Upload
ngocong
View
271
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
1
KAJIAN PERKEMBANGAN DAN DORMANSI PADA BIJI PADI (Oryza sativa L.)VARIETAS ARIZA DAN
SUNGGAL SERTA PEMECAHANNYA
TESIS
DONNA SINAMBELA 067001001/Agr
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
2
KAJIAN PERKEMBANGAN DAN DORMANSI PADA BIJI PADI (Oryza sativa L.)VARIETAS ARIZA DAN SUNGGAL
SERTA PEMECAHANNYA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Agronomi Pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
Donna Sinambela 067001001/Agr
SEKOLAH PASCASARJANA AGRONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
3
Judul Tesis : KAJIAN PERKEMBANGAN DAN DORMANSI PADA BIJI PADI (Oryza sativa L.,) VARIETAS ARIZA DAN SUNGGAL SERTA PEMECAHANNYA
Nama Mahasiswa : Donna Sinambela Nomor Pokok : 067001001 Program Studi : Agronomi
Menyetujui:
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B.MSc) (Dr. Ir. Elisa Julianti, MS) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur (Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc) (Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, B. Msc) Tanggal Lulus : 09 September 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
4
Telah diuji Pada Tanggal, 09 September 2008
Panitia Penguji Tesis : Ketua : Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, B. MSc Anggota : Dr. Ir. Elisa Julianti, MS Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc Dr. Ir. Rosmayati, MS Dr. Ir. Hamida Hanum, MS
5
ABSTRAK
Donna Kristina Sinambela.. Kajian perkembangan dan dormansi pada biji padi (Oryza sativa L.) varietas Sunggal dan Ariza Hibrindo R-1 serta pemecahannya, dibawah bimbingan Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B. MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Elisa Julianti, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perkembangan benih padi varietas Sunggal dan Arize-hibrindo R-1, serta menetapkan fase matang fisiologis pada ke dua varietas tersebut. Untuk mengetahui penyebab serta pemecahan dormansi yang tepat dan efektif pada varietas sunggal dan arize hibrindo R-1 sehingga dapat diterapkan oleh analis benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan Produsen benih dalam pengujian perkecambahan, untuk mendukung program sertifikasi benih.
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Penelitian pertama tentang perkembangan fisiologis biji padi pada kedua varietas. Parameter yang diamati : berat segar biji dan berat kering biji, kadar air biji, dan kandungan hormon ABA dan IAA selama perkembangan biji. Analisis data disusun berdasarkan statistik deskriptif. Penelitian ke dua tentang mengkaji dormansi serta pemecahannya yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas padi yang terdiri dari 2 taraf yaitu varietas : Sunggal, Hibrida (Arize-Hibrindo R-1) dan Faktor ke dua adalah Pemecahan Dormansi yang terdiri dari 7 taraf yaitu : 1. Benih tidak diberi perlakuan (kontrol); 2. Pengupasan sekam secara hati-hati; 3. Pengupasan sekam dan menggores endosperm; 4. Pemanasan benih dalam oven pada suhu 50°C selama dua hari; 5. Perendaman benih dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua hari; 6. Pemanasan benih dengan oven pada suhu 50°C selama dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama 2 hari; 7. Perendaman benih dalam larutan giberelin 0.02% selama 2 hari. Pengujian daya berkecambah dilakukan dengan metode Roled Paper. Empat ratus (400) butir benih diambil dari masing-masing perlakuan dan ditabur dalam empat (4) ulangan. Parameter yang diamati : persentase daya berkecambah pada 0, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah panen, kadar lemak biji pada 0, 6 minggu setelah panen.
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa perkembangan benih padi pada kedua varietas menunjukkan pola/kurva perkembangan benih fisiologis secara normal untuk berat segar biji dan berat kering biji, kadar air biji, dan stadium masak fisiologis dicapai pada umur 27 hari setelah antesis. Kandungan hormon ABA pada biji semakin meningkat dengan meningkatnya stadia kemasakan biji. Selanjutnya kandungan hormon IAA pada perkembangan biji menurun dengan semakin meningkat stadia kemasakan biji.
Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan pemecahan dormansi berpengaruh sangat nyata terhadap persentase benih berkecambah. Varietas Ariza lebih cepat berkecambah, yaitu pada 0 dan 2 minggu
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
6
setelah panen memiliki perkecambahan yang lebih tinggi dari pada varietas Sunggal, sedangkan untuk varietas Sunggal perkecambahan yang tinggi mulai 4 minggu setelah panen. Pemecahan dormansi yang lebih cepat pada perlakuan Giberelin yang ditunjukkan oleh persentase benih berkecambah 98% pada 0 dan 2 minggu setelah panen.
Pemanasan benih dengan oven pada suhu 500C selama 2 hari diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama 2 hari dan perlakuan pemanasan benih dalam oven pada suhu 500C selama 2 hari mengakibatkan penurunan kandungan asam lemak yang nyata baik pada varietas sunggal maupun arize.
Kata Kunci : Biji Padi, Dormansi Benih, Hormon ABA dan IAA
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
7
ABSTRACT
Donna Kristina Sinambela. Studies on the development and dormancy of the rice seed, (Oryza sativa L,.) varieties Sunggal and Ariza Hibrindo-R1, and methods for breaking it, under supervision of Prof. Dr. T. Chairun, Nisa, B., MSc (Supervisor) and Dr. Ir. Elisa, Julianti, MS (Co- Supervisor).
The first objective of the research was to study the development pattern of the two rice seed varieties in order to ascertain their physiological maturity stage, while the second objective was to obtain the most effective treatment for breaking their dormancy closely after harvest, in order to facilititate the seed analyst at BPSB to record the germination percentage for the seed certification programme.
The research consisted of two experiments. The first was a descriptive experiment on the physiological development of both varieties of rice seeds. Parameters observed were fresh and dry seed weight, seed moisture content, and changes in the contents of the growth regulators ABA and IAA during seed development. Data were analyzed using the descriptive statical method. The second experiment was on dormancy breaking, using the Factorial Completely Randomized Design with two factors. The first factor was rice variety wich consisted of two levels, namely the sunggal variety and the ariza hibrindo R-1 variety. The second factor was seed treatments which consisted of seven levels : 1. without any treatment (control); 2. peeling the hull carefully; 3. peeling the hull and scratching the endosperm; 4. heating at 50°C for two-days; 5. soaking in 3% KNO3 for two-days; 6. heating at 50°C for two-days; followed soaking in 3% KNO3 for two-days each, soaking in 0.02 % gibberellin for two-days. After each treatment, germination test were carried out by the rolled paper towel method using 400 seeds with 4 replicates each. Parameters observed were germination percentages at 0, 2, 4, 6 and 8 week after sowing and fatty acid content of the seeds at 0 and 6 weeks after harvest.
Results from the first experiment showed that seeds of both rice varieties followed normal physiological development curves for both fresh and dry seed weight, and seed moisture content, and that physiological maturity stage was obtained at 27 days after anthesis. ABA content increased with increase in seed maturity, while IAA content decreased with seed maturity.
Results from the second experiement showed significant differences between the varieties and among seed treatments. Earlier germination at 0 and 2 weeks after harvest was obtainted for the variety ariza while for the variety sunggal high germination percentages started at 4 weeks after harvest. Highest germination percentages at 0 and 2 weeks after harvest of 98% each, was obtained from soaking in 0.02% gibberelin. Heating at 50°C followed by soaking in 3% KNO3 each for two-days, and heating at 50°C for two-days resulted in significant decreases of the fatty acid content of seed of both varieties. Key Words : Rice Seed, Seed Dormancy, Hormone ABA and IAA.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
8
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Kerajaan Surga atas
kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya dari mulai perencanaan penelitian,
pelaksanaan penelitian hingga penulisan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan
dari banyak pihak, baik berupa doa, dorongan semangat, perhatian, bimbingan,
tenaga, fasilitas, materi, dana dan sebagainya. Dalam tulisan ini penulis mencoba
semampunya untuk menuangkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian penelitian dan tulisan ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
terdalam kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, B. Msc., selaku Ketua Komisi Pembimbing
sekaligus Direktur Sekolah Pasca Sarjana USU yang telah begitu banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Ibu Dr. Ir. Elisa Julianti, MS., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga
telah banyak membantu penulis dalam penulisan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc., selaku Ketua Program Studi
Agronomi dan Bapak Prof. Dr. Chairuddin Lubis, selaku Rektor USU Medan
yang telah menerima dan mendidik penulis sebagai mahasiswa di Sekolah Pasca
Sarjana USU.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
9
4. Kepala Balai Pengawasan Dan Sertifikasi Benih Medan, Kepala Dinas Pertanian
Propinsi Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis dalam
mengikuti izin belajar pada Sekolah Pasca Sarjana USU.
5. Bapak Ir. Lalu Sukarno, selaku Kepala Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan
Pasca Panen Pertanian Bogor, Ibu Dr. Ir. Elisa Julianti, selaku Kepala
Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Medan, Bapak Kusnadi, selaku Asst.
Kebun Percobaan Pasar Miring Medan, dan juga seluruh Staff dan Pegawai
Kebun Percobaan Pasar Miring Medan yang tidak dapat penulis ucapkan satu
persatu.
6. Spesial Thanks buat temanku yang sangat baik yaitu Lince Romauli Panataria
yang telah banyak berkorban baik waktu maupun materi selama penulis
menyelesaikan studi di Sekolah Pasca Sarjana USU Medan.
7. Sobatku yang baik Titir br. Butar-butar, Julia br. Hutahaean yang telah banyak
membantu dan memberi dorongan kepada penulis selama study maupun selama
penelitian berlangsung. Kalian adalah sobatku yang baik.
8. Thanks buat Bang Sabar Sinaga dan Rekan-rekanku yang ada di Laboratorium
Kak Ir. Raulina Situmeang, Kak Herdeliana Manihuruk, Kak Bonur Situmorang,
Kak Lusperia Butar-butar, Kak Liner Simanjuntak, Kak Purnama Hutasoit ’n Eka
Ruliyani.
9. Buat teman-teman kuliahku stambuk 2006 yaitu Iwan Hasrizart, Syamsafitri,
Julia. E. Hutahaean, Muhammad Nasir, Early Tiurlan. Irawati Rosalyne.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
10
10. Kepada kedua orang tua, Bapak K.R Sinambela dan Ibu S.T. Naiborhu yang
memotivasi untuk melanjutkan pendidikam S2, dan semua adik-adikku, Elisabeth,
Horas, Natalin, terima kasih atas semua dukungan doa dan perhatiannya.
11. Terima kasih yang terdalam kusampaikan kepada suami terkasih, Raja
Marnangkok Siahaan, S.E., Ak., yang dengan setia memberi motivasi/dukungan
moral dan materiil, juga kepada putra-putriku Gamaliel Bungaran Siahaan,
Galvano Sosuharon Siahaan, Giovanni Serena Siahaan atas pengertian, waktu,
dan dorongan sekolah. Kiranya karya ini, hadiah terindah buat kalian.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
Medan, Juli 2008
Penulis
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
11
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan RahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
baik.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Prof. Dr. T. Chairun Nisa, B. MSc. Selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan kepada
Ibu Dr. Ir.. Elisa Julianti, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Tesis ini berjudul ”Kajian Perkembangan dan Dormansi Pada Biji Padi
(Oryza sativa L.) Varietas Ariza dan Sunggal serta Pemecahannya”. Tulisan ini
merupakan persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan terutama
bagi para produsen benih, analis benih di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
untuk mendapatkan cara pemecahan dormansi yang tepat dan efektif.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna oleh
karena itu penulis mengharapkan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak
dalam penyempurnaannya.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
12
Akhir kata penulis berharap, semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Juli 2008
Hormat saya,
Penulis
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
13
DAFTAR ISI
HalamanABSTRAK ................................................................................................. i ABSTRACT ............................................................................................... iii UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................. viii DAFTAR TABEL ...................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii PENDAHULUAN ........................................................................... ......... 1
Latar Belakang .................................................................................... 1Perumusan Masalah ............................................................................ 3Tujuan Penelitian ................................................................................ 4Hipotesis .............................................................................................. 4Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6Proses Pembentukan Biji dan Perkecambahan ................................... 6Dormansi Pada Benih Padi ................................................................. 9Perlakuan Pematahan Dormansi ......................................................... 12
Perlakuan Mekanis .................................................................... 12Perlakuan Kimia ........................................................................ 14Perlakuan Hormon Giberelin .................................................. 14
Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh dalam Perkecambahan ...... 16Hormon ABA (Asam Absisat) ................................................... 16Hormon IAA (Asam indol-3 asetat) .......................................... 16
METODE PENELITIAN ........................................................................... 18
Tempat dan Waktu .............................................................................. 18Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... 18Rancangan Penelitian .......................................................................... 19
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
14
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 20Benih ......................................................................................... 20Persiapan Lahan ........................................................................ 21Penyemaian Bibit ...................................................................... 21Penanaman Bibit ....................................................................... 21Pemupukan ............................................................................... 22Pemeliharaan Tanaman ............................................................. 22Perkecambahan ......................................................................... 23
Penelitian Pertama .............................................................................. 24Pengamatan Kandungan Hormon pada Biji Padi ...................... 241. Analisisis Kandungan ABA .................................................. 242. Analisis Kandungan IAA ...................................................... 25
Penelitian Kedua ................................................................................. 25a. Pemanenan ............................................................................. 25b. Pengujian ............................................................................... 25c. Pengamatan Daya Berkecambah ........................................... 26
Variabel Yang Diamati pada Penelitian Pertama ............................... 271. Berat Segar Benih .................................................................. 272. Berat Kering Benih ................................................................ 273. Kadar Air Benih .................................................................... 274. Kekerasan Benih ................................................................... 285. Daya Berkecambah ............................................................... 286. Kandungan ABA ................................................................... 28
Variabel yang Diamati pada Penelitian Kedua ................................... 291. Lemak .................................................................................... 292. Daya Berkecambah ................................................................ 29
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 31Hasil Penelitian Tahap Pertama .......................................................... 31Hasil Penelitian Tahap Kedua ............................................................. 53
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 62Kesimpulan ......................................................................................... 62Saran ................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 64 LAMPIRAN .............................................................................................. 69
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
15
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman1. Rataan Berat Segar Biji, Berat Kering Biji, Kadar Air Biji,
Kekerasan Biji, Daya Kecambah mulai dari 0 HSA (Awal Anthesis) sampai 30 HSA (Panen) .............. ……..............................
31
2. Perkembangan Bunga Padi Varietas Sunggal
.................................... 40
3. Perkembangan Biji Padi Varietas Sunggal
......................................... 41
4. Perkembangan Bunga Padi Varietas Ariza
……………….………... 43
5. Perkembangan Biji padi Varietas Ariza
............................................. 44
6. Rataan Persentase Benih Berkecambah Pada Padi (%) Pada
Perlakuan Varietas Dan Pemecahan Dormansi ……………………..
54
7. Rataan Persentase Kadar Asam Lemak Pada Padi (%) pada
Perlakuan Varietas dan Pemecahan Dormansi ……………………...
59
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
16
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman1. Pertambahan Berat Basah Biji Pada Tanaman Padi Varietas
Sunggal Dan Varietas Ariza mulai dari 0 – 30 HSA ….....................
32
2. Perubahan Berat Kering Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal Dan Varietas Ariza dari 0 – 30 HSA ...................................
33
3. Perubahan Kadar Air Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal
Dan Varietas Ariza dari 0 – 30 HSA ……..........................................
34
4. Grafik Perubahan Berat Segar, Berat Kering, Kadar Air Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dari 0 – 30 HSA ……….............
35
5. Grafik Perubahan Berat Segar, Berat Kering, Kadar Air Pada
Tanaman Padi Varietas Ariza mulai dari 0 – 30 HSA……………....
35
6. Perubahan Kekerasan Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal Dan Varietas Ariza dari 0 – 30 HSA …………..................................
36
7. Perubahan Daya Berkecambah Biji Pada Tanaman Padi Varietas
Sunggal danVarietas Ariza dari 0 – 30 HSA ………………………..
38
8. Bagian – bagian Bunga Padi ……………………………………….. 39
9. Kurva Perubahan Kandungan Hormon ABA Dan IAA Pada Biji Padi Varietas Sunggal pada 28 sampai 77 HSA ……………………
50
10. Kurva Perubahan Kandungan Hormon ABA Dan IAA Pada Biji
Padi Varietas Ariza pada 28 sampai 77 HSA ……………………...
51
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
17
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman 1. Rata - Rata Persentase Benih Berkecambah Umur 0 Minggu Setelah
Panen ………………………………………………………………..
69 2. Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 0 Minggu Setelah
Panen ………………………………………………………………..
69 3. Rata - Rata Persentase Benih Berkecambah Umur 2 Minggu Setelah
Panen ..................................................................................................
70 4. Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 2 Minggu Setelah
Panen ..................................................................................................
70 5. Rata - Rata Persentase Benih Berkecambah Umur 4 Minggu Setelah
Panen ..................................................................................................
71 6. Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 4 Minggu Setelah
Panen ..................................................................................................
71 7. Rata - Rata Persentase Benih Berkecambah Umur 6 Minggu Setelah
Panen ..................................................................................................
72 8. Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 6 Minggu Setelah
Panen ..................................................................................................
