of 15 /15
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Metodologi Penelitian Langkah pertama adalah studi literatur mengenai karakteristik, kelebihan, dan kekurangan algoritma symbiotic organisms search (SOS) dan algoritma crow search algorithm (CSA). Langkah kedua adalah merumuskan algoritma enhanced symbiotic organisms search (ESOS). Langkah ketiga adalah penulisan/ pembuatan program komputer berdasarkan algoritma yang telah dimodifikasi untuk penelitian ini. Pemrograman dilakukan dengan menggunakan program MATLAB untuk perhitungan numerik dan penampilan grafik. Langkah keempat adalah melakukan verifikasi hasil program dengan membandingkan solusi yang didapatkan dari metode ESOS dengan metode-metode lainnya terhadap penyelesaian sejumlah permasalahan struktur rangka batang. Dari hasil tersebut, dapat diambil kesimpulan mengenai penelitian dan pengembangan metode SOS ini. Langkah terakhir adalah melakukan dokumentasi serta publikasi hasil penelitian. Secara singkat, kelima langkah tersebut digambarkan dalam diagram alir metodologi penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut: Gambar 3.1. Diagram alir metodologi penelitian. Start Studi Literatur Model Architecture Model Verification Aplikasi Desain dengan SNI Pembuatan Laporan dan Publikasi Hasil Penelitian Finish Universitas Kristen Petra 19

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Metodologi ... · 3. METODOLOGI PENELITIAN . 3.1. Diagram Alir Metodologi Penelitian Langkah pertama adalah studi literatur mengenai karakteristik,

  • Author
    others

  • View
    46

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Metodologi ... · 3. METODOLOGI PENELITIAN . 3.1....

  • 3. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Diagram Alir Metodologi Penelitian

    Langkah pertama adalah studi literatur mengenai karakteristik, kelebihan,

    dan kekurangan algoritma symbiotic organisms search (SOS) dan algoritma crow

    search algorithm (CSA). Langkah kedua adalah merumuskan algoritma enhanced

    symbiotic organisms search (ESOS).

    Langkah ketiga adalah penulisan/ pembuatan program komputer

    berdasarkan algoritma yang telah dimodifikasi untuk penelitian ini. Pemrograman

    dilakukan dengan menggunakan program MATLAB untuk perhitungan numerik

    dan penampilan grafik.

    Langkah keempat adalah melakukan verifikasi hasil program dengan

    membandingkan solusi yang didapatkan dari metode ESOS dengan metode-metode

    lainnya terhadap penyelesaian sejumlah permasalahan struktur rangka batang. Dari

    hasil tersebut, dapat diambil kesimpulan mengenai penelitian dan pengembangan

    metode SOS ini.

    Langkah terakhir adalah melakukan dokumentasi serta publikasi hasil

    penelitian. Secara singkat, kelima langkah tersebut digambarkan dalam diagram alir

    metodologi penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut:

    Gambar 3.1. Diagram alir metodologi penelitian.

    Start

    Studi Literatur

    Model Architecture

    Model Verification

    Aplikasi Desain dengan SNI

    Pembuatan Laporan dan Publikasi Hasil Penelitian

    Finish

    Universitas Kristen Petra

    19

    http://www.petra.ac.idhttp://dewey.petra.ac.id/dgt_directory.php?display=classificationhttp://digilib.petra.ac.id/help.html

  • Kemudian secara lengkap, langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas

    ditunjukkan dalam bentuk pseudocode sebagai berikut:

    Langkah I: Tentukan masalah optimasi, bertujuan memperkecil fitness, ekosistem awal (popsize), kriteria awal (FE dan run), dan kriteria terminasi (FEmax).

