8. Bab IV Pembahasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

8. Bab IV Pembahasan

Citation preview

BAB IVPEMBAHASAN

A. Kesesuain Penafsiran Ayat-Ayat Al-Quran tentang Perkembangan Manusia dengan Perkembangan Ilmu Embriologi.

1. Artinya : Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. (QS az-Zumar : 6)Syaikh Ibnu Sadi rahimahullahu menjelaskan penafsiran ayat ini : yaitu Alloh menciptakan kalian thur bada thur (tahap demi tahap bentuknya), dan kalian dalam keadaan dimana tidak ada tangan satu makhlukpun memegang kalian dan mata melihat kalian, dan Dia-lah Alloh yang memelihara kalian di dalam tempat yang sempit tersebut (perut ibu, uterus), dalam tiga kegelapan yaitu kegelapan perut [zhulmatul Bathni], kegelapan rahim [zhulmatur rahmi] kemudian kegelapan tembuni/ari-ari [zhulmatu masyimah].Sains modern menjelaskan bahwa tahapan perkembangan embrio di dalam uterus memang terjadi secara bertahap, bentuk demi bentuk. Dan sains modern menjelaskan bahwa janin manusia berada pada tiga lapisan, yaitu :1. Dinding anterior abdomen2. Dinding uterus3. Membran Amniochorionic (lihat Gambar 1)

(Gambar 1. Gambar irisan sagital dari abdomen dan pelvis (tulang kelamin) wanita menunjukkan janin di dalam uterus. Tiga kegelapan tersebut adalah : (1) Dinding anterior abdomen, (2) Dinding uterus, dan (3) Membran Amniochorionic.)Penafsiran di atas tidak menyelisihi perkembangan ilmu emberiologi, dimana tiga kegelapan tersebut yang dijelaskan oleh Syaikh as-Sadi adalah sama dengan yang disebutkan di perkembangan ilmu emberiologi.Zhulmatul Bathni (kegelapan perut) bisa diinterpretasikan sama dengan dinding anterior abdomen. Karena bathnun sama dengan abdomen. Zhulmatur rahmi (kegelapan rahim) sama dengan dinding uterus, karena rahim yang dimaksud adalah uterus. Zhulmatul Masyimah (kegelapan tembuni) identik dengan membran amnichorionic.

2.

Artinya : Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (QS Al-Muminuun 23 : 13). Syaikh as-Sadi rahimahullahu berkata : Nuthfah adalah sesuatu yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan kemudian menetap di tempat yang kokoh yaitu rahim, yang memeliharanya dari rusak, cedera dan selainnya.Sesuatu yang keluar dari sulbi laki-laki adalah spermatozoa dan yang keluar dari wanita adalah ovum. Lantas keduanya bercampur sebagaimana dalam firman Alloh Taala : Sesungguhnya kami menciptakan manusia dari tetesan air yang bercampur. (QS Al-Insan : 2)Campuran keduanya ini membentuk zigot yang membelah diri membentuk blastocyst yang tertanam secara kuat di uterus (tempat yang kokoh). (Gambar 2)

Gambar 2 : Blastocyst yang tertanam dalam uterus

3. Kemudian nuthfah itu Kami jadikan alaqoh (QS Al-Muminun : 14)Kata Alaqoh dari sisi bahasa Arab bermakna 3, yaitu :1. Bermakna lintah.2. Bermakna sesuatu yang tergantung.3. Bermakna segumpal darah.Tiga makna yang terkandung di dalam kata Alaqoh ini tidak ada yang menyelisihi fakta perkembangan ilmu emberiologi sedikitpun. Alaqoh bermakna sebagai lintah, Ini adalah deskripsi yang tepat bagi embrio manusia sejak berusia 1-24 hari ketika menempel di endometrium pada uterus, serupa sebagaimana lintah menempel di kulit. Serupa pula dengan lintah yang memperoleh darah dari inangnya, embrio manusia juga memperoleh darah dari endometrium deciduas saat hamil. Hal ini sangat luar biasa bagaimana embrio yang berumur 23-24 hari bisa menyerupai seekor lintah (Gambar 3). Selama mikroskop dan lensa belum ditemukan pada abad ke-7, para dokter tidak akan tahu bahwa embrio manusia memiliki penampakan seperti lintah. Ketika membandingkan lintah air tawar dengan embrio pada tahap alaqoh, Profesor Moore, seorang profesor Emeritus ahi anatomi dan embriologi dari Universitas Toronto Kanada, menemukan kesamaan yang banyak pada keduanya. Beliau berkesimpulan bahwa embrio selama tahap alaqoh memiliki penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Profesor Moore lantas menempatkan sebuah gambar embrio dan lintah bersebelahan.

Gambar 3. Bagan yang menggambarkan kemiripan dalam hal penampilan antara lintah dan embrio manusia pada fase 'alaqah. (Dari Human Development as Described in the Quran and Sunnah, Moore dkk. hal. 37. Digubah dari Integrated Principles of Zoology, Hickman dkk. Gambar embrio dari The Developing Human, Moore dan Persad, ed. 5, hal. 73)Arti kedua, alaqoh adalah sesuatu yang tergantung, dan hal ini adalah apa yang dapat kita lihat pada penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap alaqoh. Dan ini adalah suatu fakta ilmiah.

Gambar 4. Kita dapat melihat pada bagan ini bagaimana embrio pada fase 'alaqah bergantung dan menempel di dalam rahim (uterus) sang ibu. (The Developing Human, Moore dan Persaud, ed 5, hal 66)

Gambar 5. Pada fotomikrograf ini kita dapat melihat bergantungnya embrio (panah B) pada fase 'alaqah (sekitar umur 15 hari) di dalam rahim sang ibu. Ukuran sebenarnya dari embrio ini adalah sekitar 0.6 mm. (The Developing Human, Moore, ed. 3, hal. 66, dari Histology, Leeson dan Leeson)Arti ketiga adalah segumpal darah. Hal ini signifikan untuk mengamati sebagaimana pernyataan Profesor Moore, bahwa embrio selama tahap alaqoh mengalami peristiwa internal yang sudah dikenal, seperti pembentukan darah pada pembuluh tertutup, sampai siklus metabolisme selesai di plasenta. Selama tahap alaqoh, darah ditangkap di dalam pembuluh tertutup dan inilah alasan mengapa embrio memiliki penampakan seperti gumpalan darah.

Gambar 6. Bagan sistem peredaran darah primitif pada embrio dalam fase 'alaqah. Penampilan luar dari embrio dan kantungnya mirip dengan gumpalan darah karena adanya darah yang relatif banyak di dalam embrio. (The Developing Human, Moore, ed. 5, hal. 65)

4. Kemudian alaqoh itu kami jadikan mudhghoh (QS Al-Muminun : 14)

Kata Mudghah bermakna substansi yang dikunyah atau gumpalan yang dikunyah. Akhir minggu ke empat, embrio manusia tampak seperti gumpalan yang dikunyah atau daging. Penampakan kunyahan menunjukkan dari somit yang menyerupai tanda gigi. Somit merepresentasikan permulaan primordia dari vertebrae.

Gambar 6. Ketika membandingkan tampilan embrio pada fase mudghah dengan permen karet yang dikunyah, ditemukan persamaan antara keduanya. A). menggambarkan embrio pada fase mudghah. Kita menemukan somit pada bagian belakang embrio seperti bekan kunyahan gigi. (The Developing Human, Moore and Persaud, 5th ed., p. 79.). B) Gambaran sepotong permen karet yang dikunyah

5. Kemudian kami jadikan mudghoh itu idhoman (tulang belulang), lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan lahma (daging/otot) (QS Al-Muminun : 14)

Ayat di atas mengindikasikan bahwa setelah tahap mudhghoh, tulang belulang dan otot terbentuk. Hal ini sesuai dengan perkembangan embriologi. Pertama tulang terbentuk sebagai model kartilago (tulang rawan) dan otot (daging) berkembang menyelimutinya dari mesodermal somatik.6. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain (QS Al-Muminun : 14)Ayat di atas mengimplikasikan bahwa tulang dan otot menghasilkan bentukan/formasi makhluk dengan bentuk yang lain. Hal ini bisa mengacu pada manusia yang masih berupa embrio yang terbentuk di akhir minggu ke delapan. Pada tahap ini, embrio memiliki karekteristik khusus dan memiliki primordia (bakal) seluruh organ dan bagian-bagiannya baik internal maupun eksternal. Setelah minggu ke delapan, embrio ini disebut fetus. Hal ini menjadikannya sebagai makhluk yang baru yang berbentuk lain. Maha Suci Alloh, Pencipta yang paling baik.

7. dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, pengelihatan dan pemahaman (hati) (QS an-Nahl : 78)Ayat di atas mengindikasikan bahwa indera khusus seperti pendengaran, pengelihatan dan peraba berkembang pada tahap ini, adalah benar. Primordia (bakal) telinga internal nampak sebelum permulaan perkembangan mata, dan otak (tempatnya pemahaman) berdiferensiasi terakhir kali.

8. Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna (QS Al-Hajj : 5)Penggalan ayat di atas mengindikasikan bahwa embrio tersusun atas jaringan yang berdiferensiasi (sempurna kejadiannya) dan jaringan yang tak berdiferensiasi (tidak sempurna). Sebagai contoh, ketika tulang kartilago (rawan) berdiferensiasi, jaringan ikat embrio atau mesenkim yang menyelubunginya tak berdifirensiasi. Ia akan berdiferensiasi kemudian menjadi otot dan ligamen yang menempel di tulang. Dan ini adalah suatu fakta ilmiah yang tak terbantahkan.9. Agar kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan di dalam rahim (uterus), apa yang kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan (QS Al-Hajj : 5)Penggalan ayat di atas menyatakan bahwa Alloh telah menetapkan dan menentukan embrio di dalam uterus sampai masa penuhnya (kehamilan 9 bulan). Hal ini juga diketahui secara jelas bahwa banyak embrio gagal berkembang selama bulan pertama perkembangannya, dan hanya sekitar 30% zigot yang terbentuk, berkembang menjadi fetus yang selamat hingga kelahiran.

B. Al-Quran sebagai sumber inspirasi dalam perkembangan ilmu embriologi

Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sebagai utusan untuk seluruh alam semesta. Allah berfirman di dalam Quran : Dan tidaklah kami mengutusmu melainkan, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (al-Anbiya 21 : 107). Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah utusan Allah untuk masyarakat Badui di gurun pasir sebagaimana beliau pula adalah utusan Allah bagi para saintis hari ini di laboratorium modernnya. Beliau adalah utusan Allah kepada seluruh manusia untuk segala zaman. Sebelum Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, tiap Rasul diutus khusus untuk kaumnya: Dan bagi tiap-tiap kaum ada yang memberi petunjuk (QS ar-Radu 13 : 7).Risalah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah untuk seluruh manusia dan Allah memberikan bukti bagi Risalah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, sebuah bukti yang berbeda dengan bukti-bukti yang diberikan kepada rasul-rasul sebelumnya. Bukti-bukti rasul terdahulu hanya dapat dilihat oleh orang-orang semasanya, yang didukung dengan mukjizat, untuk menyadarkan keimanan kaumnya. Namun, karena Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam ditakdirkan untuk menjadi Nabi terakhir hingga hari pembalasan, Allah menganugerahkan kepada beliau mukjizat abadi sebagai bukti kenabiannya.Jika kita bertanya kepada orang yahudi atau kristen untuk menunjukkan mukjizat Nabi Musa atau Isa, alaihima as-Salam, mereka akan menyampaikan bahwa tidak ada kuasa bagi manusia untuk meredemonstrasikan kembali mukjizat-mukjizat itu lagi sekarang. Tongkat Musa takkan bisa diciptakan lagi demikian halnya Isa takkan bisa lagi dimintai tolong untuk membangkitkan manusia dari kematian. Bagi kita, pada hari ini, mukjizat-mukjizat ini tiada lain hanyalah berita sejarah. Namun jika seorang Muslim ditanya mengenai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, dia dapat secara langsung menunjukkannya, yakni al-Quran. Al-Quran adalah mukjizat yang ada pada kita hingga saat ini. Al-Quran adalah kitab yang terbuka bagi siapa saja untuk memeriksa isinya.Allah berfirman di dalam al-Quran :Katakanlah: Siapakah yang lebih kuat persaksiannya? Katakanlah, Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan al-Quran diwahyukam kepadamu supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Quran kepadanya. (QS al-Anam 6 : 19)Sifat al-Quran yang menakjubkan terbaring pada ilmu pengetahuan yang dikandungnya, Allah yang Maha Agung berfirman, Tetapi Allah mengakui al-Quran yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkan dengan ilmu-Nya, dan malaikatpun menjadi saksinya (QS an-Nisaa 4 : 166)Oleh karena itu, para saintis dan pelajar kontemporer kita, profesor dari segala universitas yang menjadi pemimpin pengetahuan manusia, memiliki kesempatan untuk memeriksa pengetahuan yang ditemukan di dalam Kitabullah. Pada saat ini, para saintis telah mengungguli di dalam penemuan alam semesta, walaupun al-Quran telah mendiskusikan alam semesta dan perkembangan manusia jauh sebelumnya. Terutama dalam menjelaskan masalah perkembangan manusia yang berkaitan dengan perkembangan ilmu embriologi, saat ini Al-Quran telah menjadi sumber inspirasi. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dan penyakuan dari dua tokoh ilmuan dunia dengan bidang spesialisasi ilmu embriologi :1. Profesor Emeritus Keith Moore, salah seorang saintis anatomi dan embriologi terkemuka di dunia.Profesor Moore adalah penulis sebuah buku yang berjudul The Developing Human. Beliau adalah Profesor Emeritus Anatomi dan Biologi Sel pada Universitas Toronto, Kanada, dimana beliau pernah menjadi Kepala Dekan Sains Dasar di Fakultas kedokteran dan selama 8 tahun beliau menjadi Kepala Departemen Anatomi. Dr. Moore sebelumnya juga mengajar di Universitas Winnipeg, Kanada selama 11 tahun. Beliau telah mengepalai banyak asosiasi internasional anatomis dan dewan Persatuan Sains Biologi. Profesoor Moore juga pernah terpilih menjadi anggota Royal Medical Association di Kanada, di Akademi Sitologi Internasional, Perhimpunan Anatomis Amerika dan Perhimpunan Anatomis Amerika Utara dan Selatan. Tahun 1984, beliau menerima penghargaan istimewa di bidang anatomi di Kanada, yaitu J.C.B. Grant Award dari Asosiasi Anatomis Kanada. Beliau telah mempublikasikan banyak buku pada bidang ilmu kesehatan anatomi dan embriologi, delapan diantara buku-bukunya digunakan sebagai referensi di sekolah-sekolah kedokteran dan telah diterjemahkan ke dalam 6 bahasa.Dalam suatu konferensi, Profesor Moore memberikan analisanya terhadap ayat-ayat Quran dan pernyataan Nabi. Beliau bertanya-tanya, bagaimana mungkin Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, 14 abad yang lalu, dapat memaparkan embrio dan fase perkembangannya secara mendetail dan akurat, dimana para saintis telah mengetahuinya hanya pada akhir abad ketiga belas. Dengan sangat cepat ketakjuban Profesor Moore tumbuh menjadi kekaguman terhadap wahyu dan bimbingan ini. Beliau memperkenalkan pandangan-pandangan ini ke dalam intelektualitas dan siklus saintifis. Beliau juga memberikan kuliah terhadap kesesuaian modern embriologi dengan al-Quran dan as-Sunnah, dimana beliau menyatakan :Sungguh menyenangkan sekali bagiku untuk membantu menjelaskan pernyataan mengenai perkembangan manusia di dalam al-Quran. Sangat jelas bagiku bahwa pernyataan-pernyataan ini pasti datang kepada Muhammad dari Allah, karena hampir seluruh pengetahuan ini belum diketemukan hingga beberapa abad kemudian. Hal ini membuktikan kepadaku bahwa Muhammad pasti adalah seorang utusan Allah.Saintis embriologi terkemuka dan terhormat ini telah menyatakan studinya mengenai ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan disiplin ilmunya, dan beliau menambahkan referensi Al-Quran dalam buku The Developing Human edisi ketiga yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam 8 bahasa. Buku ini memiliki distribusi sedunia dan dibaca oleh saintis terkenal sedunia.Berikut sedikit penggalan isi buku The Developing Human edisi ketiga yang memuat referensi dari Al-Quran :Pertumbuhan sains sangat lemah selama periode pertengahan, dan sangat sedikit investigasi embriologi yang dikerjakan selama masa ini dan ini malum bagi kita. Disebutkan di al-Quran, kitab suci ummat muslim, bahwa manusia dihasilkan dari sekresi pria dan wanita yang bercampur. Beberapa perujukan dibuat tentang penciptaan manusia sejak dari setetes sperma, dan hal ini juga menunjukkan bahwa organisme yang terbentuk bertempat di tubuh wanita seperti sebuah biji/benih, 6 hari setelah permulaannya (blastocyst manusia mulai tertanam sekitar 6 hari setelah fertilisasi. Lihat gambar 3)Gambar 3 : Blasticyst yang tertanam dalam uterusal-Quran juga menyatakan bahwa tetesan sperma berkembang menjadi gumpalan darah yang membeku/didih. (sebuah blastocyst yang tertanam atau gagal/gugur secara spontan berbentuk seperti didih/darah yang membeku). Perujukan juga menunjukkan penampakan embrio seperti lintah. Embrio menyerupai seekor lintah, atau penghisap darah, pada penampakannya. Embrio juga dikatakan menyerupai substansi yang dikunyah seperti getah atau kayu. (Somit sedikit mirip dengan bekas gigitan pada sebuah substansi yang dikunyah. Lihat gambar 5)Terinspirasi dari yang tertulis di dalam Al-Quran. Profesor Moore berkonklusi bahwa klasifikasi modern tentang tahap perkembangan embrionik, yang telah diadopsi di seluruh dunia, tidaklah mudah ataupun komprehensif. Hal ini tidaklah memberikan kontribusi terhadap pemahaman mengenai tahapan perkembangan embrionik karena tahap-tahap tersebut berdasarkan bentuk numerik, yaitu, tahap 1, tahap 2, tahap 3, dst. perkembangan embrionik yang telah disebutkan di dalam al-Quran tidaklah bergantung pada sistem numerik. Perkembangan embrionik yang ada di Quran berdasarkan pada pengidentifikasian bentuk dan ukuran yang terang dan mudah.Al-Quran mengeidentifikasikan tahapan perkembangan prenatal sebagai berikut: Nuthfah, yang berarti setetes atau sejumlah kecil air Alaqoh yang berarti struktur seperti lintah Mudghah yang berarti struktur bekas kunyahan Idhaam yang berarti tulang atau rangka Kisaa al-Idham bil laham, yang bermakna membungkus tulang dengan daging atau otot. An-Nasya yang berarti formasi/pembentukan fetus yang sudah jelasProf Moore mengakui bahwa perkembangan embrionik versi Quran ini benar-benar berdasarkan pada fase yang berbeda pada perkembangan prenatal. Beliau telah menggarisbawahi bahwa deskripsi saintifis yang elegan ini lebih komprehensif dan praktis.2. Dr. G.C. Goeringer, Direktur mata kuliah dan Profesor luar biasa Kesehatan Embriologi pada Jurusan Biologi Sel, Fakultas Kedokteran, Universitas Georgetown, Washington D.C.Dalam Konferensi Medis Saudi ke-8. Beliau menyebutkan di dalam studinya mengenai dasar ketaktahuan manusia terhadap fase-fase (yang terjadi pada embrio). Beliau juga mendiskusikan kekomprehensivitasan dan kepresisian istilah al-Quran dalam menjelaskan perkembangan fetus dengan pemaknaan istilah yang ringkas dan komprehensif yang membawa kepada pencapaian kebenaran lebih jauh. Mari kita mendengarkan Prof Goeringer yang beliau jelaskan dalam opininya:Di dalam beberapa ayat yang bekaitan, mengandung deskripsi yang jauh lebih komprehensif mengenai perkembangan manusia semenjak masa percampuran gamet hingga fase organogenesis. Tak ada yang seterang dan sekomplit riwayat mengenai perkembangan manusia dalam hal klasifikasi, terminologi dan deskripsi yang eksis sebelumnya. Kebanyakan, jika bukan seluruhnya, misalnya, deskripsi ini mendahului berabad-abad periwayatan mengenai tahapan yang berbeda embrio manusia dan perkembangan fetus yang dicatat di dalam literatur saintifis tradisional.

Dari pengakuan dua ilmuan dunia diatas, dapat disimpulkan bahwa a. Ayat-ayat al-Quran menjadi dikenal di kalangan ilmuwan terkenal dan saintis agama kita dan generasi berikutnya. Allah telah mengehendaki bahwa akan ada waktu dimana kemajuan saintifis dan penemuan-penemuan yang akan menyediakan bukti-bukti dari mukjizat Al-Quran. Sains takkan pernah kosong dari keajaiban al-Quran. Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS Saba 34:6).Allah juga berfirman, Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui. (QS Al-Anam 6:67)Dan ia juga berfirman, Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di seluruh ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka baha al-Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagimu) bahwa sesungguhnya Ia menyaksikan segala sesuatu? (QS Fushshilat 41:53).b. Dua tokoh diatas mengakui bahwa pengklasifikasian perkembangan embrionik ada di Quran berdasarkan identifikasi bentuk dan ukuran yang terang dan mudah dan pemaknaan istilah yang ringkas dan komprehensif dapat dijadikan sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu embriologi lebih lanjut.