22
A. Topik : Dormansi Biji dan Perkecambahan B. Tujuan Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat: 1. Mengetahui ketersedian air yang sesuai untuk menunjang perkecambahan 2. Mengetahui faktor internal dan eksternal penyebab dormansi biji 3. Mengetahui faktor apa yang dapat mematahkan dormansi biji C. Dasar Teori 1. Dormansi Dormansi adalah keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor tumbuhan itu sendiri. Seringkali jaringan yang dorman gagal tumbuh meskipun berada pada kondisi ideal. (Tim Pengampu fisiologi tumbuhan, 2010) Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya. (Dwidjoseputro, 1983) a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Imnate dormancy (rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ biji itu sendiri. b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji Mekanisme fisik Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi: - Mekanis: embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik

Dormansi Biji Dan Perkecambahan

  • Upload
    nnvbnc

  • View
    436

  • Download
    17

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan fistum

Citation preview

A. Topik : Dormansi Biji dan Perkecambahan

B. Tujuan

Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat:

1. Mengetahui ketersedian air yang sesuai untuk menunjang perkecambahan

2. Mengetahui faktor internal dan eksternal penyebab dormansi biji

3. Mengetahui faktor apa yang dapat mematahkan dormansi biji

C. Dasar Teori

1. Dormansi

Dormansi adalah keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang

terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau

oleh faktor tumbuhan itu sendiri. Seringkali jaringan yang dorman gagal

tumbuh meskipun berada pada kondisi ideal. (Tim Pengampu fisiologi

tumbuhan, 2010)

Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji

yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi

klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan

dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi

digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi

digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. Dormansi diklasifikasikan

menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab,

mekanisme dan bentuknya. (Dwidjoseputro, 1983)

a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi

Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif

karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan.

Imnate dormancy (rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan

atau kondisi di dalam organ biji itu sendiri.

b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji

Mekanisme fisik

Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya

disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi:

- Mekanis: embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik

- Fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang

impermeable

- Kimia: bagian biji atau buah yang mengandung zat kimia

penghambat

Mekanisme fisiologis

Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan

dalam proses fisiologis, terbagi menjadi:

- Photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh

keberadaan cahaya

- Immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh

kondisi embrio yang tidak/belum matang

- Termodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh

suhu

c. Berdasarkan bentuk dormansi

Kulit biji impermeabel terhadap air (H20)

Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nukleus,

pericarp, endocarp.

Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam

substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.

Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap

perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga

menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam

biji. Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka

atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel

misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya

sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi

apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat (Drajat.

1996: 399).

Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme,

tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang

berupa penghambat maupun perangsang tumbuh. Tipe dormansi lain

selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe

dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu mekanisme.

Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari

immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2

dan keperluan akan perlakuan chilling (Drajat. 1996: 400).

Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik

maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan

dengan skrifikasi mekanisme. Bagian biji yang mengatur masuknya air ke

dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum,strophiole, adapun mekanisme

higroskopinya diatur oleh hilum. (Salisbury, 1985: 4160)

2. Perkecambahan

Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar

embrionik) memanjang keluar menembus kulit biji (Salisbury, 1985:

4160). Di balik gejala morfologi dengan permunculan radikula tersebut,

terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses

perkecambahan fisiologis.

Secara fisiologi, proses perkecambhan berlangsung dalam beberapa

tahapan penting meliputi :

a. Absorbsi air

b. Metabolisme pemecahan materi cadangan makanan

c. Transport materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang

aktif bertumbuh

d. Proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru

e. Respirasi

f. Pertumbuhan

Banyak faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik

yang internal dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji

ditentukan keseimbangan antara promotor dan inhibitor perkecambahan,

terutam asam giberelin (GA) dan asam absisat (ABA). Faktor eksternal

yang merupkan ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban,

cahaya dan adanya senyawa-senyawa kimia tertentu yang berperilaku

sebagai inhibitor perkecambahan ( Drajat, 1996)

Syarat perkecambahan biji

a. Air

Air memiliki fungsi sebagai berikut :

o melunakkan kulit biji, embrio dan endosperm mengembang

sehingga kulit biji robek

o memfasilitasi masuknya O2 kedalam biji, air imbibisi pada dinding

sel sehingga sel jadi permeabel terhadap gas. Gas masuk secara

difusi sehingga suplai O2pada sel hidup meningkat dan pernafasan

aktif

o mengencerkan protoplasma, aktivasi macam-macam fungsinya

o alat transport larutan makanan dari endosperm/kotiledon ketitik

tumbuh di embryonic axis : untuk membentuk protoplasma baru

Bagian biji yang mengatur masuknya air yaitu kulit dengan cara

imbibisi (perembesan ) dan mikro raphae hilum dengan cara difusi

(perpindahan substansi karena perbedaan konsentrasi) dari kadar air

tinggi ke rendah/konsentrasi larutan rendah ke tinggi Faktor yang

mempengaruhi penyerapan air (Drajat,1996):

Permeabilitas kulit/membran biji

Konsentrasi air

Karena air masuk secara difusi, maka konsentrasi larutan diluar bji

harus tidak lebih pekat dari di dalam biji.

Suhu air

Suhu air tinggi energi meningkat, difusi air meningkat

sehingga kecepatan penyerapan tinggi.

Tekanan hidrostatik

Berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air. Kerika

volume air dalam membran biji telah sampai pada batas tertentu

akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong keluar biji

sehingga kecepatan penyerapan air menurun.

Luas permukaan biji yang kontak dengan air

Berhubungan dengan kedalaman penanaman biji dan berbanding

lurus dengan kecepatan penyerapan air.

Daya intermolekuler

Merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah atau media

tumbuh. Makin rapat molekulnya, makin sulit air diserap oleh

biji.Berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air.

Spesies dan Varietas

Berhubungan dengan faktor genetik yang menentukan susunan

kulit biji.

Tingkat kemasakan

Berhubungan dengan kandungan air dalam biji, biji makin masak,

kandungan air berkurang, kecepatan penyerapan air meningkat.

Komposisi Kimia

Biji tersusun atas karbohidrat, protein, lemak. Kecepatan

penyerapan air: protein>karbohidrat>lemak.

Umur

Berhubungan dengan lama penyimpanan makin lama disimpan,

makin sulit menyerap air.

D. Alat dan Bahan

Alat

1. Cetok

2. Gelas ukur

3. Batang pengaduk

4. Cawan petri

5. Beaker glass

6. Polybag

7. Wadah besar

8. Refrigator

9. Inkubator

Bahan :