72 9. Rata - Rata Persentase Benih Berkecambah Umur 8 Minggu Setelah
Panen ..................................................................................................
73 10. Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 8 Minggu Setelah
Panen ..................................................................................................
73 11. Rata - Rata Persentase Kadar Lemak Umur 0 Minggu Setelah Panen 74 12. Sidik Ragam Persentase Kadar Asam Lemak Umur 0 Minggu
Setelah Panen ……………………………………………………….
74 13. Rata - Rata Persentase Kadar Asam Lemak Umur 6 Minggu Setelah
Panen ………………………………………………………………..
75 14. Sidik Ragam Persentase Kadar Asam Lemak Umur 6 Minggu
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
18
Setelah Panen ..................................................................................... 75
15. Matriks Korelasi Berat Segar, Kadar Air, Kekerasan, Daya Berkecambah Berat Kering, Kandungan Hormon ABA dan Kandungan Hormon IAA Varietas Sunggal Sunggal ........................
76 16. Matriks Korelasi Berat Segar, Kadar Air, Kekerasan, Daya
Berkecambah Berat Kering, Kandungan Hormon ABA dan Kandungan Hormon IAA Varietas Ariza Hibrindo R-1 …………….
76 17. Matriks Korelasi Persentase Benih Berkecambah, Kadar Lemak
Varietas Ariza ..................................................................................... 76
18. Matriks Korelasi Persentase Benih Berkecambah, Kadar Lemak
Varietas Sunggal ................................................................................ 77
19. Perubahan Daya Berkecambah (%) Biji Pada Tanaman Padi
Varietas Sunggal dan Vaeietas Ariza dari 0-30 HSA ………………
77 20. Tranformasi Perubahan Daya Berkecambah (%) Biji Pada Tanaman
Padi Varietas Sunggal dan Vaeietas Ariza dari 0-30 HSA …………
77 Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada
Sampel Padi Varietas Sunggal – 28 HAS …………………………..
78 21. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada
Sampel Padi Varietas Sunggal – 35 HAS …………………………..
79 22. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada
Sampel Padi Varietas Sunggal – 49 HAS …………………………..
80 23. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid)
Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 56 HAS ……………………..
81 24. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid)
Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 77 HAS ……………………..
82 25. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada
Sampel Padi Varietas Ariza Hibrindo R-1 – 28 HSA ……………...
83 26. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada
Sampel Padi Varietas Ariza Hibrindo R-1 – 35 HSA ……………...
84
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
19
27. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Ariza Hibrindo R-1 – 49 HSA ………………
85
28. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada
Sampel Padi Varietas Ariza Hibrindo R-1-56 HSA ………………...
86 29. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada
Sampel Padi Varietas Ariza Hibrindo R-1-77 HSA ………………...
87 30. Deskripsi Varietas Ariza Hibrindo R-1 .............................................. 88 31. Deskripsi Varietas Sunggal ................................................................ 89
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi dalam rangka ketahanan
pangan nasional adalah dengan mengembangkan padi varietas unggul bersertifikat
dan memperbaiki teknik budidaya padi sawah. Diantara padi varietas unggul
bersertifikat adalah varietas sunggal yang mempunyai umur panen 115 -125 hari, dan
padi hibrida yang varietasnya telah banyak dilepas oleh pemerintah seperti varietas
hibrida Ariza-hibrindo R-1 yang mempunyai umur panen 108-118 hari (Baihaki
2004, Sinambela, dkk, 2004, dan Mashur 2007).
Sertifikasi benih telah diterapkan sebagai suatu mekanisme pengendalian
mutu eksternal, untuk melindungi konsumen dalam memperoleh benih yang baik dan
untuk membantu produsen dalam membangun kepercayaan konsumen terhadap mutu
benih yang dihasilkan.
Sampai saat ini produksi benih padi bersertifikat di Indonesia baru mencapai
sekitar 25% dari kebutuhan total. Dari sekian banyak kendala dalam produksi benih
padi bersertifikat, di antaranya berkaitan dengan dormansi benih (Sinambela, dkk,
2004).
Pada perkembangan biji padi dimana, kandungan hormon ABA dalam biji
semakin meningkat, dengan meningkatnya kemasakan biji. Sebaliknya kandungan
hormon IAA selama perkembangan biji menurun, sejalan meningkat kemasakan biji.
Hal ini menunjukkan bahwa, ABA merupakan penyebab dormansi, karena menurut
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
21
(Gardner, dkk, 1991), bahan perangsang pertumbuhan sering menurun selama
pembentukan biji, sedangkan penghambat pertumbuhan seperti ABA meningkat.
Akibatnya terjadi dormansi pada saat biji masak, karena adanya ketidak-seimbangan
hormon.
Dormansi, disatu pihak bersifat positif tapi dilain pihak bersifat negatif pada
saat benih diperlukan untuk segera tumbuh. Dormansi pada benih padi
menguntungkan produsen benih karena dapat menekan laju deteriorasinya pada masa
prapanen maupun pascapanen (pengeringan, prosesing, dan penyimpanan). Dormansi
pada lot benih menyulitkan analis, karena dapat menimbulkan kekeliruan dalam
pengujian daya berkecambah benih. Pengujian daya berkecambah terhadap lot benih
dorman tanpa didahului oleh pematahan dormansi yang efektif dapat menyebabkan
daya berkecambah benih yang dihasilkan tidak menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya. Benih dorman yang tidak berkecambah akan dikelompokkan oleh
analis ke dalam benih mati (Udin, 2001,Ade Santika, 2007).
Ini menyebabkan kurangnya validitas hasil pengujian daya berkecambah.
Dalam pengujian, dimana lot-lot benih dorman sering dinyatakan tidak lulus atau
belum memenuhi syarat untuk sertifikasi karena daya berkecambah benih kurang dari
80%. Oleh sebab itu, daya berkecambah benih harus diuji ulang beberapa minggu
kemudian. Selama menunggu pengujian ulang, benih yang disimpan dalam suhu
kamar mengalami after-ripening. Kondisi ini dapat menyebabkan sebagian benih
patah dormansinya secara alamiah. Sebagian benih lainnya yang sudah tidak dorman,
vigornya menurun atau bahkan mati. Penundaan kelulusan benih memberikan
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
22
kontribusi terhadap penurunan vigor atau daya simpan benih. Hal ini dapat diketahui
dari seringnya dijumpai kasus-kasus penurunan daya berkecambah benih menjadi di
bawah 80%, sementara label masih berlaku. Oleh karena itu, pemecahan dormansi
yang efektif sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pengujian daya berkecambah
yang benar untuk menghindari penundaan sertifikasi yang dapat menurunkan vigor
dan daya simpan benih. Bila pemecahan dormansi yang efektif sudah diketahui,
maka kekeliruan dalam penilaian daya berkecambah benih dapat diatasi, atau waktu
yang diperlukan untuk pengujian daya berkecambah menjadi lebih singkat.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian
dengan judul ” Kajian Perkembangan dan Dormansi pada biji Padi (Oryza sativa L)
varietas Arize dan varietas Sunggal serta pemecahannya”.
Perumusan Masalah
Dormansi pada benih padi menyulitkan analis benih, karena dapat
menimbulkan kekeliruan dalam pengujian daya berkecambah, dimana benih dorman
yang tidak berkecambah akan dikelompokkan oleh analis ke dalam benih mati,
sehingga hasil pengujian daya berkecambah tidak mencerminkan keadaan
sesungguhnya.
Belum adanya informasi rinci tentang penyebab dormansi, serta saat
tercapainya fase matang fisiologis pada varietas unggul dan hibrida.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
23
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola perkembangan benih padi varietas Sunggal dan Arize-
hibrindo R-1, serta menetapkan fase matang fisiologis pada ke dua varietas
tersebut.
2. Untuk mengetahui penyebab serta pemecahan dormansi yang tepat dan efektif
pada padi varietas Sunggal dan Arize-hibrindo R-1 sehingga dapat diterapkan
oleh analis benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan Produsen
benih dalam pengujian perkecambahan, untuk mendukung program sertifikasi
benih.
Hipotesis Penelitian
1. Fase matang fisiologis biji padi dicapai pada kisaran 26-28 HSA.
2. Penyebab dormansi terdapat peningkatan kandungan ABA (Asam Absisat) dan
penurunan kandungan IAA (Indol Acetic Acid) pada benih padi dengan semakin
meningkatnya stadia kemasakan benih.
3. Giberelin merupakan suatu cara pemecahan yang tepat dan efektif dalam
pematahan dormansi padi yang dapat mempercepat perkecambahannya.
4. Ada perbedaan tanggap daya kecanbah dari dua varietas terhadap pemecahan
dormansi.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
24
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi bagi analis benih khususnya
(BPSB) dan Produsen benih dimana hasil pengujian daya berkecambah dapat
mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
Penelitian ini juga ditujukan sebagai salah satu syarat penyelesaian program
Magister Pertanian pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
25
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Pembentukan Biji dan Perkecambahan
Setelah terjadi pembuahan atau peleburan diri antara inti sperma dengan inti
sel telur, akan dihasilkan sebuah zygot atau embrio yang kelak akan menjadi tanaman
baru, lalu zygot itu akan beristirahat dulu beberapa waktu. Peristiwa kedua adalah
penggabungan diri antara inti sperma yang lain, dengan dua inti polar, dapat
menyebabkan terjadinya endosperma yang mengandung zat makanan. Setelah
endosperma terbentuk, maka inti endosperm akan membelah diri berulang kali
dengan cepat, kadang-kadang dapat mendesak nucellus sedemikian hebatnya
sehingga nucellus akhirnya hanya tinggal sebagai selaput yang tipis didalam biji.
Pertumbuhan embryo di dalam biji pada permulaan berjalan lamban. Setelah embrio
itu menyerap zat makanan yang tertimbun didalam endosperm maka tumbuhnya akan
lebih cepat (Kamil, 1982, Santoso, 1992, Copeland dan Mc.Donald 2001, Sutopo,
2004)
Zygot, kantong embrio dan ovul berkembang menjadi biji sementara ovarium
di sekelilingnya berkembang menjadi buah (perikarp). Proses pertumbuhan, bahan
kimia yang disebut zat tumbuh atau hormon tumbuh sangat berperan penting
(Salisbury dan Ross 1995, Copeland dan Mc.Donald 2001).
Buah pada saat masak fisiologis akan menghasilkan benih bermutu tinggi
(Sadjad 1980, Kamil, 1982, Ismunadji, dkk, 1988, Santoso, dkk, 1990). Proses
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
26
kemasakan benih terjadi sejak fertilisasi ditunjukkan dengan perubahan morfologi,
fisiologi maupun biokimia. Salah satu faktor yang menentukan tingkat mutu benih
adalah fase perkembangan dan kemasakan benih.
Proses perkembangan dan kemasakan benih melalui tiga fase masing-masing
1) fase pertumbuhan, 2) fase menghimpun makanan, dan 3) fase pemasakan. Fase
pertumbuhan terjadi beberapa hari sesudah penyerbukan dan pembuahan. Laju fase
pertumbuhan mengikuti laju pembentukan jaringan yang berisi laju pembelahan sel
dalam embrio dan kulit benih. Kadar air benih pada fase itu sekitar 75 – 80 %. Pada
fase penghimpunan bahan makanan bobot kering benih meningkat hingga tiga kali
sebaliknya kadar air menurun sekitar 60%. Akhir fase ini bobot kering benih
mencapai maksimum dan benih mencapai tingkat masak fisiologis. Benih yang sehat
padat dan masak biasanya lebih awet disimpan dibandingkan dengan benih yang
belum masak (Kamil, 1982, Ismunadji, dkk, 1988, Santoso, dkk, 1990).
Pada fase perkembangan biji terjadi peningkatan berat kering benih.
Peningkatannya mula-mula perlahan, kemudian lebih cepat, dan akhirnya lebih
lambat lagi sampai titik berat kering maksimum tercapai. Berat kering maksimum
tercapai pada saat benih masih relatif tinggi kadar airnya berkisar antara 25-35%,
kemudian benih masuk pada fase pematangan dimana selama fase pematangan benih
mengering. Pada fase ini terdapat sedikit peningkatan kandungan bahan. Berat
kering konstan, tetapi kadar air turun sampai 10-20% (Copeland dan Mc Donald,
2001).
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
27
Sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sampai sekitar 20%, maka biji
mencapai fase masak fisiologis, dimana tidak terjadi proses pertumbuhan pada biji
sehingga biji tidak bertambah besarnya atau biji telah mencapai ukuran besar
maksimum, berat kering maksimum, serta daya kecambah maksimum (Kamil, 1982).
Perkecambahan biji, bagi ahli fisiologi benih adalah munculnya radikula
melalui kulit benih, sedangkan bagi analis benih perkecambahan adalah muncul dan
berkembangnya struktur-struktur penting dari embrio benih. Proses metabolisme
perkecambahan benih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang berpengaruh adalah air, gas, suhu dan cahaya (Copeland dan Mc
Donald, 2001).
Air adalah kebutuhan dasar untuk perkecambahan benih yang penting untuk
aktivitas enzim, penguraian, translokasi dan penggunaan cadangan makanan. Proses
pertama yang terjadi selama perkecambahan adalah pengambilan air melalui proses
imbibisi. (Copeland dan Mc Donald, 2001) menyatakan imbibisi tergantung pada
komposisi kimia benih, permiabilitas kulit benih dan ketersediaan air. Sedangkan
ketersediaan air tergantung pada kekuatan matrik dinding sel, konsentrasi osmotik
sel, dan tekanan turgor sel.
Dalam kondisi ketersediaan air optimum, penyerapan air selama
perkecambahan benih berlangsung dalam tiga fase (Bewley dan Black, 1985). Fase
pertama disebut imbibisi (Bewley dan Black, 1985; Come dan Thevenot, 1982;
Hadas, 1982). Fase ke dua disebut fase transisi (Hadas, 1982) atau fase aktivasi
(Come dan Thevenot, 1982) atau lag phase (Bewley dan Black, 1985). Fase terakhir
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
28
merupakan fase pertumbuhan (Come dan Thevenot, 1982; Hadas, 1982). Fase ini
hanya dialami oleh benih non dorman.
Fase aktivasi merupakan fase yang paling kritis karena fase ini berperan
dalam proses pertumbuhan yang menuju pada pembentukan tanaman (Come dan
Thevenot, 1982; Hadas, 1982). Bewley dan Black, (1985) juga menekankan
pentingnya lag phase karena pada fase ini terjadi peritiwa-peristiwa metabolik untuk
persiapan pemunculan akar.
Dormansi Pada Benih Padi
Dormansi diartikan sebagai suatu fenomena fisiologis yang menunjukkan
ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada kondisi optimum (Copeland
dan Mc Donald, 2001, ISTA. 2005). Pada benih padi, dormansi telah terjadi sejak
benih masih berada pada tanaman induknya setelah embrio berkembang penuh,
sehingga disebut innate dormancy atau dormansi primer (Ellis dkk, 1985). Dormansi
yang demikian dapat berperan dalam mencegah benih berkecambah pada malainya
sebelum dipanen atau viviparous yang merugikan produsen benih (Ellis dkk, 1985).
Benih dalam keadaan dorman bukan berarti mati, karena benih tersebut dapat
dirangsang untuk berkecambah dengan berbagai perlakuan. Benih yang dorman dan
benih yang mati dapat diketahui melalui uji perkecambahan. Bila volume benih pada
akhir perkecambahan sama dengan keadaan sebelum dikecambahkan maka benih
dalam keadaan dorman. Sebaliknya, bila volume benih menunjukkan perubahan,
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
29
misalnya mengecil, ditumbuhi cendawan dan atau bila dipijat terasa lembek, berarti
benih tersebut mati (Saenong dkk. 1989).
Benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat
bagi perkecambahannya (Schmidt, 2000, Viemont dan J. Crabbe, 2000).
Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi benih adalah tidak sempurnanya
embrio, embrio belum masak fisiologis, kulit benih yang tebal, kulit yang
impermiabel dan adanya zat-zat penghambat perkecambahan (Schmidt, 2000,
Copeland dan Mc.Donald 2001).
Beberapa jenis benih tetap dorman disebabkan oleh kulit benihnya yang
cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan dari embrio. Kulit benih tidak dapat
dilalui air atau udara karena keras atau tertutup oleh gabus maupun lilin. Jika kulit
benih dihilangkan maka akan terjadi perkecambahan. Dormansi juga dapat
disebabkan keadaan fisiologi dari embrio antara lain akibat embrio yang rudimenter
atau secara fisiologis belum masak, maksudnya belum mampu membentuk zat-zat
yang diperlukan untuk perkecambahan misalnya zat tumbuh seperti Giberelin
(Schmidt, 2000).
Hambatan perkecambahan benih dapat terjadi karena kulit benih dan dapat
pula karena kandungan bahan kimia. Bahan kimia tersebut dapat menciptakan
suasana osmotik yang tidak menguntungkan pertumbuhan, dapat pula merangsang
pembentukan zat-zat penghambat pertumbuhan, yang membatasi pertumbuhan, atau
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
30
dapat mengadakan sistem-sistem biokimia lebih kompleks yang berhubungan dengan
kepekaan benih terhadap cahaya.
Bahan perangsang pertumbuhan sering menurun selama pembentukan biji,
sedangkan penghambat pertumbuhan seperti ABA meningkat. Akibatnya, terjadi
dormansi pada saat biji masak, karena adanya ketidak-seimbangan hormon (Gardner,
dkk, 1991). ABA merupakan zat penghambat tumbuh, yang dalam fase dormansi biji
menyebabkan biji tidak berkecambah. Hal ini terutama disebabkan oleh hambatan
terhadap proses pemanjangan radikel.
Biji yang telah masak, waktu dikecambahkan ada yang tidak dapat
berkecambah meskipun berada dalam lingkungan yang baik. Schmidt (2000)
menyatakan bahwa terhalangnya perkecambahan biji dapat disebabkan faktor genetik
dan lingkungan. Ketebalan sekam lemma dan palea pada benih padi diduga dapat
menghambat perkecambahan. Dengan mengupas kulit biji, maka masa dormansi padi
dapat dipatahkan (IRRI, 1997).
Pada padi, masa dormansi benih beragam dari 0 sampai 11 minggu sesudah
panen. Padi yang benihnya tidak memiliki dormansi memungkinkan untuk ditanam
secara beruntun atau terus menerus. Walau bagaimanapun, benih dapat segera
tumbuh apabila ditanam di musim hujan dan panen sewaktu masih banyak hujan, atau
sewaktu disimpan sementara menjelang proses pengeringan. Namun hal ini berakibat
turunnya mutu gabah/beras.
Pada padi tipe indica, dormansi benih dapat disebabkan oleh perikarp yang
impermiabel terhadap oksigen (Bewley dan Black, 1985), adanya zat penghambat
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
31
abscisic acid ( Hayashi, 1987), atau asam-asam lemak jenuh rantai pendek (IRRI,
1987).
Schmidt, (2000) membagi usaha pematahan dormansi dalam empat kategori
yaitu perlakuan secara mekanis, perlakuan dengan memakai cahaya, perlakuan
dengan suhu dan perlakuan dangan bahan kimia.
Perlakuan Pematahan Dormansi
Perlakuan Mekanis
Beberapa cara perlakuan mekanis untuk memecahkan dormansi benih yang
disebabkan oleh impermiabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas yaitu :
1. Skarifikasi.
Skarifikasi dapat dilakukan dengan aberasi yaitu menggosok kulit benih
dengan benda yang kasar atau kikir, maupun kertas pasir. Tujuan untuk menipiskan
kulit biji yang keras sehingga lebih permianel terhadap air atau gas (Salisbury dan
Ross, 1995). Olivera, dkk (1982) dalam Gardner dkk (1991) menjelaskan, bahwa
faktor utama yang bertanggung jawab atas kerasnya biji pada Leucaena (legum)
adalah tertutupnya pleurogram. Banyak benih dapat diperbaiki perkecambahannya
dengan menghilangkan atau menipiskan jaringan kulit benih terutama lapisan batu
yang sering kali sangat menentukan peristiwa dormansi benih. Hal ini sering
dilakukan secara luas terutama pada benih leguminosa yang mempunyai kulit tebal
dan keras (Danoesastro, 1973).
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
32
Cooklebur dan oat liar merupakan contoh klasik dormansi biji yang
diakibatkan oleh kulit biji kedap O2. Penghilangan sekam pada cooklebur dan oat liar
meningkatkan perkecambahan (Gardner, dkk, 1991).
Dormansi embrio pada barley dapat dipecahkan dengan membuang scutellum
dan pada apel dengan membuang sebagian jaringan kotiledon.
Penggerusan kulit biji pada palem dapat meningkatkan perkecambah sebesar
68.89% (Purba, 2000).
2. Daging buah dikupas
Daging buah yang menyelimuti biji sering mengandung zat penghambat yang
dapat menghalangi perkecambahan benih.
Pada rotan diperoleh percepatan dan peningkatan daya kecambah dengan
membuang kulit daging buah, dengan cara ini diperoleh daya kecambah diatas 80%
(Schmidt, 2000).
Ketebalan sekam lemma dan palea pada benih padi diduga dapat menghambat
perkecambahan, dengan mengupas kulit biji, masa dormansi dapat dipatahkan
(Nugraha, 2001).
3. Perendaman dalam air panas
Beberapa jenis benih perlu diberi perlakuan perendaman dalam air panas
dengan tujuan meningkatkan permeabilitas (Salisbury dan Ross, 1995).
Perendaman biji dalam air panas bertujuan untuk memperbaiki permeabilitas
kulit benih sehingga dapat mempermudah masuknya air dan gas, sehingga dapat
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
33
meningkatkan persentase biji berkecambah. Telah dilaporkan, bahwa pemanasan biji
legum pada suhu 100 0C selama 1.5 menit atau pada air panas dapat mengurangi biji
yang keras dan pemberian panas 100 0C selama 5-20 detik dapat menyebabkan
terbukanya pleurogram dan menghasilkan perkecambahan 95-100% (Olvera, dkk,
1982 dalam Gardner, dkk, 1991).
Demikian pula, pemanasan pada benih jati pada suhu 80 0C selama 2 hari
menunjukkan peningkatan perkecambahan menjadi sebesar 56% (Haryati, 2002)
Perlakuan Kimia
Perlakuan dengan kimia sering dipakai untuk memecahkan dormasi pada
benih, tujuannya agar kulit benih lebih mudah dimasuki air pada waktu proses
imbibisi. Bahan kimia yang biasa dipakai adalah Potassium Nitrat, Potassium
hydroxide, asam Nitrat dan Thiourea (Schmidt, 2000, Sutopo, 2004 ).
Perendaman dengan Potassium Nitrat pada benih Acacia nilotica pada
konsentrasi 1%, telah menyebabkan perkecambahan meningkat dari 37% (kontrol)
menjadi 79%, dan pada konsentrasi 2% meningkat menjadi 85%. Pada benih
Casuarina equisetifolia perkecambahan meningkat dari 46% (kontrol) menjadi 65%
setelah perendaman dalam 1.5% selama 36 jam (Schmidt, 2000).
Demikian pula perendaman dengan Thiourea 1% selama 24 jam pada benih
benih Ziziphus mauritiana, telah memperbesar persentase perkecambahan dari 41%
(control) menjadi 78%. (Schmidt, 2000).
Perlakuan Hormon Giberelin
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
34
Amen (1963) dalam Gardner, dkk, 1991 menyatakan bahwa kebanyakan
mekanisme dormansi dapat dihilangkan oleh bahan perangsang pertumbuhan.
Kenyataan, bahwa perlakuan dengan GA3 (Giberelin Acid) dapat menggantikan
kebutuhan akan cahaya pada banyak biji fotoblastik (selada, tembakau) dan
mengganti kebutuhan akan suhu dingin pada spesis yang membutuhkan stratifikasi.
Kandungan bahan perangsang pertumbuhan sering kali menurun selama
pembentukan biji sedangkan penghambat pertumbuhan seperti ABA meningkat,
akibatnya terjadi dormansi pada saat biji masak karena adanya ketidak seimbangan
hormon. Penghambat pertumbuhan yang mengendalikan dormansi mungkin terdapat
dalam embrio seperti pada beberapa rumput-rumputan ; dalam sekam seperti pada
selada atau dalam buah seperti pada apel dan tomat (Abidin, 1987).
Menurut Bewley dan Black (1985) ABA terdapat pada biji dorman, tapi
kebanyakan sudah hilang jauh sebelum dormansi berakhir. Jadi ABA mungkin
merupakan penghambat kuat bagi perkecambahan tetapi masih ada penghambat
lainnya yang menyebabkan biji dorman.
Pada biji, salah satu efek giberelin adalah mendorong pemanjangan sel
sehingga radikula dapat mendobrak endosperm, kulit biji atau buah yang membatasi
pertumbuhannya (Salisbury dan Ross, 1995). Giberelin juga mendorong sekresi
enzim hidrolitik ke endosperm tempat enzim tersebut mencerna cadangan makanan
dan dinding sel. Cadangan makanan menjadi lebih mudah tersedia (Gardner, dkk,
1991).
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
35
Giberelin terdapat pada banyak macam benih dimana apabila benih Avena
fatua keluar dari dormansi, terbentuklah suatu zat perangsang pertumbuhan yang
mirip giberelin. Benih ini juga dapat dipatahkan dormansinya apabila direndam
dalam giberelin. Demikian juga peristiwa dormansi yang berhubungan dengan suatu
zat penghambat dapat diatasi dengan cara merendam dalam larutan giberelin
(Danoesastro, 1973).
Pengaruh GA3 terhadap perkecambahan biji berbeda-beda tergantung pada
jenis biji dan dormansinya. Pada biji yang masa dormansinya lama seperti Licuala
grandis, dan masa dormansinya sedang seperti Archontophoenix alexandrae
pemberian GA3 meningkatkan perkecambahan, tetapi tidak berpengaruh terhadap
Livistonia chinensis dan Caryota mitis dan malah menurunkan perkecambahan
Phytohosperma macarthurii (Lakitan, 1997).
Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh Dalam Perkecambahan
Hormon ABA (Asam absisat)
Semua jaringan tanaman mengandung hormon ABA yang dapat dipisahkan
secara kromatografi. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B- kompleks. Senyawa
ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. Beberapa peneliti
akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA). Peneliti
tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman
kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena
1992).
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
36
Menurut Salisbury dan Ross (1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di
dalam tanaman disebut juga hormon tanaman. Hormon tanaman yang dianggap
sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami
berbagai keadaan rawan diantaranya ABA. Keadaan rawan tersebut antara lain
kurang air, tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas. ABA membantu tanaman
mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
Hormon IAA (asam indol-3 asetat)
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa Pasca
Sarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3
asetat atau IAA (Salisbury dan Ross 1995). Senyawa ini terdapat cukup banyak
diujung koleoptil tanaman oat kearah cahaya. Dua mekanisme sintesis IAA yaitu
pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari rantai triphtofan. Enzim yang
paling aktif diperlukan untuk mengubah triphtofan menjadi IAA terdapat di jaringan
muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh. Semua jaringan
kandungan IAA paling tinggi karena disintesis di daerah tersebut.
IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan bagian
tumbuhan lainnya (Salisbury dan Ross 1995). IAA dapat memacu pemanjangan akar
pada konsentrasi yang sangat rendah. IAA adalah auksin endogen yang terdapat
dalam tanaman. IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yaitu perbesaran sel, yaitu koleoptil atau batang penghambat mata tunas
samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
37
menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh
IAA.
METODE PENELITIAN
Penelitian pertama mengkaji perkembangan fisiologi biji padi serta
kandungan hormon ABA dan IAA selama perkembangan.
Penelitian ke dua untuk mengkaji dormansi serta pemecahannya pada biji padi
varietas Hibrida (Arize-Hibrindo R-1), varietas unggul (Sunggal),
Tempat dan Waktu
Pertanaman padi dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasar Miring. Kabupaten
Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, pada bulan Desember 2007 hingga Mei 2008.
Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Analisis hormon ABA dan IAA dilaksanakan di Balitbiogen Bogor.
Penelitian ini dimulai bulan April 2008 sampai dengan Juli 2008
Penelitian pemecahan dormansi dilaksanakan di Laboratorium UPT. Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini dimulai bulan April 2008 sampai dengan Juli 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
38
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah: benih padi dari 2 varietas
yang meliputi varietas Hibrida (Arize-Hibrindo R-1), varietas unggul (Sunggal),
kompos jerami, pupuk Urea, TSP, dan KCL, untuk pengendalian hama dan penyakit
serta gulma dipakai insektisida, pestisida.
Alat yang digunakan adalah etiket, tali rafia, spidol, mesin perontok padi,
pinggan petri, kertas koran, gunting, gelas ukur, pinset, pensil, mistar, buku catatan
data, bak plastik, alat penghitung (counter), dan germinator model ”IPB73-2A/B”.
Prosedur kerja meliputi pengambilan sampel, pengujian, dan pengamatan.
Rancangan Penelitian
Penelitian pertama tentang perkembangan fisiologis biji dan kandungan
hormon pada padi varietas Sunggal dan varietas Hibrida Ariza-Hibrindo R-1
Penelitian ke dua tentang mengkaji dormansi serta pemecahannya pada biji
padi varietas Hibrida (Arize-Hibrindo R-1), varietas unggul (Sunggal), disusun
berdasarkan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan model rancangan sebagai
berikut :
Yijk = μ + αi + βj + ( αβ)ij + Єijk: dimana : i = 1,2,3,4 ; j = 1,2
Yijk = nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan varietas dan pemecahan
dormansi
μ = nilai rata-rata
αi = pengaruh taraf ke-i dari faktor I
βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor II
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
39
( αβ)ij = adanya perbedaan tanggap dari dua varietas terhadap pemecahan
Dormansi
Єijk = pengaruh sisa (galat percobaan) taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke-j
dari
faktor II pada ulangan ke-k
Faktor I adalah Varietas padi (V)
V1 = Sunggal
V2 = Hbrida (Ariza Hibrindo R-1
Faktor II adalah Pemecahan Dormansi (P)
Pemecahan Dormansi dilakukan dengan
P0 = Benih tidak diberi perlakuan (kontrol).
P1 = Pengupasan sekam secara hati-hati,
P2 = Pengupasan sekam dan menggores endosperm
P3 = Pemanasan benih dalam oven pada suhu 50°C selama dua hari
P4 = Perendaman benih dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua
hari
P5 = Pemanasan benih dengan oven pada suhu 50°C selama dua hari, diikuti
perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua hari
P6 = Perendaman benih dalam larutan giberelin 0.02%.selama dua hari
Dengan demikian penelitian terdiri atas 2 x 7 = 14 kombinasi perlakuan dan
setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga seluruhnya diperoleh
14 x 3 = 42 kombinasi perlakuan
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
40
Pelaksanaan Penelitian Benih
Benih yang digunakan adalah benih yang mempunyai kelas benih Pokok (BP
) dan berasal dari Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balitpa) Sukamandi, Jawa
Barat. Benih yang digunakan adalah varietas sunggal dan varietas Hibrida (arize-
Hibrindo R-1).
Persiapan Lahan
Petak penelitian dilakukan pada satu petakan seluas 425 m dengan jarak
tanam 30 cm x 30 cm
Untuk perlakuan tradisionil tillage (TI) yaitu tanah sawah (petakan) digenangi
dengan air sampai jenuh hingga tergenang selama 1 hari kemudian tanah dicangkul
dengan ke dalam 20 cm dan di balik kemudian dibiarkan selama 2 hari, setelah itu
tanah dicangkul kembali hingga halus dan diratakan kemudian bibit di tanam
kelapangan dengan umur bibit 7 hari setelah semai.
Penyemaian Bibit
Lahan persemaian di cangkul dan dihaluskan setelah itu diberi pupuk kompos
setara 10 ton/ha. (5 kg untuk luas lahan 1 x 5m2 ). Kondisi lahan untuk persemaian
dalam kondisi jenuh air.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
41
Sebelum benih disemai terlebih dahulu direndam dengan fungisida Ditane-
M45 lebih kurang 15 menit, lalu direndam dalam air mengalir lebih kurang 24 jam,
setelah itu bibit disebar merata di persemaian, kemudian ditutup dengan tanah tipis.
Penanaman Bibit
Bibit dipindahkan ke lapangan setelah berumur 7 hari setelah semai dengan 1
bibit/lubang tanam. Jarak tanam 30 cm x 30 cm. Pada saat penanaman bibit atau
selama fase vegetatif (pertumbuhan) kondisi tanah di jaga agar tetap pada posisi
jenuh air sehingga perkembangan akar dan anakan maksimal.
Pemupukan
Pupuk dasar (Urea, TSP dan KCL) diberikan sesuai dengan rekomendasi
setempat yaitu, dosis anjuran pupuk Urea (150 kg urea/ha) pupuk urea diberikan 3
kali dengan dosis ⅓ dari dosis anjuran, pemberian pemupukan urea pertama
dilakukan pada saat tanam sebanyak (1,44 kg), pemberian pupuk yang kedua pada
saat 3 Minggu Setelah Tanam (3 MST) sebanyak (1.44 kg), dan pemberian pupuk
yang ketiga pada 6 MST sebanyak (1,44 kg).
Pupuk TSP dan KCL diberikan sekali yaitu pada saat tanam. Dosis anjuran
untuk pupuk P (100 kg TSP/ha) pemberian pupuk P sebanyak (2.89 kg), dan untuk
dosis anjuran untuk pupuk K (100 kg KCl/ha) pemberian pupuk K sebanyak (2.89
kg).
Pemeliharaan Tanaman
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
42
Kondisi tanah dijaga dalam kondisi jenuh air selama masa pertumbuhan
vegetatif dengan cara mengatur air irigasi, bila terjadi hujan dibuat saluran
pembuangan air sehingga kondisi tanah tetap jenuh air.
Setelah tanaman memasuki masa pertumbuhan generatif yang ditandai dengan
pembengkakan batang utama (bunting), tanah sawah diberikan air sampai tergenang
dengan ketinggian air mencapai 5-7 cm yang bertujuan untuk mengendalikan gulma,
menekan serangan hama wereng, dan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman
agar pertumbuhan generatif berjalan normal tidak terganggu.
