Click here to load reader
Upload
arief-rahman-hakim
View
302
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Halaman 1
J U M A T , 2 8 J U N I 2 0 1 3 E D I S I 1 8
ARH LIBRARY NEWS DEWAN PENASIHAT
Ir. H.. Ahmad Saifudin Mutaqi
Mln. Shagir Ahmad
PENANGGUNGJAWAB
Suseno
KOORDINATOR
Nasir Ahmad
KONTRIBUTOR
Iin Quratul Ain Rizqi Baihaqi
TIM REDAKSI
Alamat : Jl. Atmosukarto 15 Kotabaru Yogyakarta 55224 Telp./Fax (0274) 586723 website : www.arhlibrary.com twitter : @arhlibrary e-mail : [email protected]
KHILAFAH HTI
MENODAI AGAMA &
NEGARA 1
ALHAMDULILLAH
ATAU BAHAYA? AH-
MADIYAH
“BLUSUKAN”
3
PUISI AHMADIYAH,
MENGACAK-ACAK
AL-QURAN? 4
AHMADIYAH TER-
ANIAYA TETAP BER-
JASA UNTUK BANG-
SA DAN AGAMA
5
M inggu pagi ini saya
menemukan se-
buah Riwayat had-
its. Hadhrat Utsman r.a. pernah
bersabda: Karena Khilfah Allah
Ta’ala telah mempersatukan kamu,
dan sekarang kalau kamu hendak
menghapuskan khilafah, ingatlah,
sampai hari kiyamat kamu tidak
akan perna bersatu”.
Apa yang di nasehatkan oleh
khalifah Utsman r.a. benar adan-
ya. Kita tau dalam sejarah jejak
perjuangan Khalifatur Rasyidah,
Islam mengalami kemuduran. Ke
khalifahan bak roti di padang pasir
menjadi bahan rebutan, hingga ter-
jadi beberapa kali ancaman ter-
hadapa khalifah yang sedang men-
jabat. Masih kuat di ingatan kita,
kematian tragis yang harus di alami
dua orang, Khalifah Utsman r.a.
dan Ali r.a. Ini mungkin juga yang
memberika sinyal kuat akan begitu
penting, dan strategis Jabatan Kha-
lifah, sehingga menjadi bahan
kroyokan bagi orang-orang yang
berpandangan sempit dan penuh
ketamakan dunia. Jika kita lihat
bagaimana figure empat Kha-
lifatur Rasyidah mendapatkan man-
dat menjadi Khalifah itu begitu se-
derhana, jauh dari sifat
menginginkan jabatan.
KHILAFAH HTI MENODAI
AGAMA & NEGARA
Halaman 2
Namun setelah menginjak ke Khalifahan
Utsman r.a., keserakahan terhadap kepemimpi-
nan mulai nampak hingga terbunuhnya Kha-
lifah Ali r.a. Kekhilafatan yang merupakan
berkah dari langit untuk manusia yang tulus
beribadah rupanya harus pupus di tengah
jalan. Tangan-tangan dunia melalui hulu
balang-hulu balangnya merampas hadiah itu
menjadi hadiah yang hanya bernilai duniawi,
kekuasaan, tirani, dan ke dhaliman.
Sayang betapa besar keberkahan dengan
adanya kekhilafatan, namun semua itu harus
pupus menjadi noda merah sejarah. Kekhilafa-
han berhasil di rebut oleh orang-orang yang
hanya mementingkan kemuliaan duniawi. Iba-
dah mereka hanya sebagai pra-syarat agar patut
untuk
menduduki
tampuk
kepemimpi-
nan sedang
diluar dari
pengetahun
khalayak,
tangan-
tangan ke-
bohongan
dan kedustaannya mencengkeram kuat di otak
bawah sadar ummat.
Mungkin ini yang menjadi penyemangat
saudara-saudara kita di HTI dan Ahmadiyah
untuk mewujudkan Kekhilafahan terse-
but. Bagi mereka terlepas benar atau salah,
yang jelas sesuai apa yang menjadi ukuran
keyakinan masing-masing, mereka telah be-
rusaha mewujudkan persatuan. Kita dapat
berkaca pada sejarah di atas, mana ke khilafa-
han yang di bentuk oleh nafsu-nafsu ke-
duniawian atau murni untuk keruhanian. Bagi
golongan yang hanya mementingkan kekuasaan
duniawi pasti dapat terlihat dari gaya per-
juangan da’wah mereka yang cenderung
menghalalkan segala cara. Sedang yang benar-
benar murni tegaknya keruhanian bagi setiap
khalayak, mereka akan lebih memilih da’wah
yang bermoral jujur dan santun. Terakhir kita
di kagetkan oleh portal NU yang memberikan
kabar, bagaimana NU kecolongan jamaahnya
dengan bahasa pengajian atau mukhtamar yang
lebih familier di telinga para Nahdiyyiin. Be-
lum lagi banyaknya cerita iming-iming atau
main sebar brosur dan main tempel spanduk di
masjid-masjid yang tidak jelas siapa yang ber-
tanggung jawab. Itu juga merupakan aksi
klemisasi terhadap masyarakat yang belum ten-
tu sepakat dengan misi perjuangan HTI.