1. Biji kacang hijau

2. Biji lombok

3. Umbi bawang putih

4. Akuades

5. Kapas

6. Larutan GA3 5 ppm

7. NaOH 10%

E. Cara Kerja

1. Pengaruh perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan

- Disiapkan 3 wadah besar dan diberi label I, II dan III

- Diberi kapas pada setiap wadah

- Disiapkan 30 butir biji kacang hijau untuk setiap wadah

- Direndam biji dalam akuades selama 15 menit

- Disiapkan 3 perlakuan

- Disiapkan kapas kering untuk perlakuan I

- Disiapkan kapas lembab untuk perlakuan II

- Disiapkan media hingga biji tergenang untuk perlakuan

III

- Diletakkan 30 biji pada setiap medium perlakuan ‘

- Disimpan wadah di tempat yang gelap pada suhu kamar

- Dijaga kondisi agar tetap stabil

- Diamati dan dihitung jumlah biji yang berkecambah

setiap harinya selama 14 hari

- Dihentikan apabila salah satu kelompok perlakuan

berkecambah diatas 90%

Biji Kacang Hijau

Hasil

2. Pengaruh Hormon GA3 terhadap perkecambahan

Biji Cabai

Hasil

- Disiapkan 3 wadah besar dan diberi label I, II dan III

- Diberi kapas pada setiap wadah

- Disiapkan 30 butir biji untuk setiap wadah

- Disiapkan 3 perlakuan

- Direndam biji dalam GA3 5 ppm selama 1 jam untuk

perlakuan I

- Direndam biji dalam GA3 5 ppm selama 3 jam untuk

perlakuan II

- Direndam biji dalam GA3 5 ppm selama 6 jam untuk

perlakuan III

- Diletakkan 30 biji pada setiap wadah ‘

- Disimpan wadah di tempat yang gelap pada suhu kamar

- Dijaga kondisi agar tetap stabil

- Diamati dan dihitung jumlah biji yang berkecambah

setiap harinya selama 14 hari

- Dihentikan apabila salah satu kelompok perlakuan

berkecambah diatas 90%

3. Pengaruh pendinginan terhadap perkecambahan

F. Data Pengamatan

1. Pengaruh Air terhadap Perkecambahan

Perlakuan

Jumlah Biji yang

berkecambah

Hari ke-1

Kapas kering 0

Kapas lembab 30

Bawang Putih

Hasil

- Disiapkan 3 cawan petri dan diberi label I, II dan III

- Diisi setiap cawan petri dengan 5 siung bawang putih

yang sama besar

- Disiapkan 3 perlakuan

- Diletakkan cawan pada suhu ruang untuk perlakuan I

- Diletakkan cawan di refrigator (±15o C) selama 3x24 jam

untuk perlakuan II

- Diletakkan cawan di freezer (±1o C) selama 3x24 jam

untuk perlakuan III

- Ditanam semua bawang putih pada polybag

- Ditempatkan pada suhu ruang

- Dijaga kondisi agar tetap stabil

- Diamati dan dihitung jumlah siung yang berkecambah

setiap harinya selama 14 hari

- Dicatat hari keberapa tunas mulai muncul

Kapas air menggenang 29

2. Pengaruh Hormon GA3 terhadap Perkecambahan

No

.

Perlakuan Jumlah biji yang berkecambah/ hari

1 2 3 4 5 6 7

1. Perendaman biji

cabe 1 jam

0 0 10 7 6 4 2

2. Perendaman biji

cabe 3 jam

0 0 0 0 11 14 4

3. Perendaman biji

cabe 6 jam

0 0 0 0 7 12 2

3. Pengaruh Suhu terhadap Dormansi Bawang Putih (data kompilasi

kelompok 3/5)

Perlakuan

Pengamatan ke-

I II III IV V VI VII VIII IX X XI

Freezer Bawang

I - - - - - - - - - - -

Bawang

II - - - - - - - - - - -

Bawang

III - - - - - - - - - - -

Bawang

IV - - - - - - - - - - -

Bawang - - - - - - - - - - -

V

Refri-

gerator

Bawang

I - - - - - - √ √ √ √ √

Bawang

II - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Bawang

III - - - - √ √ √ √ √ √ √

Bawang

IV - - - - - √ √ √ √ √ √

Bawang

V - - - - - √ √ √ √ √ √

Suhu

ruang

Bawang

I - - - - - - - - √ √ √

Bawang

II - - - - - - - - √ √ √

Bawang

III - - - - - - - - √ √ √

Bawang

IV - - - - - - - - - - -

Bawang

V - - - - - - - - - - -

G. Analisis Data

1. Pengaruh Air terhadap Perkecambahan

Berdasarkan data dapat kita lihat bahwa air berpengaruh pada

perkecambahan biji dimana pada hari pertama biji yang diletakkan pada

kapas lembab berkecambah seluruhnya, sedangkan biji yang diletakkan di

kapas tergenang air berkecambah sebanyak 29 biji dan biji yang diletakkan

pada kapas kering tidak ada yang berkecambah. Maka dapat disimpulkan

bahwa perkecambahan dipengaruhi oleh adanya air yang cukup. Apabila

tidak ada air maka biji tidak dapat berkecambah.

2. Pengaruh Hormon GA3 terhadap Perkecambahan

Pada praktikum perngaruh hormon GA3 terhadap perkecambahan

bertujuan untuk mengetahui bahwa dormansi dapat dipecahkan melalui

beberapa cara, salah satunya yaitu dengan perlakuan GA3. Pada praktikum

ini terdapat tiga perlakuan antara lain: yang pertama biji cabai direndam

dalam larutan GA3 5 ppm selama 1 jam; kemudian yang kedua biji cabai

direndam dalam larutan GA3 5 ppm selama 3 jam; dan pada pelakuan

ketiga biji cabai direndam dalam larutan GA3 5 ppm selama 6 jam.

Kemudian biji cabai yang telah diberi perlakuan diletakkan di kapas yang

lembab dan diamati selama 2 minggu berapa biji cabai yang berkecambah

per harinya. Namun dalam pengamatan ini dihentikan pada hari ke-7

0

5

10

15

20

25

30

35

kapas kering kapas lembab kapas tergenang

Jumlah biji yang berkecambah pada setiap perlakuan

Jumlah biji yangberkecambah hari pertama

pengamatan karena terdapat 2 kelompok perlakuan yang telah

berkecambah di atas 90%.

Berdasarkan hasil pengamatan, biji cabai yang diberi perlakuan 1

mulai berkecambah pada hari ke- 3 dengan jumlah biji yang berkecambah

sebanyak 10 biji, kemudian pada hari ke-4 jumlah biji cabai yang

berkecambah sebanyak 7 biji, pada hari ke-5 jumlah biji cabai yang

berkecambah sebanyak 6 biji, pada hari ke-6 jumlah biji cabai yang

berkecambah sebanyak 4 biji, dan pada hari ke-7 jumlah biji cabai yang

berkecambah sebanyak 2 biji yang dirangkum dalam grafik 1.

Biji cabai yang diberi perlakuan 2 mulai berkecambah pada hari

ke- 5 dengan jumlah biji yang berkecambah sebanyak 11 biji, kemudian

pada hari ke-6 jumlah biji cabai yang berkecambah sebanyak 14 biji, pada

hari ke-7 jumlah biji cabai yang berkecambah sebanyak 4 biji yang

dirangkum dalam grafik 1.

Biji cabai yang diberi perlakuan 3 mulai berkecambah pada hari

ke- 5 dengan jumlah biji yang berkecambah sebanyak 7 biji, kemudian

pada hari ke-6 jumlah biji cabai yang berkecambah sebanyak 2 biji, pada

hari ke-7 jumlah biji cabai yang berkecambah sebanyak 2 biji yang

dirangkum dalam grafik 1.

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3Jum

lah

biji

yan

g b

erk

eca

mb

ah

Perlakuan ke-

Grafik 1. Jumlah Biji yang Berkecambah Per Hari selama 7 Hari Pengamatan

Hari ke-1

Hari ke-2

Hari ke-3

Hari ke-4

Hari ke-5

Hari ke-6

Hari ke-7

Grafik 2 di atas memperlihatkan laju perkecambahan biji cabai yang

berkecambah pada setiap perlakuan dalam 7 hari pengamatan. Sumbu X

(axis) menunjukkan hari pengamatan yaitu dari hari pertama hingga ke-7.

Sumbu Y (absis) menunjukkan jumlah biji yang berkecambah. Garis biru

menunjukkan hasil perlakuan 1. Dapat dilihat bahwa jumlah biji yang

berkecambah mengalami pertambahan (daya berkecambah/laju

perkecambahan) dengan cukup signifikan dibandingkan garis perlakuan yang

lain. Hal ini diperlihatkan oleh garis yang memiliki kenaikan yang tidak

curam. Garis merah menunjukkan hasil perlakuan 2 dan garis hijau

menunjukkan perlakuan 3, dapat dilihat bahwa jumlah biji yang berkecambah

mengalami pertambahan (daya berkecambah/ laju perkecambahan) dengan

kurang signifikan, karena pertambahannya tidak konstan yang ditunjukkan

dengan kenaikan garis yang curam. Berdasarkan seluruh pemaparan di

atas dapat disimpulkan bahwa dormansi biji cabai dapat dipecahkan dengan

perlakuan perendaman GA3 dan yang paling efektif memberikan pengaruh

terhadap perkecambahan adalah perendaman selama 1 jam.

3. Pengaruh Suhu terhadap Dormansi Bawang Putih

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7

Jum

lah

to

tal b

iji y

ang

be

rke

cam

bah

Hari ke -

Grafik 2. Laju Perkecambahan Biji Cabai akibat Perlakuan Perendaman GA3 dalam 7 Hari Pengamatan

1 Jam

3 Jam

6 Jam

Pada praktikum perngaruh suhu terhadap perkecambahan bertujuan

untuk mengetahui bahwa dormansi dapat dipecahkan melalui beberapa

cara, salah satunya yaitu dengan perlakuan suhu. Pada praktikum ini

terdapat tiga perlakuan. Perlakuan pertama umbi bawang putih diletakkan

dalam freezer dengan suhu ±00C. Perlakuan kedua umbi bawang putih

diletakkan dalam refrigerator dengan suhu ±150C. Perlakuan ketiga umbi

bawang putih diletakkan di tempat dengan suhu ruang.

Berdasarkan hasil pengamatan, umbi bawang putih yang diberi

perlakuan penyimpanan dalam freezer dengan suhu ±00C tidak mengalami

perkecambahan sama sekali pada kelima umbinya selama waktu

pengamatan 11 hari. Umbi bawang putih yang diberi perlakuan

penyimpanan dalam refrigerator dengan suhu ±150C didapatkan hampir

setiap hari pada masing-masing umbi bawang putih terjadi

perkecambahan. Mulanya perkecambahan terjadi pada hari ke-2

pengamatan dengan jumlah satu umbi bawang putih yang berkecambah,

dan julmah tersebut terus bertahan hingga hari ke-5 pengamatan. Pada hari

ke-6 pengamatan bertambah 1 umbi bawang yang berkecambah. Lalu

pada hari ke-6 pengamatan bertambah 2 umbi bawang yang berkecambah.

Dan pada hari ke-7 pengamatan umbi bawang putih terakhir yang belum

berkecambah kini sudah mulai terlihat berkecambah.

Umbi bawang putih yang diberi perlakuan penyimpanan pada

tempat dengan suhu ruang didapati hasil yang awalnya tidak terjadi

perkecambahan sama sekali pada kelima umbi bawang putih mulai dari

pengamatan hari ke-1 sampai pengamatan hari ke-7, namun pada hari ke-8

pengamatan didapatkan 3 umbi bawang putih yang berkecambah. Sampai

hari ke-11 pengamatan didapati hanya 3 umbi bawang putih saja yang

berkecambah, sedangkan 2 umbi lainnya tidak berkecambah sama sekali

hingga hari ke-11 pengamatan.

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada perlakuan freezer,

jumlah biji yang berkecambah mengalami pertambahan yang signifikan

dibandingkan perlakuan lain. Dapat dikatakan daya berkecambah paling

tinggi adalah perlakuan freezer dan daya berkecambah paling rendah

adalah perlakuan suhu ruang. Berdasarkan pemaparan di atas dapat

disimpulkan bahwa suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan suhu

refigator 15oC merupakan suhu optimum untuk perkecambahan.

H. Pembahasan

1. Pengaruh Air terhadap Perkecambahan

Berdasarkan analisis terdapat korelasi positif antara air yang cukup

dan perkecambahan biji , dimana tidak adanya air memicu dormansi

(menghambat perkecambahan). Normalnya, biji yang matang mengalami

desikasi (kekurangan air) dari yang asalnya 80-90 % menjadi hanya 5%.

Desikasi ini diinisiasi oleh hormone asam absisat. Biji yang kekurangan

air ini akan terus dorman sampai terdapat faktor-faktor yang memicu

perkecambahan. Faktor yang memicu perkecambahan salah satunya adalah

air yang cukup untuk re-hydrate atau mengisi kembali kekurangan air

pada jaringan biji (Hopkins, 2008).

0

1

2

3

4

5

6

Harike 1

Harike 2

Harike 3

Harike 4

Harike 5

Harike 6

Harike 7

Harike 8

Harike 9

Harike 10

Harike 11

Grafik Banyaknya Bawang Putih yang Berkecambah akibat Perlakuan Suhu

Freezer

Refrigerator

Suhu Ruang

Proses rehidrasi jaringan dinamakan imbibisi. Tekanan imbibisi

oleh biji yang berkecambah mengakibatkan kulit biji pecah, sehingga

embrio (radikula) bisa keluar. Imbibisi diikuti oleh aktivasi metabolisme

biji beberapa menit setelah air masuk (Hopkins, 2008). Jadi, adanya air

dapat membuat radikula dapat keluar menembus kulit biji dan

mengaktifkan metabolisme sehingga embrio dapat tumbuh. Tidak adanya

air menyebabkan biji terus mengalami desikasi dan akan tetap dorman.

Pada data ada 29 biji berkecambah pada kapas yang tergenang air.

Seharusnya biji yang tergenang air akan membusuk. Biji dapat

berkecambah pada perlakuan ketiga karena air yang diberikan kurang

menggenang.

2. Pengaruh Hormon GA3 terhadap Perkecambahan

Berdasarkan analisis laju perkecambahan atau daya

perkecambahan yang paling besar adalah pada perlakuan pertama

(perendaman dalam GA3 5 ppm selama 1 jam) dan laju perkecambahan

atau daya perkecambahan yang paling kecil adalah pada perlakuan ketiga

(perendaman dalam GA3 5 ppm selama 6 jam). Hal ini kurang sesuai

dengan dasar teori yang menyebutkan bahwa hormon giberelin mampu

mempercepat perkecambahan, seharusnya biji cabai yang direndam paling

lama akan menghasilkan perkecambahan biji yang paling banyak.

Dormansi pada biji cabai ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari

asam absisat, karena asam absisat berperan dalam memelihara dormansi

dan mencegah perkecambahan. Pengaruh dari asam absisat dapat diatasi

dengan pemberian giberelin. Kinerja giberin berlawanan dengan asam

absisat karena giberelin berperan dalam pemecahan dormansi serta dalam

proses perkecambahan.

Menurut Hopkins (2008), giberelin sangat berperan dalam

perkecambahan biji dan memobilisasi cadangan makanan yang terdapat

dalam endosperm selama pertumbuhan awal embrio. Oleh karena itu

pengamat menyimpulkan bahwa dalam penggunaan hormon giberelin

untuk perkecambahan cabai, diperlukan waktu tertentu untuk

menghasilkan perkecambahan secara maksimal.

Ketidaksesuaian data yang didapatkan dengan teori dapat terjadi

karena pada kondisi tertentu GA3 dapat menjadi zat inhibitor bagi

percernaan dormansi biji sehingga memperlambat pemecahan dormansi

dan perkecambahan. Semakin lama perendaman pada zat inhibitor ini,

pemecahan dormansi pun semakin lambat (Hopkins, 2008).

Biji biasanya berkecambah dengan segera bila diberi air dan udara

yang cukup, serta ditempatkan pada suhu dengan kisaran yang cukup,

mendapat periode terang dan gelap yang sesuai. Tetapi terdapat

sekelompok tumbuhan yang bijinya tidak segera berkecambah meskipun

telah diletakkan pada kondisi kandungan air, suhu, udara dan cahaya yang

memadai. Perkecambahan tertunda selama beberapa hari, minggu bahkan

bulan, tetapi dengan adanya giberelin dormansi dapat dipatahkan

(Prawiranata et al, 1989).

3. Pengaruh Suhu terhadap Dormansi Bawang Putih

Dari hasil analisa data terhadap pengaruh suhu terhadap

perkecambahan umbi bawang putih didapatkan hasil bahwa

perkecambahan pada bawang putih paling cepat ketika diberi perlakuan

penyimpanan umbi pada refrigerator dengan suhu ±15oC, sedangkan

perlakuan paling efektif untuk mempertahankan keadaan dormansi adalah

pada perlakuan penyimpanan umbi pada freezer dengan suhu ±0oC. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Wilkins (1969) yang menyatakan bahwa

temperatur yang paling efektif untuk mempertahankan keadaan dormansi

tampaknya ada dalam rentangan suhu 1-10ο

C. Umbi bawang yang

diletakkan pada refrigator bersuhu 15ο C mendapatkan hasil

perkecambahan yang paling cepat dengan hasil perkecambahan paling

banyak, kisaran suhu tersebut mendekati kisaran suhu pada literatur.

Metode yang digunakan dalam perkecambahan dengan cara memberi

temperatur rendah pada keadaan lembab proses dinamakan pre-chiling

atau Stratifikasi (Hopkins, 2008). Karena terjadi sejumlah perubahan

dalam benih akibat adanya suhu yang rendah yang berdampak pada

penghilangan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi

pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Selain itu

bawang termasuk dalam tanaman berjenis fall buds dimana tanaman ini

akan ditanam saat musim gugur dan akan mengalami masa pertahanan

keadaan dormansi oleh pendinginan selama musim dingin dan akan

tumbuh serta berkecambah pada musim semi berikutnya (Hopkins, 2008).

I. Kesimpulan

1. Ketersedian air yang sesuai untuk menunjang perkecambahan adalah air

dalam jumlah sedang dan tidak membuat biji kekeringan ataupun

tergenang

2. Faktor internal penyebab dormansi adalah kondisi di dalam biji seperti

adanya inhibitor, sedangkan faktor eksternal penyebab dormansi adalah

kondisi lingkungan yang kurang sesuai

3. Dormansi dapat dipecahkan dengan adanya ketersedian air yang cukup,

adanya promotor perkecambahan (hormon giberelin), dan suhu yang

sesuai yang menunjang perkecambahan.

J. Diskusi

1. Ciri morfologi apa yang menunjukkan adanya perkecambahan?

Perkecambahan secara morfologi ditandai dengan terjadinya proses

pembelahan sel, pemanjangan sel yang ditunjukkan dengan

munculnya radikula atau plumula dari kulit biji

2. Selama berlangsing perkecambahan fisiologis proses apa saja yang terjadi

pada kecambah tersebut?

Penyerapan air : merupakan awal proses perkecambahan,

pelunakan biji dan pengembangan biji. Proses penyerapan air

adalah proses imbibisi dan osmosis. Oleh sebab itu tidak

memerlukan energi.

Pencernaaan : merupakan proses pemecahan senyawa bermolekul

besar dan kompleks menjadi senyawa bermolekul kecil dan

sederhana yang larut dalam air dan dapat diangkat melalui

membran dan dinding sel. Enzim sangat diperlukan dalam proses

ini. Fungsi pokok enzim yang terdapat dalam biji adalah merubah

pati dan hemiselulosa menjadi gula, lemak menjadi gliserin dan

asam lemak, protein menjadi asam-asam amino.

Pengangkutan zat makanan : makanan cadangan yang telah dicerna

yang berupa asam amino, asam lemak dan gula diangkut dari

daerah jaringan penyimpanan ke titik-titik tumbuh. Pengangkutan

secara difusi dan osmosis.

Asimilasi : merupakan tahap akhir dalam penggunaan makanan

cadangan dan merupakan suatu proses pembangunan kembali.

Pernapasan : proses perombakan sebagian cadangan makanan

menjadi senyawa lebih sederhana seperti CO2 dan H2O dan

dibebaskan sejumlah tenaga. Perombakan makanan dimulai dari

embryonic axis, setelah habis baru dimulai perombakan pada

cadangan makanan. Proses pernapasan sewaktu perkecambahan

paling aktif dibanding pernapasan yang lain. Lebih-lebih saat

radikula menembus kulit biji.

Pertumbuhan : merupakan proses yang memerlukan tenaga dari

hasil pernapasan

3. Apakah suatu biji memiliki batasn – batasan toleransi tertentu terhadap

berbagai faktor ekologi perkecambahan, termasuk diantaranya kebutuhan

air?

Iya, suatu biji memiliki batasan tertentu terhadap berbagai faktor

ekologi dalam perkecambahan diantaranya kebutuhan air. Air yang

dapat diserap oleh biji merupakan air yang sesuai dengan

kemampuan penyerapan air oleh biji yang dipengaruhi dengan

konsentrasi air, suhu air, permeabilitas membrane, tekanan

hidrostatik, dan masih banyak lagi.

4. Bagaimna mekanisme G3A dalam pemecahan dormansi pada biji

Lombok?

Mekanisme G3A dalam pemecahan diawali dengan perangsangan

pembelahan sel – sel pada biji cabai untuk melakukan

pemanjangan sel – sel hingga terbentuklah radikula selanjutnya

hormone G3A akan mendorong pembesaran dinding sel dan

mengatur transkripsi enzim kinase siklus sel yang terjadi pada

meristem interkalar dan memberikan signal transduksi untuk

perkembangan embrio.

DAFTAR RUJUKAN

Drajat, Sasmitamihardja. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Negeri

Makassar. Makassar

Dwidjoseputro. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia

Salisbury, Frank B dan Cleon Wross. 1985. Fisiologi Tumbuhan. Bandung :

ITB Bandung.

Tim Pengampu fisiologi tumbuhan. 2010. Petunjuk Praktikum Fisiologi

Tumbuhan. Malang : Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang.

Hopkins, W; Hurner, N. 2008. Introduction to Plant Physiology. John Wiley and

Sons, Inc.

Prawiranata, W., Harram, S dan T. Tjodronegoro. 1989. Dasar Fisiologi

Tumbuhan II. IPB, Bogor.

DORMANSI BIJI DAN PERTUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan

yang dibimbing oleh Prof., Dra. Herawati Susilo M.Sc., Ph.D. dan Balqis, M.Si.

Offering B

Kelompok 5

Edy Kurniawan 1303416

Evi Wulandari 130341614791

Firdausi Nuzulia 130341614785

Intan Sartika R. 130341

M. Faris Alfi 130341603387

Novi Wulandari 130341614786

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Oktober 2014