22
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara abnormal dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ-organ pada tubuh secara terus- menerus dalam waktu lebih dari satu periode (Irianto, 2014). Untuk menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi bisa dilakukan dengan mengukur tekanan darah setidaknya dua kali pada waktu yang berbeda. Jika dalam dua kali pengukuran tekanan darah tetap tinggi, maka patut dicurigai bahwa orang tersebut menderita hipertensi (Lingga, 2012). Tekanan darah pada hipertensi biasa dicatat sebagai tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik merupakan tekanan darah maksimun dalam pembuluh darah arteri yang disebabkan sistoleventricular. Sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan darah minimun dalam pembuluh darah arteri yang disebabkan oleh diastoleventricular (Widyanto, 2013). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri, dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg (WHO, 2013). Hipertensi merupakan penyakit yang akan menimbulkan kerusakan yang serius apabila tidak segera diatasi, misalnya akan menyebabkan stroke (terjadi pada otak dan akan menyebabkan kematian), menyebabkan penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pada pembuluh darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara abnormal dalam

pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan

memompa keseluruh jaringan dan organ-organ pada tubuh secara terus-

menerus dalam waktu lebih dari satu periode (Irianto, 2014).

Untuk menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi bisa dilakukan

dengan mengukur tekanan darah setidaknya dua kali pada waktu yang

berbeda. Jika dalam dua kali pengukuran tekanan darah tetap tinggi, maka

patut dicurigai bahwa orang tersebut menderita hipertensi (Lingga, 2012).

Tekanan darah pada hipertensi biasa dicatat sebagai tekanan sistolik

dan diastolik. Tekanan sistolik merupakan tekanan darah maksimun dalam

pembuluh darah arteri yang disebabkan sistoleventricular. Sedangkan

tekanan diastolik merupakan tekanan darah minimun dalam pembuluh

darah arteri yang disebabkan oleh diastoleventricular (Widyanto, 2013).

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah pada pembuluh

darah arteri, dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan

diastolik ≥90 mmHg (WHO, 2013).

Hipertensi merupakan penyakit yang akan menimbulkan kerusakan

yang serius apabila tidak segera diatasi, misalnya akan menyebabkan stroke

(terjadi pada otak dan akan menyebabkan kematian), menyebabkan

penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pada pembuluh darah

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

10

jantung), dan akan menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot

jantung). Hipertensi juga akan menyebabkan penyakit gagal ginjal,

penyakit pembuluh darah yang lain dan akan menyebabkan penyakit

lainnya (Ainun, Arsyad, dan Rismayanti, 2012).

2.1.2 Epidemiologi

Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang

mengganggu kesehatan. Umumnya penyakit hipertensi akan terjadi pada

orang yang memiliki usia di atas 40 tahun. Hipertensi biasanya tidak

menunjukan gejala yang serius pada stadium awal atau belum

menimbulkan gangguan yang serius pada penderitanya (Gunawan, 2010).

Hal ini serupa dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Yogiantoro

(2006), bahwa hipertensi tidak memiliki gejala yang khusus sehingga

penyakit ini tidak disadari oleh penderitanya.

Pravelensi hipertensi lebih banyak ditemukan pada pria usia setengah

baya, di daerah perkotaan, daerah pantai, dan pada orang dengan kelebihan

berat badan. Pada golongan usia 55-64 tahun, penderita hipertensi sama

banyak antara wanita dan pria. Kemudian pada usia 65 tahun ke atas,

penderita hipertensi wanita lebih banyak daripada penderita pria.

Pravelensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi, selain itu akibat yang akan

ditimbulkan apabila tidak segera diatasi akan menjadi masalah kesehatan

yang serius. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko yang paling

berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler dan pembuluh

darah (Kemenkes, 2012).

Penyakit ini menjadi masalah utama terhadap kesehatan masyarakat

yang ada di Indonesia maupun beberapa negara di dunia. Diperkirakan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

11

sekitar seperempat jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2014

berkisar 253,6 juta jiwa yang menderita hipertensi dengan kisaran 31,7%

lebih dari 80,3 juta penduduk Indonesia (BPJS Kesehatan, 2014).

2.1.3 Klasifikasi

Menurut World Heart Organization (WHO) pada tahun 2013, batas

normal dari tekanan darah sistolik yaitu <120 mmHg dan tekanan darah

diastolik <80 mmHg. Seseorang dikatakan hipertensi bila memiliki

tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90

mmHg. Berdasarkan The Joint National Commite VIII tahun 2014, tekanan

darah diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit. Diantaranya adalah

Tabel 2 1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan The Joint National Commite VIII Tahun 2014

Batasan tekanan darah (mmHg)

Kategori

≥150/90 mmHg Usia ≥60 tahun tidak mempunyai penyakit diabetes dan cronic kidney disease

≥140/90 mmHg Usia 19-59 tanpa penyakit penyerta

≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal

≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit diabetes

Sumber : The Joint National Commite VIII 2014

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi

primer merupakan peningkatan tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia

18 tahun ke atas dengan penyebab yang tidak diketahui. Beberapa faktor

yang diduga berkaitan dengan hipertensi primer adalah genetik, jenis

kelamin, usia, diet, berat badan, dan gaya hidup (Chandra, 2014).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

12

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh kondisi

lain pada satu organ atau sistem tubuh, misalnya penyakit ginjal

(Noviyanti, 2015).

2.1.4 Etiologi

Menurut Irianto (2014) dan Padila (2013), penyebab hipertensi dibagi

menjadi dua golongan yaitu :

a. Hipertensi esensial (primer)

Hipertensi esensial atau hipertensi primer merupakan peningkatan tekanan

darah yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik. Ada beberapa

faktor resiko yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi

esensial atau primer seperti berikut:

1) Genetik

Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi juga dapat

beresiko tinggi untuk mempunyai hipertensi, terutama pada hipertensi

primer. Faktor genetik ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan, yang akan menyebabkan individu menderita hipertensi.

Menurut Davidson bila kedua orang tuanya memiliki hipertensi, maka

sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bilah salah satu orang tua

memiliki hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya. Faktor

genetik tidak dapat dikendalikan, jika ada keluarga yang memiliki riwayat

tekanan darah tinggi atau hipertensi (Irianto, 2014 ; Padila, 2013).

2) Usia

Tekanan darah normal bervariasi sepanjang hidup. Usia

mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan bertambahnya usia, maka

resiko terkena hipertensi akan menjadi lebih besar. Sehingga pravelensi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

13

hipertensi di pada lansia cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian

di atas usia 65 tahun (Depkes, 2006).

Tekanan darah pada orang dewasa cenderung meningkat seiring

dengan pertambahan usia. Standar normal tekanan darah untuk remaja dan

usia baya adalah 120/80 mmHg. Tekanan sistolik lansia akan meningkat

sehubungan dengan penurunan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah

normalnya 140/90 mmHg (Irianto, 2014 ; Padila, 2013).

3) Jenis kelamin

Faktor gender sangat berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana

laki-laki lebih banyak yang terkena hipertensi dibandingkan perempuan.

Laki-laki berusia sekitar 35-50 tahun beresiko tinggi megalami hipertensi,

hal tersebut di karenakan laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung

tidak sehat. Kemudian, ketika wanita sudah mengalami menopause

pravealensi hipertensi pada wanita akan meningkat. Wanitas di atas usia 65

tahun, hipertensi pada wanita akan mengalami peningkatan dibandingkan

pria, hal itu tersebut diakibatkan faktor hormonal (Irianto, 2014 ; Padila,

2013).

4) Konsumsi garam dan natrium berlebihan

Mengkonsumsi garam atau natrium berlebihan berhubungan dengan

hipertensi, karena kelebihan natrium atau garam dapat menyebabkan

jumblah natrium dalam sel meningkat sehingga dapat mengganggu

keseimbangan cairan di dalam tubuh.

Natrium memiliki sifat menahan air atau cairan didalam tubuh

sebelum dikeluarkan menjadi air seni. Saat konsumsi kadar garam

berlebihan, maka tubuh akan berusaha untuk menetralkan dengan cara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

14

menstimulus otak untuk merasakan haus dan akan mendorong manusia

untuk banyak minum, dengan demikian volume darah akan meningkat

karena sifat garam yaitu mengikat air. Peningkatan volume darah

disebabkan oleh banyaknya kandungan cairan di dalam darah yang

seharusnya dibuang oleh ginjal melalui air seni, namun karena kadar garam

meningkat dalam tubuh, air tersebut akan dipertahankan oleh tubuh

karena sifat lain dari garam adalah antidiuretik yang menyebabkan ginjal

menyerap kembali sebagian air yang sudah disaring sebelum dikeluarkan

menjadi air seni. Masuknya jumblah air yang sangat besar ke dalam

pembuluh darah akan menyebabkan volume darah yang terdapat pada

sistem peredaran darah meningkat. Apabila volume darah terjadi

peningkatan secara otomatis aliran darah juga akan meningkat, sedangkan

ukuran pembuluh darah akan tetap dan akibatnya akan terjadi peningkatan

tekanan darah di dinding pembuluh darah yang akan menyebabkan

hipertensi (Sari, 2017).

