16
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah Tekanan darah arteri adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur yaitu tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS adalah kekuatan tekanan darah tertinggi terhadap dinding arteri sewaktu jantung berkontraksi, sedangkan TDD adalah tekanan darah terendah terhadap pembuluh darah arteri sewaktu jantung istirahat diantara dua denyut yang diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi (Anonim, 2006). TDS lebih tinggi daripada TDD karena tensi selalu bervariasi tinggi rendah sesuai detak jantung (Tjay dan Rahardja, 2007). Tekanan darah dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup. Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard dan alir balik vena.Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada pembuluh darah (arteri dan arteriole) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriole, dan elastisitas dinding pembuluh darah (Nafrialdi, 2007). B. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi. American Society of Hypertention (ASH) mendefinisikan hipertensi sebagai suatu sindrom kardiovaskular yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008). Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah

Tekanan darah arteri adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding

arteri millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur

yaitu tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS

adalah kekuatan tekanan darah tertinggi terhadap dinding arteri sewaktu

jantung berkontraksi, sedangkan TDD adalah tekanan darah terendah

terhadap pembuluh darah arteri sewaktu jantung istirahat diantara dua denyut

yang diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi (Anonim, 2006).

TDS lebih tinggi daripada TDD karena tensi selalu bervariasi tinggi rendah

sesuai detak jantung (Tjay dan Rahardja, 2007).

Tekanan darah dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu curah jantung dan

resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi

sekuncup. Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard

dan alir balik vena.Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada

pembuluh darah (arteri dan arteriole) dan viskositas darah. Resistensi

pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriole, dan

elastisitas dinding pembuluh darah (Nafrialdi, 2007).

B. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan kelainan jantung dan

pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.

Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi.

American Society of Hypertention (ASH) mendefinisikan hipertensi

sebagai suatu sindrom kardiovaskular yang progresif, sebagai akibat dari

kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

6

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal 120 80

Pre Hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi

Hipertensi Stage 1 140-159 90-99

Hipertensi Stage 2 ≥ 160 ≥ 100

[Sumber: Chobanian et al, 2003]

Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal

Normal

Normal tinggi

< 120

< 130

130-139

< 80

< 85

85-89

Hipertensi Stage 1

(ringan)

Sub-grup

perbatasan

140-159

140-149

90-99

90-94

Hipertensi Stage 2

(sedang)

160-179 100-109

Hipertensi Stage 3

(berat)

≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistolik

terisolasi

Sub-grup

perbatasan

> 140

140-149

< 90

< 90

[Sumber: Sani, 2008]

2. Etiologi Hipertensi

a. Hipertensi primer atau hipertensi essensial

Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi

essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi

essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Penyebab

hipertensi essensial adalah multifaktorial meliputi faktor genetik dan

lingkungan. Faktor genetik ini dapat berupa adanya riwayat penyakit

kardiovaskuler, sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres,

peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriksi), dan

resistensi insulin. Sedangkan faktor lingkungan dapat berupa makan

garam (natrium) berlebihan, stres psikis, dan obesitas (Nafrialdi,

2007).

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

7

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari

penyakit komorbid atau obat obat tertentu yang dapat meningkatkan

tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit

ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder

yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun

tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi

dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada

tabel 3. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan

menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi

kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama

dalam penanganan hipertensi sekunder.

Tabel 3. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi

Penyakit Obat

Penyakit ginjal kronis

Hiperaldosteronisme

primer

Sindroma Cushing

Pneochromocytoma

Koarktasi aorta

Penyakit tiroid atau

paratiroid

Kortikosteroid, ACTH

Estrogen (biasanya pil KB dengan kadar

estrogen tinggi)

NSAID, cox-2-inhibitor

Fenilpropanolamine dan analog

Cyclosporin dan tacrolimus

Eritropoetin

Sibutramin

Antidepresan (terutama venlafaxine)

[Sumber: Gusmirah, 2010]

3. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme

(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan

darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan

diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,

angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah, yang

memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi

utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik

(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

8

dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.

Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke

luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler

ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.

Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan

meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldostreron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan

penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,

aldostreron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler

yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat

kompleks. Faktor-faktor tersebut mengubah fungsi tekanan darah terhadap

perfusi jaringan yang adekuat meliputi: mediator hormon, aktivitas

vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah

jantung, elastisitas pembuluh darah, dan stimulasi neural. Patogenesis

hipertensi esensial dapat dipacu oleh beberapa faktor meliputi faktor

genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stres dapat berinteraksi untuk

memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial

berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang muncul menjadi

hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama,

hipertensi yangnpersisten berkembang menjadi hipertensi dengan

komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil,

jantung, ginjal, retina, dan susunan saraf pusat.

Progesifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur

10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi

hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer

meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

9

akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada umur 40-60 tahun

(Sharma., et, al., 2008).

4. Faktor Resiko Hipertensi

Faktor-faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan

darah adalah faktor risiko seperti diet dan asupan garam, stres, ras,

obesitas, merokok, genetis, sistem saraf simpatis (tonus simpatis dan

variasi diurnal), keseimbangan modulator vasodilatasi dan vasokontriksi,

serta pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin,

angiotensin dan aldosteron. Pasien pre-hipertensi beresiko mengalami

peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi; mereka yang tekanan

darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya

akan memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit

kardiovaskular daripada yang tekanan darahnya lebih rendah. Pada orang

yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >140 mmHg yang

merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit

kardiovaskular dari pada tekanan darah diastolik. Risiko penyakit

kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, meningkat dua

kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg. Risiko penyakit kardiovaskular ini

bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor risiko lainnya,

serta individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami

hipertensi (Yogiantoro, 2014).

Tabel 4. Faktor Resiko Kardiovaskular

Dapat Dimodifikasi Tidak dapat Dimodifikasi

Hipertensi

Merokok

Obesitas (BMI ≥30)

Physical Inactivity

Dislipidemia

Diabetes mellitus

Mikroalbuminemia atau GFR <60

ml/min

Umur (pria > 55 tahun, wanita > 65 tahun)

Riwayat keluarga dengan penyakit

kardiovaskuler prematur (pria < 55 tahun,

wanita < 65 tahun)

[Sumber: Yogiantoro, 2014]

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

10

5. Diagnosis Hipertensi

Pemeriksaan pada hipertensi menurut PERKI (Perhimpunan Dokter

Spesialis Kardiovaskular Indonesia) (2003), terdiri atas:

1. Riwayat penyakit

a. Lama dan klasifikasi hipertensi

b. Pola hidup

c. Faktor-faktor risiko kelainan kardiovaskular

d. Riwayat penyakit kardiovaskular

e. Gejala-gejala yang menyertai hipertensi

f. Target organ yang rusak

g. Obat-obatan yang sedang atau pernah digunakan

2. Pemeriksaan fisik

a. Tekanan darah minimal 2 kali selang dua menit

b. Periksa tekanan darah lengan kontra lateral

c. Tinggi badan dan berat badan

d. Pemeriksaan funduskopi

e. Pemeriksaan leher, jantung, abdomen dan ekstemitas

f. Refleks saraf

3. Pemeriksaan laboratorium

a. Urinalisa

b. Darah : platelet, fibrinogen

c. Biokimia : potassium, sodium, creatinin, GDS, lipid profil,

asam urat

4. Pemeriksaan tambahan

a. Foto rontgen dada

b. EKG 12 lead

c. Mikroalbuminuria

d. Ekokardiografi

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

11

6. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi

Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencapai tekanan darah

kurang dari 140/90 mmHg dan mengendalikan setiap faktor risiko

kardiovaskular. Terapi antihipertensi pada berbagai uji klinis berhubungan

erat dengan penurunan kejadian strok 35-40%, infark miokard 20-25, dan

gagal jantung >50% (Feldman dkk, 2009).

a. Terapi Non-Medikamentosa

Terapi nonmedikamentosa adalah terapi perubahan gaya hidup,

seperti diet rendah garam, aktivitas fisik yang teratur, menurunkan

berat badan, pembatasan minum alkohol dan tidak merokok. Bila

perubahan gaya hidup tidak cukup memadai naka dimulai terapi

medikamentosa (National Heart, Lung and Blood Institue, 2004).

b. Terapi Non-Farmakologi

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting

untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang

penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan pre-

hipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.

Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat

terlihat pada tabel 5 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII.

c. Terapi Farmakologi

Pengobatan hipertensi tiap individu berbeda, tergantung level

tekanan darahnya, adanya kerusakan organ, respon terapi dan

toleransi pasien terhadap efek obat. Karakteristik demografi

mempengaruhi pilihan obat.Orang Afro Amerika lebih berespon

terhadap diuretic dan calcium channel blocker daripada beta blocker

dan ACE imhibitor. Biaya obat juga mempengaruhi kepatuhan pasien

minum obat. Diuretik merupakan obat yang paling murah (National

Heart, Lung and Blood Institue, 2004).

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

12

Tabel 5. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi*

Modifikasi Rekomendasi Kira-kira penurunan tekanan

darah, range

Penurunan

berat badan

(BB)

Pelihara berat badan normal

(BMI 18,8-24,9)

5-20 mmHg/10kg penurunan

BB

Adopsi pola

makan

DASH

Diet kaya dengan buah, sayur,

dan produk susu rendah lemak

8-14 mmHg

Diet rendah

sodium

Mengurangi diet sodium, tidak

lebih dari 100meq/L (2,4 g

sodium atau 6 g sodium

klorida)

2-8 mmHg

Aktivitas

fisik

Regular aktifitas fisik aerobik

seperti jalan kaki 30

menit/hari, beberapa

hari/minggu

4-9 mmHg

Minum

alkohol

sedikit saja

Limit minum alkohol tidak

lebih dari 2/hari (30 ml etanol

mis.720 ml beer, 300ml wine

untuk laki-laki dan 1/hari

untuk perempuan)

2-4 mmHg

Singkatan: BMI, body mass index; BB, berat badan; DASH, Dietary

Approach to stop Hypertension

*berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara

keseluruhan

[Sumber: Gusmirah, 2010]

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

13

Gambar 1. Algoritma pengobatan hipertensi menurut JNC 8

[Sumber: JNC 8, 2014]

Usia > 18 tahun

Merubah Gaya Hidup

Mengatur TD goal dan memulai dengan obat penurunan tekanan darah

berdasarkan usia,diabetes dan CKD

Umur ≥60 tahun Umur <60 tahun Semua umur

dengan

diabetes non

CKD

CKD

dengan

atau tidak

diabetes TD goal:

SBP < 150 mmHg

DBP <90 mmHg

TD goal:

SBP <140 mmHg

DBP <90 mmHg

TD goal:

SBP <140

mmHg

DBP <90

mmHg

TD goal:

SBP <140

mmHg

DBP <90

mmHg

Non Blok:

Memulai dengan diuretik

thiazid atau ACEI atau dengan

ARB atau CCB dengan

pemberiantunggal atau

kombinasi

Blok:

Memulai dengan diuretik

thiazid atau CCB dengan

pemberian tunggal atau

kombinasi

Semua Ras:

Memulai dengan ACEI atau dengan

ARB dengan pemberian tunggal atau

kombinasi

Memilih strategi titrasi terapi obat:

1. Memaksimalkan obat pertama sebelum menambahkan obat ke-2

2. Menambahkan obat ke-2 sebelum mencapai dosis maksimal obt pertama

3. Memulai dengan 2 obat yang berbeda gol atau sebagai kombinasi dosis

tetap

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

14

Tabel 6. Obat antihipertensi

Golongan obat Nama obat Dosis mg/hari Frekuensi

harian

Diuretik tiazid Chlorothiazide

Chlorthalidone

Hydrochhlorothiazide

Plythiazide

Indapamide

Metolazone

Metolazone

125-500

12,5-25

12,5-50

2-4

1,25-2,5

0,5-1

2,5-5

1-2

1

1

1

1

1

1

Loop diuretic Bumetanide

Furosemide

Torsemide

0,5-2

20-80

2,5-10

2

2

1

Diuretik hemat

kalium

Amiloride

Triamterene

5-10

50-100

1-2

1-2

Penghambat

reseptor

aldosterone

Eplerenone

Spironolaktone

50-100

25-50

1

1

Beta-bloker Atenolol

Butaxolol

Bisoprolol

Metoprolol

Metoprolol extended

release

Nadolol

Propanolol

Propanolol long-acting

Timolol

25-100

5-20

2,5-10

50-100

50-100

40-120

40-160

60-180

20-40

1

1

1

1-2

1

1

2

1

2

Beta-bloker

dengan aktivitas

simpatomimetik

Acebutolol

Penbutolol

Pindolol

200-800

10-40

10-40

2

1

2

Kombinasi alfa-

beta bloker

Carvedilol

Labetalol

12,5-50

200-800

2

2

Penghambat

ACE

Benazepril

Captopril

Enalapril

Fosinopril

Lisinopril

Moexipril

Perindopril

Quinapril

Ramupril

Trandolapril

10-40

25-100

5-40

10-40

10-40

7,5-30

4-8

10-80

2,5-20

1-4

1

2

1-2

1

1

1

1

1

1

1

Antagonis

angiotensin II

Candesartan

Eprosartan

Irbesartan

Losartan

Olmesartan

Telmisartan

Valsartan

8-32

400-800

150-300

25-100

20-40

20-80

80-320

1

1-2

1

1-2

1

1

1-2

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

15

Tabel 6. Obat antihipertensi (Lanjutan)

Calcium Channel

bloker

nondihidropiridin

Diltiazem extended

release (Cardezem CD,

Dilacor XR, Tiazact)

Diltiazem extended

release (Cardizem LA)

Verapamil immediate

release (Calan SR,

Isoptin SR)

Verapamil long acting

(Calan SR, Isoptin SR)

Verapamil (Coer,

Covera HS, Verelan

PM)

180-420

120-540

80-320

120-480

120-360

1

1

2

1-2

1

Calcium Channel

bloker

dihidropiridin

Amlodipine

Felodipine

Isradipine

Nicardipine sustained

release

Nifedipine long-acting

Nisoldipine

2,5-10

2,5-20

2,5-10

60-120

30-60

10-40

1

1

2

2

1

1

Alfa-1 bloker Doxazosin

Prazosin

Terazosin

1-16

2-20

1-20

1

2-3

1-2

Agonis alfa-2

sentral dan obat

lain yang bekerja

sentral

Clonidine

Slonidine patch

Methyldopa

Reserpine

Guanfacine

0,1-0,8

0,1-1,3/minggu

250-1000

0,1-0,25

0,5-2

2

2

1

1

Vasodilator

langsung

Hydralazine

Minoxidil

25-100 2

2,5-80 1-2

2

2

[Sumber: Gusmirah, 2010]

7. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi dengan Bahan Alam

Obat bahan alam dikelompokkan menjadi obat tradisional, obat

herbal terstandar dan fitofarmaka. Menurut keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor:

HK.00.05.4.2411 tentang ketentuan pokok pengelompokan dan

penandaan obat bahan alam Indonesia Obat dikatakan obat tradisioanal

bila memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,

klaim khasiat dibuktikan data empiris dan memenuhi persyaratan mutu

yang berlaku.

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

16

Bahan-bahan alam yang dapat menurunkan tekanan darah, antara

lain;

a. Alpukat (Persea gratissima)

Khasiat: Berkhasiat sebagai obat sariawan, sedangkan daunnya

berkhasiat sebagai diuretik.

Kandungan kimia: Buah dan daunnya mengandung alkaloida,

saponin, dan flavonoida, buahnya mengandung tanin dan daunnya

mengandung polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, 2001).

b. Bawang putih (Allium sativum L.)

Khasiat: Berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, obat pusing dan

antibiotika. Umbi ini berkhasiat sebagai ekspektoran dan sedatif,

profilaksis atrosklerosis dan mengobati infeksi saluran napas atas.

Kandungan kimia: Umbi yang segar mengandung aliin 0,2-1,0 %.

Aliin atau S-alil-l-sisteina adalah senyawa mudah larut dalam air, yang

dapat erhodrolisis melalui aktivitas enzim aliinliase membentuk alisin,

amoniak, dan asam ketoasetat.umbi lapis Allium sativum juga

mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri (Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000).

c. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.)

Khasiat: Berkhasiat sebagai obat batuk dan obat hipertensi. Bunganya

berkhasiat sebagai obat batuk, obat masuk angin dan obat sakit gigi.

Kandungan kimia: Daunnya mengandung alkaloida, saponin dan

flavonoid (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001).

d. Belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.)

Khasiat: Daunnya digunakan sebagai antibakteri, obat sariawan,

antipiretik, antidiabetes, obat gatal, obat batuk dan obat jerawat.

Buahnya dapat digunakan sebagai antihipertensi, obat kolik, dan obat

batuk.Bunganya dapat digunakan sebagai obat batuk dan obat sakit

perut.

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

17

Kandungan kimia: Daun, buah, batang mengandung saponin,

flavonoida. Daunnya juga mengandung tannin dan batangnya

mengandung alkaloida dan polifenol (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, 2001).

e. Ceplukan (Physalis angulata L.)

Khasiat: Berkhasiat sebagai antioksidan, antihipertensi, obat bisul,

kencing manis.

Kandungan kimia: Polifenol, asam sitrat, fisalin sterol/terpen, saponin,

flavonoid, alkaloid (Djubaedah, 1995).

f. Jati belanda (Guazuma ulmifolia lamk)

Khasiat: Berkhasiat sebagai antihipertensi dan obat ulkus peptik.

Kandungan kimia: Daunnya mengandung alkaloida dan flavonida,

saponin, tanin, triterpen, pilofenol, kardenolin dan bufadienol (Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000)

g. Kumis kucing (Orthosiphon spicatus B.B.S.)

Khasiat: Daunnya berkhasiat sebagai peluruh air seni, obat batu ginjal,

obat kencing manis, obat antihipertensi.

Kandungan kimia: Daunnya mengandung flavonoid dengan komponen

utama sinensetin < 1,1% eupatorin dan ortosifonin; asam fenolat;

saponin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001)

h. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Khasiat: Buah dan daunnya berkhasiat sebagai obat batuk dan obat

radang usus, daunnya berkasiat sebagai oabt kencing manis.

Kandungan kimia: Ekstrak kental buah mengkudu mengandung

minyak atsiri < 0,4 % dan skopolektin < 0,4 %. Kandungan kimia lain

adalah asam oktoanoat, kalium, vitamin C, iridoid, rubiadin (Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000).

i. Labu siem (Sechium edule Sw.)

Khasiat: Sebagai antihipertensi, antiinflamasi, antimikroba,

antioksidan, antitumor, obat batu ginjal dan arteriosklerosis.

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

18

Kandungan kimia: Alkaloida nonfenolik, saponin, sterol, triterpen,

flavonoid glikosida (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

2000)

j. Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)

Khasiat: Bijinya berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, obat

encok, obat eksim dan obat masuk angin.

Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, flavonoida dan

polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000)

k. Mentimun (Cucumis sativus L.)

Khasiat: Buahnya berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi,

penyegar badan dan bahan kosmetika. Bijinya sebagai obat cacing.

Kandungan kimia: Daun dan buah mengandung saponin, flavonoida

dan polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001)

l. Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)

Khasiat: Herba sambiloto berkhasiat sebagai obat demam, obat

penyakit kulit, obat kencing manis, obat masuk angin, obat rdang

telinga, penawar racun, diuretik dan obat tifoid.

Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, falvonoida dan

tannin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000)

m. Seledri (Apium graveolens L.)

Khasiat: Herba seledri berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi,

obat masuk angin, penghilang rasa mual, dan menurunkan kolesterol

darah.

Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, favonoida dan

polifenol. Buahnya mengandung 2-3% minyak atsiri yang mengandung

terpena, yang terdiri dari limonene 60% dan salinena 10% (komponen

utama), sedangkan yang lainnya adalah p-simena, β-terpinol, β-pinena,

β-kariofilena, α-santanol, dihidrokarvoa, dan butilftalida yang

menimbulkan bau dan memiliki daya kerja sedatif. Komponen yang

lain adalah anhidrida asam sedanonat, lakton asam sedanonat, dan

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

19

fenol. Buahnya mengandung furanokumarin dan glikosiada kumarin

(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001)

n. Daun tempuyung (Sonchus arvensis L.)

Khasiat: Rebusan daunnya digunakan sebagai diuretik dan peluruh batu

ginjal.

Kandungan kimia: Daunnya mengandung senyawa golongan

flavonoida, termasuk flavon apigenin-7-glikosida, luteolin-7-glikosida,

luteolin-7-glikuronida, dan luteolin-7-rutenosid, serta senyawa kumarin

aeskuletin. Ditemukan senyawa lipid diasilgalaktosilgliserol,

monogalaktosilgliserol, diasilgalaktosilgliserol. Senyawa lain adalah

lupeilasetat, b-amirin, lupeol, sitosterol dalam bentuk aglikon dan

pinoresinol (Wiryowidagdo, 2007)

o. Buah buni (Juniperus communis L.)

Khasiat: Simplisia ini digunakan sebagai diuretik, penambah nafsu

makan, dan menghilangkan dyspepsia, sedangakan obat luar untuk

mengobati neuralgia dan rematik.

Kandungan kimia: Simplisia mengandung minyak atsiri tidak kurang

dari 1,0%. Minyak atsiri mengandung 60 macam senyawa terpena

dengan kadar 40-70%, terutama campuran α-pinena dan β-pinena.

Komponen lain adalah kardinena, terpinena-4-ol, kariofilena,

epoksidihidrokariofilena, terpenil asetat dan kamfer. Buahnya juga

mengandung glikosida flavon, zat warna, gula dan resin

(Wiryowidagdo, 2007)

C. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai

kesatuan personal terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani

masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud

yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4861/3/BAB II_PUNAN DEWI MAHARDHIKA_FARMASI'16...b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal Kurang dari 10% penderita

20

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo berlokasi di Jl. Dr. Angka No.2

Purwokerto. Fungsionalisasi lokasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto diresmikan secara keseluruhan pada tanggal 12 November 1995.

Dalam Peraturan Daerah (perda) No. 8 tahun 2008 tersebut disebutkan bahwa

Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut RSUD adalah lembaga

teknis daerah yang merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah Daerah

dibidang pelayanan rumah sakit yang masing-masing dipimpin oleh seorang

direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah. Untuk menunjang pengelola RSUD dapat

dibentuk komite-komite, instalasi dan satuan pengawas intern yang

pengaturannya ditetapkan dengan keputusan Direktur. Berdasarkan survei

yang dilakukan peneliti, selama periode tahun ini, total pasien hipertensi yang

berada di Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo

sebanyak 4922 pasien, dengan jumlah pasien laki-laki sebanyak 2105 pasien,

dan jumlah pasien perempuan sebanyak 2817 pasien, di mana kebanyakan

pasien tersebut merupakan lansia atau di atas 60 tahun. Di rumah sakit

tersebut hipertensi berada di peringkat ke-4 dalam 5 besar penyakit prevalensi

tertinggi, setelah CHF, CA mamae, dan Hipertensi dengan komplikasi ginjal.

Profil Penggunaan Obat…, Punan Dewi Mahardhika, Fakultas Farmasi UMP, 2016