27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai re terhadap pengaruhfaktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, pap skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak s bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cender residif dan menjadi kronis (Sularsito, dkk, 2!!). Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis ko yaitu dermatitis kontakiritan (D"#) dan dermatitis kontak alergik (D"$), keduanya dapat bersifat akut maupun kronik. Dermatitis iritan merupakan r peradangan kulit nonimunologik, sehingga kerusakan kulit terjadi langsung didahului proses sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terja seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen (Sulars 2!!). %ila dibandingkan dengan D"#, jumlah penderita D"$ lebih sed karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensi Diramalkan bah&a jumlah D"$ maupun D"# makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat. 'amun informasi mengenai prevalensi dan insidensi D"$ di 1

DKA Noedit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dka description

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis (Sularsito, dkk, 2011).Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA), keduanya dapat bersifat akut maupun kronik. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, sehingga kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen (Sularsito, dkk, 2011).Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitif). Diramalkan bahwa jumlah DKA maupun DKI makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat. Namun informasi mengenai prevalensi dan insidensi DKA di masyarakat sangat sedikit, sehingga berapa angka yang mendekati kebenaran belum didapat (Sularsito, dkk, 2011).Dahulu diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan DKA 20%, tetapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50 dan 60 persen. Sedangkan dari satu penelitian ditemukan frekuensi DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih sering dari pada DKA akibat kerja (Sularsito, dkk, 2011). Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi, tetapi umumnya DKA jarang ditemui pada anak-anak. Prevalensi pada wanita dua kali lipat dibandingkan pada laki-laki. Bangsa kaukasian lebih sering terkena DKA dari pada ras bangsa lain (Sumantri, dkk, 2005). Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah (