7
Halaman 1 JUMAT, 12 JULI 2013 EDISI 20 ARH LIBRARY NEWS DEWAN PENASIHAT Ir. H.. Ahmad Saifudin Mutaqi Mln. Shagir Ahmad PENANGGUNGJAWAB Suseno KOORDINATOR Nasir Ahmad KONTRIBUTOR Iin Quratul Ain Rizqi Baihaqi TIM REDAKSI H ari ini kami pua- sa, saya yang berdomisili di Magdeburg Jer- man timur hanya berpatokan pada pengumuman yang di adakan di Musholla ( sebut saja begitu , karena kami disini di larang mendirikan Masjid seperti informasi yang saya peroleh dari sesama Jemaah ). Padahal tempat dan dana Insya Allah komunitas muslim disini sudah menyiapkannya. Saya sahur jam 2 pagi karena imsak sekitar jam 2.42 pagi. Memang terlalu awal buat kita y ang biasa puasa di asia , jadwal buka pun termasuk agak lama di banding dengan di Indonesia, saya lihat jadwal buka puasa hari ini sekitar jam 21.37 malam. Alamat : Jl. Atmosukarto 15 Kotabaru Yogyakarta 55224 Telp./Fax (0274) 586723 website : www.arhlibrary.com twier : @arhlibrary e-mail : [email protected] KETERBATASAN MUSLIM DI MAGDE- BURG 1 JALSAH MUSLIM AH- MADIYAH MENARIK RIBUAN ORANG DI MISSISSAUGA 3 HARUSKAH INDONE- SIA MENGIKUTI AR- AB SAUDI DALAM PENENTUAN 1 RAM- ADHAN & 1 SYA- WAL? 4 ISLAM TENTANG LOYALITAS KEPADA AGAMA, NEGARA TEMPAT TINGGAL 6 RAMADHAN, KESEDERHANAAN DAN HIDUP HEMAT 7 KETERBATASAN MUSLIM DI MAGDEBURG Anak-anak setelah belajar Mengaji . Gambar depan Masjid

Bulletin ARH Library News edisi 20 (12 Juli 2013)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bulletin ARH Library News edisi 20 (12 Juli 2013)

Halaman 1

J U M A T , 1 2 J U L I 2 0 1 3 E D I S I 2 0

ARH LIBRARY NEWS DEWAN PENASIHAT

Ir. H.. Ahmad Saifudin Mutaqi

Mln. Shagir Ahmad

PENANGGUNGJAWAB

Suseno

KOORDINATOR

Nasir Ahmad

KONTRIBUTOR

Iin Quratul Ain

Rizqi Baihaqi

TIM REDAKSI

H ari ini kami pua-

sa, saya yang

berdomisili di

Magdeburg Jer-

man timur hanya berpatokan pada

pengumuman yang di adakan di

Musholla ( sebut saja begitu , karena

kami disini di larang mendirikan Masjid

seperti informasi yang saya peroleh dari

sesama Jemaah ). Padahal tempat dan

dana Insya Allah komunitas muslim

disini sudah menyiapkannya.

Saya sahur jam 2 pagi karena

imsak sekitar jam 2.42 pagi. Memang

terlalu awal buat kita y ang biasa puasa

di asia , jadwal buka pun termasuk agak

lama di banding dengan di Indonesia,

saya lihat jadwal buka puasa hari ini

sekitar jam 21.37 malam.

Alamat : Jl. Atmosukarto 15 Kotabaru Yogyakarta 55224 Telp./Fax (0274) 586723 website : www.arhlibrary.com twitter : @arhlibrary e-mail : [email protected]

KETERBATASAN

MUSLIM DI MAGDE-

BURG 1

JALSAH MUSLIM AH-

MADIYAH MENARIK

RIBUAN ORANG DI

MISSISSAUGA

3

HARUSKAH INDONE-

SIA MENGIKUTI AR-

AB SAUDI DALAM

PENENTUAN 1 RAM-

ADHAN & 1 SYA-

WAL?

