Upload
dangdieu
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kejang Demam
1. Pengertian
Menurut Widjaja (2003) panas tinggi atau demam adalah suatu
kondisi saat suhu badan lebih tinggi daripada biasanya atau di atas suhu
normal. Demam menurut El-Radhi, Carroll, dan Klein (2009) adalah
temperatur 1 °C (1,8 °F) atau lebih tinggi rata-rata dari suhu normal tiap
suhu normal bagian pengukuran. Misalnya suhu normal ketiak ialah 34,7-
37,4 °C diambil rata-ratanya 36,5 °C, maka demam ialah 37,5 °C.
2. Penyebab demam
Ada banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan anak balita
mengalami demam. Biasanya setiap penyebab demam menimbulkan
gejala yang berbeda-beda. Namun, pada umumnya demam yang diderita
oleh anak balita diikuti dengan perubahan sifat atau sikap, misalnya
menurunnya gairah bermain, lesu, pandangan mata meredup, rewel,
cengeng atau sering menangis, dan cenderung bermalas-malasan.
Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita
oleh anak balita (dan manusia pada umumnya), yaitu demam noninfeksi
dan demam infeksi (Widjaja, 2003).
a. Demam Noninfeksi
Demam noninfeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh
masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Demam noninfeksi jarang
terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
11
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
12
Demam ini timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa
sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. contoh demam
noninfeksi antara lain demam yang disebabkan adanya kelainan
degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres,
atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat,
misalnya leukemia atau kanker darah.
b. Demam Infeksi
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan masuknya
patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang
kecil lainnya ke dalam tubuh. Demam infeksi paling sering terjadi
dan diderita ileh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bakteri,
kuman atau virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan
tubuh. Imunisasi juga termasuk pada kategori ini sebab imunisasi
adalah tindakan yang secara sengaja memasukan kuman, bakteri,
atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh balita dengan
tujuan membuat anak balita menjadi kebal terhadap penyakit
tertentu.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan infeksi dan
akhirnya mengakibatkan demam pada anak balita antara lain :
1) Tetanus
2) Mumps atau parotitis epidemic
3) Morbilli atau measles atau rubella
4) Demam berdarah
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
13
3. Kejang Demam
Kejang merupakan hal yang menakutkan bagi keluarga dan orangtua
sering berpikir bahwa anaknya sedang sekarat. Oleh karena itu banyak
orangtua yang menghubungi nomor darurat atau tergopoh-gopoh
membawa anaknya ke rumah sakit terdekat (Meadow dan Newell, 2002).
Kejang-kejang karena demam, biasa disebut dengan kejang demam atau
stuip atau step, adalah suatu kondisi saat tubuh anak balita sudah tidak
dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu. Naiknya suhu badan
pada balita dapat saja merangsang kerja syaraf jaringan otak secara
berlebihan, sehingga jaringan otak tidak dapat lagi mengoordinasikan
persyaratan-persyaratan pada anggota gerak tubuh, antara lain lengan dan
kaki. Akibatnya, terjadilah kejang-kejang antara lain pada lengan dan
kaki balita (Widjaja, 2003)
Kejang demam adalah kejang yang dihubungkan dengan suatu
penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,9-40,0°C).
Kejang demam berlangsung kurang dari 15 menit, generalisata, dan
terjadi pada anak-anak tanpa kecacatan neurologik. Jenis kejang ini
memberi dampak 3-5% pada anak biasanya terjadi setelah usia 6 bulan
dan sebelum usia 3 tahun, kejang demam tidak lazim terjadi pada anak
setelah usia 5 tahun (Muscari, 2005).
a. Etiologi
Penyebab kejang demam belum diketahui. Kejang demam
biasanya dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan atas, infeksi
saluran kemih, dan roseola (Muscari, 2005).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
14
b. Patofisiologi (Muscari, 2005)
1) Umumnya, kejang dicirikan dengan pola tonik-klonik aktif.
Biasanya berlangsung tidak lebih dari 1 menit dan dikaitkan
dengan kondisi akut penyakit demam yang tidak berbahaya.
2) Kejang biasanya terjadi sebagai akibat peningkatan suhu yang
cepat, diawali dengan demam.
3) Kejang demam dianggap tidak berbahaya apabila masalah fisik
dan neurologik yang mendasarinya telah diatasi.
c. Prognosis (Garna, 2005)
1) Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak
pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis
umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan
neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya
terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik
umum atau fokal.
2) Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan
3) Kemungkinan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus.
Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah :
a) Riwayat kejang demam dalam keluarga
b) Usia kurang dari 12 bulan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
15
c) Temperatur yang rendah saat kejang
d) Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulangnya
kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor
tersebut kemungkinan berulangnya kajang demam hanya 10% -
15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar
pada tahun pertama.
4) Faktor resiko terjadinya epilepsi dikemudian hari
Faktor resiko menjadi epilepsi adalah :
a) Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum
kejang demam pertama.
b) Kejang demam kompleks
c) Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Masing-masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan
kejadian epilepsi sampai 4% - 6%, kombinasi dari faktor resiko
tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10% -
49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah
dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.
d. Pengkajian (Muscari, 2005)
1) Manifestasi Klinis
a) Sebagian besar aktivitas kejang berhenti pada anak
mendapatkan pertolongan medis, tetapi anak mungkin
dalam keadaan tidak sadar.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
16
b) Orang tua atau pemberi asuhan akan menggambarkan
manifestasi kejang tonik-klonik (tonik-kontraksi otot,
ekstensi ekstremitas, kehilangan kontrol defekasi dan
kandung kemih, sianosis, dan hilang kesadaran, klonik-
kontraksi dan relaksasi ekstremitas yang teratur (ritmik);
fase postikal dikarakteristikan dengan ketidaksadaran
persisten).
c) Sering ditemukan adanya riwayat keluarga dengan kejang
demam.
2) Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
a) Gambaran elektroencephalografi (EEG) biasanya normal,
kemungkinan menunjukan hasil seperti gangguan kejang.
b) Fungsi lumbal dapat dilakukan untuk menyingkirkan
meningitis.
c) CT (computed topography) dan MRI (magnetic resonance
imaging) dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
abnormalitas.
Penatalaksanaan jangka panjang termasuk menjelaskan kedua
orangtua ciri-ciri serangan yang relatif tidak berbahaya pada kejang
demam dan mengajarkan mereka bagaimana mengenali dan
menangani serangan yang terjadi di kemudian hari; bagaimana
menggunakan obat antipiretik secara aman dan efektif; pertolongan
pertama pada serangan; serta saat dan bagaimana mendapatkan
bantuan darurat. Terapi antikonvulsan profilatik kadang-kadang
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
17
digunakan pada anak-anak tertentu yang mengalami kejang demam
berulang.
e. Tatalaksana kejang demam (Meadow & Newell, 2002)
1) Posisi tenang : posisikan anak miring (semipronasi) dengan
leher ekstensi sehingga sekresi dapat keluar melalui mulut.
2) Jika pernapasan sulit : buka saluran pernapasan dengan ekstensi
leher secara hati-hati, angkat rahang ke depan. Jangan letakan
apapun ke dalam mulut. Berikan O2 jika tersedia.
3) Jika kejang berlanjut berikan diazepam : IV atau IM atau rektal
4) Periksa gula darah
5) Lakukan penilaian dan pemeriksaan penunjang. Jika ada
kecurigaan meningitis, harus dilakukan pungsi lumbal.
Jika anak di bawah 5 tahun dan mengalami demam
1) Pendinginan. Pakaian dan selimut yang terlalu tebal harus
dibuka. Kompres sesekali dengan air hangat (yang tidak
menyebabkan vasokontriksi kulit). Parasetamol dapat
membantu.
2) Antibiotika, jika ada infeksi seperti otitis media.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
18
B. Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan adalah suatu keadaan tidak tenteram dimana pasien
merasakan adanya bahaya yang datang (Swartz, 1995). Ansietas adalah
perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika
merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin
memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti
mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Videbeck, 2008).
Freud (1993) membagi kecemasan menjadi 3 macam. Kecemasan
meliputi kecemasan realitas, neurotik, dan moral atau perasaan-perasaan
bersalah. Pokok tipe dari kecemasan tersebut ialah kecemasan realitas
atau rasa takut akan bahaya-bahaya nyata dari luar, karena Freud
menuliskan bahwa kedua tipe kecemasan yang lain berasal dari
kecemasan realitas. Kecemasan neurotik adalah rasa takut jangan-jangan
insting-insting akan lepas dari kendali dan menyebabkan sang pribadi
berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik
bukanlah ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu
instingg dipuaskan. Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap suara
hati. Orang-orang yang superegonya berkembang dengan baik cenderung
merasa bersalah jika mereka melakukan atau bahkan berpikir untuk
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral mereka
dibesarkan (Hall, dkk, 1993).
Fungsi kecemasan adalah memperingatkan sang pribadi akan adanya
bahaya, ia merupakan isyarat bagi ego bahwa kalau tidak dilakukan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
19
tindakan-tindakan tepat, maka bahaya itu akan meningkat sampai ego
dikalahkan. Kecemasan adalah suatu keadaan tegangan, ia merupakan
suatu dorongan seperti lapar dan seks, hanya saja ia tidak timbul dari
kondisi-kondisi jaringan di dalam tubuh melainkan aslinya ditimbulkan
oleh sebab-sebab dari luar. Apabila timbul kecemasan maka ia akan
memotivasikan sang pribadi untuk melakukan sesuatu. Sang pribadi bisa
lari dari daerah yang mengancam, menghalangi impuls yang
membahayakan atau menuruti suara hati (Hall, dkk, 1993).
Suliswati (2005) mengemukakan kecemasan merupakan respon
individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami
oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan
merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat
diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa
objek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan
motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam
usaha memelihara keseimbangan hidup.
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah
adanya objek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta
dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif
yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang
mengancam. Ketakutkan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan
psikologis ketika individu dapat mengidentifikasi dan
menggambarkannya.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
20
Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri
atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu.
Kecemasan dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian
dari kehidupan sehari-hari, menghasilkan peringatan yang berharga dan
penting untuk upaya memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri.
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang
secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Kecemasan adalah kebingungan, kehkhawatiran pada sesuatu yang akan
terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan
perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.
Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam
memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama
pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Hal yang dapat
menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari Suliswati (2005) :
a. Ancaman integritas biologi meliputi gangguan terhadap kebutuhan
dasar makan, minum, kehangatan, dan seks.
b. Ancaman terhadap keselamatan diri :
1) Tidak menemukan integritas diri
2) Tidak menemukan status dan prestise
3) Tidak memperoleh pengakuan dari orang lain
4) Ketidak sesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
21
2. Teori Kecemasan
a. Teori Psikoanalitik
Menurut Freud dalam Suliswati (2005), terjadi reaksi psikologis
individu sebagai akibat munculnya kecemasan pada seseorang
dikarenakan dalam hubungan seksualnya tubuh tidak mampu
mencapai orgasme. Rasa cemas dapat terjadi akibat energi seksual
yang tidak terekspresikan. Secara otomatis, kecemasan akan muncul
akibat stimulus internal dan eksternal yang berlebihan. Akibat
stimulus yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu
untuk menanganinya. Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan
primer dan kecemasan subsekuen.
1) Kecemasan primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya
stimulasi tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian
berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas
akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer
adalah keadaan ketegangan atau dorongan yang diakibatkan
oleh faktor eksternal.
2) Kecemasan subsekuen
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada
jenis kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen
kepribadian yaitu id dan superego. Freud menjelaskan bila
terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan
superego berada pada kondisi bahaya.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
22
b. Teori Interpersonal
Menurut Sulivan dalam Suliswati (2005) mengemukakan bahwa
timbulnya kecemasan adalah akibat ketidakmampuan individu untuk
berinteraksi dengan interpersonal dan sebagai akibat penolakan.
Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan
lingkungan. Pertama kali kecemasan terjadi ditentukan oleh
hubungan ibu dengan bayinya pada awal kehidupannya, bayi
berespon seolah-olah ia dan ibunya adalah satu unit. Dengan
bertambahnya usia, anak melihat ketidaknyamanan yang timbul
akibat tindakannya sendiri dan diyakini bahwa ibunya setuju atau
tidak setuju dengan perilaku itu.
c. Teori Perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil
frustasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam
mencapai tujuan yang diinginkan, misalnya mendapatkan ranking
pertama dikelasnya, menjadi juara perlombaan, kesuksesan dalam
karier. Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang
pernah dialami. Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik
antara dua pilihan yang saling berlawanan dan individu harus
memilih salah satu. Kecemasan ditimbulkan oleh konflik dan
kecemasan itu sendiri akan mengakibatkan pandangan terhadap
konflik dengan timbulnya perasaan ketidakberdayaan. Konflik
muncul dari dua kecenderungan yaitu approach dan avoidance.
Approach merupakan kecenderungan untuk melakukan atau
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
23
menggerakkan sesuatu. Avoidance adalah kebalikannya yaitu tidak
melakukan atau menggerakkan sesuatu melalui sesuatu.
d. Teori Keluarga
Menurut Suliswati (2005), studi yang dilakukan pada keluarga
dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan selalu ada pada
setiap keluarga dalam berbagai bentuk dan bersifat heterogen.
e. Teori Biologik
Reseptor khusus yang dimiliki otak terhadap benzodiazepin,
fungsi reseptor tersebut adalah membantu regulasi kecemasan.
Regulasi tersebut berhubungan dengan aktivitas neurotransmitter
gamma amino butyric acid (GABA) dimana fungsi neurotransmitter
ini adalah mengontrol aktivitas neuron di bagian otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. Bila GABA
bersentuhan dengan sinaps dan berikatan dengan reseptor GABA
pada membran post-sinaps akan membuka saluan pintu reseptor
sehingga terjadi perpindahan ion. Perubahan ini akan mengkibatkan
eksitasi sel dan memperlambat aktivitas sel. Teori ini menjelaskan
bahwa masalah proses neurotransmitter ini dapat menjadi indikator
bahwa individu sering mengalami kecemasan. Mekanisme koping
juga dapat terganggu akibat pengaruh toksik, kekurangan nutrisi,
suplai darah menurun, hormon mengalami perubahan dan penyebab
fisik lainnya. Kelelahan juga dapat meningkatkan iritabilitas dan
perasaan cemas.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
24
3. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:
a. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik
yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak
dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
25
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodizepine, karena benzodiazepine
dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
4. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal
(misalnya : hamil).
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
1) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
2) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
26
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat
berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor
eksternal). Namun demikian pencetus ansietas dapat dikelompokan ke
dalam dua kategori menurut Asmadi (2008) yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna
pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.
b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat
mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status atau
peran diri, dan hubungan interpersonal.
5. Mekanisme Koping Terhadap Ansietas
Setiap ada stresor penyebab individu mengalami ansietas, maka
secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai
mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila
didukung oleh kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang
bersangkutan bahwa mekanisme koping yang digunakan dapat mengatasi
ansietasnya. Sumber koping merupakan modal kemampuan yang dimiliki
individu guna mengatasi ansietas. Ansietas perlu diatasi untuk mencapai
homeostatis dalam diri individu, baik secara fisiologis maupun
psikologis.
Menurut Asmadi (2008) secara umum, mekanisme koping terhadap
ansietas diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu strstegi pemecahan
masalah (problem solving strategic) dan mekanisme pertahanan diri
(defence mechanism).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
27
a. Strategi Pemecahan Masalah (problem solving strategic)
Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau
menanggulangi masalah atau ancaman yang ada dengan kemampuan
pengamatan secara realistis.
Beberapa contoh strategi pemecahan masalah yang dapat
digunakan antara lain :
1) Meminta bantuan kepada orang lain.
2) Secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai
dengan situasi yang ada.
3) Mencari lebih banyak informasi yang terkait dengan masalah
yang dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat diatasi secara
realistis.
4) Menyusun beberapa rencana untuk memecahkan masalah.
5) Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah.
Sesungguhnya bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang
memberkan pengaruh yang besar dalam kehidupan pribadi.
Pikiran tersebut mengenai diri sendiri maupun bayangan pikiran
mengenai apa yang dilakukan. Sebab, segala sesuatu yang
dilakukan seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada
dalam pikirannya.
Strategi pemecahan masalah ini scara ringkas dapat digunakan
dengan metode STOP (Source, Trial and error, Other, serta Pray
and patient). Source berarti mencari dan mengidentifikasi apa yang
menjadi sumber masalah. Trial and error berarti mencoba berbagai
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
28
rencana pemecahan masalah yang telah disusun. Bila satu metode
tidak berhasil, maka mencoba lagi dengan metode lain. Begitu
selanjutnya. Hal yang perlu dihindari adalah adanya rasa
keputusasaan terhadap kegagalan yang dialami. Other berarti minta
bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu. Pray and patient
yaitu berdoa kepada Tuhan sebab Dia adalah Zat Yang Maha
Mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia ini. Dia pula yang
memberikan jalan yang terbaik buat manusia sebab manusia
memiliki banyak keterbatasan. Dengan berdoa, maka hati, jiwa, dan
pikiran seseorang akan menjadi tenteram dan tenang. Juga harus
sabar dengan berlapang dada menerima kenyataan yang ada pada
dirinya. Penerimaan terhadap apa yang ada pada diri akan membuat
sesorang menjadi lebih menikmati hidup dan ringan beban
psikologinya, walaupun dalam pandangan orang lain orang tersebut
berada dalam kehinaan.
b. Mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
Menurut Asmadi (2008) mekanisme pertahanan diri merupakan
mekanisme penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari
perasaan tidak adekuat. Beberapa ciri mekanisme pertahanan diri
antara lain :
1) Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya untuk
melindungi atau bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan
dan secara tidak langsung mengatasi masalah.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
29
2) Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran. Individu
tidak menyadari bahwa mekanisme perahanan diri tersebut
sedang terjadi.
3) Seringkali tidak berorientasi pada kenyataan.
Tabel berikut ini merupakan makanisme pertahanan diri yang
sering digunakan.
Tabel 2.1 Kebutuhan Rasa Aman yang Bebas Dari Cemas (Asmadi, 2008)
Jenis Uraian
1. Displacement Memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan dari seseorang atau objek lain yang biasanya lebih kurang berbahaya daripada semula. Misalnya, tidak lulus ujian langsung membanting dan membuang buku-bukunya. Displacement tidak menyelsaikan masalah. Bahkan dapat menciptakan masalah baru, misalnya seorang pegawai yang melampiaskan emosinya ke istrinya lantaran waktu di kantor dimarahi pimpinannya.
2. Undoing Tindakan atau komunikasi tertentu yang bertujuan menghapuskan atau meniadakan tindakan sebelumnya. Misalnya, meminta maaf.
3. Reaction formation
Mengembangkan pola sikap dan perilaku tertentu yang disadari, tetapi berlawanan dengan perasaan dan keinginannya. Misalnya, seorang lelaki yang mencintai seorang perempuan. Lalu ditanya oleh temannya, ia menjawab : “Saya benci dengan gadis itu.”
4. Kompensasi Menutupi kekurangan dengan meningkatkan kelebihan yang ada pada dirinya. Misalnya, yang kemempian belajarnya kurang lalu menekuni musik karena musik merupakan kelebihannya.
5. Sublimasi Penyaluran rangsangan yang tidak tercapai ke dalam kegiatan lain yang bisa diterima oleh masyarakat. Misalnya, seseorang yang senang berkelahi lalu disalurkan dalam bentuk olahraga tinju.
6. Tingkat Kecemasan
Peplau dalam Suliswati (2005) menggolongkan tingkat kecemasan
menjadi empat tingkatan yang dialami oleh individu, yaitu kecemasan
ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik.
a. Kecemasan Ringan (mild anxiety)
Kecemasan ringan, erat hubunganya dengan ketegangan yang
dialami sehari-hari. Seseorang masih waspada serta lapang
persepsinya meluas, menajamkan indera. Hal ini, dapat mendorong
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
30
individu tersebut untuk belajar dan mampu memecahkan masalah
secara efektif dan timbal baliknya menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas, contohnya ketika mahasiswa akan mempresentasikan
hasil kerja individunya di depan para dosen dan teman sekelasnya.
b. Kecemasan Sedang (moderat anxiety)
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi
perhatiannya, lapangan persepsi terjadi penyempitan, individu masih
mampu melakukan sesuatu sesuai arahan orang lain. Contohnya,
seserorang yang mengetahui bahwa dirinya terdiagnosa terkena
penyakit kronis.
c. Kecemasan Berat (severe anxiety)
Persepsi individu sangat sempit. Perhatiannya berpusat pada hal-
hal kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain.
Berusaha keras untuk mengurangi kecemasan dan memerlukan
banyak arahan untuk terfokus pada area lain. Contohnya, seseorang
yang mengalami putus hubungan kerja (PHK) dengan
perusahaannya, dimana dirinya sebagai tulang punggung keluarga.
d. Panik (disorganisasi personality)
Individu tidak dapat mengendalikan dirinya dan perhatian pada
hal-hal yang detail hilang. Karena hilangnya kontrol, maka meskipun
dengan arahan tidak mampu melakukan apapun. Aktivitas motorik
meningkat, kemampuan berhubungan dengan orang lain berkurang,
terjadi penyimpangan persepsi dan pikiran rasional seseorang akan
menghilang, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
31
dengan disorganisasi kepribadian. Contohnya : individu dengan
kepribadian pecah.
7. Reaksi Kecemasan
Reaksi kecemasan adalah suatu respon dari individu yang muncul
akibat adanya kecemasan. Reaksi kecemasan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu reaksi konstruktif maupun destruktif. Reaksi konstruktif adalah
individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama
perubahan terhadap perasaan yang tidak nyaman dan terfokus pada
kelangsungan hidup. Contohnya : anak SD akan belajar lebih giat lagi
karena apabila mendapatkan ranking pertama akan diberikan hadiah.
Reaksi destruktif adalah maladaptif dan disfungsional sebagai indikator
tingkah laku individu. Contohnya: individu tidak mau berinteraksi
dengan orang lain atau mengisolasi diri di dalam kamarnya.
Rentang Respon Ansietas
Respon adaptif Respon maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Gambar 2.1 Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1998 dalam Asmadi, 2008)
8. Intervensi Keperawatan Klien Dengan Ansietas
Pada klien ansietas ringan, tidak perlu ada intervensi khusus sebab
pada ansietas ringan ini klien masih mampu mengontrol dirinya dan
mampu membuat keputusan yang tepat dalam penyelesaian masalah.
Sedangkan pada ansietas sedang, intervensi yang dapat dilakukan adalah
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
32
dengan mengembangkan pola mekanisme koping yang positif seperti
penjelasan di atas.
Pada ansietas berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu
diperhatikan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Prinsip
intervensi keperawatan pada klien tersebut adalah melindungi klien dari
bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada klien karena klien tidak
dapat mengendalikan perilakunya.
Setelah tingkat ansietas klien menurun sampai tingkat sedang atau
ringan, prinsip intervensi keperawatan yang diberikan adalah re-edukatif
atau berorientasi pada kognitif. Tujuannya adalah menolong klien dalam
mengembangkan kemampian menoleransi ansietas dengan mekanisme
koping dan strategi pemecahan masalah yang konstruktif. Intervensi
utama yang harus dilakukan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien ansietas adalah menyadari untuk mengenali
perasaannya dan juga mampu mengendalikannya.
Intervensi keperawatan menurut NIC dan NOC, Wilkinson (2006)
dengan diagnosa ansietas berhubungan dengan keterkaitan dengan
keluarga yang sakit.
a. Tujuan dan kriteria evaluasi :
1) Kecemasan berkurang, dibuktikan dengan menunjukkan kontrol
agresi, kontrol kecemasan, koping, kontrol impuls, penahanan
mutilasi diri secara konsisten, dan secara substansial
menunjukkan keterampilan interaksi sosial yang efektif.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
33
2) Menunjukkan kontrol kecemasan, dibuktikan dengan indikator
pendemonstrasian sebagai berikut (dengan ketentuan 1-5 : tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau secara konsisten) :
a) Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi stress.
b) Mempertahankan penampilan peran
c) Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
d) Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
e) Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada.
b. Intervensi Prioritas NIC
Pengurangan Ansietas: Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan,
berprasangka atau rasa gelisah yang dikaitkan dengan sumber
bahaya yang tidak dapat diidentifikasi dari bahaya yang dapat
diantisipasi. Aktivitas Keperawatan Pendidikan untuk Pasien atau
Keluarga
1) Kembangkan rencana pengajarana dengan tujuan yang realistis,
termasuk kebutuhan utuk pengulangan, dukungan, dan pujian
dari tugas-tugas yang dipelajari.
2) Pengurangan Ansietas (NIC) :
a) Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis,
perawatan, dan prognosis;
b) Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi;
c) Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya
dirasakan selama prosedur.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
34
C. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Pendidikan kesehatan merupakan komponen esensial dalam bagian
asuhan keperawatan dan diarahkan pada kegiatan interaksi antara
perawat dan individu atau kelompok untuk meningkatkan,
mempertahankan, dan memulihkan status kesehatan; mencegah penyakit;
dan membantu individu untuk mengatasi efek sisa penyakit menurut
Smeltzer & Bare (2002). Pendidikan kesehatan merupakan upaya-upaya
terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok, keluarga, dan
masyarakat (Maulana, 2009).
Banyak teori belajar yang dapat digunakan sebagai pendidikan
kesehatan, yang lebih penting prinsipnya adalah situasi sesuai dengan
individu, keluarga, dan kelompok terutama yang berhubungan dengan
perilakunya (Glanz K. et al, 1990). Perawat sebagai pendidik harus
memiliki kemampuan untuk mengkaji kekuatan dan dampak yang
ditimbulkan oleh intervensi keperawatan terhadap perilaku subjek yang
dapat memperkaya, memberikan informasi, dan melengkapi perilaku
subjek yang diinginkan. Model pendidikan kesehatan yang dapat
digunakan oleh perawat adalah sebagai berikut (Nursalam & Efendy,
2008).
a. Model Perilaku Individu
Ada dua model yang sering digunakan untuk menjelaskan faktor
penentu dari perilaku preventif, yaitu model nilai kesehatan dan
model promosi kesehatan. Secara mendasar model nilai kesehatan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
35
ditujukan untuk promosi peningkatan perilaku sehat daripada
menanggulangi faktor penyebab. Model ini berfokus pada orientasi
mencegah penyakit yang spesifik. Dimensi yang digunakan pada
model nilai kesehatan meliputi kepekaan, keparahan, penghalang
yang dirasakan, variabel struktural, serta sosio-psikologi lainnya.
Sedangkan model promosi kesehatan oleh Pender (1987) merupakan
modifikasi dari model nilai kesehatan dan lebih memfokuskan pada
prediksi perubahan perilaku akibat dari promosi kesehatan.
b. Model Pemberdayaan Masyarakat
Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum membawa
dampak yang berarti pada perubajan perilaku di masyarakatnya.
Sehingga perawat perlu membantu individu dan keluaga yang telah
berubah perilakunya untuk ditampilkan pada komunitas.
Fokus proses pemberdayaan masyarakat adalah komunikasi,
informasi, dan pendidikan kesehatan (WHO). Di Indonesia sering
disebut dengan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang
ditujukan kepada individu, keluarga, dan kelompok. Strategi yang
dapat digunakan oleh perawat dalam rangka KIE adalah
pembelajaran pemecahan masalah (problem solving), memperluas
jaringan kerja (networking), bernegosiasi dengan pihak yang
bersangkutan (negotiating), pendekatan untuk mempengaruhi orang
lain (lobbying), dan pencarian informasi (information seeking) untuk
meningkatkan derajat kesehatan kliennya (Nursalam & Efendy,
2008).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
36
2. Peran Perawat dalam Pendidikan Kesehatan (Swanson & Nies, 1997
dalam Nursalam & Effendy, 2008)
a. Advokat
b. Pemberi perawatan (caregiver)
c. Manager kasus
d. Konsultan
e. Culture broker
f. Pendidik :
1) Mengenali dimensi dari pilihan-pilihan kesehatan
2) Mempromosikan perawatan kesehatan
3) Mengetahui sumber daya yang tersedia
4) Memfasiltasi perilaku sehat
g. Perantara informasi
h. Innovator
i. Mediator
j. Negosiator
k. Analisa kebijakan, change agent
l. Promoter atau collaborative partnership
m. Tokoh panutan (role model)
n. Sensitizer
o. Aktivis sosial
3. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut Nursalam (2008) terjadinya perubahan sikap dan tingkah
laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
37
membina serta mamelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Secara umum,
tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau
masyarakat di bidang kesehatan (WHO). Akan tetapi, perilaku mencakup
hal yang luas sehingga perilaku perlu dikategorikan secara mendasar
sehingga rumusan tujuan pendidikan kesehatan dirinci sebagai berikut
(Maulana, 2009) :
1. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.
Oleh sebab itu, pendidik kesehatan bertanggung jawab mengarahkan
cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat hidup
sehari-hari.
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada. Adakalanya, pemanfaatan sarana
pelayanan yang ada dilakukan secara berlebihan atau justru
sebaliknya, kondisi sakit, tetapi tidak menggunakan saranan
kesehatan yang ada dengan semestinya.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
38
D. Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka teori Penelitian
Modifikasi dari Suliswati (2005) dan Nursalam & Effendy, 2008
E. Kerangka Konsep
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Kecemasan Ibu pada anak kejang demam
Kecemasan
Kecemasan Ibu
Peran Perawat Dalam Pendidikan Kesehatan
a. Advokat b. Pemberi perawatan (caregiver) c. Manager kasus d. Konsultan e. Culture broker f. Pendidik : g. Perantara informasi h. Innovator i. Mediator j. Negosiator, dll
Pendidikan Kesehatan
Faktor-Faktor Terjadinya Kecemasan
1. Faktor predisposisi a. Peristiwa traumatik b. Konflik emosional, c. Konsep diri terganggu d. Frustasi e. Gangguan fisik
2. Faktor presipitasi a. Ancaman terhadap integritas fisik. b. Ancaman terhadap harga diri meliputi
sumber internal dan eksternal
Tingkatan Kecemasan 1. Tidak cemas 2. Kecemasan ringan 3. Kecemasan sedang 4. Kecemasan berat 5. Kecemasan sangat berat atau panik
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013
39
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian yang akan dilakukan
dimana akan dibuktikan kebenarannya tersebut disaat penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Hipotesis penelitian ini, yaitu :
Ha = Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan
orangtua pada anak kejang demam.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013