29
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kejang Demam 1. Pengertian Menurut Widjaja (2003) panas tinggi atau demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi daripada biasanya atau di atas suhu normal. Demam menurut El-Radhi, Carroll, dan Klein (2009) adalah temperatur 1 °C (1,8 °F) atau lebih tinggi rata-rata dari suhu normal tiap suhu normal bagian pengukuran. Misalnya suhu normal ketiak ialah 34,7- 37,4 °C diambil rata-ratanya 36,5 °C, maka demam ialah 37,5 °C. 2. Penyebab demam Ada banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan anak balita mengalami demam. Biasanya setiap penyebab demam menimbulkan gejala yang berbeda-beda. Namun, pada umumnya demam yang diderita oleh anak balita diikuti dengan perubahan sifat atau sikap, misalnya menurunnya gairah bermain, lesu, pandangan mata meredup, rewel, cengeng atau sering menangis, dan cenderung bermalas-malasan. Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita oleh anak balita (dan manusia pada umumnya), yaitu demam noninfeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2003). a. Demam Noninfeksi Demam noninfeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Demam noninfeksi jarang terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. 11 Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

BAB II TINJAUAN TEORI A. Kejang Demamrepository.ump.ac.id/4935/3/Andrian Catur Kristianto BAB II.pdf · 14 b. Patofisiologi (Muscari, 2005) 1) Umumnya, kejang dicirikan -klonik aktif

Embed Size (px)

Citation preview

11

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kejang Demam

1. Pengertian

Menurut Widjaja (2003) panas tinggi atau demam adalah suatu

kondisi saat suhu badan lebih tinggi daripada biasanya atau di atas suhu

normal. Demam menurut El-Radhi, Carroll, dan Klein (2009) adalah

temperatur 1 °C (1,8 °F) atau lebih tinggi rata-rata dari suhu normal tiap

suhu normal bagian pengukuran. Misalnya suhu normal ketiak ialah 34,7-

37,4 °C diambil rata-ratanya 36,5 °C, maka demam ialah 37,5 °C.

2. Penyebab demam

Ada banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan anak balita

mengalami demam. Biasanya setiap penyebab demam menimbulkan

gejala yang berbeda-beda. Namun, pada umumnya demam yang diderita

oleh anak balita diikuti dengan perubahan sifat atau sikap, misalnya

menurunnya gairah bermain, lesu, pandangan mata meredup, rewel,

cengeng atau sering menangis, dan cenderung bermalas-malasan.

Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita

oleh anak balita (dan manusia pada umumnya), yaitu demam noninfeksi

dan demam infeksi (Widjaja, 2003).

a. Demam Noninfeksi

Demam noninfeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh

masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Demam noninfeksi jarang

terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.

11

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

12

Demam ini timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa

sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. contoh demam

noninfeksi antara lain demam yang disebabkan adanya kelainan

degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres,

atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat,

misalnya leukemia atau kanker darah.

b. Demam Infeksi

Demam infeksi adalah demam yang disebabkan masuknya

patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang

kecil lainnya ke dalam tubuh. Demam infeksi paling sering terjadi

dan diderita ileh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bakteri,

kuman atau virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui

berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan

tubuh. Imunisasi juga termasuk pada kategori ini sebab imunisasi

adalah tindakan yang secara sengaja memasukan kuman, bakteri,

atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh balita dengan

tujuan membuat anak balita menjadi kebal terhadap penyakit

tertentu.

Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan infeksi dan

akhirnya mengakibatkan demam pada anak balita antara lain :

1) Tetanus

2) Mumps atau parotitis epidemic

3) Morbilli atau measles atau rubella

4) Demam berdarah

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

13

3. Kejang Demam

Kejang merupakan hal yang menakutkan bagi keluarga dan orangtua

sering berpikir bahwa anaknya sedang sekarat. Oleh karena itu banyak

orangtua yang menghubungi nomor darurat atau tergopoh-gopoh

membawa anaknya ke rumah sakit terdekat (Meadow dan Newell, 2002).