4

ISLAM TENTANG

LOYALITAS KEPADA

AGAMA, NEGARA

TEMPAT TINGGAL

6

RAMADHAN,

KESEDERHANAAN

DAN HIDUP HEMAT 7

KETERBATASAN MUSLIM

DI MAGDEBURG

Anak-anak setelah belajar Mengaji . Gambar depan Masjid

Page 2: Bulletin ARH Library News edisi 20 (12 Juli 2013)

Halaman 2

Pagi setelah mengantar anak

ke TK saya mampir ke Masjid ini ,

ternyata Masjid tertutup dan tidak

ada kegiatan apa-apa akhirnya saya

pulang padahal tadi berharap ketemu

d engan sesama jemaah untuk saling

mengenal dan bertukar informasi .

Memang disamping kondisi Masjid

yang memprihatinkan sayapun keku-

rangan informasi tentang banyak

kegiatan disini , apalagi menurut

mereka biasanya pertemuan atau

rapat biasanya menggunakan bahasa

Arab atau Jerman ( padahal bahasa

Jerman saya masih mminim sekali )

dan inilah kendalanya bagi saya.

Saya pribadi merasa asing dengan keadaan

suasana puasa disini apalagi tahun ini adalah tahun

pertama saya berpuasa di Eropa, jangankan penjual

makanan untuk berbuka masjid saja kami tidak pu-

nya. Yang kami punya disini hanya bangunan kecil

yang menyempil mirip aula, saya biasa menyebutnya

Musholla, kalau orang sini menyebut Al–Rahman

Moschee atau Masjid Al-Rahman yang beralamat di

Weitlingstraße 1b .

Jangan di kira Masjid kami berbentuk seperti

layaknya Masjid dengan kubah atau menara tinggi ,

pertama kali saya mencari lokasinya saya pikir Mas-

jid berada di lokasi bangunan

atau gedung yang cantik. Karena

saya lihat lokasi masjid tepat be-

rada di pusat kota bahkan persis

di bbelakangnya terdapat hotel

yang terkenal. Tanpa kesulitan

saya menemukan lokasi masjid

dan begitu terpengarah karena

yang di namakan masjid Al-

Rahman hanya secuil bangunan

kecil layaknya Musholla yang

terdapat di kampung-kampung.

MasyaAllaah saya beris-

tighfar….Jerman Timur batin

saya, apakah ada kaitannya

dengan sejarah daerah Magde-

burg? Wallahu Alam yang pasti

di tempat se kecil inilah saya berniat belajar bahasa

Arab dan mengaji dengan anak saya.

Sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2013/07/09/

keterbatasan-muslim-di-magdeburg-572242.html

Page 3: Bulletin ARH Library News edisi 20 (12 Juli 2013)

Halaman 3

A hmadiyah adalah sebuah sekte Islam

yang meyakini Al-Masih sudah turun

dalam wujud Mirza Ghulam Ahmad

(1835-1908) dari Qadian, India. Para

pengikutnya meyakini pemisahan antara urusan

ibadah (masjid) dan negara dan mereka

menentang perang suci dalam bentuk apapun

MISSISSAUGA — Ada sebuah alasan

Muslim Ahmadiyah senang berada di Kanada—

mereka bebas menjalankan keyakinan mereka di

sini. Pekan ini (5-7 Juli) di Malton International

Centre, mereka memperingati pertemuan

mereka ke-37, dihadiri lebih dari 20.000

pengikutnya dari seluruh Kanada dan Amerika

Serikat. Juga para politisi terkenal bergabung di

sana seperti Walikota Hazel McCallion

danWalikota Brampton, Susan Fennell pada

Sabtu sore.

Organisasi ini akan memberikan

"Zarfulla Khan Award" untuk Pengabdian

Masyarakat kepada Senator Art Eggleton. Akan

ada pula ceramah-ceramah, doa dan sosialisasi.

Ahmadiyah adalah sebuah sekte Islam

yang meyakini Al-Masih sudah turun dalam

wujud Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) dari

Qadian, India. Para pengikutnya meyakini

pemisahan antara urusan ibadah (masjid) dan

negara dan mereka menentang perang suci

dalam bentuk apapun. Keyakinan yang mereka

anut membuat mereka sulit menjalankan

agamanya di banyak bagian di dunia. Bahkan di

beberapa negara Muslim tertentu, Ahmadiyah

dianggap menyimpang dan kafir.

