39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik yang bertujuan untuk menganalisis hubungan dua variabel (Alimul, 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu mempelajari dinamika korelasi (Notoadmodjo, 2003). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Arikunto, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester II sebanyak 52 orang pada bulan Februari di Desa Sowan Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan metode sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2001). Penentuan sampel dengan sampel jenuh atau total populasi dengan alasan jumlah sampel sedikit yaitu ibu hamil sebanyak 52 orang yang ada di Desa Sowan Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kecamatan Kabupaten Jepara. Adapun kriteria sampel sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1... · 2016-01-05 · BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 3. Pekerjaan 4. Pendapatan

  • Upload
    doannga

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

deskriptif analitik yang bertujuan untuk menganalisis hubungan dua variabel

(Alimul, 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross

Sectional yaitu mempelajari dinamika korelasi (Notoadmodjo, 2003).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang memiliki

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Arikunto, 2002). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester II sebanyak 52 orang pada

bulan Februari di Desa Sowan Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I

Kabupaten Jepara.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan metode

sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi

(Nursalam, 2001). Penentuan sampel dengan sampel jenuh atau total

populasi dengan alasan jumlah sampel sedikit yaitu ibu hamil sebanyak 52

orang yang ada di Desa Sowan Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I

Kecamatan Kabupaten Jepara. Adapun kriteria sampel sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang harus di penuhi

oleh subyek sehingga dapat diikutsertakan ke dalam penelitian

(Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :

1) Ibu-ibu hamil trimester II di Desa sowan lor Wilayah Kerja

Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara.

2) Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan sampel yang

memenuhi kriteria tidak diikutsertakan dalam penelitian (Nursalam,

2003). Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya adalah:

1) Ibu-ibu hamil trimester II di Desa sowan lor Wilayah Kerja

Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara.

2) Ibu tidak mau mengisi lembar kuesioner

3) Ibu yang tidak bersedia bersedia menjadi responden.

Variabel/sub variabel

Definisi Operasional Parameter Hasil Ukur

Skala

1 2 3 4 5 1. Umur (th) 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pendapatan 5. Tingkat Pengetahuan

Lamanya kehidupan ibu hamil yang dihitung sejak tahun lahir sampai tahun saat dilakukan penelitian dengan angka tahun Lamanya ibu hamil menjalani pendidikan formal yang berhasil ditempuh oleh ibu hamil Kegiatan ibu hamil untuk mencari nafkah, baik untuk sendiri maupun keluarga. Jumlah penghasilan yang dimiliki oleh ibu hamil yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Suatu proses untuk mengetahui ataumengingat kembali apakah ibu hamil tahu atau mengerti tentang zat besi (Fe). Tingkat pengetahuan yang dimaksud adalah pengertian, caramengkonsumsi, pelaksanaan, akibat defisiensi zat besi (Fe).

Diukur dengan alat ukur metode kuesioner A Diukur dengan alat ukur metode kuesioner A Diukur dengan alat ukur metode kuesioner A Diukur dengan dengan alat ukur metode kuesioner A Diukur denganmetode kuesioner B yang terdiri 10 pertanyaan nilai item maksimal 1 yaitu: 1 : Ibu hamil

menjawab benar pada pertanyaan.

0 : Ibu hamil salah dalam menjawab pada pertanyaan

Dengan kategori umur a. < 20 tahun b. 20-25 tahun c. 26-30 tahun d. > 30 Tahun Dengan kategori a. Dasar (SD-SMP) b. Menengah (SMA) c. Tinggi (DIII-PT) Dengan kategori a. Ibu RT b. Buruh c. Petani d. Swasta e. PNS Dengan kategori a. Pendapatan lebih

tinggi (Rp >

C. Definisi Operasional

6. Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe)

Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) selama masa keamilan san dapat dinilai dengan score penelitian

Pengukuran dengan metode observasi pada kuesioner C yang terdiri dari 10 pernyataan yang terdiri pertanyaan Favourable dengan nilai item maksimal 1 yaitu: 1 : Ibu hamil

menjawab Ya pertanyaan.

0 : Ibu hamil Tidak dalam menjawab pertanyaan.

Unfavourable : 0. Ibu hamil Tidak

dalam menjawab pertanyaan.

1. Ibu hamil menjawab Ya pertanyaan

Skor tertinggi = 10 Skor terendah = 0 Untuk menjelaskan secara deskriptif dengan kategorikan: Patuh : 6-10 (> 50%) Tidak patuh : 0-5 (<50% )

Ordinal

D. Metode Pengumpulan Data

1. Alat Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah

kuesioner yang disampaikan langsung kepada responden untuk

mengetahui tingkat pengetahuan tentang zat besi (Fe) ibu hamil dan

kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe). adapun instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Kuesioner A: data pribadi yang terdiri atas: nomer kode ibu, umur ibu,

alamat, pendidikan, pekerjaan, pendapatan.

b) Kuesioner B: untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang zat

besi (Fe) yang terdiri dari atas 10 item pertanyaan yang meliputi

pertanyaan tentang zat besi (Fe).

c) Kuesioner C: untuk mengukur kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet

zat besi (Fe) pada ibu hamil dalam bentuk lembar observasi yang,

dimana pernyataan vafourabel yang terdiri atas 2 jawaban Ya (2) Tidak

(1) dan jawaban unvafourabel dengan 2 jawaban Tidak (1), Ya (2)

2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan ijin terlebih

dahulu ke Desa Sowan Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I kemudian

mengadakan pendekatan kepada responden, memperkenalkan diri, dan

menjelaskan maksud dan tujuan kepada responden jika responden setuju

maka mempersilahkan untuk membaca lembar persetujuan kemudian

tanda tangan. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden dan

diminta untuk memilih jawaban sesuai point yang ada. Setelah setuju

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan

responden dengan menggunakan panduan daftar pertanyaan yang telah

disiapkan pada kuesioner dan lembar observasi.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah instrumen yang akan digunakan berupa kuesioner sebagai

alat peneliti selesai disusun, kemudian dilakukan uji validitas dan

reabilitas karena suatu kuesioner dikatakan valid jika kuesioner mampu

untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut

(Notoatmodjo, 2002).

a. Uji Validitas

Uji validitas yang akan digunakan untuk mengukur relevan

tidaknya pengukuran dan pengamatan yang dilakukan pada penelitian.

(Notoatmodjo, 2002). Pada pengujian validitas kuesioner dilakukan

dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan

terhadap skor total seluruh pertanyaan dengan menggunakan uji Rank

Spearman dengan rumus (Notoatmodjo, 2002). Dengan bantuan

program SPSS apabila hasil uji dari tiap item pertanyaan dieproleh

p value < 0,05, maka item pertanyan tersebut valid dan dapat

digunakan. Pengujian validitas pada penelitian ini akan dilakukan

terhadap 20 responden dalam hal ini ibu hamil di Desa sowan kidul

wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara. Adapun hasil

pengujian validitas terhadap 20 item tersebut adalah hasilnya valid,

karena berdasarkan nilai signifikansi pada r hitung yang diperoleh

nilainya < 0,05. Hasil uji validitas, selengkapnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 2. Uji Validitas Angket

Angket Pengetahuan Angket Kepatuhan

Mengkonsumsi Zat besi No Rxy p value Kriteria No rxy p value Kriteria

1 0.527 0.003 Valid 1 0.615 0.000 Valid 2 0.658 0.000 Valid 2 0.643 0.000 Valid 3 0.431 0.018 Valid 3 0.523 0.003 Valid 4 0.531 0.003 Valid 4 0.667 0.000 Valid 5 0.494 0.006 Valid 5 0.694 0.000 Valid 6 0.676 0.000 Valid 6 0.660 0.000 Valid 7 0.785 0.000 Valid 7 0.568 0.001 Valid 8 0.447 0.013 Valid 8 0.564 0.001 Valid 9 0.522 0.003 Valid 9 0.657 0.000 Valid

10 0.439 0.015 Valid 10 0.555 0.001 Valid

Nampak dari tabel di atas, nilai p value < 0,05 yang berarti

kedua instrumen tergolong valid.

b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang akan dilakukan untuk mengetahui

apakah instrumen yang digunakan telah reliabel (Notoatmodjo, 2002).

Setelah diketahui bahwa setiap item-item pertanyaan cukup valid, di

lanjutkan dengan analisa reliabilitas untuk mengetahui apakah

instrumen tersebut cukup konsisten untuk mengukur gejala yang sama

pada pengukuran yang berulang. Pada awalnya tinggi rendahnya

reliabilitas tes tercermin oleh nilai Cronbach Alpha (Ghozali, 2002).

Dimana kuesioner dikatakan reliabel jika indeks reliabilitas yang

diperoleh paling tidak mencapai 0,60 (Sugiyono,1999). Adapun dasar

menggunakan keputusan:

1) Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel

tersebut reliabel.

2) Jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka butir atau variabel

tersebut tidak reliabel.

3) Jika r Alpha > r Alpha tapi bertanda negatif, maka butir atau

variabel tersebut tetap reliabel.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya

berbeda dalam rentang 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati angka

1 reliabilitasnya semakin tinggi, sebaliknya jika semakin mendekati

angka 0 reliabilitasnya semakin rendah. Hasil analisis reliabilitas

diperoleh r11 = 0,747 untuk angket pengetahuan sedangkan

untuk angket kepatuhan mengkonsumsi zat besi sebesar 0,821.

Keduanya melebihi 0,6 yang berarti bahwa kedua instrumen reliabel.

E. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Prosedur Pegolahan Data

Menurut Arikunto (2002) pengolahan data dilakukan dengan tahap-

tahap sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data, di

antaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan kelengkapan

isian kuesioner sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat

dilengkapi segera oleh peneliti.

1) Lengkap : semua jawaban sudah terisi jawabannya.

2) Jelas : apakah cukup jelas terbaca.

3) Relevan : apakah relevan dengan pertanyaannya.

4) Konsisten : apakah jawabannya konsisten dengan petunjuknya.

b. Coding

Coding adalah melakukan pemberian kode berupa angka untuk

memudahkan pengolahan data. Angka yang digunakan dalam tingkat

pengetahuan tentang zat besi (Fe) penelitian ini adalah 1 dan 2, angka

1 untuk jawaban sesuai dengan ketentuan (benar) dan angka 2 untuk

jawaban yang tidak sesuai dengan ketentuan (salah). Angka yang

digunakan untuk mengukur kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat

besi (Fe) pada ibu hamil dengan ketentuan pernyataan favourable

dengan menjawab Ya nilai (2), menjawab tidak nilai (1), Pernyataan

unfavourable dengan menjawab tidak nilai (2), menjawab ya dengan

nilai (1) .

c. Entri

Entri adalah memasukkan data yang di peroleh menggunakan fasilitas

computer dengan mengunakan sistem atau program SPSS for windows

SPSS for windows versi 10.0

d. Cleaning

Memeriksa kembali data yang telah dientri kelengkapan dan

kebenarannya.

2. Analisis Data

a. Analisa Univariat

Penelitian melakukan analisis univariat dengan tujuan yaitu

analisis deskriptif variabel penelitian. Analisa univariat digunakan

untuk mengestimasi parameter populasi untuk data numerik terutama

ukuran-ukuran tendensi sentral berkatagorik dengan distribusi

frekuansi.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara

variabel dependen dengan independen. Untuk menguji kepastian

sebaran data yang diperoleh, peneliti akan mengunakan uji kenormalan

data dengan uji Kolmogorof Smirnov. Untuk menganalisis data

karakteristik dan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi

(Fe) dengan kepoatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe), data

berdistribusi tidak normal mengunakan uji Spearman Rho, dengan nilai

p value <0,05. Pengujian menggunakan tingkat kepercayaan 95%

dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 10.0.

(Notoatmodjo, 2003).

F. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2001), dalam melakukan penelitian, peneliti harus

memperhatikan masalah etika penelitian yaitu :

1. Lembar persetujuan diberikan kepada responden.

Tujuannya adalah supaya subyek mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika

subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan.

Jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan

menghormati responden.

2. Anonimiti.

Untuk menjaga kerahasian identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data

(kuesioner) yang diisi oleh subyek.

3. Confidenciality.

Kerahasian informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.

G. Jadwal Penelitian

Terlampir

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini untuk mengethaui hubungan

karakteristik dan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi dengan

kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi di Desa Sowan Lor wilayah

Puskesmas Kedung Kabupaten Jepara, maka data yang diperoleh dari

pengisian kuesioner selanjutnya dianalisis secara univariate dan bivariate.

Analisis univariate digunakan untuk memberikan penjelasan atau gambaran

dari setiap variabel yang diteliti yaitu: karakteristik ibu hamil, pengetahuan ibu

hamil tentang zat besi dan tingkat kepatuhannya dalam mengkonsumsi zat

besi, sedangkan analisis bivariate digunakan untuk menguji hubungan antara

varibel tersebut.

1. Analisis Univariate

a. Gambaran Usia Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung

Kabupaten Jepara

Usia ibu hamil secara terperinci dapat dilihat pada tabel 4.1

berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Ibu Hamil Pada bulan juli di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara

No Umur Frekuensi Persentase 1 < 20 tahun 2 3,8 2 21-25 tahun 19 36,5 3 26-30 tahun 20 38,5 4 > 30 tahun 11 21,2 Jumlah 52 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden

(38,5%) berusia antara 26 sampai 30 tahun dan sebagian kecil responden

(3,8%) berusia < 20 tahun.

b. Gambaran Tingkat Pendidikan pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas

Tingkat pendidikan pada ibu hamil dalam penelitian ini

dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu pendidikan dasar (jika responden

berpendidikan tamat SD atau SMP), pendidikan menengah (lulusan SMA

atau sederajat) dan pendidikan tinggi (jika responden Perguruan Tinggi).

Hal ini berdasarkan program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun.

Tingkat pendidikan pada ibu hamil secara terperinci dapat dilihat pada

tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Hamil Pada bulan juli di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Pendidikan dasar 31 59,6 2 Pendidikan menengah 17 32,7 3 Pendidikan Tinggi 4 7,7

Jumlah 52 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden

(59,6%) pada pendidikan dasar dan sebagian kecil responden (7,7%)

berpendidikan tinggi.

c. Gambaran Pekerjaan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Mayoritas pekerjaan ibu hamil sebagai ibu rumah tangga, hanya

sebagian kecil yang bekerja sebagai PNS. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Jenis Pekerjaan Ibu Hamil Pada bulan juli di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara

No Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 Ibu rumah tangga 20 38,5 2 Buruh 11 21,2 3 Petani 8 15,4 4 Swasta 11 21,2 5 PNS 2 3,8

Jumlah 52 100

Berdasarkan tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa sebagian besar

(38,5%) ibu hamil sebagai ibu rumah tangga dan sebagian kecil (3,8%)

sebagai PNS.

d. Gambaran Pendapatan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Mayoritas pendapatan ibu hamil yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari lebih dari Rp 1.000.000. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.4. Pendapatan Ibu Hamil Pada bulan juli di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara

No Pendapatan Frekuensi Persentase

1 < Rp 1000.000. 18 34,6 2 >

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Zat Besi (Fe) di

Wilayah Kerja Puskesmas

Tingkat pengetahuan ibu tentang zat besi dalam penelitian ini

diukur dengan menggunakan kuesioner dengan 10 pertanyaan. Setiap

pertanyaan diberi skor antara 0 sampai 1. Apabila responden dapat

menjawab semua pertanyaan dengan benar maka total skornya adalah 10.

Tingkat pengetahuan diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu rendah (0-

3), sedang (4-7) dan tinggi (8-10). Tingkat pengetahuan ibu tentang zat

besi secara terperinci dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5. Tingkat Pengetahuan tentang Zat Besi Ibu Hamil Pada bulan juli di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara

No Pengetahuan Frekuensi Persentase

1 Rendah 9 17,3 2 Sedang 34 65,4 3 Tinggi 9 17,3 Jumlah 52 100

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden

(65,4%) mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, selebihnya 17,3%

dalam kategori rendah dan tinggi.

a. Gambaran kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi (Fe)

di Wilayah Kerja Puskesmas

Tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner dengan 10

pertanyaan. Setiap pertanyaan diberi skor antara 0 sampai 1. Tingkat

kepatuha diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu tidak patuh (0-5) dan

patuh (6-10). Tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi

secara terperinci dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6. Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkosnumsi Zat Besi di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara

No Tingkat kepatuhan Frekuensi Persentase

1 Tidak patuh 26 50,0 2 Patuh 26 50,0

Jumlah 52 100

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa 50% ibu hamil sudah patuh

dalam mengkonsumsi zat besi dan 50% tidak patuh.

2. Analisis Bivariate

Analisis bivariate dalam penelitian ini menggunakan korelasi rank

Spearman antara umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan tingkat

pengetahuan dengan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat

besi. Apabila nilai p value < 0,05 dapat disimpulkan Ho ditolak atau Ha

diterima. Hasil analisis bivariate selengkapnya dapat dilihat pada table

berikut.

Tabel 4.6 Hasil Analisis Bivariate

No Hubungan Variabel rxy p value Kriteria 1. Hubungan umur dengan kepatuhan

mengkonsumsi zat besi 0,107 0,451

Ho diterima

2. Hubungan pendidikan dengan kepatuhan mengkonsumsi zat besi

0,491 0,000 Ho ditolak

3. Hubungan pekerjaan dengan kepatuhan mengkonsumsi zat besi

0,453 0,001 Ho ditolak

4. Hubungan pendapatan dengan kepatuhan mengkonsumsi zat besi

0,394 0,004 Ho ditolak

5. Hubungan pengetahuan tentang zat besi dengan kepatuhan mengkonsumsi zat besi

0,519 0,000 Ho ditolak

4.64

7.00

4.42

5.50

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

< 20 tahun 21-25 tahun 26-30 tahun > 30 tahun

Umur Ibu Hamil

Sko

rK

ep

atu

han

Men

gko

nsu

msiZ

at

Besi

a. Hubungan antara Umur dengan Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil

dalam Mengkonsumsi Zat Besi

Berdasarkan table 4.6 , nilai korelasi rank Spearman untuk

variabel umur sebesar 0,107 dengan p value = 0,451 > 0,05, yang

berarti bahwa Ho diterima, dengan kata lain tidak ada hubungan antara

umur dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi zat besi. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada kecenderungan semakin tua usia ibu

hamil ataupun semakin muda usianya diikuti dengan semakin patuh

atau tidak patuh dalam mengkonsumsi zat besi. Tidak adanya

hubungan antara umur dengan kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi zat besi dapat dilihat pula dari rata-rata skor kepatuhan

ditinjau dari umurnya seperti pada grafik berikut.

Gambar 1. Rata-rata Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi Ditinjau dari Umur

Nampak dari grafik tersebut rata-rata tingkat kepatuhan

tertinggi pada usia 26-30 tahun, sedangkan ibu hamil dengan usia

kurang dari 20 tahun memiliki tingkat kepatuhan dengan urutan kedua,

selanjutnya diikuti dengan usia lebih dari 30 tahun dan peringkat

terakhir pada usia 21-25 tahun. Dari data tersebut nampak bahwa tidak

ada hubungan antara umur ibu hamil dengan patuh tidaknya dalam

mengkonsumsi zat besi.

b. Hubungan antara Pendidikan dengan Tingkat Kepatuhan Ibu

Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi

Korelasi untuk pendidikan dengan kepatuhan dalam

mengkonsumsi zat besi sebesar 0,491 dengan value = 0,000 < 0,05

yang berarti bahwa Ho ditolak, dengan demikian ada hubungan positif

antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kepatuhan dalam

mengkonsumsi zat besi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan ibu semakin tinggi pula tingkat kepatuhan dalam

mengkonsumsi zat besi. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik

berikut.

4.52

7.18

6.00

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pendidikan dasar Pendidikan

menengah

Pendidikan Tinggi

Pendidikan Ibu Hamil

Sko

rK

ep

atu

han

Men

gko

nsu

msiZ

at

Besi

Gambar 2. Rata-rata Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam

Mengkonsumsi Zat Besi Ditinjau dari Pendidikan

Nampak dari grafik di atas, rata-rata tingkat kepatuhan ibu

hamil yang berpendidikan dasar lebih rendah daripada yang

berpendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi tinggi pendidikan ibu hamil diikuti dengan

tingginya tingkat kepatuhannya dalam mengkonsumsi zat besi.

c. Hubungan antara Pekerjaan dengan Tingkat Kepatuhan Ibu

Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi

Korelasi untuk pekerjaan dengan kepatuhan dalam

mengkonsumsi zat besi sebesar 0,453 dengan p value = 0,001 < 0,05

yang berarti bahwa Ho ditolak, dengan demikian ada hubungan positif

antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kepatuhan dalam

mengkonsumsi zat besi. Lebih jelasnya dpaat dilihat dari grafik

berikut.

8.00

6.91

6.38

4.734.55

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Ibu rumah

tangga

Buruh Petani Swasta PNS

Pekerjaan Ibu Hamil

Sko

rK

ep

atu

han

Men

gko

nsu

msiZ

at

Besi

Gambar 3. Rata-rata Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam

Mengkonsumsi Zat Besi Ditinjau dari Pekerjaan

Nampak dari grafik di atas, untuk ibu hamil yang bekerja

sebagai PNS memiliki tingkat kepatuhan yang tertinggi, selanjutnya

diikuti dengan ibu hamil yang bekerja sebagai swasta, petani, buruh

dan peringkat terakhir untuk ibu hamil yang hanya sebagai ibu rumah

tangga. Dari data tersebut menunjukkan bahwa semakin mapan

pekerjaannya semakin tinggi kesadaran untuk mengkonsumsi zat besi.

Perbedaan ini disebabkan pula interaksi yang terjadi antara ibu hamil

dengan lingkungan pekerjaannya atau pengalaman ibu-ibu lainnya di

lingkungan pekerjaan. Ibu hamil yang bekerja sebagai PNS berada

pada lingkungan yang berpendidikan, sehingga informasi mudah

diperoleh dan dapat mempengaruhi kesadarannya dalam menjaga

kesehatan termasuk pula untuk mengkonsumsi zat besi. Sebaliknya

semakin kurang mampan pekerjaan ibu hamil seperti buruh maupun

yang hanya sebagai ibu rumah tangga berada pada lingkungan yang

kurang mendukung, seperti berpendidikan rendah sehingga kurang

memperoleh informasi tentang kesehatan ibu hamil. Di samping itu

dengan pendidikan yang lebih rendah lebih mudah percaya dengan

pantangan-pantangan makanan atau tahayul ketika hamil yang justru

dapat mempengaruhi rendahnya kualitas kesehatan ibu hamil. Kondisi

tersebut berdampak pada rendahnya kepatuhan dalam mengkonsumsi

zat besi.

d. Hubungan antara Pendapatan dengan Tingkat Kepatuhan Ibu

Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi

Korelasi antara tingkat pendapatan dengan tingkat kepatuhan

ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi sebesar 0,394 dengan p value

= 0,004 yang berarti bahwa Ho ditolak, dengan kata lain ada hubungan

positif antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi zat besi. Semakin tinggi tingkat pendapatan semakin

tinggi pula kepatuhan dalam mengkonsumsi zat besi. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada grafik berikut.

3.94

6.32

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

< Rp 1.000.000 >= Rp 1.000.000

Pendapatan Ibu Hamil

Sko

rK

ep

atu

han

Men

gko

nsu

msiZ

at

Besi

Gambar 4. Rata-rata Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam

Mengkonsumsi Zat Besi Ditinjau dari Pendapatan

Berdasarkan grafik tersebut nampak bahwa rata-rata tingkat

kepatuhan ibu hamil yang memiliki pendapatan > Rp 1.000.000 lebih

tinggi daripada yang memiliki pendapatan < Rp 1.000.000. Hal ini

disebabkan karena semakin tinggi pendapatan lebih berpeluang besar

dapat memenuhi kebutuhan tenatang gizi dan kesehatan ibu hamil,

termasuk pula dalam mengkonsumsi zat besi.

a. Hubungan antara Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Ibu

Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi

Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang zat besi dengan

kepatuhan mengkonsumsi zat besi sebesar 0,519 dengan pvalue =

0,000 < 0,05, yang berarti Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis yang

7.44

5.53

3.44

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rendah Sedang Tinggi

Pengetahuan Ibu Hamil tentang Zat Besi

Sko

rK

ep

atu

han

Men

gko

nsu

msiZ

at

Besi

menyatakan ada hubungan positif antara pengetahuan ibu tentang zat

besi dengan kepatuhan mengkonsumsi zat besi diterima. Semakin

tinggi pengetahuan ibu tentang zat besi semakin patuh pula dalam

mengkonsumsi zat besi. Lebih jelasnya dpaat dilihat dari grafik

berikut.

Gambar 5. Rata-rata Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam

Mengkonsumsi Zat Besi Ditinjau dari Pengetahuan tentagn Zat Besi

Nampak dari grafik tersebut, rata-rata kepatuhan ibu hamil

yang memiliki pengetahuan tinggi lebih tinggi daripada ibu hamil

dengan pengetahuan sedang dan rendah. Perbedaan ini menunjukkan

bahwa samakin mengetahui tentang zat besi berarti semakin

mengatahui pula manfaat-manfaatnya bagi kesehatan ibu hamil

sehingga berpengaruh pada tingginya tingkat kepatuhan dalam

mengkonsumsi zat besi.

B. Pembahasan

1. Hubungan Umur dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Zat Besi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara umur dengan tingkat kepatuhan mengkonsumsi zat besi

pada ibu hamil di Desa sowan lor wilayah Puskemas Kedung I Kabupaten

Jepara terbukti dari p value = 0,451 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi usia, tidak diikuti dengan tingginya tingkat kepatuhannya

ataupun sebaliknya. Umur ibu balita yang masih muda juga tidak

menjamin lebih patuh dalam mengkonusmi zat besi atau sebaliknya

semakin tua usia ibu hamil juga tidak menjamin bahwa ia semakin patuh

mengkonsumsi zat besi. Banyak faktor lain yang berhubungan dengan

perilaku. Faktor-faktor tersebut meliputi tingkat pendidikan, jenis

pekerjaan, pendapatan dna pengetahuan ibu tentan zat besi. Hal ini sesuai

dengan penelitian lailatul Izzah (2006), yang mengkaji faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian anemia yang menyatakan bahwa usia Ibu

tidak berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Batang II Tahun 2006.

2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Mengkonsumsi

Zat Besi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara

tingkat pendidikan dengan tingkat kepatuhan mengkonsumsi zat besi pada

ibu hamil di Desa sowan lor wilayah Puskemas Kedung Kabupaten Jepara

terbukti dari p value = 0,000 < 0,05 dengan korelasi sebesar 0,491.

Korelasi positif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

ibu hamil semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya dalam mengkonsumsi

zat besi. Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi pola kehidupannya

termasuk dalam hal kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan

diikuti dengan tingginya pengetahuan termasuk pengetahuan tentang

kehamilannya, zat-zat apa yang diperlukan sehingga terdorong untuk lebih

patuh dalam mengkonsumsi zat besi ketika hamil. Tablet zat besi (Fe) bagi

wanita hamil sangat dibutuhkan karena kebutuhan zat besi (Fe) pada saat

hamil sangat tinggi dan perlu dipersiapkan sedini mungkin sebelum hamil

sampai saat melahirkan, dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) pada ibu

hamil sebanyak satu tablet zat besi (Fe) setiap hari selama 90 hari pada

masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan. Kebutuhan zat besi (Fe)

meningkat pada saat hamil dan melahirkan, dimana ketika hamil seorang

ibu tidak saja dituntut memenuhi kebutuhan zat besi (Fe) untuk dirinya,

tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat besi (Fe) untuk pertumbuhan

janinnya (Depkes, 1998). Tingkat pendidikan turut menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang

mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat

diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah defisiensi zat besi (Fe)

pada ibu hamil dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Kodyat, 1993).

Tingkat pendidikan turut pula menentukan rendah tidaknya seseorang

menyerap dan memakai pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang mereka

peroleh. Keadaan defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil sangat ditentukan

oleh banyak faktor antara lain tingkat pendidikan ibu hamil. Tingkat

pendidikan ibu hamil yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi

sehingga pengetahuan tentang zat besi (Fe) menjadi terbatas dan

berdampak pada terjadi defisiensi zat besi (Fe) (Suhardjo, Riyadi, 1990).

3. Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Zat Besi

Pekerjaan ibu juga berhubungan positif dengan kepatuhan dalam

mengkonsumsi zat besi, terbukti dari koefisien korelasi sebesar 0,453

dengan pvalue = 0,001 < 0,05. Pekerjaan ibu hamil yang semakin mapan,

cenderung lebih merasa tercukupi kebutuhannya sehingga akan berdampak

pada tingginya kesadaran akan pentingnya kesehatan, salah satunya adalah

berperilaku patuh mengkonsumsi zat besi. Banyak ibu-ibu bekerja mencari

nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keluarga, menurut Depkes

(2002), faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai timbulnya

suatu masalah pada ibu hamil, tetapi kondisi kerja yang menonjol sebagai

faktor yang mempengaruh konsumsi tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil.

Dengan kata lain pekerjaan yang lebihmapan akan mempengaruhi tingkat

kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi zat besi.

4. Hubungan Pendapatan dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Zat Besi

Pendapatan juga berhubungan positif dengan kepatuhan dalam

mengkonsumsi zat besi pada ibu hamil di Desa sowan lor wilayah kerja

Puskesmas Kedung Kabupaten Jepara terbukti dari koefisien korelasi

sebesar 0,394 dengan p value = 0,004 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi pendapatan ibu hamil diikuti pula dengan tingginya

kepatuhan dalam mengkonsumsi zat besi, sebaliknya semakin rendah

pendapatannya dikuti pula dengan rendahnya kepatuhan dalam

mengkonsumsi zat besi. Adanya hubungan positif tersebut disebabkan

karena ibu hamil yang memiliki pendapatan yang lebih dapat menentukan

kuantitas dan kualitas makananan yang dikonsumsi seperti sayur-sayuran

hijau yang mengandung zat besi, termasuk pula kualitasnya dalam

menjaga kesehatan kehamilannya dengan cara mengkomsumsi tabet Fe.

Dalam upaya ini maka tingkat kepatuhannnya mengkonsumsi zat besi juga

lebih tinggi daripada ibu yang memiliki pendapatan kurang. Namun,

pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang

bagi keadaan defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil yang memadai,

terutama dalam kasus dimana kepercayaan atau takhayul mengenai jenis

makanan dan praktek pengolahan masakan yang membawa akibat merusak

pada keadaan gizi (Berg, 1986). akibatnya dalam pemilihan makanan yang

mengandung zat besi (Fe), tidak bisa di beli atau dikonsumsi oleh ibu

hamil.

5. Hubungan Pengetahuaan dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Zat Besi

Kesadaran tentang konsumsi zat besi terbentuk karena adanya

pengetahuan yang tinggi tentang zat besi tersebut. Hal ini ditunjukkan dari

hasil uji hipotesis diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,519 dengan p

value = 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa ada hubungan positif antara

pengetahuan tentang zat besi dengan kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi zat besi. Semakin tinggi pengetahuannya akan diikuti

dengan tingginya kepatuhan dalam mengkonsumsi zat besi, sebaliknya

semakin rendah pengetahuannya akan diikuti dengan rendahnya kepatuhan

mengkonsumsi zat besi. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dan

perasaan merupakan bagian dari sikap yang akan menghasilkan tingkah

laku tertentu. Komponen afeksi yang memiliki penilaian emosional yang

dapat bersifat positif atau negatif. Maka akan terjadi kecenderungan untuk

bertingkah laku hati-hati. Dengan semakin mengatahui manfaat zat besi

maka cenderung diikuti kesadaran untuk patuh dalam mengkonsumsi zat

besi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Yayuk Farida Baliwati,dkk

(2004:117) yang menyatakan bahwa faktor penyebab masalah gizi adalah

kurangnya ketersediaan pangan, rendahnya daya beli dan rendahnya

pendidikan atau pengetahuan masyarakat yang dipengaruhi faktor sosial

budaya. Kecukupan zat gizi selama hamil baru dapat dipantau melalui

parameter keadaan kesehatan ibu dan berat lahir janin. Keadaan kesehatan

dan gizi ibu akan baik, apabila pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan

cukup luas. Dengan adanya pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang

cukup luas seorang ibu dapat melakukan penataan gizi selama hamil,

perawatan selama kehamilan dan pemeliharaan gizi semasa hamil. Dengan

adanya hal tersebut maka memungkinkan ibu hamil untuk

mengembangkan kebiasaan makan yang baik sehingga kebutuhan zat gizi

selama hamil dapat terpenuhi dan memantau kesehatannya selama

kehamilan. Sehingga kondisi ini dapat mencegah ibu hamil terkena anemia

(Arisman, 2004:13). Serupa dengan Selain itu, semakin banyak

pengetahuan gizinya, semakin diperhitungkan jenis dan kwantum makanan

yang dipilih untuk dikonsumsinya. Seseorang yang tidak mempunyai

cukup pengetahuan gizi akan memilih makanan yang paling menarik

pancaindera dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan.

Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih

banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang

nilai gizi makanan tersebut (Achmad Djaeni, 2000:12). Sebab lain yang

penting dari gangguan gizi dan kesehatan adalah kurangnya pengetahuan

tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tentang

kesehatan dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1996:31).

Sesuai dengan teori Arisman (2004:16) yang menyatakan bahwa

anemia gizi karena kekurangan zat besi masih lazim terjadi di negara

berkembang tidak terkecuali Indonesia. Sementara itu kebutuhan wanita

hamil akan Fe meningkat sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi

yang perlu ditimbun selama hamil adalah 1040 mg. Dari jumlah ini 200

mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang.

Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk

pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah

dan 300 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin

tercukupi hanya melalui makanan. Karena itu suplementasi zat besi perlu

sekali diberlakukan. Bahkan pada wanita yang bergizi baik.penambahan

asupan besi baik lewat makanan atau pemberian suplementasi terbukti

mampu mencegah penurunan Hb akibat hemodilusi. Tanpa suplementasi

cadangan besi pada tubuh wanita hamil akan habis pada akhir kehamilan

(Taylor dkk, 1992). Untuk menjaga agar suplementasi tidak terkuras dan

mencegah kekurangan, setiap wanita hamil dianjurkan untuk

mengkonsumsi tablet besi sebanyak 300 mg setiap hari. Takaran ini tidak

akan terpenuhi hanya melalui makanan oleh sebab itu suplemen sebesar

30-60 mg dimulai pada minggu ke 12 kehamilan yang diteruskan sampai 3

bulan pasca partum, perlu diberikan setiap hari. Menurut penelitian

menunjukkan bahwa wanita hamil yang tidak minum pil besi mengalami

penurunan ferritin (cadangan besi cukup tajam sejak minggu ke 12 usia

kehamilan) (Ali Khomsan, 2003:30).

Nampak jelas bahwa pengetahuan yang tinggi tentang fungsi zat besi

bagi ibu hamil dapat mempengaruhi pola pikirnya untuk lebih hati-hati

sehingga memberikan dorongan untuk lebih patuh mengkonsumsi zat besi.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain:

1. Penggunaan angket atau kuesioner yang memungkinkan terjadinya

subjektifitas. Untuk mengumpulkan data tentang kepatuhan ibu hamil

dalam mengkonsumsi zat besi digunakan kuesioner, sehingga tingkat

keakuratannya masih diragukan. Apabila dilakukan dengan kroscek di

Puskesmas maka akan diperoleh data yang lebih akurat.

2. Pengetahuan tentang zat besi juga diukur dengan kuesioner, sehingga

belum sepnuhnya menggambarkan pengetahuan ibu terhadap zat besi. Hal

ini sebenarnya dapat dilakukan dengan wawancara langsung.]

3. Faktor pendukung selama penelitian adalah adanya data tentang daftar

nama-nama ibu hamil trimester II di Desa Sowan Lor yang di dapat dari

seorang bidan desa sehingga mempermudah peneliti untuk pengambilan

data.

4. Faktor penghambat selama penelitian adalah ada sebagian ibu hamil yang

tidak kooperatif sehingga peneliti harus menjelaskan kepada responden

maksud dan tujuan penelitian ini.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulam

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan

bahwa

1. Ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi zat besi di wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten

Jepara dengan korelasi sebesar 0,491 (p = 0,000).

2. Ada hubungan pekerjaan dengan kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi zat besi di wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten

Jepara dengan korelasi sebesar 0,453 (p = 0,001).

3. Ada hubungan pendapatan dengan kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi zat besi di wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten

Jepara dengan korelasi sebesar 0,394 (p = 0,004).

4. Ada hubungan penegtahuan dengan kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi zat besi di wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten

Jepara dengan korelasi sebesar 0,519 (p = 0,000).

5. Tidak ada hubungan antara umur dengan kepatuhan ibu hamil dalam

mengkonsumsi zat besi di wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten

Jepara (p = 0,451).

B. Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang karakteristik ibu hamil

bagi perawat dalam mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk

mendapatkan jumlah penurunan defisiensi zat besi (Fe) serta memberikan

Pendidikan kesehatan pada ibu hamil tentang pentingnya mengkonsumsi

tablet besi (Fe) selama kehamilan.

2. Bagi Program Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran

kususnya dalam menjalankan program dan strategi serta peningkatan

mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) dalam keperawatan komunitas dengan

cara melakukan penyuluhan kesehatan pada ibu hamil.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dimungkinkan dapat menjadi salah satu acuan bagi

penelitian berikutnya yang melakukan penelitian sejenis dengan variabel

yang lebih kompleks mengenai kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat

besi (Fe) dan tidak hanya dengan menggunakan angket tetapi dengan

teknik wawancara.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul S. (2003). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta:Salemba Medika

Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta

Anonim. (2004). Suplementasi Zat Besi Pada Ibu Hamil.http://www.health-

Irc.or.id/spm.htm.diperoleh tanggal 12 Januari 2004.

Berg. (1986). Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV Rajawali

BPS. (2005). Survey Sosial Ekonomi Nasional, BPS. Semarang Depkes. (1993). Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta.

De Maeyer, E.M. (1995). Preventing And Controlling Iron Deficiency As Couses

Of Anemia Through Primary Health Care.WHO, Geneva, 1995. Depkes. (1998). Pedoman Penaggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Puteri dan

Ibu Hamil. Jakarta. Depkes.RI. (2000). Gizi Seimbang Menuju Sehat bagi Ibu Hamil dan Menyusui

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Jakarta Flourisa. (2006). Surfei tablet Besi. http//www.pikiran rakyat.com. diperoleh tanggal 9 April 2006 Kodyat Tatang S. (1993). Pokok-pokok Perbaikan Gizi pada PJP II untuk

Menanggulangi Masalah Gizi. Jakarta : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V LIPI, hal 9.

Khumaidi. (1994). Gizi Masyarakat. Jakarta: Gunung Mulia

Ghozali. (2002). Analisis Multivariate. Semarang : BPFE Undip

Hall R, 2000. Petunjuk Medis bagi Wanita Hamil. Jakarta: PT Pustaka Delapratasa. Hadyanto.(2002). Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Terjemahan Jones

DL.Fundamentals of obstetrics and gynaecologi. Edisi 6. cetakan I. Hipokrates, Jakarta.

Mardiyati Etik. (2006). Strategi Praktis dan Efektif Menanggulangi Anemia Gizi

Besi, http://www.beritaiptek.com.dioerileh tanggal 19 Oktober 2006. Moehji, Bsc. (2003). Pemeliharaan Gizi Pada Balita. Jakarta: Bhratara Karya

Aksara Maret. 3. (2006). Hasil Survei Kesehatan Ibu, oleh Flourisa. http://www.Bkkbn.com,

diperoleh tanggal 3 Maret 2006 Nadesul. (1997). Makanan Sehat Untuk Ibu Hamil. Jakarta : Puspa Swara: Anggota

Ikapi Nasoetion & Darwin. (1998). Gizi untuk kebutuhan fisiologi khusus. Jakarta:

Gramedia. Nasution. (1998). Metode research; Penelitian ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara Notoatmojo. S. (2002). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2001). Konsep dan Perawatan Metodologi Penelitiam Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi Tesis, dan Instrumen Keperawatan, Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Nasution. (2003). Metode research; Penelitian ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara Mar’at. (1995).Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya, Bandung:

Fakultas Psikologi Unifersitas Padjajaran. Purwanto. H. (1999). Pengantar perilaku Manusia Untuk Keperawatan, Jakarta:

Buku Kedokteran EGC. Zulhaida lubis. (2003). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi

Yang Dilahirkan, http:www.ipb.com/zulhaida.telkom.net. Soeprono. (1988). Anemia Pada Wanita Hamil. Berkala Ilmu Kedokteran Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada Jilid XX Nomor 4 Desember 1988.

Suhardjo. R. (1990). Berbagai cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.PAU Pangan dan Gizi

Soekirman. (1990). Gizi Indonesia Volume XXI, Jakarta

Sediaoetama. (1999). Gizi Indonesia, Persagi, Jakarta

September, 15. (2006). Informasi Tentang Anemia dan Tablet Zat Besi (Materi

Rujukan Bagi Guru Atau Pendidik Dan Tokoh Masyarakat. Http//Bankdata.depkes.go.id).

Sugiono. (1999), Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta: Bandung.

Wasito. E.J. (1998). Efek suplementasi micronutrient. Jakarta: Universitas

Indoinesia.

Winarno, F.G. (1990). Gizi Pada Makanan Bayi dan Anak Sapihan. Pustaka Sinar Harapan Jakarta.

Wiknjosastro. (1999). Ilmu Kebidanan. Edisi III. Cetakan V.Yayasan Bina Pustaka,

Jakarta.

Lampiran 1

KUESIONER

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ZAT BESI (Fe) DENGAN KEPATUHAN DALAM

MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI (Fe) DI WILAYAH PUSKESMAS KEDUNG KABUPATEN JEPARA

A. Identitas Responden

1. Umur :

2. Alamat :

3. Pendidikan :

a Tidak sekolah :

b Tamat SD :

c Tamat SMP :

d Tamat SMA :

e Tamat PT :

4. Pekerjaan :

a. Ibu Rumah Tangga:

b. Buruh :

c. Petani :

d. PNS :

e. Swata :

5. Pendapatan : Rp ................

a. Rp > 1.000.000,-

b. Rp < 1.000.000,-

Lampiran 2

B. PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ZAT BESI (Fe)

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) yang anda anggap benar.

1. Tablet zat besi (Fe) adalah tablet untuk suplementasi penaggulangan anemia gizi

yang berisi.............

b. Setiap tablet mengandung Fero sulfat 200 mg

c. Setiap tablet mengandung antibodi

d. Setiap tablet mebngandung vitamin dan mineral

1. Tanda-tanda ibu yang mengalami kurang darah adalah ...........

a. Suhu badan kadang baik-turun

b. Muka tampak merah dan timbul bintik

c. Mudah lemah, letih, lesu, lelah dan lalai

2. Manfaat dari mengkonsumsi tablet besi (Fe) adalah ............

a. Terhindar dari anemia

b. Terhindar dari penyakit kronis

c. Membuat tubuh lebih segar

3. Penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil disebabkan karena..........

a. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan bergizi

b. Anemia akibat perdarahan kronis

c. Anemia karena mengkonsumsi tablet Fe

4. Bahaya bagi ibu yang tidak mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada saat hamil

adalah........

a. Menyebabkan ibu selalu mual dan pusing-pusing

b. Akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga menggangu

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

c. Akan terjadi keracunan yang menganggu kehamilan

5. Pada ibu yang anemia cara mengkonsumsi tablet besi (Fe) dianjurkan yaitu .......

a. Pengobatan secara teratur

b. Pemberian transfusi darah

c. Pemberian 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilannya sampai 42 hari

setelah melahirkan

2. Pada ibu hamil mempunyai waktu yang baik untuk mengkonsumsi tablet besi

(Fe) yaitu.............

a. Secara teratur pada Trimester I sampai Trimester III kehamilan yaitu ± 1

mg/hari sampai ± 5 mg/ hari

b. Hanya pada saat kehamilan trimester I saja

c. Sesuai keinginan ibu hamil

3. Kurang darah pada ibu hamil dengan pemberian............

c. Suplemen vitamin dan mineral yang tinggi

d. Makan teratur dan mengkonsumsi tablet Fe (besi)

e. Minum minuman tradisional

4. Tablet besi diminum apabila…………

a. Badan terasa sakit

b. Bila tak enak badan

c. Bila kurang darah

5. Untuk mengkonsumsi tablet besi sebaiknya menggunakan ………

c. Air putih

d. Air teh

e. Air kopi

Lampiran 3

C. PERILAKU TERHADAP KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI

TABLET ZAT BESI (Fe)

Petunjuk: Berilah tanda silang (Ö) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan

diri anda.

No Perilaku Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat

Besi (Fe)

Ya Tidak

1. Saya mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) selama

kehamilan berlangsung

2. Pada saat hamil, saya selalu memeriksakan kadar Hb

3. Untuk mendapatkan tablet zat besi (Fe), saya selalu

meminta ke Puskesmas terdekat

4. Pada saat hamil, saya tidak selalu rutin mengkonsumsi

tablet zat besi (Fe)

5.

Untuk mencegah kekurangan darah (anemia) saat

hamil, saya tidak selalu mengkonsumsi makanan yang

mengandung protein seperti ikan, daging, hati dan telur

6. Pada saat kekurangan darah (anemia) saya selalu

meminta kapsul tablet zat besi (Fe)

7. Pada saat hamil, saya mengkonsumsi tablet zat besi

(Fe) rutin saya lakukan sejak trimester II

8. Untuk mengkonsumsi tablet zat besi (Fe), saya

meminumnya dengan air putih

9. Selain mengkonsumsi tablet zat besi (Fe), saya

mengkonsumsi sayur-sayuran secara teratur

10. Saat hamil, saya tidak selalu mengkonsumsi sayuran

sumber zat besi (Fe)