7
Halaman 1 JUMAT, 26 JULI 2013 EDISI 22 TOPIK BERITA ARH LIBRARY NEWS DEWAN PENASIHAT Ir. H.. Ahmad Saifudin Mutaqi Mln. Shagir Ahmad PENANGGUNGJAWAB Suseno KOORDINATOR Nasir Ahmad KONTRIBUTOR Iin Quratul Ain Rizqi Baihaqi TIM REDAKSI K atakan,di manak- ah Islam member- imu hak untuk membakar ken- daraan dan mem- buat kerusuhan di jalan-jalan? Jelaslah apa sebenarnya prioritas kalian. Untuk satu hal, saya katakan ini bukan ajaran Islam tapi ada hal lain. Kita tidak serta merta men- jadi Muslim dengan hanya meletak- kan peci di atas kepala atau dengan memamerkan janggut. Apakah itu yang kalian sebut Islam? Apakah itu yang diajarkan Islam kepada kita? Melakukan pe- rusakkan di bulan suci Ramadhan? Bulan yang merupakan bulan iba- dah, bulan yang mendekatkan kita kepada Allah Saya kira kalian tidak peduli, semua yang kalian inginkan adalah memanipulasi agama untuk keun- tungan politik. Kalian katakan bah- wa kalian adalah revolusionaris dan pembaharu Islam, namun kalian justeru melakukan tindakan- tindakan yang dalam bahasa seder- hana tak lain disebut tindakan meru- gikan Islam. Katakan,di manakah Islam memberimu hak untuk membakar kendaraan dan membuat kerusuhan di jalan-jalan? Jelaslah apa sebenarnya prioritas kalian. Alamat : Jl. Atmosukarto 15 Kotabaru Yogyakarta 55224 Telp./Fax (0274) 586723 website : www.arhlibrary.com twier : @arhlibrary e-mail : [email protected] BERANIKAH ME- NYEBUT ITU ISLAM! 1 SILAT LIDAH ‘ALA MENDAGRI TEN- TANG FPI 3 ALLAMA SIR MO- HAMMAD IQBAL 4 MODERAT ISLAM 6 PERANG JILBAB PERANCIS: ‘SERANGAN ATAS KEBEBASAN’ 7 BERANIKAH MENYEBUT ITU ISLAM!

Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)

Halaman 1

J U M A T , 2 6 J U L I 2 0 1 3 E D I S I 2 2

TOPIK BERITA

ARH LIBRARY NEWS

DEWAN PENASIHAT

Ir. H.. Ahmad Saifudin Mutaqi

Mln. Shagir Ahmad

PENANGGUNGJAWAB

Suseno

KOORDINATOR

Nasir Ahmad

KONTRIBUTOR

Iin Quratul Ain

Rizqi Baihaqi

TIM REDAKSI

K atakan,di manak-

ah Islam member-

imu hak untuk

membakar ken-

daraan dan mem-

buat kerusuhan di jalan-jalan?

Jelaslah apa sebenarnya prioritas

kalian. Untuk satu hal, saya katakan

ini bukan ajaran Islam tapi ada hal

lain.

Kita tidak serta merta men-

jadi Muslim dengan hanya meletak-

kan peci di atas kepala atau dengan

memamerkan janggut.

Apakah itu yang kalian sebut

Islam? Apakah itu yang diajarkan

Islam kepada kita? Melakukan pe-

rusakkan di bulan suci Ramadhan?

Bulan yang merupakan bulan iba-

dah, bulan yang mendekatkan kita

kepada Allah

Saya kira kalian tidak peduli,

semua yang kalian inginkan adalah

memanipulasi agama untuk keun-

tungan politik. Kalian katakan bah-

wa kalian adalah revolusionaris dan

pembaharu Islam, namun kalian

justeru melakukan tindakan-

tindakan yang dalam bahasa seder-

hana tak lain disebut tindakan meru-

gikan Islam.

Katakan,di manakah Islam

memberimu hak untuk membakar

kendaraan dan membuat kerusuhan

di jalan-jalan? Jelaslah apa

sebenarnya prioritas kalian.

Alamat : Jl. Atmosukarto 15 Kotabaru Yogyakarta 55224 Telp./Fax (0274) 586723 website : www.arhlibrary.com twitter : @arhlibrary e-mail : [email protected]

BERANIKAH ME-

NYEBUT ITU ISLAM! 1

SILAT LIDAH ‘ALA

MENDAGRI TEN-

TANG FPI 3

ALLAMA SIR MO-

HAMMAD IQBAL 4

MODERAT ISLAM 6

PERANG JILBAB

PERANCIS:

‘SERANGAN ATAS

KEBEBASAN’

7

BERANIKAH MENYEBUT ITU ISLAM!

Page 2: Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)

Halaman 2

Untuk satu hal, saya katakan ini bukan

ajaran Islam tapi ada hal lain. Saya ingin ka-

takan bahwa sikap fundamentalis kalian benar-

benar merusak.

Apa yang bisa diharapkan dari seseorang

yang tidak menghormati bulan Ramadhan, yang

merupakan hadiah berharga bagi orang-orang

beriman? Ramadhan yang merupakan anugerah

dan keutamaannya yang bisa kita berikan adalah

penghormatannya yang tidak bisa dilampaui. Ta-

pi kalian tidak peduli.

Saya menemukan tanpa cukup kata pili-

han, saat saya berusaha menjelaskan mengapa

mereka (orang-orang yang merusak) melakukan

tindakan yang mereka inginkan.

Bagi saya satu hal sebagai praktisi Muslim dan

kefundamentalan saya berdasar pada ajaran-

ajaran awal Islam. Dengan kata lain, saya beru-

paya membaurkan Islam ortodoks sebanyak

yang saya mampu. Ada sebuah konsep dalam

jihad Islam dan itu merupakan bagian ortodoks,

namun saya tidak mengenal tindakan-tindakan

berandalan sebagai jihad.

Saya jelaskan kepada kalian apa yang

saya pahami tentang jihad. Jihad saya adalah ji-

had yang tidak membunuh orang-orang tak ber-

dosa, jihad yang tidak menyebarkan kekerasan,

jihad saya tidak mentolerir penekanan, jihad

saya yang melindung hak Asasi manusia, terma-

suk hak pendidikan bagi kaum wanita dan juga

hak-hak mereka lainnya.

Jihad milik saya yang tidak gentar terhadap caci

maki dan tudingan karena tidak ada keberatan

dalam pemahaman saya tentang apa yang harus

dilindungi dan dilawan.

Kita tidak serta merta menjadi Muslim

dengan hanya meletakkan peci di atas kepala

atau dengan memamerkan janggut. Islam

menuntut kita untuk menjadi toleran dan me-

mahami lannya. Tidak dimanapun juga Islam

mengajari kita untuk menimbulkan kesulitan

bagi orang-orang tak berdosa, yang dengan

nyata sedang dilakukan beberapa kelompok ini.

Namun,sebaliknya dengan penekanan-

penekanan berat tersebut, mereka masih

mengaku Muslim karena mereka tetap di ling-

kungan orang beriman dan belum menjadi orang

-orang kafir.

Karenanya, kita harus mendoakan mereka

dengan tulus dan memohonkan kepada Allah

agar menunjuki mereka kepada kebenaran. Saya

berharap mereka akan memperbaiki jalan-jalan

mereka ke arah kebaikan dan menghargai

keindahan kehidupan bersama dengan lainnya

dengan keyakinan mereka masing-masing dalam

kebersamaan.

Sumber:http://www.dhakatribune.com/op-ed/2013/jul/22/don%

E2%80%99t-you-dare-call-it-islam

Alih bahasa: Iin Qurrotul Ain Dapat diakses melalui www.arhlibrary.com

Page 3: Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)

Halaman 3

Berita

M enteri Dalam Negeri Gamawan

Fauzi menanggapi pidato SBY

yang menyatakan tak akan mem-

beri toleransi kepada FPI terkait

kerusuhan di Kendal, Jawa Tengah. Namun, Gama-

wan menyatakan kasus tersebut

bukan kewenangannya. “Kalau

memang itu bersangkutan

dengan masalah hukum, itu ha-

rus diproses. Tapi kalau

menyangkut organisasi, itu kan

kewenangan dari Kabupaten/

Kota yang bersangkutan,” kata

Gamawan usai upacara pelanti-

kan rektor IPDN di Kampus

Cilandak, Jakarta Selatan, Senin

(22/7/2013). Gamawan menerangkan, Kemendagri

tak bisa serta merta membubarkan FPI gara-gara

kerusuhan itu. Skala kerusuhan 18 Juli kemarin itu

masih terlalu kecil untuk ditindak oleh Kemendagri.

(detik.com)

Opini

Mendagri Gamawan mengatakan skala kerusuhan di

Kendal masih terlalu kecil untuk ditindak oleh Ke-

mendagri. Pak Menteri ini masalah bukan soal tin-

dak menindak, tetapi Anda mengatakan masalah

terlalu kecil, awak pikir ada nada kesombongan

disana. Janganlah melihat perseteruan antar warga

sebagai masalah yang kecil apalagi bila kerusuhan

itu telah menimbulkan korban jiwa. Apakah

menunggu korban rakyat menjadi lebih banyak, baru

Mendagri menyatakan kerusuhan itu adalah masa-

lah besar. ? So what Pak Gamawan.

Kendal itu masih dalam kawasan nusantara toh ?

Atau Pak Menteri menganggap Kendal merupakan

bagian dari negara lain sehingga dengan demikian

menjadi syah lah pernyataan beliau. Secara defacto

dan de jure Kendal adalah bagian dari Indonesia

Raya, pemerintahan disana belum lagi mau mem-

bebaskan diri menjadi negara bagian nan merdeka.

Oleh karena itu pernyataan Mendagri sungguh

membingungkan, apakah Kendal dibiarkan

menghadapi FPI sendiri, padahal aksi FPI adalah

masalah nasional. FPI bergerak dimana mana, tidak

saja di Ibukota tetapi hampir setiap pelosok wila-

yah. Aksi FPI lebih terasa dan semakin semarak

ketika bangsa ini masuk kedalam bulan suci rama-

dhan.

Kebijakan Pemerintah yang tarik ulur tentang ormas

kebablasan menyebabkan aparat keamanan menjadi

gamang. Lebih tepat Polisi menjadi serba salah, di

satu pihak keamanan harus tetap dijaga disatu pihak

lain “rasa sugesti” menyeruak berbeda di setiap

wilayah. Apakah ini menunjukkan bahwa hukum di

negeri ini belum dijadikan sebagai panglima ?. Data

dan Fakta situasi kondisi

kemanan dalam negri yang bisa

menjawab. Ketidak tegasan

pemerintah dalam hal penegakan

hukum menyebabkan tim-

bul kekuatan kekuatan

terselubung dan kekuatan

nyata yang secara tidak langsung

mengambil alih peran aparatur

keamanan.

Selama belum ada kepastian hukum tentang ormas

kebablasann dan salah kaprah itu, maka Mendagri

dan aparatur terkait lainnya akan bersilat

lidah. Mereka berbicara dalam lingkup men-

justifikasi pidato Presiden. Pejabat terkait akan

bicara yang tidak jelas arahnya. Bolehlah cuap cuap

para pejabat itu dikategorikan kepada sikap lepas

tangan. Mengupas kondisi emosional para birokrat

yang semu tersebut maka nampaknya mereka harus

membaca lagi buku buku kewiraan yang terdiri dari

wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Mak-

sudnya tidak lain agar mereka memahami (lagi) bah-

wa negara ini secara integral tidak sepotong

sepotong seperti pola pikir saat ini. Yes kondisi

yang memprihatinkan ini menunjukkan bahwa

Bhineka Tunggal Ika nampaknya hanya sekedar

berupa burung garuda yang tertempel di atas dinding

kantor pemerintah.

Marilah kita melihat masalah FPI ini dari skala na-

sional. kebijakan makro Presiden SBY akan mem-

berikan pengaruh besar terhadap keberadaan ormas

ini. Yes, kondisi dinamis yang berkembang di-

masyarakat adalah kondisi yang diciptakan, kondisi

yang diatur dan dikawal agar rakyat dapat menik-

mati kehidupan nan nyaman dan aman. Kondi-

si Ipoleksosbudhankam bukan lah kondisi hadiah

dari Tuhan, situasi kondisi ini wajib lagi

dikendalikan oleh aparatur keamanan pemerintah

dengan segala sumberdaya yang tersedia. Untuk itu-

lah negara membayar gaji Bapak Menteri Dalam

Negeri, gaji yang sangat cukup, bukan di gunakan

untuk bersilat lidah. Sumber:http://hankam.kompasiana.com/2013/07/23/silat-lidah-

ala-mendagri-578892.html

Page 4: Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)

Halaman 4

A llama Sir Mohammad Iqbal adalah

seorang Muslim Ahmadi hingga be-

berapa tahun sebelum kewafatannya

Catatan Editor The Muslim Times: Hal

ini kontroversial, walaupun jelas bagian penting

dari keluarga Allama Iqbal bahkan hingga hari

ini adalah bagian dari Jemaat Muslim Ahmadi-

yah. Referensi terbaik

mengenai hal tersebut dapat

ditemukan di dalam buku ber-

bahasa urdu ber-

judul IQBAL & AHMADIY-

YAT : ZINDA RAWAD PAR

TABSARA oleh Sheikh Abdul

Majid yang juga berasal dari

keluarganya dan telah menu-

lis dengan tegas sanggahan

atas semua versi yang menen-

tang fakta tersebut. (bahwa

Alama Sir Mohammad Iqbal,

seorang Ahmadi)

Artikel berikut diambil

dari sebuah blog seorang

pengarang:

Rehan Qayoom adalah

seorang satrawan, editor dan penerjemah lu-

lusan Birkbeck College, Universitas London.

Dia menulis banyak literatur yag dipublikasikan

dan dia banyak tampil di acara-acara Inter-

nasional. Dia juga mengarang beberapa buku

termasuk Prose 1997 – 2008(2009), After Par-

veen Shakir and About Time(2011): Sebuah

koleksi puisi bahasa Inggris. Dia adalah editor

prosa dan puisi di Morney Wilson, yang telah

diterbitkan dengan judul-judul Martyr

Doll, Remains dan The Recordings (2011).

Sir Muhammad Iqbal & Ahmadiyah

Disebutkan bahwa Pujangga terkenal Sir Mu-

hammad Iqbal, yang merupakan pujangga

terbesar abad ke-20 yang berasal dari anak

benua India ini diperdebatkan mendapat

pengaruh sangat besar dari pendiri Jemat Mus-

lim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ah-

mad (1835 – 1908). Pemikiran sangkalan ini

disebabkan keterkejutan para Muslim yang ber-

harap mewartakan Iqbal sebagai jawara di anta-

ra pemikir-pemikir Muslim di abad ke-20.

Iqbal telah menjadi pecinta berat Hadhrat Ha-

dhrat Ahmad, mengikuti bai’at ayah dan ka-

kaknya Shaikh Ata Muhammad. Iqbal sendiri

berbai’at pada tahun 1897

dan bahkan merayakannya

dalam sebuah syair. [1] Dia

berkunjung ke Qadian dan

dalam syair-syairnya dia sela-

lu melakukan pembelaan

kepada Hadhrat Ahmad baik

sebelum berbai’at maupun

sesudahnya. Saat Hadhrat

Ahmad berkunjung ke Sial-

kot pada 1904, Iqbal dan ka-

wannya Sir Fazli Husain ber-

mulaqat dengan beliau as.[2]

Merupakan sejarah yang

terkenal, Iqbal menjadi

perantara memilih Hadhrat

Mirza Bashiruddin Mahmood

Ahmad untuk memimpin

semua India Kashmir Committee pada tahun

1931.[3] Dia memiliki hubungan erat dengan

Hadhrat Sir Chaudhry al-Hajj Muhammad

Zafarullah Khan, yang juga seorang Ahmadi

terkemuka.[4]

Pada tahun 1900, Iqbal menerbitkan sebuah pa-

per dalam bahasa Inggris tentang sufi suci

terkenal, Abdul Karim ibn Ibrahim al-

Jilli. Menyebut kebesaran kecendekiawan wali

tersebut, Iqbal menulis:

Pernah nampak bagaimana menyoloknya wali

ini mengantisipasi masa kepemimpinan dialek-

tika Hegelian dan bagaimana kuatnya dia

menekankan doktrin Logos—sebuah doktrin

yag selalu mendasari semua kalangan pemikir

besar Islam dan pada masa-masa kini hal itu

dianjurkan kembali oleh M. Ghulam Ahmad

Qadiani, kiranya beliaulah ahli agama terbesar

di antara Muslim India modern.[5]

Page 5: Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)

Halaman 5

Selama periode kekhalifahan Hadhrat al-Hajj

Hafiz Hakeem Maulana Nooruddin, Iqbal meni-

kah dengan cucunya. Khalifah sendiri yang

memimpin akad nikah tersebut di Qadian pada

26 Agustus 1910.[6] Iqbal juga berkorespon-

densi dengan Khalifah tentang berbagai perma-

salahan hukum Islam, teologi maupun literatur

Arab. Selanjutnya bahkan dia mengirim Mirza

Jalaludin ke Qadian untuk

memintakan fatwa dari Kha-

lifah berkenaan masalah per-

ceraian dengan istrinya (dia

berkehendak bercerai dan

tidak yakin bagaimana per-

ceraian menurut pandangan

hukum Islam, yang atas hal

ini dia tindaklanjuti segera:

Maulana bersabda bahwa

perceraian dibolehkan

menurut Islam, namun bila

pemikirannya dalam ke-

bimbangan, dia bisa

melakukan akad nikah lagi.

Maka Maulvi dipanggil dan

Allama menikah dengan

wanita ini. Kejadian terse-

but terjadi pada tahun 1913.

[7]

Iqbal menyebut Jemaat ini

sebagai “model sejati ke-

hidupan Islami” dalam ce-

ramahnya di Aligarh[8] dan mengirim putra ter-

tuanya dari pernikahan pertama dengan Karim

Bibi ke Qadian untuk dididik di Taleem-ul-Islam

High School.[9]

Dia terus aktif berperan, baik di Qadiani mau-

pun Lahore di sisa hidupnya. [10] Menyanjung

pekerjaan dan penerbitan-penerbitan ber-

pengaruh mereka. Namun akhirnya menjadi

berkurang karena permintaan sufi dari Qadiriyya

(sebuah tarekah) atas dasar-dasar perbedaan

doktrin, dalam tahun-tahun terakhir kehidupann-

ya.

Referensi

[1] Makhzan, vol 2, p 48. See al-

so AlHakm. (10 January 1903). 8, 9.

[2] Maulana Muhammad Ali. Sir Muhammad

Iqbal’s Statement re the Qadianis.

[3] Shahid, Maulana Dost Muham-

mad. Tahrikh eAhmadiyya v. [History of Ahmad-

iyya v]. 418.

[4] Perwazi, Professor

Pervez. The Reminiscences

of Sir Muhammad Zafrullah

Khan. (Oriental Publishers,

2004). 15 – 19.

[5] Indian Antiquary, vol.

29. (September 1900). 239.

[6] Nooruddin, Hadhrat al-

Hajj Maulana Hafiz Ha-

keem. Khutbat e Noor.

(Nizarat Nashar o Ishaat,

Qadian. 2003). 477.

[7] Salik, Abdul

Majeed. Zikr e Iq-

bal. 70. See also Ahmad,

Syed Hasanat.

Hakeem Noor-ud-Deen –

Khalifatul Masih I – The

Way of the Righteous.

(Islam International Publi-

cations Ltd, 2003). 126,

127.

[8] Iqbal, Sir Muham-

mad. Millat Baiza Per Ayk Imranı Nazar. 84,

85.

[9] Al Fazl, 2 August 1935.

[10] See Muhammad, Hafiz Sher. Dr. Sir Mu-

hammad Iqbal & the Ahmadiyya Move-

ment. (Ahmadiyya Anjuman Ishaat Islam La-

hore, 1995)

Sumber:http://www.themuslimtimes.org/2013/07/

uncategorized/allama-iqbal-was-an-ahmadi-muslim-until-a-few

-years-before-his-death#ixzz2ZoeXuRLs

Alih bahasa: Iin Qurrotul Ain

Dapat diakses melalui www.arhlibrary.com

Page 6: Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)

Halaman 6

“Ah sudahlah, tidak perlu dibicarakan

lagi,” ujar seorang teman ketika ormas Islam dan

sebagian Muslim di negeri ini memperlihatkan

sikap intoleran. Padahal Nabi Muhammad SAW

jelas mengajarkan tentang tasamuh (toleran) pa-

da orang yang berbeda pandang.

Sedih, sudah pasti. Disaat banyak orang

sudah berfikir memajukan “ummat” nya dengan

kesejahteraan ekonomi, pencapaian ilmu penge-

tahuan yang moempuni, kok masih ada yang be-

lum beranjak dari problem ketidakpercayaan diri

ummat (meminjam istilah Prof Din Syamsuddin,

ketua umum PP Muhammadiyah).

Prihatin, melihat ada sebagian Moslem

yang mengangkat simbol Islam untuk mem-

benarkan aksi kekerasan, dan bahkan menyerang

kelompok yang masih dalam keluarga besar

Moslem juga. Bukankah Nabi Muhammad SAW

juga mengingatkan bahwa ummat Islam itu satu

kesatuan. Satu dicolek semua merasa ikut di-

colek. Satu terluka, semua ikut bersedih. Apakah

ini berarti perintah Nabi Muhammad tidak

didengar lagi oleh ummat Nya, yang celakanya

mengaku sebagai ummat terpilih Rasulullah

SAW. Apakah lupa, kalau Nabi Muhammad

SAW menegaskan “innama bu’itstu liutammima

makarimal akhlaq,” Nabi diutus untuk menyem-

purnakan akhlak yang mulia.

Masih maraknya sikap kaum Moslem In-

donesia yang memperlihatkan akhlak rendah,

bahkan pada sesama Moslem, sesungguhnya

menjadi bukti bahwa masih banyak saudara

Moslem Indonesia yang belum mengukuhkan

etika dan moralitas dalam berperilaku.

“ah sudahlah, malas saya membahasnya

lagi,” ujar seorang teman, mengulangi lagi

pernyataannya. Membuat anganku terhenti.

Sumber:http://hankam.kompasiana.com/2013/05/18/hidup-

ahmadiyah-hidup-ahmadiyah-561427.html

MODERAT ISLAM

Page 7: Bulletin arh library news edisi 22 (26 juli 2013)

Halaman 7

G uardian: Putra Youssra yang

berusia tiga setengah tahun mulai

masuk sekolah play group,

menginginkan ibunya ikut wisata

sekolah. Lalu ibunya mendaftarkan putranya

mengikuti ‘cinema visit’. Dia memakaikan

jaket anaknya di luar kelas dan

menemaninya berkumpul di hall depan.

Namu sayang sesampainya di sana dia

dicegat oleh kepala sekolah yang berkata di

depan anak-anak polos itu: “Anda tidak

berhak menemani kelas ini karena Anda

mengenakan penutup kepala.” Dia diminta

kepala sekolah itu untuk membuka jilbabnya,

karena katanya hal itu penghinaan terhadap

sekularitas Perancis. “Saya membela diri,”

katanya. “Saya kemukakan semua argumen

tentang kesamaan dan kebebasan bagi semua.

Namun saya dipaksa untuk pulang, dan

dihinakan. Saya melihat anak laki-laki saya

mencucurkan air mata. Dia tidak paham

kenapa saya diusir.”

Para aktifis badan amal Perancis

sekarang merapat ke kelompok

protes Mamans Toutes Égales,atau Kaum

ibu semua setara. Grup berbasis di

Montreuil , luar Paris ini memblokade bis-bis

sekolah, memboikot acara-acara tamasya dan

turun ke jalan memprotes makin

meningkatnya kaum ibu berkerudung yang

dilarang mengikuti wisata-wisata sekolah.

“Ini merupakan serangan terhadap kebebasan

dan demokrasi di sekolah-sekolah negeri.

Mereka terlihat ingin menghapus wanita

muslim dari pandangan,” ujar Youssra, 36.

Sumber:http://www.themuslimtimes.org/2013/07/

europe/frances-headscarf-war-its-an-attack-on-

freedom#ixzz2ZsICELya

Alih bahasa: Iin Qurrotul Ain

Dapat diakses melalui www.arhlibrary.com

PERANG JILBAB PERANCIS

‘SERANGAN ATAS KEBEBASAN’