25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan pada tanaman dimulai pada saat zigot terbentuk. Didalam biji, zigot mengalami pertumbuhan akibat adanya suplai makanan antara lain dari keeping biji atau kotiledon. Jika kondisi lingkungan tempat biji menguntungkan misalnya cukup banyak air, biji tersebut akan berkecambah. Rentang waktu sampai biji berkecambah ini dinamakan masa dormansi yang lamanya tidak sama pada setiap biji. Proses pertumbuhan dan perkembangan adalah peristiwa yang bertanggung jawab terhadap perubahan biji menjadi tumbuhan. Adapun perkembangan diawali dari peristiwa diferensiasi organ hingga tampak perbedaan struktur dan fungsi masing-masing organ. Peristiwa ini menyebabkan pada organisme yang semakin kompleks. Biji akan menjadi dewasa dalam buah. Setelah biji matang dan buah dikeluarkan, biasanya biji dalam keadaan dorman untuk waktu yang lama atau yang pendek saja. Apabila dormansi ini dapat dihalangkan, maka terbentuk giberelin dan sitokinin yang digunakan untuk mengungguli efek kerja penghambat pertumbuhan, sehingga FISIOLOGI TUMBUHAN Page 1

bab1 Dormansi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fisiologi tumbuhan

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan pada tanaman dimulai pada saat zigot terbentuk. Didalam biji, zigot mengalami pertumbuhan akibat adanya suplai makanan antara lain dari keeping biji atau kotiledon. Jika kondisi lingkungan tempat biji menguntungkan misalnya cukup banyak air, biji tersebut akan berkecambah. Rentang waktu sampai biji berkecambah ini dinamakan masa dormansi yang lamanya tidak sama pada setiap biji. Proses pertumbuhan dan perkembangan adalah peristiwa yang bertanggung jawab terhadap perubahan biji menjadi tumbuhan. Adapun perkembangan diawali dari peristiwa diferensiasi organ hingga tampak perbedaan struktur dan fungsi masing-masing organ. Peristiwa ini menyebabkan pada organisme yang semakin kompleks. Biji akan menjadi dewasa dalam buah. Setelah biji matang dan buah dikeluarkan, biasanya biji dalam keadaan dorman untuk waktu yang lama atau yang pendek saja. Apabila dormansi ini dapat dihalangkan, maka terbentuk giberelin dan sitokinin yang digunakan untuk mengungguli efek kerja penghambat pertumbuhan, sehingga pertumbuhanpun dapat dimulai. Kalau pada saat tersebut diberi air maka biji pun akan berkecambah. (Rahayu.2008)

Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. (Rahayu.2008)

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada biji, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun kimia. (Rahayu.2008)

Jika pematahan dormansi telah terjadi maka proses selanjutnya yang terjadi pada biji adalah perkecambahan, perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Dari gambaran teori diatas maka untuk dapat mengetahui pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan dormansi biji berkulit keras, dilakukan percobaan pada biji asem. Biji tersebut diberi perlakuan yang berbeda namun ditanam pada media yang sama, yang selanjutnya media tersebut digunakan sebagai salah satu kontrol. (Rahayu.2008)

Berdasarkan uraian diatas kami melakukan praktikum dormansi yang berhubungan dengan pemcahan dormansi. Sehingga, laporan praktikum ini berjudul Pemecahan Dormansi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan dormansi biji berkulit keras (biji asem)?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas didapatkan tujuan praktikum sebagai berikut :

Untuk mengetahui pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan dormansi biji berkulit keras (biji asem).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun kimia. Jika pematahan dormansi telah terjadi maka proses selanjutnya yang terjadi pada biji adalah perkecambahan. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

Dormansi biji berhubungan dengan usaha biji untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.

A. Faktor penyebab dormansi

1. Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan.

2. Imnate dormancy (rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

B. Mekanisme dormansi di dalam biji

1. Fisik

Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:

a. Mekanis : Embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik.

b. Fisik : Penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel.

c. Kimia : Bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat Mekan (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

2. Fisiologis

Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:

a. Photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya

b. Immature embrio: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang

c. Thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

C. Ciri biji yang mengalami dormansi

1. Jika kulit dikupas, embrio tumbuh.

2. Embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah.

3. Embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi.

4. Perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil. akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin). (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

D. Tipe dormansi

1. Dormansi fisik

Dormansi fisik yaitu dormansi yang terjadi pada biji karena keadaan fisik yang menyebabkan pembatas struktural tiap perkecambahan, seperti kulit biji yang keras dan kedap, sehingga menjadi penghalang terhadap masuknya air atau gas pada beberapa jenis tanaman, (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008) Ada beberapa tipe dormansi fisik yaitu :

a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air

Dalam hal ini pengambilan air terhalang oleh kulit biji yang mempunyai struktur terdiri atas lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dari bahan kutikula.

b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio

Beberapa jenis biji tetap dalam keadaan dorman disebabkan oleh kulit bijinya yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan dari embrio. Jika kulit biji dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera.

c. Permeabilitas yang rendah dari kullt biji terhadap gas-gas

Keadaan dormansi biji bisa disebabkan o1eh impermeabilitas kulit biji terhadap oksigen. Perkecambahan akan terjadi apabila kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar biji ditambah. Kebutuhan oksigen untuk perkecambahan lebih besar pada biji bagian atas daripada bagian bawah dan kebutuhan oksigen ini dipengaruhi oleh temperatur.

2. Dormansi fisiologi

Dormansi fisiologis yaitu suatu keadaan dormansi yang disebabkan oleh kondisi fisiologis biji tersebut yang menjadi penghalang perkecambahannya. Hal ini dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, umumnya dapat juga disebabkan oleh zat pengatur tumbuh baik penghambat tumbuh maupun perangsang tumbuh, dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor dalam seperti immatury, ketidaksamaan embrio, dormansi sekunder, dan hambatan metabolisme dari embrio. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

E. Teknik pemecahan dormansi

Dipandang dari segi ekonomis, terdapatnya keadaan dormansi pada biji dianggap kurang menguntungkan. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada biji, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam (Schmidt, 2000). Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun kimia. Hartmann (1997) mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya.

Oleh karena itu, diperlukan cara-cara agar dormansi biji dapat dipecahkan atau sekurang-kurangnya lama dormansinya dapat dipersingkat, beberapa cara yang telah diketahui adalah:

1. Perlakuan mekanis

Perlakuan mekanis umumnya dipergunakan untuk memecahkan dormansi biji yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas, resistensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji.

Perusakan kulit biji, mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaktion (goncangan) untuk biji-biji yang memiliki sumbat gabus. Semua cara tersebut bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

Tekanan, pemberian tekanan pada biji akan mengakibatkan kulit biji menjadi lebih lentur dimana efeknya akan terlihat setelah biji-biji tersebut dikeringkan dan disimpan, perubahan yang terjadi adalah permeabilitas kulit terhadap air akan meningkat (Sutopo, 1998).

2. Perlakuan kimia

Perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering pula dilakukan untuk mematahkan dormansi pada biji. Tujuannya adalah untuk menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Bahan kimia ini antara lain asam sulfat pekat, asam nitrat, potasium hidroksida, asam hidrokolit, potasium nitrat dan tiourea. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

3. Perlakuan perendaman dengan air

Perendaman dalam air tergenang atau mengalir merupakan metode untuk pencucian zat-zat yang menghambat dalam buah dan biji. Metode ini lebih mudah dibandingkan metode-metode yang lain namun sangat lambat untuk mengatasi dormansi fisik dan ada resiko besar bahwa biji akan mati jika dibiarkan dalam air sampai seluruh biji menjadi permeabel. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

4. Perlakuan pemberian temperatur tertentu

Banyak biji terutama biji spesies Rosaceae seperti buah batu (persik, perm, ceri), berbagai pohon gugur daun lainnya, konifer, dan beberapa herba spesies Polygonum tidak akan berkecambah kalau bijinya tidak terpapar pada suhu dan oksigen rendah dalam kondisi lembah selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Perubahan yang berlangsung dalam biji selama berlangsung pendinginan adalah embrio, beberapa spesies tumbuh dengan cepat dengan memindahkan senyawa karbon dan nitrogen di sel penyimpan makanan. Gula terhimpun dan hal ini mungkin diperlukan sebagai sumber energi dan untuk menarik air secara osmosis, yang selanjutnya menyebabkan perkecambahan (Salisbury, 1995).

5. Perlakuan dengan menggunakan hormon

Gardner dkk, (1991), mengemukakan bahwa peranan hormon auksin dalam perkecambahan meliputi : Peningkatan dalam sintesis nukleotida DNA dan RNA, hal ini dikarenakan auksin mampu mengendalikan aktifitas gen, proses selanjutnya terjadi transkripsi berulang DNA menjadi m-RNA yang diikuti oleh translasi m-PNA menjadi enzim sehingga terjadi peningkatan produksi enzim dan sintesis protein (Salisbury, 1995). Di samping itu keuntungan pemakaian zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah mempercepat keluarnya akar bagi tanaman muda, memperbaiki sistem perakaran, membantu penyerapan unsur hara dari dalam lanah, memperkaya pertumbuhan vegetatif, mencegah gugurnya daun, bunga dan buah serta mempercepat kematangan buah dengan warna yang seragam dan kualitas yang tinggi (Lingga, 1989). Beberapa senyawa merangsang proses metabolik selama perkecambahan tanpa terkait langsung dengan dormansi. Jenis hormon yang sama sebagai contoh kadang terlibat dalam proses pelepasan dormansi dan perkecambahan. Pengaruh perangsang perkecambahan seringkali ditemukan pada suhu-suhu perkecambahian yang tidak optimal (Schmidt, 2002).

PhotoperiodisitasRespon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:a. Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelapb. Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah c. Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap atau terangKebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea dan randu giberelin. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian praktikum ini adalah penetian eksperimental karena menggunakan variabel-variabel untuk melakukan perlakuan saat percobaan.

B. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel kontrol : Biji saga.

2. Variabel manipulasi : 10 Biji saga yang direndam dalam asam sulfat, 10 biji saga yang diamplas bagian kulit kerasnya, 10 biji yang lain yang hanya dicuci dengan air

3. Variabel respon: Pertumbuhan perkecambahan biji saga.

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Kertas amplas

b. Pot

c. Gelas kimia

2. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Biji asam

b. Asam sulfat pekat

c. air

D. Langkah Kerja

Langkah kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan

2. Sediakan 30 biji asam.

a. 10 biji rendam dalam asam sulfat pekat selama 5 menit, kemudian cuci dengan air.

b. 10 biji yang lain hilangkan bagian yang tidak ada lembaganya dengan menggunakan kertas amplas dan mencuci dengan air

c. Ambil 10 biji yang lain kemudian cuci dengan air

3. Tanam ketiga kelompok biji tersebut pada pot yang bermedia tanam tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1. Usahakan kondisi penanaman biji dalam keadaan sama untuk ketiga pot.

4. Amati perkecambahan untuk ketiga pot tersebut setiap hari selama 14 hari. Bila tanahnya kering lakukan penyiraman.

5. Buatlah tabel pengamatan kecepatan perkecambahan dari hasil pengamatan saudara.

E. Alur Kerja

(30 biji mengalami perlakuan yang berbeda. 10 biji direndam di asam sulfat pekat selama 5 menit, 10 biji diamplas dan 10 biji dicuci dengan air.)

(Biji yang diberi perlakuan yang berbeda tersebut di dalam pot yang memiliki media tanam tanah dan pasir yang memiliki perbandingan 1:1 dengan perlakuan yang sama.)

(Biji diamati selama 14 hari selama perkecambahan biji untuk ketiga pot yang bijinya memiliki perlakuan yang berbeda. Hasil pengamatan dicatat di tabel pengamtan)

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam praktikum, dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan dormansi biji asam

Hari ke

Banyaknya biji yang tumbuh pada perlakuan

Diamplas

Direndam H2SO4

Dicuci dengan air

1

-

-

-

2

-

-

-

3

-

-

-

4

-

-

-

5

-

-

-

6

2

-

-

7

1

-

-

8

-

-

-

9

1

2

-

10

-

-

-

11

-

1

-

12

-

1

-

13

-

-

-

14

-

-

-

Total biji

4

4

0

2. Grafik

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam praktikum, dibuat grafik sebagai berikut:

Histogram 1. Pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan dormansi biji asam.

Keterangan :

Nilai X adalah Perlakuan

Nilai Y adalah Waktu (Hari)

B. Analisis

Berdasarkan tabel dan histogram diatas didapatkan hasil biji yang cepat tumbuh ada pada biji yang diberi perlakuan diamplas. Biji yang diamplas tumbuh pada hari ke 6 sedangkan biji yang diberi perlakuan lain tumbuh lebih lama. Misalnya pada biji yang diberi perlakuan direndam dalam larutan H2SO4 , biji tumbuh pada hari ke 9 dan pada biji yang diberi perlakuan dicuci dengan air, biji sama sekali tidak tumbuh.

Biji yang diamplas tumbuh sebanyak 2 biji pada hari ke 6, kemudian tumbuh satu biji pada hari ke 7 dan hari ke 9 sehingga total biji yang tumbuh sebanyak 4 biji. Biji yang diberi perlakuan dengan direndam larutan H2SO4 biji awal tumbuh sebanyak 2 biji pada hari ke 9 dan tumbuh satu biji pada hari ke 11 dan hari ke 12, sehingga jumlah biji yang tumbuh sebanyak 4 biji.

C. Pembahasan

Dormansi fisik yaitu dormansi yang terjadi pada biji karena keadaan fisik yang menyebabkan pembatas struktural tiap perkecambahan, seperti kulit biji yang keras dan kedap, sehingga menjadi penghalang terhadap masuknya air atau gas pada beberapa jenis tanaman. (Rahayu, Yuni Sri, dkk, 2008)

Biji asam termasuk kedalam biji yang berkulit keras dan kedap terhadap air dan udara. Sehingga, kulit biji ini menjadi faktor utama penghalang perkecambahan biji asam. Oleh karena itu, praktikum ini dengan menggunakan 3 perlakuan pada tiap 10 biji asam untuk mengetahui pemecahan dormansi yang sesuai. 3 perlakuan itu adalah 10 biji pertama direndam dengan larutan H2SO4, 10 biji ke dua kulit biji diamplas dan 10 biji ke tiga hanya dicuci dengan air. Berdasarkan hasil praktikum biji yang diamplas lebih cepat tumbuh daripada biji yang di rendam dengan H2SO4 dan dicuci dengan air. Biji yang diamplas tumbuh pada hari ke 6 sebanyak 2 biji dan biji yang direndam H2SO4 tumbuh pada hari ke 9 sebanyak 2 biji. Kemudian biji yang dicuci dengan air tidak mengalami pertumbuhan.

Biji yang diamplas dan direndam H2SO4 dapat tumbuh karena kulit biji yang keras telah dihilangkan sehingga air dan udara bisa dengan mudah masuk kedalam biji. Namun pada biji yang diberi perlakuan dicuci dengan air saja ini tidak mengalami pertumbuhan karena biji masih memiliki kulit yang keras dan kedap terhadap air dan udara.

Biji yang diamplas dapat tumbuh dengan cepat karena kulit biji tersebut tidak benar-benar hancur atau hilang sehingga biji masih dapat terlindungi dengan baik. Sehingga biji yang diamplas dapat tumbuh dengan cepat. Sedangakan pada biji yang diberi perlakuan di rendam dengan larutan H2SO4 biji tumbuh lebih lama daripada bij yang diamplas karena biji yang direndam H2SO4 kulit biji hilang seutuhnya hanya tinggal endosperm dan embrio. Embrio pada biji yang direndam H2SO4 tidak mendapat perlindungan dari integumen sehingga tumbuh lebih lama daripada biji yang diamplas.

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah perlakuan biji asam yang diamplas mempercepat pertumbuhan atau perkembangan biji asam. Hal ini karena kulit biji asam yang keras dan kedap telah dihilangkan.

B. SARAN

Pengamatan biji perlu dilakukan setiap hari

Perendaman H2SO4 jangan sampai lebih dari 5 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: UNESA-University Press.

Salisbury, B. Frank.1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB-Bandung.

Soerodikoesoemo, Wibisono.1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud

LAMPIRAN

Biji asam yang akan diberi perlakuan

Biji diberi perlakuan dengan perendaman H2SO4

Hasil dari perendaman H2SO4

Biji yang diberi perlakuan diamplas

Biji yang telah diberi perlakuan ditanam didalam media tanam

Hasil biji yang tumbuh pada perlakuan perendaman H2SO4

Hasil biji yang tumbuh pada perlakuan diamplas

Hasil biji yang diberi perlakuan dicuci dengan air

Series 1diamplasdirendam H2SO4dicuci dengan air690

FISIOLOGI TUMBUHANPage 14