Pertemuan Tahunan Jamaah Ahmadiyah
Kanada
Disisi lain kita melihat bagaimana Ah-
madiyah membangun sebuah kekhilafahan
dengan damai, santun dan penuh kejujuran
tanpa ada yang ditutup-tutupi mereka terus ber-
tumbuh dan besar. Sehingga mampu menarik
simpati saudara-saudara non muslim untuk
mengerti lebih
jauh tentang
ajaran luhur
Islam melalui
Jamaah Ah-
madiyah. Ka-
ruan saja hal
ini men-
imbulkan rasa
kesal dan me-
rasa terancam
sebagian kecil muslim radikal di Indonesia ter-
hadap prestasi yang di capai oleh Ahmadiyah,
kemudian demi menutup arus perkembangan
Ahmadiyah maka logika pembusukan dil-
akukan oleh para muslim radikal terhadap Ah-
madiyah. Kita bisa bayangkan bagaimana HTI
selama 89 tahun harus berjuangan untuk
mendirikan Khilafah, namun dalam per-
juangannya menggunakan cara-cara yang Nabi
Muhammad SAW dan para Khalifahnya sendiri
tidak ajarkan. Bagaimana bisa mereka memba-
wa bendera kalimah syahadah namun disisi lain
mereka mencoret-coret dan mengoyak bendera
itu sendiri? Apa itu yang di sebut menegakkan
syari’at? Belum lagi di sisi lain HTI menghujat
habis asas-asas ke-Bhinekaan yang menjadi
dasar berdirinya Bangsa ini. Apakah ada kata
lain yang lebih tepat selain PENODAAN?
Sumber:http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/23/
khilafah-hti-menodai-agama-negara-571437.html
Halaman 3
Mengingatkan saya di tv-tv akan teriakan
“Allahuakbar” terdengar nyaring sekali dari
berbagai ormas yang mengaku Islam membuat
masjid dan rumah milik warga Ahmadiyah rata
dengan tanah atau peristiwa Cikeusik yang
memakan tiga korban jiwa diamuk masa.
Lah, nyatanya tidak menyurutkan mereka ..
Lihat saja diberbagai wilayah Indonesia
dimana muslim menjadi minoritas dalam
komunitas beragama, Ahmadiyah mampu
“blusukan” membina kaum muslim yang rata-rata
mualaf di desa-desa terpencil dan miskin, jika
diperhatikan hanya mereka yang mampu
menandingi “blusukannya” missionaries Kristen.
Faktanya kaum mualaf ini memang tak terbina
oleh Depag, banyak dan banyak sekali mualaf
yang sudah puluhan tahun masuk Islam (tidak
tanggung-tanggung ada yang sampai 40 tahun)
jangankan mampu membaca Quran shalat saja
hanya mampu menghafal gerakan. Kenapa bisa
begitu? Tentu saja karena tak ada yang
membimbing doong.
Suatu program yang selama ini belum bisa
dilakukan oleh golongan Islam mayoritas di
Indonesia malah dilakukan oleh mereka kaum
minoritas yang selama ini dicaci-maki sebagai
golongan “Islam Sesat bahkan Kafir”.
Mungkinkah, jika Ahmadiyah tidak memiliki
organisasi dan ideologi yang kuat dan terstruktur
mereka bisa bergerak dengan begitu “lincah”
dalam membina kaum minoritas muslim ditempat-
tempat plosok menembus sungai dan hutan yang
seharusnya menjadi tugas Depag? Mustahil
rasanya, sekelas Depag atau Islam mayoritas di
Indonesia saja belum mampu melakukannya. Pasti
organisasi mereka sudah sangat lama dan matang..
Emm .. dengan “blusukan” tersebut entah
apa yang dicari kaum Ahmadiyah ini, Entahlah,
“jangan-jangan” apa karena Ahmadiyah perduli
pada perjuangan menyebarkan Islam? Atau..
Nyatanya manusia selalu berfikir dengan dua sisi
otak, possitif dan negative.
Pertanyaan yang selalu menggelitik saya,
(khawatir selama ini saya salah berfikir atau
menerima informasi salah) apa dengan ini
Ahmadiyah boleh dikatakan membela Islam? Atau
tetap kita anggap mereka menodai Islam sepert
teriakan “allahuakbar” di atas??
Sumber:http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/23/
alhamdulillah-atau-bahaya-ahmadiyah-blusukan-
571448.html
ALHAMDULILLAH ATAU BAHAYA?
AHMADIYAH “BLUSUKAN”
Halaman 4
M asih
ingat
salah
satu kecaman kepada Ah-
madiyah “Mirza Ghulam
Ahmad Mengacak-acak
Al-Quran”. Nah ini keca-
man ini entah benar entah
tidak, tergantung dalam
sudut pandang mana kita
melihat. Ada penulis
yang mengarang buku
tentang Pembajakan Al-Quran oleh Ahmadiyah, eh
dijawab pula oleh Ahmadiyah. Jika dibaca keduanya
saling meyakinkan pandangannya masing-masing.
Jika benar Ahmadiyah membajak Quran..
bahaya juga Pimpinan tertinggi agama Nashrani sep-
erti gambar di atas telah tertipu diberikan Quran
palsu oleh Ahmadiyah. namun jika sebaliknya Ah-
madiyah tak pernah mengacak Quran maka sungguh
mereka berjasa telah menyampaikan firman Allah
kepada Sang Paus tersebut.
Terlepas dari hiruk-pikuk perdebatan itu, mari
kita melihat sisi lain dari karangan Mirza Ghulam
Ahmad tentang Al-Quran melalui puisi-puisi yang
dibuatnya. Ini salah satu dari sekian banyak yang
saya dapatkan :
Pesona dan keindahan AlQuran
Adalah cahaya dan kehidupan setiap Muslim,
Rembulan mungkin memiliki kecintaan lain
Bagi kami yang terkasih Al-Quran semata.
Telah kucari ke berbagai penjuru
Tak bersua sama sekali tandingannya,
Bagaimana pun tidak akan ada padanannya
Quran adalah Kalam Suci Tuhan yang Maha
Kaya.
Setiap kata di dalam Quran berisi kehidupan
Dan sumber mata air tiada hentinya,
Tak ada kebun yang demikian indah
Tidak juga taman serupa dengan-nya.
Kalam Allah yang Maha Pengasih
Tak ada bandingannya,
Meski mutiara dari Oman
Atau pun mirah dari Badakshan
Bagaimana mungkin perkataan manusia
Bisa mengimbangi Kalam Ilahi?
Di sini kekuatan samawi, di sana tanpa daya,
Bedanya demikian nyata.
Katanya puisi itu menggambarkan sebuah rasa
yang amat mendalam dan sensitive sebab keluar dari
lubuk hati manusia yang ter-
dalam.
Mungkin saat muda kita
pernah membuat puisi (yah..
setidaknya jika tak tertulis
yaa. Di awang-awang
pemikiran) untuk Sang Pu-
jaan Hati, kita sanggup
menggambarkan kecantikan
parasnya, keelokan tubuhnya
dan kebaikan sifatnya karena
kita mengenal betul si Pu-
jaan Hati tersebut.
Terkadang saya bertanya di dalam hati mam-
pukah saya membuat puisi tentang Al-Quran?
Rasanya mana mungkin, paling bisa hanya meraba-
raba sebab membacanya pun jarang apalagi
“menguliti” isi kandungan Al-Quran. Itu sebabnya
tema puisi cinta lebih banyak tercipta daripada puisi
Al-Quran atau yang bernafaskan agama.
Coba kita tenggok puisi Mirza Ghulam Ahmad
di atas adakah bait yang menodai Al-Quran atau
dapat dikategorikan mengacak-acak Al-Quran? Bagi
saya tak ada.. Bahkan menurut saya Mirza Ghulam
Ahmad berhasil menggali sangat dalam mungkin
puisi ini dari hasil perjalanan spritualnya dalam
menjalani hidupnya. Lihat saja Mirza Ghulam Ah-
mad dapat mengaitkan Al-Quran sebagai cahaya
hidup Muslim yang tiada tandingannya di dunia ini
seandainya Mirza Ghulam Ahmad ini adalah
“Pengacak-acak Al-Qur’an” kok lahir puisi-puisi
yang begitu dalam tentang Al-Qur’an (Apakah Mir-
za Ghulam Ahmad ini nyontek puisi orang
lain..husstt. saya tidak boleh su’udhon ah)
Nah ingin rasanya saya balik bertanya kepada
mereka sang Pakaian Berjubah Putih yang seringkali
meneriakan “Allahuakbar” lalu merusak masjid dan
perumahan warga Ahmadiyah, apakah hati mereka
sanggup membuat puisi tentang Al-Quran? Sebab
bagi saya mereka selalu saja merasa dirinya me-
wakili Islam yang paling benar dan paling baik di
muka bumi ini.
Setidaknya, jika kita berpandangan Mirza Ghu-
lam Ahmad telah mengacak-acak Al-Quran maka
untuk kali ini harus kita akui bahwa Puisinya
sungguh Mengagungkan Al-Quran.
Sumber:http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/24/puisi-
ahmadiyah-mengacak-acak-al-quran-571705.html
Halaman 5
Golongan yang begitu diterima oleh
masyarakat Eropa nyatanya tidak di Indonesia..
Sejarah Ahmadiyah di Indonesia penuh
dengan luka namun anehnya penuh juga dengan
jasa. Coba lihat rentetan peristiwa penganiayaan
atas Ahmadiyah :
1. Tahun 1993 : Sukawening (Garut) satu masjid
dirusak hingga rata dengan tanah
2. Tahun 2001 : Sambielen (Lombok) : masjid
dibakar, satu orang dibunuh dan harta dijarah
3. Tahun 2002 : Cilacap(Jateng) : satu masjid
dibuat rata dengan tanah, Kuningan (Jabar) :
delapan masjid dan rumah dirusak parah
4. Tahun 2003 : Tolenjeng (Tasikmalaya) :
masjid dirusak
5. Tahun 2004 : Kuningan (Jabar) Delapan
masjid dirusak beserta rumah warga, Parigi
(Jabar) satu masjid dirusak, Arjasari (Bandung)
satu masjid dirusak,
6. Tahun 2005 : Sintang (Kalbar) : satu masjid
dan rumah dirusak, Wajo (Sulsel) satu masjid
dirusak, Parung (Jabar) markas Ahmadiyah
diserang, Ciaruteun (Jabar) satu masjid dirusak,
Kuningan (Jabar) delapan masjid disegel masa,
Pangauban (Jabar) warga Ahmadiyah dipaksa
keluar, Cianjur (Jabar) masjid dan rumah dirusak,
Sadasari (Jabar) masjid dirusak Peristiwa seperti diatas berlangsung terus
menerus, parahnya lagi 2011 tiga orang
Ahmadiyah tewas mengenaskan dibunuh ramai-
ramai yang membuat malu di mata dunia
internasional Bayangkan jika kita anggota Ahmadiyah
bagaimana setiap harinya akan mengalami
cemoohan dan hinaan yang menyakitkan hati.
Ditambah lagi keluar SKB dan berbagai
pelarangan mulai dari tingkat Gubernur sampai
Walikota. Lengkap rasanya penderitaan mereka.
Uniknya tidak pernah terdengar sedikitpun
Ahmadiyah ini melalukan perlawanan anarkis.
Jika perlakuan ini terjadi pada golongan kita
mungkin akan kita habisi siapapun yang berani
mengganggu. Kenapa Ahmadiyah tidak
melakukan itu yah?
ANEH BIN AJAIB dibalik penganiayaan
kepada Ahmadiyah mereka malah mencetak
sejarah yang gemilang bagi bangsa ini bahkan
sebelum Bangsa ini merdeka.
Banyak juga jasa dari pengikut
Ahmadiyah ini missal saja 1947 : Sayid Syah
Muhamad Al-Jaelani meneriman 3 penghargaan
dalam usahanya memerdekakan Indonesia. 1966 :
Arif Rahman Hakim seorang anggota Ahmadiyah
digelari Pahlawan Ampera. Mencengangkan lagi,
WR Supratman penciptan lagu kebangsaan
“Indonesia Raya” dan “Ibu Kita Kartini” juga
seorang Ahmadiyah. Mungkin masih banyak lagi
yang tak dapat saya ketikan di sini.
Tak berhenti disitu saja, sekarang pun
Ahmadiyah tercatat sebagai salah satu organisasi
Pendonor Mata, Pendonor Darah terbesar dinegeri
ini (awas jangan-jangan darah dan mata kita
mengalir jasa Ahmadiyah ..hehe..) juga peran
dalam social dalam lembaga “Humanity First”
dan badan pengobatan Homeopathy telah
melayani bangsa ini.
SUNGGUH TER-LA-LU Ahmadiyah ini, banyak
juga jasa mu bagi bangsa ini walaupun dirimu
dicaci-dibenci
Kata Ulama Ahmadiyah itu sesat musuh
umat Muhammad saw., namun rasanya kok
mereka itu bermanfaat seperti ajaran suci
Muhamad saw.
Sumber:http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/23/
ahmadiyah-teraniaya-tetap-berjasa-untuk-bangsa-dan-
agama-571447.html
AHMADIYAH
TERANIAYA TETAP
BERJASA UNTUK
BANGSA DAN AGAMA