Mengkonsumsi garam berlebihan juga dapat menyebabkan keracunan

dan edema. Faktor ini dapat dikendalikan oleh penderita dengan cara

mengurangi konsumsi garam dan lemak (Irianto, 2014 ; Padila, 2013).

5) Hiperlipidemia/hiperkoletrolemia

Mengkonsumsi lemak secara berlebihan dapat menyebabkan kadar

kolesterol dalam darah akan meningkat. Kolestrol adalah faktor penting

yang dapat mengakibatkan arteroklerosis atau penebalan dinding pada

pembuluh arteri, arteroklerosis dan akan menyebabkan hipertrofi.

Hipertrofi merupakan peningkatan massa otot atau kekakuan pada

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

15

pembuluh darah arteri. Hipertrofi yang disebabkan oleh hipertensi

merupakan hipertrofi adaptip (Port, 2010).

Jika kolesterol mengalami penumpukan maka akan menyebabkan

pembentukan plak pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah akan

menyempit, karena itu pasokan darah ke jaringan-jaringan tubuh akan

berkurang dan mengalami penyumbatan. Untuk mengatasi hal tersebut,

jantung haru bekerja atau memompa lebih keras dan meningkatkan

tekanan pembuluh darah agar aliran darah dapat memasok keseluruh

jaringan tubuh. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya hipertensi

(Irianto, 2014 ; Padila, 2013).

6) Obesitas

Obesitas adalah presentase abnormalitas lemak yang berlebihan dalam

tubuh yang dapat dihitung berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu

dengan cara membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan.

Obesitas dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah atau hipertensi,

karena pada orang yang memiliki kelebihan berat badan terdapat

penumpukan lemak didalam darahnya sehingga tidak dapat memperlancar

aliran darah dan membuat aktivitas fisik berkurang, akibatnya jantung akan

bekerja lebih keras dalam memompa darah.

Kemudian pada orang yang mengalami obesitas mengalami massa

tubuh yang berlebih maka semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk

memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh, sehingga volume darah

yang beredar ke pembuluh darah akan meningkat sehingga akan

menyebabkan tekanan lebih besar ke dinding arteri. Selain itu, obesitas

juga dapat menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung dan kadar

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

16

insulin dalam darah. Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah. Faktor ini dapat dikendalikan, dimana orang tersebut bisa

menjaga dan mengurangi berat badan agar tetap dalam keadaan normal

atau ideal (Irianto, 2014 ; Padila, 2013).

7) Pola hidup

Faktor penyebab hipertensi yang sangat berpengaruh dalam pola

hidup seseorang yaitu, merokok, dan konsumsi alkohol. Merokok

sangatlah berkaitan erat dengan terjadinya hipertensi, dimana didalam

rokok tersebut terdapat zat-zat beracun seperti nikotin dan karbon

monoksida yang dihisap. Ketika zat beracun tersebut masuk ke dalam

aliran darah arteri akan menyebabkan proses arteroklerosis dan tekanan

darah tinggi. Merokok juga dapat meningkatkan denyut jantung dan

kebutuhan oksigen berkurang untuk disuplai ke otot-otot jantung.

Merokok pada penderita hipertensi akan semakin meningkatkan

kerusakan pada pembuluh darah arteri.

Kemudian konsumsi alkohol, pengaruh konsumsi alkohol dibuktikan

dapat meningkatkan tekanan darah, mekanisme peningkatan tekanan

darah akibat alkohol masih belum diketahui. Namun, diduga konsumsi

alkohol dapat meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan volume sel

darah merah serta terjadinya kekentalan darah yang akan menyebabkan

peningkatan tekanan darah. Kedua faktor ini dapat dikendalikan dengan

cara menerapkan pola hidup yang sehat yaitu dengan cara menghindari

dan tidak mengkonsumsinya (Irianto, 2014 ; Padila, 2013).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

17

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah yang

disebabkan oleh suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit

ginjal atau gangguan tiroid. Gangguan pada ginjal yang lebih sering dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah adalah penyempitan pada

pembuluh darah arteri pada ginjal, yang merupakan pembuluh darah

utama yang berfungsi untuk menyuplai darah ke kedua organ ginjal. Bila

pasokan darah ke ginjal menurun maka ginjal akan memproduksi zat-zat

yang dapat meningkatkan tekanan darah, serta gangguan yang terjadi pada

tiroid juga dapat merangsang aktivitas jantung untuk meningkatkan

produksi darah yang mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh

darah sehingga akan menyebabkan hipertensi (Noviyanti, 2015).

2.1.5 Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik merupakan hasil dari perkalian cardac output

atau curah jantung dengan total tahapan perifer. Curah jantung diperoleh

dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate atau denyut jantung.

Pengaturan tahap perifer yaitu dipertahankan oleh sistem saraf otonom

dan sisrkulasi hormon. Terdapat empat sistem kontrol yang berperan

dalam mempertahankan tekanan darah antara lain, sistem baroreseptor

arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan

autoregulasi (Udjianti, 2010).

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi respon pembuluh

darah terhadap rangsangan vasokontriksi seperti kecemasan dan

ketakutan. Penderita hipertensi sangat sensitif terhadap nonepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal itu bisa terjadi (Padila,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

18

2013). Meskipun penyebab dari hipertensi belum diketahui, banyak fakto-

faktor yang diduga berperan dalam genesis hipertensi, seperti faktor psikis,

sistem saraf, pembuluh darah jantung, kortikosteroid, katekolamin,

angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2011).

Hipertensi yang sudah terjadi lama akan meningkatkan beban kerja

jantung yang disebabkan peningkatan resisten terhadap ventrikel kiri.

Untuk meningkatkan kekuatan kontrkasi, ventrikel kiri mengalami

hipertropi sehingga oksigen pada jantung, dan cairan pada jantung

meningkat dan menyebabkan beban jentung akan meningkat. Dilatasi dan

kegagalan jantung dapat terjadi dikarenakan keadaan hipertrofi tidak lagi

mampu mempertahankan curah jantung yang memadai. Hipertensi

memicu adanya aterosklerosis arteri koronaria, sehingga jantung akan

mengalami gangguan lebih lanjut yang disebabkan oleh penurunan aliran

darah ke dalam miokardium dan terjadi angina pectoris atau infark

miokard. Hipertensi juga dapat menyebabkan kerusakapan pada

pembuluh darah yang semakin mempercepat proses arterosklerosis serta

kerusakan organ, seperti cidera pada retina, gagal ginjal, stroke, dan

aneurisma serta diseksi pada aorta (Kowalak, 2011).

2.1.6 Manifestasi klinis

Menurut Pudjiastuti (2013) tanda dan gejala hipertensi adalah sebagai

berikut :

a. Penglihatan kabur dikarenakan kerusakan pada retina

b. Sakit kepala

c. Mual dan muntah diakibatkan peningkatan tekanan kranial

d. Edema dependent

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

19

e. Adanya pembengkakan diakibatkan peningkatan tekanan kapiler

Menurut penjelasan dari Nurarif dan Kusuma (2013), tanda dan gejala

hipertensi dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Tidak ada gejala

Tidak terdapat tanda dan gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan

dengan peningkatan tekanan darah atau hipertensi.

b. Gejala yang sering muncul

Gejala terlazim atau sering muncul terhadap hipertensi yaitu adanya nyeri

kepala dan merasa kelelahan.

2.1.7 Komplikasi dan penyakit penyerta

Seperti penyakit kronis lainnya, pada hipertensi pun terdapat beberapa

penyakit yang menyertai (penyakit penyerta) dan timbul secara bersamaan

sehingga berpotensi dapat memperburuk kerusakan organ, berikut adalah

komplikasi dan penyakit penyerta dari hipertensi.

a. Komplikasi

Penderita hipertensi beresiko tinggi terserang penyakit lain atau yang

disebut dengan komplikasi. Beberapa komplikasi penyakit lain yang akan

muncul akibat hipertensi anatara lain sebagai berikut :

1) Penyakit jantung koroner

Hipertensi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit

jantung, dan menyebabkan 9,4 juta orang di seluruh dunia meninggal

setiap tahun (Hien, Tam, Derese, & Devroey, 2018). Penyakit jantung

koroner merupakan suatu keadaan dimana berkurangnya suplai darah ke

jantung dikarenakan tersumbatnya pembuluh darah arteri oleh

atherosklerosis yang dapat menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

20

perifer sehingga dapat meningkatkan afterload. Pada penderita hipertensi,

beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan

berkurang elastisitasnya (Wijaya & Putri, 2013)

2) Gagal jantung

Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana jantung tidak mampu untuk

mempertahankan peredaran darah dan memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan jaringan oksigen dan nutrisi. Tanda-tanda adanya komplikasi

yaitu sesak napas, napas pendek atau terputus-putus, dan terjadi

pembengkakan pada tungkai bawah dan kaki (Wijaya & Putri, 2013)

3) Kerusakan pembuluh darah otak

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa hipertensi merupakan

penyebab utama terjadinya kerusakan pada pembuluh darah otak. Ada dua

jenis kerusakan yang ditimbulkan, yaitu pecahnya pembuluh darah dan

rusaknya pembuluh darah. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis

apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

menebal, sehingga aliran darah ke suluruh tuubuh menjadi berkurang

(Ardiansyah, 2012).

4) Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan peristiwa dimana fungsi ginjal gagal untuk

mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang

berlangsung secara perlahan dan penyebabnya berlangsung lama sehingga

tidak mampu memenuhi kebutuhan dan dapat menyebabkan gejala sakit

(Wijaya & Putri, 2013). Gagal ginjal dapat terjadi pada pasien hipertensi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

21

dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler

glomerulus (Ardiansyah, 2012).

b. Penyakit penyerta

Hipertensi adalah penyakit kronis yang juga sering diikuti oleh penyakit

lain yang menyertai dan akan memperburuk kondisi organ tubuh. Penyakit

yang seringkali menjadi penyerta dari penyakit hipertensi adalah sebagi

berikut :

1) Diabetes melitus

Penyakit ini harus segera ditangani agar kadar gula penderita terkontrol.

Hal ini dapat menjauhkan penderita dari komplikasi penyakit sehingga

tidak memperberat kerusakan organ yang ditimbulkan oleh hipertensi

selain kerusakan yang diakibatkan diabetes itu sendiri (Wijaya & Putri,

2013)

2) Resisten insulin

Resisten insulin merupakan penyakit yang timbuk karena sel pada tubuh

tidak mampu memanfaatkan insulin secara maksimal yang terdapat pada

darah, sehingga glukosa pada darah tidak dapat masuk ke jaringan tubuh

seluruhnya. Hal ini banyak terjadi pada penderita yang memiliki kelebihan

berat badan atau obesitas. Jika resistensi insulin tidak segera diatasi dapat

menyebabkan timbulnya penyakit diabetes, gangguan kadar lemak dalam

darah (dislipdemia), ataupun hipertensi yang dapat merusak lapisan

pembuluh darah (Wijaya & Putri, 2013)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

22

3) Hiperfungsi kelenjar tiroid atau hiperteroid

Hiperteroid merupakan penyakit endokrin yang meningkatkan

metabolisme normal di dalam tubuh dan akan menyebabkan naiknya

tekanan darah. Oleh karena itu, metabolisme dalam tubuh akan terganggu

dan meningkatnya tekanan darah perlu segera ditangani (Wijaya & Putri,

2013)

4) Rematik

Penyakit rematik jenisnya sangat beragam, bahkan lebih dari 100 jenis, dari

yang ringan sampai yang berat. Ada jenis penyakit rematik yang merusak

berbagai macam organ tubuh sehingga akibat yang ditimbulkan adalah

dapat memperparah kondisi penderita hipertensi (Wijaya & Putri, 2013)

5) Asam urat/gout/hiperuricemid

Asam urat dapat menyebabkan penyakit rematik, asam urat dapat

disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung purin seperti hati,

jeroan, otak, kerang, kacang-kacangan, bayam, buncis, dan kembang kol.

Asam urat dapat merusak organ tubuh, misalmya merusak fungsi ginjal,

memicu pelekatan trombosist pada pembuluh darah, dan dapat

mengendap pada klep jantung (Wijaya & Putri, 2013).

6) Kadar lemak darah tinggi atau hyperlipidemia

Hiperlipidemia akan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada

dinding pembuluh darah, termasuk pembuluh darah pada jantung.

Komplikasi hipertensi akan semakin parah dengan tingginya kadar lemak

dalam darah (Wijaya & Putri, 2013).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

23

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu

secara nonfarmakologi dan farmakologi. Penatalaksanaan hipertensi

secara nonfarmakologi terdiri dari berbagai macam cara memodifikasi gaya

hidup yaitu sebagai berikut:

a. Mengurangi konsumsi garam

Mengurangi asupan garam dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam

yaitu dengan mengkonsumsi tidak lebih dari 100 mmol/hari (sekitar 6 gr

NaCL atau 2,4 gr garam/hari). Mengurangi konsumsi garam menjadi ½

sendok teh/hari, dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5

mmHg dan tekanan darah diastolik sebanyak 2,5 mmHg (Widjaya dan

Putri, 2013).

b. Mengurangi konsumsi alkohol

Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan

darah, oleh karena itu konsumsi alkohol harus dibatasi atau dikurangi. Para

peminum berat mempunyai resiko menderita hipertensi empat kali lebih

besar dari pada mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol (Wijaya dan

Putri, 2013).

c. Menghindari rokok

Merokok tidak berhubungan secara langsung dengan hipertensi, tetapi

dengan merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada

pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka dari itu perlu

menghindari rokok agar tidak memperparah penderita hipertensi (Wijaya

dan Putri, 2013).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

24

d. Tidak stres

Stres memang tidak menyebabkan secara langsung menderita hipertensi,

tetapi jika stres terjadi secara berkepanjangan atau sering terjadi dapat

menyebabkan peningkatan hipertensi (Wijaya dan Putri, 2013).

Adapula terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan sebagai terapi

pendukung, misalnya terapi relaksasi, terapi aktivitas fisik, terapi dengan

aromaterapi, dan lain sebagainya. Setelah melakukan terapi

nonfarmakologi selanjutnya akan didampingi dengan terapi farmakologi,

hal ini tergantung dengan tingkat keparahan dan kondisi pasien yang

mengalami hipertensi (seperti adanya penyakit lain). Terapi farmakologi

yaitu dengan mengkonsumsi obat-obatan, salah satunya ialah obat

antihipertensi (Sunaryo, 2015).

Obat antihipertensi dapat diberikan kepada penderita berdasarkan

2 kriteria, yaitu tingkat tekanan darah sistolik dan diastolik, serta

berdasarkan tingkat resiko pada kardiovaskular. Tujuan dari penggunaan

obat antihipertensi adalah untuk menurunkan tekanan darah dan

mencegah terjadinya gangguan pada kardiovaskular dan renal (Sunaryo,

2015). Berikut adalah macam-macam obat antihipertensi yang sering

digunakan oleh penderita hipertensi :

a. Diuretik

Diuretik mengobati hipertensi dengan cara meningkatkan ekskresi natrium

dan ari melalui ginjal. Hal ini dapat mengurangi volume dan aliran balik

vena, sehingga mengurangi curah jantung. Diuretik efektif untuk

menurunkan tekanan darah sebesar 10-15 mmHg dan diuretik juga dapat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

25

memberikan hasil pengobatan yang signifikan bagi penderita hipertensi

primer ringan dan sedang (Katzung, 2011).

b. Angiostensin Converting Enzim (ACE inhibitor)

ACE dapat menurunkan atau menghambat pembentukan angiotensi II

(vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan pelepasan aldosteron.

Aldosteron dapat menyebabkan peningkatan retensi natrium dan ekskresi

kalium. Contoh obat dari golongan ini adalah enapril, captopril, lisinopril,

dan lain-lain. Ekskresi dari ACE inhibitor ini dapat mengurangi retensi

natrium dan air, dapat mengurangi volume darah, dapat terjadi vasodilatasi

terutama pada otak, jantung dan ginjal (Muttaqin, 2014).

c. Calcium channel bloker

Efek darri golongan obat ini adalah pada kontraksi otot polos jantung dan

pembuluh darah. Obat ini menghalangi masuknya kalsium ke dalam otot-

otot polos dan akan mengurangi kontraksi pada otot serta juga sistem

konsuksi pada jantung. Obat calcium channel bloker adalah obat paling efektif

dalam mengurangi variabilitas pada tekanan darah. Calcium channel bloker

dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : bekerja pada miokardium yaitu

verapamil, bekerja pada otot polos pembuluh darah yaitu nifedipine,

felodipine, dan amlodipine, serta yang bekerja pada miokardium dan otot

polos sekaligus yaitu ditializem (Muttaqin, 2014).

d. Beta bloker

Beta bloker berfungsi dengan cara menghalangi ikatan noradrenalis

dengan reseptor sel, miokardium, saluran pernapasan, dan pembuluh

darah perifer. Beta bloker digunakan untuk untuk mengurangi denyut

jantung dan kekuatan kontraksi pada saat saraf simpatik terstimulasi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

26

seperti pada saat olahraga dan stres, selain itu beta bloker berperan dalam

dalam menurunkan pelepasan renin pada plasma, mengurangi efek dari

noradrenalin, dan dapat menyebabkan vasodilatasi dari arteriol yang

mengurangi TPR (Sari, 2017).

2.2 Aromaterapi Bunga Mawar

2.2.1 Definisi aromaterapi

Aromaterapi merupakan gabungan kata dari aroma yang berarti harum,

bau wangi, sesuatu yang lembut, dan terapi yang berarti pengobatan atau

penanganan dari dokter dan orang-orang yang mempelajari ilmu kesehatan

(Muchtaridi, 2015). Jadi secara ilmiah dapat diartikan bahwa aromaterapi

merupakan salah satu cara pengobatan dan penyembuhan dengan

menggunakan wangi-wangian yang memiliki dampak fisiologis bagi tubuh

(Jaelani, 2009).

Aromaterapi adalah salah satu cara untuk menyembuhkan dengan

menggunakan minyak atau wangi-wangian dari suatu tumbuhan-

tumbuhan, pohon, bunga yang berbau harum dan enak. Aromaterapi

sering digunakan untuk metode pengobatan yang memiliki efek

menenangkan yang memiliki sentuhan penyembuhan dengan sifat

terapeutik (Muchtaridi, 2015).

Aromaterapi juga bisa didefinisikan sebagai penggunaan terkendali dari

esensial tanaman untuk tujuan terapeutik. Ada beberapa jenis tanaman

yang sering digunakan untuk aromaterapi yaitu, eukaliptus, bunga mawar,

lavender, geranium, pepermint, jeruk lemon, chamomile, clary sage, dan

pohon teh (Posadzki et al., 2012).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

27

Terdapat beberapa cara penggunaan aromaterapi yang dapat

memberikan manfaat. Pertama yaitu aromaterapi secara inhalasi,

merupakan aromaterapi dengan cara menghirup minyak esensial sampai

pada paru-paru yang dapat memberikan manfaat secara psikologis dan

fisik. Kemdudian dengan cara dioleskan pada kulit dan dipijatkan, minyak

esensial yang diaplikasikan pada kulit dapat terabsorbsi sampai ke aliran

darah. Salah satu manfaat dari aromaterapi dengan cara dioles yaitu dapat

bekerja langsung pada bagian tubuh yang diinginkan.

2.2.2 Definisi bunga mawar

Bunga mawar yang memiliki nama latin (Rosa Hybrida L) merupakan

tanaman yang masuk ke dalam suku Rosaceae dengan kandungan minyak

atsiri terkenal harum dan aromanya. Menurut buku Pedoman Bertanam

Bunga Mawar (2010), mawar berasal dari dataran Timur Tengah, Cina, dan

Eropa bagian timur. Mawar berkembang di daerah beriklim subtropis dan

tropis (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Mawar dijuluki sebagai ratu bunga karena keindahan, keanggunan dan

keharumannya serta memiliki banyak manfaat seperti dijadikan parfum,

bunga hias, dan aromaterapi. Aroma wangi pada bunga mawar disebabkan

karena kandungan minyak atsiri, minyak atsiri dibunga mawar

mengandung senyawa phenyl ethyl, alcohol, geraniol, nerol, dan citronello (Windi,

2014).

Aroma dari bunga mawar terbukti sangat berpengaruh dalam

penurunan tekanan darah, karena dapat memberikan rasa tenang dan rileks

sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

28

2.2.3 Mekanisme aromaterapi bunga mawar dalam perubahan tekanan

darah

Salah satu tumbuhan yang bisa dijadikan aromaterapi adalah bunga

mawar. Bunga mawar dijuluki sebagai ratu bunga dikarenakan memiliki

minyak atsiri yang melimpah sehingga aroma dari bunga mawar tersebut

sangat menyengat. Minyak atsiri dari bunga mawar mengandung senyawa

phenyl ethyl, alcohol, geraniol, nerol, dan citronello (Windi, 2014).

Aromaterapi bunga mawar memiliki kandungan utama garaniol dan

linalool yang ketika dihirup akan diintrepretasikan oleh sel neuron dan

dihantarkan ke sistem limbik dan hipotalamus untuk diolah menjadi

impuls listrik. Pesan yang telah dihantarkan ke selurun tubuh dapat

memicu pelepasan substansi neurokimia pada otak. Aroma atau bau yang

wangi dan menyenangkan akan menstimulasi thalamus untuk

mengeluarkan enkefalin yang merupakan hormon yang dapat

menghilangkan rasa sakit alami dan memberikan efek relaksasi atau

perasaan tenang. Bahan-bahan dari aromatik seperti aromaterapi bunga

mawar akan merangsang sistem saraf otonom, sistem ini akan mengontrol

gerakan involunter pada sistem pernafasan dan tekanan darah. Sirkulasi

sistem saraf otonom dapat menyebabkan dilatasi arteriol sehingga dapat

melancarkan sirkulasi peredaran darah. Sistem saraf otonom berperan

penting dalam mempertahankan tekanan darah agar tetap normal, dimana

sistem ini berinteraksi dengan sistem renin dan angiotensin yang

menyebabkan terjadinya hipertensi. Aromaterapi juga dapat memberikan

perasaan tenang dan rileks pada jasmani, rohani, dan pikiran. Manfaat lain

dari aromaterapi bunga mawar adalah anti radang, menghilangkan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

29

bengkak, dan dapat menetralisirkan racun (Ridho, 2015). Manfaat lain dari

aromaterapi bunga mawar yaitu, minyak astiri dari bunga mawar memiliki

anti inflamasi, anti infeksi dan aktivasi dalam penyembuhan luka. Minyak

dari bunga mawar juga dapat digunakan untuk menghilangkan sakit kepala

dan nyeri otot (Mohebitabar et al., 2017).

Prinsip kerja dari terapi ini adalah responden diminta dalam posisi

tenang, teteskan essensial bunga mawar pada kapas atau sapu tangan

sebanyak 5 tetes, dan responden diminta untuk menghirup 2-3 kali tarikan

nafas dalam secara teratur selama 10 menit. Terapi ini dilakukan selama 3

hari berturut-turut dengan waktu yang sama, bisa di lakukan pada pukul

10.00-17.00. Sebelum dan setelah melakukan intervensi, responden

dilakukan pemeriksaan tekanan darah post-test dan pre-test.

Gambar 2.1 Pathway Aromaterai Bunga Mawar

Aromaterapi Bunga Mawar Ketika dihirup terdapat senyawa molekul yang

menguap (garaniol&linalool)

Dihantarkan ke sistem limbik dan hipotalamus yang, menjadi

impuls listrik

Menstimulus thalamus untuk mengeluarkan hormon

enkefalin dan merangsang saraf otonom

Menyebabkan vasodilatasi, serta memberikan efek relaksasi

dan perasaan tenang Menstabilkan kerja jantung

Sirkulasi peredaran darah Tekanan darah ↓

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/48228/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

30

2.2.4 SOP Aromaterapi Bunga Mawar

1. Alat dan bahan

a. Sphigmomanometer

b. Stetoskop

c. Stopwatch

d. Pipet

e. Minyak esensial bunga mawar

f. Kapas

2. Prosedur pelaksanaan

a. Atur posisi responden senyaman mungkin

b. Sebelum melakukan tindakan, ukur tekanan darah responden menggunakan alat tensi

darah (sphigmomanometer).

c. Siapkan alat dan bahan.

d. Teteskan minyak esensial bunga mawar pada kapas sebanyak 5 tetes dengan

menggunakan pipet.

e. Minta responden untuk menghirup 2-3 kali tarikan nafas dalam secara teratur dalam

waktu 10 menit.

f. Setelah melakukan tindakan, responden di istirahatkan terlebih dahulu selama 5 menit

lalu ukur kembali tekanan darah menggunakan sphigmomanometer.

g. Hasil dari pengukuran dicatat pada lembar observasi.

Sumber : (Mariza, 2016; Nidahyah, Rahmalia, Elita, 2015)