"Di Pakistan jika saya mengatakan ‘Saya

Muslim’ maka saya dijebloskan ke penjara 3

tahun," ujar Lal Khan Malik, Amir Nasional

Jemaat Kanada. Kebebasan beribadah seperti di

Kanada adalah hal yang Pakistan tidak pernah

berikan. Sejak tahun 1960-an, para Ahmadi

datang ke Kanada dan mereka kini bangga

menjadi "warga negara damai yang setia kepada

negara." Katanya, satu cara untuk atasi masalah-

masalah ini adalah hukum dan politik.

"Kekacauan negara itu membuat sengsara,"

katanya. "Saat ada acara teroris, kita gemetar.

Kita khawatir mereka melakukan kekerasan."

Para tentara sukarelawan sibuk mengorganisir

acara pertemuan ini selama berbulan-bulan.

Farzan Qureshi adalah nama kelompok

sukarelawan Ahmadiyah yang bekerja setiap

tahun. Penduduk Oakville mengatakan

disamping doa-doa dipanjatkan dalam bahasa

Arab, Bahasa Inggris juga diucapkan kawula

mudanya yang besar di Kanada.

Sumber:http://www.mississauga.com/community-

story/3881664-ahmadiyya-muslim-convention-draws-

thousands/

Alih bahasa: Iin Qurrotul Ain binti T Hidayatullah

Dapat diakses melalui www.arhlibrary.com

JALSAH MUSLIM AHMADIYAH MENARIK

RIBUAN ORANG DI MISSISSAUGA

Page 4: Bulletin ARH Library News edisi 20 (12 Juli 2013)

Halaman 4

S ebagian masyarakat Indonesia sering

beranggapan, jika Arab Saudi sudah

memasuki 1 Ramadhan atau 1

Syawal, maka Indonesia juga harus mengikutinya.

Alasannya, waktu di Indonesia lebih dulu empat jam

dibandingkan Arab Saudi. Hal ini sebenarnya

merupakan pencampuradukkan dua sistem

penanggalan yang berbeda, yaitu penanggalan

Masehi yang menggunakan pergerakan matahari dan

penanggalan hijriyah yang berdasarkan pergerakan

bulan. Dalam penanggalan Masehi, waktu Indonesia

selalu lebih cepat dibandingkan Arab Saudi karena

posisi Indonesia yang berada di timur Arab Saudi.

Sedangkan dalam penanggalan hijriah, waktu di

Indonesia belum tentu lebih dulu dibanding Arab

Saudi. Kondisi ini disebabkan karena garis awal

bulan selalu berubah setiap bulannya dan bentuknya

miring, sehingga ketinggian hilal bisa saja berbeda

antar satu tempat dengan tempat lainnya walaupun

tempat tersebut memiliki jarak yang boleh dikata

tidak terlampau jauh. Hal ini pernah terjadi pada

zaman Mu’awiyah sekitar abad ke-7, dimana pada

saat itu Syam (Suriah) lebih dulu satu hari memasuki

Ramadhan dibandingkan Madinah.

Berdasarkan data astronomis, posisi

ketinggian hilal di Arab Saudi kemarin berada pada

0 derajat 12 menit. Karena posisinya yang sudah

lebih dari 0 derajat, yang berarti hilal sudah

mewujud; maka kalender Ummul Qura’ Kerajaan

Saudi menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada hari

Selasa 09 Juli 2013. Namun karena dalam penentuan

1 Ramadhan dan 1 Syawal Kerajaan Saudi menganut

sistem Rukyat Murni (harus melihat hilal dengan

mata telanjang), maka karena tak satupun Rakyat

Saudi yang melihat hilal, maka Pemerintah Saudi

menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Rabu 10 Juli

2013.

Ini berbeda dibanding dua tahun lalu (2011),

dimana penentuan kalender Ummul Qura’ Kerajaan

Saudi pada 1 Syawal 1432 Hijriah sejalan dengan

keputusan akhir Kerajaan; yakni jatuh pada hari

Selasa, 30 Agustus 2011. Mengapa bisa sejalan?

Karena pada Senin (29/8/2011), cukup banyak

Rakyat Saudi yang telah melihat hilal, padahal posisi

hilal ketika itu hanya kurang dari 1 (satu) derajat.

Hal ini membuat banyak astronom, termasuk

Mohamad Odeh (suhunya Thomas Djamaluddin)

yang mengatakan bahwa mereka (Rakyat Saudi)

NGAWUR dan SALAH LIHAT.

Namun tidak seperti Pemerintah dan

sebagian ulama Indonesia yang meragukan

kesaksian warganya, dengan tegasnya para ulama

Arab Saudi yang diikuti oleh Pemerintahnya tidak

sedikitpun meragukan kesaksian warganya yang

telah melihat hilal. Mereka berpegang teguh dengan

sunnah yang telah digariskan oleh Rasulullah

Muhammad saw:

“Sahabat Abdullah bin Abbas berkata: Seorang

Badwi datang kepada Rasulullah saw lalu berkata:

sungguh saya telah melihat hilal (hilal ramadhan).

Maka Rasulullah saw bertanya : Apakah engkau

mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah?

Badwi menjawab: ya. Rasulullah saw bertanya lagi:

Apakah engkau mengakui bahwa Muhammad itu

Rasulullah? Badwi menjawab: ya. Lalu Rasulullah

bersabda: Hai Bilal, beritahulah orang-orang

supaya mereka berpuasa.” (H.R Abu Dawud, Nasai,

Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

“Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: orang-orang

berusaha melihat hilal lalu saya memberitahukan

kepada Rasulullah saw bahwa saya telah melihat

hilal, maka beliau berpuasa dan memerintahkan

orang-orang agar supaya berpuasa” (H.R Abu

Dawud, Daru Qutni dan Ibn Hibban)

HARUSKAH INDONESIA MENGIKUTI

ARAB SAUDI DALAM PENENTUAN

1 RAMADHAN & 1 SYAWAL?

Page 5: Bulletin ARH Library News edisi 20 (12 Juli 2013)

Halaman 5

Selain itu dikisahkan pula:

“Bahwa suatu rombongan (terdiri dari para peda-

gang yang berkendaraan onta yang mengarungi pa-

dang pasir) datang kepada Rasulullah saw seraya

mereka memberikan kesaksian bahwa mereka kema-

rin telah melihat hilal, maka Rasulullah saw me-

merintahkan orang-orang untuk berbuka (beridul

fitri) dan pada hari berikutnya supaya mereka pergi

ke tempat shalat (untuk bershalat Id).” (H.R. Ah-

mad bin Hambal, Abu Dawud, Nasai, dan Ibnu

Majah)

Dalam riwayat lain, Nabi saw bersabda:

“Shumuu li ru’yatihi wa ufthiruu li ru’yati-

hi” (shaumlah kalian dengan melihat hilal, dan ber-

bukalah saat awal Syawal dengan melihatnya juga).

[HR. Bukhari, Muslim].

Dari hadits-hadits tadi telah jelas menyiratkan

bahwa dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1

Syawal, Islam tidak mengenal sistem demokrasi,

dimana suara terbanyak yang harus jadi acuan

seperti sidang isbat kemarin! Untuk menentukan

bulan baru tidak dibutuhkan kesaksian banyak

orang, namun cukup SATU ORANG atau BE-

BERAPA ORANG SAJA! Asal orang tersebut

bersedia bersumpah, maka kesaksiann-

ya dianggap SAH!! Maka tidak heran rasanya jika seorang mufti

(ulama yang memiliki wewenang untuk menginter-

pretasikan teks dan memberikan fatwa kepada umat)

Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Al-Asheikh dalam

khotbah Jumatnya di Masjid Imam Turki bin Abdul-

lah menggambarkan orang-orang yang meragukan

melihat bulan sebagai ‘orang yang termotivasi dan

menyimpang dengan mulut kotor’.

“Ada lidah busuk yang meragukan agama kita yang

harus dibungkam. Kami secara ketat mengikuti Sun-

nah Nabi tentang puasa dan menandai Idul Fitri,”

katanya. Mufti mengatakan syariah sangat jelas da-

lam prosedur melihat bulan. Dia menambahkan umat

Muslim tidak boleh menafikan Sunnah karena adan-

ya pendapat palsu.

Lantas, mengapa Pemerintah RI dan sebagian

ulama serta para pakar astronomi tidak mempercayai

keterangan para saksi yang melihat hilal? Alasannya

macam-macam serta terkesan dibuat-buat dan men-

gada-ada. Ada yang mengatakan bahwa dengan

ketinggian hilal yang sangat rendah, hilal tidak

mungkin dapat terlihat (kalau sudah berpendapat

demikian, buat apa dikirimkan Tim Rukyat untuk

melihat hilal???). Ada yang mengatakan bahwa

kemungkinan besar mata orang yang melihat hilal

terkecoh oleh gejala alam. Ada yang mengatakan

bahwa mereka tidak disumpah oleh hakim. Ada yang

mengatakan bahwa kesaksian mereka berbeda

dengan kebanyakan yang lain. Selain itu, ada pula

yang mengatakan bahwa orang-orang yang melihat

hilal tsb adalah orang-orang tua yang pandangannya

sudah mulai kabur. Mereka lupa bahwa ada Tuhan

yang dapat memberi mukjizat yang dapat mem-

bantah semua teori mereka sekaligus menjadikan hal

ini menjadi jelas tanpa perlu untuk diperdebatkan.

Firman Allah:

“Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu,

maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:

“Jadilah!“, lalu jadilah dia.” {QS. 3:47}

“Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka

apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya

berkata kepadanya: “Jadilah!“, maka jadilah

ia.” {QS. 40:68}

Dalam hal ini patut pula disimak pernyataan

ustadz Ibnu Dawam dalam artikelnya [Dasar-dasar

Penetapan awal dan akhir Ramadhan menurut Al

Qur’an dan Hadits. (Jawaban terhadap Imkan

ru’yah Prof. Dr. T. Djamaluddin)] bahwa

memvonis hilal dua derajat dibawah ufuk tidak

bisa dilihat, adalah suatu penghinaan besar ter-

hadap Ilmu Pengetahuan, termasuk ilmu as-

tronomi itu sendiri, yang sekaligus juga

menghina pada Kemampuan Allah untuk mem-

berikan ilmuNya secara khusus berupa hidayah

kepada yang Allah menginginkannya dengan

menghapus segala hambatan, baik hambatan

keterbatasan pandangan mata, hambatan bias

sinar matahari, maupun hambatan atmosfir

lainnya.

Sumber:http://edukasi.kompasiana.com/2013/07/09/haruskah-

indonesia-mengikuti-arab-saudi-dalam-penentuan-1-ramadhan-

1-syawal-572235.html

Page 6: Bulletin ARH Library News edisi 20 (12 Juli 2013)

Halaman 6

S aya bangga menjadi bagian dari

Jemaat Muslim Ahmadiyah yang

sedang berupaya menghidupkan

keindahan sejati ajaran-ajaran Is-

lam. “Love for All, Hatred for None” adalah motto

Jemaat ini dan kami meyakininya sepenuh hati.

Tidak ada pembeda antara mengikuti Islam

sebagai sebuah agama dan loyalitas kepada negara

tempat tinggal. Loyalitas dan mencintai tanah air

merupakan bagian dari ajaran Islam. Sebagaimana

Al Qur’an menyatakan, Hai

orang-orang beriman, taatlah

kepada Allah dan taatlah kepa-

da nabi dan taatilah pemimpin-

pemimpin diantara kal-

ian.” (4:60).

Arti kata Islam adalah

“damai.” Dalam sebuah

masyarakat Islam yang ideal,

perdamaian dan kerukunan

dimulai dari rumah, melebar ke tingkat masyarakat

dan menyebar ke seluruh dunia. Tuhan telah menga-

nugerahi kita dengan jalan sempurna dalam setiap

aspek kehidupan manusia. Islam mendorong cinta

dan kedamaian antara suami isteri, memberikan ara-

han untuk peduli kepada tetangga kita, memerinta-

hkan Muslim untuk menolong masyarakat mereka

dan pada cakupan lebih besar, setia kepada negara

tempat tinggalnya. Semua tanggung jawab yang ber-

lainan ini memiliki satu tujuan menyeluruh —

perdamaian dalam masyarakat.

Kami sebagai Muslim adalah bagian integral

dari masyarakat Amerika dan harus nyata di dalam

tindakan-tindakan dan motivasi-motivasi kami,

menunjukkan sebagai bagian produktif dari

masyarakat ini. Saya bangga menjadi bagian dari

Jemaat Muslim Ahmadiyah yang sedang berupaya

menghidupkan keindahan sejati ajaran-ajaran Islam.

“Love for All, Hatred for None” adalah motto

Jemaat ini dan kami meyakininya sepenuh hati.

Orang-orang dari komunitas kami meskipun kecil

dalam jumlah namun melaksanakan tanggung jawab

menyampaikan pesan damai sejati melalui perbuatan

-perbuatan, perkataan-perkataan dan pemberian con-

toh mereka. Generasi mudanya sangat aktif dalam

kemasyarakatan dan pekerjaan sosial dengan men-

dukung Humanity First, sebuah institusi mendunia.

Jemaat Muslim Ahamdiyah sedang berusaha yang

terbaik menjadi pengabdi dalam lingkungan sosial

mereka dan hanya dengan menegakkan nilai ke-

Islaman maka tergambar filsafat Islam yang

sebenarnya.

Saya merasa wajib menyampaikan kepada

semua orang termasuk saudara-saudara Muslim, me-

mahami kewajiban kami kepada Tuhan dan khu-

susnya kepada masyarakat kami. Banyak kalangan

Muslim seperti saya di Amerika Serikat yang berasal

dari bagian berbeda dunia yang membangun ke-

hidupan mereka, dan negara ini memberikan kami

semua kesempatan untuk mewujudkan perdamaian

tersebut. Menjadi Muslim tak

hanya masalah untuk mem-

balas budi namun Tuhan juga

memerintahkan kami untuk

setia dan mencintai negara di-

mana kami tinggal. Dengan

semua ajaran yang kami

pegang, mengapa kami

melupakan pedoman-pedoman

utama ini , yang memiliki inti-

sari sangat gamblang dalam penegakkan perdamaian

di setiap lapisan sosial.

Saya hendak tekankan lagi, inilah saatnya

dunia luas ini memerlukan kolaborasi dan harmo-

nisasi dalam beragam keyakinan dan ideologi. Kami

sebagai warga negara Amerika adalah bagian dari

masyarakat global ini. Jika seseorang di dalam se-

buah rumah tidak merasakan kedamaian maka se-

luruh keluarganya menjadi kesusahan; Jika sebuah

rumah dalam lingkungan bertetangga terganggu, aki-

batnya bagi seluruh lapisan masyarakat dan tak han-

ya berhenti sampai di situ. Satu hal terkait dengan

lainnya, perdamaian diawali dari lapisan terkecil.

Kami harus mulai dari komunitas, tetangga dan

keluarga kami.

Yang Mulia, Mirza Masroor Ahmad, Pimpi-

nan spiritual dunia Jemaat Muslim ahmadiyah

pernah bersabda, “Sebagai warga negara di negara

manapun, kita Muslim Ahmadi akan senantiasa

menunjukkan kecintaan total dan kesetiaan kepada

negara. Setiap Ahmadi memiliki keinginan

negaranya menjadi lebih unggul dan selalu berupa-

ya menuju itu. Dimanapun sebuah negara meminta

warganya untuk berkorban, Jemaat Muslim Ahmadi-

yah selalu siap mempersembahkan pengorbanan

demi bangsanya.”

Sumber:http://www.dailyillini.com/opinion/letters_to_editor/

article_846bef38-e74e-11e2-9641-0019bb30f31a.html Alih bahasa: Iin Qurrotul Ain binti T Hidayatullah

Dapat diakses melalui www.arhlibrary.com

Page 7: Bulletin ARH Library News edisi 20 (12 Juli 2013)

Halaman 7

S uasana ramadhan terasa kembali,

riuh rendah kesibukan untuk

menyambut sekaligus persiapan

menjalankan ibadah “ritual”

sebulan dalam setahun ini telah tampak meriah.

Sejak sebulan sebelumnya, stasiun-stasiun televisi

pun telah berlomba menghadirkan nuansa

ramadhan, baik melalui program acara (mulai dari

yang memang agak bermutu sampai yang terkesan

“sampah”), tentunya beserta

iklan-iklan yang mendadak

melakukan “ramadhanisasi”

untuk merayu para insan yang

masih mudah jatuh dalam

rayuan “konsumerisme” dari

jebakan kapitalistik media dan

iklan, atau mungkin memang

terlanjur hidup dalam gaya

hidup konsumtif kelas tinggi.

Meskipun ramadhan masa ini bertepatan dengan

BBM naik tinggi dan harga barang “nyaris” tak

terbeli.

Sudah banyak penjelasan yang

menguraikan, bahwa ash-shaum yang secara

etimologi atau lughawiyah bermakna menahan itu

hakikatnya bukanlah semata menahan lapar dan

dahaga serta menahan keinginan biologis. Karena

secara umumnya, hikmah ibadah shaum juga untuk

membina hati dan pengendalian diri, menahan dan

atau meredam segala bentuk nafsu dari banyak

“daftar keinginan.” Lebih luasnya, daftar keinginan

itu ialah termasuk yang bersifat konsumtif, inilah

yang juga mestinya diredam melalui pembelajaran

shaum. Karenanya ibadah shaum sebagai ibadah

yang mempunyai hikmah untuk membina

kesalehan personal, selalu dianjurkan pula mesti di-

ikuti dengan memaksimalkan simpati dan

kepedulian untuk saling berbagi melalui ibadah

yang berdimensi sosial seperti shadaqah, berinfak,

berzakat dan sebagainya.

Dalam kriteria ibadah shaum untuk

mencapai derajat taqwa sebagai cita-cita mulia ahli

shaum, mafhumnya dijelaskan ada tiga tingkatan;

Pertama, shaum tingkatan kaum awam yang

sekadar menahan haus dahaga dan nafsu biologis.

Kedua, shaum level orang-orang khusus (khawwas)

yang mengiringi shaumnya bukan saja dengan

menahan lapar, dahaga dan keinginan biologis, tapi

juga menjaga pandangan, menjaga pendengaran

dan senantiasa menata hati dari hal-hal yang

membatalkan shaum, termasuk dengan

menjalankan ibadah-ibadah lainnya baik fardhu

dan sunnah, yang personal maupun sosial. Ketiga,

shaum insan-insan khusus dari yang khusus

(khawwasul khawwas), yakni mereka yang benar-

benar memanfaatkan momentum shaum sebagai

media menjaga hati dan mengendalikan diri dari

segala kecenderungan duniawi serta semata-mata

mendekatkan diri hanya kepada Allah guna

mencapai keridhaan dan derajat taqwa sebagai

predikat tertinggi.

Nah, anomali yang terjadi dalam

menyambut-melaksanakan

ramadhan dan kerap terulang pada

tiap momen ramadhan di sebagian

pemeluk agama yang menjalankan

shaum, yakni masalah perilaku

konsumtif. Nilai-nilai suci ibadah

shaum dengan segala hikmahnya

menjadi kalah sanding bila

berhadapan dengan perilaku “tidak hemat”

tersebut. Malah pada saat ini, ketika situasi agak

kalut karena inflasi terjadi, harga barang-barang

dan jasa melambung tinggi, terlebih lagi karena

dampak kenaikan harga BBM yang membuat

semuanya semakin meroket, tapi pola hidup

konsumtif ini tetap dibudayakan dan

“diberdayakan” dengan apik.

Ramadhan sedianya mengajarkan

kesederhanaan, mendidik simpati dan kepedulian,

menumbuhkan keikhlasan dan hanya

mengharapkan keridhaan. Sejatinya, ketika saat-

saat seperti inilah perilaku hidup hemat dan cukup

dengan apa yang ada (qana’ah) menjadi penting

untuk dilakukan dan di-internalisasikan dalam diri.

Karena yang lebih penting dalam menjalankan

ibadah shaum ini, paling tidak kita mampu

mencapai derajat yang kedua, meski belum sampai

pada level shaumnya para insan khusus dari yang

khusus (khawwasul khawwas). Namun sedaya

upayalaah kita mencoba menggapai level shaum

yang bermakna ibadah, baik dalam amalan-amalan

personal maupun yang bermanfaat secara sosial.

Menyambut ramadhan dan

memeriahkannya, termasuk menjalankan dengan

ceria adalah sangat baik. Tentu akan bertambah

baik jika dilakukan dengan hemat, sederhana dan

tidak berlebih-lebihan. Karena tetap saja yang

berlebih-lebihan bahkan sampai pada tingkatan

mubazir adalah “perilaku tak layak.”

Sumber:http://sosbud.kompasiana.com/2013/07/09/

ramadhan-kesederhanaan-dan-hidup-hemat-572174.html