Kejang-kejang karena demam, biasa disebut dengan kejang demam atau

stuip atau step, adalah suatu kondisi saat tubuh anak balita sudah tidak

dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu. Naiknya suhu badan

pada balita dapat saja merangsang kerja syaraf jaringan otak secara

berlebihan, sehingga jaringan otak tidak dapat lagi mengoordinasikan

persyaratan-persyaratan pada anggota gerak tubuh, antara lain lengan dan

kaki. Akibatnya, terjadilah kejang-kejang antara lain pada lengan dan

kaki balita (Widjaja, 2003)

Kejang demam adalah kejang yang dihubungkan dengan suatu

penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,9-40,0°C).

Kejang demam berlangsung kurang dari 15 menit, generalisata, dan

terjadi pada anak-anak tanpa kecacatan neurologik. Jenis kejang ini

memberi dampak 3-5% pada anak biasanya terjadi setelah usia 6 bulan

dan sebelum usia 3 tahun, kejang demam tidak lazim terjadi pada anak

setelah usia 5 tahun (Muscari, 2005).

a. Etiologi

Penyebab kejang demam belum diketahui. Kejang demam

biasanya dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan atas, infeksi

saluran kemih, dan roseola (Muscari, 2005).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

14

b. Patofisiologi (Muscari, 2005)

1) Umumnya, kejang dicirikan dengan pola tonik-klonik aktif.

Biasanya berlangsung tidak lebih dari 1 menit dan dikaitkan

dengan kondisi akut penyakit demam yang tidak berbahaya.

2) Kejang biasanya terjadi sebagai akibat peningkatan suhu yang

cepat, diawali dengan demam.

3) Kejang demam dianggap tidak berbahaya apabila masalah fisik

dan neurologik yang mendasarinya telah diatasi.

c. Prognosis (Garna, 2005)

1) Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak

pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis

umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.

Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan

neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya

terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik

umum atau fokal.

2) Kemungkinan mengalami kematian

Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan

3) Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus.

Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah :

a) Riwayat kejang demam dalam keluarga

b) Usia kurang dari 12 bulan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

15

c) Temperatur yang rendah saat kejang

d) Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulangnya

kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor

tersebut kemungkinan berulangnya kajang demam hanya 10% -

15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar

pada tahun pertama.

4) Faktor resiko terjadinya epilepsi dikemudian hari

Faktor resiko menjadi epilepsi adalah :

a) Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum

kejang demam pertama.

b) Kejang demam kompleks

c) Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Masing-masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan

kejadian epilepsi sampai 4% - 6%, kombinasi dari faktor resiko

tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10% -

49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah

dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.

d. Pengkajian (Muscari, 2005)

1) Manifestasi Klinis

a) Sebagian besar aktivitas kejang berhenti pada anak

mendapatkan pertolongan medis, tetapi anak mungkin

dalam keadaan tidak sadar.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

16

b) Orang tua atau pemberi asuhan akan menggambarkan

manifestasi kejang tonik-klonik (tonik-kontraksi otot,

ekstensi ekstremitas, kehilangan kontrol defekasi dan

kandung kemih, sianosis, dan hilang kesadaran, klonik-

kontraksi dan relaksasi ekstremitas yang teratur (ritmik);

fase postikal dikarakteristikan dengan ketidaksadaran

persisten).

c) Sering ditemukan adanya riwayat keluarga dengan kejang

demam.

2) Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium

a) Gambaran elektroencephalografi (EEG) biasanya normal,

kemungkinan menunjukan hasil seperti gangguan kejang.

b) Fungsi lumbal dapat dilakukan untuk menyingkirkan

meningitis.

c) CT (computed topography) dan MRI (magnetic resonance

imaging) dapat dilakukan untuk mengetahui adanya

abnormalitas.

Penatalaksanaan jangka panjang termasuk menjelaskan kedua

orangtua ciri-ciri serangan yang relatif tidak berbahaya pada kejang

demam dan mengajarkan mereka bagaimana mengenali dan

menangani serangan yang terjadi di kemudian hari; bagaimana

menggunakan obat antipiretik secara aman dan efektif; pertolongan

pertama pada serangan; serta saat dan bagaimana mendapatkan

bantuan darurat. Terapi antikonvulsan profilatik kadang-kadang

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

17

digunakan pada anak-anak tertentu yang mengalami kejang demam

berulang.

e. Tatalaksana kejang demam (Meadow & Newell, 2002)

1) Posisi tenang : posisikan anak miring (semipronasi) dengan

leher ekstensi sehingga sekresi dapat keluar melalui mulut.

2) Jika pernapasan sulit : buka saluran pernapasan dengan ekstensi

leher secara hati-hati, angkat rahang ke depan. Jangan letakan

apapun ke dalam mulut. Berikan O2 jika tersedia.

3) Jika kejang berlanjut berikan diazepam : IV atau IM atau rektal

4) Periksa gula darah

5) Lakukan penilaian dan pemeriksaan penunjang. Jika ada

kecurigaan meningitis, harus dilakukan pungsi lumbal.

Jika anak di bawah 5 tahun dan mengalami demam

1) Pendinginan. Pakaian dan selimut yang terlalu tebal harus

dibuka. Kompres sesekali dengan air hangat (yang tidak

menyebabkan vasokontriksi kulit). Parasetamol dapat

membantu.

2) Antibiotika, jika ada infeksi seperti otitis media.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

18

B. Kecemasan

1. Pengertian

Kecemasan adalah suatu keadaan tidak tenteram dimana pasien

merasakan adanya bahaya yang datang (Swartz, 1995). Ansietas adalah

perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika

merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin

memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti

mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Videbeck, 2008).

Freud (1993) membagi kecemasan menjadi 3 macam. Kecemasan

meliputi kecemasan realitas, neurotik, dan moral atau perasaan-perasaan

bersalah. Pokok tipe dari kecemasan tersebut ialah kecemasan realitas

atau rasa takut akan bahaya-bahaya nyata dari luar, karena Freud

menuliskan bahwa kedua tipe kecemasan yang lain berasal dari

kecemasan realitas. Kecemasan neurotik adalah rasa takut jangan-jangan

insting-insting akan lepas dari kendali dan menyebabkan sang pribadi

berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik

bukanlah ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu

instingg dipuaskan. Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap suara

hati. Orang-orang yang superegonya berkembang dengan baik cenderung

merasa bersalah jika mereka melakukan atau bahkan berpikir untuk

melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral mereka

dibesarkan (Hall, dkk, 1993).

Fungsi kecemasan adalah memperingatkan sang pribadi akan adanya

bahaya, ia merupakan isyarat bagi ego bahwa kalau tidak dilakukan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

19

tindakan-tindakan tepat, maka bahaya itu akan meningkat sampai ego

dikalahkan. Kecemasan adalah suatu keadaan tegangan, ia merupakan

suatu dorongan seperti lapar dan seks, hanya saja ia tidak timbul dari

kondisi-kondisi jaringan di dalam tubuh melainkan aslinya ditimbulkan

oleh sebab-sebab dari luar. Apabila timbul kecemasan maka ia akan

memotivasikan sang pribadi untuk melakukan sesuatu. Sang pribadi bisa

lari dari daerah yang mengancam, menghalangi impuls yang

membahayakan atau menuruti suara hati (Hall, dkk, 1993).

Suliswati (2005) mengemukakan kecemasan merupakan respon

individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami

oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan

merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat

diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa

objek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan

motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam

usaha memelihara keseimbangan hidup.

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah

adanya objek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta

dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif

yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang

mengancam. Ketakutkan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan

psikologis ketika individu dapat mengidentifikasi dan

menggambarkannya.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

20

Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri

atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu.

Kecemasan dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian

dari kehidupan sehari-hari, menghasilkan peringatan yang berharga dan

penting untuk upaya memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri.

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang

secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal.

Kecemasan adalah kebingungan, kehkhawatiran pada sesuatu yang akan

terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan

perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.

Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam

memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama

pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Hal yang dapat

menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari Suliswati (2005) :

a. Ancaman integritas biologi meliputi gangguan terhadap kebutuhan

dasar makan, minum, kehangatan, dan seks.

b. Ancaman terhadap keselamatan diri :

1) Tidak menemukan integritas diri

2) Tidak menemukan status dan prestise

3) Tidak memperoleh pengakuan dari orang lain

4) Ketidak sesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

21

2. Teori Kecemasan

a. Teori Psikoanalitik

Menurut Freud dalam Suliswati (2005), terjadi reaksi psikologis

individu sebagai akibat munculnya kecemasan pada seseorang

dikarenakan dalam hubungan seksualnya tubuh tidak mampu

mencapai orgasme. Rasa cemas dapat terjadi akibat energi seksual

yang tidak terekspresikan. Secara otomatis, kecemasan akan muncul

akibat stimulus internal dan eksternal yang berlebihan. Akibat

stimulus yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu

untuk menanganinya. Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan

primer dan kecemasan subsekuen.

1) Kecemasan primer

Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya

stimulasi tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian

berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas

akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer

adalah keadaan ketegangan atau dorongan yang diakibatkan

oleh faktor eksternal.

2) Kecemasan subsekuen

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada

jenis kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen

kepribadian yaitu id dan superego. Freud menjelaskan bila

terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan

superego berada pada kondisi bahaya.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

22

b. Teori Interpersonal

Menurut Sulivan dalam Suliswati (2005) mengemukakan bahwa

timbulnya kecemasan adalah akibat ketidakmampuan individu untuk

berinteraksi dengan interpersonal dan sebagai akibat penolakan.

Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan

lingkungan. Pertama kali kecemasan terjadi ditentukan oleh

hubungan ibu dengan bayinya pada awal kehidupannya, bayi

berespon seolah-olah ia dan ibunya adalah satu unit. Dengan

bertambahnya usia, anak melihat ketidaknyamanan yang timbul

akibat tindakannya sendiri dan diyakini bahwa ibunya setuju atau

tidak setuju dengan perilaku itu.

c. Teori Perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil

frustasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam

mencapai tujuan yang diinginkan, misalnya mendapatkan ranking

pertama dikelasnya, menjadi juara perlombaan, kesuksesan dalam

karier. Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang

pernah dialami. Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik

antara dua pilihan yang saling berlawanan dan individu harus

memilih salah satu. Kecemasan ditimbulkan oleh konflik dan

kecemasan itu sendiri akan mengakibatkan pandangan terhadap

konflik dengan timbulnya perasaan ketidakberdayaan. Konflik

muncul dari dua kecenderungan yaitu approach dan avoidance.

Approach merupakan kecenderungan untuk melakukan atau

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

23

menggerakkan sesuatu. Avoidance adalah kebalikannya yaitu tidak

melakukan atau menggerakkan sesuatu melalui sesuatu.

d. Teori Keluarga

Menurut Suliswati (2005), studi yang dilakukan pada keluarga

dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan selalu ada pada

setiap keluarga dalam berbagai bentuk dan bersifat heterogen.

e. Teori Biologik

Reseptor khusus yang dimiliki otak terhadap benzodiazepin,

fungsi reseptor tersebut adalah membantu regulasi kecemasan.

Regulasi tersebut berhubungan dengan aktivitas neurotransmitter

gamma amino butyric acid (GABA) dimana fungsi neurotransmitter

ini adalah mengontrol aktivitas neuron di bagian otak yang

bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. Bila GABA

bersentuhan dengan sinaps dan berikatan dengan reseptor GABA

pada membran post-sinaps akan membuka saluan pintu reseptor

sehingga terjadi perpindahan ion. Perubahan ini akan mengkibatkan

eksitasi sel dan memperlambat aktivitas sel. Teori ini menjelaskan

bahwa masalah proses neurotransmitter ini dapat menjadi indikator

bahwa individu sering mengalami kecemasan. Mekanisme koping

juga dapat terganggu akibat pengaruh toksik, kekurangan nutrisi,

suplai darah menurun, hormon mengalami perubahan dan penyebab

fisik lainnya. Kelelahan juga dapat meningkatkan iritabilitas dan

perasaan cemas.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

24

3. Faktor Predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan

yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005).

Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:

a. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atau situasional.

b. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan

dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu

berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang berdampak terhadap ego.

e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep

diri individu.

f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani

stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik

yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak

dipelajari dalam keluarga.

g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi

respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi

kecemasannya.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

25

h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatan yang mengandung benzodizepine, karena benzodiazepine

dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA)

yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab

menghasilkan kecemasan.

4. Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang

dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor

presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam

integritas fisik yang meliputi :

1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis

sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal

(misalnya : hamil).

2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,

tidak adekuatnya tempat tinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

1) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di

rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.

Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat

mengancam harga diri.

2) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

26

Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat

berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor

eksternal). Namun demikian pencetus ansietas dapat dikelompokan ke

dalam dua kategori menurut Asmadi (2008) yaitu :

a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan

fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna

pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.

b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat

mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status atau

peran diri, dan hubungan interpersonal.

5. Mekanisme Koping Terhadap Ansietas

Setiap ada stresor penyebab individu mengalami ansietas, maka

secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai

mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila

didukung oleh kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang

bersangkutan bahwa mekanisme koping yang digunakan dapat mengatasi

ansietasnya. Sumber koping merupakan modal kemampuan yang dimiliki

individu guna mengatasi ansietas. Ansietas perlu diatasi untuk mencapai

homeostatis dalam diri individu, baik secara fisiologis maupun

psikologis.

Menurut Asmadi (2008) secara umum, mekanisme koping terhadap

ansietas diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu strstegi pemecahan

masalah (problem solving strategic) dan mekanisme pertahanan diri

(defence mechanism).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

27

a. Strategi Pemecahan Masalah (problem solving strategic)

Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau

menanggulangi masalah atau ancaman yang ada dengan kemampuan

pengamatan secara realistis.

Beberapa contoh strategi pemecahan masalah yang dapat

digunakan antara lain :

1) Meminta bantuan kepada orang lain.

2) Secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai

dengan situasi yang ada.

3) Mencari lebih banyak informasi yang terkait dengan masalah

yang dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat diatasi secara

realistis.

4) Menyusun beberapa rencana untuk memecahkan masalah.

5) Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah.

Sesungguhnya bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang

memberkan pengaruh yang besar dalam kehidupan pribadi.

Pikiran tersebut mengenai diri sendiri maupun bayangan pikiran

mengenai apa yang dilakukan. Sebab, segala sesuatu yang

dilakukan seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada

dalam pikirannya.

Strategi pemecahan masalah ini scara ringkas dapat digunakan

dengan metode STOP (Source, Trial and error, Other, serta Pray

and patient). Source berarti mencari dan mengidentifikasi apa yang

menjadi sumber masalah. Trial and error berarti mencoba berbagai

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

28

rencana pemecahan masalah yang telah disusun. Bila satu metode

tidak berhasil, maka mencoba lagi dengan metode lain. Begitu

selanjutnya. Hal yang perlu dihindari adalah adanya rasa

keputusasaan terhadap kegagalan yang dialami. Other berarti minta

bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu. Pray and patient

yaitu berdoa kepada Tuhan sebab Dia adalah Zat Yang Maha

Mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia ini. Dia pula yang

memberikan jalan yang terbaik buat manusia sebab manusia

memiliki banyak keterbatasan. Dengan berdoa, maka hati, jiwa, dan

pikiran seseorang akan menjadi tenteram dan tenang. Juga harus

sabar dengan berlapang dada menerima kenyataan yang ada pada

dirinya. Penerimaan terhadap apa yang ada pada diri akan membuat

sesorang menjadi lebih menikmati hidup dan ringan beban

psikologinya, walaupun dalam pandangan orang lain orang tersebut

berada dalam kehinaan.

b. Mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)

Menurut Asmadi (2008) mekanisme pertahanan diri merupakan

mekanisme penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari

perasaan tidak adekuat. Beberapa ciri mekanisme pertahanan diri

antara lain :

1) Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya untuk

melindungi atau bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan

dan secara tidak langsung mengatasi masalah.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

29

2) Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran. Individu

tidak menyadari bahwa mekanisme perahanan diri tersebut

sedang terjadi.

3) Seringkali tidak berorientasi pada kenyataan.

Tabel berikut ini merupakan makanisme pertahanan diri yang

sering digunakan.

Tabel 2.1 Kebutuhan Rasa Aman yang Bebas Dari Cemas (Asmadi, 2008)

Jenis Uraian

1. Displacement Memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan dari seseorang atau objek lain yang biasanya lebih kurang berbahaya daripada semula. Misalnya, tidak lulus ujian langsung membanting dan membuang buku-bukunya. Displacement tidak menyelsaikan masalah. Bahkan dapat menciptakan masalah baru, misalnya seorang pegawai yang melampiaskan emosinya ke istrinya lantaran waktu di kantor dimarahi pimpinannya.

2. Undoing Tindakan atau komunikasi tertentu yang bertujuan menghapuskan atau meniadakan tindakan sebelumnya. Misalnya, meminta maaf.

3. Reaction formation

Mengembangkan pola sikap dan perilaku tertentu yang disadari, tetapi berlawanan dengan perasaan dan keinginannya. Misalnya, seorang lelaki yang mencintai seorang perempuan. Lalu ditanya oleh temannya, ia menjawab : “Saya benci dengan gadis itu.”

4. Kompensasi Menutupi kekurangan dengan meningkatkan kelebihan yang ada pada dirinya. Misalnya, yang kemempian belajarnya kurang lalu menekuni musik karena musik merupakan kelebihannya.

5. Sublimasi Penyaluran rangsangan yang tidak tercapai ke dalam kegiatan lain yang bisa diterima oleh masyarakat. Misalnya, seseorang yang senang berkelahi lalu disalurkan dalam bentuk olahraga tinju.

6. Tingkat Kecemasan

Peplau dalam Suliswati (2005) menggolongkan tingkat kecemasan

menjadi empat tingkatan yang dialami oleh individu, yaitu kecemasan

ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik.

a. Kecemasan Ringan (mild anxiety)

Kecemasan ringan, erat hubunganya dengan ketegangan yang

dialami sehari-hari. Seseorang masih waspada serta lapang

persepsinya meluas, menajamkan indera. Hal ini, dapat mendorong

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

30

individu tersebut untuk belajar dan mampu memecahkan masalah

secara efektif dan timbal baliknya menghasilkan pertumbuhan dan

kreativitas, contohnya ketika mahasiswa akan mempresentasikan

hasil kerja individunya di depan para dosen dan teman sekelasnya.

b. Kecemasan Sedang (moderat anxiety)

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi

perhatiannya, lapangan persepsi terjadi penyempitan, individu masih

mampu melakukan sesuatu sesuai arahan orang lain. Contohnya,

seserorang yang mengetahui bahwa dirinya terdiagnosa terkena

penyakit kronis.

c. Kecemasan Berat (severe anxiety)

Persepsi individu sangat sempit. Perhatiannya berpusat pada hal-

hal kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain.

Berusaha keras untuk mengurangi kecemasan dan memerlukan

banyak arahan untuk terfokus pada area lain. Contohnya, seseorang

yang mengalami putus hubungan kerja (PHK) dengan

perusahaannya, dimana dirinya sebagai tulang punggung keluarga.

d. Panik (disorganisasi personality)

Individu tidak dapat mengendalikan dirinya dan perhatian pada

hal-hal yang detail hilang. Karena hilangnya kontrol, maka meskipun

dengan arahan tidak mampu melakukan apapun. Aktivitas motorik

meningkat, kemampuan berhubungan dengan orang lain berkurang,

terjadi penyimpangan persepsi dan pikiran rasional seseorang akan

menghilang, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

31

dengan disorganisasi kepribadian. Contohnya : individu dengan

kepribadian pecah.

7. Reaksi Kecemasan

Reaksi kecemasan adalah suatu respon dari individu yang muncul

akibat adanya kecemasan. Reaksi kecemasan dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu reaksi konstruktif maupun destruktif. Reaksi konstruktif adalah

individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama

perubahan terhadap perasaan yang tidak nyaman dan terfokus pada

kelangsungan hidup. Contohnya : anak SD akan belajar lebih giat lagi

karena apabila mendapatkan ranking pertama akan diberikan hadiah.

Reaksi destruktif adalah maladaptif dan disfungsional sebagai indikator

tingkah laku individu. Contohnya: individu tidak mau berinteraksi

dengan orang lain atau mengisolasi diri di dalam kamarnya.

Rentang Respon Ansietas

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1998 dalam Asmadi, 2008)

8. Intervensi Keperawatan Klien Dengan Ansietas

Pada klien ansietas ringan, tidak perlu ada intervensi khusus sebab

pada ansietas ringan ini klien masih mampu mengontrol dirinya dan

mampu membuat keputusan yang tepat dalam penyelesaian masalah.

Sedangkan pada ansietas sedang, intervensi yang dapat dilakukan adalah

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

32

dengan mengembangkan pola mekanisme koping yang positif seperti

penjelasan di atas.

Pada ansietas berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu

diperhatikan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Prinsip

intervensi keperawatan pada klien tersebut adalah melindungi klien dari

bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada klien karena klien tidak

dapat mengendalikan perilakunya.

Setelah tingkat ansietas klien menurun sampai tingkat sedang atau

ringan, prinsip intervensi keperawatan yang diberikan adalah re-edukatif

atau berorientasi pada kognitif. Tujuannya adalah menolong klien dalam

mengembangkan kemampian menoleransi ansietas dengan mekanisme

koping dan strategi pemecahan masalah yang konstruktif. Intervensi

utama yang harus dilakukan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien ansietas adalah menyadari untuk mengenali

perasaannya dan juga mampu mengendalikannya.

Intervensi keperawatan menurut NIC dan NOC, Wilkinson (2006)

dengan diagnosa ansietas berhubungan dengan keterkaitan dengan

keluarga yang sakit.

a. Tujuan dan kriteria evaluasi :

1) Kecemasan berkurang, dibuktikan dengan menunjukkan kontrol

agresi, kontrol kecemasan, koping, kontrol impuls, penahanan

mutilasi diri secara konsisten, dan secara substansial

menunjukkan keterampilan interaksi sosial yang efektif.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

33

2) Menunjukkan kontrol kecemasan, dibuktikan dengan indikator

pendemonstrasian sebagai berikut (dengan ketentuan 1-5 : tidak

pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau secara konsisten) :

a) Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi stress.

b) Mempertahankan penampilan peran

c) Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori

d) Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik

e) Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada.

b. Intervensi Prioritas NIC

Pengurangan Ansietas: Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan,

berprasangka atau rasa gelisah yang dikaitkan dengan sumber

bahaya yang tidak dapat diidentifikasi dari bahaya yang dapat

diantisipasi. Aktivitas Keperawatan Pendidikan untuk Pasien atau

Keluarga

1) Kembangkan rencana pengajarana dengan tujuan yang realistis,

termasuk kebutuhan utuk pengulangan, dukungan, dan pujian

dari tugas-tugas yang dipelajari.

2) Pengurangan Ansietas (NIC) :

a) Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis,

perawatan, dan prognosis;

b) Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi;

c) Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya

dirasakan selama prosedur.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

34

C. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan kesehatan merupakan komponen esensial dalam bagian

asuhan keperawatan dan diarahkan pada kegiatan interaksi antara

perawat dan individu atau kelompok untuk meningkatkan,

mempertahankan, dan memulihkan status kesehatan; mencegah penyakit;

dan membantu individu untuk mengatasi efek sisa penyakit menurut

Smeltzer & Bare (2002). Pendidikan kesehatan merupakan upaya-upaya

terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok, keluarga, dan

masyarakat (Maulana, 2009).

Banyak teori belajar yang dapat digunakan sebagai pendidikan

kesehatan, yang lebih penting prinsipnya adalah situasi sesuai dengan

individu, keluarga, dan kelompok terutama yang berhubungan dengan

perilakunya (Glanz K. et al, 1990). Perawat sebagai pendidik harus

memiliki kemampuan untuk mengkaji kekuatan dan dampak yang

ditimbulkan oleh intervensi keperawatan terhadap perilaku subjek yang

dapat memperkaya, memberikan informasi, dan melengkapi perilaku

subjek yang diinginkan. Model pendidikan kesehatan yang dapat

digunakan oleh perawat adalah sebagai berikut (Nursalam & Efendy,

2008).

a. Model Perilaku Individu

Ada dua model yang sering digunakan untuk menjelaskan faktor

penentu dari perilaku preventif, yaitu model nilai kesehatan dan

model promosi kesehatan. Secara mendasar model nilai kesehatan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

35

ditujukan untuk promosi peningkatan perilaku sehat daripada

menanggulangi faktor penyebab. Model ini berfokus pada orientasi

mencegah penyakit yang spesifik. Dimensi yang digunakan pada

model nilai kesehatan meliputi kepekaan, keparahan, penghalang

yang dirasakan, variabel struktural, serta sosio-psikologi lainnya.

Sedangkan model promosi kesehatan oleh Pender (1987) merupakan

modifikasi dari model nilai kesehatan dan lebih memfokuskan pada

prediksi perubahan perilaku akibat dari promosi kesehatan.

b. Model Pemberdayaan Masyarakat

Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum membawa

dampak yang berarti pada perubajan perilaku di masyarakatnya.

Sehingga perawat perlu membantu individu dan keluaga yang telah

berubah perilakunya untuk ditampilkan pada komunitas.

Fokus proses pemberdayaan masyarakat adalah komunikasi,

informasi, dan pendidikan kesehatan (WHO). Di Indonesia sering

disebut dengan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang

ditujukan kepada individu, keluarga, dan kelompok. Strategi yang

dapat digunakan oleh perawat dalam rangka KIE adalah

pembelajaran pemecahan masalah (problem solving), memperluas

jaringan kerja (networking), bernegosiasi dengan pihak yang

bersangkutan (negotiating), pendekatan untuk mempengaruhi orang

lain (lobbying), dan pencarian informasi (information seeking) untuk

meningkatkan derajat kesehatan kliennya (Nursalam & Efendy,

2008).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

36

2. Peran Perawat dalam Pendidikan Kesehatan (Swanson & Nies, 1997

dalam Nursalam & Effendy, 2008)

a. Advokat

b. Pemberi perawatan (caregiver)

c. Manager kasus

d. Konsultan

e. Culture broker

f. Pendidik :

1) Mengenali dimensi dari pilihan-pilihan kesehatan

2) Mempromosikan perawatan kesehatan

3) Mengetahui sumber daya yang tersedia

4) Memfasiltasi perilaku sehat

g. Perantara informasi

h. Innovator

i. Mediator

j. Negosiator

k. Analisa kebijakan, change agent

l. Promoter atau collaborative partnership

m. Tokoh panutan (role model)

n. Sensitizer

o. Aktivis sosial

3. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Nursalam (2008) terjadinya perubahan sikap dan tingkah

laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

37

membina serta mamelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif

dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Secara umum,

tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau

masyarakat di bidang kesehatan (WHO). Akan tetapi, perilaku mencakup

hal yang luas sehingga perilaku perlu dikategorikan secara mendasar

sehingga rumusan tujuan pendidikan kesehatan dirinci sebagai berikut

(Maulana, 2009) :

1. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.

Oleh sebab itu, pendidik kesehatan bertanggung jawab mengarahkan

cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat hidup

sehari-hari.

2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada. Adakalanya, pemanfaatan sarana

pelayanan yang ada dilakukan secara berlebihan atau justru

sebaliknya, kondisi sakit, tetapi tidak menggunakan saranan

kesehatan yang ada dengan semestinya.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

38

D. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka teori Penelitian

Modifikasi dari Suliswati (2005) dan Nursalam & Effendy, 2008

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Kecemasan Ibu pada anak kejang demam

Kecemasan

Kecemasan Ibu

Peran Perawat Dalam Pendidikan Kesehatan

a. Advokat b. Pemberi perawatan (caregiver) c. Manager kasus d. Konsultan e. Culture broker f. Pendidik : g. Perantara informasi h. Innovator i. Mediator j. Negosiator, dll

Pendidikan Kesehatan

Faktor-Faktor Terjadinya Kecemasan

1. Faktor predisposisi a. Peristiwa traumatik b. Konflik emosional, c. Konsep diri terganggu d. Frustasi e. Gangguan fisik

2. Faktor presipitasi a. Ancaman terhadap integritas fisik. b. Ancaman terhadap harga diri meliputi

sumber internal dan eksternal

Tingkatan Kecemasan 1. Tidak cemas 2. Kecemasan ringan 3. Kecemasan sedang 4. Kecemasan berat 5. Kecemasan sangat berat atau panik

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013

39

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian yang akan dilakukan

dimana akan dibuktikan kebenarannya tersebut disaat penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Hipotesis penelitian ini, yaitu :

Ha = Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan

orangtua pada anak kejang demam.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Andrian Catur Kristianto, Fakultas Ilmu Kesehatan S1 UMP, 2013