    Langkah II: Membentuk ekosistem awal secara random sesuai batas nilai

    maksimum dan minimumnya. Langkah III: Memilih organisme terbaik berdasarkan fitness yang dimiliki. Langkah IV: Menentukan nilai parameter awal (FE = 0) dan memulai running

    optimasi. while (FE to FEmax)

    𝒇𝒇𝒇𝒇𝒇𝒇 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 1 𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑧𝑧

    Langkah V: Fase mutualisme 𝑀𝑀𝑀𝑀 = 𝑥𝑥𝑚𝑚+𝑥𝑥𝑛𝑛

    2

    𝐵𝐵𝐵𝐵1 = 1 + 𝑟𝑟𝑡𝑡𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟[𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟(0, 1)] 𝐵𝐵𝐵𝐵2 = 1 + 𝑟𝑟𝑡𝑡𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟[𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟(0, 1)] 𝑥𝑥𝑚𝑚′ = 𝑥𝑥𝑚𝑚 + [𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟(0, 1)] ∗ [𝑥𝑥𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 − (𝐵𝐵𝐵𝐵1 ∗ 𝑀𝑀𝑀𝑀)] 𝑥𝑥𝑛𝑛′ = 𝑥𝑥𝑛𝑛 + [𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟(0, 1)] ∗ [𝑥𝑥𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 − (𝐵𝐵𝐵𝐵2 ∗ 𝑀𝑀𝑀𝑀)]

    𝒊𝒊𝒇𝒇 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑡𝑡𝑟𝑟𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓(𝑥𝑥′𝑚𝑚) < 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑡𝑡𝑟𝑟𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓(𝑥𝑥𝑚𝑚) 𝑥𝑥𝑚𝑚 = 𝑥𝑥′𝑚𝑚 𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆 𝒊𝒊𝒇𝒇

    𝒊𝒊𝒇𝒇 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑡𝑡𝑟𝑟𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓(𝑥𝑥′𝑛𝑛) < 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑡𝑡𝑟𝑟𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓(𝑥𝑥𝑛𝑛) 𝑥𝑥𝑛𝑛 = 𝑥𝑥′𝑛𝑛 𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆 𝒊𝒊𝒇𝒇

    𝐵𝐵𝐹𝐹 = 𝐵𝐵𝐹𝐹 + 2

    Langkah VI: Fase komensalisme 𝑥𝑥𝑚𝑚′ = 𝑥𝑥𝑚𝑚 + [𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟(0, 1)] ∗ [𝑥𝑥𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 − (𝐵𝐵𝐵𝐵1 ∗ 𝑀𝑀𝑀𝑀)]

    𝒊𝒊𝒇𝒇 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑡𝑡𝑟𝑟𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓(𝑥𝑥′𝑚𝑚) < 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑡𝑡𝑟𝑟𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓(𝑥𝑥𝑚𝑚) 𝑥𝑥𝑚𝑚 = 𝑥𝑥′𝑚𝑚

    𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆 𝒊𝒊𝒇𝒇 𝐵𝐵𝐹𝐹 = 𝐵𝐵𝐹𝐹 + 1

    𝒊𝒊𝒇𝒇 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟(0, 1) < 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟(0, 1)

    Langkah VII: Fase kleptoparasitisme 𝑟𝑟𝑓𝑓 = 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟(0, 1) 𝑓𝑓𝑓𝑓 = 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟(−2, 2)

    𝑐𝑐𝑡𝑡𝑓𝑓𝑓𝑓 = 𝑟𝑟𝑓𝑓 ∗ 𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑥𝑥𝑚𝑚′ = 𝑥𝑥𝑚𝑚 + 𝑐𝑐𝑡𝑡𝑓𝑓𝑓𝑓 ∗ (𝑥𝑥𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 − 𝑥𝑥𝑚𝑚)

    𝒊𝒊𝒇𝒇 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑡𝑡𝑟𝑟𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓(𝑥𝑥′𝑚𝑚) < 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑡𝑡𝑟𝑟𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓(𝑥𝑥𝑚𝑚) 𝑥𝑥𝑚𝑚 = 𝑥𝑥′𝑚𝑚

    Universitas Kristen Petra

    20

  • 𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆 𝒊𝒊𝒇𝒇 𝐵𝐵𝐹𝐹 = 𝐵𝐵𝐹𝐹 + 1

    𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆 𝒊𝒊𝒇𝒇

    Langkah VII: Fase parasitisme 𝑃𝑃𝑀𝑀 = 𝑥𝑥𝑚𝑚

    𝒊𝒊𝒇𝒇 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑡𝑡𝑟𝑟𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓(𝑃𝑃𝑀𝑀) < 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑡𝑡𝑟𝑟𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓(𝑥𝑥𝑛𝑛) 𝑥𝑥𝑛𝑛 = 𝑃𝑃𝑀𝑀

    𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆 𝒊𝒊𝒇𝒇 𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆 𝒊𝒊𝒇𝒇 𝐵𝐵𝐹𝐹 = 𝐵𝐵𝐹𝐹 + 1

    Langkah VIII: Pengecekan apakah kriteria terminasi sudah terpenuhi 𝒊𝒊𝒇𝒇 𝐵𝐵𝐹𝐹 ≥ 𝐵𝐵𝐹𝐹𝑚𝑚𝑚𝑚𝑥𝑥 𝑏𝑏𝑟𝑟𝑓𝑓𝑟𝑟𝑏𝑏 𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆 𝒊𝒊𝒇𝒇

    𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆 𝒇𝒇𝒇𝒇𝒇𝒇 𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆 𝒘𝒘𝒘𝒘𝒊𝒊𝒆𝒆𝒆𝒆

    Keterangan:

    fitness = nilai optimum dari interaksi antar organisme x;

    popsize = jumlah variasi ekosistem yang ditentukan di awal running;

    FE = evaluasi nilai fitness yang dilakukan di tiap akhir fase;

    FEmax = stopping criteria dari iterasi dalam sekali running;

    run = jumlah running yang dilakukan sampai bilangan bulat z;

    MV = MutualVector, koefisien hubungan karakteristik antar organisme

    dalam fase mutualisme;

    BF1 = benefit factor, nilai keuntungan organisme pertama dari interaksi

    pada simbiosis mutualisme;

    BF2 = benefit factor, nilai keuntungan organisme kedua dari interaksi pada

    simbiosis mutualisme;

    𝑥𝑥𝑚𝑚 = organisme pertama dalam fase mutualisme, organisme yang

    diuntungkan dalam fase komensalisme, atau organisme parasit

    dalam fase parasitisme;

    𝑥𝑥𝑛𝑛 = organisme kedua dalam fase mutualisme, organisme yang tidak

    diuntungkan maupun dirugikan dalam fase komensalisme, atau

    organisme inang dari parasit dalam fase parasitisme;

    rand(0,1) = nilai acak antara 0 dan 1;

    Universitas Kristen Petra

    21

  • 𝑥𝑥𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 = organisme terbaik yang ditentukan dari nilai fitness terkecil;

    𝑥𝑥′𝑚𝑚 = organisme pertama (baru) dalam fase mutualisme, organisme yang

    diuntungkan (baru) dalam fase komensalisme, atau organisme

    parasit (baru) dalam fase parasitisme;

    𝑥𝑥′𝑛𝑛 = organisme kedua (baru) dalam fase mutualisme, organisme yang tidak

    diuntungkan maupun dirugikan (baru) dalam fase komensalisme,

    atau organisme inang dari parasit (baru) dalam fase parasitisme;

    rand(-2,2) = nilai acak antara -2 dan 2;

    coef = koefisien coef yang digunakan dalam algoritma parasitisme; dan

    PV = duplikasi dari organisme parasit dalam fase parasitisme dan penentu

    keberhasilan organisme parasit dalam membunuh inangnya.

    3.2. Modifikasi Algoritma

    Langkah pertama adalah menyusun algoritma kleptoparasitisme. Langkah

    kedua adalah modifikasi metode SOS yang berada pada improvisasi fase

    parasitisme dengan meyisipkan subfase baru bernama kleptoparasitisme. Sehingga

    baik parasitisme maupun kleptoparasitisme menjadi subfase dalam fase ketiga.

    Langkah terakhir adalah pengajuan metode ESOS sebagai hasil modifikasi

    dan improvisasi dari metode SOS konvensional. Secara singkat, ketiga langkah

    tersebut digambarkan dalam diagram alir modifikasi algoritma yang dapat dilihat

    pada Gambar 3.2. sebagai berikut:

    Gambar 3.2. Diagram alir modifikasi algoritma.

    Start

    Algoritma Kleptoparasitisme

    Modifikasi Fase Parasitisme

    Metode ESOS

    Finish

    Universitas Kristen Petra

    22

  • 3.3. Metode Enhanced Symbiotic Organisms Search (ESOS)

    Metode Enhanced Symbiotic Organisms Search (ESOS) adalah metode

    baru yang ditemukan atas modifikasi dari metode SOS yang ditemukan oleh Cheng

    dan Prayogo (2014). Metode SOS mempunyai tiga fase simbiosis seperti yang

    sudah dijelaskan pada subbab 2.3. diatas, sementara metode ESOS mempunyai

    empat fase. Fase keempat dari metode ESOS bernama kleptoparasitisme, yang

    algoritmanya diadopsi dari metode Crow Search Algorithm (CSA) yang diciptakan

    oleh Askarzadeh (2016). Penilitian CSA terinspirasi dari perilaku cerdik burung

    gagak yang menyimpan cadangan makanan mereka di tempat persembunyian dan

    dapat sewaktu-waktu diambil kembali saat dibutuhkan.

    Pada fase kleptoparasitisme, beberapa algoritma CSA membantu

    meningkatkan performa pencarian dengan mencari di search space yang dekat

    dengan solusi eksaknya. Ekosistem akan secara otomatis melewati fase mutualisme

    dan komensalisme secara berurutan, tetapi akan secara acak masuk ke dalam fase

    parasitisme atau kleptoparasitisme (tergantung random). Adapun ri adalah angka

    acak dengan distribusi normal antara 0 dan 1. Nilai acak ri mengikuti nilai yang

    ditentukan oleh Askarzadeh (2016) dalam penelitiannya, yang dapat dilihat pada

    persamaan (3.1).

    𝑟𝑟𝑓𝑓 = 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟(0,1) (3.1)

    Kemudian fl adalah jarak jangkauan antara organisme ke-m dalam satu kali

    running. Nilai fl ditentukan oleh peneliti sendiri dengan mengambil angka acak

    dengan distribusi normal antara -2 dan 2. Ada kemungkinan pengambilan angka

    acak untuk fl yang menghasilkan performa pencarian yang lebih baik, namun

    peneliti belum melakukan hal tersebut karena keterbatasan waktu yang dimiliki.

    Definisi fl dapat dilihat pada persamaan (3.2).

    𝑓𝑓𝑓𝑓 = 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟(−2,2) (3.2)

    Adapun coef adalah koefisien dari selisih nilai yang dimiliki oleh organisme

    terbaik dan organisme ke-m, yang dapat dilihat pada persamaan (3.3) dan organisme

    ke-m yang baru didapatkan melalui persamaan (3.4) dapat dilihat sebagai berikut:

    𝑐𝑐𝑡𝑡𝑓𝑓𝑓𝑓 = 𝑟𝑟𝑓𝑓 ∗ 𝑓𝑓𝑓𝑓 (3.3)

    𝑥𝑥𝑚𝑚′ = 𝑥𝑥𝑚𝑚 + 𝑐𝑐𝑡𝑡𝑓𝑓𝑓𝑓 ∗ (𝑥𝑥𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 − 𝑥𝑥𝑚𝑚) (3.4)

    Universitas Kristen Petra

    23

  • Hubungan permasalahan rangka batang (subbab 2.2.) dengan istilah-istilah

    biologi dalam ESOS (subbab 2.3. dan 3.3.) akan dijelaskan secara sederhana

    melalui Tabel 3.1. sebagai berikut:

    Tabel 3.1. Tabel Hubungan Istilah Biologi (ESOS) dan Struktur Rangka Batang.

    3.4. Verifikasi Algoritma dengan Benchmark Problem

    Tabel benchmark problem matematis digunakan untuk verifikasi solusi

    optimum dari ESOS, seperti yang terlihat pada Tabel 3.2. sebagai berikut:

    Istilah-istilah Biologi (dalam ESOS) Struktur Rangka Batang

    organism matriks baris berisi nilai-nilai

    variabel x

    matriks baris berisi ukuran profil-

    profil dalam struktur

    fitness nilai fungsi dari matriks baris

    berisi nilai-nilai variabel x

    berat struktur dari matriks baris

    berisi ukuran profil-profil dalam

    struktur

    bestFitness

    nilai fungsi terminimum dari

    beberapa nilai fungsi dari

    matriks baris berisi nilai-nilai

    variabel x

    berat struktur teringan dari

    beberapa matriks baris berisi

    ukuran profil-profil dalam

    struktur

    bestOrganism

    satu matriks baris berisi nilai-

    nilai variabel x yang dapat

    menghasilkan nilai fungsi

    terminimum

    satu matriks baris berisi ukuran

    profil-profil dalam struktur yang

    dapat menghasilkan berat struktur

    teringan

    run jumlah satu siklus perhitungan

    dalam metode ESOS

    jumlah pencarian berat struktur

    teringan

    FE evaluasi yang dilakukan dalam

    siklus perhitungan nilai fungsi

    dalam metode ESOS

    evaluasi yang dilakukan dalam

    pencarian berat struktur yang

    teringan

    FEmax

    batas maksimum

    pengevaluasian nilai fungsi

    dalam siklus perhitungan

    metode ESOS

    batas maksimum pengevaluasian

    berat struktur dalam pencarian

    yang teringan

    Universitas Kristen Petra

    24

  • (D: D

    imen

    sion

    s, M

    : Mul

    timod

    al, N

    : Non

    -Sep

    arab

    le, U

    : Uni

    mod

    al, S

    : Sep

    arab

    le).

    Tabe

    l 3.2

    . Tab

    el B

    ench

    mar

    k Fu

    nctio

    n (C

    heng

    dan

    Pra

    yogo

    , 201

    4).

    Universitas Kristen Petra

    25

  • Universitas Kristen Petra 26

  • 3.5. Verifikasi Algoritma dengan Truss Structure Problem

    Lima truss structure problem (tiga struktur planar dan dua struktur spasial)

    diajukan untuk membandingkan solusi optimum dari metode ESOS dengan solusi

    dari metode-metode lainnya. Material properties dari lima struktur tersebut

    tercantum pada Tabel 3.3. dan Tabel 3.4. dan ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar

    3.3. sampai Gambar 3.7. sebagai berikut:

    Tabel 3.3.Tabel Material Properties untuk Struktur-struktur Rangka Batang

    berdasarkan Syarat Umum Desain (Literatur-literatur).

    Number n-truss Type ρ (lb/in3) E (ksi) Δ

    (in) σ

    (ksi) D (in2)

    [min, max] 1 10 P 0.10 1 × 104 2.00 25 [1.62, 33.50] 2 25 S 0.10 1 × 104 0.35 40 [0.10, 3.40] 3 52 P 0.28 3 × 104 - 25 [0.10, 33.50] 4 72 S 0.10 1 × 104 2.00 25 [0.10, 3.20] 5 200 P 0.28 3 × 104 - 10 [0.10, 33.70]

    Tabel 3.4.Tabel Material Properties untuk Struktur-struktur Rangka Batang

    berdasarkan SNI 1729:2015.

    Number n-truss Type ρ (lb/in3) E (ksi) Δ

    (in) σ

    (ksi) D (in2)

    [min, max] 1 10 P

    0.28 2.9 × 104 - 35

    [1.62, 33.50] 2 25 S [0.10, 3.40] 3 52 P [0.10, 33.50] 4 72 S [0.10, 3.20] 5 200 P [0.10, 33.70]

    Keterangan:

    P = plane, struktur rangka batang planar (dua dimensi);

    S = space, struktur rangka batang spasial (tiga dimensi);

    ρ = berat jenis material profil rangka batang;

    E = modulus elastisitas material profil rangka batang;

    Δ = displacement izin untuk struktur rangka batang;

    σ = stress izin untuk struktur rangka batang; dan

    D = batas terkecil dan terbesar untuk profil rangka batang (diambil dari

    Tabel Baja karangan Ir. Rudy Gunawan).

    Universitas Kristen Petra

    27

  • Gambar 3.3. Struktur rangka 10-batang planar.

    Gambar 3.4. Struktur rangka 25-batang spasial.

    Gambar 3.5. Struktur rangka 52-batang planar.

    Universitas Kristen Petra

    28

  • Gambar 3.6. Struktur rangka 72-batang spasial.

    Gambar 3.7. Struktur rangka 200-batang planar.

    Universitas Kristen Petra

    29

  • 3.6. Program Optimasi Struktur Rangka Batang

    Pemrograman yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bahasa

    pemrograman bernama MathWorks Matlab. Secara garis besar, terdapat dua

    metode inti yang digunakan dan digabungkan, yaitu metode direct stiffness method

    (DSM) dan metode metaheuristik. DSM telah dibahas dalam subbab 2.1. mengenai

    analisa struktur rangka batang, bertujuan untuk menghitung tegangan pada batang

    dan defleksi pada joint struktur.

    Sementara metode metaheuristik khususnya mengenai metode SOS dan

    ESOS telah dibahas dalam subbab 2.3., 2.4., 3.1., 3.2., dan 3.3. Metode

    metaheuristik digunakan untuk mencari profil-profil batang yang paling efisien

    untuk digunakan. Kemudian masalah optimasi yang digunakan berupa lima struktur

    rangka batang planar maupun spasial. Struktur-struktur rangka batang tersebut

    diambil dari jurnal-jurnal sebagai literatur penelitian ini dan telah dibahas pada

    subbab 3.5. di atas.

    Selain program DSM dan lima program metode metaheuristik (PSO, DE,

    TLBO, SOS, dan ESOS) yang dibuat menggunakan bahasa pemrograman Matlab,

    adapun data-data mengenai tiap struktur rangka batang yang ditulis ke dalam

    program spreadsheet Microsoft Excel. Data-data tersebut berlaku sebagai input-an

    agar program optimasi dapat dijalankan. Sehingga program dan data-data tersebut

    berintegrasi untuk menghasilkan struktur dengan berat yang paling efektif

    (minimum) namun tidak melanggar batasan-batasan pada syarat umum desain

    (kasus-kasus dalam literatur) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1729:2015

    (terdapat pada subbab 2.2.).

    Adapun proses berjalannya program optimasi akan dijelaskan secara

    sederhana sebagai berikut:

    1. Membuat input-an untuk setiap struktur rangka batang (struktur-

    struktur terdapat pada subbab 3.5.) agar dapat digunakan pada

    metode DSM, antara lain:

    a. Koordinat joint struktur;

    b. Nomor-nomor batang;

    c. Pengelompokkan batang;

    d. Konektivitas batang;

    Universitas Kristen Petra

    30

  • e. Jenis perletakan untuk semua joint; dan

    f. Arah dan besar beban pada joint tertentu.

    2. Menentukan parameter-parameter untuk semua metode

    metaheuristik yang digunakan sebagai konstanta optimasi, seperti:

    a. Jumlah populasi (variasi baris matriks);

    b. Jumlah iterasi maksimum/ yang dapat terjadi;

    c. Batas minimum dan maksimum profil batang; dan

    d. Koefisien-koefisien khusus untuk beberapa metode.

    3. Mencatat profil-profil awal yang dipilih secara acak (random) dari

    tabel baja ke dalam struktur rangka batang.

    4. Menghitung nilai fitness value awal yaitu berat struktur dari proses

    pada poin ke-3 di atas.

    5. Meng-update profil-profil awal menjadi profil-profil baru yang

    sudah melalui proses pemilihan menggunakan metode metaheuristik

    (cara memilih profil-profil dapat berbeda antara satu metode dengan

    metode lainnya).

    6. Menghitung kembali nilai fitness value (berat struktur) dari proses

    pada poin ke-5 di atas.

    7. Mencari tegangan batang dan defleksi joint struktur yang terjadi

    menggunakan metode DSM berdasarkan profil-profil baru dari

    proses pada poin ke-5 di atas.

    8. Membandingkan tegangan batang dan defleksi joint dengan

    menggunakan:

    a. Syarat umum desain (dari kasus-kasus dalam jurnal literatur)

    dan

    b. Standar Nasional Indonesia (SNI) 1729:2015 (terdapat pada

    subbab 2.2.).

    9. Memberi tanda pada profil-profil yang melanggar syarat tegangan,

    defleksi, dan syarat lainnya dengan nilai yang tak terhingga

    (constraint violation, bernilai > 0 semakin buruk). Sehingga, profil-

    profil yang dinilai tidak dapat digunakan tersebut menjadi tidak

    dapat terpilih pada iterasi berikutnya.

    Universitas Kristen Petra

    31

  • 10. Menghitung kembali nilai fitness value (berat struktur) dari proses

    pada poin ke-8 dan ke-9 di atas.

    11. Mengulangi proses iterasi dari poin ke-5 sampai ke-10 sampai

    jumlah maksimal iterasi yang ditentukan.

    12. Hasil berjalannya (sebanyak 30 kali mengikuti jurnal-jurnal

    literatur) program optimasi oleh tiap metode, antara lain:

    a. Berat terbaik (teringan) di antara jumlah running yang

    ditentukan;

    b. Rata-rata dari semua jumlah running yang ditentukan;

    c. Standar deviasi dari semua jumlah running yang ditentukan;

    d. Ukuran luas penampang profil-profil untuk tiap batang;

    e. Nilai-nilai konvergensi dari sekali run (diambil/ diwakili

    pada run terakhir);

    f. Nilai-nilai defleksi dari tiap joint struktur.

    g. Nilai-nilai tegangan dari tiap batang;

    h. Nilai-nilai kapasitas dari tiap batang; dan

    i. Constraint violations, yaitu persentase pelanggaran yang

    dihasilkan oleh desain terhadap aspek yang ditinjau (seperti

    defleksi dan tegangan). Semakin kecil nilai persentase

    constraint violation, maka desain tersebut dapat dikatakan

    baik karena memenuhi batasan-batasan yang disyaratkan.

    Nilai-nilai tersebut juga digunakan dan dapat berfungsi sebagai

    parameter untuk membandingkan robustness dari masing-

    masing metode metaheuristik dalam mengoptimasi setiap

    struktur rangka batang.

    Kemudian diagram alir untuk proses pengolahan data dari poin ke-1 sampai

    ke-12 juga digambarkan dalam diagram alir proses pengolahan data yang dapat

    dilihat pada Gambar 3.8. sebagai berikut:

    Universitas Kristen Petra

    32

  • Gambar 3.8. Diagram alir proses pengolahan data.

    Start

    Studi Kasus Struktur Rangka Batang

    Metode DSM dan Metaheuristik

    Menghitung berat struktur

    Mencatat hasil-hasil running

    Membandingkan hasil-hasil running dari semua metode

    Finish

    Universitas Kristen Petra

    33

    3.1. Diagram Alir Metodologi Penelitian3.2. Modifikasi Algoritma3.3. Metode Enhanced Symbiotic Organisms Search (ESOS)3.4. Verifikasi Algoritma dengan Benchmark Problem3.5. Verifikasi Algoritma dengan Truss Structure Problem3.6. Program Optimasi Struktur Rangka Batang

    master index: back to toc: help: ukp: