Budaya Dan Suku Minangkabau Versi 2003

Embed Size (px)

Citation preview

BUDAYA DAN SUKU MINANGKABAU

Penyusun

: Alfin Junianto Eka Herdyansyah

(04) (07)

SMK NEGERI 1 SIDOARJOKATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpah rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah yang berbentuk buku saku yang berjudul BUDAYA DAN SUKU MINANGKABAU Laporan dalam buku saku ini kami susun berdasarkan sumbersumber yang dapat dipertangung jawabkan kebenaranya. Sehingga buku saku ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan. kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada : -Drs. Suhadak yang turut membantu serta guru pembimbing mata pelajaran IPS Besar harapan saya agar buku saku ini dapat disetujui oleh semua pihak.

Sidoarjo, 10 November 2011

Penyusun

DAFTAR ISI Halaman judul..............................................................I

Kata Pengantar............................................................II Daftar isi....................................................................III Pendahuluan.................................................................1 Letak geografis Minangkabau......................................2 Bahasa Sehari-Hari.......................................................3 Sistem religi, agama yang umum.................................4 Upacara adat agama.....................................................5Sistem kekerabatan..............................................................8 Pemanggilan pada sanak keluarga.......................................9 Sistem perkawinan..............................................................12 Sistem ekonomi...................................................................13 Adat istiadat........................................................................14 Seni tari, alat musik, lagu daerah, dan makanan khas........ Hasil kerajinan, baju adat...................................................

PENDAHULUANMinangkabau atau lebih singkatnya Minang adalah kelompok etnik Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat

Minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian selatan Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama ibukota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak (bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri), Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang tumbuh dan besar karena sistem monarki, serta menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal, walaupun budayanya juga sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam, sedangkan Thomas Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kemudian penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur. Saat ini masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia, Selain itu, etnik ini juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum.

Letak Geografis Peta yang menunjukan wilayah persebaran kelompok etnis Minangkabau di pulau Sumatera.

Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Berikut letak geografis Minangkabau.

Bahasa Sehari-Hari Suku Minangkabau

Bahasa Minangkabau merupakan salah satu anak cabang bahasa Austronesia. Walaupun ada perbedaan pendapat mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu, ada yang menganggap bahasa yang dituturkan masyarakat ini sebagai bagian dari dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya, sementara yang lain justru beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Melayu serta ada juga yang menyebut bahasa Minangkabau merupakan bahasa proto-Melayu. Selain itu dalam masyarakat penutur bahasa Minang itu sendiri juga sudah terdapat berbagai macam dialek bergantung kepada daerahnya masing-masing.

Sistem Religi, Agama yang umum

Masyarakat Minang saat ini merupakan pemeluk agama Islam, jika ada masyarakatnya keluar dari agama islam (murtad), secara langsung yang bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat Minang, dalam istilahnya disebut "dibuang sepanjang adat". Agama Islam diperkirakan masuk melalui kawasan pesisir timur, walaupun ada anggapan dari pesisir barat, terutama pada kawasan Pariaman, namun kawasan Arcat (Aru dan Rokan) serta Inderagiri yang berada pada pesisir timur juga telah menjadi kawasan pelabuhan Minangkabau, dan Sungai Kampar maupun Batang Kuantan berhulu pada kawasan pedalaman Minangkabau. Serta hal ini juga dikaitkan dengan penyebutan Orang Siak merujuk kepada orang-orang yang ahli dan tekun dalam agama Islam, masih tetap digunakan di dataran tinggi Minangkabau. Sebelum Islam diterima secara luas, masyarakat ini dari beberapa bukti arkeologis menunjukan pernah memeluk agama Buddha terutama pada masa kerajaan Sriwijaya, Dharmasraya, sampai pada masa-masa pemerintahan Adityawarman dan anaknya Ananggawarman. Kemudian perubahan struktur kerajaan dengan munculnya Kerajaan Pagaruyung yang telah mengadopsi Islam dalam sistem pemerintahannya, walau sampai abad ke-16, Suma Oriental masih menyebutkan dari 3 raja Minangkabau hanya satu yang telah memeluk Islam.

