Upload
adamnaufan
View
563
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN
“DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BIJI”
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah fisiologi tanaman
Disusun oleh:
Nama : Mohammad Adam N
NIM : 4442131196
Kelas : III B Agroekoteknologi
Kelompok : 1(Satu)
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
i
KATA PENGANTAR
Ucapan puji dan syukur dihatukan ke hadirat Allah SWT yang atas
limpahan nikmat kesehatan & kejernihan fikiran sehingga penyusunan laporan
mata kuliah Fisiologi Tanaman yang berjudul “Dormansi dan Perkecambahan
Biji” ini dapat diselesaikan sesuai rencana.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada bapak “DR.
Rusmana, Ir., M.P.” selaku dosen pengampu mata kuliah “Fisiologi
Tanaman” pada Program S-1 Sekolah Sarjana Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa atas segala bimbingan, arahan dan masukan yang diberikan sehingga
penyusunan laporan yang juga merupakan tugas terkait mata kuliah ini dapat
diselesaikan.
Laporan ini memuat tentang dormansi dalam perkecambahan, dan factor
apa saja yang menghambat perkecambahan. Disadari bahwa sejumlah kekurangan
dan kelemahan masih mungkin ditemukan dalam tulisan ini, untuk itu kritikan,
masukan dan saran untuk perbaikannya diterima dengan senang hati.
Akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat kepada siapa saja
penggunanya.
Serang, Oktober 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 1
BAB II TINJAUN PUSTAKA............................................................................. 2
2.1 Dormansi ............................................................................................ 2
2.2 Faktor – factor penyebab dormansi .................................................... 2
2.3 Perkecambahan biji.............................................................................. 5
BAB III METODELOGI PRAKTIKUM ........................................................... 7
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................... 7
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 7
3.3 Cara Kerja ........................................................................................... 7
BAB IV HASIL dan PEMBAHASA.................................................................... 8
4.1 Hasil ........................................................................................................ 8
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 8
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 11
5.1 Simpulan.................................................................................................. 11
5.2 Saran ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12
LAMPIRAN ......................................................................................................... 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dormansi adalah keadaan biji yang tidak berkecambah atau dengan
kata lain tunas yang yang tidak dapat tumbuh (terhambatnya pertumbuhan)
selama periode tertentu. Masa dormansi pada setiap tanaman berfariasi dari
beberapa hari sampai beberapa tahun. Dormansi disebabkan oleh faktor
luar dan faktor dalam. Faktor luar antara lain temperatur yang tinggi, tidak
ada cahaya untuk perkecambahan dan faktor dalam antara lain kulit biji
yang terlalu tebal, adanya zat kimia, konsentrasi etilen yang rendah dan
embrio yang belum masak. Kulit biji yang terlalu tebal dapat mencegah
penyerapan air. Dormansi dapat ditanggulangi dengan beberapa perlakuan
antara lain pendinginan yang lama, pemanasan untuk mempercepat
imbibisi, perendaman dalam asam kuat dan secara mekanik dengan
menoreh biji.
Pada praktikum kali ini kita akan membahas tentang perlakuan
dormansi perkecambahan pada biji lunak, dan biji keras serta factor-faktor
yang menghambat dormasi perkecambahan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui respon perkecambahan beberapa jenis biji terhadap
factor lingkungan (air, suhu, cahaya, zat kimia, dsb)
2. Untuk mengetahui laju perkecambahan menurut ketebalan kulit biji
3. Untuk mengetahui batas-batas kebutuhan air dalam perkecambahan
suatu biji.
2
BAB II
TINJAU PUSTAKA
2.1 Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi
walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan.
Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh biji
menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi
oleh petani atau pemakai biji adalah bagaimana cara mengatasi dormansi
tersebut. Biji dikatakan dorman apabila biji tersebut sebenarnya hidup tetapi
tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.
Dormansi pada biji dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim
bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan
dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama biji belum melalui masa
dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap biji
tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis
dari biji dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap
keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan
terjadi. Sehingga secara tidak langsung biji dapat menghindarkan dirinya dari
kemusnahan alam. Dormansi pada biji dapat disebabkan oleh keadaan fisik
dari kulit biji ataupun keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari
kedua kedaan tersebut. Sebagai contoh kulit biji yang impermeabel terhadap
air dan gas sering dijumpai pada biji-biji dari famili Leguminosae.
2.2 Factor –faktor penyebab dormansi
Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada biji sangat
bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya,
antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin,
perubahan temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya
kemampuan untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya
kegiatan dari mikroorganisme. Berikut factor-faktor penyebab dormans
3
1. Berdasarkan faktor penyebabnya, dormansi dapat dibagi atas dua
macam, yaitu Impoised dormansi (quiscense) dan imnate dormansi
(rest).
Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan
aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
Imnate dormancy (rest): dormansi yang disebabkan oleh
keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri
2. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam bijj penghambatannya
disebabkan oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi :
mekanis: embrio tidak berkembang karena dibatasi secarafisik
fisik: penyerapan air terganggu pada kulit biji yang impermeable
kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat
Mekanisme fisiologis, merupakan dormansi yang disebabkan oleh
terjadinya hambatan dalam proses fidiologis pada biji yang biasanya berasala
dari dalam biji itu sendiri.
Tipe ini terbagi menjadi
a. photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh
keberadaan cahaya
b. immature embryo: disebabkan kondisi embrio yang tidak/belum
matang
c. thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu di
lingkungan
3. Berdasarkan bentuk dormansi
a. Kulit biji impermeable terhadap air/O2
Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus,
pericarp, endocarp
Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-
macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik
maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat
dilakukan dengan skarifikasi mekanik.
4
Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil,
kulit biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme
higroskopiknya diatur oleh hilum.
Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam
kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui
kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi
dan pemberian larutan kuat.
b. Embrio belum masak (immature embryo)
Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh
waktu untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna.
Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio
masih belum menyelesaikan tahap perkembangannya.
Misal: Gnetum gnemon (melinjo)
Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan temperatur rendah dan zat kimia. Biji membutuhkan pemasakan
pascapanen (afterripening) dalam penyimpanan kering Dormansi karena
kebutuhan akanafterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan
temperatur tinggi dan pengupasan kulit
Contoh paling mudah mengenai dormansi adalah adanya kulit biji yang
keras yang menghalangi penyerapan oksigen atau air. Kulit biji yang keras itu
lazim terdapat pada anggota famili Pabaceae (Leguminosae), walaupun tidak
terdapat pada buncis atau kapri, yang menunjukkan bahwa dormansi tidak
umum pada spesies yang dibudidayakan. Pada beberapa spesies, air dan
oksigen tidak dapat menembus biji tertentu karena jalan masuk dihalangi oleh
sumpal seperti gabus (sumpal strofiolar) pada lubang kecil (lekah strofiolar)
di kulit biji.
Bila biji digoncang-goncang, kadang sumpal itu lepas sehingga dapat
berlangsung perkecambahan. Perlakuan itu dinamakan goncangan, dan telah
diterapkan pada biji Melilotus alba (semanggi manis), Trigonella arabica,
dan Crotallaria egyptica, Albizzia lophantha merupakan tumbuhan kacangan
berukuran kecil di Australia Barat bagian barat daya
.
5
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah (Anonim, 2008) :
Jika kulit dikupas, embrio tumbuh
Embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan
suhu rendah
Embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses
perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
Perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai
tumbuh kerdil
Akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada
musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat
pembuahan tabung benang sari memasuki kantung embrio melalui mikropil
dan menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya
bersatu dengan inti sel telur dan yang lain bersatu dengan dua inti polar dan
hasil penyatuannya, yakni inti sekunder, penyatuan gamet jantan yang lain
dengan kedua inti polar menghasilkan inti sel endosperm yang pertama yang
akan membelah menghasilkan jaringan endosperm, sedangkan penyatuan
gamet jantan dengan sel telur akan menghasilkan zigot yang tumbuh menjadi
embrio. Proses yang melibatkan kedua macam pembuahan (penyatuan)
tersebut dinamakan pembuahan ganda. Biji masak terdiri dari tiga bagian
embrio dan endosperm (keduanya hasil pembelahan ganda, serta kulit biji
yang dibentuk oleh dinding bakal biji) termasuk kedua intergumennya.
2.3 Perkecambahan biji
Perkecambah merupakan transformasi dari bentuk embrio menjadi
tanaman yang sempurna. Perkecambahan biji yang dipermudah dengan
keadaan tertentu seperti penyucian, dengan keberadaan zat penghambat
tumbuh larut air pada kulit biji, suhu rendah, perpecahan kulit biji dan hal lain
membuat potensial bahan tanam sebagai sumber keseragaman tanaman
menjadi cukup rumit. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa lingkungan
relung tanah tidak akan sama pada kondisi lapangan seperti dalam hal
kandungan air, temperatur dan organisme ( Sitompul dan Guritno, 1995).
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks
proses-proses metabolik yang masing-masing harus berlangsung tanpa
gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat
6
pada terhambatnya seluruh rangkaian proses pekecambahan. Beberapa zat
penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton
tidak jenuh, namun lokasi penghambatnya sukar ditentukan karena daerah
kerjanya berbeda dengan tempat dimana zat tersebut diisolir. Zat penghambat
dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.
7
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Praktikum Dormansi dan Pekecambahan Biji ini,
dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2014 pukul 16:30 – Selasai.
Bertempat di Laboraterium Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah, Penangan air,
Beaker glass, gelas plastic, cawan petri, kapas, dan aquades. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah biji tanaman berkulit tipis (kacang hijau,
kacang tanah), dan berkulit tebal (srikaya, asemjawa, dan sirsak) dan
amplas
3.3 Cara Kerja
1. Siapkan 5 cawan petri atau tempat lain sebagai tempat pengecambahan
2 macam kelompok biji berkulit tipis, dan kulit tebal)
2. Siapkan tiga set perlakuan untuk kedua jenis biji, menggunakan galas
plastic dan kapas.
3. Untuk biji kulit tipis yang dilakukan ialah :
a. Perlakuan I : media tanpa diberi air (hanya kapas kering)
b. Perlakuan II : media diberi sedikit air (lembab)
c. Perlakuaan III :media diberi air hingga biji tergenang
4. Untuk biji berkulit tebal :
a. Perlakuan I : biji diamplas bagian pinggirnya
b. Perlakuan II : biji dipanaskan pada suhu 100°c
c. Perlakuan III : biji direndam NaCl
5. Siapkan masing-masing perlakuan 5 butir biji, dan buatlah dengan 2
ulangan. Dan amati gelaja yang terjadi selama berkecambah
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel pengamatan pada biji kulit tipis
Hari/
Tanggal Ulangan
Parameter Pengamatan
Kacang Tanah KacangHijau
Kering Basah Terendam Kering Basah Terendam
22-10-14 I - 5 - - - 3
II - 4 - - - 1
24-10-14 I - - 1 - 1 -
II - - 1 - 3 -
26-10-14 I - - - - - -
II - - - - - -
4.1.2 Tabel pengamatan pada biji kulit tepal
Hari/
Tanggal Ulangan
Asamjawa Sirsak Srikaya
A S NaCl A S NaCl A S NaCl
22-10-14 I - - - - - - - - -
II - - - - - - - - -
24-10-14 I - - - - - - - - -
II - - - - - - - - -
26-10-14 I - - - - - - - - -
II - - - - - - - - -
Jumlah - - - - - - 0 0 0
% - - - - - - 0% 0% 0%
Perhitunganpresentase = biji berkecambah
jumlah biji x 100% =
0
30 x 100% = 0 %
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan 3 perlakuan pada biji berkulit tebal
terutama pada biji srikaya, yaitu dengan pengamplasan pada bagian biji
tempat keluarnya kotiledon yang merupakan perlakuan secara fisik, perlakuan
9
kimia dengan perendaman biji pada larutan NaCl, dan perlakuan terhadap
suhu dengan menggunakan air panas 100°𝐶 .
Pengosokan yang dilakukan dengan menggunakan kertas amplas pada
biji bertujuan untuk melukai atau untuk menghilangkan kulit benih pada biji
srikaya yang kita ketahui memiliki biji kulit yang sangat keras. Penggosokan
ini bertujuan untuk mematahkan dormansi biji akibat kulit benih yang keras,
dengan cara melukai bagian kulit benih sebagai jalan masuknya air kedalam
benih.
Apabila air telah masuk kedalam benih air tersebut dapat merangsang
pertumbuhan embrio yang terdapat dalam benih setelah air masuk
maka embrio akan membengkak, dengan membengkaknya embrio maka
dapat menghancurkan dormansi dari dalam. Pada pengamatan yang
dilakuakan tidak ada satupun benih yang berkecambah.
Perendaman biji srikaya dengan menggunakan air panas memiliki tujuan
yang sama halnya dengan penggosokan dengan menggunakan kertas amplas
yakni untuk melukai bagian kulit benih agar dapat mematahkan dormansi
kulit benih srikaya yang keras dan juga tebal. Pada pengamatan yang dilakuan
tidak ada satupun benih yang berkecambah.
Perendaman biji srikaya dengan menggunakan NaCl sama halnya
dengan pengamplasan dan perendaman suhu, yaitu untuk mematahkan
dormansi. Pada pengamatan ini pula tidak ada satupun benih srikaya yang
tumbuh. Pada semua perlakuan yang dilakukam tidak ada satupun biji yang
mengalami perkecambahan.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh, masa dormansi dari biji yang
lama, embrio pada biji belum matang, intensitas cahaya, keadaan anatomi biji
yang kurang baik atau waktu perendaman yang kurang lama karena biji
srikaka cukup besar, kelembaban media tanam, perendamanyang kurang lama
sehingga proses imbibisi belum sempurna, kualitas biji yang tidak baik.
Perkecambahan biji tergantung pada imbibisi,penyerapan air akibat potensial
10
air yang rendahp ada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji
mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu
perubahan metabolik pada embrioyang menyebabkan biji tersebut
melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan
yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan nutrien-nutriennya
dipindahkan ke bagian embrio yangsedang tumbuh (Campbell, 2002).
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan, dapat disimpulan dari percobaan ini
factor lingkungan, waktu, dan internal biji dapat berpengaruh terhadap
terjadinya perkecambahan, dan perlakuan diampal, rendam air panas, dan
rendam NaCl belum ada satupun biji yang berkecambah.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan dengan sungguh-sungguh agar
mendapatkan hasil yang maksimal pada biji yang berkecambah, dan saat
melakukan perlakuakan terhadap biji, agar lebih cermat lagi supaya tidak
terjadi kesalahan dan dapat berakibat biji gagal berkecambah
12
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N., A., Reece, J., B., dan Mitchell, L., G. 2000, Biologi Edisi
Kelima Jilid 2, Erlangga, jakarta.
Dwidjoseputro. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia
Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo
Persada . Jakarta.
Puji atssari, Retno. 2014. Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337-
6597 Vol.2, No.2 : 803 - 812 , Maret 2014. Univeristas Sumatra
Utara
Tim Dosen. 2014. Penentu Praktikum Fisiologi Tanaman. Program studi
Agroekoteknologi: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Salisbury, F.B. dan C.W.Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan jilid 3.
Diterjemahkan Oleh Dr. Diah, R
Sitompul. S.M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press :
Yogyakarta
Tjitrosoepoemo, G. 1999. Botani umum 2 . Angkasa : Bandung
13
LAMPIRAN I
Gambar 1. Bahan yang
digunakan
Gambar 2. NaCl dan Air
Gambar 3. Kapas sebagai
media tumbuh
Gambar 5. Perlakuan biji
rendam NaCl
Gambar 6. Perlakuan biji
suhu panas
Gambar 4. Perlakuan biji
diamplas
14
LAMPIRAN II
Pertanyaan.
1. Ciri morfologi mana yang menunjukkan adanya perkecambahan?
Ciri morfologi yang menunjukkan adanya perkecambahan adalah yaitu
munculnya akar (radikula) untk menopang batang, dan plumula yang tumbuh
ke atas.
2. Selama berlangsung perkecambahan fisiologis, proses apa saja yang terjadi
pada kecambah tersebut?
Selama perkecambahan fisiologis berlangsung, proses yang terjadi pada
kecambah tersebut yaitu akar mengalami pemanjangan karena untuk
menyerap air dan unsur hara, batang mengalami penebalan sehingga dapat
menopang daun dan bersifat kokoh, serta daun juga mengalami penebalan
dan ukurannya melebar.
3. Apakah suatu biji memiliki batas-batas toleransi tertentu terhadap berbagai
factor ekologi perkecambahan, termasuk diantaranya terhadap kebutuhan
airnya?
Ya, karena air berfungsi bagi semua protoplasma. Dari sudut ekologis
terutama sebagai faktor pembatas curah hujan sebagian besar ditentukan oleh
geografi dan pola gerakan udara yang besar atau sistem iklim. Penyebaran
curah hujan sepanjang tahun merupakan faktor pembatas yang sangat penting
untuk organisme.
4. Apa pengertian dormansi dan factor apa saja yang menyebabkan gejala
dorman tersebut?
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami
organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang
tidak mendukung pertumbuhan normal. Factor yang menyebabkan gejala
dorman yaitu :
a. Faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air.
15
b. Faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor,
dan rendahnya zat perangsang tumbuh.
c. Faktor waktu, yaitu waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor, dan
sintesis zat perangsang tumbuh.