Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
100
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Pada bab IV ini akan dikemukakan tentang: (1) Deskrispi kondisi awal
(prasiklus), (2) Pelaksanaan tindakan (siklus I-II), (3) Hasil penelitian, dan (4)
Pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan dilakukan dalam siklus
dengan empat tahap dalam setiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
4.1.1 Deskripsi Prasiklus
Pengamatan kondisi awal (prasiklus) dilakukan untuk mengetahui
keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses
penelitian. Pengamatan ini dilakukan dengan cara wawancara langsung
dengan guru dan siswa serta pengamatan proses pembelajaran berbicara di
kelas.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dilakukan, maka
didapatkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran. Adapun hasil
wawancara dan observasi dapat dilihat pada penjelasan berikut ini:
4.1.2 Hasil Wawancara
Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan pada hari Selasa, 03
Maret 2016. Peneliti sebagai pewawancara sedangkan Ibu Sri Astuti, S.Pd.SD
(guru kelas 4 SD) dan beberapa siswa kelas 4 SD sebagai
narasumber.Wawancara terhadap guru kelas 4 SD dilakukan secara terstruktur
yang sebelumnya pedoman wawancara sudah disusun oleh peneliti kemudian
hasil wawancara ditulis secara ringkas dalam bentuk tabel.
Setting wawancara bertempat di kelas 4 pada waktu sebelum istirahat
pukul 08.45 waktu istirahat pertama berakhir pukul 08.55 WIB. Hal yang
peneliti tanyakan pada saat wawancara kepada guru kelas 4 SD berkaitan
101
tentang pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara siswa yang pernah
diterapkan oleh guru pada waktu sebelumnya.
Hasil wawancara tersebut diindikasikan bahwa terjadi permasalahan
dalam pembelajaran berbicara siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1
Kecamatan Getasan. Menurut guru mengenai metode inovatif tentang
pembelajaran berbicara, sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan
berbicara siswa.
Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil wawancarayang terjadi
dengan beberapa siswa kelas 4 SD mengenai minat mereka terhadap pelajaran
berbicara. Pelaksanaan wawancara kepada siswa dilakukan pada waktu
istirahat kedua pukul 10.40-10.50 di ruang kelas 4.
Wawancara terhadap siswa dilakukan secara tidak terstruktur artinya
bahwa wawancara yang peneliti lakukan pada saat itu adalah wawancara
dilakukan tanpa mempersiapkan pedoman wawancara dan pertanyaan
diberikan secara langsung (spontan) sesuai pemahaman peneliti terhadap
situasi kelas tersebut.
Siswa yang menjadi narasumber pada saat wawancara adalah Ilham,
Allifia dan Ragil. P. Ketiga siswa tersebut menyatakan kurang berminat
terhadap pelajaran berbicara. Pada umumnya mereka menyatakan kurang suka
pada pembelajaran berbicara di kelas karena merasa takut, malu, kemudian
pada saat berdiri di depan kelas mereka cenderung merasa gugup ketika
diminta berbicara di depan kelas karena dilihat oleh guru dan juga teman-
teman lain yang berada di dalam kelas. Mereka juga menyatakan kurang
percaya diri ketika diminta untuk berbicara di depan kelas secara individu.
4.1.3 Pengamatan Prasiklus
Pengamatan awal (prasiklus) proses pembelajaran berbicara di kelas 4
dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 08.55-10.05 WIB.
Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas 4SD (Ibu Sri Astuti, S.Pd.
SD) bertindak sebagai guru/pengajar.
102
Peneliti mengamati Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
digunakan guru dan proses pembelajaran keterampilan berbicara yang sedang
berlangsung.
Pengamatan dilakukan berpedoman pada lembar observasi penilaian
proses belajar siswa yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti.
Peneliti mengamati dari posisi tempat duduk kursi bagian tengah paling
belakang. Begitu juga untuk pengamatan terhadap RPP yang digunakan guru
dan proses pembelajaran dilakukan secara menyeluruh menggunakan lembar
pengamatan observasi.
Sebagai gambaran awal hasil pengamatan yaitu kegiatan proses
pembelajaran keterampilan berbicara di kelas 4 masih banyak terdapat
kekurangan, antara lain: (1) guru menggunakan RPP yang sudah ada (lama)
tanpa adanya inovasi RPP sesuai saat ini yakni belum ada eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi yang tersusun jelas, (2) siswa kurang tertarik dengan
pembelajaran, mereka cenderung tidak memperhatikan guru yang sedang
mengajar, siswa lebih banyak berbicara dengan teman sebangkunya, (3) guru
lebih banyak mengajar dengan cara ceramah.
Hal ini menyebabkan siswa terlihat jenuh dan tidak memperhatikan
guru pada saat mengikuti pelajaran keterampilan berbicara tersebut, (4) proses
pembelajaran keterampilan berbicara kurang efektif dan efisien karena masih
bersifat individu pada umumnya.
Padahal dalam kenyataannya penerapan pembelajaran keterampilan
berbicara memerlukan waktu yang lama dan sangat ditunjang oleh faktor
nonkebahasaan seperti keberanian siswa. Pada umumnya siswa takut jika
harus maju dan berbicara sendiri di depan kelas.
Berdasarkan observasi awal mengenai penilaian proses belajar siswa
yang diamati oleh peneliti, yaitu: minat, keaktifan, kerjasama, dan
kesungguhan pembelajaran, maka diperoleh data penilaian proses pada kondisi
awal (prasiklus). Selain proses juga terdapat hasil pembelajaran keterampilan
berbicara siswa pada kondisi awal (prasiklus). Hasil penilaian proses dan hasil
103
keterampilan berbicara siswa pada prasiklus secara detail dapat dilihat pada
sub bab 4.4 analisis data.
Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya guru dan peneliti
melakukan diskusi untuk mencari solusi permasalahan yang terdapat dalam
pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara, dari perolehan diskusi yang
terjadi antara peneliti dan guru kelas maka didapatlah kesepakatan bhawa
peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas bersama guru kelas 4
sebagai kolaborator dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Poses dan
Hasil Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Model
SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectually) dan Metode Role
Playing Siswa Kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan Tahun
Ajaran 2015/2016”.
Penerapan tindakan ini difokuskan pada peningkatan proses dan hasil
pembelajaran keterampilan berbicara siswa. Melihat kondisi dan penyebab
rendahnya keterampilan berbicara yang bersumber dari siswa yaitu pada
rendahnya sikap yang meliputi: minat, keaktifan, kerjasama, dan
kesungguhan. Maka peningkatan proses padapenelitian ini lebih memfokuskan
pada keempat aspek tersebut. Sedangkan hasil pembelajaran difokuskan pada
peningkatan keterampilan berbicara dan jumlah ketuntasan belajar siswa
dengan menggunakan model SAVI metoderole playing.
4.2 Deskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan
terdiri dari 2 jam pelajaran (2×35 menit). Siklus I dilaksanakan pada hari
Kamis, 14 April 2016 pertemuan 1, Sabtu, 16 April 2016 pertemuan 2, dan
pada hari Selasa, 19 April 2016 pertemuan ketiga. Tahapan-tahapan pada
siklus I sebagai berikut:
4.2.1 Tahap Perencanaan
Peneliti dan guru kelas 4 mendiskusikan rencana tindakan yang akan
dilakukan dalam proses penelitian siklus I ini untuk mendapatkan hasil yang
optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah meningkatnya
104
proses dan hasil pembelajaran sebesar 80% dari jumlah siswa yang
sesungguhnya yakni mendapatkan nilai lebih atau batas tuntas KKM yang
diharapkan dari hasil pembelajaran keterampilan berbicara. Adapun tahap-
tahap perencanaan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan silabus
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas 4 semester II tahun
ajaran 2016 materi keterampilan berbicara. Perencanaan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I dirancang dengan 3 kali pertemuan. Alokasi waktu
setiap pertemuan adalah 2×35 menit, sehingga dalam satu siklus terdapat
6×35 menit.
Rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mencakup
penentuan: identitas RPP, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, model dan metode pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, dan teknik penilaian.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah:
a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah kelas 4 yang biasa
digunakan setiap hari. Ketika diskusi berlangsung, tempat duduk atau
kursi diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat melakukan diskusi
dengan baik.
b) Materi pembelajaran, materi pertemuan I mempelajari tentang cara
menyusun naskah drama pendek. Sebagai hasilnya adalah siswa dapat
merancang kerangka naskah drama untuk dikembangkan menjadi
naskah drama pendek. Sedangkan pada pertemuan ke II mempelajari
tentang hal-hal yang harus diperhatikan ketika bermain peran dalam
drama dengan produk siswa yakni siswa bermain peran (role playing)
berdasarkan naskah drama yang telah dibuat sebelumnya.
c) Mempersiapkan media pembelajaran, media pembelajaran yang
digunakan pada siklus I adalah peneliti menggunakan alat bantu berupa
105
video yang akan diperlihatkan kepada siswa pada saat pelaksanaan
pembelajaran berlangsung. Video yang digunakan dapat dilihat pada:
https://www.youtube.com/watch?v=mNmQSSuu_Q&spfreload=10
3) Menyiapkan Lembar Observasi RPP, Pelaksanaan Pembelajaran Guru, dan
Penilaian Proses Siswa
Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-hal
apa saja yang harus diutamakan dalam pengamatan. Lembar observasi RPP
dibuat untuk menilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) peneliti oleh
guru kelas 4 SD. RPP merupakan kerangka prosedural yang sangat penting
dalan perencanaan pembelajaran sehinggan perlu dibuat peniaian.
Lembar pengamatan penilaian proses siswa lebih diutamakan pada
minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan dalam proses pelaksanaan
pembelajaran berbicara. Pengamatan siswa ini berfungsi sebagai hasil
penilaian nontes proses pembelajaran. Sedangkan lembar observasi yang
dibuat untuk guru lebih diutamakan pada persiapan, jalannya kegiatan, dan
pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
4) Menyiapkan Instrumen Penilaian
Peneliti dan guru menyusun instrumen penilaian yang berupa penilaian
tes dan nontes. Instumen tes dinilai dari hasil tes unjuk kerja (praktik)
berbicara siswa dalam bentuk bermain peran (role playing) sesuai kompetensi
dasar yang ingin dicapai.
Untuk instrument nontes dinilai berdasarkan hasil observasi penilaian
proses siswa yang dilakukan oleh peneliti dengan berdasarkan lembar
penilaian proses sikap siswa dalam pembelajaran berbicara yang meliputi: (a)
minat, (b) keaktifan, (c) kerjasama, (d) kesungguhan siswa selama
pembelajaran berlangsung.
1) Pertemuan Pertama
Perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama meliputi
persiapan yang dilakukan peneliti bersama guru kelas 4 adalah menyusun
RPP dengan menggunakan model pembelajaran SAVI dan metode Role
106
Playing pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang keterampilan berbicara
materi teks pengumuman.
Setelah menetapkan indikator dan tujuan pembelajaran, oleh karena itu
dipersiapkan sarana yang menunjang proses pembelajaran sehingga dapat
berjalan baik sesuai harapan. Media yang digunakan pada saat pembelajaran
keterampilan berbicara berupa alat bantu video dan powerpoint untuk
menjelaskan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Sedangkan untuk
mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran
keterampilan berbicara yaitu menyusun instrumen berupa lembar obsevasi
untuk siswa dan guru.
Karena dalam model pembelajaran SAVI dan metode Role Playing
menggunakan kelompok, maka siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara
heterogen, baik berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kemampuan siswa
secara kognitif. Tujuannya adalah agar siswa dengan tingkat kemampuan
tinggi dapat membantu siswa lainnya yang tingkat kemampuannya kurang.
Sehingga pengorganisasian antar kelompok yang dilakukan oleh guru dapat
seimbang. Dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 36 siswa, terdiri dari 19
siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Oleh karena itu siswa diorganisasi
menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 9 orang siswa baik laki-
laki maupun perempuan secara merata.
2) Pertemuan Kedua
Perencanaan pada pertemuan kedua merupakan tindak lanjut setelah
refleksi dari siklus I pertemuan pertama dilaksanakan. Persiapan yang
dilakukan adalah menyusun RPP dengan kelanjutan dari materi pertemuan
pertama, yaitu menyajikan materi teks pengumuman. RPP yang disusun tetap
menggunakan model pembelajaran SAVI dan metode Role Playing. Untuk
pengamatan guru dan siswa, disusun instrumen berupa lembar obsevasi.
Selain itu juga disusun alat evaluasi berupa lembar kerja siswa berupa
beberapa teks pengumuman, lembar naskah drama.
3) Pertemuan Ketiga
Pada perencanaan pertemuan ketiga ini merupakan gabungan dari
107
pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada pertemuan ini akan diadakan
tes lisan. Namun sebelum diadakan tes lisan siklus I, terlebih dahulu guru
mengulang kembali materi yang telah disampaikan pada dua pertemuan
sebelumnya. Persiapan yang dilakukan adalah menyusun RPP, menyiapkan
media berbantuan video, dan menyusun lembar tes lisan berupa naskah drama
yang akan diperankan oleh siswa secara berkelompok sesuai kelompok
masing-masing. Pemeranan naskah drama yang ditampilkan oleh siswa
tersebut akan dilakukan penilaian secara individu.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan tindakan dan observasi ini merupakan deskripsi dari
kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran serta deskripsi
observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar.
Tindakan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 14 April 2016 pertemuan kedua pada
hari Sabtu, 16 April 2016, dan pertemuan ketiga pada hari Selasa 19 April
2016. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di ruang kelas 4 SD Negeri
Sumogawe 1 Kecamatan Getasan.
Dalam pelaksanaan tindakan siklus I tersebut, peneliti bertindak sebagai
partisipan aktif yang mengamati jalannya pembelajaran keterampilan
berbicara di dalam kelas, peneliti juga bertindak sebagai pengamat pembantu
dari pengamat inti. Dan ibuDwi Kristiana sebagai pengamat inti, beliau
selaku guru agama Kristen di sekolah SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan
Getasan. Sedangkan ibu Sri Astuti, S.Pd,.SD bertindak sebagai guru/pengajar
proses kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan
model SAVI dan metode role playing.
1) Pertemuan Pertama
Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus 1 adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 4 SD Negeri 1
Sumogawe terjadi pada pukul 08.55-selesai WIB. Mengingat waktu yang
108
digunakan untuk pembelajaran keterampilan berbicara cukup lama dan
memakan waktu, jadi pada saat mengajar guru menggunakan 1 jam mata
pelajaran lain (SBK). Pelajaran bahasa Indonesia ini juga dilaksanakan pada
jam kedua.
Pada pertemuan pertama yang diajarkan kepada siswa kelas 4 terlebih
dahulu adalah menyampaikan materi mengenai pengumuman yang meliputi:
penjelasan materi, penjelasan mengenai drama, cara membuat kerangka
drama dari materi yang disajikan, dan mengembangkan kerangka menjadi
naskah drama pendek.
Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit. Kegiatan
yang guru lakukan yakni membuka pelajaran dengan menyapa siswa
(mengucapkan salam) dan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif
(pencegahan) terhadap penghambat jalannya proses pembelajaran.
Kemudian presensi kehadiran siswa untuk lebih mengenal dan
mengetahui jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari
itu. Pertemuan pertama, semua siswa masuk sesuai jumlah siswa kelas 4 yaitu
36 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran arah
yang jelas dalam hal yang akan dipelajarinya.
Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu melalui
pengamatan siswa dapat menyampaikan isi pengumuman menggunakan
seluruh alat indera (melibatkan nilai SAVI pada saat mengikuti pelajaran)
yang dimilikinya secara tepat, tujuan pembelajaran yang kedua melalui
pengamatan siswa dapat menemukan pokok-pokok pengumuman, tujuan
pembelajaran yang ketiga melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan
bagian dari pokok-pokok pengumuman dengan bahasa yang mudah dipahami
oleh orang lain dan selanjutnya untuk tujuan pembelajaran keempat adalah
melalui kegiatan diskusi dan role playing (bermain peran), siswa dapat
memperagakan isi pengumuman dengan ekspresi yang sesuai menggunakan
intonasi serta lafal yang tepat dan mudah dipahami orang lain. Setelah itu,
guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab sebagai upaya meningkatkan
109
motivasi belajar siswa dan menyamankan pandangan siswa terhadap materi
pengumuman yang akan didramakan nantinya.
Apersepsi tanya jawab antara guru dan siswa dilakukan seputar materi
yang disampaikan oleh guru mengenai “Menyampaikan Isi Pengumuman”
yang akan didramakan oleh siswa.
Langkah selanjutnya, guru menanyakan kepada siswa mengenai
bermain peran (tahap penyampaian role playing) dengan mengajukan
pertanyaan sebagai bentuk timbal balik dalam penerapan metode role playin.
Selanjutnya masuk pada penjelasan mengenai role playing.
Langkah selanjutnya masuk pada kegiatan inti pembelajaran dengan
durasi waktu sekitar 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti
pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan nyata yakni: eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Secara sistematika awal inti pembelajaran
dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal
yang ada pada dirinya. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seperti:
1. Coba sebutkan satu contoh drama yang pernah kalian lihat sebelumnya!
2. Seperti apakah peran yang terdapat dalam drama tersebut?
Selanjutnya siswa ditanya tentang pengertian drama agar siswa lebih
berpikir tentang drama yang akan dipelajarinya. Oleh sebab itu, untuk
menambah pemahaman siswa mengenai sebuah pengumuman maupun drama
guru kemudian menampilkan salah satu contoh video drama serta teks
pengumuman kepada siswa di depan kelas, kemudian siswa diminta untuk
memperhatikan secara cermat mengenai video yang akan diputar
(memberikan simulasi SAVI kepada siswa). Video dapat dapat dilihat pada
https://www.youtube.com/watch?v=mNmQS-Suu_Q&spfreload=10(dengan
judul “Video Pengumuman Multiplikasi- Contoh Video Kreatif).
Dilanjutkan tanya jawab kepada siswa mengenai video tersebut.
Selanjutnya untuk menambah pemahaman siswa mengenai sebuah
pengumuman, guru menampilkan beberapa contoh teks pengumuman lewat
powerpoint. Guru kembali menyampaikan pokok permasalahan mengenai
materi pengumuman (pokok-pokok pengumuman yang terdiri dari: (1) tujuan
110
pengumuman, (2) isi pengumuman, (3) sasaran pengumuman, (4) media yang
digunakan dalam pengumuman, (5) bahasa pengumuman, serta penjelasan
mengenai drama (role playing).
Pada kegiatan selanjutnya, guru meminta siswa untuk mencatat pokok-
pokok pengumuman dan penjelasannya yang telah dipaparkan di depan kelas
sehingga siswa dapat mengetahui dengan jelas mengenai sebuah
pengumuman. Setelah mencatat pokok-pokok pengumuman guru meminta
siswa untuk melengkapi satu contoh teks pengumuman yang ada di depan
kelas (guru menampilkan teks pengumuman “Kebersihan Lingkungan”.
Dilanjutkan tanya jawab mengenai teks pengumuman yang belum
lengkap tersebut.
Guru kembali menjelaskan mengenai materi pengumuman agar siswa
dapat memahami tentang bagian dari pokok-pokok pengumuman, siswa
menyimak penjelasan dari guru tentang materi pengumuman yang berkaitan
dengan drama. Kemudian guru menjelaskan dengan memberikan contoh di
depan kelas cara merancang kerangka naskah drama, kemudian menyusun
naskah drama dengan mengembangkan dari kerangka yang akan dibuat siswa
secara jelas.
Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi dengan pendalaman materi
kerjasama timbal balik dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam
kegiatan elaborasi ini, siswa membaca hasil catatan yang telah dicatat
berdasarkan teks pengumuman yang dipaparkan oleh guru di depan kelas.
Sedangkan siswa yang lain menyimak bacaan dari teman sekelasnya. Selain
membacakan hasil catatan masing-masing, kemudian guru membagi jumlah
siswa kedalam 4 kelompok yang terdiri dari 9 anak secara acak dari 36 siswa.
Namun, pembagian kelompok juga memperhatikan jumlah dan karakter
tokoh naskah drama yang akan dibuat oleh siswa. Guru membagi teks
pengumuman yang telah disiapkan sebelumnya sesuai kelompok yang yang
telah dipilih. Setiap kelompok memiliki satu contoh teks pengumuman.
Adapun teks pengumuman yang akan didramakan oleh masing-masing
kelompok, sebagai berikut:
111
a) Kelompok 1: Mengejar Beasiswa
b) Kelompok 2: Kebersihan Lingkungan
c) Kelompok 3: Lomba Mewarnai dan Melukis
d) Kelompok 4: Memperingati Hari Kartini
Dengan bimbingan, siswa dibentuk diskusi kelompok dengan posisi
duduk saling berhadapan. Kemudian siswa mendiskusikan/merancang
kerangka dan menyusun naskah drama berdasarkan materi yang telah
diperoleh pada masing-masing kelompok. Melalui diskusi kelompok, siswa
mulai menyusun naskah drama pendek. Guru membimbing dan mengarahkan
diskusi kelompok siswa.
Setelah naskah drama pendek selesai dibuat, masing-masing kelompok
diminta membacakan naskah drama yang dibuat di depan kelas dan sekaligus
dibentuk pembagian peran (tokoh drama) sesuai dengan ekspresi yang sesuai
menggunakan intonasi, serta lafal yang baik dan benar serta memperhatikan
penggunaan ejaan yang tepat berdasarkan peran tokoh masing-masing
(terkandung nilai model SAVI dan metode role playing). Siswa yang lain
menanggapi kelompok yang maju/bermain peran.
Kegiatan inti pada konfirmasi, guru mengulang kembali pembahasan
mengenai “Menyampaikan Kembali Isi Pengumuman” yang diperankan oleh
siswa. Selanjutnya siswa ditanyai mengenai materi tentang ”Pokok-pokok
serta Isi Pengumuman” untuk menggali pemahaman siswa terhadap materi
yang telah dipelajari maupun drama yang sudah diperankan.
Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan dalam
menyusun naskah drama yang telah diperankan di depan kelas bersama
teman-teman kelompoknya (Tahap evaluasi). Guru memberikan konfirmasi
hasil belajar siswa dalam menyusun naskah drama. Siswa dimotivasi agar
lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu sekitar 5 menit.
Siswa bersama guru membuat kesimpulan hasil pembelajaran dan meluruskan
pemahaman siswa yang kurang tepat mengenai materi “Menyampaikan
Kembali Isi Pengumuman”.
112
Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan memberikan salam
penutup.
b. Hasil Observasi
Hasil observasi diperoleh dari penilaian observasi yang dilakukan oleh
Ibu Dwi Kristiana selaku guru agama Kristen sekaligus selaku observer.
Observasi difokuskan pada kinerja guru menerapkan model pembelajaran
SAVI dan metode Role Playing dan aktivitas siswa selama penerapan model
pembelajaran SAVI dan metode Role Playing. Setiap aspek yang diamati
dijabarkan ke dalam indikator-indikator. Lembar obervasi kinerja guru terdiri
dari 21 butir pengamatan, sedangkan lembar observasi aktivitas siswa terdiri
dari 17 butir pengamatan. Masing-masing butir pengamatan terdiri dari 4
indikator.
Setiap butir pengamatan dinilai berdasarkan skor penilaian “Ya dan
Tidak (Y dan T)”. Dimana pada pemberian ya dan tidak jika kinerja atau
aktivitas siswa menunjukkan keterangan yang sesuai pada masing-masing
aspek atau butir pengamatan. Skor yang diperoleh dihitung sesuai dengan
kriteria yang ditunjukkan oleh siswa maupun kinerja guru.
a) Hasil Penilaian Observasi Kinerja Guru
Hasil observasi kinerja guru dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Observasi Kinerja Guru Siklus I
Pertemuan 1
No. Indikator Butir
Pengamatan
Skor Penilaian
Ya Tidak
1. Pra Pembelajaran 3 3
2. Kegiatan Pendahuluan 3 3
3. Kegiatan Inti 12 12
4. Kegiatan Penutup 3 3
Jumlah Skor 21 21
Berdasarkan tabel di atas dari pertemuan pertama hingga akhir
(pertemuan ketiga) dapat ditarik analisis bahwa dari indikator kegiatan
pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh guru.
Dari jumlah keseluruhan 21 butir pengamatan, terdapat 21 butir pengamatan
113
sudah terlaksana dengan baik. Sedangkan kekurangan/catatan yang diberikan
oleh observer yaitu guru tidak memperhatikan dan menegur siswa yang ribut
pada saat pembelajaran. Kesan kerja guru masih perlu ditingkatkan.
b) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Hasil penilaian aktivitas siswa siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 di
bawah ini:
Tabel 4.2
Hasil Penilaian Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1
No. Indikator Butir
Pengamatan
Skor Penilaian
Ya Tidak
1. Pra Pembelajaran 1 1
2. Kegiatan Pendahuluan 2 1 1
3. Kegiatan Inti 12 8 4
4. Kegiatan Penutup 2 2
Jumlah Skor 17 12 5
Berdasarkan tabel di atas mengenai hasil observasi aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara pada pertemuan sesuai
dengan jumlah keseluruhan butir pengamatan (17 butir) terdapat 12 butir
pengamatan yang sudah dilakukan oleh siswa, 5 butir pengamatan belum
dilakukan yaitu pada kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti. Dari hasil
pengamatan tersebut, terlihat siswa yang masih tidak fokus dalam mengikuti
pembelajaran sesuai dengan aspek penilaian pada lembar observasi aktivitas
siswa.
c) Refleksi dan Tindak Lanjut
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi antara siswa, peneliti, guru
kelas 4 dan observer setelah kegiatan pembelajaran selesai.
Dari data hasil temuan observasi pada pertemuan pertama, hasil kinerja
guru sebanyak 4 indikator yang terdiri dari 21 butir pengamatan dimana pada
masing-masing butir pengamatan tersebut berkaitan dengan kinerja guru
dalam menerapkan model SAVI dan metode Role Playing. Pada aspek/butir
pengamatan secara kesuluruhan dalam pembelajaran guru sudah
melaksanakan pembelajaran dengan baik karena sudah mendapat skor ya.
114
Sedangkan hasil temuan observasi aktivitas siswa sebanyak 17 butir
pengamatan terdapat 12 butir pengamatan yang sudah dilakukan oleh siswa, 5
butir pengamatan belum dilakukan yaitu pada kegiatan pendahuluan dan
kegiatan inti dimana pada kegiatan pendahuluan siswa tidak memperhatikan
secara seksama ketika guru menjelaskan tujuan pembelajaran (t), sedangkan
pada kegiatan inti siswa tidak berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok
mendapat skor (t), keseriusan siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok
mendapat skor (t), butir pengamatan siswa berani mempresentasikan hasil
kerja kelompok di depan kelas mendapat skor (t), dan pada butir pengamatan
siswa dapat memerankan hasil diskusi dengan menggunakan lafal, intonasi,
dan ekspresi yang tepat mendapat skor (t).
Berdasarkan penjelasan maupun temuan hasil pelaksanaan
pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada pertemuan
pertama siswa sudah terlihat aktif hanya saja kekurangan/catatan yang
diberikan oleh observer yaitu guru tidak memperhatikan dan menegur siswa
yang ribut pada saat pembelajaran. Kesan kerja guru masih perlu
ditingkatkan.
2) Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada
hari Sabtu tanggal 16 April 2016 pukul 08.55-10.45. Pelaksanaan pengamatan
pada kinerja guru dan aktivitas siswa masih dilakukan oleh observer yang
sama pada siklus I pertemuan pertama.
a. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan kedua materi yang disampaikan berkaitan dengan cara
bermain peran (role playing) dari naskah drama yang dibuat pada pertemuan
1. Tujuan utama pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan II ini yaitu,
melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan pokok-pokok pengumuman
dengan bahasa yang benar dan tepat serta mudah di pahami oleh orang lain.
Kemudian, melalui kegiatan diskusi dan role playing (bermain peran), siswa
dapat memperagakan drama sesuai isi pengumuman dengan ekspresi yang
115
sesuai menggunakan intonasi serta lafal yang tepat dan mudah di pahami
orang lain.
Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 10
menit. Kegiatan awal yang guru lakukan tidak berbeda jauh dari pertemuan I
karena dimulai pada jam kedua pelajaran yakni membuka pelajaran dengan
menyapa siswa/memberikan salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas
sebagai tindakan preventif (pencegahan) terhadap penghambat jalannya
proses pembelajaran. Dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa/presensi
siswa untuk lebih memahami dan mengetahui jumlah siswa yang masuk
maupun yang tidak masuk pada hari itu. Jumlah siswa yang hadir lengkap
yaitu berjumlah 36 siswa.
Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh
siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran yang
jelas dalam materi yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran yang akan
dicapai yaitu melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan pokok-pokok
pengumuman dengan bahasa yang benar dan tepat serta mudah di pahami
oleh orang lain. Kemudian, melalui kegiatan diskusi dan role playing
(bermain peran), siswa dapat memperagakan drama sesuai isi pengumuman
dengan ekspresi yang sesuai menggunakan intonasi serta lafal yang tepat dan
mudah di pahami orang lain.
Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan
motivasi belajar siswa dan menyamakan pandangan tentang materi drama
yang akan dipelajari siswa. Apersepsi diberikan dengan tanya jawab antara
guru dan siswa terkait role playing (bermain peran).
Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi
kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti
pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan, yakni eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi. Secara sistematika awal ini pembelajaran dilakukan tindakan
eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada pada
dirinya.
116
Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa sebagai umpan balik
mengenai pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan. Siswa dapat
menjawab pertanyaan guru sesuai dengan materi yang pernah dipelajarinya.
Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi, dengan melakukan proses
kerjasama dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan
elaborasi siswa dibagi pada kelompok semula yang beranggotakan 9 orang.
Dalam setiap kelompok tersebut, guru membagikan materi atau lembar kerja
kelompok berupa teks pengumuman sesuai kelompok masing-masinguntuk
dipelajari.
Kemudian, guru mengkondisikan tempat duduk seperti pelaksanaan
diskusi pada pertemuan I dengan posisi duduk saling berhadapan sesuai
kelompoknya masing-masing. Dengan bimbingan guru, siswa mendiskusikan
teks pengumuman yang diperoleh teks pengumumang tersebut dijadikan
dalam bentuk naskah drama. Kemudian, siswa diberikan waktu 10 menit
untuk mempersiapkan setting dengan kelompok sebelum memerankan drama
(role playing). Kegiatan selanjutnya adalah masing-masing kelompok siswa
maju memerankan dari naskah drama yang sudah dibuat pada masing-masing
kelompok. Setelah memerankan drama, siswa/kelompok lain diminta
memberikan tanggapan kepada setiap kelompok yang maju (dalam
memerankan drama).
Selanjutnya kegiatan konfirmasi. Siswa diberikan kesempatan untuk
menyatakan kesulitan yang dihadapi selama memerankan drama. Guru
bertanya kepada siswa mengenai hal yang belum dipahami.
Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu sekitar 10
menit.Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran dan
meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat mengenai materi
“Menyampaikan Kembali Isi Pengumuman”.
Siswa diberikan tugas rumah untuk belajar kelompok memainkan
drama (role playing) agar semakin terbiasa memerankan drama pada
pertemuan selanjutnya dari drama yang akan diperankan sehingga
penampilan berikutnya akan lebih baik lagi.
117
Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru mengingat
penampilan bermain peran siswa masih kurang memuaskan. Guru
menyampaikan pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat
belajar, menghargai pendapat setiap kelompok diskusi, serta memiliki
kerjasama pada saat diskusi. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran
dengan salam.
b. Hasil Observasi
Penilaian hasil observasi kinerja guru dan siswa masih sama dengan
uraian pada pertemuan pertama.
a) Hasil Observasi Kinerja Guru
Hasil penilaian observasi kinerja guru siklus I dapat dilihat pada tabel
4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2
No. Indikator Butir
Pengamatan
Skor Penilaian
Ya Tidak
1. Pra Pembelajaran 3 2 1
2. Kegiatan Pendahuluan 3 3
3. Kegiatan Inti 12 11 1
4. Kegiatan Penutup 3 3
Jumlah Skor 21 19 2
Berdasarkan tabel di atas pada pertemuan kedua dapat ditarik analisis
bahwa dari indikator kegiatan pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang
belum dilakukan oleh guru. Dari jumlah keseluruhan 21 butir pengamatan,
terdapat 19 butir pengamatan yang terlaksana, 2 butir yang belum terlaksana,
dari temuan hasil observasi kinerja guru pada butir pengamatan guru
memberikan motivasi kepada siswa sebelum pembelajaran mendapat skor (t),
dan pada butir pengamatan guru menjelaskan materi pembelajaran secara
runtut mendapat skor (t).
118
b) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Hasil penilaian aktivitas siswa siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 di
bawah ini:
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2
No. Indikator Butir
Pengamatan
Skor Penilaian
Ya Tidak
1. Pra Pembelajaran 1 1
2. Kegiatan Pendahuluan 2 2
3. Kegiatan Inti 12 11 1
4. Kegiatan Penutup 2 2
Jumlah Skor 17 16 1
Berdasarkan tabel di atas mengenai hasil observasi aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran pada pertemuan kedua dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam pembelajaran keterampilan berbicara terdapat 1
kegiatan yang belum dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.
Karena pada pertemuan kedua pembelajaran, terdapat 16 butir yang
terlaksana, sedangkan 1 butir belum terlaksana, yaitu pada butir pengamatan
bekerjasama dengan teman kelompok. Namun, dari kedua pertemuan
pembelajaran keterampilan berbicara sudah terjadi peningkatan dari diri siswa
dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara tersebut. Karena
dalam mengiktuti pembelajaran siswa sudah terlihat antusias.
c) Refleksi dan Tindak Lanjut
Dilihat dari hasil temuan pembelajaran antara kinerja guru dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan model SAVI
dan metode Role Playing, guru dalam menerapkan model SAVI dan metode
Role Playing kepada siswa pada saat pembelajaran terdapat aspek/butir
pengamatan yang tidak guru lakukan pada saat mengajar, yaitu guru tidak
memberikan motivasi kepada siswa sebelum pembelajaran akan dimulai, serta
guru menjelaskan materi pembelajaran secara tidak runtut. Hasil skor yang
diperoleh pada observasi kinerja guru mendapat 19 skor.
Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan
119
kedua ini mengalami peningkatan daripada pertemuan pertama, karena hanya
ada 1 aspek/butir pengamatan saja yang tidak siswa lakukan yaitu kerjasama
siswa dalam kelompok masih kurang dan perlu ditingkatkan. Mengingat
bahwa kerjasama dalam kelompok sangat penting karena hal ini dapat
memberikan dampak pada penilaian keterampilan berbicara.
3) Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 19 April 2016 pukul 08.55-selesai. Pada pertemuan ketiga ini
penilaian secara individu akan dilakukan oleh guru. Sehingga pada saat
pertemuan ketiga ini siswa lebih diarahkan mengenai model SAVI dan metode
Role Playing, karena hal ini akan membantu siswa untuk melakukan
peran/drama dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pertemuan ketiga materi yang disampaikan berkaitan dengan cara
bermain peran (role playing) dari naskah drama pada pertemuan I dan II.
Tujuan utama pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan III ini yaitu,
melalui kegiatan diskusi dan role playing (bermain peran), siswa dapat
memperagakan drama sesuai isi pengumuman dengan ekspresi yang sesuai
menggunakan intonasi serta lafal yang tepat dan mudah di pahami orang lain.
Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 10
menit. Kegiatan awal yang guru lakukan tidak berbedadari pertemuan I dan II
karena dimulai pada jam kedua pelajaran yakni membuka pelajaran dengan
menyapa siswa/memberikan salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas
sebagai tindakan preventif (pencegahan) terhadap penghambat jalannya
proses pembelajaran. Dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa/presensi
siswa untuk lebih memahami dan mengetahui jumlah siswa yang masuk
maupun yang tidak masuk pada hari itu. Jumlah siswa yang hadir lengkap
yaitu berjumlah 36 siswa.
Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh
siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran yang
jelas dalam materi yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran yang akan
dicapai yaitu melalui kegiatan diskusi dan Role Playing (bermain peran),
120
siswa dapat memperagakan drama sesuai isi pengumuman dengan ekspresi
yang sesuai menggunakan intonasi serta lafal yang tepat dan mudah di
pahami orang lain.
Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan
motivasi belajar siswa dan menyamakan pandangan tentang materi drama
yang akan dipelajari siswa. Apersepsi diberikan dengan tepuk tangan
bersama-sama (termasuk bagian dari model SAVI dalam pembelajaran).
Kemudian guru mengadakan tanya jawab setelah tepuk drama tersebut
untuk mengetahui tingkat kepekaan siswa.
Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi
kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti
pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan, yakni eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi. Secara sistematika awal ini pembelajaran dilakukan tindakan
eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada pada
dirinya. Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa seperti berikut:
Pada kegiatan eksplorasi: guru menampilkan powerpoint mengenai
pembelajaran yang pernah diajarkan sebelumnya, yaitu menampilkan
beberapa contoh teks pengumuman lewat powerpoint.
Selanjutnya guru meminta siswa menyebutkan kembali pokok-pokok
pengumuman yang telah mereka pelajari pada pertemuan I. Hal ini dilakukan
dengan tujuan memperdalam pemahaman siswa mengenai pelajaran yang
pernah diikuti sebelumnya.
Tanya jawab pada kegiatan eksplorasi kembali diberikan guru kepada
siswa. Siswa memberikan feedback berupa jawaban dari pertanyaan yang
diberikan oleh guru guna memperdalam kegiatan berpikir, siswa diberikan
pertanyaan dengan memancing jawaban siswa terkait cara melakukan role
paying dengan memperhatikan keterampilan berbicara yang baik dan benar.
Guru kembali memberikan motivasi berupa meyakinkan pemahaman
siswa mengenai karakter/tokoh yang akan diperankan agar pada saat bermain
peran siswa dengan mudah menguasai karakter pada tokoh peran masing-
masing.
121
Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi dengan melakukan proses
kerjasama dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan
elaborasi siswa dijelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan saat
bermain peran dalam drama, diantaranya faktor-faktor penunjng keefektifan
berbicara. Penjelasan dilakukan dengan menggunakan metode demontrasi
yaitu memperagakan tentang materi yang disampaikan.
Sebelum siswa mencoba memainkan peran dari tokoh drama yang telah
dibagikan oleh guru pada pertemuan kedua, guru menanyakan kejelasan dari
materi yang sudah dijelaskan. Kemudian, guru mengkondisikan tempat duduk
seperti pelaksanaan diskusi pada pertemuan I dan II dengan posisi duduk
saling berhadapan sesuai kelompoknya masing-masing. Siswa diberikan
waktu 10 menit untuk mempersiapkan setting dengan kelompoknya sebelum
maju bermain peran (role playing). Siswa yang lain menjadi pengamat pada
kelompok maju.
Kegiatan selanjutnya adalah masing-masing kelompok siswa maju
memerankan dari naskah drama yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Kegiatan bermain peran ini penilaiannya difokuskan pada keterampilan
berbicara. Tugas guru yaitu bertindak sebagai fasilitator dan memberikan
penilaian. Dengan lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan
berbicara siswa oleh guru secara individu. Setelah memerankan drama,
siswa/kelompok lain diminta memberikan tanggapan kepada setiap kelompok
yang maju (memerankan drama).
Kegiatan konfirmasi, guru memberikan reward (penguatan) kepada
masing-masing kelompok. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan
kesulitan yang dihadapi selama memerankan drama. Guru memberikan
konfirmasi hasil belajar siswa dalam bermain peran/ drama. Guru memotivasi
siswa agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu sekitar 10
menit.Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebgai bentuk
refleksi yang dilakukan oleh guru. Siswa diberikan tugas rumah untuk belajar
kelompok memainkan drama (role playing) agar semakin terbiasa
122
memerankan drama pada pertemuan selanjutnya dari drama yang akan
diperankan sehingga penampilan berikutnya akan lebih baik lagi.
Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru mengingat
penampilan bermain peran siswa masih kurang memuaskan. Guru
menyampaikan pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat
belajar, menghargai pendapat setiap kelompok diskusi, serta memiliki
kerjasama pada saat diskusi. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran
dengan salam.
4.2.3 Hasil Tindakan Siklus I
Proses dan hasil tindakan merupakan hasil analisis data dari hasil tes
lisan siklus I. Data dapat dilihat pada sub bab 4.4 analisis data.
4.2.4 Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berbicara siklus I baik proses maupun hasil telah menunjukkan adanya
peningkatan dari kondisi awal (prasiklus).
Keberhasilan pembelajaran berbicara pada siklus I dapat dilihat dari
beberapa indikator mengenai kinerja guru maupun siswa dari masing-masing
pertemuan. Pada pertemuan pertama untuk kinerja guru terdapat 21 butir
pengamatan sudah dilaksanakan oleh guru secara baik meskipun terdapat
catatan bahwa guru tidak menegur siswa yang masih ribut pada saat
pembelajaran sedang berlangsung, namun antusias siswa terlihat ketika
mengikuti pembelajaran. Pada pertemuan kedua terdapat 19 butir pengamatan
yang terlaksana, sedangkan 2 butir yang tidak terlaksana tersebut disebabkan
karena guru tidak memberikan motivasi kepada siswa serta guru tidak
menjelaskan materi pembelajaran secara runtut. Dan pada pertemuan ketiga
butir pengamatan terlaksana secara keseluruhan yaitu 21 butir.
Jadi dari keseluruhan skor yang diperoleh dalam kinerja guru ketika
menerapkan model SAVI dan metode Role Playing termasuk kedalam
kategori baik.
123
Berdasarkan temuan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I
pertemuan pertama terdapat 12 butir pengamatan yang sudah dilakukan oleh
siswa, 5 butir pengamatan belum dilakukan yaitu pada kegiatan pendahuluan
dan kegiatan inti. Peningkatan terjadi pada pertemuan kedua terdapat 16 butir
yang terlaksana, sedangkan 1 butir belum terlaksana. Jika dibandingkan pada
pertemuan sebelumnya, peningkatan terjadi dalam diri siswa yaitu keseriusan
siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok sudah terlihat serta siswa juga
aktif dalam berdiskusi kelompok, hal tersebut dengan dibuktikannya bahwa
pada butir pengamatan lembar observasi aktivitas siswa sudah mendapat skor
ya (y).
Namun, selain ada keberhasilan juga masih terdapat kekurangan dari
tindakan pada siklus I yang menyebabkan hasil pembelajaran keterampilan
berbicara kurang maksimal. Setelah berdiskusi dengan guru kelas 4, diperoleh
simpulan mengenai hal-hal yang menyebabkan nilai siswa kurang maksimal
antara lain:
1) Keberanian siswa belum terlihat maksimal dan siswa masih malu
berbicara di depan kelas terlebih pada saat memerankan drama.
2) Sikap siswa dari aspek minat dan kesungguhan perlu ditingkatkan karena
masih di bawah 70% sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.
3) Dari jumlah keseluruhan siswa (36) kelas 4 tersebut terdapat 24 siswa
yang kurang percaya diri, terlihat skor nilai pada aspek ekspresi berbicara
masih sangat rendah sehingga kegiatan berbicara atau bermain peran
siswa terlihat kaku.
4) Dari jumlah keseluruhan siswa (36) terdapat 13 siswa masih kurang
terampil berbicara di depan kelas, masih terlihat diam karena lupa apa
yang akan diperankan dan dikatakan.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan pembelajaran dalam proses
maupun hasil belajar Bahasa Indonesia pada siklus I, guru dan peneliti akan
berusaha memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II, agar
pembelajaran tercapai secara optimal. Berdasarkan pengalaman pada siklus I,
124
hal-hal perlu dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada Siklus II
antara lain dengan cara:
a. Guru lebih mengkondisikan siswa aktif bertanya, mengeluarkan
pendapat, menyampaikan tanggapan serta mengarahkan untuk membuat
kesimpulan materi.
b. Guru harus berusaha lebih kreatif pada saat presentasi kelas, agar siswa
yang tidak mendengarkan menjadi tertarik mendengarkan penjelasan
guru.
4.3 Deskripsi Siklus II
Tindakan pada siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2x35 menit). Siklus II dilaksanakan
pada hari Kamis, 21 April 2016 pertemuan pertama, pada hari Sabtu, 23 April
2016 pertemuan kedua, dan pada hari Selasa, 26 April 2016 pertemuan
ketiga.
Bertolak dari hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti bersama guru
kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan yang sekaligus bertindak
sebagai guru pengajar, berdiskusi mengenai cara yang tepat untuk
memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Tahap ini dilakukan pada
hari, Sabtu, 23 April 2016 di ruang kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1
Kecamatan Getasan setelah dilaksanakan siklus I. Proses pembelajaran
keterampilan berbicara pada siklus II ini, rencananya akan dilaksanakan
dengan beberapa langkah perbaikan dari tindakan siklus I, yaitu:
1) Guru meningkatkan proses dari aspek minat, keaktifan, kerjasama, dan
kesungguhan di dalam proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi
pembelajaran yang menyenangkan dan motivasi siswa untuk belajar.
2) Memperbaiki naskah drama yang sudah dibuat pada siklus I dengan
melakukan diskusi kelompok kembali. Siswa yang belum aktif
berdiskusi, perlu dibangkitkan semangatnya sehingga diskusi yang
dilaksanakan bermanfaat untuk menyempurnakan hasil kerjanya.
125
3) Guru lebih memotivasi siswa agar berani dan percaya diri tampil
berbicara di depan kelas dengan cara penguatan verbal atau pemberian
hadiah bagi pemeran drama terbaik.
4) Guru menciptakan setting panggung bermain peran seperti keadaan
sebenarnya dengan perlengkapan sederhana seperti meja, kursi serta
menyarankan siswa untuk menggunakan perlengkapan yang digunakan
sehingga kegiatan berbicara dalam role playing tampak lebih hidup.
5) Menciptakan situasi belajar yang lebih menyenangkan agar siswa
semakin berminat dalam mengikuti pelajaran sehingga akan lebih
meningkatkan keaktifan siswa.
6) Guru selalu memberikan arahan dan perhatian pada siswa agar
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya.
7) Guru menyarankan siswa agar mampu mengembangkan daya imajinasi
dan kreativitas diri disaat lupa berbicara dan tidak menyimpang dari isi
drama.
8) Guru lebih memberikan perhatian kepada siswa dengan cara pendekatan
individu dan menegur bagi siswa yang tidak fokus pada proses
pembelajaran.
Tahapan-tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut:
4.3.1 Tahap Perencanaan
Peneliti dan guru kelas 4 mendiskusikan rencana tindakan yang akan
dilakukan dalam proses penelitian siklus II ini untuk mendapatkan hasil yang
optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah 80% siswa
tuntas dari hasil tes unjuk kerja keterampilan berbicara.
Tahap-tahap perencanaan pada siklus II meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan silabus
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas 4 semester II tahun 2016
materi keterampilan berbicara. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada
126
siklus II dirancang dengan 3 kali pertemuan. Alokasi waktu setiap pertemuan
adalah 2×35 menit, sehingga dalam satu siklus terdapat 6×35 menit.
Rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mencakup penetuan:
identitas RPP, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, model dan metode pembelajaran,
langkah-langkah kegiatan (skenario) pembelajaran, sumber dan media
pembelajaran, teknik penilaian.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:
a) Ruang kelas, runag kelas yang digunakan adalah kelas 4 yang biasa
digunakan setiap hari. Ketika diskusi berlangsung, tempat duduk atau
kursi diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat melakukan diskusi
dengan baik.
b) Materi pembelajaran, materi pertemuan I siklus II mempelajari tentang
perbaikan cara menyusun naskah drama yang telah dibuat pada
pertemuan sebelumnya, yaitu pertemuan siklus I agar naksah drama
akan semakin baik untuk diperankan pada pertemuan berikutnya.
Sedangkan materi pada pertemuan II mengulang materi tentang hal-hal
yang harus diperhatikan ketika bermain peran dalam drama sehingga
siswa dapat bermain peran (role playing) berdasarkan naskah drama
yang telah dibuat sebelumnya dengan memperhatikan aspek yang akan
dinilai.
c) Mempersiapkan media pembelajaran, pada saat mengajar guru/peneliti
tidak menggunakan media pada siklus II pertemuan I. Guru hanya
menampilkan powerpoint kepada siswa terkait materi.
d) Mempersiapkan hadiah yang akan diberikan kepada setiap kelompok
siswa yang telah memerankan drama.
3) Menyiapkan Lembar Observasi: RPP, Pelaksanaan Pembelajaran Guru,
dan Penilaian Proses Siswa.
Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-hal
apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar observasi
127
RPP dibuat untuk menilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru oleh
peneliti dan juga observe yaitu ibu Dwi Kristiana selaku guru agama Kristen
di sekolah SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan. RPP merupakan
kerangka prosedural yang sangat penting dalam perencanaan pembelajaran
sehinga perlu dibuat penilaian. Lembar pengamatan penilaian proses siswa
lebih diutamakan pada minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan dalam
proses pelaksanaan pembelajaran berbicara. Pengamatan siswa ini berfungsi
sebagai hasil penilaian nontes proses pembelajaran. Sedangkan lembar
observasi yang dibuat untuk guru lebih diutamakan pada persiapan, jalannya
kegiatan, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
4) Menyiapkan Instrumen Penilaian
Peneliti dan guru menyusun instrument penelitian yang berupa
penilaian tes dan nontes. Instrument tes dinilai dari hasil tes unjuk kerja
(praktik) berbicara siswa dalam bentuk bermain peran (role playing) sesuai
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Rubrik penilaian tes unjuk kerja
keterampilan berbicara siswa dapat dilihat pada lampiran 5 RPP siklus II
pertemuan I. Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan hasil observasi
kegiatan siswa yang dilakukan oleh peneliti dengan berdasarkan lembar
penilaian proses pembelajaran berbicara yang meliputi: (a) minat, (b)
keaktifan, (c) kerjasama, (d) kesungguhan siswa selama mengikuti
pembelajaran berbicara di kelas.
1) Pertemuan Pertama
Perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama meliputi
persiapan yang dilakukan peneliti bersama adalah menyusun dan merevisi
RPP menggunakan model pembelajaran SAVI dan metode Role Playing pada
materi teks pengumuman pokok bahasan bermain peran. Setelah menetapkan
indikator dan tujuan pembelajaran, oleh karena itu dipersiapkan sarana yang
menunjang proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Media yang digunakan
dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II adalah media
berbantuan video. Untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama
pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu menyusun instrumen berupa lembar
128
observasi untuk siswa dan guru. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan oleh guru maka perlu menyusun alat
evaluasi berupa lembar kerja siswa.
2) Pertemuan Kedua
Perencanaan pertemuan kedua ini merupakan tindak lanjut dari refleksi
pertemuan pertama yang telah dilaksanakan. Persiapan yang dilakukan adalah
menyusun RPP dengan pokok bahasan materi selanjutnya yaitu tentang
bermain peran. RPP yang disusun tetap menggunakan model pembelajaran
SAVI dan metode Role Playing. Karena materi yang akan diajarkan tentang
bermain peran, maka guru lebih fokus menjelaskan materi pada faktor-faktor
penunjang dalam keefektifan berbicara seperti: lafal, intonasi, kelancaran,
ekspresi berbicara serta pemahaman isi. Kemudian disusun instrumen berupa
lembar obsevasi untuk siswa dan guru. Selain itu juga disusun alat evaluasi
berupa lembar kerja siswa, lembar tes lisan (naskah drama), yang telah
disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa.
3) Pertemuan Ketiga
Pada perencanaan pertemuan ketiga ini merupakan penyempurnaan dari
pertemuan pertama dan pertemuan kedua.Pada pertemuan ini diadakan tes
formatif. Namun sebelum diadakan tes lisan siklus I, terlebih dahulu guru
mengulang kembali materi yang telah disampaikan pada dua pertemuan
sebelumnya. Persiapan yang dilakukan adalah menyusun RPP, dan
menyiapkan naskah drama yang akan diberikan kepada masing-masing siswa,
penilaian pada siklus II akan dilakukan pada pertemuan ketiga secara individu
berdasarkan hasil pengamatan.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tindakan siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 April 2016 dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari Selasa, 26 April 2016, pertemuan ketiga dilaksanakan
pada hari Kamis 28 April 2016. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan
di ruang kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan.
129
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari
Kamis tanggal 21April 2016 pukul 08.55-10.45 WIB.
a. Pelaksanaan Tindakan
Pada pertemuan pertama siklus II yang diajarkan kepada siswa kelas 4
SD Negeri Sumogawe 1 terlebih dahulu adalah mengulang kembali mengenai
materi drama dan memperbaiki penyusunan naskah drama.
Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit. Kegiatan
yang guru lakukan yakni membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif
(pencegahan). Kemudian presensi kehadiran siswa untuk mengetahui jumlah
kehadiran siswa. Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan I yaitu 35 siswa,
salah satu siswa tidak hadir dikarenakan sakit. Guru juga mengajak siswa
berpartisipasi aktif selama pembelajaran berlangsung. Kemudian guru
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan
jelas.
Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua yaitu,(1)
melalui pengamatan, siswa dapat menyampaikan isi pengumuman
menggunakan seluruh alat indera (SAVI) yang di milikinya secara tepat, (2)
melalui kegiatan role playing (bermain peran), siswa dapat memperagakan
isi pengumuman menggunakan ekspresi, intonasi serta lafal yang tepat dan
mudah di pahami orang lain. Setelah itu, guru memberikan apersepsi berupa
tanya jawab antar guru dan siswa.
Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab terkait materi yang
pernah dipelajari pada siklus I.
Kemudian guru menjelaskan pengertian bermain peran (role playing)
kepada siswa untuk memperdalam pemahaman siswa mengenai bermain
peran/drama yang akan diperankan pada masing-masing kelompok. Sehingga
pada saat memerankan drama, siswa tidak terlihat kaku dan malu-malu ketika
berbicara di depan kelas.
130
Langkah selanjutnya, masuk pada kegiatan inti pembelajaran dengan
durasi kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti
pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni, eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi. Secara sistematika, awal inti pembelajaran dilakukan
tindakan eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada
pada dirinya. Adapun kegiatan yang dilakukan antara guru dan siswa pada
kegiatan inti terutama pada eksplorasi adalah sebagai berikut:
Guru menanyakan kepada siswa mengenai drama yang pernah
dilakukan pada pertemuan sebelumnya.
a) Sudah tahukah kalian mengenai kelebihan dan kekurangan (kesalahan)
dari drama yang pernah kalian perankan di depan kelas?
b) Apa yang kalian rasakan saat memerankan drama di depan kelas pada
minggu lalu?
Hal ini dilakukan guru agar siswa dapat berpikir dan menggali
pemahaman yang mereka miliki dalam melakukan kegiatan bermain peran
(role playing) pada pertemuan sebelumnya. Tindakan selanjutnya yaitu
elaborasi, dalam kegiatan elaborasi siswa menyimak penjelasan dari guru
mengenai materi yang berkaitan kekurangan dan kelebihan dari drama yang
pernah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Setelah menjelaskan
mengenai kekurangan dan kelebihan dari drama, guru kembali menampilkan
teks pengumuman yang pernah diperlihatkan kepada siswa pada pertemuan I
dan II siklus I yaitu “Kebersihan Lingkungan”. Setelah menampilkan
powerpoint guru meminta salah satu siswa maju di depan kelas untuk
membacakan satu contoh naskah drama yang telah dipersiapkan oleh guru
pada waktu sebelumnya. Guru menjelaskan mengenai kelebihan dan
kekurangan terkait pembacaan naskah drama yang dibacakan oleh siswa.
Selanjutnya guru membentuk diskusi kelompok seperti pada kelompok
semula yang beranggotakan 9 orang, namun 1 kelompok terdiri dari 8 orang
dengan posisi duduk saling berhadapan seperti kelompok pada siklus I. Siswa
dibagikan teks pengumuman yang telah disiapkan oleh guru sesuai kelompok
131
masing-masing seperti pada siklus I dengan masing-masing kelompok
mendapat 1 tema, yaitu:
a) Kelompok 1: Mengejar Beasiswa
b) Kelompok 2: Kebersihan Lingkungan
c) Kelompok 3: Lomba Mewarnai dan Melukis
d) Kelompok 4: Memperingati Hari Kartini
Guru meminta masing-masing kelompok untuk
merancang/mendiskusikan teks pengumuman yang diperoleh pada masing-
masing kelompok dalam bentuk naskah drama. Melalui diskusi kelompok,
siswa mulai membuat naskah drama pendek. Guru membimbing diskusi
kelompok, kemudian siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok di depan kelas. Selanjutnya kegiatan konfirmasi, guru memberikan
umpan balik terhadap hasil diskusi siswa dalam kelompok.
Selanjutnya guru bertanya mengenai hal yang belum dipahami siswa
dalam bermain peran. Guru memotivasi siswa agar lebih semangat dan
berpartisipasi aktif pada pertemuan berikutnya. Kegiatan akhir menghabiskan
waktu kurang lebih 5 menit. Siswa bersama guru mengevaluasi hasil
pembelajaran (refleksi). Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan
salam penutup.
b. Hasil Observasi
Penilaian hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama siklus
II seperti yang diuraikan pada siklus I.
a) Hasil Observasi Kinerja Guru
Tabel 4.5
Hasil Penilaian Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1
No. Indikator Butir
Pengamatan
Skor Penilaian
Ya Tidak
1. Pra Pembelajaran 3 3
2. Kegiatan Pendahuluan 3 3
3. Kegiatan Inti 12 12
4. Kegiatan Penutup 3 3
Jumlah Skor 21 21
132
Berdasarkan tabel di atas pertemuan pertama siklus I dapat ditarik
analisis bahwa dari jumlah keseluruhan 21 butir pengamatan, terdapat 21
butir pengamatan sudah dilaksanakan oleh guru secara baik. Terjadi
peningkatan secara siginifikan terhadap pembelajaran yang diterapkan oleh
guru pada saat mengajar.
b) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 4.6
Hasil Penilaian Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan
1
No. Indikator Butir
Pengamatan
Skor Penilaian
Ya Tidak
1. Pra Pembelajaran 1 1
2. Kegiatan Pendahuluan 2 2
3. Kegiatan Inti 12 12
4. Kegiatan Penutup 2 2
Jumlah Skor 17 17
Hasil observasi kegiatan siswa pada pertemuan pertama dapat ditarik
kesimpulan bahwa dari empat indikator kegiatan pembelajaran yang
dijabarkan dalam 17 butir pengamatan, terdapat semua butir-butir
pengamatan tersebut sudah terlaksana dengan baik sesuai harapan guru. Hal
tersebut membuktikan adanya peningkatan pada diri siswa ketika mengikuti
pembelajaran keterampilan berbicara di kelas. Siswa terlihat aktif dan
bersungguh-sungguh dalam pembelajaran..
c) Refleksi dan Tindak Lanjut
Berdasarkan indicator kinerja guru pada lembar observasi guru terjadi
peningkatan pada setiap aspek/butir pengamatan. Guru sudah sudah
menjelaskan materi pelajaran secara runtut. Selain itu dalam mengkondisikan
dan memotivasi siswa sudah dilakukan guru secara maksimal.
Berdasarkan indikator aktivitas siswa pada lembar observasi juga sudah
terlihat peningkatan pada diri siswa ketika mengikuti pembelajaran
keterampilan berbicara. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kerjasama dalam
133
kelompok. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama
guru mengajar, interaksi guru dengan siswa sangat baik.
1) Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Sabtu tanggal 23 April 2016 pukul 08.55-selesai.
a. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan
yang guru lakukan sama seperti pembelajaran pada sebelumnya, yakni
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan
mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif (pencegahan). Kemudian
presensi kehadiran siswa untuk mengetahui jumlah kehadiran siswa. Jumlah
siswa yang hadir pada pertemuan 2 yaitu 35 siswa, salah satu siswa tidak
hadir dikarenakan sakit. Guru juga mengajak siswa berpartisipasi aktif selama
pembelajaran berlangsung. Kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas.
Setelah itu, guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab sebelum
masuk ke kegiatan inti. Langkah selanjutnya, masuk pada kegiatan inti
pembelajaran dengan durasi kurang lebih 55 menit. Kegiatan yang dilakukan
guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni,
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sistematika, awal inti
pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa mampu menggali
pemahaman awal yang ada pada dirinya. Adapun kegiatan yang dilakukan
antara guru dan siswa pada kegiatan inti terutama pada eksplorasi adalah guru
menjelaskan mengenai bermain peran (role playing) salam sebuah drama
kepada siswa dengan tujuan agar pada saat memerankan drama, siswa dapat
memerankan drama sesuai karakter/tokoh yang ada pada drama tersebut.
Hal ini dilakukan guru agar siswa dapat berpikir dan menggali
pemahaman yang mereka miliki dalam melakukan kegiatan bermain peran
(role playing) pada pertemuan sebelumnya. Tindakan selanjutnya yaitu
elaborasi, dalam kegiatan elaborasi siswa dibentuk sebuah diskusi kelompok
seperti pada kelompok semula yang beranggotakan 9 orang, namun 1
134
kelompok terdiri dari 8 orang. Dengan bimbingan guru, siswa dikondisikan
posisi duduk saling berhadapan seperti kelompok pada siklus I. Kemudian,
siswa dibagikan teks pengumuman yang telah disiapkan oleh guru sesuai
kelompok masing-masing seperti pada siklus I dengan masing-masing
kelompok mendapat 1 tema, yaitu:
a) Kelompok 1: Mengejar Beasiswa
b) Kelompok 2: Kebersihan Lingkungan
c) Kelompok 3: Lomba Mewarnai dan Melukis
d) Kelompok 4: Memperingati Hari Kartini
Guru meminta masing-masing kelompok untuk memperbiki naskah
drama yang sudah dibuat pada pertemuan pertama berdasarkan masing-
masing tema yang sudah diperoleh pada setiap kelompok. Melalui diskusi
kelompok, siswa mulai memperbaiki naskah drama pendek. Guru
membimbing diskusi kelompok, kemudian siswa diminta untuk
mempersiapkan setting sekaligus pembagian peran sesuai karakter/tokoh pada
masing-masing kelompok. Kegiatan selanjutnya, siswa diminta untuk
memperagakan dari perbaikan naskah drama yang dimiliki dengan lafal,
intonasi, kelancaran, pemahaman isi maupun ekspresi yang sesuai di depan
kelas (terkandung nilai model SAVI dan metode Role Playing). Pada saat
kelompok maju mempresentasikan/memperagakan naskah drama,
siswa/kelompok lain menjadi pengamat sekaligus menanggapi setiap
kelompok yang maju.
Selanjutnya kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik
sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
kesulitan yang dialami pada saat memerankan drama. Guru memotivasi siswa
agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif pada pertemuan berikutnya.
Kegiatan akhir menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit. Siswa bersama
guru menyimpulkan hasil pembelajaran (refleksi). Siswa diberikan tugas
rumah (berupa naskah drama yang telah dipersiapkan sebelumnya) untuk
dipelajari pada pertemuan ketiga dari drama yang akan diperankan (tindak
lanjut). Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam penutup.
135
b. Hasil Observasi
Penilaian hasil observasi kinerja guru dan aktivitas selama siklus II
seperti yang diuraikan pada siklus I.
a) Hasil Observasi Kinerja Guru
Tabel 4.7
Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2
No. Indikator Butir
Pengamatan
Skor Penilaian
Ya Tidak
1. Pra Pembelajaran 3 3
2. Kegiatan Pendahuluan 3 3
3. Kegiatan Inti 12 10 2
4. Kegiatan Penutup 3 3
Jumlah Skor 21 19 2
Berdasarkan tabel di atas pertemuan kedua siklus II dapat ditarik
analisis bahwa dari jumlah keseluruhan 21 butir pengamatan, terdapat 20
butir pengamatan sudah dilaksanakan oleh guru secara baik. Namun pada
kegiatan inti, yaitu pada butir pengamatan guru mengaitkan materi
pembelajaran dengan realitas kehidupan mndapat skor (t), dan guru tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang
belum dipahami.hal ini menunjukkan kinerja guru pada pertemuan kedua
mengalami penurunan dari pertemuan pertama, hal ini disebabkan karena
guru terlalu cepat/laju ketika menyampaikan pembelajaran.
b) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 4.8
Hasil Penilaian Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2
No. Indikator Butir
Pengamatan
Skor Penilaian
Ya Tidak
1. Pra Pembelajaran 1 1
2. Kegiatan Pendahuluan 2 2
3. Kegiatan Inti 12 12
4. Kegiatan Penutup 2 2
Jumlah Skor 17 17
136
Hasil observasi kegiatan siswa pada pertemuan kedua dapat ditarik
kesimpulan bahwa dari empat indikator kegiatan pembelajaran yang
dijabarkan dalam 17 butir pengamatan, terdapat semua butir-butir
pengamatan tersebut sudah terlaksana dengan baik sesuai harapan guru.
c. Refleksi dan Tindak Lanjut
Berdasarkan indikator aktivitas guru pada lembar observasi pada butir
pengamatan kegiatan inti yaitu guru tidak mengaitkan materi pembelajaran
dengan realitas kehidupan, dan guru tidak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami. Namun pada saat
pembelajaran guru sudah menjelaskan materi pelajaran secara runtut.
2) Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 26 April 2016 pukul 08.55-selesai.
Pertemuan ketiga merupakan penerapan bermain peran (role playing)
dari naskah drama yang sudah diperbaiki pada pertemuan 1 dan 2.Tujuan
pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus II ini adalah: (1) menyampaikan
isi pengumuman sesuai dengan lafal, intonasi, kelancaran, ekspresi berbicara
serta pemahaman isi (faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara), (2)
memperagakan isi pengumuman sesuai dengan lafal, intonasi, kelancaran,
ekspresi berbicara serta pemahaman isi (faktor-faktor penunjang keefektifan
berbicara), (3) menyimpulkan isi pengumuman dengan lafal, intonasi,
kelancaran, serta ekspresi berbicara (melibatkan faktor-faktor penunjang
keefektifan berbicara).
Tujuan utama pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan 3 ini
yaitu siswa dapat memainkan drama/peran sesuai karakter tokoh dengan hal
lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat (faktor-faktor penunjang keefektifan
berbicara).
Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 10
menit. Kegiatan awal yang guru lakukan tidak berbeda jauh dari pertemuan-
pertemuan sebelumnya karena pembelajaran dimulai pada jam kedua, yaitu
pukul 08.55-09.30 WIB, yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan
137
salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif
(pencegahan), dilanjutkan dengan diadakannya presensi kehadiran siswa.
Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan 3 berjumlah 35 siswa. Salah satu
siswa tidak masuk dikarenakan sakit. Kemudian guru memberikan motivasi
dan mengajak peserta didik berpatisipasi aktif selama mengikuti pelajaran.
Kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
siswa. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu: (1) melalui pengamatan,
siswa dapat menyampaikan isi pengumuman menggunakan seluruh alat
indera (SAVI) yang di milikinya secara tepat serta melibatkan faktor-faktor
penunjang berbicara, (2) melalui pengamatan, siswa dapat memperagakan
drama sesuai dengan faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara, (3)
melalui kegiatan Role Playing (bermain peran), siswa dapat memperagakan
isi pengumuman dengan ekspresi yang sesuai menggunakan intonasi serta
lafal yang tepat dan mudah di pahami orang lain serta melibatkan faktor-
faktor penunjang keefektifan berbicara.
Tujuan utama dari pembelajaran pada pertemuan 3 ini, siswa
diharapkan dapat menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan ketika bermain
peran (role playing) dalam drama secara tepat dan dapat memainkan peran
tokoh drama dengan lafal, intonasi, kelancaran, ekspresi berbicara, serta
memahai isi pembicaraan sesuai dengan karakter tokoh masing-masing.
Setelah itu, guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab kepada
siswa sebagi bentuk upaya meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap
materi yang akan mereka pelajari.
Langkah selanjutnya masuk pada kegiatan inti pembelajaran dengan
durasi waktu kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti
pembelajaran terdapat tiga aspek tindakan, yakni eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.
Secara sistematika awal inti pembelajaran dilakukan dengan tindakan
eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada pada
dirinya. Guru menjelskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat bermain peran
138
(role playing) difokuskan pada faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara,
yaitu:
1) Lafal
2) Intonasi
3) Kelancaran
4) Ekspresi Berbicara, dan
5) Pemahaman Isi
Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi, pada kegiatan elaborasi ini,
melalui demonstrasi, guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat
bermain peran dalam drama (difokuskan pada faktor-faktor penunjang
keefektifan berbicara).
Siswa dibagi pada kelompok semula yang beranggotakan 9 orang,
namun 1 kelompok terdiri dari 8 orang. Guru mengkondisikan tempat duduk
dengan posisi duduk saling berhadapan sesuai kelompok masing-masing.
Sebelum siswa mencoba memerankan drama dari naskah drama yang telah
dipersiapkan, siswa diperlihatkan salah satu video drama anak durasi pendek.
Video dapat dilihat pada https://www.youtube.com/watch?v=9zvVZ5JPtVw
(dengan judul “Drama Kartini-Talenta Anak-Felicia).
Siswa diminta memperhatikan video yang ditampilkan guru dengan
memanfaatkan seluruh alat indera yang dimilikinya (model SAVI). Setelah
menonton video, siswa diminta mempersiapkan setting bermain peran sesuai
pembagian kelompok masing-masing dengan durasi waktu kurang lebih 7
menit. Siswa yang lain menjadi kelompok pengamat pada kelompok yang
maju serta memberikan tanggapan kepada setiap kelompok yang telah
memerankan drama.
Selanjutnya, masing-masing kelompok siswa maju di depan kelas
memerankan drama dari naskah drama yang sudah dibagikan pada pertemuan
II dengan ekspresi yang sesuai menggunakan intonasi serta lafal yang baik
dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan yang tepat (melibatkan
faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara siswa) berdasarkan peran tokoh
masing-masing (terkandung nilai model SAVI dan metode Role Playing
139
didalamnya). Dengan lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan
berbicara siswa oleh guru secara individu. Siswa (pengamat) memberikan
tanggapan dari kelompok yang sudah bermain peran.
Kegiatan konfirmasi, Setelah memerankan drama, siswa kemudian
diminta untuk duduk pada kelompok masing-masing untuk menyimpulkan isi
pengumuman/materi yang telah dipelajari selama 5 kali pertemuan di dalam
kelas tersebut. Kemudian, pemberian reward (penguatan) kepada masing-
masing kelompok yang maju serta pemberian hadiah kepada pemain peran
terbaik dalam drama. Siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan
kesulitan yang dihadapi saat memerankan drama di depan kelas. Guru
memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam bermain drama (role
playing). (Tahap Evaluasi). Guru memotivasi siswa agar lebih semangat dan
berpartisipasi aktif.
Kegiatan akhir menghabiskan waktu kurang lebih sekitar 10 menit.
Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran (refleksi). Siswa
diarahan agar selalu melatih keterampilan berbicaranya dalam kehidupan
sehari-hari (tindak lanjut). Penyampaian pesan-pesan moral dari guru. Guru
mengucapkan terimakasih dilanjutkan salam penutup.
4.3.3 Hasil Tindakan Siklus II
Proses dan hasil tindakan merupakan hasil analisis data dari hasil tes
formatif siklus II. Data dapat dilihat pada sub bab 4.4 analisis data.
4.3.4 Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa proses dan
hasil pembelajaran berbicara pada siklus II ini telah menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan dari siklus I.
Keberhasilan proses pembelajaran berbicara pada siklus II dapat dilihat
dari beberapa indikator sebagai berikut:
140
1) Minat
Minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan penerapan model
SAVI dan metode role playing di siklus II secara klasikal telah menunjukkan
peningkatan dari siklus I, dari 25 siswa yang berminat mengikuti
pembelajaran keterampilan atau sebesar 70% menjadi 33 siswa atau sebesar
92% pada siklus II. Siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran dengan
metode bermain peran, sehingga sebagian perhatian siswa pun lebih terfokus
pada pelajaran.
2) Keaktifan
Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat. Siswa terlihat lebih
aktif untuk bertanya dan mengungkapkan gagasan ketika berdiskusi, aktif
melakukan kegiatan bermain peran.
Keaktifan meningkat menjadi 86% atau sebanyak 30 siswa pada siklus
II sedangkan dari siklus I tercatat sekitar 64% atau sebanyak 23 siswa.
3) Kerjasama
Siswa yang menunjukkan sikap kerjasama yang baik selama mengikuti
pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II sebesar 72% atau
sebanyak 26 siswa. Sedangkan pada siklus I tercatat siswa yang mampu
bekerjasama dengan kelompoknya adalah sebesar 78% atau sebanyak 28
siswa. Dari perbandingan kedua hal tersebut terlihat siswa masih belum
melakukan kerjasama dengan kelompoknya pada siklus II. Namun secara
keseluruhan proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa dari siklus I
sampai siklus II termasuk berhasil.
4) Kesungguhan
Siswa yang menunjukkan kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran
keterampilan berbicara pada siklus II sebanyak 28 siswa atau sebesar 78%,
sedangkan 17 siswa atau sebesar 48% siswa lainnya menunjukkan sikap
kurang serius selama mengikuti pelajaran. Sedangkan pada siklus I terdapat
21 siswa atau sebesar 58%. Hal ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan
proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
141
Pada saat melakukan diskusi antar kelompoknya masing-masing atau
melakukan praktik berbicara di depan kelas siswa terlihat bersungguh-
sungguh dengan sesama teman kelompoknya.
Bertolak dari perbaikan pada siklus I dibuktikan bahwa penggunaan
model SAVI dan metode role playing (bermain peran) pada siklus II ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara siswa
meningkat. Peningkatan tersebut juga terjadi pada proses pembelajaran
maupun hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa.
Hal ini terbukti dari 35 siswa yang melakukan tes keterampilan
berbicara mencapai 30 siswa atau 85,71% siswa telah mencapai ketuntasan
belajar dengan mendapat nilai di atas 70 (KKM). Ketuntasan belajar ini
mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 85,71% dengan rata-rata nilai
keterampilan berbicara dalam kelas sebesar mencapai 85,71%.
Secara umum semua kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran
keterampilan berbicara pada siklus II sudah dapat diatasi dengan baik.
Antusias secara garis besar siswa sudah terlihat termotivasi dalam belajar,
kerjasama, dan antusias ketika mengikuti kegiatan pembelajaran keterampilan
berbicara.
Selain itu, peningkatan hasil keterampilan berbicara pada siklus II
sudah mencapai indikator ketercapaian yaitu 80% dari jumlah siswa yang ada.
Oleh karena itu, penelitian dapat dihentikan dan dinyatakan berhasil.
4.4 Hasil Analisis Data
Data yang dikumpulkan meliputi data proses dan hasil belajar
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada kondisi awal, hasil tes lisan
siklus I dan siklus II. Peningkatan yang terjadi kemudian dianalisis dengan
cara membandingkan antara data pada kondisi awal, siklus I dan siklus II
pada analisis komparatif. Penilaian pada tes lisan dilakukan berdasarkan
pengamatan serta berpedoman pada instrument penilaian yang telah disusun
sebelumnya.
142
Di dalam proses pembelajaran siswa sudah terlihat aktif dan
bersungguh-sungguh dibandingkan dengan kondisi awal. Secara klasikal
terdapat peningkatan terhadap minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan
pada diri setiap siswa.
1.4.1 Prasiklus
Sebelum melaksanakan tindakan data proses dan hasil belajar
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia diambil dari nilai prasiklus dimana
pada kegiatan prasiklus peneliti melakukan observasi di dalam kelas 4 untuk
mengamati secara langsung kondisi pembelajaran keterampilan berbicara
yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 Maret 2016 yang pada saat itu
pembelajaran dilakukan oleh ibu Sri Astuti selaku guru kelas 4 itu sendiri.
Data nilai pengamatan proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa
Indonesia semester I selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini:
Data penilaian proses sikap siswa pada prasiklus dapat dimasukkan ke
dalam tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Keterampilan
Berbicara Bahasa Indonesia Prasiklus
No. Sikap Siswa Jumlah Skor Persentase (%)
1. Minat 8 22%
2. Keaktifan 36%
3. Kerjasama 19%
4. Kesungguhan 25%
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran
berbicara yang dilakukan oleh guru pada kondisi awal terdapat 8 siswa (22%)
yang berminat mengikuti pembelajaran berbicara di kelas. Keaktifan siswa
tercatat sebanyak 13 siswa (36%), siswa yang bekerjasama dengan baik
sebanyak 7 siswa (19%), dan siswa yang bersungguh-sungguh dalam
mengikuti pembelajaran berbicara sebanyak 9 siswa (25%). Data dalam tabel
4.9 tersebut di atas dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut:
143
Grafik 4.1 Persentase Proses Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia
Prasiklus
Bertolak dari sajian data penilaian proses pembelajaran siswa kelas 4
pada kondisi awal (prasiklus) di atas maka dapat diindikasikan bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara yang diterapkan guru belum mencapai
hasil yang optimal. Siswa yang menunjukkan keempat aspek sikap siswa
tersebut rata-rata dibawah 50% dari jumlah siswa yang ada yakni 36 siswa.
Proses kegiatan yang dilakukan siswa dari keempat aspek tersebut tergolong
masih rendah sehingga perlu diadakan tindakan pembelajaran selanjutnya.
Proses tentu akan mempengaruhi hasil dalam pembelajaran
keterampilan berbicara di kelas. Pengamatan pada proses pembelajaran ini
tidak terlepas dari hasil penilaian keterampilan berbicara siswa.
Pengambilan nilai prasiklus oleh guru dilakukan dengan tes berbicara
individu di depan kelas. Siswa diminta untuk memberikan pendapat
(mengomentari) dari persoalan faktual yang dikemukan oleh guru. Secara
detail data nilai keterampilan berbicara siswa pada kondisi awal dapat dilihat
pada tabel 4.10 berikut ini
22%
36%
19%
25%
0
2
4
6
8
10
12
14
Minat Keaktifan Kerjasama Kesungguhan
Per
sen
tase
Sikap Siswa
144
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia
Prasiklus
No. Nilai Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
Keterangan
1. 40-48 8 22% Tidak Tuntas
2. 49-57 3 8% Tidak Tuntas
3. 58-66 9 25% Tidak Tuntas
4. 67-75 6 17% Tuntas
5. 76-84 8 22% Tuntas
6. 85-93 2 6% Tuntas
Jumlah 36 100
Nilai Terendah = 40
Nilai Tertinggi = 92
Nilai rata-rata = 2.312 : 36 = 64,2%
Tingkat Ketuntasan Klasikal = 14 : 36 × 100 = 38,89%
Data penilaian pembelajaran keterampilan berbicara pada tabel 4.10
sebelum diadakan tindakan pada siswa kelas 4 di atas menunjukkan bahwa
siswa yang mendapat nilai dalam interval 40-48 sebanyak 8 siswa (22%),
interval nilai 49-57 sebanyak 3 siswa (8%), interval nilai 58-66 sebanyak 9
siswa (25%), interval nilai 67-75 terdapat 6 siswa (17%), interval nilai 76-84
sejumlah 8 siswa (22%), interval nilai 85-93 sejumlah 2 siswa (6%). Nilai
rata-rata kelas adalah 64,2% dengan ketuntasan klasikal sebanyak 14 siswa
(38,89%) dari jumlah keseluruhan siswa.
Dalam pembelajaran keterampilan berbicara tersebut menunjukkan
bahwa hasil keterampilan berbicara siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1
Kecamatan Getasan pada kondisi awal masih rendah sehingga perlu
diupayakan peningkatan pada keterampilan berbicara.
Berdasarkan tabel 4.10 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Bahasa
Indonesia di atas sesuai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data
hasil perolehan nilai prasiklus dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.11 di
bawah ini:
145
Tabel 4.11
Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia
Prasiklus
Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)
Tidak Tuntas 22 61,1%
Tuntas 14 38,89%
Jumlah 36 100%
Nilai Terendah 40
Nilai Tertinggi 92
Nilai rata-rata 64,2%
Tingkat Ketuntasan Klasikal 14 : 36 × 100 = 38,89%
Data/distribusi frekuensi pembelajaran keterampilan berbicara pada
tabel 4.10 maupun pada tabel 4.11 mengenai ketuntasan hasil belajar siswa
sebelum diadakan tindakan pada siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1
Kecamatan Getasan tersebut dapat disajikan dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.2 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Prasiklus.
Berdasarkan distribusi frekuensi maupun ketuntasan hasil pembelajaran
keterampilan berbicara prasiklus pada di atas menunjukkan bahwa 61% dari
jumlah keseluruhan siswa masih belum tuntas dan hanya 39% siswa yang
sudah tuntas pada pembelajaran keterampilan berbicara. Dalam pembelajaran
keterampilan berbicara tersebut menunjukkan bahwa hasil keterampilan
berbicara siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Getasan pada kondisi awal
0
5
10
15
20
25
Tidak Tuntas Tuntas
Persentase 22 12
61,1%
38,89%
Pra
sik
lus
146
masih tergolong rendah sehingga perlu diupayakan peningkatan pada
keterampilan berbicara.
4.4.2 Siklus I
Data proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia
siklus I diperoleh dari nilai tes formatif yang dilakukan pada pertemuan
ketiga atau di akhir siklus I. Data hasil tes lisan pada siklus I dengan materi
teks pengumuman diperoleh data yang tersaji pada tabel 4.12 di bawah ini.
Tabel 4.12 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Keterampilan
Berbicara Bahasa Indonesia Siklus I
No. Sikap Siswa Jumlah Skor Persentase (%)
1. Minat 25 69%
2. Keaktifan 23 64%
3. Kerjasama 28 78%
4. Kesungguhan 21 58%
Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru pada siklus I mengalami peningkatan dari kondisi
awal. Terdapat 25 siswa (69%) yang berminat mengikuti pembelajaran
berbicara, siswa yang terlihat aktif sebanyak 23 siswa (64%), siswa yang
mampu bekerjasama dengan baik pada setiap kelompok tercatat 28 siswa
(78%), dan siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran
berbicara sebanyak 21 siswa (58%).
Data dalam tabel 4.12 tersebut dapat disajikan dalam grafik sebagai
berikut:
147
Grafik 4.3 Persentase Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Bahasa Indonesia Siklus I.
Mengingat bahwa kriteria pencapaian keberhasilan masing-masing
keempat aspek tersebut dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan pada
penilaian proses minimal 60% dari masing-masing aspek, yaitu aspek minat,
keaktifan, kerjasama dan kesungguhan. Berdasarkan perolehan nilai proses
pada aspek kesungguhan sebesar 58% (masih kurang dari kriteria pencapaian
minimal 60%), maka untuk memperbaiki nilai tersebut diadakannya
pembelajaran pada siklus II. Selain memiliki nilai proses terdapat juga nilai
hasil pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan
menerapkan model SAVI dan metode Role Playing. Adapun hasil dari
penilaian keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dapat disajikan dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia
Siklus I
No Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan
1. 52-58 4 11% Tidak Tuntas
2. 59-65 6 17% Tidak Tuntas
3. 66-72 13 36% Tuntas
4. 73-79 8 22% Tuntas
5. 80-86 3 8% Tuntas
6. 87-93 2 6% Tuntas
Jumlah 36 100
69% 64%
78%
58%
0
5
10
15
20
25
30
Minat Keaktifan Kerjasama Kesungguhan
Per
sen
tase
Sikap Siswa
148
Nilai Terendah = 52
Nilai Tertinggi = 92
Nilai Rata-rata : 2.552 : 36 = 70,89%
Tingkat Ketuntasan Klasikal : 24 : 36 × 100% = 66,67%
Tabel 4.13 di atas menunjukkan persentase siswa yang belum dan sudah
tuntas KKM. Dari 36 siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan
Getasan, terdapat 33,3% siswa belum tuntas KKM yang terbagi ke dalam
kelas 52-58 terdapat 4 siswa atau sebesar 11%, pada kelas 59-65 terdapat 6
siswa atau sebesar 17%. Sisanya sebesar 66,67% siswa sudah tuntas KKM
yang terbagi pada kelas 66-72 terdapat 13 siswa atau sebesar 36%, pada kelas
73-79 terdapat 8 siswa atau sebesar 22%, pada kelas 80-86 terdapat 3 siswa
atau sebesar 8%, dan pada kelas 87-93 terdapat 2 siswa atau sebesar 6% yang
sudah mencapai batas KKM.
Berdasarkan tabel 4.16 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Bahasa
Indonesia di atas sesuai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data
hasil perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.14 di bawah
ini.
Tabel 4.14 Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Siklus I
Keterangan Jumlah
Siswa
Persentase (%)
Tidak Tuntas 12 33,33%
Tuntas 24 66,67%
Jumlah 36 100%
Nilai Terendah 52
Nilai Tertinggi 92
Nilai rata-rata 70,89%
Tingkat Ketuntasan Klasikal 24 : 36 × 100 = 66,67%
Tabel 4.14 di atas menunjukkan persentase siswa yang belum dan sudah
tuntas KKM (70).
149
Berdasarkan data pada tabel 4.14 maka hasil pembelajaran keterampilan
berbicara setelah diadakan tindakan siklus I pada siswa kelas 4 SD Negeri
Sumogawe 1 Kecamatan Getasan dapat disajikan dalam grafik di bawah ini :
Grafik 4.4 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Siklus I.
Berdasarkan pada tabel 4.14 dan grafik 4.4 di atas dari jumlah
keseluruhan 36 siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan,
dari tabel tersebut dapat diketahui ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I
mencapai 66,67% atau 24 siswa yang mencapai ketuntasan. Sedangkan siswa
yang tidak tuntas sebesar 33,3% atau 14 siswa. Hasil ini juga memberi
gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu
dari prasiklus berkisar 14 siswa atau sebesar 38,89% siswa yang tuntas
meningkat menjadi 24 siswa atau sebesar 66,67% pada siklus I.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil
keterampilan berbicara siswa yang memperoleh nilai ≥70 (KKM) pada siklus
I belum mencapai 80% sehingga pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus
II.
4.4.3 Siklus II
Data proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia
siklus II diperoleh dari nilai tes lisan yang dilakukan pada pertemuan ketiga
atau di akhir siklus II. Data hasil tes lisan pada siklus II dengan materi teks
pengumuman diperoleh data yang tersaji pada tabel 4.15 di bawah ini. Data
0
5
10
15
20
25
Tidak Tuntas Tuntas
Persentase 12 24
33,33%
66,67% S
iklu
s I
150
pengamatan proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa pada siklus II
dapat dilihat dalam tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 4.15 Hasil Penilaian Proses Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Siklus II
No. Sikap Siswa Jumlah Skor Persentase (%)
1. Minat 92%
2. Keaktifan 86%
3. Kerjasama 72%
4. Kesungguhan 78%
Tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru pada siklus II mengalami peningkatan. Terdapat 33
siswa atau sebesar 92% yang berminat mengikuti pembelajaran berbicara.
Siswa yang tercatat aktif selama mengikuti pembelajaran di kelas sekitar 30
anak atau sebesar 86%, siswa yang mampu bekerjasama dengan baik
sebanyak 26 anak atau sebesar 72%, dan siswa yang bersungguh-sungguh
dalam mengikuti pembelajaran berbicara sebanyak 28 anak atau sebesar 78%.
Data dalam tabel 4.15 di atas dapat disajikan dalam grafik sebagai
berikut:
Grafik 4.5 Persentase Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Bahasa Indonesia Siklus II.
Berdasarkan perolehan nilai proses pembelajaran keterampilan
berbicara di atas, maka kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dikatakan berhasil. Selain memiliki nilai proses terdapat juga nilai hasil
92% 86% 72%
78%
0
5
10
15
20
25
30
35
Minat Keaktifan Kerjasama Kesungguhan
Per
sen
tase
Sikap Siswa
151
pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan menerapkan
model SAVI dan metode Role Playing. Adapun hasil dari penilaian
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dapat disajikan dalam tabel di
bawah ini. Data nilai tersebut dikelompokkan ke dalam tabel 4.16 di bawah
ini:
Tabel 4.16
Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Siklus II
No. Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan
1. 60-66 2 6% Tidak Tuntas
2. 67-73 4 11% Tidak Tuntas
3. 74-80 6 17% Tuntas
4. 81-87 4 11% Tuntas
5. 88-94 8 23% Tuntas
6. 95-101 11 32% Tuntas
Jumlah 35 100
Nilai Terendah = 62
Nilai Tertinggi = 100
Niai Rata-rata = 3.000 : 35 = 85,71%
Tingkat Ketuntasan Klasikal = 30:35×100% = 85,71%
Berdasarkan tabel 4.16 di atas, dapat dilihat persentase siswa yang
belum dan sudah tuntas KKM. Dari 35 siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1
Kecamatan Getasan, hanya terdapat 14,28% siswa belum tuntas KKM yang
terbagi dalam kelas 60-66 terdapat 2 siswa atau sebesar 6%, pada kelas 67-73
terdapat 4 siswa atau sebesar 11%. Sisanya sebesar 85,71% siswa sudah
tuntas KKM yang terbagi pada kelas 74-80 terdapat 6 siswa atau sebesar
17%, pada kelas 81-87 terdapat 4 siswa atau sebesar 11%, pada kelas 88-94
terdapat 8 siswa atau sebesar 23%, dan pada kelas 95-101 terdapat 11 siswa
atau sebesar 32%.
152
Dari tabel 4.16 tersebut juga dapat ditarik kesimpulan bahwa ketuntasan
hasil belajar siswa pada siklus II mencapai 85,71% atau 30 siswa sudah
tuntas. Sedangkan siswa yan belum tuntas 14,28% atau 5 siswa.
Berdasarkan tabel 4.16 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Bahasa
Indonesia di atas sesuai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data
hasil perolehan nilai prasiklus dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.17 di
bawah ini.
Tabel 4.17 Ketuntasan Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Siklus II.
Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)
Tidak Tuntas 5 14,29%
Tuntas 30 85,71%
Jumlah 35 100%
Nilai Terendah 60
Nilai Tertinggi 100
Nilai rata-rata 85,71%
Tingkat Ketuntasan Klasikal 30 : 36 × 100 = 85,71%
Dari tabel 4.17 di atas, dapat dilihat persentase siswa yang belum dan
sudah tuntas KKM. Berdasarkan data pada tabel 4.17 maka hasil
pembelajaran keterampilan berbicara setelah diadakan tindakan siklus II pada
siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan dapat disajikan
dalam grafik di bawah ini.
Grafik 4.6 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Siklus II
0
5
10
15
20
25
30
Tidak Tuntas Tuntas
Persentase 5 30
14,28%
85,71%
Sik
lus
II
153
Pada tabel 4.17 dan grafik di atas dari jumlah keseluruhan siswa yang
masuk (1 siswa sakit) yaitu 35 siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1
Kecamatan Getasan, hanya terdapat 5 siswa atau sebesar 14,28% siswa belum
tuntas KKM. Sisanya sebanyak 30 siswa atau sebesar 85,71% siswa sudah
tuntas KKM. Dari tabel 4.16 tersebut juga dapat ditarik kesimpulan bahwa
ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan adanya
peningkatan dari siklus I.
Dengan perolehan hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran menggunakan model SAVI dan metode role playing dapat
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara bahasa
Indonesia berhasil.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil
keterampilan berbicara siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (batas KKM)
sudah mencapai 80% sesuai target capaian sehingga tindakan dapat
dihentikan.
4.4.4 Analisis Komparatif
Perbandingan proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa
Indonesia ini akan disajikan dalam bentuk peningkatan dari hubungan
antarsiklus, yaitu berawal dari kegiatan awal (prasiklus), siklus I, dan siklus
II. Untuk hasil penelitian persiklus sudah disajikan pada tahap observasi
(pengamatan) pada masing-masing siklus.Berdasarkan pengamatan dari
analisis data SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan dalam
pembelajaran keterampilan berbicara khususnya pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia pada aspek keterampilan berbicara dengan menggunakan model
SAVI dan metode role playing.
Untuk mengetahui peningkatan proses dan hasil belajar keterampilan
berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD Negeri sumogawe 1 Kecamatan
Getasan, dilakukan analisis data dengan cara membandingkan proses dan
hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada kondisi awal,
siklus I dan siklus II. Peningkatan proses ditunjukkan dari sebaran
frekuensi/jumlah sikap siswa meliputi minat, keaktifan, kerjasama, dan
154
kesungguhan siswa yang semakin meningkat seperti pada tabel 4.18 di bawah
ini:
Tabel 4.18
Perbandingan Persentase Proses Belajar Keterampilan Berbicara
Bahasa Indonesia Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No. Sikap
Siswa
Persentase
Prasi
klus
(%) Siklus
I
(%) Siklus
II
(%)
1. Minat 8
100
= 22%
25
100=
69%
33
100=
92%
2. Keaktif
an
13
100
= 36%
23
100=
64%
30
100=
86%
3. Kerjasa
ma
7
100
= 19%
28
100=
78%
26
100=
72%
4. Kesung
guhan
9
100
= 25%
21
100=
58%
28
100=
78%
Tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan frekuensi pengamatan
sikap siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Secara klasikal aspek sikap
minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan siswa dalam proses
pembelajaran terjadi peningkatan.
Dari tabel di atas, perbandingan frekuensi sikap siswa dapat dibuat
grafik sebagai berikut:
Grafik 4.7 Persentase Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Prasklus, Siklus I, dan Siklus II.
22% 36%
19% 25%
69% 64%
78%
58%
92% 86%
72% 78%
0
5
10
15
20
25
30
35
Minat Keaktifan Kerjasama Kesungguhan
Per
sen
tase
Sikap Siswa
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
155
Peningkatan hasil ditunjukkan dari sebaran frekuensi nilai keterampilan
berbicara dari penilaian aspek lafal, intonasi, kelancaran, ekspresi berbicara
serta pemahaman isi yang semakin besar (meningkat) pada nilai di atas KKM
(70) seperti pada tabel 4.19 berikut ini:
Tabel 4.19 Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.
Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
Prasiklus Siklus
I
Siklus
II
Prasiklus Siklus
I
Siklus
II
Tidak Tuntas 22 12 5 61,1% 33,33% 14,29%
Tuntas 14 24 30 38,89% 66,67% 85,71%
Jumlah 36 36 35 100% 100% 100%
Nilai
Terendah
40 52 60
Nilai
Tertinggi
92 92 100
Nilai rata-
rata
64,2% 70,89
%
85,71
%
Ketuntasan
Klasikal
38,89% 66,67
%
85,71
%
Dari tabel 4.19 di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil
keterampilan berbicara siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Persentase
ketuntasan klasikal meningkat dari prasiklus sebesar 38,89% menjadi 66,67%
pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II sebesar 85,71%. Pada akhir
siklus masih terdapat 5 siswa yang tidak mencapai ketuntasan maksimal
(KKM) dalam keterampilan berbicara.
Berdasarkan ketidaktuntasan dari kelima siswa ini secara umum,
kelemahan yang mereka alami selama mengikuti pembelajaran keterampilan
berbicara terdapat pada aspek intonasi dan ekspresi berbicara, ketika
mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara, mereka belum menunjukkan
penguasaan pada karakter tokoh drama yang akan diperankan, sedangkan
untuk intonasi bicara juga masih kurang.
Perbandingan nilai rata-rata kelas dari tiap siklus terjadi peningkatan.
Pada prasiklus nilai rata-rata kelas sebesar 64,2%, pada siklus I nilai rata-rata
kelas 70,89%. Selanjutnya nilai rata-rata mengalami peningkatan secara
156
signifikan yaitu sebesar 85,71%. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa
proses dan hasi keterampilan berbicara berhasil.
Dari tabel 4.19 perbandingan nilai keterampilan berbicara di atas dibuat
dalam bentuk diagram grafik sebagai berikut:
Grafik 4.8 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.
Dari grafik di atas tersebut terlihat bahwa prasiklus (warna biru) siklus I
(warna merah), sedangkan siklus II (warna hijau).
Bertolak dari ketiga keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa dari
setiap hasil pembelajaran keterampilan berbicara terjadi peningkatan yang
signifikan pada siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan
khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
4.5 Pembahasan Hasil Belajar
Berdasarkan hasil penelitian tindakan pembelajaran dapat dinyatakan
bahwa terjadi peningkatan kualitas keterampilan berbicara, baik proses
maupun hasil keterampilan berbicara itu sendiri dengan menggunakan model
SAVI dan metode role playing pada siklus I dan siklus II. Secara garis besar,
penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan masalah yang telah
dikemukakan pada bagian bab I.
Pembahasan hasil penelitian ini akan dijabarkan secara garis besar
bahwa proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara dari siklus I dan
0
5
10
15
20
25
30
Tidak Tuntas Tuntas
Prasiklus 22 14
Siklus I 14 22
Siklus II 5 30
61,1%
38,89% 33,33%
66,67%
14,29%
85,71%
157
siklus II dengan menggunakan model SAVI dan metode role playing.
Pembahasan hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
4.5.1 Prasiklus
Pada prasiklus terlihat bahwa minat dan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses kegiatan pembelajaran masih tergolong rendah.
Pembelajaran keterampilan berbicara masih menggunakan cara konvesional
yaitu siswa diminta mengomentari persoalan faktual yang dikemukan guru
pada saat mengajar secara individu.
Meskipun metode pembelajaran menuntut siswa untuk aktif, tetapi
suasana pembelajaran terkesan membosankan. Selain itu, siswa masih terlihat
malu dan gugup ketika diminta berbicara di depan kelas secara individu. Hal
ini membuat siswa tidak antusias mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh
guru. Akibatnya presentase nilai proses secara klasikal yang meliputi minat,
keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan masih tergolong rendah. Terbukti
persentase proses klasikal pada tindakan awal ini mencapai 22% untuk minat,
36% untuk keaktifan, 19% untuk kerjasama dan 25% untuk kesungguhan.
Proses pembelajaran yang tergolong rendah ini berimbas pada hasil
pembelajaran dimana seperti pembahasan pada sebelumnya bahwa jika proses
belajar siswa rendah maka akan berdampak pada hasil belajar siswa juga. Hal
ini juga dibuktikan dengan adanya nilai keterampilan berbicara siswa yang
diperoleh selama mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara. Pada
prasiklus siswa yang belum tuntas KKM sebanyak 22 siswa atau sebesar
61,1%, sedangkan yang sudah tuntas hanya 14 siswa atau 38,89% dari 36
jumlah keseluruhan siswa. Nilai terendah pada prasiklus adalah 40 dan nilai
tertinggi adalah 92.
Selama prasiklus, nilai rata-rata klasikal yang dicapai adalah 64,2%.
Nilai rata-rata ini dapat dikatakan rendah karena nilai yang diperoleh siswa
pun juga masih tergolong rendah. Oleh karena itu, dilakukan tindakan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
158
4.5.2 Siklus I
Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan pada siklus I terbukti
adanya peningkatan proses dan hasil belajar keterampilan berbicara siswa.
Dalam proses pembelajaran berbicara pada siklus I ini peneliti menggunakan
model SAVI dan metode role playing. Siswa bermain peran dari tokoh drama
yang dibuat secara berkelompok. Proses pembelajaran terkesan lebih hidup
dan menyenangkan walaupun hasilnya belum maksimal karena beberapa
siswa masih terlihat kaku dan malu-malu saat bermain peran.
Siswa lebih berminat dan mulai aktif dalam pembelajaran terutama
ketika praktik berbicara secara berkelompok yang mengutamakan kerjasama
dan keseriusan dari anggota kelompoknya masing-masing. Peningkatan proses
berbicara ini dibuktikan dengan nilai presentase proses klasikal yaitu minat
69%, keaktifan 64%, kerjasama 78% dan kesungguhan 58%.
Dengan jumlah ketuntasan seperti itu, dapat dikatakan indikator kinerja
siklus I telah tercapai.Akan tetapi, pada siklus I nilai siswa belum memuaskan
karena kebanyakan siswa hanya memperoleh nilai pada interval nilai sedang.
Pengamatan dari tindakan pada siklus I ditemukan beberapa hal yang
terkait faktor-faktor penilaian keterampilan berbicara siswa yaitu: pertama,
rata-rata siswa menggunakan lafal dan intonasi yang cukup jelas dalam
berbicaranya walaupun penggunaaan intonasi kadang kurang tepat, namun
siswa sudah percaya diri dan tidak terlihat malu maupun takut ketika
penampilannya dilihat oleh teman-teman sekelasnya.
Sedangkan untuk ekspresi berbicara siswa rata-rata nilainya masih
kurang memuaskan, terkadang siswa berbicara tidak melihat kepada teman
sekelompoknya atau lawan bicaranya, gerakan-gerakan tubuh belum begitu
kelihatan pada siklus I sehingga hal ini mempengaruhi pada aspek ekspresi
berbicara siswa yang masih tergolong monoton dan kaku.
Peningkatan proses dan hasil pada siklus I belum memuaskan dan
masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dan ditingkatkan oleh guru
sehingga hal tersebut dapat menjadi harapan yang diinginkan sesuai dengan
ketentuan batas KKM. Pada siklus I siswa yang belum tuntas KKM sebanyak
159
12 siswa atau sebesar 33,33%,sedangkan yang sudah tuntas terdapat 24 siswa
atau sebesar 66,67% dari 36 jumlah keseluruhan siswa. Nilai terendah pada
siklus I adalah 52 dan nilai tertinggi adalah 92.
Dengan memperoleh niai rata-rata pada siklus I yang berkisar sebesar
70,89% tersebut, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.
4.5.3 Siklus II
Pada tindakan siklus II terjadi peningkatan proses dan hasil yang
signifikan dari tindakan sebelumnya. Dilihat dari proses pembelajaran
keterampilan berbicara dengan model SAVI dan metode role playing, siswa
semakin berminat ditandai dengan banyaknya siswa yang antusias dan
memperhatikan jalannya proses pembelajaran berbicara yang dilakukan oleh
guru.
Persentase minat siswa dapat dilihat melalui ketercapaiannya dalam
mengikuti pembelajaran yaitu mencapai 92%, keaktifan mencapai 86%,
kerjasama mencapai 72%, dan kesungguhan siswa mencapai 78%. Dari
keempat aspek tersebut membuktikan bahwa pada saat mengikuti
pembelajaran keterampilan berbicara, siswa terlihat lebih aktif pada
kelompoknya masing-masing, selain itu siswa juga sudah terlihat
bertanggungjawab sebagai bagian dari kelompoknya.Hal ini terbukti pada
pengamatan dari kesungguhan dan kerjasama yang terlihat pada saat siswa
melakukan diskusi dan bermain peran (role playing).
Hasil keterampilan berbicara siswa pada siklus II terjadi peningkatan
sesuai dengan yang diharapkan. Indikator ketercapaian hasil keterampilan
berbicara pada siklus II adalah 28 siswa atau sebanyak 80% dari 35 siswa
kelas 4 SD Negeri Sumogawe diharapkan mampu tuntas KKM dalam
pembelajaran berbicara. Namun, setelah diadakan tindakan siklus II terdapat
30 siswa atau sebesar 85,71% tuntas KKM, hal ini membuktikan bahwa
penelitian yang dilakukan menggunakan model SAVI dan metode role playing
dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi proses maupun hasil
keseluruhan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia,
160
karena hanya terdapat 5 siswa atau sebesar 14,28% yang belum tuntas KKM.
Hal ini dibuktikan dengan naiknya jumlah frekuensi pada tiap siklusnya.
Berdasarkan jumlah siswa yaitu 35siswa kelas 4 SDsetelah tindakan
siklus II nilai terendah yang diperoleh adalah 60 dan nilai tertinggi 100.Dilihat
dari nilai rata-rata klasikal siswa terdapat peningkatan. Nilai rata-rata klasikal
pada siklus II sebesar 85,71%.
Peningkatan proses dan hasil keterampilan berbicara dengan
menggunakan model SAVI dan metode role playing pada siklus II sudah
memuaskan dan mencapai indikator ketercapaian. Oleh karena itu,
pelaksanaan tindakan dapat dihentikan dan terbukti dinyatakan berhasil.
Berdasarkan atas tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II,
keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan model SAVI
dan metode role playing dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
a. Proses Pembelajaran
1) Siswa semakin berminat dalam mengikuti pembelajaran keterampilan
berbicara. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa yang menunjukkan
sikap yang memperhatikan ketika proses pembelajaran sedang
berlangsung. Selain itu, siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias
dan pembicaraan antar teman sekelasnya berkurang.
2) Siswa terlihat bersemangat dan aktif dalam pembelajaran. Hal ini
dibuktikan dengan ditandainya keaktifan siswa bertanya dan berpendapat
saat diskusi dengan kelompoknya. Serta ketika memainkan perannya
masing-masing, siswa sudah bisa menunjukkan peran tokoh yang
seharusnya.
3) Siswa melakukan kerjasama dalam kegiatan pembelajaran. Kerjasama
terlihat ketika siswa berdiskusi dan bermain peran di depan kelas. Siswa
menunjukkan sikap empati terhadap teman kelompoknya.
4) Siswa memiliki kesungguhan dalam belajar. Hal ini juga dibuktikan
dengan adanya keseriusan siswa ketika bermain peran dengan
kelompoknya untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
161
b. Hasil Pembelajaran
Nilai tes unjuk kerja keterampilan berbicara siswa dengan model SAVI
dan metode role playing yang telah dilaksanakan guru menunjukkan
peningkatan dari siklus I sampai siklus II dibandingkan dengan kondisi awal.
Ketuntasan klasikal akhir siklus mencapai 85,71% dengan nilai rata-rata
85,71%.
Hasil keterampilan berbicara ditandai dengan meningkatnya aspek-
aspek penilaian berbicara yang secara garis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Siswa mampu berbicara ditandai dengan adanya pelafalan dan intonasi
yang cukup jelas. Secara klasikal siswa dapat melafalkan bunyi atau
artikulasi bahasa dengan baik dan benar.
2) Siswa berbicara dengan intonasi yang cukup tepat. Ketepatan
memberikan tekanan dalam berbicara siswa secara klasikal dalam
kategori baik.
3) Siswa berbicara dengan lancar. Hal ini dibuktikan ketika siswa berbicara
tidak menggunakan kata “ee…..” dan hanya sedikit siswa yang kurang
lancar.
4) Siswa mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi berbicara yang
dapat dikatakan baik. Secara umum, siswa sudah berbicara menggunakan
ekspresi berbicara yang tepat sesuai peran tokoh drama seharusnya yang
disertai dengan gerakan tubuh (mimik). Siswa juga terlihat mampu
memperhatikan lawan bicaranya hal ini merupakan salah satu syarat
keefektifan berbicara.
5) Siswa sudah berbicara sesuai isi atau tema drama yang diperankannya.
Hal ini ditunjukkan dengan arah pembahasan/pembicaraan siswa dalam
bermain peran sudah sesuai topik drama yang ditentukan.