Pengendalian gulma dilakukan dengan cara menyiangi rumput dari areal
tanaman setelah tanaman berumur 3, 6 MST atau sehari sebelum aplikasi pemberian
pupuk pada 3 dan 6 MST.
Pemberantasan terhadap hama dan penyakit dilakukan penyemprotan dengan
memakai beberapa jenis obat-obatan yang biasa dilakukan oleh petani setempat
seperti hama keong mas disemprot dengan Samponen (2kg/rante), Kurater atau
Furadan (17 kg/ha), hama putih, ulat penggulung daun disemprot dengan bestok,
wereng disemprot dengan Aplaud, daun kuning disemprot dengan Bapistin, dan
disesuaikan dengan jenis hama yang terdapat dilapangan.
Setelah tanaman memasuki masa pematangan bulir/biji, air di areal sawah
secara perlahan dikeluarkan sampai kondisi tanah mencapai jenuh air, terus mencapai
kapasitas lapang dan akhirnya kering. Pengeringan ini bertujuan untuk mempercepat
pematangan bulir padi secara serentak.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
43
Perkecambahan
Empat ratus (400) butir benih diambil secara acak dari masing-masing
perlakuan dan ditabur dalam empat (4) ulangan, satu (1) ulangan sebanyak 100 butir.
Benih ditaburkan antara dua lapis kertas basah lalu digulung kemudian dimasukkan
dalam kantong plastik dan diletakkan berdiri dalam germinator (UKDp).
Penelitian Pertama
Pengamatan dilakukan sejak terjadinya antesis hingga mencapai masak
fisiologis. Pengamatan dilakukan pada tanaman yang berbunga, pemasangan label
setelah terjadinya antesis pada tanaman untuk setiap varietas, pengamatan dilakukan
setiap minggu setelah terjadinya antesis, ke tiga pengambilan sampel untuk diamati.
Parameter-parameter yang diamati sebagai berikut : perkembangan gabah mulai
antesis sampai matang fisiologis, berat segar biji, berat kering biji, kadar air biji,
kekerasan biji, daya berkecambah biji.
Pengamatan kandungan hormon pada biji padi
1. Analisis kandungan ABA
Analisis ABA menggunakan metode Synder dan Robertson dkk. (1987)
dengan alat High Performance Liquid Chromatography. Tahap analisis mencakup
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
44
penyimpanan ekstrak. Ekstrak dari jaringan benih padi yaitu bagian embrio dan
kotiledonnya disimpan dalam nitrogen cair. Kemudian di purifikasi dengan larutan
methanol: akuades : asam asetat ( 50 : 49 ; 1, v/v). Penetapan kandungan ABA,
larutan contoh disuntikkan ke alat High Performance Liguid Chromatographi. Fase
diam yang digunakan adalah kolom C 18 sedangkan fase cair adalah metanol : asam
asetat : akuades. Detektor dengan λ 260 nm sedang kecepatan alir fase gerak adalah 1
ml/menit suhu detektor 25º C dengan attenuasi 0.02.
2. Analisis kandungan IAA
Analisis kandungan IAA ini menggunakan metode Sandberg dkk. (1987).
Tahap analisis mencakup penyimpanan ekstrak. Ekstrak dari jaringan benih padi yaitu
bagian embrio dan kotiledonnya disimpan dalam larutan metanol 0.3 g/ml yang
mengandung 0.02 % natrium dietikarbamat, selama 2 jam. Ekstrak metalonat
dipurifikasi dengan kromatografi XAD, kemudian dicuci 5 ml etil asetat/hexana
(3:1,v/v), dan disuntikkan pada alat High Performance Liquid Chromatographi.
Penelitian Ke Dua
a. Pemanenan
Biji padi yang dipetik hanya biji yang dipasang label yang tanggal
penandaan labelnya sama dan pemetikan dilakukan pada biji yang telah masak
fisiologis, yaitu biji mengisi penuh dan telah berwarna kuning. Malai dari tiap
varietas diikat dengan tali rafia yang telah diberi etiket identitas varietas.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
45
Selanjutnya, malai dibawa ke BPTP Pasar Miring untuk dirontok dengan
menggunakan mesin perontok.
b. Pengujian
Gabah dirontok segera setelah panen, kemudian diambil sampel benih
untuk pengamatan awal (daya berkecambah, kadar air). Sisa benih dikeringkan
sampai kadar air ±11%, dibersihkan dan disortasi, kemudian dikemas dalam
kantong plastik. Perlakuan meliputi: 1) pengupasan sekam secara hati-hati (P1),
2) pengupasan sekam dan menggores endosperm (P2), 3) benih tidak diberi
perlakuan (kontrol) (P0), 4) pemanasan benih dalam oven pada suhu 50°C selama
dua hari (P3), 5) perendaman benih dalam larutan KNO3 3% masing-masing
selama dua hari (P4), 6) pemanasan benih dengan oven pada suhu 50°C selama
dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama 2
hari (P5), 7) perendaman benih dalam larutan giberelin 0.02% (P6). Benih
dinyatakan patah dormansinya apabila daya berkecambahnya 80% atau lebih.
Pengujian daya berkecambah dilakukan dengan metode Rolled Paper. Setiap
varietas padi dianalisis secara terpisah.
c. Pengamatan Daya Berkecambah
Pengamatan daya berkecambah benih masing-masing varietas dari tiap
ulangan dilakukan pada hari ketujuh setelah pengecambahan, dengan cara
menghitung benih yang berkecambah. Menurut Kamil (1982), benih dikatakan
berkecambah bila radikula telah tampak keluar menembus koleorhiza diikuti
munculnya koleoptil yang membungkus daun. Dengan menggunakan pinset,
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
46
benih diambil sambil dihitung menggunakan alat penghitung (counter) dan
dikumpulkan pada bak plastik. Hasil pengamatan dicatat pada buku catatan data,
kemudian dibuat nilai rata-ratanya. Pengujian dilakukan setiap dua minggu,
dengan cara menyiapkan kembali benih yang diambil dari sampel benih yang
tersisa masing-masing 100 butir, dengan tiga ulangan untuk tiap varietas. Benih
dikecambahkan pada kertas koran. Kemudian diberi nomor urut varietas sesuai
dengan buku catatan data. Setelah diberi air secukupnya, benih disimpan dalam
germinator. Sisa benih yang telah dirontok disimpan dalam plastik transparan
pada ruang terbuka dengan suhu udara 26-33ºC. Pengujian dihentikan satu
minggu setelah varietas mencapai titik perkecambahan tertinggi.
Variabel Yang Diamati Pada Penelitian Pertama
1. Berat Segar Benih
Pengujian Berat Segar benih (g) dilakukan pada saat 7 HSA 14 HSA, 21
HSA, 28 HSA Pengukuran dilakukan dengan cara menimbang benih sebanyak
100 butir. (ISTA Rules, 2005)
2. Berat kering Benih
Pengujian Berat Kering benih (g), dilakukan pada saat 7HSA, 14HSA,
21HSA, 28HSA. Pengukuran dilakukan dengan cara benih dikering ovenkan
selama 24 jam pada suhu 105 0C sebanyak 100 butir. Setelah 24 jam benih
dimasukkan ke desikator selama 30 menit kemudian ditimbang. (ISTA Rules,
2005)
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
47
3. Kadar air benih (%)
Penetapan kadar air dilakukan pada 7HSA, 14HSA,, 21HSA, 28HSA,
Penetapan kadar air dilakukan dengan menghitung kadar air biji.
Kadar air (KA) dihitung berdasarkan rumus yang terdapat dalam ISTA
Rules, (2005), yaitu sebagai berikut:
Berat Segar – Berat Kering Kadar Air = Berat Segar
4. Kekerasan Benih
Kekerasan Benih (kg/cm2), diukur dengan cara mengukur kekerasan benih
yang berumur 7HSA, 14HSA, 21HSA, 28HSA dengan menggunakan alat zwick.
5. Daya Berkecambah
Pengujian daya berkecambah dilakukan pada saat 7HSA, 14HSA, 21HSA
dan 28HSA. Daya berkecambah diukur berdasarkan persentase kecambah nomal
pada hari ke – 7 setelah benih dikecambahkan. Kriteria kecambah normal
berdasarkan pada kriteria kecambah normal benih padi yaitu; pada akar dimana
akar primer tumbuh panjang, disertai dengan banyak akar sekunder, pada
plumule dimana pertumbuhan daun pertama baik, biasanya muncul dari koleoptil
atau paling sedikit berukuran kira-kira seperdua panjang koleoptil atau koleoptil
mungkin pecah (terbuka), sehingga daun pertama tumbuh normal atau hanya
sedikit membuka Kamil (1982). Daya Berkecambah (DB) akhir dihitung
X 100%
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
48
berdasarkan rumus yang terdapat dalam Copeland dan McDonald (2001) yaitu
sebagai berikut :
Σ benih yang berkecambah normal X 100%
Σ benih yang dikecambahkan
6. Kandungan ABA
Pengujian kandungan ABA dilakukan dengan menggunakan empat tingkat
kemasakan 28HSA, 35HAS, 49HSA , 56 HAS.
Variabel Yang Diamati Pada Penelitian Kedua
1. Lemak
Pengujian kadar lemak dilakukan pada 1MSP dan 6MSP
Kadar lemak ditentukan dengan menggunakan Tecator Soxter System HT
1043 dan Extraction unit Apriyantono dkk (1989) sebanyak 2-3 gram sampel
yang dihaluskan (W0) dimasukkan kedalam timbel lalu ditimbang dan diatasnya
ditutup dengan kapas yang bebas lemak. Kemudian timbel ditempatkan kedalam
thimbel holder dalam Extraction unit. Tambahkan 50 ml larutan alkohol dan
chloroform dengan perbandingan 2 : 1 kedalam tiap cawan ektraksi yang telah
ditimbang sebelumnya (W1).
Ekstraksi berlangsung selama 15 menit dengan timbel dalam posisi
mendidih dan dalam posisi rinsing selama 30 menit. Setelah pelarut diuapkan,
cawan ektraksi dikeluarkan untuk dikeringkan pada suhu 105 0C selama 30
menit. Selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang (W2). Bagian
DB =
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
49
yang terlarut dinyatakan sebagai kandungan lemak dalam sampel (crude fat)
dihitung sebagai berikut :
(W2 – W1) Lemak = X 100 W1
2. Daya Berkecambah
Pengujian daya berkecambah dilakukan pada saat 0 MSP, 2 MSP, 4 MSP,
6 MSP, 8 MSP, 10 MSP, (sampai Patah Dormansinya), dengan berbagai
perlakuan. Daya berkecambah diukur berdasarkan persentase kecambah nomal
pada hari ke – 7 setelah benih dikecambahkan. Kriteria kecambah normal
berdasarkan pada kriteria kecambah normal benih padi yaitu; pada akar dimana
akar primer tumbuh panjang, disertai dengan banyak akar sekunder, pada
plumule dimana pertumbuhan daun pertama baik, biasanya muncul dari koleoptil
atau paling sedikit berukuran kira-kira seperdua panjang koleoptil atau koleoptil
mungkin pecah (terbuka), sehingga daun pertama tumbuh normal atau hanya
sedikit membuka Kamil (1982). Daya Berkecambah (DB) akhir dihitung
berdasarkan rumus yang terdapat dalam dalam Copeland dan Mc. Donald (2001)
yaitu sebagai berikut :
Σ benih yang berkecambah normal DB = X 100% Σ benih yang dikecambahkan
50
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Tahap Pertama
Kajian perkembangan fisiologi biji padi serta kandungan hormon ABA dan
IAA selama perkembangan.
Berat Segar Biji (g)
Berat segar biji (g) diperoleh dari hasil penimbangan biji sebanyak 100 butir
yaitu mulai dari umur 0 HSA sampai 30 HSA
Data rataan berat segar biji pada tanaman padi varietas sunggal dan ariza
terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Berat Segar Biji, Berat Kering Biji, Kadar Air Biji, Kekerasan Biji, Daya Kecambah mulai dari 0 HSA (Awal Antesis) sampai 30 HSA (Panen)
Varietas Sunggal Varietas Ariza Hari
Setelah Antesis (HSA)
Berat Segar Biji (gr)
Berat Kering
Biji (gr)
Kadar Air Biji (%)
Kekerasan Biji
(kg/cm2)
Daya Kecambah
(%)
Berat Segar Biji (gr)
Berat Kering
Biji (gr)
Kadar Air Biji (%)
Kekerasan Biji
(kg/cm2)
Daya Kecambah
(%)
0 3.89 0.63 83.93 9.50 0.71 2.57 0.47 81.83 10.50 0.71 7 7.61 0.88 88.51 21.00 0.71 5.42 0.74 86.40 24.50 0.71 14 4.09 1.60 60.96 146.00 0.71 1.01 1.40 61.43 179.00 1.87 21 4.00 2.45 38.79 508.75 1.22 3.45 2.28 34.09 728.25 3.24 23 3.56 2.65 25.50 571.25 1.22 3.39 2.40 29.17 789.25 3.24 25 3.38 2.60 23.05 663.25 1.22 3.34 2.55 23.54 850.25 3.24 27 3.47 2.70 22.22 922.25 2.35 3.38 2.60 23.08 1065.5 3.39 28 2.94 2.30 21.74 984.75 2.35 3.17 2.50 21.2 1144.75 3.39 30 3.13 2.50 20.00 1000.75 2.35 3.15 2.49 20.88 1163.25 3.94
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
51
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0 7 14 21 23 25 27 28 30
Hari Setelah Anthesis (HSA)
Ber
at S
egar
Biji
(gr)
Var. SunggalVar. Ariza
segar m
varietas ariza menurun menjadi 1.01, pada umur 21 HSA mulai menaik sebesar 3.45
sesuai dengan keadaan lingkungan.
Agar lebih jelas pertambahan berat segar biji (g) pada varietas sunggal dan
varietas ariza mulai dari 0 HSA sampai 30 HSA dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pertambahan Berat Basah Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Varietas Ariza mulai dari 0-30 HSA
Pada pengamatan pertama yaitu hari ke 0 HSA, diperoleh pengukuran berat
segar biji padi untuk varietas sunggal 3.89 gram dan varietas ariza 2.57 gram. Berat
aksimum diperoleh untuk varietas sunggal umur 7 HSA yaitu 7.61 gram dan
untuk varietas ariza umur 7 HSA yaitu 5.42 gram. Pada umur 14 HSA kondisi berat
segar biji untuk varietas sunggal menurun menjadi 4.09 gram, sedangkan untuk
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
52
2.5
3
0
0.5
1
1.5
2
0 7 14 21 23 25 27 28 30
Hari Setelah Anthesis (HSA)
Ber
at K
erin
g B
iji (g
r)
Var. SunggalVar. Ariza
Berat Kering Biji (g)
Berat kering biji (g) diperoleh dari hasil penimbangan berat segar biji (g)
kemudian dilanjutkan pengovenan untuk menimbang berat kering biji (g). Data rataan
berat kering biji pada tanaman padi varietas sunggal dan ariza dapat dilihat pada
Tabel 1.
Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa pada umur 27 HSA, berat kering biji (g)
untuk varietas sunggal dan ariza telah mencapai titik maksimum yang berarti biji
telah mencapai fase matang fisiologis.
Agar lebih jelas pertambahan berat kering biji (g) pada varietas sunggal dan
varietas ariza mulai dari 0 HSA sampai 30 HSA dapat dilihat pada Gambar 2.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
53
80
90
100
0
10
20
30
40
50
60
70
0 7 14 21 23 25 27 28 30
Hari Setelah Anthesis (HSA)
Kad
ar A
ir B
iji (g
r)
Var. Sunggal
Var. Ariza
Gambar 2. Perubahan Berat Kering Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan
Varietas Ariza dari 0-30 HSA Kadar Air Biji (%)
Data hasil pengamatan kadar air biji dapat dilihat pada tabel 1. Kadar air biji
diukur setelah kering ovenkan yang diukur dengan metode yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui rataan kadar air biji dapat dilihat pada Tabel 1.
Kadar air biji yang terendah diperoleh pada pengamatan umur 30 HSA yaitu
untuk varietas sunggal 20% dan varietas ariza 20.88%, sedangkan kadar air yang
tertinggi diperoleh pada pengamatan umur 7 HSA sebesar 88.51 % untuk varietas
sunggal dan 86.40% untuk varietas ariza.
Agar lebih jelas kadar air biji mulai dari 0 HSA sampai 30 HSA dapat dilihat
pada Gambar 3.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
54
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
5.5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Hari Setelah Anthesis (HSA)
(gr)
0510152025303540455055606570758085
(%)
6 90
Berat Segar Var. Ariza (gr) Berat Kering Var. Ariza (gr)Kadar Air Var. Ariza (%) Daya Kecambah (%)
00.5
11.5
22.5
33.5
44.5
55.5
66.5
77.5
8
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Hari Setelah Anthesis (HSA)
(gr)
051015202530354045505560657075808590
(%)
Berat Segar Var. Sunggal (gr) Berat Kering Var. Sunggal (gr)Kadar Air Var. Sunggal (%) Daya Kecambah (%)
Gambar 3. Perubahan Kadar Air Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Varietas Ariza dari 0-30 HSA
Gambar 4. Grafik Perubahan Berat Segar, Berat Kering, Kadar Air, Daya Kecambah Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dari 0-30 HSA
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
55
0
200
400
600
800
1000
1200
0 7 14 21 23 25 27 28 30
Hari Setelah Anthesis (HSA)
Kek
eras
an B
iji (k
g/cm
2 )
1400
Var. Sunggal
Var. Ariza
Gambar 5. Grafik Perubahan Berat Segar, Berat Kering, Kadar Air, Daya
Berkecanbah Pada Tanaman Padi Varietas Ariza dari 0-30 HSA Kekerasan Biji (kg/cm2)
Kekerasan biji (kg/cm2) diperoleh dengan alat zwick. Data rataan kekerasan
biji pada tanaman padi varietas sunggal dan ariza dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa pada pengamatan umur 0 HSA diperoleh
kekerasan biji 9.50 kg/cm2 untuk varietas sunggal dan 10.50 kg/cm2 untuk varietas
m
ariza. Pengamatan selanjutnya sampai umur 30 HSA diperoleh kekerasan biji
1000.75 kg/cm2 untuk varietas sunggal dan 1163.25 untuk varietas ariza. Hal ini
disebabkan karena tingkat kematangan biji, dimana dengan semakin matangnya biji
aka komponen – komponen biji semakin padat dan kompak dan kekompakan
komponen biji tersebut mencerminkan kekerasan biji.
Agar lebih jelas perkembangan kekerasan biji (kg/cm2 ) dari 0 HSA sampai 30
HSA dapat dilihat pada Gambar 6.
56
Gambar 6. Perubahan Kekerasan Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Varietas Ariza dari 0-30 HSA
Perkembangan benih padi dalam penelitian ini menunjukkan pola yang
normal dan sesuai dengan pola perkembangan benih secara umum, yaitu terdiri dari 3
fase. (Copeland dan Mc. Donald, 2001). Fase I., fase pembelahan sel (terjadi
pertambahan berat segar), fase II, akumulasi cadangan makanan atau fase
menghimpun cadangan makanan (terjadi pertambahan berat kering, penurunan kadar
air), fase III, fase pemasakan (terjadi penambahan kekerasan benih).
Daya Kecambah (%)
Daya berkecambah diukur berdasarkan persentase kecambah nomal pada hari
ke – 7 setelah benih dikecambahkan. Data rataan daya kecambah biji padi varietas
sunggal dan ariza terdapat pada Tabel 1.
Pada penelitian ini biji padi varietas sunggal sudah mulai berkecambah pada
umur 21 HSA sebesar 1%, sedangkan biji padi varietas ariza sudah mulai
berkecambah pada umur 14 HSA sebesar 3%. Ini membuktikan bahwa sebenarnya
benih telah mampu berkecambah jauh sebelum mencapai masak fisiologi,
sebagaimana dinyatakan (Copeland dan Mc Donald, 2001) telah melaporkan bahwa
kedele mampu berkecambah pada kira-kira 38 hari setelah penyerbukan, sedangkan
berat kering maksimumnya (masak fisiologisnya) baru dicapai pada 60-65 hari.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
57
0
1
2
3
4
5
0 7 14 21 23 25 27 28 30
Hari Setelah Anthesis (HSA)
Day
a K
ecam
bah
(%)
Var. SunggalVar. Ariza
Gambar 7. Perubahan Daya Berkecambah Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal
Agar lebih jelas pertambahan daya berkecambah (%) pada varietas sunggal
dan varietas ariza mulai dari 0 HSA sampai 30 HSA dapat dilihat pada Gambar 6.
dan Varietas Ariza dari 0-30 HSA Ciri-Ciri Perkembangan Bunga dan Biji
Hasil pengamatan secara morfologi maupun fisiologi dari 10 stadia
perkembangan biji padi dibagi ke dalam 2 stadia perkembangan bunga dan 8 stadia
perkembangan biji, disajikan dalam Tabel 2,3,4,5. Kesepuluh stadia yang dihasilkan
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
58
pada penelitian ini maka dapat dibagi tiga fase (Ismunadji, dkk, 1988, Sadjad 1988,
Santoso, dkk, 1990, Copeland dan Mc. Donald, 2001).
Fase pertumbuhan terjadi dari stadium 2 hingga stadium 3, fase menghimpun
cadangan makanan terjadi dari stadium 4 hingga stadium 6, dan fase pemasakan
terjadi dari stadium 7 hingga stadium 10. Penelitian ini menunjukkan bahwa stadium
masak fisiologi dicapai pada stadium 8 umur 27 HSA. Ciri-ciri masak fisiologis biji
untuk varietas sunggal adalah sebagai berikut : kulit biji berwarna kuning, berat segar
ram, kulit biji semakin
air biji 22.22% dan untuk varietas ariza
r biji yaitu 3.38 gram, berat kering
ngeras, daya berkecambah 11%,
Paleal apiculus
Kepala sari Stamen
Filamen
Palea Lemma Kepala putik (stigma)
Tangkai putik
Pistil
Bakal buah/ovary
biji yaitu 3.47 gram, berat kering biji tertinggi yaitu 2.70 g
mengeras, daya berkecambah 5%, kadar
adalah kulit biji berwarna kuning emas, berat sega
biji tertinggi yaitu 2.60 gram kulit biji semakin me
kadar air biji 23.08%.
Awn
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
59
Rachilla Liemma steril
Glumerudimentary
Penicel
Gambar 8. Bagian – bagian Bunga padi (Suyamto, 2006)
Tabel 2. Perkembangan bunga padi varietas Sunggal
Stadia perkembangan bunga (HSA) Ciri-ciri
Stadium 1
Bunga masih kuncup, perikarp berwarna hijau muda
Stadium 2 (0)
Bunga sudah mekar, perikarp berwarna hijau terang, kepala sari berwarna kuning cerah. (antesis
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
60
Tabel 3. Perkembangan biji padi varietas sunggal CIRI - CIRI Perkembangan
Biji (HSA) Morfologi Fisiologi
Stadium 3 (7)
Kulit biji berwarna hijau. Berat segar biji 7.61 gram. Berat kering biji 0.88 gram
Daya berkecambah 0 %. Kadar air biji 88.51 %
Stadium 4 (14)
Kulit Biji berwarna hijau gelap. Berat segar biji 4.09gram. Berat kering biji 1.60 gram
Daya berkecambah 0 %. Kadar air biji 60.96 %
Stadium 5 (21)
Kulit biji berwarna hijau kekuningan. Berat segar biji
Daya berkecambah 1 %. Kadar air biji 38.379%
4.00 gram. Berat kering biji 2.45 gram
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
61
Stadium 6 (23)
Kulit biji berwarna hijau kekuningan. Berat segar biji 3.56 gram. Berat kering biji 2.65 gram
Daya berkecambah 1 %. Kadar air biji 25.50 %
Stadium 7 (25)
Kulit biji berwarna kuning agak keputihan (kuning muda). Berat segar biji 3.38 gram. Berat kering biji 2.60 gram
Daya berkecambah 1 %. Kadar air biji 23.05 %
Stadium 8 (27)
Kulit biji berwarna kuning.
Daya berkecambah 5 %.
Berat segar biji 3.47 gram. Berat kering biji 2.70 gram
Kadar air biji 22.22 %
Stadium 9 (28)
Kulit biji berwarna kuning kusam. Berat segar biji 2.94 gram. Berat kering biji 2.30 gram
Daya berkecambah 5 %. Kadar air biji 21.74 %
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
62
Stadium10 30)
Kulit biji berwarna kuning kusam. Berat segar biji 3.13 gram. Berat kering biji 2.50 gram
Daya berkecambah 5 %. Kadar air biji 20.0 %
Tabel 4. Perkembangan bunga padi varietas ariza.
Stadia perkembangan bunga (HSA) Ciri-ciri
Stadium 1
Bunga masih kuncup, perikarp berwarna hijau muda keputihan
Stadium 2 (0)
Bunga sudah mekar, perikarp berwarna hijau terang, kepala sari berwarna kuning cerah. (antesis)
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
63
Tabel 5. Perkembangan biji padi varietas ariza CIRI - CIRI Perkembangan
benih (HSA) Morfologi Fisiologi Stadium 3 (7)
Kulit biji berwarna hijau terang. Berat segar biji 5.42 gram. Berat
Daya berkecambah 0 %. Kadar air biji 86.40 %
kering biji 0.74 gram
Stadium 4 (14)
Kulit biji berwarna hijau. Berat segar biji 1.01 gram. Berat kering biji 1.40 gram
Daya berkecambah 3 %. Kadar air biji 61.43 %
Stadium
gram
ah 10 %. 5 (21) Kulit biji berwarna hijau kekuningan. Berat segar biji 3.45 gram. Berat kering biji 2.28
Daya berkecambKadar air biji 34.09 %
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
64
Stadium 6 (23)
Kulit biji berwarna hijau kekuningan. Berat segar biji 3.39 gram. Berat kering biji 2.40 gram
Daya berkecambah 10 %. Kadar air biji 29.17 %
Stadium 7 (25)
Kulit biji berwarna kuning. Berat segar biji 3.34 gram. Berat kering biji 2.55 gram
Daya berkecambah 10 %. Kadar air biji 23.54 %
Stadium 8 (27)
Kulit biji berwarna kuning emas. Berat segar biji 3.38 gram. Berat kering biji 2.60 gram
Daya berkecambah 11 %. Kadar air biji 23.08 %
Stadium 9 (28)
Perikarp berwarna kuning emas. Berat basah benih 3.17 gram. Berat kering benih 2.50 gram
Daya berkecambah 11 %. Kadar air benih 21.20 %
65
Stadia 10 (30)
Perikarp berwarna kuning kusam. Berat basah benih 3.15 gram. Berat kering benih 2.49 gram
Daya berkecambah 15 %. Kadar air benih 20.88 %
Proses pembungaan mencakup beberapa proses yaitu terbukanya sekam
kelopak, penaburan serbuk sari oleh kepala sari, penutupan sekam kelopak. Proses
pembungaan terjadi pada pagi hari atau menjelang siang hari. Antesis telah mulai bila
benang sari bunga paling ujung pada tiap cabang telah tampak keluar. Antesis terdiri
dari beberapa peristiwa antara membukanya dan menutupnya bunga. Tiap bunga
memiliki 6 benang sari yang menopang kepala sari yang berisi tepung sari yang
berwarna kuning. Bagian – bagian bunga padi terdiri atas pedicel (tangkai padi),
lemma mandul, rakhilla, ovary, urat sekam, lemma, putik, palea, awn (ekor gabah)
dan benang sari. Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap bunga pada
malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdapat pada cabang primer dan
sekunder. Tiap unit bunga padi terdiri dari satu bunga sehingga padi termasuk bunga
monoeseus. Bunga tersebut mengadakan penyerbukan sendiri. Padi merupakan salah
satu spesies dari famili Graminaceae, yang termasuk dalam monoeseus bunga,
dimana bunga jantan dan betina, pada satu tanaman. Perkembangan bunga dan
bagian-bagiannya diamati secara visual.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
66
Bakal biji (ovary), dapat menjadi biji setelah mengalami pembuahan.
Penyerbukan pada padi adalah penyerbukan sendiri tidak dibantu oleh serangga,
umumnya ditunjukkan oleh warna bunga yang kuning.
Setelah terjadi pembuahan atau peleburan diri antara inti sperma dengan inti sel
telur, menghasilkan sebuah zygot atau embrio yang kelak akan menjadi tanaman baru
maka zygot itu akan beristirahat dulu beberapa waktu. Peristiwa kedua adalah
penggabungan diri antara inti sperma yang lain, dengan dua inti polar, dapat
menyebabkan terjadinya endosperma yang mengandung zat makanan. Setelah
endosperma terbentuk, maka inti endosperm akan membelah diri berulang kali
dengan cepat, kadang-kadang dapat mendesak nucellus sedemikian kuatnya sehingga
nucellus akhirnya hanya tinggal sebagai selaput yang tipis di dalam biji.
Pertumbuhan embryo di dalam biji pada permulaan berjalan lamban. Setelah
embrio itu menyerap zat makanan yang tertimbun di dalam endosperm maka
tumbuhnya akan lebih cepat.
Beberapa faktor yang menentukan perkembangan biji sehingga buah
mencapai kemasakan yaitu : jumlah bunga yang dihasilkan oleh tanaman, persentase
bunga yang mengalami penyerbukan, persentase bunga yang mengalami pembuahan,
persentase buah muda yang mengalami pembuahan, dan persentase buah muda yang
dapat tumbuh terus hingga menjadi buah masak. Kegagalan buah muda untuk
menjadi buah masak ada beberapa sebab, yaitu keadaan kantung embrio di dalam biji
tidak normal, embrio, dan endosperm berhenti tumbuh, tanahnya terlalu kering atau
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
67
terlalu basah, tanahnya kurang mengandung unsur hara, ada serangan hama dan
penyakit, pengaruh jumlah buah dan pengaruh jumlah biji.
Daei Tabel 1 terbukti bahwa pada stadium 8 pada padi varietas sunggal dan
ariza, terdapat perkembangan yang sangat pesat pada berat kering benih dan daya
berkecambah benih, yaitu hampir dua kali lipat dibandingkan dengan stadium 4.
Pada stadium ini warna perikarp sudah kuning kulit biji sudah sangat keras, biji sudah
bisa lepas dengan baik dari tangkai gabahnya.
Stadium 2 hingga stadium 3 diduga sebagai fase perkembangan embrio, hal
ini ditandai dengan kekerasan benih. Kadar air biji yang sedang mengalami proses
fertilisasi kira-kira 80%, beberapa hari kemudian kadar air akan meningkat sampai
kira-kira 85%, hal ini sesuai dengan pendapat Sadjad (1980) bahwa pada fase
pertumbuhan benih lajunya mengikuti laju pembentukan jaringan kadar air benih
tetap tinggi sebesar 75-80% khususnya untuk padi masih sekitar 80-85%
Disimpulkan bahwa biji dari stadium 4 sampai dengan stadium 6 berada pada
fase menghimpun cadangan makanan, yang dicirikan dengan perubahan fisiologi,
meliputi penurunan kadar air biji, peningkatan berat kering biji, dan perkecambahan
biji. Stadium 6 hingga 8 merupakan fase pematangan benih. Ini didukung oleh
penelitian Ningrum (1994) yaitu, bahwa benih makadamia mencapai masak fisiologis
pada stadium 10 (147 HSA) yang ditandai dengan daya berkecambah, sedangkan
kadar air sudah mulai menurun secara teratur. Masak fisiologi dicapai pada saat
kadar air sudah berkurang, berat kering biji mencapai maksimum.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
68
Umur panen yang tepat bagi suatu benih sehingga benih yang dihasilkan
bermutu tinggi adalah pada saat masak fisiologis. Saat masak fisiologis menurut
Sadjad (1980) mutu benih baik secara fisik, genetik, dan fisiologi mencapai nilai yang
tertinggi. Pada penelitian ini fase masak fisiologis dicapai pada stadium 8 pada 27
hari setelah antesis. Ditambahkan oleh Sadjad (1980), bahwa proses kemasakan
benih yang terjadi adalah sejak fertilisasi. Proses kemasakan benih ini ditunjukkan
dengan adanya perubahan morfologi, fisiologi maupun biokimia benih. Umur panen
juga mempengaruhi terhadap penurunan kadar air benih, sehingga mempengaruhi
viabilitas benih. Pemanenan yang dilakukan oleh petani selama ini adalah dengan
melihat ciri morfologi saja tanpa diuji secara fisiologinya.
Stadium masak fisiologis benih, tidak hanya dilihat secara morfologi saja
tetapi harus terbukti pula secara fisiologinya, diantaranya berat kering benih bisa
meningkat. Dalam penelitian ini terjadi peningkatan sebesar 1.83 gram atau 210 %
untuk varietas sunggal dan 1.86 gram atau 251 % untuk varietas ariza.
Memasuki stadium 9 (28 HSA), terlihat adanya perubahan fisik benih yaitu
warna biji/gabah berubah menjadi kuning emas, sedangkan perubahan fisiologi
ditandai dengan penurunan kadar air, berat kering. Ciri-ciri tersebut diatas diduga
bahwa mulai stadia 10 (30 HSA) benih sudah memasuki fase setelah pematangan
benih. Hal inidi tunjukkan dengan berat kering turun, kadar air turun..
Dinyatakan pula oleh Ningrum (1994) bahwa pada saat pematangan, benih
mengering, hilangnya air diikuti dengan perubahan-perubahan warna dalam benih,
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
69
y = 16.278 + 1.0047x -0.008x2
R2 = 0.9005
30
40
50
60
n H
orm
on (p
pm)
dan klorofil menghilang, warna berubah dalam kisaran kuning coklat hitam pada
buah macadamia, atau sesuai dengan spesiesnya.
Kandungan Hormon ABA dan IAA (ppm)
Pada Tabel 6. menunjukkan kandungan ABA dan IAA varietas Sunggal dan
Ariza pada 28 HSA, 35 HSA, 49 HSA, 56 HSA dan 77 HSA.
e
Tabel 6. Kandungan hormon ABA dan IAA (ppm) pada biji padi varietas Sunggal dan Arize mulai dari 28 HSA sampai 77 HSA
Sunggal ArizStadia
ABA IAA ABA IAA
28 HSA 38.24 11.4167 41.4133 11.68
35 HSA 41.96 9.88333 43.7833
49 HSA 44.4333 7.93333 49.22
56 HSA 49.29 4.06333 53.13
77 HSA 46.10 8.40 50.83 6.60
10.1033
8.05667
5.06333
Perkembangan kandungan hormon ABA dan IAA dari 28 HSA sampai 77
HSA pada biji padi varietas Sunggal terdapat pada Gambar 9.
^
a
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
70
y = 16.203 + 1.115x -0.0086x2
R2 = 0.953560
y = 24.6 -0.574x -0.0044x2
R2 = 0.9078
0
10
20
30
40
50
0 20 40 60 80 100Hari Setelah Anthesis (HSA)
Kan
dung
an H
orm
on (p
pm)
Gambar 10. Kurva Perubahan Kandungan Hormon ABA dan IAA pada biji padi
Varietas Ariza pada 28 sampai 77 HSA
^
^
Gambar 9. Kurva Perubahan Kandungan Hormon ABA dan IAA pada biji Padi Varietas Sunggal pada 28 sampai 77 HSA
Perkembangan kandungan hormon ABA dan IAA pada biji padi varietas
Ariza terdapat pada Gambar 10.
^
ABA IAA
^
ABA IAA
71
Pada Gambar 9 dan Gambar 10 terlihat bahwa, kandungan hormon ABA
dalam biji semakin meningkat, dengan meningkatnya kemasakan biji. Sebaliknya
kandungan hormon IAA selama perkembangan biji menurun, sejalan meningkat
kemasakan biji. Hal ini menunjukkan bahwa, ABA merupakan penyebab dormansi,
karena menurut (Gardner, dkk, 1991), bahan perangsang pertumbuhan sering
menurun selama pembentukan biji, sedangkan penghambat pertumbuhan seperti
ABA meningkat. Akibatnya terjadi dormansi pada saat biji masak, karena adanya
ketidak-seimbangan hormon. Pada benih padi, dormansi telah terjadi sejak benih
masih berada pada tanaman induknya, setelah embrio berkembang penuh, sehingga
disebut innate dormancy atau dormansi primer. Dormansi yang demikian dapat
berperan dalam mencegah benih berkecambah pada malainya sebelum dipanen atau
viviparous yang merugikan produsen benih (Ellis dkk, 1985).
Pada penelitian ini, pada saat biji sudah berkecambah pada 6 MSP untuk
varietas Sunggal dan 4 MSP untuk varietas Ariza kandungan hormon ABA menurun
dan hormon IAA meningkat. Ini sejalan dengan penelitian Hemberg (1997) dalam
Lakitan untuk tunas kentang, bahwa pada tunas kentang yang dorman terdapat zat
penghambat tumbuh, dimana konsentrasi zat ini akan menurun jika dormansi telah
dipecahkan. Ini menunjukkan bahwa karena IAA berperan sangat penting dalam
perkembangan akar suatu tanaman. Ini sesuai dengan pendapat Wattimena (1988)
bahwa, IAA adalah auksin endogen yang mendorong pembentukan akar dan stek.
Pada proses perbesaran sel-sel akar, IAA adalah satu-satunya fitohormon yang
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
72
mempengaruhi proses fisiologis seperti mendorong pembesaran sel pada batang, akar
dan daun.
Hasil Penelitian Tahap Kedua
Pemecahan Dormansi
Persentase Benih Berkecambah
Data rataan persentase benih berkecambah dari 0 – 8 minggu setelah panen
disajikan pada Lampiran 1, 3, 5, 7, 9,11, 13 sedangkan hasil sidik ragam pada
Lampiran 2, 4, 6, 8, 10, 12.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan pemecahan
dormansi serta interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap
persentase benih berkecambah.
Rataan persentase perkecambahan biji padi dari umur 0 – 8 minggu setelah
panen terdapat pada Tabel 6.
Pada 0 minggu setelah panen interaksi kedua perlakuan menunjukkan
pengaruh yang berbeda sangat nyata. Persentase benih perkecambahan tertinggi
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
73
untuk padi varietas sunggal pada perlakuan V1P2, V1P5, dan V1P6 sedangkan untuk
padi varietas ariza persentase benih perkecambahan tertinggi pada perlakuan V2P2,
V2P4, V2P5 dan V2P6.
Pada 2 minggu setelah panen interaksi kedua perlakuan menunjukkan
pengaruh yang berbeda sangat nyata. Persentase benih perkecambahan tertinggi
untuk padi varietas sunggal pada perlakuan V1P1, V1P2 , V1P5 , V1P6 sedangkan untuk
padi varietas ariza persentase benih perkecambahan tertinggi pada perlakuan V2P1,
V2P2, V2P3, V2P4, V2P5 , V2P6 .
Tabel 6. Rataan Persentase Benih Berkecambah Pada Padi (%) pada Perlakuan Varietas dan Pemecahan Dormansi
Perlakuan umur (MSP) 0 2 4 6 8
Varietas V1 59.00 68.57 92.48 96.14 97.52
V2 76.24 89.86 94.67 95.57 96.48 Pemecahan Drmansi
P0 11.00 44.50 78.50 91.00 97.17
P1 68.83 82.00 93.83 95.50 95.67
P2 85.67 88.50 95.17 95.83 96.17
P3 42.83 73.00 96.00 97.50 97.50
P4 82.00 82.50 96.50 96.17 97.50
P5 91.50 91.67 97.00 97.00 96.83
P6 91.50 92.33 98.00 98.00 98.17 Interaksi
V1P0 5.00iH 18.00kI 63.00gE 85.00gG 96.33cC
V1P1 70.00fF 83.33fE 97.00bcAB 97.67abcABC 98.00abAB
V1P2 80.67eE 85.00efDE 97.67abAB 97.67abcABC 98.00abAB
V1P3 18.00hG 52.00jH 96.00cB 99.00aA 98.00abAB
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
74
V1P4 69.00fgF 69.00iG 97.00bcAB 97.00cdBCD 97.00bcABC V1P5 85.33dD 86.00eD 98.00abA 98.00abcAB 97.00bcABC
V1P6 85.00dD 86.67eD 98.67aA 98.67abAB 98.33aA
V2P0 17.00hG 71.00hG 94.00dC 97.00cdBCD 98.00abAB
V2P1 67.67gF 80.67gF 90.67fD 93.33fF 93.33dD
V2P2 90.67cC 92.00dC 92.67eC 94.00fEF 94.33dD
V2P3 67.67gF 94.00cBC 96.00cB 96.00deCD 97.00bcABC
V2P4 95.00bB 96.00bAB 96.00cB 95.33DE 98.00abAB
V2P5 97.67aAB 97.33abA 96.00cB 96.00deCD 96.67cBC V2P6 98.00aA 98.00aA 97.33abcABC 97.33bcdABC 98.00abAB
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% untuk huruf kecil, dan 1 % untuk huruf besar berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata.
Pada 0 MSP menunjukkan varietas Ariza lebih respon terhadap perlakuan
pemecahan dormansi, yang menunjukkan persentase perkecambahan yang tinggi pada
perlakuan pematahan dormansi P2, P5, dan P6. Sedangkan untuk varietas Sunggal
lebih respon terhadap P2, P4, P5 dan P6. .
Pada 2 MSP menunjukkan varietas Ariza lebih respon terhadap perlakuan
pemecahan dormansi, yang menunjukkan persentase perkecambahan yang tinggi pada
perlakuan pematahan dormansi P1, P2, P3, P4, P5 dan P6. Sedangkan untuk varietas
Sunggal lebih respon terhadap P1, P2, dan P6,
Pada Tabel 6 Varietas Ariza lebih cepat berkecambah, yaitu pada 0 dan 2
MSP memiliki perkecambahan yang lebih tinggi dari pada Varietas Sunggal,
sedangkan untuk varietas Sunggal mulai perberkecambahan yang tinggi mulai 4
MSP. Kemampuan benih berkecambah tergantung pada varietas dan perlakuan..
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
75
Dari Tabel 6 terlihat bahwa untuk kedua varietas, pemecahan dormansi yang
lebih cepat terjasi pada perlakuan Gibberelin yang ditunjukkan oleh persentase benih
berkecambah tertinggi pada 0 dan 2 MSP, sedangkan pada 4 MSP, pengupasan
dengan penggoresan endosperm, perendaman dengan KNO3, pemanasan dan
perendaman dengan KNO3 serta Giberelin menunjukkan pengaruh berbeda satu
terhadap yang lainnya.
Tingginya persentase perkecambahan pada 0 MSP yaitu 85% untuk sunggal
dan 98% untuk ariza, pasa perendaman dalam giberelin, menunjukkan bahwa dengan
pemberian giberelin dapat merangsang terjasinya perkecambahan biji. Ini sejalan
dengan pernyataan sebelumnya bahwa, mekanisme dormansi dapat dihilangkan
dengan menggunakan bahan peransang pertumbuhan. (Amen, 1963 dalam Gardner
dkk 1991, Danoesastro, 1999). Pada biji salah satu efek Giberelin adalah mendorong
pemanjangan sel sehingga radikulasi dapat mendobrak endosperm, kulit biji atau
buah yang membatasi pertumbuhannya. Giberelin juga mendorong sekresi enzim
hidrolitik ke endosperm tempat enzim tersebut mencerna cadangan makanan dan
dinding sel. Cadangan makanan menjadi lebih mudah tersedia sehingga benih lebih
mudah tumbuh (Gardner dkk, 1991). Pematahan dormansi benih Avena Fatua
dilakukan dengan cara direndam dalam larutan Giberelin.
Hal yang sama telah dilaporkan Dewi, dkk, (2007) bahwa penggunaan
giberelin pada konsentrasi 0.1 μM, pada benih barley (Hordum vulgare L,.) dapat
meningkatkan perkecambahan dari 50% menjadi 90%, dan dengan konsentrasi 10 μM
perkecambahan menjadi 100%. Demikian pula Shun, dkk, (2007), telah menyatakan
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
76
bahwa penggunaan giberelin 200 ppm dan inkubasi pada temperatur 30/20 0C selama
12 minggu pada biji Myrica rubra menghasilkan perkecambahan sebesar 60%,
sedangkan perlakuan selama 28 hari pada biji segar yang mempunyai endocarp hanya
menghasilkan perkecambahan sebesar 22 %.
Penggunaan Giberelin menonjol pada 0 dan 2 MSP, namun pada 4, 6 dan 8
MSP Giberelin berbeda tidak nyata dengan pengupasan, pengupasan dengan
penggoresan endosperm, perendaman daengan KNO3, pemanasan dan perendaman
dengan KNO3, hal ini adalah karena pada 6 MSP benih telah kehilangan dormansi
secara alami.
Dari Lampiran 15 dan Lampiran 16, terlihat bahwa hasil analisis korelasi
antara berat kering dengan kadar air, berat segar dan hormon IAA pada perlakuan
varietas Ariza dan Sunggal , dimana semakin menurun berat kering maka, semakin
meningkat kadar air, berat segar dan hormon IAA, hal ini menunjukkan bahwa
semakin rendah konsentrasi bahan terlarut maka potensi air benih akan semakin
tinggi. Sedikitnya bahan yang terlarut akan mengurangi daya tarik terhadap molekul
air, sehingga kadar air benih meningkat maka, aktivitas beberapa enzim dan hormon
juga meningkat. Sedangkan korelasi antara kadar air benih dengan kekerasan benih,
daya berkecambah, hormon ABA, dimana dengan menurunnya kadar air benih maka,
semakin meningkat kekerasan benih, daya berkecambah benih dan kandungan
hormon ABA. Sedangkan korelasi antara kadar air benih dengan berat segar,
kandungan hormon IAA, dimana dengan meningkatnya kadar air benih maka
semakin meningkat juga berat segar dan kandungan hormon IAA, maka akan terjadi
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
77
reaksi yang diawali dengan proses hidrasi pada cadangan makanan, sehingga terjadi
aktivitas biologi yang menyebabkan perubahan komposisi kimia pada semua bagian
benih. Sedangkan korelasi antara Berat kering dengan kekerasan benih, daya
berkecambah dan kandungan hormon ABA, hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi berat kering benih maka semakin meningkat juga kekerasan benih, daya
berkecambah dan kandungan hormon ABA. Tinggi rendahnya berat kering benih
tergantung dari banyak atau sedikitnya bahan kering yang terdapat pada biji terutama
pada endosperm yang merupakan cadangan makanan. Daya berkecambah, kekerasan
biji meningkat dengan semakin meningkatnya kematangan biji dan mencapai
maksimum bila berat kering maksimum tercapai. Korelasi antara daya berkecambah
dengan ABA, dimana benih tidak berkecambah bila konsentrasi kandungan ABA
meningkat didalam benih. Sedangkan korelasi antara daya berkecambah dengan
hormon IAA menunjukkan bahwa semakin meningkat daya kecambah benih, apabila
hormon perangsang pertumbuhan meningkat.. Hal ini menunjukkan bahwa, ABA
merupakan peyebab dormansi, karena menurut (Gardner, dkk, 1991), bahan
perangsang pertumbuhan sering menurun selama pembentukan biji, sedangkan
penghambat pertumbuhan seperti ABA meningkat. Akibatnya terjadi dormansi pada
biji masak, karena adanya ketidak-seimbangan hormon.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
78
Kadar Asam Lemak
Tabel 7 Rataan Persentase Kadar Asam Lemak Pada Padi (%) pada Perlakuan Varietas dan Pemecahan Dormansi
Umur (MSP) Perlakuan
0 6 Varietas
V1 1.99 1.97 V2 2.15 2.13
Pemecahan Dormansi
P0 2.12 2.10 P1 2.12 2.10 P2 2.12 2.10 P3 1.98 1.95 P4 2.12 2.10 P5 1.88 1.86 P6 2.12 2.10
Interaksi
V1P0 2.03 bB 2.01 bB
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
79
V1P1 2.03 bB 2.01 bB V1P2 2.03 bB 2.01 bB V1P3 1.95 cC 1.93 cC V1P4 2.03 bB 2.01 bB V1P5 1.82 dD 1.80 dD V1P6 2.03 bB 2.01 bB V2P0 2.21 aA 2.19 aA V2P1 2.21 aA 2.19 aA V2P2 2.21 aA 2.19 aA V2P3 2.01 bB 1.99 bB V2P4 2.21 aA 2.19 aA V2P5 1.94 cC 1.92 cC V2P6 2.21 aA 2.19 aA
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% untuk huruf kecil, dan 1% untuk huruf besar berdasarkan uji DMRT, sedangkan yang tidak bernotasi menunjukkan tidak berbeda nyata.
Pada saat panen (0 MSP) kadar asam lemak tertinggi sebesar 2.21
terdapat pada perlakuan V2P0, V2P1, V2P2, V2P4, dan V2P6 yang berbeda sangat nyata
dengan perlakuan V1P0, V1P1, V1P2, V1P3, V1P4, V1P5, V1P6, V2P3, dan V2P5. Kadar
asam lemak terendah adalah pada V1P5 sebesar 1.82 yang berbeda sangat nyata
dengan perlakuan V1P0, V1P1, V1P2, V1P3, V1P4, V1P6, V2P0, V2P1, V2P2, V2P3, V2P4,
V2P5 dan V2P6.
Pada 6 MSP, persentase asam lemak berkurang, dan menunjukkan pola yang
sama seperti pada 0 MSP. Kadar asam lemak tertinggi sebesar 2.19 % diperoleh pada
perlakuan V2P0, V2P1, V2P2, V2P4 dan V2P6, yang berbeda sangat nyata dengan semua
perlakuan lainnya. Kadar asam lemak yang terendah adalah pada perlakuan V1P5
yang berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Secara keseluruhan terlihat
bahwa, kadar asam lemak pada 6 MSP berkurang sebanyak 0.021 dari kadar asam
lemak pada saat panen (0 MSP).
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
80
Pemanasan benih dengan oven pada suhu 500C selama 2 hari diikuti
perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama 2 hari dan perlakuan
pemanasan benih dalam oven pada suhu 500C selama 2 hari mengakibatkan
penurunan kandungan asam lemak yang nyata baik pada varietas sunggal maupun
arize.
Perlakuan dengan suhu panas dapat memecahkan dormansi benih padi.
Panjang pendeknya masa dormansi benih padi dapat disebabkan oleh asam lemak
jenuh berantai pendek (IRRI, 1987 dalam Soejadi dan Udin S, 2001). Hal ini
menunjukkan bahwa asam lemak jenuh berantai pendek yang menyebabkan dormansi
pada benih, larut selama pemanasan.
Sebaliknya pengupasan tidak mempengaruhi kandungan asam lemak karena
pengupasan merupakan aktifitas fisik yang tidak mempengaruhi kondisi kimia benih.
Hal ini menunjukkan bahwa kandungan lemak biji bukan terdapat pada bagian
sekamnya.
Pada berbagai perlakuan pemecahan dormansi varietas menunjukkan
perbedaan respon yang ditunjukkan oleh kandungan lemak yang berbeda. Dari data
menunjukkan bahwa V2P0, V2P1, V2P2, V2P3, V2P4, V2P5 dan V2P6 lebih tinggi
kandungan lemaknya dari pada V1P0, V1P1, V1P2, V1P3, V1P4, V1P5 dan V1P6 baik
pada 0 maupun 6 minggu setelah panen. Hal ini menunjukkan bahwa V2 memiliki
kandungan lemak yang lebih tinggi.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
81
Perbedaan varietas ternyata juga memberikan komposisi asam lemak walaupun tidak
terlalu besar. Kandungan asam lemak dipengaruhi oleh varietas, derajat kematangan
biji dan metode ekstraksi lemak. (Udin, 2001).
Dari Lampiran 17 dan Lampiran 18, terlihat bahwa hasil analisis korelasi
antara benih berkecambah dengan kadar lemak pada kedua varietas, dimana
perbedaan varietas ternyata juga memberikan komposisi asam lemak walaupun tidak
terlalu besar, namun persentase benih berkecambah tidak dipengaruhi oleh
kandungan lemak yang terdapat pada kedua varietas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Stadium masak fisiologi pada padi Varietas. Sunggal dan Hibrida Var. Ariza
dicapai pada stadium 8 umur 27 HSA .
2. Kandungan hormon ABA pada biji semakin meningkat dengan meningkatnya
stadia kemasakan biji. Selanjutnya kandungan hormon IAA pada perkembangan
biji mengalami penurunan dengan meningkatnya stadia kemasakan biji.
3. Cara pemecahan yang tepat dan efektif dalam pematahan dormansi padi pada
umur 0 MSP untuk varietas sunggal adalah dengan perlakuan Pengupasan sekam
dan menggores endosperm, Pemanasan benih dengan oven pada suhu 500C
selama dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
82
selama dua hari, dan Perendaman benih dalam larutan gibberelin 0.02% selama
dua hari
4. Pada umur 2 MSP dengan perlakuan pemberian Pengupasan sekam secara hati-
hati, Pengupasan sekam dan menggores endosperm, Pemanasan benih dengan
oven pada suhu 500C selama dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3
3% masing-masing selama dua hari, dan Perendaman benih dalam larutan
gibberelin 0.02% selama dua hari
5. Pada umur 0 MSP untuk padi varietas ariza dengan perlakuan Pengupasan sekam
dan menggores endosperm, Perendaman benih dalam larutan KNO3 3% masing-
masing selama dua hari, Pemanasan benih dengan oven pada suhu 500C selama
dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing selama dua
hari, dan Perendaman benih dalam larutan gibberelin 0.02% selama dua hari
6. Sedangkan umur 2 MSP dengan perlakuan Pengupasan sekam secara hati-hati,
Pengupasan sekam dan menggores endosperm , Pemanasan benih dalam oven
pada suhu 500C selama dua hari,P Perendaman benih dalam larutan KNO3 3%
masing-masing selama dua hari , P Pemanasan benih dengan oven pada suhu 500C
selama dua hari, diikuti perendaman dalam larutan KNO3 3% masing-masing
selama dua hari.
7. Terdapat perbedaan nyata dari tanggap kedua varietas terhadap pemecahan
dormansi.
Saran
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
83
1. Perlakuan pemecahan dormansi dengan Giberelin 0.02 % selama 2x24 jam belum
efektif, karena membutuhkan biaya yang cukup besar.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lokasi keberadaan
hormon ABA dan hormon IAA di dalam benih padi.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z., 1987. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa.
Bandung. Hal. 49-54. Ade Santika. : Jurnal: Litbang Deptan, 2007. htt://Litbang.deptan.go.id/ (diakses
tanggal 3 September 2007). Admin, 2002 Respon Tanaman Padi (Oryza sativa L,.) Varietas IR 64 Terhadap Cara
Pengolahan Tanah dan Dosis Pupuk Nitrogen. Apriyantono, A, D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarmawati dan S. Budiyanto. 1989.
Analisis Pangan. Petunjuk Praktikum. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.
Association of Official Seed Analysts 1989. Rules for Testing Seed. Revised
edition. Baihaki, 2004. “Jurnal” . Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur. http://Diperta. Prop.
Jatim.go.id. (diakses tanggal 2 Agustue 2007). Benyamin Lakitan, 1997. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman.
PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
84
Bewley , J.D. and M. Black, 1985. Seed : Physiology of Development and
Germination. 367 p. Plenum Press, New York. Come. D. and Thevenot. 1982. Enviromental control of embryodormancy and
germination p. 271-298. In A.A. Khan (ed). The Physiology and Biochemistry of Seed Development. Dormancy and Germination. Elsevier Biomedical Press. Amsterdam. New York. Oxford.
Copeland. L.O. dan Mc. Donald. M.B. and 2001. Principles of Seed Science and
Technology, Macmillan Publ. Coy, New York and Collier Macmillan Pebl. London. 321 p.
Danoesastro, H. 1999. Zat Pengatur Tumbuh dalam Pertanian. Yayasan Pembinaan
Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. Hal. 5, 6-63. Delouche, J.C. and N.T. Nguyen 1984. Methods for overcoming seed dormancy in
rice. Proc. AOSA. 54:41-49. 1996 . Dalam Proseding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.
Dewi,K. dan P.M. Chandier. 2007. didalam Proceeding of The Seed Ecology II
Conference. The Role of Gibberellin in Breaking seed Dormancy in Barley (Hordeum vulgare L.)
Ellis, R.H., Hong T.D. and Robert, E.H. 1985. Hand book of Seed Technology for Genebank Vol II. Compendium of spesific germination information and test recommendations. 667 p. IBPG. Rome.
Fujino, 1978. didalam Buku 1 Padi. 1998. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor Gardner, F.P, R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya
Terjemahan dari Physiiology of Crop Plants. Oleg Susilo, H. Universitas Indonesia, Jakarta. Hal 424.
Gomez, K.A. dan A.A. Gomez, 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Penerjemah : Sjamsuddin, E.J.S. Baharsjah, dan A.H. Nasution. UI Pres. Jakarta. 698h.
Hadas, A. 1982. Seed soil contact and germination p. 507-527. In A.A. Khan (ed).
The Physiology and Biochemistry of Seed Development. Dormancy and Germination. Elsevier Biomedical Press. Amsterdam. New York. Oxford.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
85
Haryati, 2002. Pengaruh Perlakuan Pemanasan Pada Benih Jati. Tesis S-2 Program Pasca Studi Agronomi Kelompok Bidang Ilmu-ilmu Pertanian. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara.
Haryadi, 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Seri Teknologi Pertanian Penerbit UGM
Gajah Mada University Press. Hayashi, M. 1987. Relationship between endogenous germination inhibitors and
dormancv in rice seeds. Japan Agr. Research Quarterly. 21 (3): 153-161. International Rice Research Institue. 1987. Annual Report for 1987.p. 188. International Rice Research Institue. 2003. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi Dalam
http:www.knowledgebank.irri.org/regionalsites/indonesia Annual Report for 1987.p. 188.
Ismunadji, M, A. Widjono, 1988. Dormansi Benih Padi http://Jurnal Pusat Penelitian
dan Tanaman Pangan.go.id> (diakses tanggal 15 Oktober 2007). IRRI, 1997. Rice Almanac, second edition IRRI, Los Banos, Philippines. 181.p. ISTA, 2005. International rules for seed testing. The International Seed Testing
Association (ISTA), Bassersdorf, CH-Switzerland. 485 p. Jung, L. H., 1984. Germination Dormansi if Some Locally Available Palm Seeds.
Project Report University Pertanian Malausia. Pp 44, 45, 56, 57. Kamil, J. 1982. Teknologi Benih P.T. Angkasa, Bandung, hal 164. Majumder, MK, Seshu, D.V. and Shenoy, V.Y. 1989. Implication of fatty acids and
seed dormancy in a new screening procedure for cold tolerance in rice. Crop Sci., 29: 1298-1304.
Mashur, 2007. Padi Tipe Baru, Padi Masa Depan Produksi lebih tinggi dari IR 64 dan
Membrano, Dinas Pertanian Propinsi Nusa Tenggara Barat. Moore, T.C. 1979. Biochemistry and Physiology of Plant Hormones. Springer
verlag, Berlin. In Peter J. Davies (ed). Plant Hormones and Their Role in Plant Growth and Development. Martinus Nujhoff Publishers, Netherlands. Pp 431-462.
Purba Rosmadelina, 2000. Pengaruh Perlakuan Mekanis Dan Konsentrasi Giberelin
Serta Lama Perendaman Terhadap Perkecambahan Biji Palem Kol Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
86
Rahman A, S., W, Hermawan dan Hartono, 1994. Sistem Tanpa Olah Tanah dengan
si HIGI XII.h.217-221. Sadjad S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan Di Indonesia.
Kerjasama Lembaga Aplikasi IPB dan Proyek Pusat Perbenihan Tanaman Kehutanan. Bogor. Dir. Reboisasi dan Rehabilitasi. Dirjen. Tan. Kehutanan. Bogor.
Saenong, S., E. Murniati, dan F.A. Bahar. 1989. Teknik Pengujian Masa Dormansi
Benih Padi (Oryza sativa L.) http://202.158.180/publikasi/bt.112067
Herbisida Glifosat. Prosiding Konfren
. pdf (diakses tanggal 10 Mei 2007.
Salisbury, F.B dan Cleon. W. Ross. 1995, Fisiologi Tumbuhan Terjemahan.
Terjemahan dari Plant Physiology. Oleh Lukman, D.R. dan Sumaryono. ITB, Bandung hal.186.
Sanberg G, Crozier A, Chen Ch M, Hartley R D, and Smith L A. 1987. High
Performance liquid chromatography in Plant sciences. Eddited by H.F. Linkens dengan J.F. Jakson Aspringer Verlag. Berlin. Heidelberg. New York. London. Paris. Tokyo.
Santoso Harry, 1992. Biologi Benih. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Ilmu Hayat Istitut Pertanian Bogor. Schmidt. L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanama Hutan Tropis Dan Sub
Tropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan.
Silitonga, S. T. 1977. Dormansi Pada Biji Padi.
Http://202.158.78.180/publikasi/bt112067.pdf. (diakses tanggal 26 September 2007).
Sinambela Donna, Julia, H., Bonur S., Sangkot, S., 2004. Deskripsi Varietas Padi
UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan.
Singh, S.B. 1994. Hihg seed replacement rate underpins Indonesia” s rice program.
Asian Seed 1(5):8-10 Prosiding Seminar Nasional Apresiasi Hasil Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
87
Situmorang Sangkot, Sabar, S., Anshari, Abtigas, G. 2006. Drskripsi Varitas Padi dan Palawija, UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Medan.
Soejadi dan U.S. Nugraha 2001 Persistensi benih beberapa varietas padi dan metode
efektif untuk pematahannya. Prosiding Seminar Nasional Apresiasi Hasil Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.
Sutopo, L. 2004. Teknologi benih P.T. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal 53-180. Suyamto, 2006. ”Jurnal” Petunjuk Teknis Produksi Padi. http://Pusat Penelitian
Pengembangan Tanaman Pangan. Go.id. (diakses tanggal 9 Oktober 2007). Shun-Yung Chen dan Ching-Te Chien. 2007, didalam Proceeding of The Seed
Ecology II Conference. The Role Of Gibberelin and Abscisic acid in Germination of Myrica rubra seeds.
Synder and Robertson J.M. 1987. The determination of absisic acid by High
performance liquid chromatography, In . H.H. Linshens and J.F. Jakson (Eds). High Performance liquid chromatography in Plant sciences. (Eds). High Performance liquid chromatography in Plant sciences. Spinger- Verlag. Berlin. Heidelberg. New York. London. Paris. Tokyo. P: 52-71.
Takahashi, N. 1975 Dormansi Pada Biji Padi. Dalam Silitonga S.T. 1977.
Http://202.158.78.180/publikasi/bt112067.pdf. (diakses tanggal 26 September 2007).
Tesar, M.B. 1984. Physiological Basis of Crop Growth and Development American
Society of Agronomy Crop Science Society of America Madison, Wisconsin. P63.
Udin, 2001. “: Jurnal” Penelitian Tanaman Pangan. Vol22.N.0.2.2001. Studi Efikasi
Metode Dormansi Benih Padi. Balai Penelitian Tanaman Panga Sukamdi. Vimont.J.D. dan J. Crabbe. 2000. Dormancy In Plants From Whole Plant Behaviour
to Cellular Control. Weaver, R.J., 1972. Plant Growth Substance in Agriculture. W. G. Freeman and Co.
San Fransisco. P127 Wattimena. G.A. 1992. ”Jurnal” Fenonema Vivipary Labu Siam.
http://tumoutunet/702.05123/luluk prihastuti.e.htm. (diakses tanggal 19 Agustus 2008.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
88
Yudi Adrian, 2006. ”Tesis” Kajian Derapan Hara, Pertunbuhan Dan Hasil Tanaman
Padi Sawah (Oryza Sativa L). Pada Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik dan Anorganik Tesis S-2 Program Studi Agronomi Kelompok Bidang Ilmu – ilmu Pertanian Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogjakarta.
Lampiran 1. Rata-rata Persentase Benih Berkecambah Umur 0 Minggu Setelah Panen. Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1P0
5,00
4,00
6,00
15,00
5,00
V1P1 70,00 72,00 68,00 210,00 70,00
V1P2 80,00 82,00 80,00 242,00 80,67
V1P3 18,00 17,00 19,00 54,00 18,00
V1P4 67,00 69,00 71,00 207,00 69,00
V1P5 84,00 86,00 86,00 256,00 85,33
V1P6 86,00 85,00 84,00 255,00 85,00
V2P0 15,00 17,00 19,00 51,00 17,00
V2P1 68,00 67,00 68,00 203,00 67,67
V2P2 90,00 92,00 90,00 272,00 90,67
V2P3 68,00 67,00 68,00 203,00 67,67
V2P4 95,00 95,00 95,00 285,00 95,00
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
89
V2P5 98,00 97,00 98,00 293,00 97,67
V2P6 98,00 98,00 98,00 294,00 98,00
Total 942,00 948,00 950,00 2840,00 67,62
Lampiran 2.Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 0 Minggu Setelah Panen.
SK dB JK KT F Hit F-tabel 0,05 0,01
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
6 6 28
192038,09524
3120,09524 32967,90476 2449,90476
40,00000
3120,09524 5494,65079 408,31746
1,42857
2184,06667 ** 3846,25556 ** 285,82222 **
4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
Total 41 38577,90476 Keterangan : KK = (%) 1,77 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5% Lampiran 3. Rata-rata Persentase Benih Berkecambah Umur 2 Minggu Setelah Panen. Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1P0
17,00
19,00
18,00
54,00
18,00
V1P1 82,00 84,00 84,00 250,00 83,33
V1P2 85,00 86,00 84,00 255,00 85,00
V1P3 50,00 52,00 54,00 156,00 52,00
V1P4 69,00 68,00 70,00 207,00 69,00
V1P5 86,00 86,00 86,00 258,00 86,33
V1P6 87,00 86,00 87,00 260,00 86,67
V2P0 72,00 70,00 71,00 213,00 71,00
V2P1 80,00 82,00 80,00 242,00 80,67
V2P2 92,00 92,00 92,00 276,00 92,00
V2P3 94,00 96,00 92,00 282,00 94,00
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
90
V2P4 96,00 96,00 96,00 288,00 96,00
V2P5 98,00 97,00 97,00 292,00 97,33
V2P6 98,00 98,00 98,00 294,00 98,00
Total 1106,00 1112,00 1109,00 3327,00 79,21
Lampiran 4.Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 2 Minggu Setelah Panen. SK dB JK KT F Hit F-tabel
0,05 0,01
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6
28
263545,92857
4757,35714 10053,90476 3665,14286
30,66667
4757,35714 1675,65079
610,85714 1,09524
4343,67391 ** 1529,94203 ** 557,73913 **
4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
Total 41 18507,07143 Keterangan : KK = (%) 1,32 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5% Lampiran 5. Rata-rata Persentase Benih Berkecambah Umur 4 Minggu Setelah Panen.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1P0
62,00
63,00
64,00
189,00
63,00
V1P1 97,00 97,00 97,00 291,00 97,00
V1P2 98,00 97,00 98,00 293,00 97,67
V1P3 97,00 96,00 95,00 288,00 96,00
V1P4 97,00 98,00 96,00 291,00 97,00
V1P5 97,00 99,00 98,00 294,00 98,00
V1P6 98,00 99,00 99,00 296,00 98,67
V2P0 94,00 93,00 95,00 282,00 94,00
V2P1 90,00 92,00 90,00 272,00 90,67
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
91
V2P2 92,00 92,00 94,00 278,00 92,67
V2P3 96,00 96,00 96,00 288,00 96,00
V2P4 96,00 96,00 96,00 288,00 96,00
V2P5 96,00 96,00 96,00 288,00 96,00
V2P6 97,00 98,00 97,00 292,00 97,33
Total 1307,00 1312,00 1311,00 3930,00 93,57
Lampiran 6. Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 4 Minggu Setelah Panen. SK dB JK KT F Hit F-tabel
0,05 0,01
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6 28
367735,71429
50,38095 1653,61905 1498,95238
17,33333
50,38095 275,60317 249,82540
0,61905
81,38462 ** 445,20513 ** 403,56410 **
4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
Total 41 3220,28571 Keterangan : KK = (%) 0,84 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5% Lampiran 7. Rata-rata Persentase Benih Berkecambah Umur 6 Minggu Setelah Panen.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1P0
84,00
86,00
85,00
255,00
85,00
V1P1 97,00 98,00 98,00 293,00 97,67
V1P2 99,00 96,00 98,00 293,00 97,67
V1P3 99,00 99,00 99,00 297,00 99,00
V1P4 97,00 97,00 97,00 291,00 97,00
V1P5 98,00 98,00 98,00 294,00 98,00
V1P6 99,00 98,00 99,00 296,00 98,67
V2P0 98,00 97,00 96,00 291,00 97,00
V2P1 92,00 94,00 94,00 280,00 93,33
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
92
V2P2 94,00 94,00 94,00 282,00 94,00
V2P3 97,00 95,00 96,00 288,00 96,00
V2P4 95,00 96,00 95,00 286,00 95,33
V2P5 96,00 96,00 96,00 288,00 96,00
V2P6 97,00 97,00 98,00 292,00 97,33
Total 1342,00 1341,00 1343,00 4026,00 95,86
Lampiran 8.Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 6 Minggu Setelah Panen. SK dB JK KT F Hit F-tabel
0,05 0,01
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6 28
385920,85714
3,42857 194,47619 287,23810 16,00000
3,42857 32,41270 47,87302 0,57143
6,00000 ** 56,72222 ** 83,77778 **
4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
Total 41 501,14286 Keterangan : KK = (%) 0,79 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5% Lampiran 9. Rata-rata Persentase Benih Berkecambah Umur 8 Minggu Setelah Panen
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1P0
96,00
98,00
95,00
289,00
96,33
V1P1 98,00 98,00 98,00 294,00 98,00
V1P2 98,00 98,00 98,00 294,00 98,00
V1P3 98,00 98,00 98,00 294,00 98,00
V1P4 97,00 97,00 97,00 291,00 97,00
V1P5 97,00 97,00 97,00 291,00 97,00
V1P6 99,00 98,00 98,00 295,00 98,33
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
93
V2P0 98,00 98,00 98,00 294,00 98,00
V2P1 92,00 94,00 94,00 280,00 93,33
V2P2 94,00 95,00 94,00 283,00 94,33
V2P3 97,00 97,00 97,00 291,00 97,00
V2P4 98,00 98,00 98,00 294,00 98,00
V2P5 97,00 96,00 97,00 290,00 96,67
V2P6 98,00 98,00 98,00 294,00 98,00
Total 1357,00 1360,00 1343,00 4074,00 97,00
Lampiran 10. Sidik Ragam Persentase Benih Berkecambah 8 Minggu Setelah Panen. SK dB JK KT F Hit F-tabel
0,05 0,01
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6 28
395178,00000
11,52381 26,33333 48,80952 9,33333
11,52381 4,38889 8,13492 0,33333
34,57143 ** 13,16667 ** 24,40476 **
4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
Total 41 96,00000 Keterangan : KK = (%) 0,60 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5% Lampiran 11. Rata-rata Kadar Lemak Umur 0 Minggu Setelah Panen. Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1P0
2,03
2,01
2,04
6,08
2,033
V1P1 2,03 2,01 2,04 6,08 2,03
V1P2 2,03 2,01 2,04 6,08 2,03
V1P3 1,95 1,93 1,96 5,84 1,95
V1P4 2,03 2,01 2,04 6,08 2,03
V1P5 1,82 1,80 1,83 5,45 1,82
V1P6 2,03 2,01 2,04 6,08 2,03
V2P0 2,21 2,20 2,23 6,64 2,21
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
94
V2P1 2,21 2,20 2,23 6,64 2,21
V2P2 2,21 2,20 2,23 6,64 2,21
V2P3 2,00 2,01 2,03 6,04 2,01
V2P4 2,21 2,20 2,23 6,64 2,21
V2P5 1,94 1,93 1,96 5,83 1,94
V2P6 2,21 2,20 2,23 6,64 2,21
Total 28,91 28,72 29,13 86,76 2,07
Lampiran 12. Sidik Ragam Kadar Lemak Umur 0 Minggu Setelah Panen. SK dB JK KT F Hit F-tabel
0,05 0,01
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6
28
179,22137 0,27201 0,33943 0,02006 0,00653
0,27201 0,05657 0,00334 0,00023
1165,75510 ** 242,44898 ** 14,32653 **
4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
Total 41 0,63803 Keterangan : KK = (%) 0,74 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5% Lampiran 13. Rata-rata Kadar Lemak Umur 6 Minggu Setelah Panen. Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
V1P0
2,01
1,99
2,02
6,02
2,01
V1P1 2,01 1,99 2,02 6,02 2,01
V1P2 2,01 1,99 2,02 6,02 2,01
V1P3 1,93 1,91 1,94 5,78 1,93
V1P4 2,01 1,99 2,02 6,02 2,01
V1P5 1,80 1,78 1,82 5,40 1,80
V1P6 2,01 1,99 2,02 6,02 2,01
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
95
V2P0 2,19 2,18 2,21 6,58 2,19
V2P1 2,19 2,18 2,21 6,58 2,19
V2P2 2,19 2,18 2,21 6,58 2,19
V2P3 1,98 1,98 2,01 5,97 1,99
V2P4 2,19 2,18 2,21 6,58 2,19
V2P5 1,92 1,91 1,93 5,76 1,92
V2P6 2,19 2,18 2,21 6,58 2,19
Total 28,63 28,43 28,85 85,91 2,05
Lampiran 14. Sidik Ragam Kadar Lemak Umur 6 Minggu Setelah Panen. SK dB JK KT F Hit F-tabel
0,05 0,01
FK Efek V Efek P Interaksi Galat
1 6 6
28
175,72686 0,26720 0,34116 0,02175 0,00673
0,26720 0,05686 0,00362 0,00024
1111,13861 ** 236,44554 ** 15,072611 **
4,20 7,64 2,44 2,53 2,44 2,53
Total 41 0,63684 Keterangan : KK = (%) 0,76 tn = tidak beda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5% ** = sangat berbeda nyata pada taraf uji 5% Lampiran 15. Matrik Korelasi Berat Segar, Kadar Air, Kekerasan, Daya Betkecambah,
Berat Kering, Kandungan Hormon ABA, dan Kandungan Hormon IAA Varietas Sunggal.
BK-S KA-S K-S DB-S BS-S ABA-S IAA-S BK-S 1 KA-S -0.9664 1 K-S 0.895575 -0.964 1
DB-S 0.668892 -0.77978 0.897519 1 BS-S -0.63569 0.749797 -0.68268 -0.56549 1
ABA-S 0.909125 -0.82664 0.837891 -0.69899 -0.26972 1 IAA-S -0.76981 0.679823 -0.69838 0.805753 0.278201 -0.94592 1
Ket: BK-S: Berat Kering Var.Sunggal; KA-S: Kadar Air Var.Sunggal; K-S: Kekerasan Var.Sunggal; DB-S: Daya Berkecambah Var.Sunggal; BS-S: Berat Segar Var.Sunggal; ABA-S: Hormon ABA Var.Sunggal; IAA-S: Hormon IAA Var.Sunggal.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
96
Lampiran 16. Matrik Korelasi Berat Segar, Kadar Air, Kekerasan, Daya Berkecambah,
Berat Kering, Kandungan Hormon ABA, dan Kandungan Hormon IAA Varietas Ariza.
BK-A KA-A K-A DB-A BS-A ABA-A IAA-A BK-A 1 KA-A -0.98871 1 K-A 0.947414 -0.96849 1
DB-A 0.980082 -0.98681 0.959043 1 BS-A -0.03025 0.091639 0.035718 -0.08954 1
ABA-A 0.951677 -0.9177 0.874611 -0.95195 -0.19577 1 IAA-A -0.95773 0.919438 -0.90256 0.948088 0.07628 -0.9907 1 Ket: BK-A: Berat Kering Var.Ariza; KA-A: Kadar Air Var.Ariza; K-A: Kekerasan
Var.Ariza; DB-A: Daya Berkecambah Var.Ariza; BS-A: Berat Segar Var.Ariza; ABA-S: Hormon ABA Var. Ariza; IAA-S: Hormon IAA Var. Ariza.
Lampiran 17. Matrik Korelasi Persentase Benih Berkecambah, Kadar Lemak Varietas Ariza
DB-A KL-A DB-A 1 KL-A -0.26346 1
Ket: DB-A: Daya Berkecambah Var. Ariza; KL-A; Kadar Lemak Var. Ariza
Lampiran 18. Matrik Korelasi Persentase Benih Berkecambah, Kadar Lemak Varietas
Sunggal
DB-S KL-S DB-S 1 KL-S -0.19523 1
Ket: DB-S: Daya Berkecambah Var. Sunggal; KL=S; Kadar Lemak Var. Sunggal Lampiran 19. Perubahan Daya Berkecambah (%) Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Varietas Ariza dari 0-30 HSA.
Hari Setelah Antesis (HAS) Ul-1 Ul-2 Ul-3 Ul-4 Ul-5 Total Rata-
rata 0 0 0 0 0 0 0 0
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
97
7 0 0 0 0 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 21 1 1 1 1 1 5 1 23 1 1 1 1 1 5 1 25 1 1 1 1 1 5 1 27 5 5 5 5 5 25 5 28 5 5 5 5 5 25 5 30 5 5 5 5 5 25 5
Lampiran 20. Transformasi Perubahan Daya Berkecambah (%) Biji Pada Tanaman Padi Varietas Sunggal dan Varietas Ariza dari 0-30 HSA.
Hari Setelah Antesis (HAS) Ul-1 Ul-2 Ul-3 Ul-4 Ul-5 Total Rata-
rata 0 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.55 0.71 7 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 0.71
14 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 0.71 21 1.22 1.22 1.22 1.22 1.22 4.88 1.22 23 1.22 1.22 1.22 1.22 1.22 4.88 1.22 25 1.22 1.22 1.22 1.22 1.22 4.88 1.22 27 2.35 2.35 2.35 2.35 2.35 9.4 2.35 28 2.35 2.35 2.35 2.35 2.35 9.4 2.35 30 2.35 2.35 2.35 2.35 2.35 9.4 2.35
Lampiran 21.
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
98
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
99
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
100
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
101
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
102
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
103
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
104
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
105
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
106
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
107
Lampiran 31 Deskripsi Varitas Padi Hibrida (Ariza- Hibrindo R – 1) Nomor Seleksi : 92089 Asal Perrsilangan : F1 dari persilangan induk betina (CMS) 6
CO2 dengan induk jantan (restor) M07 Golongan : Indica Umur Tanaman : 108 - 129 hari Bentuk Tanaman : Tegak Tinggi Tanaman (cm) : 84 – 118 cm Anakan Produktif : 5 – 13 Warna : :
Kaki : Hijau Batang : Hijau Helai Daun : Hijau Telinga Daun : Hijau Lidah Daun : Tidak berwarna
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
108
Muka Daun : Kasar Posisi Daun : Semi erect Daun Bendera : Miring Gabah :
Bentuk : Ramping Warna : Kuning Bobot 1000 Butir : 21,4 – 27,4 (g)
Nasi : Kadar Amilosa : 15,67 – 22,03 % Tekstur : Pulen
Panen : Potensi Hasil : 9,32 t/ha Rata-rata Hasil : 6,77 ton/ha GKG Kerontokan : Tahan
Ketahanan Terhadap : Rebah : Tahan Hama : Peka terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Penyakit : Peka terhadap hawar daur bakteri strain IV
dan VIII Keterangan : Cocok ditanam untuk lahan sawah irigasi Pengusul : PT. Sutowido Galang Pratama, Salim Group Sumber : Deskripsi Varietas Padi UPT. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004. Lampiran 32. Deskripsi Varitas Sunggal Padi Sawah Nomor Seleksi : S3382-3f-1-3 Asal Perrsilangan : S487b-75/IR19961//IR19661///IR64///IR64 Golongan : Cere ( Indica) Umur Tanaman : 115 - 125 hari Bentuk Tanaman : Tegak Tinggi Tanaman (cm) : 99 – 110 cm Anakan Produktif : 16 – 18 malai Warna : :
Kaki : Hijau Batang : Hijau Helai Daun : Hijau Telinga Daun : Putih Lidah Daun : Putih
Muka Daun : Agak kasar Posisi Daun : Tegak
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
109
Daun Bendera : Tegak Gabah :
Bentuk : Panjang ramping Warna : Kuning bersih Bobot 1000 Butir : 25 – 26 gr
Nasi : Kadar Amilosa : 23 %
Panen : Potensi Hasil : 5 – 8 ton/ha gabah kering giling (kadar air 14%)
Ketahanan Terhadap : Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Penyakit : Tahan terhadap bakteri hawar daun strain III,
dan IV Keterangan : Dapat ditanam pada musim penghujan dan
musim kemarau dan cocok untuk ditanam pada lahan di bawah 600 m diatas permukaan laut
Pemulia : Z.A. Simanullang, A.A. Daradjat, B. Suprihanto, Nafizah, U. Susanto, dan N. Yunani
Teknisi : Edi Suwandi, Toyib S.M, M. Sailan, Nurul S, Maman S, Zaenal, Misbah A
Sumber : Deskripsi Varietas Padi UPT. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, Medan 2004. Lampiran 19. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 28 HSA
Hasil Analisis No Jenis Analisis ABA IAA Satuan
1. Padi Sunggal – 28 HSA 36.21 12.12 ppm 2. Padi Sunggal – 28 HSA 39.24 11.04 ppm 3. Padi Sunggal – 28 HSA 39.27 11.09 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
110
Lampiran 20. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 35 HSA
Hasil Analisis No Jenis Analisis ABA IAA Satuan
1. Padi Sunggal – 35 HSA 40.51 9.55 ppm 2. Padi Sunggal – 35 HSA 42.42 10 ppm 3. Padi Sunggal – 35 HSA 42.95 10.1 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Lampiran 21. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 49 HSA
Hasil Analisis No Jenis Analisis ABA IAA Satuan
1. Padi Sunggal – 49 HSA 44.06 8.11 ppm 2. Padi Sunggal – 49 HSA 44.92 7.84 ppm 3. Padi Sunggal – 49 HSA 44.32 7.85 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Lampiran 22. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 56 HSA
Hasil Analisis No Jenis Analisis ABA IAA Satuan
1. Padi Sunggal – 56 HSA 49.04 4.02 ppm 2. Padi Sunggal – 56 HSA 49.11 4.11 ppm 3. Padi Sunggal – 56 HSA 49.72 4.06 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Lampiran 23. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Sunggal – 77 HSA
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
111
Hasil Analisis No Jenis Analisis ABA IAA Satuan
1. Padi Sunggal – 77 HSA 46 8.20 ppm 2. Padi Sunggal – 77 HSA 46.10 8.40 ppm 3. Padi Sunggal – 77 HSA 46.20 8.60 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Lampiran 24. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Hibrindo R-1-28 HSA
Hasil Analisis No Jenis Analisis ABA IAA Satuan
1. Ariza Hibrindo R-1-28 HSA 41.11 11.25 ppm 2. Ariza Hibrindo R-1-28 HSA 41.04 12.04 ppm 3. Ariza Hibrindo R-1-28 HSA 42.09 11.75 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Lampiran 25. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Hibrindo R-1-35 HSA
Hasil Analisis Jenis Analisis ABA IAA Satuan
1. Ariza Hibrindo R-1-35 HSA 43.12 10.91 ppm 2. Ariza Hibrindo R-1-35 HSA 44.04 10.21 ppm 3. Ariza Hibrindo R-1-35 HSA 44.19 10 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Lampiran 26. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Samprl Padi Varietas Hibrindo R-1-49 HSA
Hasil Analisis No Jenis Analisis ABA IAA Satuan
1. Ariza Hibrindo R-1-49 HSA 49.41 8.04 ppm
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
Donna Sinambela : Kajian Perkembangan Dan Dormansi Pada Biji Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ariza Dan Sunggal Serta Pemecahannya, 2008 USU Repository © 2008
112
2. Ariza Hibrindo R-1-49 HSA 49.21 8.11 ppm 3. Ariza Hibrindo R-1-49 HSA 49.04 8.02 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Lampiran 27. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Hibrindo R-1-56 HSA
Hasil Analisis No Jenis Analisis ABA IAA Satuan
1. Padi Hibrindo R-1 – 56 HSA 53.94 5.02 ppm 2. Padi Hibrindo R-1 – 56 HSA 52.91 5.11 ppm 3. Padi Hibrindo R-1 – 56 HSA 52.54 5.06 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Lampiran 28. Hasil Analisis ABA (Absisic Acid) & IAA (Indole Acetic Acid) Pada Sampel Padi Varietas Hibrindo R-1-77 HSA
Hasil Analisis No Jenis Analisis ABA IAA Satuan
1. Padi Hibrindo R-1 – 77 HSA 50.4 6.5 ppm 2. Padi Hibrindo R-1 – 77 HSA 51.1 6.4 ppm 3. Padi Hibrindo R-1 – 77 HSA 51 6.9 ppm Sumber : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Departemen Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian