atau rancangan implementasi
selama tahap implementasi, menyediakan
informasi untuk keputusan program dan
sebagai rekaman atau arsip prosedur yang
telah terjadi. Evaluasi proses meliputi
koleksi data penilaian yang telah
ditentukan dan diterapkan dalam praktik
pelaksanaan program. Pada dasarnya
evaluasi proses untuk mengetahui sampai
sejauh mana rencana telah diterapkan dan
komponen apa yang perlu diperbaiki.
17
Eko Putro Widoyoko. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan
Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2009), h. 8
28
d. Evaluasi produk/ hasil
Evaluasi produk merupakan penilaian yang
dilakukan guna untuk melihat
ketercapaian/ keberhasilan suatu program
dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Pada tahap
evaluasi inilah seorang evaluator dapat
menentukan atau memberikan rekomendasi
kepada evaluan apakah suatu program
dapat dilanjutkan, dikembangkan
/modifikasi, atau bahkan dihentikan.
model evaluasi CIPP lebih komprehensif
diantara model evaluasi lainnya, karena objek
evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga
mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil18
.
Selain kelebihan tersebut, di satu sisi model evaluasi
ini juga memiliki keterbatasan.
2. Model Evaluasi Formatif dan sumatif
Menurut Scriven, tanggung jawab utama
dari para penilai adalah membuat keputusan.
Akan tetapi harus mengikuti peran dari
penilaian yang bervariasi. Scriven mencatat
sekarang setidaknya ada 2 peran penting :
18
Eko Putro Widoyoko. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan
Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2009), h. 9
29
Formatif, untuk membantu dalam
mengembangkan kurikulum, dan Sumatif, yakni
untuk menilai manfaat program yang telah
mereka kembangkan dan gunakan.
Evaluasi formatif memberikan umpan
balik secara terus menerus untuk membantu
pengembangan program, dan memberikan
perhatian yang banyak terhadap pertanyaan-
pertanyaan seputar isi validitas. Secara
keseluruhan evaluasi formatif adalah evaluasi
dari dalam yang menyajikan untuk perbaikan
atau meningkatkan hasil yang dikembangkan.
Evaluasi formatif memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengukur pelaksanaan program
secara periodik.
b. Untuk mengukur apakah
klien/partisipan bergerak kearah tujuan
yang direncanakan.
c. Untuk mengukur apakah sumber-
sumber telah digunakan sesuai dengan
rencana. Dalam melaksanakan program
dipergunakan sumber-sumber aktivitas
seperti anggaran, tenaga dan peralatan
merupakan material maka dari itu perlu
30
adanya evaluasi agar tidak
mempengaruhi program selanjutnya.19
Evaluasi sumatif mengemukakan atau
mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti
apakah produk tersebut lebih efektif dan
kompetitif. Evaluasi sumatif dilakukan untuk m
enentukan bagaimana akhir dari program
tersebut bermanfaat dan juga keefektifan
program tersebut.
Model evaluasi yang diungkapkan
scriven, bahwa evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilaksanakan pada saat sistem
masih dalam pengembangan yang
penyempurnannya terus dilakukan atas dasar
hasil evaluasi. Sedangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah sistem
sudah selesai menempuh pengujian dan
penyempurnaan.20
5. Tujuan dan Manfaat Evaluasi
Evaluasi program bertujuan untuk menyediakan
data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil
kebijakan (decision maker) untuk memutuskan
apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau
menghentikan sebuah program. Secara umum
19
Diagram aliran proses evaluasi formatif dan sumatif 20
Purwanto, Evakuasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), h.28
31
evaluasi bertujuan untuk menentukan progres dari
pencapaian sebuah tujuan-tujuan.21
Tujuan dalam
evaluasi merupakan hal penting karena berfungsi
sebagai pengarah kegiatan evaluasi program dan
sebagai untuk mrngetahui efesiensi dan efektivitas
kegiatan evaluasi program.22
Menurut Endang Mulyatiningsih23
evaluasi
program dilakukan dengan tujuan untuk:
a. Menunjukkan sumbangan program terhadap
pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi ini
penting untuk mengembangkan program yang
sama ditempat lain.
b. Mengambil keputusan tentang keberlanjutan
sebuah program, apakah program perlu diteruskan,
diperbaiki atau dihentikan.
Pada dasarnya tujuan dari sebuah evaluasi
dibagi menjadi 2 bagian yakni umum dan khusus,
Tujuan Umum Evaluasi program merupakan salah
satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas,
21
Masehudi Farid, Pedoman Lengkap Evaluasi dan Supervisi
Bimbingan Konseling. (Jakarta : Diva Press, Oktober 2015), cetakan ke-1, h.
92 22
Sudjana Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Mei 2006), cetakan pertama ,h. 35 23
Endang Mulyatiningsih, Evaluasi Proses Suatu Program, (Jakarta:
Bumi Aksara 2011), hal. 114-115
32
kinerja atau produktivitas suatu suatu lembaga dalam
melaksanakan programnya.24
1. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan
mengetahui proses yang terjadi dalam
proses pembelajaran.
2. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi
tentang apa yang telah dicapai dan mana
yang belum.25
3. Evaluasi memberikan informasi bagi kelas
dan pendidik untuk meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar.
4. Evaluasi sebagai komponen pengajaran
adalah proses untuk mengetahui
keberhasilan program pengajaran dan
merupakan proses penilaian yang bertujuan
untuk mengetahui kesukarankesukaran yang
melekat pada proses belajar.
5. Evaluasi dalam sebuah perusahaan
dilaksanakan untuk memperoleh informasi
tentang aspek yang berkaitan dengan
programnya.
Sedangkan yang menjadi tujuan khusus dari
kegiatan evaluasi program adalah:
24
Wulan Ratna Elis & Rusdiana Evaluasi Pembelajaran (Dengan
Pendekatan Kurikulum 2013) . Bandung: Pustaka Setia, 2014), cet-1 h.13 25
Djemari Mardapi Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi, Seminar Nasional Rekayasa Sistem Penilaian Dalam Rangka
Meningkatkan Kualitas Pendidikan. (Yogyakarta: Hapy 2004), h.19
33
1. Untuk merangsang para staff dalam
menempuh program, Tanpa adanya evaluasi
maka tidak akan muncul motivasi atau
rangsangan pada diri staff dan meningkatkan
prestasinya masing-masing.
2. Untuk mencari dan menemukan factor-faktor
penyebab keberhasilan dan kegagalan pada
suatu program, sehingga dapat dicari dan
ditemukan jalan keluar arau cara-cara
perbaikannya.26
3. Memberikan informasi tentang ketercapaian
tujuan jangka pendek yang telah dilaksanakan
4. Memberikan masukan untuk kemajuan suatu
program.
Memberikan informasi tentang kesulitan dalam
menjalankan suatu program untuk memilih
pengalaman pembelajaran di masa yang akan datang.
Pada prinsipnya tujuan evaluasi program adalah
untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi
dalam proses menjalankan sebuah program. Dalam
kapasitasnya proses evaluasi program memiliki tiga
hal penting yaitu, input, transformasi dan output,
untuk dievaluasi.
26
Anas Sudiijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, h.16-17
34
a. Input adalah peserta didik yang telah dinilai
kemampuannya dan siap menjalani proses
pembelajaran.
b. Transformasi adalah segala unsur yang terkait
dengan proses menjalankan program sebuah
program.
c. Output adalah capaian yang dihasilkan dari
proses menjalankan program .
Setelah dijelaskan tujuan-tujuan dari evaluasi
program, selanjutnya akan di jelaskan manfaat dari
sebuah evaluasi program sebagai berikut :
a. Evaluasi program berguna bagi pengambilan
keputusan dan kebijakan lanjutan dari program
yang dilaksanakan.
b. Menghentikan program, karena dipandang
program tersebut tidak ada manfaatnya, atau
tidak dapat terlaksana sebagaimana
diharapkan.
c. Merevisi program, karena ada bagian-bagian
yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat
kesalahan tapi hanya sedikit).
d. Melanjutkan program, karena pelaksanaan
program menunjukan bahwa segala sesuatu
sudah berjalan sesuai dengan harapan dan
memberikan hasil yang bermanfaat.
e. Menyebarluaskan program, karena program
tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik
35
jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu
yang lain.
B. Zakat Menurut Hukum Islam
1. Pengertian Zakat
Zakat dalam kamus Bahasa Arab adalah
diambil dari ka27زكا یسكو زكاء yang artinya tumbuh,
suci, baik, bertambah.Di tinjau dari segi bahasa
(Etimologi), kata zakat merupakan kata dasar
(masdar) dari kata zaka yazuku zakah yang berarti
berkah, tumbuh, bersih dan baik.28
Dinamakan zakat,
karena di dalamnya terkandung harapan untuk
beroleh berkat, membersihkan jiwa dan memupuknya
dengan berbagai kebaikan.29
Menurut Lisan Al Arab
arti dasar dari kata zakat, ditinjau dari sudut bahasa,
adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji.
Pengertian zakat menurut istilah adalah : jumlah
atau kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang
berhak menerimanya, dengan syarat-syarat tertentu.30
Sedangkan pengertian zakat secara syariat ialah:
zakat ialah pemberian tertentu dari harta tertentu
kepada orang tertentu menurut syarat-syarat yang
ditentukan.
27
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud
Yunus Wadzurriyyah) h. 156 28
Mu‟jam Wasith, juz 1 Hal. 398 29
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, h. 5 30
Hikmat Kurnia dan Ade Hidayat, Panduan, 5.
36
Selain itu pula, menurut istilah fiqih zakat
merupakan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak” di
samping berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu
sendiri” Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu
disebut zakat karena yang dikeluarkan itu” menambah
banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi
kekayaan itu dari kebinasaan.
Wahbah Zuhaili dalam kitabnya Fiqih Islam Wa
adillatuhu mengungkapkan beberapa defenisi zakat
menurut ulama fiqih imam mazhab yaitu:
1. Menurut imam Hanafi zakat adalah
pemberian hak kepemilikan atas sebagian
harta tertentu kepada orang tertentu yang
telah ditentukan oleh syari‟at semata-mata
karena ALLAH SWT.
2. Menurut imam Maliki zakat ialah
mengeluarkan sebagian tertentu dari harta
tertentu yang telah sampai nishab kepada
orang yang berhak menerima, jika
kepemilikannya haul (genap satu tahun )
telah sempurna selain barang tambang,
tanaman dan harta temuan.
3. Menurut imam Syafi zakat adalah nama
untuk barang yang dikeluarkan untuk harta
atau badan kepada pihak tertentu.
37
4. Menurut imam Hambali zakat adalah: hak
yang wajib pada harta tertentu kepada
kelompok tertentu yang dikeluarkan pada
waktu terntentu.31
Selain itu adapula pendapat dari beberapa
ulama yang mendefenisikan pengertian zakat menurut
bahasa seperti dibawah ini :
1. Menurut Ibnu Manzhur dalam kitbnya Lisanul
„Arabi, zakat berarti:
النماء الطھارة والبركت
Artinya : “Tumbuh, suci dan berkah”.32
2. Di dalam Mu‟jam al-Wasith dijelaskan bahwa
zakat merupakan kata dasar (Mashdar) yang
berarti:
والصالح الطھارة والبركة النماء
Artinya: “Tumbuh, berkah, bersih dan baik”.33
3. Menurut Abu Luwis al-Ma‟lufi:
رة والطھا و الصلح قة الصد الخیر ھي النماء الزكاة
الزئد و
31
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Juz III (Bairut:
Daar al-Fikr, 2007), h. 1788-189 32
Ibnu Manzhur, Lisanul „Arabi, (Beirut: Darul Ma‟aarif,1988) , Cet.
III, Juz ke- 4, h. 386 33
Fuad Bustami, Munjid at-Tullab, (Beirut: Darul Masyriq,1986) ,
Cet. II, h. 287
38
Artinya: “Zakat adalah tumbuh, kebaikan,
sedekah, kesucian dan bertambah”.34
Dengan demikian dapat di simpulkan
bahwasannya zakat ialah segala sesuatu pemberian
yang wajib diberikan dari harta tertentu, menurut
sifat-sifat tertentu dan ukuran tertentu yang diberikan
kepada golongan masyarakat tertentu. Dengan kata
lain, zakat adalah sebagian kekayaan yang diambil
dari milik seseorang yang punya dan diberikan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dalam Islam.
2. Dasar Hukum Zakat
Agama Islam telah menyatakan dengan tegas,
bahwa zakat merupakan salah satu rukun dan fardhu
yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang
hartanya sudah memenuhi kriteria dan syarat tertentu.
Otoritas fiqh Islam yang tertinggi, al-Qur‟an dan al-
Hadits menyatakan hal tersebut dalam banyak
kesempatan. Jumhur ulama pun sepakat bahwa zakat
merupakan suatu kewajiban dalam agama yang tidak
boleh diingkari. Artinya, siapa yang mengingkari
kewajiban berzakat, maka ia dihukum telah kufur
terhadap ajaran Islam. Adapun dasar hukum zakat
mempunyai 4 landasan yaitu:
34
Abu Luwis al-Ma‟lufi, al-Manjid Fil Lughah wal- A‟lam, (Beirut :
Darul Masyriq, 1996 ), h. 303
39
A. Al-Qur‟an
Firman Allah dalam al-Qur‟an surat al-
Baqarah ayat 43, yaitu:
Artinya : “dan dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku”.
Firman-Nya lagi:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati”. (Q.S. al-Baqarah (2) : 277).
B. Hadist Rasul
فى
هم الل يظل
ال : » سبعة
عن النبى – ملسو هيلع هللا ىلص – ق
بى هريرة
عن أ
ى
ف
خصدق أ
ه, وذكر فيه :… ورجل ت
ظل
ظل إال
ه يىم ال
ظل
نفق يمينه ه ما ت
م شمال
عل
ت حتى ال
40
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah
Radhiyllahu „Anhu, bahwa Nabi shallallaahu „alaihi
wasallam bersabda: “Ada tujuh golongan manusia
yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada
hari (Kiamat) yang tidak ada naungan kecuali
naungan-Nya, diantaranya yaitu: “Seseorang yang
menyedekahkan hartanya dengan sembunyi-sembunyi
sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
diinfakkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim).35
C. Ijma Ulama
Ijma ulama, adapun Ijma‟, ulama maka
kaum muslimin disetiap masa telah ijma‟ (sepakat)
akan wajibnya zakat. Juga para sahabat telah sepakat
untuk memerangi orang-orang yang tidak mau
membayarnya dan menghalalkan darah dan harta
mereka karena zakat termasuk dari syi‟ar Islam yang
agung.
Zakat adalah satu rukun yang bercorak sosial
ekonomi dari lima rukun Islam. Dengan zakat,
disamping ikrar tauhid (Syahadat) dan shalat,
seseorang barulah sah masuk ke dalam barisan umat
35
Bukhari I/234 no.629, dan Muslim II/715 no.1031
41
islam dan diakui keislamannya,36
sesuai dengan
firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 11 :
Artinya : jika mereka bertaubat, mendirikan sholat
dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah
saudara-saudaramu seagama. dan Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang
mengetahui.
D. Undang-Undang Dasar
Dukungan ril pemerintah pun perlu sebagai
justifikasi penerapan Undang- Undang (UU) No. 23
tahun 2011 tentang ketentuan pengelolaan zakat.
Secara implisit UU menyatakan peran substansif
pemerintah dalam mengelola zakat. Dalam bab I pasal
tiga (3) disebutkan bahwa “Pemerintah berkewajiban
memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan
kepada muzakki, mustahiq dan amil zakat”. Begitu
juga dalam bab II pasal 6 disebutkan bahwa,
“BAZNAS” merupakan lembaga berwenang
melakukan tugas pengelolaan zakat secara Nasional”.
Lebih lanjut peran pemerintah terhadap zakat
tercantum dalam bab III pasal 9 dan bab IV pasal 23.
Berturut-turut pasal itu berbunyi, “Dalam pelaksanaan
36
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat,(Jakarta: Lentera Antar Nusa,
2007), Cet. Ke-2, h. 3
42
tugasnya Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat
bertanggung jawab terhadap pemerintah sesuai
dengan tingkatnya”, selanjutnya, “Dalam menunjang
pelaksanaan Badan Amil Zakat pemerintah wajib
membantu biaya operasional Badan Amil Zakat”.
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur
berdasarkan UU No. 23 tahun 2011 ini lebih
menekankan pada aspek pengelolaan zakat. Dalam
Undang-Undang tersebut, pengelolaan zakat
didefenisikan sebagai kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengorganisasian dalam pengumpulan,
penditribusian, dan pendayagunaan zakat.37
3. Syarat-Syarat Wajib Zakat
Zakat merupakan ibadah wajib bagi setiap umat
Islam. Namun dalam pelaksanaannya, ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi seseorang sebelumzakat,
diantaranya adalah :
A. Muslim
Muslim adalah sebutan untuk orang yang
beragama Islam. Pada dasarnya, semua muslim
wajib menunaikan zakat sampai ada ketentuan
yang membatalkan kewajiban tersebut.
37 Kementrian Agama Ri, Standarisasi Amil Zakat di Indonesia,
(Jakarta: 2012), h. 15
43
B. Merdeka
Seorang muslim yang berstatus sebagai budak
tidak diwajibkan untuk membayar zakat,
kecuali zakat fitrah.
C. Berakal
Seperti halnya kewajiban lain, kewajiban
membayar zakat tidak dikenakan kepada orang
yang mengalami gangguan kejiwaan.
Kewajiban ini gugur, sebagaiamana kewajiban
shalat, puasa, haji dan lain-lain.
D. Baligh
Selain zakat fitrah, seorang muslim yang telah
terkena kewajiban membayar zakat adalah
mereka yang memasuki baligh,
sedangkanzakat fitrah wajib bagi seluruh umat
Islam tanpa terkecuali.
E. Harta yang dimiliki sudah sampai nisabnya
Nisab adalah ukuran atau jumlah tertentu dari
harta tertentu dari harta sesuai dengan
ketetapan yang menjadikan wajib untuk
dizakati. Harta yang jumlahnya belum
mencapai nisab tidak diwajibkan untuk
dikeluarkan zakatnya, namun dianjurkan untuk
mengeluarkan sedekah dari harta tersebut.
F. Haulnya sudah terpenuhi
Haul adalah kepemilikan. Untuk zakat mal,
haul untuk setiap hartanya adalah satu tahun.
44
Ketika harta tersebut telah dimiliki selama satu
tahun dan setelah satu tahun tersebut
memenuhi nisab maka harta tersebut telah
wajib dikeluarkan zakatnya
G. Milik Penuh
Harta yang dimiliki tersebut haruslah
kepemilikan secara penuh, kepemilikannya
tidak dibagi dengan orang lain.
H. Pemilik harta bebas dari hutang
Jika seseorang memiliki utang dan jumlah
utangnya menyebabkan hartanaya tidak sampai
pada nisab maka hartanya harus digunakan
untuk melunasi utangnya terlebih dahulu.38
4. Syarat-Syarat Harta Yang Wajib Dizakati
Keadilan yang diajarkan oleh Islam dan prinsip
keringanan yang terdapat didalam ajaran-ajarannya
tidak mungkin akan membebani orang-orang yang
terkena kewajiban itu melaksanakan sesuatu yang
tidak mampu dilaksanakannya dan menjatuhkannya
kedalam kesulitan yang oleh Tuhan sendiri tidak
diinginkan- Nya. Oleh karena itu mestilah diberi
batasan tentang sifat kekayaan yang wajib zakat dan
syarat-syaratnya. Yusuf Al-Qardawi menguraikan
syarat-syarat harta yang wajib dizakati sebagai
berikut :
38 Agus Thayib Affi dan Sabira Ika, Kekuatan Zakat, (Yogyakarta:
Pustaka Alban, 2010), h.50
45
A. Milik Penuh
Bahwa kekayaan itu harus berada dibawah kontrol
dan didalam kekuasaannya, atau seperti yang
dinyatakan oleh sebagian ahli fiqh, “bahwa
kekayaan itu harus berada ditangannya, tidak
tersangkut didalamnya hak orang lain, dapat ia
pergunakan, dan faedahnya dapat dinikmatinya.”
B. Berkembang
Menurut pengertian istilah terbagi dua, bertambah
secara konkrit adalah bertambah akibat pembiakan
dan perdagangan dan sejenisnya, sedangkan
bertambah tidak secara kongkrit adalah kekayaan
itu berpotensi berkembang baikberada ditangannya
maupun ditangan orang lain.
C. Cukup Senisab
Islam tidak mewajibkan zakat atas seberapa saja
besar kekayaan yang berkembang sekalipun kecil
sekali, yaitu sejumlah tertentu yang dalam ilmu
fikih disebut nisab.
D. Lebih dari Kebutuhan Biasa
Ulama-ulama Hanafi memberikan tafsiran ilmiyah
dan jelas tentang apa yang dimaksud dengan
kebutuhan rutin. Yaitu sesuatu yang betul-betul
perlu untuk kebutuhan hidup atau kebutuhan
primer.
46
E. Berlalu Setahun
Maksudnya adalah bahwa pemilikan yang berada
ditangan si pemilik sudah berlalu masanya dua
belas bulan tahun Qomariyah. Persyaratan setahun
ini hanya untuk ternak, uang, dan harta benda
dagang, yaitu yang dapat dimasukkan kedalam
istilah “zakat modal”. Tetapi hasil pertanian, buah-
buahan, madu, logam mulia, harta karun dan
lainnya yang sejenis, tidaklah dipersyaratkan satu
tahun dan semuanya itu dapat dimasukkan
kedalam istilah “zakat pendapatan”.39
Persyaratan ini hanya berlaku pada ternak, uang
dan harta dagang. Sedangkan hasil pertanian, buah-
buahan, madu, logam mulia, rikaz dan lainnya yang
sejenis dengan itu tidak disyaratkan harus satu
tahun.40
Mengenai harta yang wajib dikeluarkan
zakat. Wahbah al-Zuhaili menyatakan ada lima
macam yaitu nuqud (emas dan perak), barang
tambang dan barang temuan, harta perdagangan,
tanaman dan buah-buahan, binatang ternak (Unta,
sapi dan kambing).41
39
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat,(Jakarta: Lentera Antar Nusa,
2007), Cet. Ke-2, h. 125 40
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat,(Jakarta: Lentera Antar Nusa,
2007), Cet. Ke-2, h. 161 41
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Juz III (Bairut:
Daar al-Fikr, 2007),h. 126
47
5. Macam-Macam Zakat
Adapun mengenai jenis-jenis harta yang
menjadi sumber zakat yang dikemukakan secara
terperinci dalam al-Quran dan dan al-Hadits menurut
Ibnul Qayyim pada dasarnya ada empat jenis, yaitu:
tanam-tanaman dan buah-buahan, hewan ternak, emas
dan perak serta harta perdagangan. Menurut pendapat
Ibnul Qayyim dalam buku Didin Hafidhuddin,
keempat jenis inilah yang paling banyak beredar
dikalangan umat manusia, dan kebutuhan kepadanya
merupakan hal yang niscaya (dharuri).42
. 1. Pendapat Para Ulama Di Sekitar Sumber Zakat
Terdapat perbedaan pendapat dikalangan para
ulama tentang sumber- sumber zakat. Sebagian ada
yang menyempitkan pendapatnya pada sumber-
sumber atau objek-objek zakat yang terdapat
contohnya dizaman Nabi Muhammad Saw,
sedangkan sebagian lagi meluaskan pendapatnya
didasarkan analogi (qiyas) pada sumber-sumber zakat
dizaman Nabi tersebut, atau dengan cara mengambil
kesimpulan dari pengertian harta yang bersifat
umum.43
42
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),Cet. ke-3, h. 35
43 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2007),Cet. ke-3, h. 37
48
a. Zakat Hewan Ternak
Adapun dasar Hukum zakat Hewan Ternak: Allah
berfirman:
Artinya: “Dan dia telah menciptakan binatang
ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan
sebahagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh
pandangan yang indah padanya, ketika kamu
membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu
melepaskannya ke tempat penggembalaan. Dan ia
memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu
tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan
kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri.
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang”. (Q.S. An-Nahl (16) :5-7).
Para ulama telah sepakat kewajiban zakat pada
tiga jenis hewan ternak, yaitu unta, sapi dan domba.
Sedangkan diluar ketiga jenis tersebut para ulama
berbeda pendapat. Abu Hanifah berpendapat bahwa
pada binatang kuda dikenakan kewajiban zakat,
sedangkan Imam Malik dan Imam Syafi‟i tidak
49
mewajibkannya, kecuali kuda itu diperjualbelikan.
Yusuf Qardhawi membahas zakat sapi mengutip
pendapat al-Mundzir yang menganalogikan kerbau
pada sapi. Bahkan ia menyatakan bahwa kedua jenis
binatang itu wajib dikeluarkan zakatnya berdasarkan
ijma‟ ulama.44
Karena itu apabila diperhatikan dalil-dalil
dalam al-Quran dan al-Hadits serta pendapat ulama,
dapatlah disimpulkan bahwa hewan ternak selain
yang tiga jenis tersebut diatas, yang kini dalam
perekonomian modern berkembang dengan pesat
seperti peternakan unggas tidaklah termasuk kategori
zakat hewan ternak, melainkan pada zakat
perdagangan, karena memang sejak awal, jenis
peternakan ini sudah diniatkan sebagai komoditas
perdagangan.
b. Zakat Emas Dan Perak
Sebagaimana Allah berfirman:
44
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat,(Jakarta: Lentera Antar Nusa, 2007), Cet. Ke-2, h. 223
50
Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih”.(Q.S.At-Taubah (9) : 34).
Para ulama fiqih telah bersepakat bahwa emas
dan perak wajib dikeluarkan zakatnya, apabila telah
mencapai nishab dan telah berlalu satu tahun.45
Sayyid Sabiq mengatakan bahwa zakat emas
dan perak adalah wajib hukumnya apakah dalam
bentuk mata uang, atau dalam bentuk batangan, jika
mencapai nishab, telah berlalu satu tahun dan
terbebas dari utang serta kebutuhan pokok.46
Termasuk kedalam kategori pembahasan
disekitar zakat emas dan perak adalah zakat
perhiasan. Para ulama telah sepakat wajibnya zakat
atas perhiasan yang haram dipakai, seperti perhiasan
emas yang dipakai laki-laki atau bejana emas yang
dijadikan tempat makan atau minum. Jumhur ulama
juga sepakat akan tidak wajibnya zakat bagi perhiasan
selain emas dan perak yang dipakai perempuan,
seperti intan, mutiara, dan permata. Salah satu alasan
45
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),Cet. ke-3, h. 38
46 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), Cet. ke-4, h. 409
51
penting yang dikemukakan jumhur ulama tentang
tidak wajibnya zakat perhiasan selain emas dan perak
tersebut adalah kenyataannya benda-benda tersebut
tidak berkembang, tetapi sekedar perhiasan dan
kesenangan bagi kaum perempuan yang diizinkan
Allah Swt untuk memakainya. Allah Swt berfirman
dalam surat an-Nahl : 14.
Artinya: “Dan dia-lah, Allah yang
menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan),dan
kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang
kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan)
dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”.(Q.S.
An-Nahl (16) : 14).
c. Zakat Pertanian
Dasar Zakat pertnian dalam Al-Qur‟an Surah
Al-Baqarah ayat : 267
52
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah,
bahwa Allah Maha kaya lagi Maha Terpuji”. (Q.S.
Al-Baqarah (2) : 267).
Para ulama sepakat tentang kewajiban zakat
pertanian. Perbedaan pendapat terjadi dalam
menentukan jenis-jenis tanaman dan buah-buahan
ataupun biji- bijian. Ibnu Umar dan segolongan ulama
salaf mewajibkan zakat hanya pada empat jenis
makanan pokok, yaitu gandum, jagung, kurma dan
anggur.47
Sementara itu mazhab Syafi‟i dan mazhab
Maliki berpendapat bahwa zakat itu wajib
dikeluarkan dari setiap tanaman yang menguatkan
atau yang menjadi makanan pokok dan yang dapat
disimpan seperti kurma, gandum, jagung dan padi.
Menurut mazhab Ahmad, zakat wajib dikeluarkan
47
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat,(Jakarta: Lentera Antar Nusa,
2007), Cet. Ke-2, h. 332
53
pada setiap tanaman atau buah-buahan yang dapat
mengering, tahan lama dan dapat ditakar atau
disimpan.Sementara itu Imam Abu Hanifah
berpendapat bahwa segala jenis tanaman yang
tumbuh dibumi yang sengaja ditanam manusia dan
yang mempunyai nilai harus dikeluarkan zakatnya.
Imam Nawawi menyatakan bahwa zakat diwajibkan
pada setiap tanaman yang tumbuh dimuka bumi, yang
menguatkan, dapat disimpan dan sengaja ditanam
oleh manusia.48
d. Zakat Perdagangan
Sebagaimana Allah berfirman : Dalam surat al-
Baqarah ayat 267 Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kalian”. (Q.S.
Al-Baqara(2) : 267).
Hampir seluruh ulama sepakat bahwa
perdagangan itu harus dikeluarkan zakatnya, apabila
telah memenuhi persyaratan kewajiban zakat.
Perbedaan pendapat terjadi dalam menentukan
persyaratannya. Mazhab Hambali mengemukakan
dua syarat zakat perdagangan. Pertama, barang
dagangan tersebut dimilikinya melalui kegiatan
48
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat,(Jakarta: Lentera Antar Nusa,
2007), Cet. Ke-2, h. 333
54
perdagangan yang konkret seperti dengan pembelian.
Kedua, ketika memiliki hartanya, seseorang berniat
melakukan perdagangan.
Mazhab Hanafi menetapkan empat syarat.
Pertama, harta perdagangan itu mencapai nishab.
Kedua, mencapai waktu satu tahun. Ketiga, niat
berdagang harus menyertai praktek perdagangan
secara konkret. Keempat harta benda yang ada
(dimiliki) pantas untuk diperjualbelikan. Disamping
perbedaan pendapat terjadi dalam menentukan
persyaratan zakat perdagangan, perbedaan
pendapatpun terjadi dalam menentukan sempurnanya
nishab. Apakah di awal, akhir, pertengahan atau
sepanjang waktu perdagangan. Terdapat tiga pendapat
ulama dalam hal ini.49
Pertama, karena zakat perdagangan berkaitan
dengan harga, maka yang paling memungkinkan
adalah pada akhir tahun saja, sebab sangat
menyulitkan jika perhitungan dilakukan sepanjang
waktu. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Syafi‟i
dan Imam Malik.
Kedua, nishab itu diperhitungkan sepanjang
tahun, sehingga jika dalam suatu waktu kurang dari
nishab, maka terputus pula pengertian nishab tersebut.
49
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat,(Jakarta: Lentera Antar Nusa,
2007), Cet. Ke-2, h. 56
55
Pendapat ini dikemukakan ole ats-Tsauri,
Ahmad, Ishaq, Abu Ubaid, Abu Tsur dan Abu
Mundzir. Ketiga, nishab itu diperhitungkan diawal
dan diakhir tahun. Apabila nishab telah sempurna
pada kedua ujung ini, maka zakat perdagangan wajib
dikeluarkan. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu
Hanifah dan ashabnya.
e. Zakat Pertambangan
Zakat pertambangan juga wajib dikeluarkan
zakatnya, berdasarkan firman Allah SWT: Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di
jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kalian”. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 267).
Yang dimaksud dengan tambang adalah lokasi
di mana ditemukan kekayaan bumi, yakni hasil yang
dikeruk dari dalam perut bumi. Maka wajib
dikeluarkan zakatnya, seperti halnya, bijia-bijian dan
buah-buahan. Kalau hasil buminya berupa emas dan
perak, maka zakatnya 1/40 (2,5%), bila mencapai
batas nishab atau lebih.50
Apabila hasilnya adalah selain emas dan perak,
baik itu berupa batubara, granit, belerang, garam,
minyak bumi dan sejenisnya, zakatnya adalah 1/40
50
Syaikh Shaleh bin Fauzan bin „Abdullah al-Fauzan, Mulakhkhas
Fiqhi,(Jakarta: Ibn Katsir, 2011), Cet. Ke- 1, Jilid 1, h.543
56
(2,5%) dari nilainya, kalau nilai atau harganya sudah
sama dengan nishab emas dan perak, atau lebih.51
6. Delapan Golongan yang Berhak Mendapatkan
Zakat
Dalam Zakatul-Mal atau zakat harta kekayaan
ada delapan golongan yang berhak menerimanya,
sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qur‟an surat at
Taubah ayat 60 yang menyatakan:
Artinya : Sesungguhnya zakat itu hanyalah
untuk orang-orang fakir, orang orang miskin,
pengurus zakat, para muallaf yang ditunjuk hatinya
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang
diwajibkan Allah.52
Dari ketentuan ayat di atas dapat disimpulkan
bahwa golongan yang berhak mendapatkan bagian
zakatul ma>l atau zakat kekayaan ada delapan
golongan yaitu :
51
Syaikh Shaleh bin Fauzan bin „Abdullah al-Fauzan, Mulakhkhas
Fiqhi,(Jakarta: Ibn
Katsir, 2011), Cet. Ke- 1, Jilid 1, h.544 52
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 288
57
a. Orang Faqir (al-fuqara), Al-Fuqara adalah
bentuk jama dari al-faqir, ialah orang tidak
memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu
mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Dia tidak
memiliki suami, ayah-ibu, dan keturunan yang
dapat membiayainya, baik untuk membeli
makanan, pakaian, maupun tempat tinggal.
Sedangkan menurut pemuka tafsir tabari yang
dikutip oleh Yusuf Qardhawi dalam kitabnya yang
dinamakan faqir ialah orang yang dalam kebutuhan
tapi dapat menjaga dirinya dengan tidak meminta-
minta.53
b. Orang Miskin (al-masakin), ialah orang yang
memiliki pekerjaan, tetapi penghasilanya tidak
dapat dipakai untuk memenuhi hajad hidupnya.
Seperti orang yang memerlukan sepuluh, tetapi dia
hanya mendapatkandelapan sehingga masih belum
dianggap baik dari segi makanan, pakaian, dan
tempat tinggal.
c. Amil Zakat, ialah orang yang bertugas
melaksanakan pengumpulan dan pembagian
zakatul mal kepada orang-orang yang berhak
menerimanya. Panitia ini disyaratkan harus
memiliki sifat jujur dan menguasai hukum zakat.
Konsep amil zakat dilihat dari kajian fikih
53
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat,(Jakarta: Lentera Antar Nusa,
2007), Cet. Ke-2, h. 5
58
memiliki pengertian sebagai orang atau lembaga
yang mendapat tugas untuk mengambil,
memungut, dan menerima zakat dari para
mustahik.54
Adapun zakat yang diberikan kepada
seorang amil adalah sebagai upah atas kerja yang
dilakukannya.
d. Muallaf orang yang lunak hatinya, ialah orang
yang baru beberapa saat masuk agama Islam atau
orang yang sedang diharapkan masuk Islam.
Golongan ini dilihat dari imannya belum kokoh
benar, dan justru karena itu masih memerlukan
berbagai penyantunan yang menggembirakan.
e. Budak (riqab), yang dimaksud disini adalah para
budak muslim yang telah membuat perjanjian
dengan tuanya untuk dimerdekakan dan tidak
memiliki uang untuk membayar tebusan atas
dirinya, meskipun mereka telah bekerja keras dan
membanting tulang mati-matian. Syarat
pembayaran zakat budak yang dijanjikan untuk
dimerdekakan ialah budak itu harus muslim dan
memerlukan bantuan, tetapi karena pada zaman
sekarang ini sudah tidak ada lagi
perbudakan,(sudah dilarang secara internasional),
bagian untuk mereka sudah tidak ada lagi. Apabila
perbudakan itu kadang-kadang masih terjadi,
54
Mufrani Arif, Akuntansi dan Manajemen Zakat ( Jakarta: Kencana,
2008), h. 194-195
59
secara syara‟ sebenarnya hal itu sudah tidak
diperbolehkan.
f. Orang yang terbebani hutang (Gharimin), ialah
orang berhutang demi mencukupi kebutuhan hidup
yang primer atau maksud lainnya sifatnya halal.
Lilitan hutang akhirnya menyebabkan orang
tersebut tidak mampu lagi mengembalikannya.
Menurut mazhab Hanafi orang yang terbebani
hutang ialah orang yang bener-bener memiliki
hutang dan tidak memiliki apa-apa selain utang-
utangnya. Adapun orang yang berhutang itu dibagi
menjadi empat golongan yaitu:55
1. Orang yang menanggung hutang orang lain.
2. Orang yang salah mengatur keuangan.
3. Orang yang bertanggung jawab melunasi
hutang....
4. Orang yang terlibat perbuatan dosa
kemudian brtobat.
Semua golongan yang tercantum diatas boleh
menerima zakat agar hutang-hutang yang
dimilikinya terlunasi.
g. Orang yang berada di jalan Allah (Fi
Sabilillah), ialah berbagai bentuk usaha dan
perjuangan untuk menyebarluaskan agama Islam
serta mempertahankannya. Dalam pengertian ini
55
Yasin Ibrahim al-Syaikh, Zakat Menyempurnakan Puasa
Membersihkan Harta (Bandung: Marja, 2004), h. 89
60
dapat dimasukkan segala amalan yang memang
dengan sengaja dimaksudkan untuk da‟wah Islam
amar makruf nahi mungkar, semacam pendirian
sekolah atau madrasah Islam, rumah sakit Islam,
mushalla, pembiayaan organisasi perjuangan zakat
dan lain sebagainya. Selain itu pula, ada beberapa
kriteria yang dapat digolongkan sebagai Fi
Sabillah yang berhak menerima zakat diantaranya
yaitu:56
1. Orang-orang yang melakukan persiapan
berperang di jalan Allah membutuhkan
peralatan seperti senjata, makanan dan
transportasi.
2. Orang-orang yang menyebarkan Islam.
3. Orang-orang yang menuntut ilmu keagamaan
baik siswa, sarjana maupun para peneliti.
4. Diberikan terhadap orang-orang yang
membangun serta mengeorganisasikan
aktifitas yang bergerak dalam keislaman serta
penyebaran ilmu pengetahuan seperti: TPA,
TPQ, Pesantren dan lembaga-lembaga
organisasi lainnya.
h. Ibnu Sabil, ialah orang yang bepergian (musafir)
untuk melaksanakan suatu hal yang baik tidak
termasuk maksiat. Dia diperkirakan tidak akan
56
Yasin Ibrahim al-Syaikh, Zakat Menyempurnakan Puasa
Membersihkan Harta (Bandung: Marja, 2004), h. 90
61
mencapai maksud dan tujuannya jika tidak
dibantu. Sesuatu yang termasuk perbuatan baik ini
antara lain, ibadah haji, berperang dijalan Allah,
dan ziarah yang dianjurkan.
Dari kedelapan golongan diatas
dikelompokan lagi kedalam dua kategori yaitu,
kategori kelompok yang menjadi prioritas utama
dalam distribusi zakat dan kelompok yang
mendapatkan zakat setelah kelompok yang
pertama. Adapun kelompok yang termasuk ke
dalam kelompok prioritas yaitu: Fakir, Miskin,
Amil dan Muallaf. Sedangkan yang masuk pada
kelompok yang kedua mendapatkan zakat setelah
kelompok yang di prioritaskan adalah: Budak,
Gharimin, Sabilillah dan Ibnu Sabil.
62
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZNAS
A. Sejarah Berdirinya BAZNAS
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk
oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8
Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun
dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada
tingkat nasional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran
BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan
pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut,
BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah
nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung
jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.
Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah
bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat
yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan,
keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.1
Kehadiran BAZNAS diharapkan mampu
melahirkan lembaga-lembaga ZIS yang dapat mengemban
amanah dengan baik dan professional, serta diharapkan
menjadi modal dan contoh bagi pengelola zakat yang
lainnya dalam menjaga kepercayaan para muzakki,
1 http://pusat.baznas.go.id/profil/.di akses pada tanggal 24 April 2018.
63
terlebih lagi mustahik yang mengantungkan harapannya
pada dana ZIS, sesuai dengan fungs atau tujuan dari
sebuah lembaga ZIS yakni meningkatkan tarap hidup
masyarakat muslim yang lebih baik lagi dan membantu
mengurangi kemiskinan ummat islam.
B. Tugas Dan Fungsi BAZNAS
BAZNAS merupakan satu di antara sedikit
lembaga nonstruktural yang memberi kontribusi kepada
negara di bidang pembangunan kesejahteraan masyarakat
dan penanggulangan kemiskinan melalui pengelolaan
dana zakat. BAZNAS mendapat bantuan pembiayaan dari
APBN sesuai ketentuan perundang-undangan, namun
manfaat yang diberikan BAZNAS kepada negara dan
bangsa jauh lebih besar. Dikaitkan dengan amanat UUD
1945 pasal 34 bahwa “fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh negara”, maka peran BAZNAS
sangat menunjang tugas negara.
BAZNAS berperan sebagai penyedia bantuan
jaminan sosial bagi fakir miskin di tanah air kita.
Kehadiran lembaga ini menopang tugas negara dalam
mensejahterakan masyarakat, sehingga sewajarnya
disokong oleh pemerintah.
Peran dan kontribusi BAZNAS kepada
masyarakat, khususnya umat Islam, tidak hanya dalam
ukuran yang bersifat kuantitatif, tetapi juga ukuran yang
bersifat kualitatif, terutama peran BAZNAS dalam
menyebarluaskan nilai-nilai zakat di tengah masyarakat.
64
Yaitu nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT, etos kerja, etika kerja dalam mencari rezeki yang
halal dan baik, serta nilai-nilai zakat yang terkait dengan
pembangunan karakter character building) sebagai insan
yang harus memberi manfaat bagi sesama.
Zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan
lainnya yang dihimpun BAZNAS, disalurkan kepada
orang-orang yang berhak menerima (mustahik) sesuai
ketentuan syariat Islam. Penyaluran zakat diperuntukkan
untuk 8 (delapan) asnaf, yaitu fakir, miskin, amilin,
muallaf, gharimin, riqab, fisabilillah dan ibnu sabil.
Penyaluran dana umat yang dikelola oleh BAZNAS
dilakukan dalam bentuk pendistribusian (konsumtif) dan
pendayagunaan (produktif). Selain menyantuni,
BAZNAS menanamkan semangat berusaha dan
kemandirian kepada kaum miskin dan dhuafa yang masih
bisa bekerja agar tidak selamanya bergantung dari dana
zakat.
Secara umum tugas BAZNAS meliputi dua hal,
yaitu sebagai operator dan koordinator pengelolaan zakat
nasional. Untuk itu keamanahan, transparansi dan
akuntabilitas menjadi perhatian BAZNAS sejak awal
berdiri. Hasil audit Kantor Akuntan Publik atas Laporan
Keuangan BAZNAS memberikan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
Potensi penerimaan dana yang terbesar di
BAZNAS adalah zakat penghasilan gaji pegawai di
65
lingkungan kementerian/lembaga nonkementerian,
karyawan di lingkungan BUMN dan perusahaan swasta
serta kalangan profesional perorangan. Dalam rangka
optimalisasi penghimpunan BAZNAS melaksanakan riset
Pemetaan Potensi Dana Zakat Penghasilan di Instansi
Pemerintah Pusat dan Provinsi DKI Jakarta bekerja sama
dengan IMZ.
Pelaksanaan tugas BAZNAS di pusat merupakan
satu sistem dengan BAZNAS provinsi, BAZNAS
kabupaten/kota serta LAZ. Undang-Undang Pengelolaan
Zakat secara normatif mengatur semua operator pengelola
zakat melaksanakan tugas secara terintegrasi (unified
system) di bawah koordinasi BAZNAS serta pembinaan
dan pengawasan dari Kementerian Agama. Setiap tahun
laporan pengelolaan keuangan BAZNAS disampaikan
kepada Kementerian Agama dan Kementerian Keuangan
sebagai lampiran laporan badan dan lembaga lainnya.
Pada tahun 2008, Laporan Pengelolaan Keuangan
BAZNAS mendapat penghargaan dari Kementerian
Keuangan RI sebagai laporan keuangan terbaik untuk
lembaga pemerintah nondepartemen.2 Tugas dan Fungsi
BAZNAS di dalam melaksanakan tugasnya mempunyai
empat funsi yaitu:
2 http://pusat.baznas.go.id/posko-aceh/peran-baznas-sebagai-lembaga-
nonstruktural-dalam penanggulangan-kemiskinan. Diakses pada tanggal 09 juli
2017
66
a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat; dan
d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
pengelolaan zakat.
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut,
maka BAZNAS memiliki kewenangan:
a. Menghimpun, mendistribusikan, dan
mendayagunakan zakat.
b. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan
BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/ Kota,
dan LAZ
c. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat,
infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya
kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.
C. Visi Dan Misi BAZNAS
Sebagai lembaga yang memiliki sertifikasi ISO
9001:2015, BAZNAS telah menetapkan Visi dan Misi
sebagai berikut :
Visi :“Menjadi pengelola zakat terbaik dan
terpercaya di dunia.” Misi :
a. Mengkoordinasikan BAZNAS provinsi, BAZNAS
kabupaten/kota, dan LAZ dalam mencapai target-
target nasional;
67
b. Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan
zakat nasional.
c. Mengoptimalkan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat untuk pengentasan
kemiskinan, peningkatan kesejahteraan
masyarakat, dan pemoderasian kesenjangan sosial;
d. Menerapkan sistem manajemen keuangan yang
transparan dan akuntabel berbasis teknologi
informasi dan komunikasi terkini;
e. Menerapkan sistem pelayanan prima kepada
seluruh pemangku kepentingan zakat nasional;
f. Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan
zakat nasional melalui sinergi ummat;
g. Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat dunia;
h. Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen
pembangunan menuju masyarakat yang adil dan
makmur, baldatun thayyibatun warabbun ghafuur;
i. Mengembangkan kompetensi amil zakat yang
unggul dan menjadi rujukan dunia.
D. Pencapaian Dan Penghargaan Yang Telah Di Capai
Oleh BAZNAS
1. Pencapaian BAZNAS yang telah diraih
Selama 11 tahun menjalankan amanah
sebagai badan zakat nasional, BAZNAS telah
meraih pencapaian sebagai berikut:
68
1) BAZNAS menjadi rujukan untuk pengembangan
pengelolaan zakat di daerah terutama bagi
BAZDA baik Provinsi maupun BAZDA
Kabupaten/Kota.
2) BAZNAS menjadi mitra kerja Komisi VIII DPR-
RI.
3) BAZNAS tercantum sebagai Badan Lainnya selain
Kementerian/Lembaga yang menggunakan dana
APBN dalam jalur pertanggung-jawaban yang
terklonsolidasi dalam Laporan
Kementerian/Lembaga pada kementerian
Keuangan RI.
2. Penghargan yang telah BAZNAS capai.
Berbagai penghargaan bagi BAZNAS dalam
empat tahun terakhir sebagai berikut:
1) Tahun 2008 BAZNAS mendapatkan sertifikat
ISO 9001:2000.
2) Tahun 2009, 2010 dan 2011 BAZNAS kembali
berhasil memperoleh sertifikat ISO, kali ini
untuk seri terbarunya, ISO 9001:2008.
BAZNAS adalah lembaga pertama yang
memperoleh sertifikat ISO 9001:2008 untuk
kategori seluruh unit kerja pada tahun 2009.
3) Tahun 2009, BAZNAS juga mendapatkan
penghargaan The Best Quality Management
dari Karim Business Consulting.
69
4) BAZNAS berhasil memperoleh predikat
Laporan Keuangan Terbaik untuk lembaga non
departemen versi Departemen Keuangan RI
tahun 2008.
5) BAZNAS meraih “The Best Innovation
Programme ” dan “The Best in Transparency
Management” pada IMZ Award 2011.
E. Struktur Pengurus BAZNAS
Menurut Didiet Hardjito struktur organisasi adalah
susunan formal dan mekanisme-mekanisme dengan mana
organisasi dikelola. Stuktur organisasi menunjukkan
kerangka dan susunan sebagai perwujudan hubungan-
hubungan antar komponen-komponen, bagian-bagian,
fungsi-fungsi, kegiatan-kegiatan dan posisi-posisi juga
menunjukkan hirarki, tugas dan wewenang serta
memperlihatkan hubungan pelopornya.3 Di bawah ini
gambaran struktur BAZNAS.
Pengurus BAZNAS yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Presiden (KEPRES) No. 66 Tahun 2015
Tentang Pengangkatan Anggota Badan Amil Zakat
Nasional Periode 2015-2020 berjumlah 11 orang anggota
(1 orang menjabat sebagai ketua dan sisanya 10 orang
menjabat sebagai anggota BAZNAS). Adapun 11 orang
anggota tersebut diantaranya terdiri atas 3 orang yang
3 Dydiet Hardjto, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian
(Jakarta: Rajawali Pers, 2001), cet ke-3, h. 26.
70
berasal dari unsur pemerintah dan 8 orang yang berasal
dari unsur pemerintah dan 8 orang yang berasal dari unsur
masyarakat.4
Gambar 1
Struktur Organisasi
4 Salinan Keputusan Presiden No. 66 Tahun 2015 Tentang
Pengangkatan Anggota Badan Amil Zakat Nasional Periode 2015-2020.
HHPp Dewan
Pertimbangan
Badan
Pelaksana
Komisi
Pengawas
DIREKTUR
PELAKSANA
SATUAN AUDIT
INTERNAL
AMIL
BAZNAS
Divisi
Penghimpunan
Divisi
Pendistribusian Dan
Pendayagunaan
Pependayagunaan
Divisi
Keuangan,
Hrd & IT
Divisi
Corsec
Legal & Gaf
Divisi
Perencanaan
dan
Pengembangan
71
Gambar 2
Kepengurusan BAZNAS
F. Program-Program BAZNAS
1. Program Zakat Community Development (ZCD)5
Program pengembangan komunitas dengan
mengintegrasikan aspek sosial (pendidikan, kesehatan,
agama, lingkungan, dan aspek sosial lainnya) dan aspek
5 http://pusat.baznas.go.id/profil/.di akses pada tanggal 24 April 2018.
No Nama Jabatan
1 Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA,CA. Ketua BAZNAS
2 Dr. Zainulbahar Noor, SE, M.Ec, Wakil Ketua Umum
BAZNAS
3 Dr. H. Mundzir Suparta, MA Anggota BAZNAS
4 Masdar Farid Mas‟udi Anggota BAZNAS
5 Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail Anggota BAZNAS
6 Drh. Emmy Hamidiyah Anggota BAZNAS
7 Drs. Irsyadul Halim Anggota BAZNAS
8 Ir. Nana Mintarti Anggota BAZNAS
9 Prof. Dr. H. Machasin, M.A Anggota BAZNAS
10 Drs. Nuryanto, MPA Anggota BAZNAS
11 Drs. Astera Primanto Bakti, M.Tax Anggota BAZNAS
72
ekonomi secara komprehensif yang pendanaan utamanya
bersumber dari zakat, infak, dan sedekah sehingga
terwujud masyarakat sejahtera dan mandiri.
Program ZCD meliputi kegiatan pembangunan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga
terwujud masyarakat yang memiliki keberdayaan dalam
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kehidupan beragama
yang disebut dengan “Caturdaya Masyarakat”. Caturdaya
Masyarakat dalam Program ZCD merupakan unsur utama
dan saling terkait satu dengan yang lain. Dengan demikian
masyarakat dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang
sejahtera dan mandiri apabila telah memenuhi empat daya
tersebut.
Program ZCD memiliki enam prinsip yang harus
ada dalam konsep dan tahapan pelaksanaan program serta
tertanam dalam diri pengelola dan peserta program. Enam
prinsip ZCD meliputi Berbasis Komunitas, Syari‟ah
Islam, Partisipasi, Kemanfaatan, Kesinambungan, dan
Sinergi. Makna dari masing-masing prinsip adalah sebagai
berikut:
a. Berbasis Komunitas; Program ZCD dilaksanakan
dengan sasaran mustahik/penerima manfaat yang
terkumpul dalam suatu wilayah geografis atau
suatu tempat karena kondisi-kondisi khusus dan
dalam berbagai bentuk kegiatan yang disepakati
bersama.
73
b. Syari‟ah Islam; Program ZCD dilaksanakan
berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum Islam
dalam penyaluran (tasharruf) zakat.
c. Partisipasi: Pelaksanaan Program ZCD melibatkan
secara langsung mustahik/penerima manfaat mulai
dari tahapan perencanaan sampai dengan
pelaksanaan. Mustahik/penerima merupakan
pelaku (subyek) dan bukan sebagai obyek
program.
d. Kemanfaatan: Memberikan nilai tambah material
dan non material yang sebesar-besarnya kepada
mustahik/penerima manfaat.
e. Kesinambungan; Program ZCD dilaksanakan
secara bertahap dalam jangka waktu tertentu dan
dengan kegiatan-kegiatan yang saling terkait
menuju tercapainya tujuan program.
f. Sinergi; Program ZCD merupakan program
terbuka untuk berbagai pihak terlibat baik dalam
pendanaan maupun pengelolaannya sebagai wujud
kerjasama dalam kebajikan dan ketakwaan
(ta‟awun „alal birri wa taqwa).
Program ZCD mempunyai dua tujuan yaitu :
Tujuan utama dan Tujuan khusus, tujuan utama program
ZCD adalah “Terwujudnya Masyarakat Sejahtera dan
Mandiri“.
74
Adapun tujuan khusus Program ZCD adalah:
a. Menumbuhkan kesadaran dan kepedulian
mustahik/penerima manfaat tentang
kehidupan yang berkualitas.
b. Menumbuhkan partisipasi menuju kemandirian
masyarakat.
c. Menumbuhkan jaringan sosial ekonomi
kemasyarakatan.
d. Menciptakan program pemberdayaan yang
berkelanjutan dalam mewujudkan kesejahteraan
dan kemandirian m asyarakat.
2. Rumah Sehat Baznas
Merupakan suatu program yang mewakili
BAZNAS dalam pelayanan kesehatan secara terpadu
kepada seluruh mustahik termasuk pelayanan
kesehatan di daerah bencana yang meliputi aspek
kuratif, preventif, rehabilitatif, promotif dan advokatif
serta mengikuti peraturan dan perundang-Undangan
kesehatan di Republik Indonesia.
Program ini mempunyai visi-misi yaitu:
“Menjadi model pelayanan dan pemberdayaan
kesehatan khususnya masyarakat dhuafa yang
berstandar nasional”. Selain itu, program ini pun
memeliki sasaran sebagai berikut:
1. Asnaf Penerima Zakat
2. Layanan Kesehatan bagi Dhuafa
3. Rumah Sakit tanpa kasir
75
4. Sistem Kepeserta
Rumah sehat baznas hanya di peruntukkan
untuk masyarakat miskin secara GRATIS dengan
sistem kepesertaan (1 membership untuk semua
anggota Keluarga),model pelayanan RUMAH
SEHAT BAZNAS diberikan dalam bentuk:Pelayanan
Dalam Ruang dan Pelayanan Luar Ruang (Unit
Kesehatan Keliling).
Sampai saat ini, Rumah Sehat Banzas telah
berdiri di 6 kota yang tersebar di Indonesia, antara
lain ialah:
1. Rumah Sehat Baznas Jakarta
2. Rumah Sehat Baznas Yogyakarta
3. Rumah Sehat Baznas Sidoarjo
4. Rumah Sehat Baznas Makassar
5. Rumah Sehat Baznas Pangkal Pinang
6. Rumah Sehat Baznas Parigi Moutong (Sulteng)6.
3. Layanan Aktif Baznas ( LAB)
Bahwa dalam rangka meningkatkan manfaat
zakat dengan mengakomodir kebutuhan mustahik
secara prima, perlu mendayagunakan zakat di bidang
sosial dan ekonomi. Oleh karenanya, Badan Amil
Zakat Nasional melalui program Layanan Aktif
BAZNAS (LAB) sebagai program khusus divisi
Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat (DPP),
hadir untuk bisa menyalurkan dana zakat sesuai
6 http://pusat.baznas.go.id/profil/.di akses pada tanggal 24 April 2018.
76
ketentuan tersebut. Layanan Aktif BAZNAS (LAB)
adalah program layanan darurat sosial untuk mustahik
dengan model penanganan tepat sasaran, tepat waktu
(cepat) dan tepat penanganan.
Untuk melayani mustahik yang diketegorikan
dalam keadaan darurat, Layanan Aktif BAZNAS
(LAB) membagi ke dalam beberapa unit, yaitu melalui
Unit Layanan, Unit Respon dan ATM Beras.
Terkhusus unit layanan dan unit respon melayani jenis
layanan bantuan akses tempat tinggal (biaya kontrakan
dan atau renovasi rumah), bantuan akses pengobatan
dan atau kesehatan, bantuan akses pendidikan,
bantuan akses konsumsi (biaya hidup, pakaian, dan
atau ATM Beras), bantuan akses transportasi, dan
bantuan hutang untuk pemenuhan biaya hidup dasar7.
4. Baznas Tanggap Bencana
Baznas Tanggap Bencana (BTB) adalah unit
kerja dari bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan
BAZNAS yang bertugas mengurangi dampak bencana
yang mengakibatkan kemiskinan dan menekan risiko
keterparahan kemiskinan akibat bencana.
BTB bertujuan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang Pengurangan Risiko Bencana
(PRB) melalui edukasi; menangani korban bencana
melalui tahapan Rescue, Relief, Recovery,
Recontruction; serta menumbuhkan jiwa kerelawanan
7 http://pusat.baznas.go.id/profil/.di akses pada tanggal 24 April 2018.
77
di masyarakat, menguatkan kapasitas dan membangun
jaringan Relawan.
Untuk mencapai seluruh tujuan tersebut,
Baznas Tanggang Bencana melakukan tiga program
yaitu:
Pertama, Penanganan Korban Bencana melalui
kegiatan Rescue (upaya penyelamatan secara cepat
dan tepat untuk mengurangi jumlah); Relief (bantuan
kebutuhan dasar untuk mengembalikan kemandirian
korban); Recovery (mengembalikan keadaan sebelum
terjadi bencana); dan Recontruction (pembangunan
kembali sarana prasarana yang rusak akibat bencana
menjadi lebih baik).
Kedua, Penanganan Risiko Bencana (PRB)
melalui kegiatan Edukasi di sekolah, masyarakat,
komunitas, tentang simulasi evakuasi, pembuatan
renkon, penggunaan alat keselamatan diri,
penggunaan alat-alat evakuasi dan pembuatan meme
kampanye PRB; Sekolah Aman Bencana; BTB Goes
to School; dan PRB berbasis komunitas.
Ketiga, Kerelawanan melalui kegiatan
rekrutmen relawan darurat dan rekrutmen relawan
terencana; Pelatihan kepada rekrutmen relawan
terencana; pelatihan kepada rekrutmen terencana
untuk dapat memberikan responn cepat terhadap
bencana di lokasi sekitar tempat tinggal mereka dan
memiliki garis koordinasi dengan BTB (Kab/Kota,
78
Provinsi, Pusat); Pembinaan berupa pembekalan dan
pengorganisasian lanjutan bagi relawan BTB untuk
dapat mendiri dengan tetap berkoordinasi dengan
BAZNAS (Kab/Kota, Provinsi, Pusat); Jaringan antara
penggiat PB dan relawan PB, baik skala nasional dan
regional.8
5. Lembaga Beasiswa Baznas
Lembaga Beasiswa BAZNAS (LBB) adalah
salah satu unit kerja Program Divisi Pendistribusian
dan Pendayagunaan Zakat yang bergerak di bidang
pendidikan melalui pemberian beasiswa biaya
pendidikan, pengembangan keterampilan dengan
sistem pembinaan, pelatihan dan pendampingan.
LBB akan memberikan kegiatan Pendanaan
pendidikan bagi para asnaf fakir, miskin dan fii
sabilillah dari jenjang dasar, menengah, sarjana hingga
pasca sarjana. Selain pendanaan, juga diberikan
pembinaan bagi para peserta agar sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai.
Adapun tujuan dari program beasiswa
BAZNAS ini sebagai berikut:
1. Berperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa Indonesia.
2. Menghasilkan masyarakat yang mandiri dan
mampu mengembangkan diri dan lingkungannya
8 http://pusat.baznas.go.id/profil/.di akses pada tanggal 24 April 2018.
79
sebagai solusi pemerataan pembangunan dan
solusi komersialisasi pendidikan.
3. Memberikan kesempatan bagi masyarakat tidak
mampu namun memiliki kemauan dan antusias
tinggi dalam dunia pendidikan.
4. Meningkatkan kualitas masyarakat untuk
menghasilkan SDM yang cerdas, unggul,
bertaqwa, berwawasan luas dan mampu bersaing
dalam dunia kerja dan usaha guna mengangkat
perekonomian keluarga dan masyarakatnya9.
6. Microfinance BAZNAS
Microfinance BAZNAS adalah lembaga
bantuan pembiayaan produktif kepada mustahik
dengan prinsip non for profit dalam rangka
pengembangan usaha.
Permodalan merupakan faktor utama yang
diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha.
Kurangnya permodalan pada usaha kecil menengah
dikarenakan karakteristik usaha yang tertutup,
mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya
sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank
atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena
persyaratan secara administratif dan teknis yang
diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.
Tujuan utama adalah memberikan akses
layanan pembiayaan produktif kepada mustahik dalam
9 http://pusat.baznas.go.id/profil/.di akses pada tanggal 24 April 2018.
80
rangka mengembangkan usahanya. Status
pendanaanya hibah bersyarat, para nasabah wajib
mengangsur cicilan sebesar 10 % dari nilai total
pendanaan tiap bulan selama sepuluh bulan. Dana
tersebut nantinya akan menjadi tambahan modal bagi
para nasabah tanpa mengajukan kembali kepada Bank
Mustahik.10
10
http://pusat.baznas.go.id/profil/.di akses pada tanggal 24 April 2018
81
BAB IV
EVALUASI PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT
MAAL DI BAZNAS
A. Pelaksanaan Program Layanan Jemput Zakat
Program layanan jemput zakat merupakan
program yang lahir sejak berdirinya baznas yaitu pada
tahun 2001, di bentuknya program ini untuk memudahkan
para muzakki yang ingin membayarkan zakatnya tanpa
perlu datang ke kantor BAZNAS di balik
kesibukannya,selain itu pula untuk menjaga kepercayaan
para muzakki dalam menunaikan zakatnya dan untuk
menjawab keraguan muzakki di dalam melafadzhkan niat
dan mendokan zakat yang di tunaikan1.
Program ini merupakan salah satu program yang
berada di bawah divisi layanan muzakki, yang mana divisi
ini bertugas hanya untuk melayani muzakki BAZNAS
baik dalam menunaikan zakat, konsultasi zakat ataupun
membuat NPWZ (Nomor Pokok Wajib Zakat) dan
konfirmasi zakat, tanpa adanya target yang dibebani,
karena secara khusus program-program yang berada di
divisi layanan muzakki sengaja dibuat hanya untuk
memberikan service kepada muzakki, sama hal nyah pun
demikian dengan program layanan jemput zakat yang
tidak mempunyai target dan sebagainya karena di
1 Hasil wawancara dengan kepala bagian layanan muzakki Bpk. Taris
pada tanggal 13 Juli 2018
82
bentuknya program ini hanya untuk melayani muzakki
yang ingin membayarkan zakatnya di balik kesibukan
dalam menjalankan aktivitas sehari hari tanpa melupakan
kewajiban sebagai ummat islam yaitu menunaikan zakat.
Pada dasarnya ada 3 bagian atau divisi penting di
BAZNAS dalam menjalankan roda operasonalnya sehari-
hari yaitu: pertama bagian penghimpunan (Fundraiser)
yang mana bagian ini mempunyai tugas untuk
menghimpun sebanyak-banyaknya zakat dari muzakki,
dengan berbagai program yang ada di dalamnya, serta
bekerja sama dengan perusahaan atau lembaga-lembaga
pemerintah untuk bisa menyalurkan zakatnya ke
BAZNAS, yang di namanakan dengan UPZ (unit
Penghimpunan Zakat), atau pula bekerja sama dengan
pusat perbelanjaaan (Mall) dengan cara beronasi dari sisa
pengembalian berbelanja para pengunjung atau dengan
cara membuka Booth di pusar perbelanjaan yang telah
bekerja sama seperti hal nyah pada saat Ramadhan
ataupun Idhul adha, dan bagian ini mempunyai target
yang harus dicapai setiap tahunya. Bagian yang ke dua
yaitu penyaluran (Empowring), bagian ini bertugas untuk
menyalurkan zakat-zakat yang telah dihimpun untuk
diberikan kepada orang atau golongan yang berhak
menerimanya sesuai dengan yang sudah tertulis di Al-
Qur’an yaitu ada 8 asnaf, baik diberikan secara langsung
ataupun melalui program-program penyaluran BAZNAS,
selain itu pula bisa dengan cara, para mustahik datang
83
langsung ke kantor bagian penyaluran dengan membawa
kartu anggota mustahik BAZNAS, ataupun membawa
surat permohonan bantuan, penyaluran ini bisa diberikan
kepada siapa saja dengan catatan termasuk dari salah satu
8 asnaf yang berhak menerima zakat serta mempunyai
alasan dan kebutuhan yang jelas. Dan yang ketiga yaitu
bagian layanan muzakki, yang mana bagian ini hanya di
peruntukkan untuk melayani para muzakki-muzakki
BAZNAS, baik yang ingin menunaikan zakatnya ataupun
menanyakan seputar dunia zakat, dengan segala program-
program yang ada didalamnya, yang sengaja di buat untuk
memberikan pelayanan yang baik, agar selalu bertambah
masyarakat yang ingin menunaikan zakatnya lewat
BAZNAS, bagian ini tidak mempunyai target yang harus
di capai setiap tahunya karena program ini khusus untuk
melayani para muzakki.
Menurut informasi dari yang penulis dapatkan
setelah melakukan wawancara dengan kepala layanan
muzakki, bahwasanya pelaksanaan program layanan
jemput zakat memiliki beberapa tahapan yang harus di
lakukan, berikut ini tahapan-tahapan program layanan
jemput zakat :
1. Menghubungi Call Center layanan muzakki.
Program layanan jemput zakat mempunyai
sistem seperti call center, yang mana setiap muzakki
yang ingin menunaikan zakatnya melalui program
84
jemput zakat bisa menghubungi pihak layanan
muzakki dengan kemudian akan mengutus amil yang
akan menjemput, selain itu pula, program jemput
zakat mempunyai sistem online berupa mengakses
website BAZNAS, dengan cara menuliskan alamat
website yang sesuai dan kemudian akan timbul di
pojok bawah sebelah kanan dengan berbagai macam
menu pilihan yang sesuai dengan muzakki inginkan
seperti, hitung zakat, bayar zakat melaui transfer,
konfirmasi zakat, mendaftar jadi muzakki tetap di
baznas dan jemput zakat, dan yang terakhir melalui
sistem aplikasi yang bisa di download melaui
playstore atau apstore yaitu muzakki corner aplikasi
ini di peruntukan sama hal nyah dengan website
baznas bukan hanya untuk jemput zakat melainkan
seluruh layanan yang di berikan oleh BAZNAS untuk
para muzakki yang ingin menunaikan zakatnya.
2. Mendapatkan Konfirmasi dari Amil Layanan
Muzakki.
Konfirmasi ini dilakukan untuk menanyakan
nama lengkap orang yang akan berzakat, alamat
tempat tingal, berapa nominal uang atau mas yang
akan di zakatkan, No. Hanphone dan alamat email hal
ini dilakukan guna memudahkan dalam proses
administrasi karena bukti setor zakatnya harus di print
dan memudahkan para amil dalam menjemput
zakatnya agar tidak keliru mencari alamat rumah
85
muzakki, selain itu pula untuk mengantisipasi dari
kebohongan.
3. Zakat yang dijemput minimal berjumlah Rp.
500.000,00.
Hal seperti ini sengaja di buat untuk
membatasi para muzakki yang ingin menunaikan
zakatnya melalui program layanan jemput zakat
dengan jumlah SDM atau amil yang terbatas, amil
yang ada saat ini berjumlah dua orang dengan segala
keterbatasanya belum mampu untuk menjemput zakat
di bawah yang sudah ditetapkan di atas, namun tidak
menutup kemungkinan hal itu bisa saja berubah jika
penjemputan zakat dilakukan dengan dari kantor
BAZNAS.
4. Zakat yang bisa dijemput hanya daerah jabodetabek.
Untuk saat ini program layanan jemput zakat
hanya bisa menjangkau daerah sekitar Jabodetabek
dengan segala keterbatasanya, baik keterbatasan
secara operasional kendaraan ataupun SDM,
kendaraan yang ada saat ini belum bisa untuk
menjangkau daerah di luar jabodetabek karena hanya
berupa kendaraan beroda dua, dan selain itu pula
memberikan kemudahan untuk amil dalam
menjemput zakat, agar tidak memakan banyak tenaga
dan waktu, namun untuk kedepannya tidak menutup
kemungkinan akan menjangkau lebih luas lagi.
86
5. Amil akan menjemput zakat ke rumah atau tempat
kerja muzakki.
Setelah tahapan di atas selesai maka amil akan
langsung menuju tempat yang sudah di sepakati
sebelumnya untuk penjemputan zakat. Karena ini
dilakukan bisa di mana saja, maka tidak menutup
kemungkinan di tempat kerja muzakki, setelah
bertemu dengan muzakki maka amil akan
membacakan niat berzakat sekaligus doa dan akan
memberikan bukti setor zakat yang bisa digunakan
untuk mengurangin objek pajak, yang mana hal ini
sesuai dengan UU No 23 Tahun 20112.
Namun di balik itu semua tentu saja program
jemput zakat ini mempunyai beberapa kekurangan baik
dalam pelaksanaanya maupun pengawasannya, oleh
karena itu penulis tertarik untuk membahas tentang
evaluasi program layanan jemput zakat pada BAZNAS.
B. Evaluasi Program Layanan Jemput Zakat BAZNAS
Pada evaluasi program layanan jemput zakat,
penulis melakukan metode evaluasi berdasarkan tiga
indikator yaitu evaluation input (evaluasi masukan),
evaluation proces (evaluasi proses) dan evaluation Output
(evaluasi hasil/capaian), setiap indikator evaluasi
2 Hasil wawancara dengan kepala bagian layanan muzakki Bpk. Taris
pada tanggal 13 Juli 2018
87
memiliki bagian/sub di dalamnya yang menjadi titik
pembahasan evaluasi penulis.
Evaluation input merupakan analisis melalui
konteks yang dilihat dari segi Sumber Daya Manusia
(SDM) atau dalam dunia zakat disebut dengan Amil Zakat
yang berarti dalam hal ini ialah para Amil-amil zakat
BAZNAS, yang mana mereka semua adalah para
pegawainya Allah SWT di muka bumi ini karena menjadi
amil zakat merupakan pekerjaan yang sudah tercantum di
dalam Al-Qur’an, Selanjutnya yang menjadi titik
pembahasan dari evaluation input ialah, anggaran dana,
yaitu sistem yang digunakan dalam menyusun dana untuk
kegiatan penghimpunan,operasional kendaraan ataupun
penyaluran kepada mustahik pada program layanan
jemput zakat, dan yang terakhir ialah sarana dan prasarana
yang di fasilitasi oleh BAZNAS untuk menjalankan
program layanan jemput zakat.
Evaluation Process adalah analisis yang sub atau
bagianya terdiri dari proses pelaksanaan program layanan
jemput zakat serta hambatan-hambatan yang terjadi
selama pelaksanaan program berjalan.
Evaluation Output merupakan analisis yang
terdiri dari tiga bagian yaitu pencapaian program, dampak
yang terjadi setelah pelaksanaan program, dan yang
terakhir keberlangsung program layanan jemput zakat
sampai saat ini.
88
1. Evaluation Input
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, penulis
telah membagi empat bagian pada tahap evalusi input
yaitu: Sumber Daya Manusia, keuangan program
sarana dan prasarana serta sistem yang di gunakan,
dari informasi yang penulis dapatkan setelah
melakukan wawancara.
a. Sumber Daya Manusia
Menurut teori kualitas sumber daya
manusia dapat diketahui dengan indikator sebagai
berikut:
1) Taat menjalankan agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta
toleransi yang tinggi dalam kehidupan.
2) Memiliki semangat yang tinggi dan jiwa
yang tangguh, baik sebagainj individu
maupun sebagai masyarakat
3) Jujur yang dilandasi kesamaan anatara
oikiran, perkataan, dan perbuatan serta
tanggung jawab yang dipikulnya.
4) Lebih mementingkan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi.
5) Memiliki semangat motivasi,etos kerja dan
produktivitas.
6) Memiliki sifat keterbukaan yang dilandasi
rasa tanggung jawab bagi kepentingan
bangsa dan negara.
89
7) Berjiwa besar dan berfikir positif dalam
menghadapi masalah.
8) Pendidikan pada jenjang yang tinggi
9) Memiliki ketingkatan yang ragam dan
kualitas pendidikan serta keterampilan
yang relevan dengan memperhatikan
dinamika lapangan kerja baik yang tersedia
ditingkat local,nasional maupun
internasional.
10) Memiliki penguasaan bahasa, meliputi
bahasa nasional, bahasa daerah dan
sekurang-kurangnya bahasa asing.
11) Memiliki pengetahuan dan keterampilan
dibidang ilmu pengetahuaan dan teknologi
informasi dan komunikasi.
12) Memiliki kesehatan yang baik serta
kesegaran jasmani
13) Tingkat hidup yang layak.
Sedangkan Sumber Daya Manusia yang ada
pada program layanan jemput zakat dalam hal ini ialah
Amil Baznas, harus memiliki beberapa kriteria,
sebagaimana hasil wawancara penulis, berikut ini
kriteria-kriteria yang harus dimiliki oleh Amil-amil
program layanan jemput zakat:
90
a) Menjadikan dirinya sebagai amil dari panggilan
jiwa
Menjadi seorang amil zakat merupakan panggilan
jiwa karena zakat ini adalah sebuah kewajiban,
dan harus ada orang yang mengurus serta ahli
dalam bidang ini, baik dalam menghimpun
ataupun menyalurkan zakat kepada orang-orang
yang berhak menerimanya, karena ini merupakan
pekerjaan perintah ALLAH SWT,
b) Mampu menguasai ilmu ZIS (Zakat, Infaq dan
Shodaqoh)
Karena lembaga ini bergerak dalam bidang ZIS
maka seorang Amil harus pandai dan menguasai
ilmu seputar ZIS, hal demikian menjadi sangat
mendasar karena hal-hal yang diurusi setiap
harinya berkatian dengan itu semua.
c) Komunikatif
Seorang Amil pada program layanan jemput zakat
harus pandai berkomunikasi dengan orang lain
yang di layani, karena para amil akan berjempa
dengan orang dari berbagai macam latar belakang
pendidikan maupun ekonomi yang ingin
membayarkan zakatnya melalui program jemput
zakat.
d) Mampu mengendarai motor dan memiliki SIM
(Surat Izin Mengemudi)
91
Karena tugasnya menjemput zakat para Muzakki
yang berada di rumah atau tempat kerjanya dan itu
memerlukan kendaaraan, jadi seorang amil jemput
zakat di tuntut bisa mengendarai kendaraan roda
dua ataupun roda empat dan harus memiliki SIM
sebagai salah satu bukti mampu mengendarai
kendaraan dan mentaati peraturan berlalu lintas.
e) Mengetahui Jalan Sekitar Jabodetabek
Karena tugas kerja penjemputan zakatnya sekitar
daerah jabodetabek maka seorang amil jemput
zakat harus menguasai daerah sekitaran sana,
tujuannya untuk mempermudah dan mempercepat
penjemputan, agar lebih efektif dan efesien.
f) Gesit ( Responsif )
Seorang Amil jemput zakat harus pula gesit,
karena dalam jangka waktu sehari bisa menjemput
zakat tiga sampai lima tempat tergantung jarak dan
waktu, dan hal ini memerlukan kecepatan kan
ketepatan, selain itu pula disaat tidak ada
penjemputan zakat harus gesit membantu amil-
amil lain yang memepunya banyak kerjaan tanpa
menunggu perintah.
Pada dasarnya, secara kualitas Amil-amil
program layanan jemput zakat sudah sangat baik dan
memadai karena adanya kesesuaian antara teori SDM
yang telah di sebutkan diatas, dengan keadaan yang
terjadi di lapangan, dalam hal ini amil program
92
layanan jemput zakat, seperti dalam beberapa kriteria
itu mempunyai persamaan yang sangat erat, karena
BAZNAS melakukan perekrutan pekerja (Amil)
dengan sangat ketat dan mempunyai tahapan yang
rumit guna memperoleh Amil-amil yang berkompeten
dan berkualitas.
Sedangkan secara kuantitas, informasi yang
penulis dapatkan dari hasil wawancara, hanya ada 2
amil yang bertugas menjemput zakat para muzakki
tentu saja hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan atau
SOP yang ada pada program layanan jemput zakat,
sedangkan idealnya itu memerlukan empat sampai
lima orang yang bertugas menjemput zakat klo di
lihat dari kebutuhan program dan banyaknya muzakki
yang membayarkan zakatnya melalui program jemput
zakat. Dari dua amil yang ada pada saat ini pun salah
satunya merupakan staff counter BAZNAS yang
bertugas di kantor untuk melayani muzzaki yang
ingin membayarkan zakatnya langsung ke kantor
BAZNAS, ketika ada seorang muzakki yang
menghubungi untuk dijemputkan zakatnya maka staff
yang berjaga di counter pun langsung segera
menjemput dan meninggalkan counter yang ada,
karena kurangnya staff yang bertugas pada program
layanan jemput zakat, jadi staff yg ada mempunyai
double tugas yaitu menjaga counter dan menjemput
93
zakat, tentu saja hal ini tidak sesuai dengan SOP yang
ada pada suatu lembaga atau perusahaan.
Selain itu pula, dari informasi yang penulis
dapatkan hal ini terpaksa di lakukan karena masih
bisanya penjemputan zakat di lakukan oleh staff
penjaga counter dan masih kurangnya muzakki yang
membayarkan zakatnya melalui program jemput
zakat ini dan masih terbatasnya anggaran yang
dimiliki oleh BAZNAS sehingga hanya bsa
memanfaatkan Amil-amil yang ada :
b. Keuangan Progam
Keuangan merupakan hal yang sangat
penting atau vital dalam sebuah lembaga atau
perusahaan, ibaratnya seperti darah yang di
butuhkan manusia untuk menghidupkan seluruh
organ tubuhnya dan mengalir secara terus
menerus, khususnya lembaga yang bergerak di
bidang sosial seperti zakat, untuk program layanan
jemput zakat memiliki sistem keuangan yang
sudah diatur oleh divisi layanan muzakki
BAZNAS, karena program layanan jemput zakat
ini merupakan salah satu program yang ada di
divisi layanan muzakki.3 Berikut beberapa tahapan
pengajuan keuangan program:
1. Mekanisme pengajuan Permihonan Dana
3 Wawancara dengan kepala bagian layanan muzaaki Bpk. Taris
pada tanggal 13Juli 2018
94
Pengajuan permohona dana adalah sebuah
mekanisme pengajuan dan untuk kegiatan
program yang akan di lakukan dan telah
disetujui oleh ketua BAZNAS dan divisi
keuangan. Formatnya telah dibuat buku
oleh divisi keuangan yang dibuat oleh
setingkat staff ke atas sesuai dengan
program tersebut, pemeriksaan dilakukan
oleh ketua umum dan kepala divisi sesuai
dengan program yang akan diajukan.
2. Klaim Keuangan (Reimburse)
Klaim/reimburse keuangan adalah
pengajuan dana dari kegiatan operasional
yang telah dilakukan oleh amil. Reimburse
dapat di lakukan apabila:
Mendapatkan persetujuan dari
divisi keuangan untuk jumlah yang
sedikit atau sekitar Rp. 1.000.000.
Dalam keadaan darurat atau
terpaksa seperti kehabisan ATK
atau bensin pada saat penjemputan
zakat, maka bisa di lakukan
reimburse dengan cara memakai
uang kita terlebih dahulu.
Ada bukti transaksi dan nota yang
jelas untuk dilaporkan ke divisi
keuangan.
95
Laporan Keuangan Program atau
kegiatan
Laporan keuangan dibuat oleh penanggung
jawab pelaksana program dan di laporkan
kepada divisi keuangan program. Setelah
mendapat persetujuan maka laporan
keuangan akan membuat lampiran laporan
program yang di ketahui oleh kepala divisi
layanan muzakki dan di setujui oleh ketua
umum untuk di laporkan kepada divisi
Keuangan dan SDM.
Laporan keuangan di buat oleh masing-
masing program dan di laporkan kepada divisi
keuangan setiap bulannya atau disesuaikan
dengan periode selesainya suatu program.
c. Sarana Prasarana
Sarana Prasarana yang di sediakan oleh
baznas untu program layanan jemput zakat ini
sudah cukup baik atau layak untuk operasional
sehari-hari, karena program ini merupakan salah
satu program dari layanan muzakki sehingga
gedung atau kantornya bercampur dengan program
layanan muzakki yang lainnya. Untuk alat-alat
perlengkapan yang lainnya seperti: komputer,ATK
dan peralatan yang lainnya pun bercampur dengan
layanan muzakki.
96
Sarana prasarana yang lainnya seperti
motor atau mobil, Divisi layanan muzakki tidak
menyiapkan motor, untuk melakukan penjemputan
zakat maka mengunakan kendaraan motor amil itu
sendiri, maka dari itu menjadi amil jemput zakat
salah satu syaratnya ialah memiliki motor kan
masih kurangnya sarana prasarana yang baznas
berikan dalam hal kendaraan untuk program
jemput zakat, untuk operasionalnya seperti bensin
baznas menyiapkan dengan cara setiap kali
penjemputan zakat di berikan uang untuk membeli
bensin atau yang lainnya. Sedangkan untuk
kendaraan mobil baznas menyediakan, namun
mobil yang ada tidak hanya di peruntukan untuk
program layanan jemput zakat melainkan untuk
seluruh program yang ada di layanan muzakki ,
jadi untuk pemakaiannya tidak maksimal karena
harus bergantian dengan amil-amil dari program
yang lain.
Pada dasarnya kendaraan merupakan suatu
elemen yang sangat penting untuk program
layanan jemput zakat, karena sebagai alat yang di
gunakan untuk penjemputan zakat agar mampu
menjangkau seluruh muzakki yang ingin
membayarkan zakatnya lewat program ini serta
jauh lebih efektif dan efesin, namun BAZNAS
97
belum bisa memenuhi kendaraan yang dibutuhkan
untuk program layanan jemput zakat.
Jika di lihat dari teori sebuah fasilitas
program yang baik dan benar ialah harus
memenuhi kriteria berikut jika di lihat dari sarana
prasarana:
a) Sarana prasarana utama yaitu ada bangunan
yang cukup, ruangan yang memadai untuk
proses kegiatan pengerus kegeiatan tersebut,
ruang bimbinga, tempat beribadah berupa
masjid atau mushollah, dan kamar mandi
yang bersih dan rapih
b) Sarana prasarana pendukung yaitu perabot,
media elektronik, buku-buku bacaan atau
ilmu, teknologi, informasi dan komunikasi.4
Setelah penjelasan dan data-data di atas
dapat di taris kesimpulan bahwasanya sarana dan
prasarana yang di sediakan BAZNAS untuk
program layanan jemput zakat sudah cukup
memadai dari segi bangunan dan perlengakapan
ataupun peralatan kerja namun dari segi kendaraan
operasional belum memadai dan sedang menjadi
tahap proses perbaikan, dan sarana prasarana ini
4 Data diperoleh dari skripsi Yulia Damini yang berjudul “Evaluasi
Terhadap Program Layanan Menuju Mandiri Pada Laznas Al-Azhar Peduli
Ummat” pada tanggal 14 September 2018 hal. 63.
98
pua yang menjadi salah satu hambatan dari
internal untuk program layanan jemput zakat.
Namun jika dilihat dari segi keuangan
program sudah cukup baik dan memadai untuk
keberlangsung program jemput zakat, akan tetapi
dari sumber daya manusia pada program ini terjadi
tumpang tindih karena petugas yang men jemput
zakat bertugas pula untuk menjaga counter baznas
di kantor sehingga mempunyai dua pekerjaan
sekaligus, menyebabkan tidak efektifnya para amil
dalam memjalankan tugasnya sebagai penjemput
zakat.
2. Evaluasi Process
Dalam evaluasi proses yang menjadi titik berat
pembahasan penulis ialah pelaksaaan program dan
hambatan-hambatan serta dukungan program.
a. Proses Pelaksanaan Program
Program layanan jemput zakat dari segi
pelaksaan program sudah sesuai dengan satuan
SOP (Standart Operasional Program), dari segi
perencanaan maupun pengawasan, hal ini bisa
dilihat dari awal dibentuknya program ini
untuk memudahkan serta menjadi wadah para
muzakki untuk membayarkan zakat yang
hukumnya wajib di balik kesibukanya sehari-
hari dalam menjalankan aktivitasnya, selain itu
99
pula BAZNAS sebagai lembaga yang di
bentuk oleh pemerintah mengajak kepada
seluruh masyarakat Indonesia agar selalu
menunaikan zakatnya agar mampu menololong
saudara-saudara kita yang kurang mampu dan
zakat ini pula menjadi kekuatan bangsa untuk
menghentaskan kemiskinan dengan negara ini
yang mayoritas penduduknya beragama islam,
dengan demikian, keberadaan program ini
diharapkan mampu membangkitkan zakat di
negara ini, serta menjadi kekuatan ekonomi
baru yang belum banyak di ketahui.
Selain perencaan yang sudah cukup
matang, program ini juga mengadakan evaluasi
yang rutin dilakukan pada periode tertentu,
berikut beberapa periode evaluasi pada
program layanan jemput zakat:
1) Evaluasi yang diadakan 3 bulan sekali
yaitu untuk membahas masalah-masalah
yang terjadi atau penyimpangan dari
internal atau eksternal program rapat
melibatkan seluruh amil yangb berada di
divisi layanan muzakki.
2) Evaluasi yang di adakan satu tahun sekali
yaitu untuk membahas keberlangsungan
atau rencana-rencana kedepan program ini
serta capaian apa saja yang sudah dicapai
100
selama satu kebelakang dan membahas
pula kendala atau hambatan kondional
yang terjadi selama pelaksaan program,
rapat seperti ini merupakan rapat tahunan
yang di pimpin langsung oleh ketua
umum BAZNAS.
3) Evaluasi yang diadakan secara
kondisional yaitu evaluasi yang di
lakukan setiap ada masalah-masalah yang
terjadi tanpa diperkirakan sebelumnya
baik masalah yang timbul dari
pelaksanaan program ataupun dari amil-
amil yang melakukan kesalah pada saat
bekerja atau amil yang tidak di siplin
dalam menjalankan tugasnya, rapat ini
bersifat kecil karna hanya melibatkan
kepala bagian dan amil-amil program
layanan jemput zakat.5
b. Hambatan-hambatan program
Hambatan merupakan hal yang hampir
selalu terjadi dalam sebuah program, baik itu
hambatan yang timbul dari pihak internal
maupun eksternal, sama hal nyah dengan
program layanan jemput zakat yang tidak
terlepas dari hambatan. Berikut beberapa
5 Hasil wawancara dengan kepala bagian layanan muzakki bok. Taris
pada tanggal 13 juli 2018
101
hambatan yang terjadi di program layanan
jemput zakat BAZNAS:
1. Sistem informatika dan Layanan yang
masih susah di akses.
Program jemput zakat mempunyai sistem
pelayanan seperti, call center, mengakses
website BAZNAS dan melalui aplikasi
online yaitu muzakki corner, yang menjadi
hambatanya ialah semua sistem ini kurang
diperkenalkan atau dipublikasikan
sehingga keberadaan sistem layanan ini
jarang di ketahui oleh muzakki, hanya
segelintir orang saja yang mengetahui
sistem layanan ini itupun kebanyakan dari
sistem call center, selai itu pula, program
jemput zakat belum mempunyai aplikasi
online tersendiri yang secara khusus hanya
melayani jemput zakat, sehingga
keberadaan program ini belum banyak
dinketahui oleh masyarakat yang ingin
membayarkan zakatnya.
2. Muzakki
Program layanan jemput zakat mempunyai
hambatan yang sering terjadi yaitu dari
para muzakki, ketika ingin di jemputkan
zakatnya susah di hubungi atau tidak
menuliskan secara lengkap alamat
102
rumahnya sehingga menyulitkan untuk
amil menemukan rumahnya, dan
menunggu lama ketika muzakki dalam
keadaan berkerja, sampai menunggu tiba
waktu luang atau istirahat dan
mendapatkan ijin dari pihak tempat
muzakki bekerja.
3. Kendaraan operasional yang masih
terbatas.
Kendaraan merupakan suatu hal yang
sangat vital dalam program layanan jemput
zakat, sementara keberadaan kendaraan
hanya berjumlah 2-3 pada divisi layanan
muzakki. Hal ini lah yang menjadi salah
satu hambatan, untuk menjemput zakat
memerlukan kendaraan roda dua atau
empat karena jauhnya jarak yang akan di
tempuh oleh amil, sehingga tidak
memungkinkan jika menggunkan
kendaraan umum atau massal, sedangkan
dalam sehari amil bisa menjemput dua
sampai empat zakat para muzakki. Dengan
terbatasnya jumlah kendaraan yang ada
amil hanya bisa menjemput dua sampai
tiga zakat saja dalam sehari, sisanya akan
di jemput keesokan harinya.
103
c. Dukungan Program
Selain mempunyai hambatan program
layanan jemput zakat juga memiliki beberapa
dukungan baik dari segi internal ataupun
eksternal sama hal nyah dengan hambatan,
berikut beberapa dukungan yang ada pada
program layanan jemput zakat:
1. Semakin tingginya tingkat kepercayaan
masyarakat kepada BAZNAS.
Tingkat kepercayaan masyarakat yang
semakin tinggi kepada BAZNAS,
membawa pengaruh secara tidak langsung
kepada program layanan jemput zakat,
karena dengan semakin tingginya tingkat
kepercayaan semakin banyak pula
muzakki yang membayarkan zakatnya
melalui program ini, dari awal di
bentuknya program ini sampai sekarang
mempunyai pendapatan yang terus
mengingkat setiap tahunya dan semakin
bertambah juga jumlah transaksi zakat
melalui program ini, sehingga program
layanan jemput zakat selalu berusaha
meningkatkan pelayanan dan kepercayaan
kepada muzakki dengan cara melakukan
perbaikan setiap tahunya guna
104
mendapatkan muzakki yang jauh lebih
banyak lagi dari sebelumnya.
2. Amil yang saling mendukung atau
memotivasi satu sama lainnya.
Keberadaan amil yang saling mendukung
atau memotivasi satu sama lainnya
merupakan dukungan yang lebih kepada
baznas, dan merupakan nilai plus dalam
sebuah lembaga sosial atau pilantropi
seperti ini, karena mereka semua
menyadari bahwasanya profesi seperti amil
merupakan perintah ALLAH yang sudah
tertulis didalam Al-Qur’an dan menjadi
amil zakat merupakan suatu perkerjaan
yang mulia, atas kesadaran seperti inilah
yang membuat mereka saling mendukung
satu sama lainnya, dan selain itu pula, rasa
saling mendukung satu sama lain ini lah
yang memebuat mereka melupakan segala
permasalahan yang di alami baik dari dari
internal maupun eksternal. Sementara itu
para Amil-amil BAZNAS tidak hanya bisa
mengerjakan satu pekerjaan saja, semisal
pada saat Ramadhan di mana merupakan
momentum untuk menghimpun zakat
ummat yang akan menunaikan zakat fitrah
atau penghasilnya, amil tidak hanya fokus
105
dalam kerjaanya seperti amil yang bertugas
di bagian penyaluran maka pada saat
ramadhan bisa membantu amil-amil lain
yang bertugas di penghimpunan ataupun
amil yang bertugas di bagian keuangan dan
SDM bisa membantu dalam penghimpunan
dan sebailknya, hal ini yang yang
merupakan dukungan yang timbul dari
para amil-amil BAZNAS.
3. Sistem Manajemen yang cukup baik.
Sistem Manajemen merupakan salah satu
dari faktor pendukung dari program
layanan jemput zakat karena sistem
manajemen yang ada semuanya sudah
menggunakan computer atau online
seperti, pelayanan bagi muzakki yang ingin
zakatnya untuk dijemput, konfirmasi dan
laporan keuangan, hal ini yang
memudahkan bagi para amil dalam
menjalankan tugasnya serta membawa
kemudahan untuk muzakki yang ingin
menunaikan zakatnya melalui program ini
karena mudah di akses.
C. Evaluation Output
Evaluasi Output merupakan evaluasi yang di
laksanakan setelah sekumpulan program telah
dilaksanakan, dengan kata lain evaluasi yang
106
dilaksanakan setelah seluruh unit program di
lakukan.Adapun tujuan utama dari evaluasi ini adalah
untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan
suatu program dalam jangka waktu tertentu.6
Pada evaluasi ouput ini penulis akan
memfokuskan pembahasan program layanan jemput zakat
hasil wawancara dengan informasi yang didapatkan dalam
kurun waktu tahun 2018 sampai saat ini. Pembahasan
evaluasi output ini terdiri dari beberapa indicator di
antaranya yaitu pencapaian program, dampak yang terjadi
setelah pelaksanaan program, dan yang terakhir
keberlangsung program layanan jemput zakat sampai saat
ini.
1. Pencapaian program
Pencapaian program merupakan hal yang
sangat penting dari evaluasi yang penulis lakukan
dengan dilihatnya pencapaian ini dapat diketahui
apakah program tersebut sesuai dengan tujuan yang
direncanakan sejak awal dan membawa dampak
perubahan selama proses berjalannya program.
Pencapaian sebuah program dapat diketahui
dari hasil yang telah dicapai setelah program itu
berjalan, setelah dilakukan penelitian dan pembahasan
dapat diketahui bahwa program layanan jemput zakat
walaupun pada awal dibentuknya program ini hanya
6 Sudijono,Anas Pengantar Evaluasi pendidikan. ( Jakarta: Raja
Grafindo Persada) Cet. Ke-7 hal. 23
107
untuk memberi akses kemudahan dan menjaga
kepercayaan muzakki untuk menunaikan zakatnya di
BAZNAS dan selain itu pula tidak ada yang di
targetkan dari segi penghimpunan atau pendapatan
karna program ini difokusnya hanya untuk melayani
muzakki akan tetapi mampu memberikan dampak
yang baik serta berkontribusi dari segi penghimpunan
dana zakat yang nominalnya lumayan cukup besar.
Hal ini pun terbukti dari pencapaian
penghimpunan zakat maal yang selalu meningkat
disetiap tahunya melalui program layanan jemput
zakat, bukan hanya itu saja transaksi atau pejemputan
zakatnya pun selalu bertambah dari tahun ke tahun,
bahkan melalui program jemput zakat ini BAZNAS
mampu menerima zakat dari seorang muzakki sebesar
Rp. 600.000.000 yang merupakan rekor terbesar
penerimaan jemput zakat dari sejak dibentuknya
program ini sampai sekarang dan sekiranya sulit untuk
mengalahkan rekor penerimaan jemput zakat ini.7
Berikut ini adalah gambaran data penjemputan
zakat yang berhasil dihimpun, pada periode bulan
januari sampai juni 2018.
7 Hasil wawancara dengan kepala bagian layanan muzakki bpk. Taris
pada tanggal 13 juli 2018.
108
Gambar 3. Layanan Jemput Zakat.8
Dibawah ini merupakan data pendapatan jemput
zakat dan jumlah penjemputan zakat baik dari individual
atau lembaga yang menunaikan zakatnya melalui
program layanan jemput zakat, pada periode januari
sampai juni 2018.
No
. Bulan
Jumlah Muzakki Jumlah
Transaks
i
Jumlah ZIS
(Rp)
Individ
u
Lembag
a
1 Januari 9 4 13 99, 554,829
2 Februari 6 0 6 13, 646,000
8 Hasil wawancara denagn salah satu staff layanan jemput zakat, M.
Lalu, pada tanggal 19 Juli 2018.
0102030405060708090
100
Layanan Jemput Zakat
Layanan Jemput ZakatLembaga
Layanan Jemput ZakatIndividu
109
3 Maret 12 0 12 97,150,000
4 April 15 1 16 52,525,000
5 Mei 18 1 19 271,438,873
6 Ramadha
n (15
Mei- 15
Juni)
86 5 91 2,012,282,47
2
7 Juni 73 3 76 1,804,542,59
9
TOTAL 219 14 233 4,351,139,77
3
Gambar 4. Layanan Jemput Zakat.9
2. Dampak program
Dampak program merupakan salah satu
indikator dari hasil pencapaian yang telah di lakukan
program layanan jemput zakat. Program layanan
jemput zakat membawa dampak positif bukan saja
hanya untuk BAZNAS karena mampu menambah
penghimpunan dana zakat, melain juga untuk para
muzakki karena dengan adanya program ini muzakki
bisa jauh lebih percaya menyalurkan zakatnya dan
selain itu membuat muzakki yakin kalau zakat yang di
tunaikannya benar-benar di terima oleh BAZNAS,
9 Hasil wawancara denagn salah satu staff layanan jemput zakat, M.
Lalu, pada tanggal 19 Juli 2018.
110
dengan demikian mampu membantu menjalankan
program-program BAZNAS dari berbagai sektor yaitu
ekonomi seperti BAZNAS Microfinance desa, dan
zakat community development, dari segi pendidikan
seperti sekolah cendekia serta beasiswa BAZNAS dan
satu keluarga satu sarjana, dari segi sosial seperti,
BAZNAS tanggap bencana, Rumah sakit BAZNAS
dan dakwah advokasi.
Dampak lain dengan adanya program ini tentu
saja membantu mengentaskan kemiskinan melalui
zakat, sebagaimana telah kita ketahui bersama
bahwasanya zakat merupakan salah satu sumber
ekonomi ummat islam yang masih jarang di sadari
bahkan jarang dilaksanakan oleh ummat islam.
Kebanyakan ummat islam hanya menunaikan zakat
fitrahnya saja yang secara nominal sangat kecil hanya
puluhan ribu saja, sedangkan ada zakat yang
nominalnya jauh lebih besar seperti zakat mall,
penghasilan, perdagangan, barang temuan dan emas,
namun saja zakat seperti ini jarang diketahui oleh
ummat islam baik secara perhitungan zakatnya
ataupun batas maksimum mengeluarkan zakat (nisab).
Padahal jika zakat seperti ini di manfaatkan dengan
sebaik-baiknya tentu saja ekonomi ummat islam jauh
lebih membaik bahkan mampu mengentaskan
kemiskinan ummat islam.
111
Keberadaan program jemput zakat selain
menjaga kepercayaan dan memudahkan muzakki
untuk membayarkan zakatnya di balik kesibukannya
didalam menjalankan aktivitas sehari-hari, juga
membuktikan bahwasanya perkembangan zakat ini
negri ini sedikit demi sedikit sudah lebih membaik dan
berkembang, hal ini bisa dilihat dari program jemput
zakat yang mengunkan teknologi yang sedang
berkembang di era globalisasi ini atau yang di sebuat
dengan era digital seperti internet,smartphone dan
teknologi berbasis aplikasi, yang dikenal dengan
zaman era milenial, program jemput zakat selalu
berinovasi untuk menyesuaikan dengan perkembangan
zaman saat ini,semua ini di lakukan tujuannya hanya
untuk membangkitkan zakat di negri ini serta
mempermudah masyarakat dalam menunaikan
kewajiban berzakat.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui
bahwa program layanan jemput ini memiliki dampak
yang sangat besar terutama untuk BAZNAS dalam
bidang penghimpunan dana zakat, dan selain itu pula,
untuk muzakki sebagai jawaban atas keraguan dalam
menunaikan zakatnya karena takut niatnya tidak di
bacakan ataupun zakat yang di tunaikannya tidak
sampai ke BAZNAS serta memberi kemudahan dalam
menunaikan zakat dibalik kesibuaknnya dan yang
terakhir membuktikan bahwasanya program zakat
112
mampu mengikuti perkembangan zaman serta mampu
bersaing dengan segala inovasi-inovasi yang
diciptakan.
3. Keberlangsungan Program
Keberlangsungan program layanan jemput
zakat merupakan salah satu program yang berfokus
melayani zakat dari para muzakki tanpa adanya targer
yang di beratkan dan salah satu program yang ada di
divisi layanan muzakki BAZNAS, karena program ini
pun dibentuk dari awal bediri hingga saat ini. Sebuah
lembaga Filanthropi Islam seperti BAZNAS apabila
tidak memiliki program layanan seperti ini tentu saja
tidak akan mudah dalam pengimpunan dana zakat dari
masyarakat atau muzakki, program layanan jemput
zakat ini akan terus berkembang dan berinovasi dalam
menjalankan programnya serta membuat perbaikan
kedepannya agar program ini selalu mampu
memberikan pelayanan yang cukup baik kepada
muzakki.
Keberlangsungan dari segi keuangan pun
sudah cukup baik karena besarnya anggaran yang
diperuntukan untuk program ini, sehingga tidak di
temukan kendala dari segi financial, dan amil yang
bertugas pun berjalan sesuai prosedur pelayanan
program. Pengawasan dari kepala divisi serta kepala
bagian layanan muzakki pun sudah cukup baik karena
pengawasan ini dilakukan setiap satu minggu sekali
113
atau satu bulan sekali sehingga setiap ada masalah
yang timbul pada program ini dengan segera bisa
diselesaikan agar masalah yang ada tidak menjadi
besar atapun menjadi suatu batu sandungan untuk
kedepannya, dan selain itu pengawasan yang di
lakukan ini bertujuan guna mengantisipasi masalah
yang di lakukan oleh amil dalam membuat laporan
ataupun dalam menjalakan tugasnya serta memberi
pelayanan kepada muzakki.
Program ini akan terus berlanjut, karena
program ini menjadi tangan panjang BAZNAS dalam
memberikan pelayanan kepada muzakki yang ingin
menunaikan zakatnya, sehingga nantinya akan terus
bertambah lagi muzaki-muzakki lainnnya yang akan
berzakat ke BAZNAS, meskipun masih banyak
kekurangan pada program ini baik segi
pelayanan,prosedur ataupun penjemputan namun itu
semua merupakan masalah yang tidak terlalu besar
karena bisa di atasi dengan sedikit demi sedikit
kedepannya, yang terpenting progam ini mampu
melayani muzakki dan memberi pelayanan dengan
baik agar semakin meningkat rasa kepercayaan
masyarakat kepada lembaga ini kedepannya10
.
10
Hasil wawancara dengan kepala bagian layanan jemput zakat Bpk
Taris pada tanggal 19 Juli 2018
114
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwasanya keberlangsungan program layanan jemput
zakat merupakan hal yang penting bagi BAZNAS
dalam memberikan pelayanan kepada muzakki, karena
program ini merupakan program yang terjun langsung
kepada muzakki dan keberadaan program ini
perwakilan wajah BAZNAS dalam memberikan
pelayanan yang baik kepada muzakki.
115
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program layanan jemput zakat dari segi
pelaksanaan program sudah cukup baik sesuai dengan
SOP yang berlaku , Sedangkan untuk evaluasi program
penulis menggunakan tiga indikator yaitu evaluasi input,
proses dan evaluasi output.
Evaluasi program layanan jemput zakat dari segi
evaluasi input sudah cukup mendukung dan memadai,
karena SDM, anggaran dan sarana prasarana serta
fasilitas yang tersedia sudah cukup layak untuk operasinal
program, walapun masih banyak kekurangan yang perlu
di perbaiki kedepanya agar program ini berjalan lebih baik
lagi nantinya.
Pada evaluasi program dari segi proses, program
layanan jempu zakat sudah berjalan dengan baik dan
tersusun secara sistematis, dikatakan demikian karena
hambatan program tidak menjadi salah satu kendala
yang besar untuk proses pelaksaan program hal ini bisa
diatasi dari amil-amil yang bekerja dengan rasa penuh
tanggung jawab serta saling membantu satu sama lainnya.
Dan yang terakhir, dari segi evaluasi output
program ini sudah berjalan melampaui pencapaian
perkiraan awal di bentuknya program ini, dari yang hanya
melayani muzaki, hingga bisa menghimpun dana zakat.
116
B. Saran
Saran penulis untuk Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dan terkhusus untuk program layanan jemput
zakat sebagai objek penelitian penulis.
1. Teruntuk BAZNAS saran penulis agar bisa lebih
memperhatikan lagi kendaraan operasional untuk
program layanan jemput zakat agar lebih baik lagi
kedepannya.
2. Sumber daya manusia atau amil agar lebih
ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
3. Membuat sistem yang lebih mudah diakses oleh
banyak orang dan mampu menjangkau seluruh
masyarakat.
4. Jumlah minimal zakat yang dijemput serta jarak yang
ditentukan agar dirubah kedepanya guna bisa
melayanai seluruh muzakki yang ingin menunaikan
zakatnya.
5. Publikasi program layanan jemput zakat agar lebih
gencar lagi kedepannya.
6. Kegunaan bukti sektor zakat (BSZ) perlu
dipublikasikan lagi agar muzakki mengetahui
fungsinya sebagai pengurang objek pajak.
117
Daftar Pustaka
Abu Luwis al-Ma’lufi, al-Manjid Fil Lughah wal- A’lam, Beirut :
Darul Masyriq, 1996.
Anas , Sudijono. Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada) Cet. Ke-7.
Affi, Agus Thayib dan Ika, Sabira. Kekuatan Zakat, Yogyakarta:
Pustaka Alban, 2010.
Atwi, Suparman M dan Aminudin, Zulhairi. Pendidikan Jarak
Jauh Teori Dan Praktek, Jakarta: Universitas Terbuka,
2004.
Arikunto, Suharsimi dan Safrudin Cepi. Evaluasi Program
Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa
dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009)
cetakan ke-3.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta: Bulan Bintang, 2003, Cet. ke-9.
Arif, Mufrani. Akuntansi dan Manajemen Zakat, Jakarta:
Kencana, 2008.
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Juz III, Bairut:
Daar al-Fikr, 2007.
Bustami, Fuad. Munjid at-Tullab, Beirut: Darul Masyriq,1986,
Cet. II.
Bukhari I/234 no.629, dan Muslim II/715 no.1031.
Damini Skripsi Yulia, “Evaluasi Terhadap Program Layanan
Menuju Mandiri Pada Laznas Al-Azhar Peduli Ummat”.
Data WZF di Yogyakarta pada 29 September - 1 November 2010.
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya.
118
Djuju, Sudjana. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Mei 2006, cetakan
pertama.
Elis, Wulan Ratna & Rusdiana. Evaluasi Pembelajaran (Dengan
Pendekatan Kurikulum 2013) . Bandung: Pustaka Setia,
2014.
Farida , Tayipnapis. Evaluasi Program. Jakarta : Rineka Cipta,
2008.
Farid, Masehudi. Pedoman Lengkap Evaluasi dan Supervisi
Bimbingan Konseling. Jakarta : Diva Press, Oktober 2015,
cetakan ke-1.
Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006.
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, Cet. ke-3.
Hardjto, Dydiet. Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian ,
Jakarta: Rajawali Pers, 2001, cet ke-3.
Hasil wawancara dengan kepala bagian layanan muzakki Bpk.
Taris pada tanggal 13 Juli 2018.
Hasil wawancara denagn salah satu staff layanan jemput zakat,
M. Lalu, pada tanggal 19 Juli 2018.
http://pusat.baznas.go.id/profil/.di akses pada tanggal 24 April
2018.
http://pusat.baznas.go.id/posko-aceh/peran-baznas-sebagai
lembaga-nonstruktural-dalam penanggulangan-kemiskinan.
Diakses pada tanggal 09 juli 2017.
http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=5493&catid=2, diakses
padda tanggal 19 februari 2018.
119
http://republika.co.id/berita/duniaislam/wakaf/16/10/18/of8t8a31
3-ini-potensi-zakat-indonesia di akses pada tanggal
19februari 2018.
http://nasional.kontan.co.id/news/biar-optimal-baznas-siaplayani-
jemput-zakat Bambang Sudibyo, selaku ketua umum
BAZNAS dalam artikel di akses pada tanggal 19 februari
2018.
http://nasional.kontan.co.id/news/biar-optimal-baznas-siaplayani-
jemput-zakat tentang program jemput zakat BAZNAS,
artikel diakses pada tanggal 19 Februari 2018.
http://pusat.baznas.go.id/profil/.di akses pada tanggal 24 April
2018.
http://arihdyacaesar.wordpress.com/2012/01/13/pengertian-
evaluasi-dan-evaluasi-pendidikan/di akses pada tanggal 6
April 2018.
https://kbbi.web.id/program di akses pada tanggal 7 April 2018.
John, Echols dan Hasan Sadiri. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Februari 2003,
cetakan XXV.
Kementrian Agama RI, Standarisasi Amil Zakat di Indonesia,
Jakarta: 2012.
M, Subhana. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung : CV.
Pustaka Setia, 2001, Cet ke-1.
Mardapi, Djemari. Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi, Seminar Nasional Rekayasa Sistem Penilaian
Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pendidikan.
Yogyakarta: Hapy 2004.
Mulyatiningsih, Endang. Evaluasi Proses Suatu Program,
Jakarta: Bumi Aksara 2011.
120
Musa, Subari, Evaluasi Program Pembelajaran dan
Pemberdayaan Masyarakat Bandung: Y-Pin Indonesia,
2005.
Manzhur Ibnu, Lisanul ‘Arabi, Beirut: Darul Ma’aarif, 1988,
Cet. III, Juz ke- 4.
Narbuko Cholid, H Abu Ahmad. Metodologi Penelitian, Jakarta :
Bumi Angkasa, 2002.
Poerwandari, Ekristi. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian
Psikologi, Jakarta: Lembaga Pengembangan sarana
Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983.
Purwanto, Evakuasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
Qhardawi Syekh, Yusuf Muhammad, Konsensi Islam dalam
Mengentaskan kemiskinan, Terj. Umar Fanany, Surabaya:
PT. Bina Ilmu.
Qardhawi ,Yusuf. Hukum Zakat, Jakarta: Lentera Antar Nusa,
2007, Cet. Ke-2.
Rukhiyat, Adang dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, Jakarta:
Dinas Olahraga dan Pemuda,2003 cet 3.
Rutman, Leonard. Evaluasi Research Methodology New Delhi:
Publishing India PUT. Ltd, 2 ed, 1984.
Ruslan, Rosadi. Metode Penelitian Public Relations dan
Komunikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007), Cet. ke-4.
Sudaryono, Dasar dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
PT Graha Ilmu 2012) cetakan ke-1.
Suharsimi, Arikunto. Penilaian Program Pendidikan,
Yogyakarta: Bina aksara, Agustus 1988.
121
Sudiijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada 2011.
Soekanto, Soerjono dan Mamudji Sri. Penelitian Hukum
Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011.
Samiaji, Sarosa. Penelitian Kualitatif (dasar-dasar), Jakarta
Pusat: PT Indeks, 2012.
Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya,
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Salsabila, Ellis. Logic Model Pada Evaluasi Program. Jurnal
Matematika dan IPA, Vol. 12, No.1, 2013.
Syaikh, Shaleh bin Fauzan bin ‘Abdullah al-Fauzan. Mulakhkhas
Fiqhi, Jakarta: Ibn Katsir, 2011, Cet. Ke- 1, Jilid 1.
Salinan Keputusan Presiden No. 66 Tahun 2015 Tentang
Pengangkatan Anggota Badan Amil Zakat Nasional
Periode 2015-2020.
Widoyoko, Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran:
Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Yasin, Ibrahim al-Syaikh. Zakat Menyempurnakan Puasa
Membersihkan Harta Bandung: Marja, 2004.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT. Mahmud
Yunus Wadzurriyyah.
Zainal, Arifin. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik dan
Prosedur .( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013)
cetakan ke-5.
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA DENGAN NARASUMBER
Nama : Taris
Jabatan : Kepala Bagian Layanan Muzakki
Tanggal : 13 Juli
Waktu : 10.00 s/d selesai
1. Bagaimana sejarah program layanan jemput zakat maal
BAZNAS ?
Sejarah berdirinya program layanan jemput zakat
itu sejak saat berdirinya BAZNAS pada tahun 2001,
artinya berbarengan dengan berdirinya BAZNAS,
program ini diperuntukkan hanya untuk melayani
muzakki, oleh karena itu, program ini berada dibawah
divisi layanan muzakki, yang tujuannya ya untuk
melayani saja tanpa adanya target yang harus dicapai
setiap tahunya, selain itu pula bedirinya program ini
sebuah inisiasi dari para amil-amil BAZNAS melihat
potensi zakat yang sangat besar namun zakat yang
berhasil dihimpun justru sebaliknya hanya sedikit, dengan
adanya program layanan jemput zakat ini diharapkan
penghimpunan dana zakat bertambah lagi karena sudah
tidak ada alasan untu masyarakat sulit menunaikan
zakatnya terkhusus ke lembaga-lembaga zakat seperti
BAZNAS ini, jadi sejarahnya program ini berangakat dari
sebuah layanan yang ingin diberikan untuk muzakki.
2. Bagaimana cara mengakses program layanan ini bagi
masyarakat yang ingin zakatnya di jemput ?
Kami menyediakan banyak cara yang bisa di akses
bagi masyarakat yang ingin zakatnya di jemput, kita
punya yang namanya call center di mana amil-amil di
program layanan selalu siap dihubungi pada waktu jam
kerja yaitu senin sampai hari jumat untuk hari biasa,
sedangkan untuk ramadhan amil kita selalu siap setiap
harinya karena pada saat bulan ini sedang banyak-
banyaknya masyarakat yang menunaikan zakatnya
melalui program ini, selai itu pula bisa dengan cara
mengakses website BAZNAS yang mana nanti disitu akan
muncul kotak yang merupakan sebuah layanan bagi para
muzakki berada disebelah pojok kanan bwah di situ
masyarakat bisa menuliskan keinginanya salah satunya
adalah layanan jemput zakat maal, dan ada juga sebuah
aplikasi yang bisa di dowload di smartphone masing-
masing dengan nama aplikasinya muzakki corner disitu
masyarakat juga bisa memilih layanan yang diinginkan
salah satunya layanan jempt zakat, ini semua mudah
diakses oleh masyaakat agar memudahkan dalam
menunaikan zakatnya.
3. Berapa jumlah minimum zakat yang dijemput ?
Jumlah minimum zakat yang bisa dijemput pada
program layanan jemput zakat untuk saat ini sebesar Rp.
500.000 ini sudah melalui pertimbangan dengan segala
faktor dan keterbatasan internal yang ada, untuk saat ini
kami hanya mampu segitu, dan dibawah itu kita belum
sanggup untuk menjemputkan zakatnya, bagi para
muzakki yang ingin menggunkan layanan ini kita sudah
mematok segitu jumlah minimalnya namun tidak menutup
kemungkinan untu kedepannya kita bisa menjemput zakat
dari para muzakki yang jumlahnya dibawah dari itu.
4. Sejauh mana jarak jemput zakat yang mampu di jemput
program ini ?
Program layanan jemput zakat untuk saat ini baru
hanya bisa menjemput zakat dari para muzakki sekitar
daerh Jabodetabek, hal ini dilakukan mengingat SDm
yang ada terbatas serta kendaraan yang ada juga masih
terbatas, selain itu jika penjemputan masih tetap dilakukan
diluar daerah yang sudah ditentukan tentu saja akan
memakan banyak waktu, sedangkan masih banyak yang
harus dijemput lam sehari tentu ini sudah dipikirkan
matang-matang dan sudah melalui pertimbngan. Namun
hal itu bisa saja berubah jika untuk kedepannya melihat
potensi jemput zakat yang selalu meningkat setiap
tahunya.
5. Berapa Jumlah amil yang ada pada program layanan
jemput zakat ?
Jumlah amil yang ada pada program layanan jemput zakat
pada dasarnya hanya ada satu orang itupun merangkap
karena dia juga sebagai petugas yang menjaga counter di
kantor sini untuk melayani muzakki yang ingin
menunaikan zakatnya secara langsung, namun jika
permintaan layanan jemput zakat meningkat saya akan
turun tangan langsung dan membantu untuk penjemputan,
karena dia hanya sendiri tentu saja tidak bisa melayani
semunya, amil memang sangat sedikit yang ada sekarang
mengingat faktor-faktor internal masih belum sanggup
menambah personil untuk saat ini, sejauh ini si masih bisa
kepegang dengan jumlah dua amil termasuk saya,paling
saja pada bulan ramadhan kita menamah personil dari
para relawan ramadhan BAZNAS, karena pada saat
bulan-bulan ini meningkat tajam zakat yang dijemput.
6. Apakah sarana prasarana yang ada sudah cukup
mendukung untuk keberlangsungan program ini ?
Sarana prasarana yang ada saat ini sudah cukup
mendukung, bisa dilihat dari bangunan gedung yang ada
ini sudah cukup membantu program layanan jemput zakat,
selain itu laporan kegiatan jemput zakat pun semuanya
sudah tercatat didalam komputer jadi kita tidak manual
lagi tidak ditulis tangan atau di tulis diatas kertas,
tujuanya agar ketika laporan nantinya kita mudah untuk
mengakses data penjemputan jumlah muzakkinya berapa
dan rata-rata penjemputan perbulan tuh berapa, namun
saja kita memiliki kekurangan atau keterbatasan dari segi
kendaraan, kendaraan yang ada belum cukup untuk, kita
saja untuk penjemputan zakat masih harus menggunakan
motor prbadi kita karena kendaraan masih bergantain
dengan programnya lainnya yang berada di divisi layanan
muzakki mudah-mudahan si nanti bisa mempunyai
kendaraan sendiri agar bisa lebih maksimal lagi.
7. Berapa besar jumlah nominal zakat yang berhasil di
jemput ?
Pada dasarnya kan program ini tidak memiliki target yang
harus dicapai, namun pendapatan zakat yang didapatkan
program ini tidak sedikit dan ini cukup membantu untuk
penghimpunan dana zakat BAZNAS, tahu ini saja baru
sampai bulan juni kita sudah berhasil menghimpun
sejumlah 1 milyar lebih dan semuanya didapatkan melaui
jempu zakat dan ini merupakan sebuah keberhsilan
jemput zakat, tentu saja ini diluar perkiraan kita karena
program ini dibentuk kan untuk melayani saja, melihat
grafik yang ada juga selalu meningkat setiap tahunya dan
jumlah muzakki pun semakin banyak tentu saja kita
merasa cukup bangga melihat data-data yang ada
8. Sejauh ini apakah program layanan jemput zakat sudah
cukup membantu BAZNAS dalam melayani muzakki
yang ingin menunaikan zakatnya ?
Iya, tentu saja sudah cukup membantu, program ini kan
dibawah divisi layanan muzakki maka tugasnya pun
hanya melayani saja, muzaki pun selalu ini merasa puas
dengan layanan penjemputan yang kami lakukan karna
jumlah muzakki pun selalu bertambah setiap tahunya,
bukan hanya itu saja banyak muzakki yang sudah berkali-
kali membayar zakatnya melalui program ini bahkan
banyak pula yang memuji program layanan ini serta
memberika uang kepada amil yang menjemput,
keberadaan program ini cukup membantu layanan
muzakki karena kan banyak tuh yang harus dilayani maka
progra ini embantu dari sisi muzakki yang ingin
menunaikan zakatnya namun sibuk dengan aktivitas
sehari-harinya.
9. Bagaimana evaluasi yang dilakukan untuk program ini ?
Evaluasi yang dilakukan untuk program ini banyak
caranya klo dari internal itu kita melakukan evaluasi
dalam beberapa waktu, ada yang satu bulan sekali, ada
yang tigabulan sekali dan ada pula yang satu tahun sekali
ini dilakukan di luar dan sekaligus libuan untuk para amil,
selain itu ada pula evaluasi yang kita lakukan setiap
timbul masalah ditengah-tengah pelaksanaan ataupun
muzakki maka kita segera melakukan evaluasi tujuannya
agar masalah yang ada tidak semakin membesar, ada pula
evaluasi dari muzakki yaitu dengan cara membuat kolom
kepuasaan di halaman website yang dilakukan setiap
tahun agar para muzakki bisa menuliskan ketidak
puasanya ataupun kekecewaanya agar proram ini semakin
baik kedepannya.
10. Pada waktu kapan saja dan siapa aja yang hadir dalam
evaluasi program ini ?
Waktu evaluasi yang kita lakukan sebagaimana yang telah
saya jelaskan diatas, satu bulan sekali dan sampai satu
tahun sekali, evaluasi yang satu bulan sekali itu dipimpin
oleh kepala divisi melibatkan seluruh amil yang ada pada
program divisi layanan muzakki, dan untuk yang tiga
bulan sekali pun sama dipimpin oleh kepala divisi dan
melibatkan seluruh amil yang ada rapatnya dilakukan di
gedung kita di sini di kantor layanan muzakki, dan untuk
yang satu tahun sekali itu evaluasi besar yang langsung
dipimpin oleh ketua umum BAZNAS dan melibatkan
seluruh amil yang ada dari berbagai divisi dan bagian.
11. Dalam setahun berapa banyak evaluasi yang dilakukan ?
Jika dalam setahun ya tinggal dijumlahkan saja berarti
kurang lebih kita melakukan tiga kali evaluasi setiap
tahunya, ini merupaka sebuah hal yag pasti kami lakukan
karena kekurangan atau kelebihan program layanan
jemput zakat ini bisa kita ketahui melalui evaluasi ini,
tujuanya si agar kita semakin baik lagi dalam melayani
muzakki dan syukur-syukur bisa selalu bertambah agar
semakin banyak pula masyarakat yang kita layani dan
mengetahui adanya program ini.
26 Juli 2018
Bpk. Taris
Kepala Bagian Layanan Muzakki
HASIL WAWANCARA DENGAN NARASUMBER
Nama : M. Lalu
Jabatan : Amil Layanan Muzakki BAZNAS
Tangal : 13 Juli
Waktu 12.00 s/d selesai
1. Bagaimana perkembangan program layanan jemput zakat
maal sejauh ini ?
Setahu saya si sebagai orang yang terjun langsung ke
lapangan dan yang menjemput zakat langsung iyaa
semakin baik dan jumlah yang saya jemput cukup
meningkat, karena dari hari ke hari yang saya rasakan
seperti itu ada saja meskipun satu ada dua muzakki yang
saya jemput zakatnya, selain itu pula tidak hanya dari
perorangan saja yang menginginkan zakatnya di jemput
bahkan lembaga-lembaga pemerintah, perusahaan BUMN
ataupun perusahaan swasta lumayan banyak juga yang
menunaikan zakatnya melalui program ini dan saya sering
menjemput ke sana, melihat hal ini saya sebagai amil yng
bertugas menjemput zakat tentu saja sangat bangga dan
senang melihat perkembangan program ini, selain itu
banyak dari para muzakki yang merasa terbantu dengan
adanya program jemput zakat ini karena mereka merasa
lebih yakin zakatnya bahkan sampai denan baik.
2. Faktor apa saja yang menjadi hambatan pada program ini?
Hambatan yang saya temui di kantor ataupun lapangan si
iya, paling klo dari kantor seperti saya harus melakukan
dua pekerjaan sekaligus sebagai orang yang selalu siap di
counter dan harus slalu siap juga untuk mejemput zakat
jika adanya muzakki yang menginginkan zakatnya
dijemput, itu saja si yang saya rasakan klo di kantor mah
jadi saya cukup pusing juga, sedangkan untuk di lapangan
si palingan susah menemui rumah atau kantor muzakki
karena keterbatasan pengetahuan saya tentang daerah-
daerah sekitar Jabodetabek, selain itu pula ada muzakki
yang kurang lengkap dalam menuliskan alamat rumahnya
dan ini cukup membuat saya kebingungan, untuk sejauh
ini si bisa saya temui semua meskipun saya harus bayak
betanya kepada orang-orang, itu lah susahnya kerj
lapangan, terkadng banyak pula kejadian-kejadian yang
terjadi diluar perkiraan kita.
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi dukungan dalam
menjalankan program ini ?
Faktor yang menjadi pendukung program ini salah
satunya dari para amil , karena kita di sini saling
membantu dan saling menolong satu sama lainya jadi ini
yang membuat kita semakin semangat dalam melakukan
pekerjaan masing-masing, jika saya menemui kesulitan
untuk alamat yang kan saya tujuh untuk penjemputan saya
bertanya dengan amil-amil yang lainya bahkan terkadang
membantu saya untuk memjemput zakat, pokoknya kita di
sni sudah kaya keluarga deh semuanya dilakukan dengan
bersama-sama, dan untuk dukungan dari luar iyaa
palingan dari muzakki yang senang dan memeberi tahu
teman-temanya yang lain untuk bisa menunaikan zakatnya
di program ini, dari lisan ke lisan saja gitu, karena mereka
senang dengan peayanan yang kita berikan jadisecara
tidak langsung dia juga mebantu kita dalam
mempublikasikan kita di depan teman-temanya atau
saudaranya, dan selain itu karena kita lembaga pemerintah
jadi masyarakat iyaa sedekit lebih percaya kepada kita.
4. Muzakki dengan karakter apa saja yang di temui
dilapangan selama menjemput zakat ?
Jikalau karakter sih, iya pasti berbeda-beda karena kan
setiap orang mempunyai karakter masing-masing, pernah
saya menemui muzakki yang cuek tidak banyak omong,
saya sampai rumahnya iya langsung membackan doa niat
zakat dan menerima uang setelah itu saya langsung saya
langsung pulang, ada juga baik dan ramah banyak obrolan
baru sampai sudah di persilahkan makan denga segala
makanan yang sudah disiapkan, bahkan ada yang sampai
diberikan uang di luar uang zakat yang ditunaikan sebagai
rasa terima kasinya karena sudah dijemputkan, dan pula
yang sampai memberikan kita makanan untuk di makan di
jaln atau di kanto, ada juga yang harus menemuinya kita
nunggu lama karena orangnya sedang bekerja kita tunggu
sampai waktu istirahat tiba , pokoknya semua karakter
hampir sya temukan di sini.
5. Apakah mempunyai kendala dalam segi keuangan sebagai
orang yang menjemput zakat ?
Sejauh ini sih tidak, karena setiap kali saya menjemput
zakat kan memerlukan bensin tuh, jadi beli bensinya
memakai uang saya terlebih dahulu, nanti ketika dikantor
akan di ganti oleh bagian keuangan program dengan cara
saya memberikan struk sebagai tanda bukti pengisian
bensin dan itu harus diberikan agar uang kita di ganti,
untuk parkir pun sama hal nyah harus memberikan bukti
parkir agar uang kita di ganti oleh bagian keuangn
program, sedangangkan untuk makan serta minum
menggunakan uang sendiri karena program tidak
memberikan uang ganti untuk itu, saya pikir cukup baik
semuanya untuk masalah keuangan karena saya pun tidak
menunggu lama setelah saya berikan buktinya cukup
menunggu beberapa jam tidak sampai seharian uang pun
sudah cair
26 juli 2018
M . Lalu
Amil layanan Jemput zakat
Kantor Layanan Muzakki BAZNAS
Kantor layanan muzakki
Foto bersama Amil layanan jemput zakat
Foto bersama salah satu pengurus BAZNAS
Foto bersama amil-amil layanan muzakki BAZNAS
Foto bersama amil layanan muzakki