Upacara Adat di Minangkabau

1. Upacara Sepanjang Kehidupan Manusia Upacara sepanjang kehidupan manusia ini dapat pula dibedakan sbb: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Lahir yang didahului oleh upacara kehamilan Upacara Karek Pusek (Kerat pusat) Upacara Turun Mandi dan Kekah (Akekah) Upacara Sunat Rasul Mengaji di Surau Tamat Kaji (khatam Quran)

Setelah melalui upacara-upacara pada masa kehamilan dan sampai lahir dan seterusnya maka dilanjutkan dengan acara-acara semasa remaja dan terutama sekali bagi anak laki-laki. Pada masa remaja ada pula acara-acara yang dilakukan berkaitan dengan ilmu pengetahuan adat dan agama. Upacara-upacara semasa remaja ini adalah sbb: 1. Manjalang guru (menemui guru) untuk belajar. Orang tua atau mamak menemui guru tempat anak kemenakannya menuntut ilmu. Apakah guru dibidang agama atau adat. Anak atau keponakannya diserahkan untuk dididik sampai memperoleh ilmu pengetahuan yang diingini. Balimau. Biasanya murid yang dididik mandi berlimau dibawah bimbingan gurunya. Upacara ini sebagai perlambang bahwa anak didiknya dibersihkan lahirnya terlebih dahulu kemudian diisi batinnya dengan ilmu pengetahuan. Batutue (bertutur) atau bercerita. Anak didik mendapatkan pengetahuan dengan cara gurunya bercerita. Di dalam cerita terdapat pengajaran adat dan agama. Mengaji adat istiadat. Didalam pelajaran ini anak didik mendapat pengetahuan yang berkaitan dengan Tambo Alam Minangkabau dan Tambo Adat. Baraja tari sewa dan pancak silek (belajar tari sewa dan pencak silat). Untuk keterampilan dan ilmu beladiri maka anak didik berguru yang sudah kenamaan. Mangaji halam jo haram (mengaji halal dengan haram). Pengetahuan ini berkaitan dengan pengajaran agama.

2.

3. 4. 5. 6.

7.

Mengaji nan kuriek kundi nan merah sago, nan baiek budi nan indah baso (mengaji yang kurik kundi nan merah sago, yang baik budi nan indah baso), pengajaran yang berkaitan dengan adat istiadat dan moral.

Akhir kehidupan di dunia adalah kematian. Pada upacara yang berkaitan dengan kematian tidak terlepas dari upacara yang berkaitan dengan adat dan yang bernafaskan keagamaan. Acara-acara yang diadakan sebelum dan sesudah kematian adalah sbb: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sakik basilau, mati bajanguak (sakit dilihat, mati dijenguk) Anta kapan dari bako (antar kafan dari bako) Cabiek kapan, mandi maik (mencabik kafan dan memandikan mayat) Kacang pali (mengantarkan jenazah kek kuburan) Doa talakin panjang di kuburan Mengaji tiga hari dan memperingati dengan acara hari ketiga, ketujuh hari, keempat puluh hari, seratus hari dan malahan yang keseribu hari. Pada masa dahulu acara-acara ini memerlukan biaya yang besar.

2. Upacara Yang Berkaitan dengan Perekonomian Upacara yang berkaitan dengan perekonomian seperti turun kesawah, membuka perladangan baru yang dilakukan dengan upacara-upacara adat. Untuk turun kesawah secara serentak juga diatur oleh adat. Para pemangku adat mengadakan pertemuan terlebih dahulu, bila diadakan gotong royong memperbaiki tali bandar dan turun kesawah. Untuk menyatakan rasa syukur atas rahmat yang diperoleh dari hasil pertanian biasanya diadakan upacara-upacara yang bersifat keluarga maupun melibatkan masyarakat yang ada dalam kampung. Pada masa dahulu diadakan pula upacara maulu tahun (hulu tahun), maksudnya pemotongan padi yang pertama sebelum panen keseluruhan. Diadakan upacara selamatan dengan memakan beras hulu tahun ini. Upacara dihadiri oleh Ulama dan Ninik mamak serta sanak keluarga. Adapun acara yang berkaitan dengan turun kesawah ini adalah sbb: 1. Gotong royong membersihkan tali bandar

2. 3. 4. 5. 6.

Turun baniah, maksudnya menyemaikan benih Turun kasawah (turun ke sawah) Batanam (bertanam) Anta nasi (megantarkan nasi) Basiang padi (membersihkan tanaman yang mengganggu padi) 7. Tolak bala (upacara untuk menolak segala malapetaka yang mungkin menggagalkan pertanian) 8. Manggaro buruang (mengusir burung) 9. Manuai (menuai), manyabik padi (potong padi) 10. Makan ulu tahun (makan hulu pertahunan) 11. Tungkuk bubuang (telungkup bubung) 12. Zakat 3. Upacara Selamatan Dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat banyak ditemui upacara selamatan. Bila diperhatikan ada yang sudah diwarisi sebelum Islam masuk ke Minangkabau. Doa selamat ini untuk menyatakan syukur atau doa selamat agar mendapat lindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Beberapa upacara yang termasuk doa selamatan ini seperti : 1. 2. Upacara selamatan atas kelahiran, turun mandi, bacukua (bercukur), atau memotong rambut pertama kali. Upacara selamatan dari suatu niat atau melepas nazar. Sebagai contoh setelah sekian lama sakit dan si sakit kemudian atau keluarganya berniat bila seandainya sembuh akan dipanggil orang siak dan sanak famili untuk menghadiri upacara selamatan. Selamat pekerjaan selesai. Selamat pulang pergi naik haji Selamat lepas dari suatu bahaya Selamat hari raya Selamat kusuik salasai, karuah manjadi janiah (selamat kusut selesai, keruh menjadi jernih). Upacara selamat diadakan karena adanya penyelesaian mengenai suatu permasalahan baik yang menyangkut dengan masalah kekeluargaan maupun yang menyangkut dengan adat. Maulud nabi.

3. 4. 5. 6. 7.

8.

9.

dll

Dengan banyaknya upacara yang dilakukan dalam masyarakat Minangkabau secara tidak langsung juga sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat dan juga dalam alih generasi yang berkaitan dengan adat dan agama di Minangkabau

Sistem KekerabatanSistem kekerabatan pada masyarakat hukum adat Minangkabau oleh para ahli hukum lazim disimpulkan dalam kata-kata rumusan matrilineal, genologis dan tertorial. Pada sistem kekerabatan matrilineal ini garis keturunan ibu dan wanita : dan anak-anaknya hanya mengenal ibu dan saudara-

saudara ibunya, ayah dan keluarganya tidak masuk clan anaknya karena ayah termasuk clan ibunya pula. Para ahli antropologi sependapat bahwa garis-garis keturunan matrilineal merupakan yang tertua dari bentuk garis keturunan lainnya. Salah seorang dari ahli tersebut bernama Wilken yang terkenal dengan teori evolusinya. Wilken mengemukakan proses dari garis keturunan ini pada masa pertumbuhannya sebagai berikut:1. Garis keturunan ibu 2. Garis keturunan ayah 3. Garis keturunan orang tua Menurut teori evolusi garis keturunan ibulah yang dianggap yang tertua dan kemudian garis keturunan ayah, selanjutnya si anak tidak hanya mengenal garis keturunan ibunya, tetapi juga garis keturunan ayahnya. Alasan yang digunakan oleh penganut teori evolusi ini menitik beratkan terhadap evolusi kehidupan manusia.

Pemanggilan Pada Sanak KeluargaBagi orang Minang nama itu penting. Ketek banamo - gadang bagala. Katiko ketek disabuik namo - alah gadang disabuik gala. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa yang dikatakan sepesukuan sebagai unit terkecil dalam sistem kekerabatan Minang terdiri dari 5

lapis generasi atau keturunan. Mungkin dalam satu masa tidak terdapat kelima tingkat keturunan itu, karena hal itu sangat tergantung dari usia rata-rata anggota suku dari tiap generasi. Panggilan Sesama Anak Adik memanggil kakaknya yang perempuan dengan "Uni" dan "Uda" untuk kakak lelaki. Antara mereka yang seusia, memanggil nama masing-masing. Si Ani memanggil si Ana dengan menyebut Ana. Si Husin memanggil si Hasan dengan sebutan Hasan.Mande dan Mamak serta generasi yang lebih tua, memanggil anak-anak dengan panggilan kesayangan "Upiak" pada anak perempuan dan "Buyuang" untuk anak laki-laki. Panggilan untuk Ibu dan Paman Anak sebagai generasi terbawah dalam susunan pesukuan Minang, mempunyai panggilan kehormatan terhadap ibu dan saudara ibunya, serta generasi yang berada diatasnya.Anak memanggil ibunya dengan panggilan Mande - Amai - Ayai - Biyai - Bundo - Andeh dan di zaman modern ini dengan sebutan Mama - Mami - Amak - Ummi dan Ibu.Jika ibu kita mempunyai saudara perempuan yang lebih tua dari ibu kita (kakak ibu) maka sebagai anak kita memanggilnya dengan istilah Mak Adang yang berasal dari kata Mande dan Gadang. Bila ibu mempunyai adik perempuan, maka kita memanggilnya dengan Mak Etek atau Etek yang berasal dari kata Mande nan Ketek. Bila ibu kita punya saudara lelaki, kita panggil beliau dengan Mamak. Semua lelaki dalam pesukuan itu, dan dalam suku yang serumpun yang menjadi kakak atau adik dari ibu kita, disebut Mamak. Jadi Mamak tidak hanya sebatas saudara kandung ibu, tapi semua lelaki yang segenerasi dengan ibu kita dalam suku yang serumpun. Dengan demikian kita punya Mamak Kanduang, Mamak Sejengkal, Mamak Sehasta, Mamak Sedepa sesuai dengan jarak hubungan kekeluargaan. Mamak Kandung adalah Mmamak dalam lingkungan semande. Mamak tertua dan yang lebih tua dari ibu kita, kita panggil dengan istilah Mak Adang dari singkatan Mamak nan Gadang sedangkan yang

lebih muda dari ibu kita , kita sebut dengan Mak Etek atau Mamak nan Ketek. Mamak yang berusia antara yang tertua dan yang termuda dipanggil dengan Mak Angah atau Mamak nan Tangah. Kedudukan Mamak Mamak mempunyai kedudukan yang vital dalam struktur kekerabatan minang, khususnya dalam hubungan Mamak-Kemenakan, seperti diatur dalam Pepatah Adat berikut ini. Kamanakan barajo ka mamak, Mamak barajo ka panghulu, Panghulu barajo ka mufakat, Mufakat barajo ka nan bana, Bana badiri sandirinyo. Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa mamak mempunyai kedudukan yang sejajar dengan ibu kita. Karena beliau itu saudara kandung. Sehingga mamak dapat diibaratkan sebagai ibu-kandung kita juga kendatipun beliau lelaki. Adat Minang bahkan memberikan kedudukan dan sekaligus kewajiban yang lebih berat kepada mamak ketimbang kewajiban ibu. Adat mewajibkan mamak harus membimbing kemenakan, mengatur dam mengawasi pemanfaatan harta pusaka, mamacik bungka nan piawai. Kewajiban ini tertuang dalam pepatah adat, ataupun dalam kehidupan nyata sehari-hari. Kewajiban untuk membimbing kemenakan sudah selalu didendangkan orang Minang dimana-mana. Namun kini sudah mulai jarang diamalkan Panggilan Generasi Ketiga Dalam hubungan pesukuan diatas, terlihat bahwa kita sebagai anak menjadi generasi kelima. Kita sebagai generasi kelima, memanggil "Uo" atau "Nenek" kepada Mande dari ibu kita sendiri dan Mamak atau Tungganai (Mamak Kepala Waris) pada saudara lelaki dari Uo (Nenek) kita. Berdasarkan pada pengelompokkan umur rata-rata, maka

yang diangkat jadi Penghulu dalam pesukuan ini, biasanya dari kelompok tungganai ini. Pada saat kita lahir,kelompok para tungganai ini berusia sekitar 40 tahun, sehingga memenuhi syarat usia yang pantas untuk memimpin suku (kaum) kita. Selanjutnya pada generasi kedua kita memanggil Gaek untuk perempuan dan Datuak pada lelaki yang termasuk dalam generasi kedua ini. Generasi pertama (kalau masih hidup) kita sebut dengan panggilan Niniek untuk perempuan dan Inyiek untul lelaki yang termasuk generasi pertama. Usia rata-rata generasi pertama ini, pada saat kita lahir sekitar 80 th. Bagi mamak atau tungganai yang diangkat jadi Penghulu, diberi gelar DATUK. Keluarga yang seusia atau lebih tua dari Penghulu memanggilnya dengan "Ngulu", sedangkan yang lebih muda dengan panggilan yang biasa seperti Uda dan Mamak.

Sistem PerkawinanDalam adat Minangkabau tidak dibenarkan orang yang sekaum kawin mengawini meskipun mereka sudah berkembang menjadi ratusan orang. Walaupun agama Islam sudah merupakan anutan bagi masyarakat Minangkabau, namun kawin sesama anggota kaum masih dilarang oleh adat, hal ini mengingat keselamatan hubungan sosial dan kerusakan turunan. Demikian pula bila terjadi perkawinan sesama anggota kaum mempunyai akibat terhadap harta pusaka dan sistem kekerabatan matrilineal. Oleh karena itu sampai sekarang masih tetap kawin dengan orang di luar sukunya (exogami).

Perkawinan merupakan inisiasi kealam baru bagi seorang manusia merupakan perobahan dari tingkat umur, seperti masa bayi ke kanakkanak, dari kanak-kanak ke alam dewasa dan kemudian ke jenjang perkawinan. Mengenai perkawinan para ahli antropologi budaya yang menganut teori evolusi seperti Herbert Spencer mengemukakan proses perkawinan itu melalui lima tingkatan. Kelima proses tingkatan itu adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Promisquithelt : tingkat perkawinan sama dengan alam binatang laki-laki dan perempuan kawin dengan bebas. Perkawinan gerombolan yaitu perkawinan segolongan orang laki-laki dengan segolongan orang perempuan. Perkawinan matrilineal yakni perkawinan yang menimbulkan bentuk garis keturunan perempuan. Perkawinan patrilineal yakni anak-anak yang lahirkan masuk dalam lingkungan keluarga ayahnya. Perkawinan parental yaitu perkawinan yang memungkinkan anak-anak mengenal kedua orang tuanya.

Sistem EkonomiSebagian besar masyarakat Minangkabau bermata pencaharian bertani. Jikatanahnya kurang subur, ditanami ubi kayu, pisang, ketela, dan sebagainya. didataran tinggi yang subur banyak ditanami sayur-mayur, yang umumnya untukperdagangan, misalnya kubis, tomat, dan sebagainya. Sebetulnya tidak adapembagian atau pemisahan yang jelas antara ketiganya. Banyak yangmengusahakan

ketiganya sekali jalan. Pada daerah pesisir, selain sebagainelayan juga memperoleh hasil dari kebun-kebun kelapa. emikian pula yangmenetap di pinggir danau, penangkapan ikan menjadi pekerjaan tambahanatau sambilan.Selain sektor pertanian dan sebagai pencari ikan, banyak kegiatan ekonomiyang dilaksanakan lewat usaha-usaha perniagaan, menjadi pegawaiberwiraswasta, mengusahakan rumah makan, atau hidup dari kerajinan tangan.Hasil kerajinan tangan yang terkenal adalah kerajinan perak dari KotoGadang, kain songket dari Silungkang dekat Sawahlunto. di bidang perniagaan umumnya dilaksanakan oleh orang Minangkabau sendiri yangmenguasai sektor perdagangan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup danmeningkatkan kedudukan mereka di mata masyarakat.

Adat Istidat Suku Minang

Adat dan budaya Minangkabau bercorakkan keibuan (matrilineal), dimana pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Menurut tambo, sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang bersaudara, Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Ketumanggungan. Datuk Perpatih mewariskan sistem adat Bodi Caniago yang demokratis, sedangkan Datuk Ketumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang yang aristokratis. Dalam perjalanannya, dua sistem adat yang dikenal dengan kelarasan ini saling isi mengisi dan membentuk sistem masyarakat Minangkabau. Dalam masyarakat Minangkabau, ada tiga pilar yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat istiadat. Mereka adalah alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak, yang dikenal dengan istilah Tali nan Tigo Sapilin. Ketiganya saling melengkapi dan bahu membahu dalam posisi yang sama tingginya. Dalam masyarakat Minangkabau yang demokratis dan egaliter, semua urusan masyarakat dimusyawarahkan oleh ketiga unsur itu secara mufakat.

Kesenian

Masyarakat Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti tari-tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan. Diantara tari-tarian tersebut misalnya tari pasambahan merupakan tarian yang dimainkan bermaksud sebagai ucapan selamat datang atau punungkapan rasa hormat kepada tamu istimewa yang baru saja sampai,selanjutnya tari piring merupakan bentuk tarian dengan gerak cepat dari para penarinya sambil memegang piring pada telapak tangan masingmasing, yang diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang.Silek atau Silat Minangkabau merupakan suatu seni bela diri tradisional khassuku ini yang sudah berkembang sejak lama. Selain itu, adapula tarian yang bercampur dengan silek yang disebut dengan randai. Randai biasa diiringi dengan nyanyian atau disebut juga dengan sijobang, dalam randai ini juga terdapat seni peran (acting) berdasarkan skenario. Di samping itu, Minangkabau juga menonjol dalam seni berkata-kata. Ada tigagenre seni berkata-kata, yaitu pasambahan (persembahan), indang, dansalawat dulang. Seni berkata-kata atau bersilat lidah, lebih mengedepankan kata sindiran, kiasan, ibarat, alegori, metafora, dan aphorisme.

Contoh Lagu-Lagu Daerah Suku Minang01 02 03 04 05 VA VA VA VA VA Tongga Babeleang Semalam Di India Malapeh Hao Sopir Batak Kasiah Di Ambun Pagi

06 - VA - Karisiak Malang 07 - VA - Gasiang Tangkurak 08 - VA - Ayam Den Lapeh

Alat Musik TradisionalTalempong adalah sebuah alat musik khas Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan gamelan dari Jawa. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu, saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan. Talempong ini berbentuk bundar pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat tangga nada (berbedabeda). .

Makanan Khas Suku Minang Rendang

Bahan : a. Daging Sapi 2 kg. b. Kentang kecil2, 500 gram (kalau mau) Bumbu : 1. Santan pati (kental) 2 kg, (atau 6 buah kelapa tua) 2. Cabe merah 500 gram 3. Jahe sebesar tiga ibu jari tangan 4. Bawang putih 12 siung 5. Bawang merah 16 butir 6. Lada 2 sendok the 7. Cengkeh 12 biji 8. Kayu manis 4 cm. 9. Langkuas, 200 gram 10. Daun sere, 3 batang 11. Daun jeruk purut 6 lembar 12. Daun kunyit 3 lembar 13. Garam secukupnya Cara Memasak Daging dipotong2/ dibagi 23 potong dalam satu kilogram Semua bumbu dihaluskan kecuali kayu manis, daun sere, kunyit, salam dan jeruk Santan dimasak berasama bumbu2, sampai keluar minyak.

Kemudian dimasukan daging, diaduk sampai kering. Bagi yang mau dicampur kentang kecil2, masukan setelah daging setengah matang. Pakaian Adat Suku Minang

Baju Baju penghulu berwarna hitam sebagai lambang kepemimpinan. Hitam tahan tapo, putiah tahan sasah (hitam tahan tempa, putih tahan cuci). Dengan arti kata umpat dan puji hal yang harus diterima oleh seorang pemimpin. Dengan bahasa liris mengenai baju ini dikatakan baju hitam gadang langan, langan tasenseng bukan dek bangih, pangipeh angek nak nyo dingin, pahampeh gabuek nak nyo habih (baju hitam besar lengan, lengan tersinsing bukan karena marah, pengipas hangat supaya dingin, pengipas debu supaya habis). Lengan baju diberi benang makau, benang besar diapit oleh benang kecil yang mempunyai pengertian orang besar mempunyai pengiring. Mengenai leher besar mempunyai pengiring. mengenai leher baju dikatakan lihie nan lapeh tak bakatuak, babalah hampie ka dado (leher yang lepas tidak

berkatuk, berbelah hampir kedada) yang mempunyai arti seorang penghulu alamnya lapang buminya luas. Gunuang tak runtuah dek kabuik, lawuik tak karuah dek ikan, rang gadang martabatnyo saba, tagangnyo bajelo-jelo, kaduonyo badantiangdantiang, paik manih pandai malulua, disitu martabat bahimpunnyo (gunung tidak runtuh karena kabut, laut tidak keruh karena ikan. Orang besar martabatnya besar, tegangnya berjela-jela, kendurnya berdenting-denting, pahit manis pandai melulur, disana martabat berhimpunnya). Pengertian yang terkandung didalamnya adalah seorang penghulu yang tidak goyah wibawa dan kepemimpinannya dalam menghadapi segala persoalan dan dia harus bijaksana dalam menjalankan kepemimpinannya.

Transportasi

Kelok Sembilan

Transportasi udara dari dan ke Sumatera Barat saat ini melalui Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM). Bandar Udara kebanggaan masyarakat Sumatera Barat ini berada di kabupaten Padang Pariaman, lebih kurang 20 km dari pusat kota Padang. Bandar Udara ini mulai aktif beroperasi pada akhir tahun 2005 menggantikan Bandar Udara Tabing. Transportasi darat untuk angkutan umum di kota Padang berpusat di Terminal Bingkuang Air Pacah. Terminal ini melayani kendaraan umum antar kota antar provinsi (AKAP) dan antar kota dalam provinsi (AKDP). Distribusi jalur antar kota dalam provinsi dari Terminal Bingkuang Air Pacah akan berakhir di terminal angkutan umum tiap kota atau kabupaten di Sumatera

Barat. Sedangkan untuk kota Bukittinggi berpusat di Terminal Aua Kuniang, untukkota Payakumbuh berpusat di Terminal Koto Nan Ampek, dan kota Solok berpusat di Terminal Bareh Solok.

Kereta api wisata melintasi Danau Singkarak

Untuk transportasi darat lainnya, kereta api masih digunakan untuk jalur dari kota Padang sampai ke kota Sawahlunto, yang melalui kotaPadangpanjang dan kota Solok, pada jalur ini, kereta api dipergunakan sebagai sarana pengangkutan batubara. Selain itu dari kota Padangpanjang ini juga ada jalur kereta api menuju ke kota Payakumbuhyang melewati kota Bukittinggi, namun sudah tidak aktif lagi. Sedangkan untuk jalur kereta api dari kota Padang menuju kota Pariaman, masih digunakan untuk angkutan penumpang. Transportasi laut dari dan ke Sumatera Barat berpusat di Pelabuhan Teluk Bayur, kota Padang. Sedangkan untuk jarak dekat terutama untuk kapal ukuran sedang berpusat di Pelabuhan Muara, pelabuhan ini antara lain juga melayani transportasi menuju ke kabupaten Kepulauan Mentawaidengan menggunakan kapal feri

atau speed boat. Pelabuhan ini juga menjadi tempat bersandar kapal-kapal pesiar (yacht) dan kapal-kapal nelayan.

Pariwisata, Seni dan Budaya

Jembatan akar, objek turis yang potensial di Pesisir Selatan

Lembah Harau di Lima Puluh Kota

Ombak Kepulauan Mentawai jadi tantangan para peselancar

Jam Gadang di Bukittinggi

[sunting]Pariwisata Di propinsi ini bisa kita temui hampir semua jenis objek wisata alam seperti laut, pantai, danau, gunung dan ngarai, selain objek wisata budaya. Akomodasi hotel sudah mulai banyak mulai dari kelas melati sampai bintang empat. Agen tour & travel di bawah keanggotaan ASITA Sumatera Barat sudah lebih dari 100 buah. Untuk melengkapi fasilitas penunjang pariwisata, pemerintah juga menyediakan kereta wisata yang beroperasi pada jam-jam tertentu. Objek-objek wisata yang dikunjungi para wisatawan diantaranya, Jembatan Akar di kecamatan Bayang;

Rumah Gadang Mande Rubiah di Lunang; Istana Kerajaan Inderapura di kecamatan Pancung Soal; Pulau Cingkuak dengan peninggalan Benteng Belanda dan Puncak Langkisau di Painan, kabupatenPesisir Selatan, Danau Maninjau dan Puncak Lawang Embum Pagi dikabupaten Agam, Lembah Anai; Istano Basa Pagaruyung, Danau Singkarak dikabupaten Tanah Datar, Danau Talang; Danau Diatas dan Danau Dibawahdikenal juga dengan sebutan Danau kembar di kabupaten Solok, PanoramaNgarai Sianok; Benteng Fort de Kock; Jam Gadang di kota Bukittinggi, Pantai Air Manis; Pantai Muaro; Pantai Caroline; Pulau Sikuai di kota Padang, Tempat wisata Harau di kabupaten Lima Puluh Kota, Tempat wisata Ngalau dikota Payakumbuh, Candi Padang; Prasasti Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya, Pantai Kata; Pantai Gandoria di kota Pariaman, Pantai Arta; Malibo Anai di kabupaten Padang Pariaman. Sementara itu berbagai informasi dan literatur sejarah mengenai Sumatera Barat dan kebudayaan Minangkabau secara umum dapat dijumpai di Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), yang terletak di tengah-tengah objek wisata Perkampungan Minangkabau (Minangkabau Village) di kota Padang Panjang. Di PDIKM terdapat berupa dokumentasi foto mikrograf surat kabar, pakaian tradisional, kaset rekaman lagu daerah, dokumentasi surat-surat kepemerintahan dan alur sejarah masyarakat Minangkabau secara terperinci khususnya semenjak abad 18 (periode penjajahan Belanda) hingga era

1980'an. Selain itu sumber literatur lain dapat ditelusuri di Perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) dan di Perpustakaan Universitas Leiden, dua-duanya di Leiden,Belanda. [sunting]Olahraga Provinsi Sumatera Barat memiliki beberapa event olahraga yang berskala lokal, nasional maupun internasional dalam meningkatkan pariwisatanya, di antaranya lomba pacu kuda. Perlombaan pacu kuda ini sudah menjadi tradisi dan menjadi bagian dari budaya masyarakat Minangkabau khususnya, saat ini sudah menjadi rangkaian perlombaan dengan beberapa kota/kabupaten lain di Sumatera Barat yang mendapat kesempatan menjadi tuan rumah satu kali tiap tahunnya, sementara pesertanya juga ada dari luar Sumatera Barat.[16]Beberapa lapangan pacuan kuda tersebut tersebar di kota/kabupaten yang ada dalam provinsi ini. Kota Padang dengan Lapangan Pacuan Kuda Tunggul Hitam, Kota Bukittinggi dengan Lapangan Pacuan Kuda Bukit Ambacang, Kota Payakumbuh dengan Lapangan Pacuan Kuda Kubu Gadang, Kota Padangpanjang dengan Lapangan Pacuan Kuda Bancah Laweh, Kota Solok dengan Lapangan Pacuan Kuda Ampang Kualo, Kota Sawahlunto denganLapangan Pacuan Kuda Bukit Kandih, Kabupaten Tanah Datar denganLapangan Pacuan Kuda Bukit Gombak, Kabupaten Padang Pariaman denganLapangan Pacuan Kuda Balah Aie. Sementara Tour de Singkarak pada tahun 2011, memasuki tahun ketiganya. Kejuaraan ini secara resmi

telah menjadi agenda perhelatan tahunan Union Cycliste Internationale (UCI). Tour de Singkarak melombakan tujuh etape melintasi 12 kabupaten/kota di Sumatera Barat dengan total jarak 743.5 kilometer. Perincian etape tersebut adalah Etape I Padang, Etape II Padang Pariaman, Etape III Pariaman Bukittinggi, Etape IV Bukittinggi Payakumbuh, Etape V Payakumbuh Sawahlunto, Etape VIA Sawahlunto Pagaruyung, Etape VIB Pagaruyung Padangpanjang dan Etape VII Padang Panjang Danau Singkarak. Beberapa kawasan wisata menjadi bagian dari jalur lintasan lomba termasuk Lembah Harau, Danau Maninjau, Kelok 44, dan danau kembar Diatas dan Dibawah.[17] Disisi lain, cabang olahraga perahu naga (dragon boat) juga rutin dilaksanakan di Sumatera Barat. Seperti kejuaraan Perahu Naga Internasional di Padang yang mendatangkan peserta dari mancanegara dan luar provinsi, dan kejuaraan Dayung Tradisional di Pantai Carocok, Painan dan Dharmasraya.