Upload
dangnhu
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
19
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Muhammadiyah Malang pada bulan April 2017 sampai Mei 2017.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan manual, pisau,
talenan, parutan, tampah, alat penumbuk, ayakan, mangkok, baskom, sendok,
cetakan cookies, kompor, panci, oven gas, mixer, blender kering, oven, tanur
(Vurnace 48000), seperangkat alat titrasi, seperangkat alat destilasi, seperangkat
alat dekstruksi, sokhlet, desikator, corong pisah, rak, kertas saring, texture
analyser, colour reader, spatula, mortal-martil, cuvet kaca, tabung reaksi,
spektrofotometer, botol timbang, timbangan analitik merk pioneer ohaus, kabinet
dryer, oven merk wic binder 7200, destikator merk glaswerk wertheim 6132, kruss
porselen, muffle (tanur) merk BI banusted, erlenmeyer merk schott duran, gelas
ukur merk iwaki pyrex, pipet ukur merk Pyrex, pipet hisap merk Pyrex, soxhlet
merk Pyrex, buret merk western Germany, labu kejedahl merk Pyrex, hot plate
merk Dolan US, lemari asam, waterbatch merk Digital Termostat, pendingin balik
dan beberapa alat bantu lainnya yang diperoleh dari laboraturium Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah
Malang.
3.2.2 Bahan
Bahan baku utama yang di gunakan yaitu Labu kuning dan pati garut diperoleh
dari Pasar Gondanglegi Malang. Kacang merah diperoleh dari Pasar Madyopuro
20
Sawojajar. Bahan baku tambahan yaitu 25 g gula, ½ sdt garam, 10 g tepung beras,
7,5 g margarin, 5 g susu skim, telur dan ½ sdt vanili. Bahan kimia yang di
gunakan yaitu larutan HCl 0,02 N, K2SO4, H2SO4, larutan NaOH, Na2SO4,
aquades, p. benzene, katalisator , asam borat.
3.3 Rancangan penelitian
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang disusun sederhana, yang terdiri atas 9 level. Setiap level perlakuan
tersebut diulang sebanyak tiga kali dengan demikian akan diperoleh 27 perlakuan
substitusi pati garut dan tepung labu kuning dengan faktor perlakuan perbedaan
proporsi tepung labu kuning dan pati garut.
Tabel 3. Perlakuan perbedaan proporsi tepung labu kuning dan pati garut pada
pembuatan flakes
Perlakuan Pati garut Tepung labu kuning
P1 0% 80%
P2 10% 70%
P3 20% 60%
P4 30% 50%
P5 40% 40%
P6 50% 30%
P7 60% 20%
P8 70% 10%
P9 80% 0%
Keterangan: penambahan 20% tepung kacang merah disetiap perlakuan
3.4 Pelaksanaan penelitian
Penelitian dilakukan melalui 2 tahap yaitu tahap pertama adalah tahap
persiapan yang meliputi pembuatan tepung labu kuning dan tepung kacang merah.
Tahap selanjutnya adalah tahapan pembuatan flakes berbahan dasar pati garut dan
tepung labu kuning.
21
3.4.1 Pembuatan tepung labu kuning
a. Labu kuning dibersihkan dari kulit dan bijinya dengan menggunakan pisau
b. Labu kuning dicuci dengan menggunakan air bersih
c. Labu kuning dipotong menggunakan pisau dengan tebal 0,3 cm
d. Labu kuning diblanching selama 2 menit
e. Labu kuning dioven dengan cabinet dryer
f. Labu kuning kering di blender hingga halus dan diayak menggunakan
ayakan 80 mesh sehingga menjadi tepung labu kuning
3.4.2 Pembuatan tepung kacang merah
a. Kacang merah dicuci menggunakan air bersih
b. Kacang merah direndam dengan air bersih selama 10 jam
c. Kacang merah yang telah direndam kemudian direbus selama 3 menit
d. Kacang merah dioven pada cabinet dryer dengan suhu 40o C
e. Kacang merah kering dihancurkan hingga halus sehingga menjadi tepung
kacang merah
3.4.3 Pembuatan flakes berbahan dasar pati garut, tepung labu kuning, dan
tepung kacang merah
1. Menimbang semua bahan-bahan sesuai dengan formulasi yang di tetapkan.
2. Pencampuran semua bahan utama sesuai dengan perlakuan dan bahan
pelengkap lain yaitu 10 g tepung beras, 5 g susu skim, 25 g gula, 7,5 g
margarin, ½ sdt garam, ½ sdt vanili dan 1 butir telur, diaduk merata hingga
terbentuk adonan yang kalis.
3. Adonan yang sudah kalis kemudian dipipihkan dengan menggunakan rol
hingga terbentuk lembaran tipis (flakes) dan di cetak
22
Adonan yang telah dipipihkan diletakkan ke dalam loyang dan dilakukan
pemanggangan didalam oven pada suhu 120oC selama 20 menit atau
hingga kering.
23
3.4.4 Diagram alir penelitian
Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan tepung labu kuning
Pembersihan
Air kotor
Pemotongan (tebal 0,3 cm)
cmmcmcmcm)Pemotongan (tebal
0,3 cm))
Pengeringan 50oC+48 jam
Penggilingan (blender)
Pengayakan dengan ukuran 80 mesh
Tepung labu
kuning
Kulit dan biji Air bersih
Pencucian
Labu kuning
24
Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan tepung kacang merah
Di rendam
selama 10 jam Air bersih Air kotor
Air kotor Air bersih Perebusan
selama 3 menit
Dikeringkan di cabinet dryer
suhu 40 oc selama 24 jam
Penggilingan
Pengayakan dengan ukuran 80 mesh
Tepung kacang
merah
Kacang merah
25
Gambar 3. Proses Pembuatan Flakes
Pencampuran II
I
Pencampuran I
Pembentukan
adonan
Pembentukan lembaran
(0,5 cm)
Pengukusan 15 menit
Pendinginan selama 10 menit
flakes
Pembentukan flakes
Pemanggangan 120oc (20 menit)
Analisis: Kadar air, kadar
abu, kadar protein, kadar
lemak, karbohidrat, serat,
karotenoid, tekstur, warna
dan organoleptik rasa,
kesukaan, dan aroma.
Bahan pelengkap:
tepung beras, susu
skim, gula,
margarin, garam,
telur dan vanili.
Tepung
kacang
merah 20%
Pati garut + Tepung labu
kuning (sesuai dengan
perlakuan)
26
3.5 Pengamatan parameter penelitian
Pengamatan pada produk akhir yaitu flakes meliputi analisa kadar air, kadar
abu, kadar protein, kadar lemak, karbohidrat, serat, total karoten, terkstur, warna
serta uji organoleptik meliputi rasa, kesukaan, dan aroma.
Parameter pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
3.5.1 Kadar Air (Metode Oven), SNI 01-2891-1992.
1. Menimbang bahan yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah
dihaluskan sebanyak 1-2 gr dalam botol timbang yang telah diketahui
beratnya.
2. Kemudian keringkan dalam oven pada suhu 100-105oC selama 3-5 jam
tergantung bahannya. Kemudian didinginkan dalam eksikator dan
ditimbang. Panaskan lagi dalam oven 30 menit, dinginkan dalam eksikator
dan timbang. Perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan (selisih
penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 mg).
3. Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan.
% kadar air = berat awal– berat akhir x 100%
berat sampel
Berat awal = berat botol timbang + berat sampel
3.5.2 Analisa Kadar Abu (Sudarmadji dkk., 1997)
1. Menimbang dengan seksama bahan sebanyak 2 gr dalam kurs porselen
yang kering dan telah diketahui beratnya.
2. Kemudian memijarkan dengan muffle sampai diperoleh abu berwarna
keputih – putihan (5 jam dengan suhu 600oC). memasukkan krus dan abu
kedalam desikator dan timbang berat abu setelah dingin.
3. Perhitungan
27
% kadar abu= berat akhir –berat krus porselen kosong x 100%
berat sampel
3.5.3 Analisa Protein (Sudarmadji dkk., 1997)
Ada tiga tahapan, yaitu destruksi,destilasi, dantitrasi.
1. Menimbang Sampel sebanyak 0,1 gram,
2. sampel dimasukkan dalam labu destruksi (labu kejedhal) dan ditambahkan
katalisator (selenium mixture) sebanyak 0,5 gram,
3. Masukkan 10 ml H2SO4 pekat ke dalam labu destruksi.
4. Sampel di destruksi dalam ruang asam selama 1-1,5 jam (sampai warna
cairan menjadi jernih).
5. Hasil destruksi didinginkan, kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi.
6. Isi dari labu destruksi dipindahkan ke dalam labu destilasi (Erlenmeyer
volume 1 L), labu destruksi dibilas dengan 100 ml aquades, kemudian
masukkan 40 ml NaOH 45% kedalam labu destruksi.
7. Sebagai penangkapnya yaitu asam borat sebanyak 5 ml, dan diberikan 2
tetes indicator MR+MB.
8. Destilasi dilakukan sampai volume destilat pada Erlenmeyer mencapai 40
ml.
9. Hasil destilasi kemudian dititrasi dengan 0,1 HCL sampai terjadi
perubahan warna cairan.
Kadar protein dihitung dengan menggunakan rumus:
%N= ml HCl x N HCl x 14,008 x 100%
Berat contoh (g)
Kadar protein % = % N x 6,25
28
3.5.4 Kadar Lemak Dengan Metode Soxhlet (SNI 01-2891-1992.)
1. Menghaluskan sampel dengan mortal-martil keringdan menimbang
sampel ± 1,5 gram.
2. Memasukkan sampel halus dalam timbel (kertas saring dibulatkan)
dengan memasukan timbel dalam soxhlet.
3. Memasukkan labu lemak kedalam oven ± 15 menit, lalu mengambilnya
dengan desikator dan menunggu dingin ± 15 menit.
4. Memasukan labu lemak, mencatat hasilnya dan memasukkan ± 10 ml
petrolium benzena dalam labu lemak.
5. Memasangkan soxhlet, labu lemak dan pendingin balik pada waterbath
suhu ± 85oC.
6. Memasukan sampel ± 1 jam, lalu meletakkan labu lemak pada oven yang
melarutkan pelarutnya.
7. Setelah dikeringkan sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator,
timbang labu beserta lemaknya tersebut. Berat lemak dapat dihitung.
Perhitungan : Berat akhir – Berat botol kosong x 100%
Berat sampel
3.5.5 Analisa Kadar Karbohidrat (Winarno, 2004)
Ada beberapa cara analisis yang dapat digunakan untuk memperkirakan
kandungan karbohidrat dalam bahan makanan. Yang paling mudah adalah dengan
cara perhitungan kasar (proximate analysis) atau juga disebut Carbohydrate by
Difference. Yang dimaksud dengan proximate analysis adalah suatu analisis di
mana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui
analisis tetapi melalui perhitungan, sebagai berikut.
29
% karbohidrat = 100% - %(protein+lemak+abu+air)
Perhitungan Carbohydrate by Difference adalah penentuan karbohidrat dalam
bahan makanan secara kasar, dan hasilnya ini biasanya dicantumkan dalam daftar
komposisi bahan makanan.
3.5.6 Kadar serat kasar (Piliang dan Djojosoebagio, 1996)
1. Timbang 4 g bahan kering
2. Masukkan kedalam timble (kertas saring pembungkus)
3. Sempel yang sudah dimasukkan kedalam timbel, kemudian dimasukkan
kedalam soxhlet
4. Pasang pendingin balik pada alat soxhlet, kemudian dihubungkan dengan
labu alas bulat 250 mlyang telah berisi 100 N-hexane
5. Air dilalirkan sebagai pendingin, selanjutnya lakukan ekstraksi kurang
lebih selama 4 jam, sampai pelarut turun kembali kedalam labu alas bulat
berwarna jernih
6. Keringkan sampel didalam oven (50 oC) sampai berat konstan
7. Hasil ekstraksi yang sudah dikeringkan kemudian dipindahkan kedalam
Erlenmeyer 500 ml
8. Tambahkan 200 ml larutan H2SO4 pekat 0,2 N dan dihubungkan dengan
pendingin balik, kemudian dididihkan selama 30 menit
9. Larutan hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan
aquades panas yang suhunya 80-90 oC sampai air cucian tidak bersifat
asam (Diperiksa dengan indikator universal)
10. Residu dipindahkan kedalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan larutan
NaOH 0,3 N sebanyak 200 ml
30
11. Dihubungkan dengan pendingin balik dan di didihkan selama 30 menit
12. Disaring dengan kertas saring kering yang diketahui beratnya
13. Residu dicuci dengan larutan K2SO4 10% sebanyak 25 ml
14. Residu dicuci lagi dengan aquades panas sebanyak 15 ml kemudian dicuci
dengan alkohol 95% sebanayk 15 ml
15. Kertas saring dan issnya dikeringkan dalam aven dengan suhu 105 oC
16. Dinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai berat konstan
Penentuan kadar serat kasar dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
Kadar Serat Kasar = (a – b) x 100%
c
Keterangan : a = berat kertas saring + residu
b = berat kertas saring
c = berat sampel
3.5.7 Kadar total karoten Metode Spektrofotometri (AOAC, 1999 yang
dimodifikasi)
1. Menghaluskan bahan dengan penumbuk porselen.
2. Menimbang bahan yang telah dihaluskan sebanyak 0,5 g.
3. Melarutkan dengan larutan petroleum benzen : aceton (1 : 1) sebanyak 10
ml.
4. Menggojog selama 5 menit dengan vortex.
5. Menyaring dan tampung dalam corong pisah.
6. Mengulang sebanyak 2 kali
7. Menambahkan aquades sebanyak 15 ml
8. Menyaring aquades dan mengambil eluat nya kemudian menambahkan
Na2SO4 1 gram dan di vortex.
31
9. Mengambil 2 ml eluat dan amati absorbansi pada panjang gelombang 450
nm dengan spektrofotometer uv – vis.
10. Menghitung kadar total karotenoid dengan rumus:
Rumus total karoten Karoten (µg/100) = T. Volume x Abs x 100
0,25 x berat sampel