33
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik ≥ 140 mm Hg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90mmHg. (WHO, 2015). Hipertensi arterial di sederhanakan dengan sebutan tekanan darah tinggi yang didefinisikan sebagai elevasi persistem dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) pada level 90 mmHg atau lebih. (Black & Hawks, 2014). Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskuler Indonesia (PERKI) juga menyatakan hipertensi memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90mmHg. 2. Etiologi Menurut Corwin (2009) hipertensi terjadi karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TFR, peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan a. Hipertensi Sekunder Penyebabnya diketahui yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. b. Hipertensi Primer (esensial) di sebut juga sebagai hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Adapun faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik ≥ 140 mm Hg dan atau

tekanan darah diastolik ≥ 90mmHg. (WHO, 2015). Hipertensi arterial di

sederhanakan dengan sebutan tekanan darah tinggi yang didefinisikan sebagai

elevasi persistem dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140 mmHg atau

lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) pada level 90 mmHg atau lebih.

(Black & Hawks, 2014). Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskuler

Indonesia (PERKI) juga menyatakan hipertensi memiliki tekanan darah sistolik

≥ 140mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90mmHg.

2. Etiologi

Menurut Corwin (2009) hipertensi terjadi karena tekanan darah bergantung

pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TFR, peningkatan salah

satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan

hipertensi. Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan

a. Hipertensi Sekunder

Penyebabnya diketahui yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, dan

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

b. Hipertensi Primer (esensial) di sebut juga sebagai hipertensi idiopatik

karena tidak diketahui penyebabnya. Adapun faktor yang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

11

mempengaruhinya adalah yang dapat meningkatkan resiko: diet dan

asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok dan genetik

3. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Statement by the American Society of Hypertension and the

International Society of Hypertension 2013 Berikut klasifikasi tekanan darah

adalah:

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia

Klasifikasi

Tekanan Darah

TDS (mmHg TDD (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal 120 – 129 80 – 84

Normal tinggi 130 – 139 84 – 89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109

Hipertensi derajat 3 ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistolik

terisolasi

≥ 140 < 90

Sumber :Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia 2013

4. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah menurut (Black & Hawks, 2014)

1). Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga dekat dianggap sebagai multifaktor yaitu seseorang

yang mempunyai riwayat hipertensi dari keluarga, gen bisa

berinteraksi dengan yang lainnya dan lingkungan yang dapat

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

12

menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Biasanya gen

yang membuat keluarga lebih rentan terhadap hipertensi karena

berhubungan dengan peningkatan kadar natrium dan penurunan

kalsium natrium.

2). Usia

Hipertensi primer muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa

hipertensi meningkat dengan usia 50-60% klien yang berumur lebih

dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90mmHg.

Penelitian epidemiologi menunjukkan prognosis yang lebih buruk

pada klien yang mengalami hipertensi mulai usia muda. Diantara

orang dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih baik dari pada

tekanan darah diastolik karena merupakan prediktor yang lebih baik

untuk kemungkinan kejadian dimasa yang akan datang. Birren &

Jenner (1977) dalam Nugroho (2000) membedakan antara usia

biologis, usia psikologis, dan usia sosial.

(a) Usia biologis: menunjukkan kepada jangka waktu seseorang sejak

lahirnya berada dalam keadaan hidup dan mati.

(b) Usia Psikologis: menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk

mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang

dihadapinya.

(c) Usia Sosial: menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau

diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan

usianya.

Sedangkan Nugroho (2000) membagi usia periode biologis

perkembangan manusia sebagai berikut:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

13

(1). < 40 tahun

(2). 40 – 65 tahun

(3). > 65 tahun

(3). Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak

menular. Pada keseluruhan angka kejadian hipertensi, lebih banyak

terjadi pada pria dibandingkan wanita. Pria dan wanita memeiliki

resiko yang hampir sama di usia 55 sampai 74 tahun, tetapi setelah

usia 74 tahun wanita mempunyai resiko lebih besar.

(4). Etnis, dari statistik mortalitas mengindikasikan bahwa kematian pada

kulit putih dewasa dengan hipertensi pada tingkat terendah dan

angka kematian tertinggi pada kulit hitam. Alasan peningkatan

prevalensi hipertensi di antara yang berkulit hitam tidak jelas, tetapi

peningkatannya di kaitkan dengan kadar renin yang lebih rendah

sehingga sensitivitas lebih besar terhadap vasopresin dan tinggi

asupan garam.

b. Faktor-faktor resiko yang dapat di ubah yaitu:

Menurut Lemone, Burke, & Buldoff (2015), menyatakan adapun faktor

resiko yang dapat diubah pada penderita hipertensi

1) Asupan natrium tinggi sering dikaitkan dengan resistensi tinggi,

hipertensi kaitannya dengan asupan natrium melibatkan berbagai

mekanisme fisiologi yang berbeda termasuk sistem renin angiotensin

aldosteron, nitrit oksida, katekolamin, endotelin, dan peptida natriuretrik

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

14

atrium. Asupan kalium, kalsium dan magnesium rendah juga berperan

pada hipertensi.

2) Stres, stres dapat meningkatkan resistensi vaskular perifer dan curah

jantung serta dapat mengakibatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Stres

fisik dan emosional menyebabkan kenaikan sementara tekanan darah.

Tekanan darah yang normal berfluktuasi pada siang hari, dan naik ketika

saat aktivitas, ketidaknyamanan atau saat respon emosional seperti marah

yang ahirnya menyebabkan hipertrofi otot polos vaskuler.

3) Kegemukan, kegemukan yang ditentukan oleh peningkatan perbandingan

pinggang ke panggul, kegemukan mempunyai hubungan yang kuat

dengan hipertensi.

4) Resistensi Insulin, kaitannya dengan hipertensi efeknya pada sistem saraf

simpatis, otot polos, vaskuler, pengaturan natium dan air ginjal dan

perubahan transport ion melewati membran sel. Klien yang sudah terkena

hipertensi akan mengalami sensitif terhadap garam dan kelebihan garam

dapat menjadi pencetus hipertensi bagi individu. Diet yang tinggi garam

akan menyebabkan pelepasan hormon natriuretik yang berlebihan, yang

secara langsung dapat meningkatkan tekanan darah.

5) Konsumsi alkohol berlebihan, jika mengkonsumsi alkohol secara teratur

tiga kali atau lebih dalam sehari dapat meningkatkan resiko hipertensi.

5. Tanda dan Gejala

Menurut Lemone, Burke & Bauldoff. (2015). Hipertensi pada tahap awal

biasanya asimtomatik, biasanya ditandai dengan kenaikan tekanan darah. Pada

awalnya terjadi kenaikan tekanan darah sementara, tetapi lama kelamaan akan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

15

menjadi permanen. Gejala yang biasanya muncul, pusing, berat ditengkuk,

cepat merasa lelah, tekanan darah meningkat dan muncul saat bangun tidur.

Gejala lain yang biasanya muncul akibat kerusakan organ seperti bingung,

mual, muntah, telinga berdengung dan gangguan penglihatan.

6. Patofisiologi

Hipertensi terjadi karena adanya gangguan dalam sistem peredaran darah.

Pengaturan tekanan darah arteri meliputi kontrol sistem persarafan yang

komplek dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam

mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Sistem

kardiovaskuler banyak dipersyarafi oleh serabut-serabut sistem saraf otonom.

Sistem saraf otonom menimbulkan sistem saraf simpatis dan saraf

parasimpatis, efek yang saling berlawanan, dan bekerja bertolak belakang dan

mempengaruhi perubahan pada denyut jantung dan pembuluh darah.

Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung.

Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Bila diameternya menurun

(vasokonstriksi), tahanan perifer meningkat, bila diameternya meningkat

(vasodilatasi), tahanan perifer akan menurun. Pengaturan primer tekanan arteri

dipengaruhi oleh baroreseptor sinus kortikus dan arkus aorta yang akan

menyampaikan impuls kepusat saraf simpatis di medula oblongata. Sistem

saraf simpatis akan dihambat oleh impuls tersebut. Apabila tekanan arteri

meningkat, maka ujung-ujung baroreseptor akan teregang. Hal ini dapat

menurunkan tegangan pusat simpatis, yang berakibat frekuensi jantung

menurun, arteriol mengalami dilatasi dan tekanan arteri kembali kelevel awal.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

16

Hal sebaliknya bisa terjadi bila ada penurunan tekanan arteri baroreseptor

mengontrol perubahan tekanan darah untuk sementara (Muttaqin 2009).

Sedangkan menurut Huether & Mc Cance, 2008 dalam lemone (2015)

patofisiologi hipertensi primer diduga berkembang akibat interaksi kompleks

diantara faktor yang mengatur curah jantung dan resistensi vaskuler sistemik.

Interaksi ini dapat mencakup sistem saraf smpatis yang berlebihan dengan

stimulasi berlebihan pada reseptor α-adrenergik dan β-adrenergik,

menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan curah jantung. Perubahan fungsi

sistem renin angiotensin aldosteron dan resvonsivitasnya terhadap faktor

seperti asupan natrium dan keseluruhan volume cairan sistem renin

angiotensin. Aldosteron mempengaruhi tegangan vasomotor dan ekskresi air

dan garam. Kadar angiotensin II yang tinggi dalam jangka panjang

menyebabkan remodeling arteriolar yang secara permanen meningkatkan SVR.

Pada sekitar 20% orang penderita hipertensi, kadar renin dibawah normal.

Peningkatan asupan natrium meningkatkan tekanan darah pada klien ini. Kadar

renin plasma rendah lenih sering dijumpai pada orang afro Amerika daripada

orang kulit putih. 15% klien hipertensi lainnya mempunyai kadar renin plasma

lebih tinggi dari normal. Untuk klien ini asupan garam tidak berdampak banyak

pada tekanan darah. Sebagian besar orang menderita hipertensi mempunyai

kadar aktivitas renin yang normal. Mediator kimiawi lain tegangan vasomotor

dan volume darah seperti peptida natriuretik juga berperan dengan

mempengaruhi tegangan vasomotor dan eksresi natrium dan air. Endotelium

vaskuler itu sendiri menghasilkan hormon yang juga mempengaruhi tegangan

vasomotor. Interaksi antara resistensi insulin, hiperinsulinemia dapat menjadi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

17

penyebab primer hipertensi. Isulin berlebihan mempunyai beberapa efek yang

berpotensi menyebabkan hipertensi antara lain: a. Retensi natrium oleh ginjal,

b. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, c. Hipertrofi otot polos vaskuler,

d. Perubahan transport ion melintasi membran sel. Jadi hasilnya adalah

peningkatan menetap volume darah dan resistensi perifer. Sistem

kardiovaskuler beradaptasi dengan peningkatan volume darah dengan

meningkatkan curah jantung. Mekanisme otoregulasi dalam arteri sitemik

bereaksi terhadap peningkatan volume sehingga menimbulkan vasokonstriksi

dan meningkatan resistensi vaskuler sistemik menyebabkan hipertensi.

7. Komplikasi

Hipertensi yang menetap dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler, saraf dan

ginjal (Lemone, Burke, Bauldoff, 2015). Komplikasi yang biasa terjadi berupa

gangguan pada mata, jantung, ginjal dan otak. Klien hipertensi yang tidak

melakukan pengontrolan yang teratur dapat mengalami gangguan penglihatan,

oklusi koroner, gagal ginjal dan stroke. Jantung juga akan membesar karena

dipaksa meningkatkan beban kerja pada saat memompa guna melawan tahanan

pembuluh darah yang tinggi. (Saputra, 2014).

Stroke dapat terjadi akibat perdarahan di otak, atau akibat embolus yang

terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke juga

dapat terjadi pada hipertensi kronis pada arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertropi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak

berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Infark miokard dapat

terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

18

oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melewati pembuluh darah.

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke

unit fungsional ginjal yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

hipoksik dan kematian.

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna

hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya. (Corwin, 2009).

8. Penatalaksanaan

Faktor pokok dalam pengobatan adalah keinginan kuat dalam mengontrol

tekanan darah, pilihan obat sesuai toleransi, keamanan dan ada kemauan dalam

memeriksakan diri serta pengobatan jangka panjang (Black & Hawks,2014).

Pengobatan hipertensi terdiri dari pengobatan farmakologis dan

nonfarmakologis. (Sudoyo, 2014)

a. Pengobatan farmakologis

Obat antihipertensi untuk terapi farmakologis antara lain: diuretika,

terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant),

Beta Bloker (BB), Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist

(CCB), Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II

Receptor Blocker atau AT 1 receptor antagonist/blocker (ARB), Direct

renin inhibitor (DRI). Masing-masing obat antihipertensi memiliki

efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi. Jika terapi dipilih

dengan hati-hati maka lebih dari setengah kasus hipertensi ringan dapat

dikontrol.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

19

b. Pengobatan Nonfarmakologis antara lain:

1). Modifikasi gaya hidup

Fakta penelitian yang menyatakan modifikasi gaya hidup efektif

menurunkan tekanan darah dan resiko yang minimal. Menurut JNC 7,

modifikasi gaya hidup disarankan untuk untuk dijadikan terapi secara

definitif digaris pertama sekurang-kurangnya 6-12 setelah digaris awal.

2). Penurunan berat badan

Corwin, (2009) menyatakan bahwa menurunkan berat badan dapat

mengurangi tekanan darah dengan mengurangi beban kerja jantung,

maka kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang.

Sedangkan menurut Black & Hawks, (2014) menyatakan dalam

menurunkan berat badan ke normal bisa menurunkan tekanan darah

sistolik 5-20 mmHg per 10 kg penurunan berat badan. Kelebihan berat

badan yang ditujukan dengan IMT bisa melebihi 27 kg/m2

berhubungan kuat dengan peningkatan tekanan darah.

3). Mengurangi asupan garam di dalam tubuh

Kira-kira 40% orang dengan hipertensi peka terhadap garam. Diet

garam <100 mmol/hari (2,4 gr atau 6 gr) bisa menurunkan tekanan

darah sistolik 2-8 mmHg. Pembatasan sedang pemasukan garam (6

gram) dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada beberapa

kasus hipertensi tingkat I.

4). Modifikasi diet lemak

Modifikasi masukan diet lemak dapat menurunkan lemak jenuh dan

meningkatkan lemak tak jenuh sehingga memberikan dampak

penurunan tekanan darah tetapi juga menurunkan tingkat kolestrol. Di

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

20

tambah lagi rekomendasi diet yang dianjurkan adalah kaya buah-

buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan dan makanan rendah lemak.

5). Olah raga

Olah raga dapat meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi

terbentuknya aterosclerosis akibat hipertensi, (Corwin, 2009). Olah raga

yang rutin minimal 30 menit perhari bisa menurunkan tekanan darah

sistolik 4-9 mmHg. Tekanan darah dapat diturunkan dengan aktifitas

sedang seperti berjalan cepat 30-45 menit sesering mungkin dalam satu

minggu. (Black & Hawks, 2014).

6). Pembatasan alkohol

Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman beralkohol perhari

meningkatkan resiko mengidap hipertensi sebesar dua kali. Mengapa

alkohol dapat meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan

jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang,

minum-minuman beralkohol yang berlebihan dapat merusak jantung

dan organ-organ lain.

7). Tehnik relaksasi

Tehnik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dengan cara

menghambat respons stres saraf simpatis. Tehnik relaksasi dapat

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

8). Berhenti merokok

Selain dari lamanya kebiasaan merokok, resiko merokok terbesar

tergantung pada jumlah rokok yang diisap perhari. Apabila seseorang

menghisap rokok lebih dari satu pak sehari bisa menjadi 2 kali lebih

rentan terkena hipertensi dibandingkan mereka yang tidak merokok.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

21

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbonmonoksida yang diisap

melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan

endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses

atherosclerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau merupakan

penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah isapan pertama,

seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh

pembuluh-pembuluh kapiler di dalam paru-paru dan diedarkan kealiran

darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak

bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal

untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan

menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja

lebih berat dan menimbulkan tekanan yang lebih tinggi. Setelah

merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik

akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap tinggi sampai 30

menit setelah berhenti menghisap rokok. Sementara efek nikotin

perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan

perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada

level tinggi sepanjang hari. (Sudoyo, 2014)

B. Konsep Diet Hipertensi

1. Pengertian

Diet hipertensi merupakan pengurangan konsumsi natrium, tinggi serat, dan

rendah kolesterol, agar penurunan tekanan darah lebih optimal. Yang dimaksud

diet ini adalah menambah buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan, unggas,

kacang-kacangan, dan susu rendah lemak dalam asupan nutrisi harian.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

22

Makanan-makanan ini mengandung nutrisi yang tinggi, seperti kalium,

magnesium, kalsium, serat, dan protein. Kalium bekerja mengatur

keseimbangan jumlah natrium dalm sel. Kalsium dan magnesium bermanfaat

secara tidak langsung untuk membantu mengendalikan hipertensi. (Lemone,

Burke & Buldoff, 2015).

Kita semua tahu bahwa diet yang sehat berhubungan erat dengan pencegahan

berbagai penyakit. Dengan mengubah kebiasaan makan sederhana, termasuk

menghitung kalori dan mengatur ukuran porsi makanan harian, dapat

menurunkan tekanan darah sehingga terhindar dari penyakit jantung dan

hipertensi. Diet adalah kontributor kunci untuk hipertensi, Pendekatan diet

telah terbukti paling efektif untuk mencegah hipertensi. (Alexander, E. 2015).

Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) adalah studi tentang

pengaruh pola diet yang berbeda untuk mengurangi tekanan darah tinggi. Para

peneliti menemukan bahwa relawan yang mengikuti diet DASH, terbukti bisa

menurunkan tekanan darah. (Lemone, Burke & Buldoff, 2015).

2. Diet untuk Hipertensi

Menurut Laurentia (2004) kriteria diet yang ideal untuk menurunkan berat

badan adalah sebagai berikut :

a. Zat gizi harus cukup, memenuhi selera dan kebiasaan pasien.

b. Tidak terlalu lapar dan meletihkan, sumber bahan makanan mudah didapat

c. Bertujuan memperbaiki kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini di

Indonesia dan di luar negeri terdapat diet untuk mengatasi kegemukan dan

hipertensi diantaranya adalah diet energi rendah, diet rendah garam dan

DASH (Dietary Aproach to Stop Hypertension)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

23

3. Diet Rendah Garam

Tujuan diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau

air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi. Syarat diet adalah 1) cukup energi, protein, mineral, dan vitamin, 2).

bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit, dan 3) Jumlah garam

disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang diberikan. Menurut

Almatsier, (2010) menyatakan terapi non farmakologis pada penderita

hipertensi dapat dilakukan dengan cara:

a. Pembatasan asupan garam

Sesuai dengan keadaan berat ringannya penyakit, diet rendah garam dapat

dibagi menjadi tiga macam diantaranya:

1) Diet garam rendah 1 ( Natrium sebesar 200-400 mg)

Dalam pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur, di

hindari makanan yang tinggi kadar natrium. Diberikan pada penderita

hipertensi berat.

2) Diet rendah garam II ( Natrium sebesar 600-800mg)

Dalam pegolahan makananannya boleh menggunakan ½ sendok garam

dapur (2gr). Di hindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.

Diberikan pada penderita hipertensi tidak terlalu berat.

3) Diet rendah garam III ( Natrium sebesar 1000- 1200 mg)

Dalam pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sendok garam

dapur (4gr). Diberikan pada penderita hipertensi ringan. Sebagian besar

penderita hipertensi yang sensitif terhadap natrium, menunjukkan gejala

setelah mengkonsumsi natrium sehingga mengalami peningkatan tekanan

darah. Pembatasan sedang terhadap asupan natrium 2 sampai 3 gram

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

24

natrium dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah.(Black &

Hawks 2014).

Pendekatan diet pada hipertensi adalah menurunkan asupan natrium,

mempertahankan asupan kalium dan kalsium yang cukup dan mengurangi

asupan lemak jenuh. Pembatasan natrium ringan hingga sedang (tidak ada

tambahan garam) menurunkan tekanan darah dan memperkuat efek obat-

obatan anti hipertensi untuk sebagian besar klien hipertensi. (Lemone,

Burke & Bauldoff. 2015).

Tabel 2.2 Kandungan Natrium dalam Makanan (mg/100gram).

Bahan Makanan mg Bahan Makanan mg

Biskuit 500 Telur ayam 158

Kue-kue 250 Telur asin 191

Roti Putih 530 Udang 185

Daging ayam 100 Teri Kering 885

Daging bebek 200 Keju 1250

Daging sapi 93 Sosis 1000

Daging kambing 100 Kecap 4000

Ikan segar 100 Margarine 950

Ikan sardin 131 Mentega 987

Ikan tongkol 180 Garam 38758

Keju 1250 Roti coklat 500

Sosis 1000 Tomat ketchup 2100

Sumber: Almatsier (2010)

Cara memasak untuk mengeluarkan Natrium antara lain:

(a) Pada ikan asin dicuci dan direndam terlebih dahulu

(b) Untuk mengeluarkan garam dari margarin dengan mencampur garam

dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarin akan mencair dan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

25

larut dalam air. Dinginkan cairan dengan memasukkan panci dalam

kulkas, margarin akan keras kembali dan buang air yang mengandung

garam natrium lakukan sebanyak dua kali. (Rismayanti, 2012).

4. DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)

DASH diteliti dengan pendekatan klinis untuk melihat pengaruh konsumsi

pada tekanan darah pada subjek yang berusia 22 tahun keatas dan mempunyai

tekanan darah sistolik < 160 mmHg dan diastolik 80 – 95 mmHg. Subjek

dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 1) diet kontrol atau diet yang sama dengan

apa yang dikonsumsi penduduk Amerika 2) diet kaya buah dan sayur, dan 3)

diet kaya buah sayur, dan rendah lemak. Semua subjek diberikan makanan

yang telah disiapkan sesuai dengan jenis diet dan mereka diminta untuk tidak

makan makanan lain. Jumlah natrium yang diberikan sama untuk semua

kelompok yaitu 3000 mg/hari dan subjek diperkenankan untuk menambah

natrium 500 mg/hari. Konsumsi alkohol dibatasi ≤ 2 kali per hari. Hasil

penelitian menunjukkan rata-rata sistolik turun 6 mmHg dan diastolik 3 mmHg

pada kelompok III yang sekarang dikenal dengan diet DASH, sedangkan untuk

kelompok II yaitu diet yang kaya buah dan sayur sistolik turun 3 mmHg dan

diastolik turun 2 mmHg. Untuk subjek hipertensi I penurunan pada kelompok

DASH lebih tinggi lagi yaitu 11 mmHguntuk sistolik dan 6 mmHg untuk

diastolik (Appel et.al. 1997)

DASH direkomendasikan oleh AHA (American Heart Association) untuk

menurunkan tekanan darah dari dua hasil penelitian diatas. DASH terdiri dari

2400 mg atau 1500 mg sodium (USDHHS, 2006). Prinsip melaksanakan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

26

DASH adalah berubah secara bertahap, anggap daging sebagai bagian dari

keseluruhan makanan, menggunakan buah atau makanan yang rendah lemak,

kolesterol, dan energi sebagai makanan selingan.

Tabel 2.3 Diet DASH

Makanan Porsi

Sumber karbohidrat 7 – 8/hari

Sayur 4 – 5/hari

Buah 4 – 5/hari

Lauk 2/hari

Berminyak 2 – 3/hari

Kacang-kacangan 4 – 5/minggu

susu rendah lemak 2 -3/hari

Konsumsi garam 5 gram/hari

5. Perencanaan Makan dengan DASH

DASH dianjurkan oleh JNHC 7 (2004) dan AHA (2006) untuk pencegahan

manajemen hipertensi dengan prinsip banyak mengkonsumsi buah dan

sayuran, susu rendah lemak dan hasil olahannya serta kacang-kacangan.

Diet ini mengandung tinggi kalium, fosfor dan protein sehingga perlu

dipertimbangkan untuk pasien dengan gangguan penurunan fungsi ginjal.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

27

Tabel 2.4 Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH)

Kelompok makanan

Penyajian harian (dalam

satu minggu)

Takaran Contoh

Signifikan dari tiap

kelompok dengan rencana DASH

Biji-bijian dan produk gandum

7-8 1 potong roti 1 ons sereal kering* ½ cangkir nasi, pasta atau sereal

Roti gandum, roti, sereal, bubur jagung, bubur gandum, biskuit, popcorn

Sumber energi dan serat

Sayur-sayuran

4-5 1 cangkir sayuran berdaun ½ cangkir sayuran yang dimasak 6 ons jus sayuran

Tomat, kentang, wortel, kacang hijau, labu, brokoli, lobak hijau, sawi, kangkung, bayam, ubi jalar

Sumber kalium, magnesium dan serat

Buah-buahan

4-5 6 ons jus buah ¼ cangkir buah kering ½ cangkir buah segar, beku

Pisang, kurma, anggur, jeruk, jus jeruk, mangga, melon, nanas, strowberry

Sumber kalium, magnesium dan serat

Rendah lemak atau susu bebas lemak

2-3 8 ons susu 1 cangkir yogurt 1 ½ ons keju

Susu rendah lemak, yogurt bebas lemak, keju rendah lemak

Sumber kalsium dan kalium

Daging, daging unggas, ikan

2 atau kurang

3 ons daging unggas atau ikan yang dimasak

Memilih daging yang dipanggang atau direbus, kurangi daging goreng, hilangkan kulit pada daging unggas

Sumber protein dan magnesium

Kacang-kacangan, biji-bijian, dan kacang kering

4-5 per minggu

1/3 cangkir atau 1 ½ ons kacang 2 sdm/ ½ cangkir biji kering ½ cangkir kacang polong matang

Kacang tanah, biji bunga matahari, kacang merah

Sumber energi, magnesium, protein, kalium dan serat

Lemak dan minyak**

2-3 1 sdt margarin 1sdm mayones rendah lemak 1sdt minyak sayur

Margarin, mayones rendah lemak, salad rendah bumbu, minyak nabati (zaitun, jagung)

DASH memiliki 27 persen kalori sebagai lemak,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

28

termasuk lemak yang ditambahkan pasa makanan

Manis-manisan

5 per minggu

1 sdm gula 1sdm jelly atau selai ½ ons kacang jeli 8 ons lemon

Gula, jelly, selai, agar-agar rasa buah, kacang jeli, permen, minuman buah

Manis dapat menekan lemak

Sumber : Nattional Heart, Lung and Blood Institute dalam Health Education, Blood Pressure & Cholestrol, (2007)

perbandingan ½-1 ¼ cangkir, tergantung pada jenis sereal. Periksa label nutrisi

produk.

jumlah sajian lemak dan minyak. Misalnya, 1 sdm saus salad biasa sama dengan

1porsi; 1sdm saus rendah lemak sama ½ porsi; 1 sdm saus bebas lemak sama

dengan 0porsi.

6. Diet Hipertensi menurut Kemenkes RI

a. Bahan Makanan yang Dianjurkan

1). Makanan yang segar: sumber hidrat arang, protein nabati dan hewani,

sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung serat.

2). Makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam natrium,

vetsin, kaldu bubuk.

3). Sumber protein hewani: penggunaan daging/ ayam/ ikan paling banyak 100

gram/ hari. Telur ayam/ bebek 1 butir/ hari.

4). Susu segar 200 ml/ hari Makanan yang harus dibatasi

b. Bahan Makanan yang dibatasi

1). Pemakaian garam dapur

2). Penggunaan bahan makanan yang mengandung natrium seperti soda kue

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

29

c. Bahan Makanan yang di hindari

1). Otak, ginjal, paru, jantung, daging Kambing

2). Makanan yang diolah menggunakan garam natrium

3). Makanan dan minuman dalam kaleng: sarden, sosis, kornet, sayuran dan

buah-buahan dalam kaleng

4). Makanan yang diawetkan: dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang, udang

kering, telur asin, telur pindang, selai kacang, acar, manisan buah

5). Mentega dan keju

6). Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, petis, garam, saus tomat, saus

d. Cara Mengatur Diet

1). Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gulamerah, gula pasir,

bawang merah, bawang putih, jahe,kencur, salam dan bumbu lain yang tidak

mengandungatau sedikit garam Na.

2). Makanan lebih enak ditumis, direbus, di kukus dipanggang, walaupun tanpa

garam.

3). Bubuhkan garam saat di atas meja makan, gunakangaram beryodium (30 –

80 ppm), tidak lebih dari ½sendok teh/ hari.

4). Dapat menggunakan garam yang mengandung rendahnatrium

5). Cara Pengolahan Makanan yang dihindari : digoreng

C. Edukasi Berbasis Keluarga

1. Pengertian

Edukasi adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan

kepada masyarakat, kelompok atau individu sehingga dengan adanya promosi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

30

kesehatan diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku

sasaran. (Notoatmodjo, 2012)

2. Edukasi Berbasis Keluarga

Edukasi berbasis keluarga merupakan suatu proses yang dinamis untuk merubah

perilaku dengan cara menyampaikan informasi tentang kesehatan baik kepada

individu maupun keluarga, tetapi bukan suatu prosedur yang langsung

diterapkan atau berupa hasil yang harus tercapai. Edukasi juga merupakan proses

kegiatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian individu serta dapat

mengambil keputusan secara sadar dan dapat mempengaruhi dirinya, keluarga

dan masyarakat Selain itu promosi kesehatan ditujukan kepada pengunjung

rumah sakit, baik klien rawat jalan maupun keluarga klien yang mengantar atau

menemani klien di rumah sakit karena keluarga klien diharapkan dapat

membantu menunjang proses penyembuhan dan pemulihan klien. Klien dan

keluarganya harus mengetahui hal-hal yang terkait dengan penyakit yang

dideritanya seperti: penyebab penyakit, cara penularannya (bila penyakit

menular), cara pencegahannya, proses pengobatan yang tepat dan sebagainya.

Apabila klien dan keluarganya memahami penyakit yang dideritanya diharapkan

akan membatu mempercepat proses penyembuhan dan tidak akan terserang oleh

penyakit yang sama. (Maulana, 2009).

3. Tujuan

Tujuan Kegiatan Edukasi Berbasis Keluarga

a. Bagi Klien

Mengembangkan perilaku kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan

masalah atau penyakit yang diderita oleh klien yang bersangkutan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

31

b. Bagi Keluarga

(1) Membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Dalam proses

penyembuhan penyakit, bukan hanya faktor obat saja, tetapi faktor

psikologis dari klien, terutama penyakit tidak menular seperti jantung

koroner, hipertensi, diabetes melitus, penyakit jiwa dan sebagainya,

faktor psikologis sangat berperan. Dalam mewujudkan lingkungan

psikososial ini maka peran keluarga sangat penting. Oleh karena itu

promosi kesehatan perlu dilakukan juga bagi keluarga klien.

(2) Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit. Dengan melakukan

pendidikan kesehatan kepada keluarga klien mereka akan mengerahui

dan mengenal penyakit yang diderita oleh klien (anggota keluarganya),

cara penularannya, dan cara pencegahannya. Keluarga klien tentu akan

berusaha utnuk menghindari agar tidak terkena atau tertular penyakit

seperti yang diderita oleh anggota keluarga yang sakit tersebut,

(3) Membantu agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain

Keluarga pasien yang telah memperoleh pengetahuan dan cara-cara

penularannya, maka keluarga tersebut diharapkan dapat membantu klien

atau keluarganya yang sakit untuk tidak menularkan penyakitnya kepada

orang lain, terutama kepada orang lain, terutama kepada tetangga atau

teman dekatnya.

c. Bagi Pelayanan Kesehatan

(1) . Meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan

(2) Meningkatkan citra rumah sakit. Penerapan promosi Kesehatan di

rumah sakit diwujudkan dalam memberikan informasi-informasi

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

32

tentang berbagai masalah kesehatan atau penyakit dengan masing-

masing jenis pelayanannya. Di masing-masing titik pelayanan rumah

sakit disediakan atau diinformasikan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan proses penyembuhan klien. Di tempat loket pendaftaran, di

ruang tunggu di tempat pemeriksaan, di tempat pengambilan obat, di

ruang perawatan dan sebagainya, selalu dilakukan penjelasan atau

pemberian informasi terkait dengan apa yang harus diketahui dan

dilakukan oleh klien.

4. Metode Edukasi

Menurut Notoatmodjo, (2012) agar mencapai hasil yang optimal, maka sasaran

juga harus menggunakan edukasi sasaran tertentu. Materi yang disampaikan juga

disesuaikan dengan sasaran dan media. Metode yang disampaikan untuk sasaran

individu, kelompok dan masa berbeda. Ada beberapa metode pendidikan atau

promosi kesehatan:

a. Metode individual (perorangan)

Pendidikan kesehatan individual ini merupakan metode yang bersifat

individual yang digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina

seseorang yang mulai tertarik pada perubahan perilaku. Pendekatan individual

ini digunakan karena mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda.

Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat dapat membantunya maka

perlu menggunakan metode ini. Adapun bentuk pendekatannya antara lain:

(1). Bimbingan dan penyuluhan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

33

Dengan cara ini, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan

dibantu penyelesaiannya, sehingga dengan sukarela klien mempunyai

kesadaran perilaku atau berperilaku baru.

(2). Wawancara (Interview)

Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara

antara petugas dan kesehatan dengan klien menggali informasi mengapa ia

belum menerima perubahan. Juga mengetahui apakah perilaku yang sudah

atau yang akan diadopsi mempunyai kesadaran yang kuat. Apabila belum

maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam.

b. Metode Kelompok

Dalam menggunakan metode kelompok harus diketahui besarnya kelompok

sasaran serta tingkat pendidikan formal dan sasaran. Penyuluhan kelompok

dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan klien dan/atau keluarga klien di

ruangan yang telah ditetapkan. Untuk kelompok yang besar akan berbeda

metodenya dengan kelompok yang kecil. Metode yang baik untuk metode

kelompok besar antara lain dengan ceramah dan seminar. Sedangkan untuk

kelompok kecil dengan cara diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju,

buzz group, bermain peran, permainan simulasi, billboard.

c. Metode Massa

Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat. Bagi seluruh pengunjung rumah sakit, baik

klien maupun keluarga klien dan tamu rumah sakit, adalah sasaran pendidikan

kesehatan dalam bentuk ini. Sasaran ini bersifat umum dalam arti tidak

membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi,

tingkat pendidikan. Maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

34

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh masa tersebut.

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat

terhadap suatu inovasi awareness. Bentuk pendidikan kesehatannya adalah

dengan menggunakan metode penyuluhan massa seperti poster atau spanduk.

Berikut ini ada beberapa contoh metode yang cocok untuk pendekatan massa

antara lain: ceramah umum, berbincang-bincang, simulasi.

5. Media Edukasi

Media alat bantu edukasi adalah alat yang digunakan oleh petugas dalam

menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan. Alat bantu ini sering disebut

sebagai alat peraga karena dapat berfungsi untuk membantu dan memperagakan

sesuatu di dalam promosi kesehatan. Macam-macam alat bantu peraga atau

media antara lain:

a. Alat bantu lihat (visual aids), membantu menstimulasi penglihatan pada

waktu terjadinya proses penerimaan pesan.

b. Alat bantu dengar (audio aids): alat bantu untuk menstimulasikan indra

pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan.

c. Alat bantu lihat dengar. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan

aidio visual Aids. (Notoatmodjo, 2012). Adapula media pendidikan kesehatan

antara lain:

(1). Media cetak terdiri dari:

- Booklet : suatu media penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam

bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

35

- Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu

masalah khususnya untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu. Isi

informasi dapat dalam bentuk kalimat, gambar atau kombinasi.

Keuntungannya:

- Dapat disimpan pada jangka waktu yang lama, dan bila lupa akan

dapat dilihat dan dibuka kembali.

- Dapat digunakan sebagai bahan rujukan

- Isi informasi dapat dipercaya karena dicetak dan dikeluarkan oleh

instalasi yang berwenang.

- Jangkauannya jauh dan dapat mebantu jangkauan media lain

- Bila diperlukan dapat dilakukan pencetakan ulang

- Dapat digunakan sebagai bahan diskusi untuk kesempatan yang

berbeda.

Kerugiannya:

- Apabila cetakannyakurang dapat menarik perhatian orang maka

kemungkinan orang tersebut merasa enggan untuk menyimpannya

- Apabila huruf tulisannya terlalu kecil dan susunannya kurang

menarik, kebanyakan orang juga malas untuk membacanya

- Tidak bisa dipergunakan oleh orang yang tidak bisa membaca dan

menulis

- Poster adalah pesan singkat dalam bentuk gambar, dengan tujuan untuk

mempengaruhi individu atau kelompok agar tertarik pada suatu objek

materi yang diinformasikan.

Keuntungannya:

- Dapat diperoleh dalam jumlah yang besar

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

36

- Dapat disebarluaskan keplosok-plosok yang sulit di

jangkau/terpencil

- Dengan gambar yang bagus dan menarik akan dapat membuat orang

menjadi tertarik dan antusias untuk melihat dan membacanya.

- Dapat ditempelkan ditempat umum dimana orang-orang sering

berkumpul.

(2). Media Elektronik terdiri dari:

- Televisi: menyampaikan pesan atau informasi kesehatan melalui

media televisi

- Radio: penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui radio

juga dapat bermacam-macam bentuknya antara lain: sandiwara

radio, ceramah, radio sport dan sebagainya.

- Video: penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui video

- Slide : penyampaian pesan menggunakan slide

- Flim strip : dapat digunakan untuk menyampaiakan pesan- pesan

kesehatan.

(3). Media papan (Billboard)

Papan dipasang ditempat umum yang isinya pesan atau informasi

kesehatan. Media papan ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis

pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum.

D. Metode Edukasi Berbasis Keluarga.

1. Definisi Keluarga

Definisi keluarga menurut Friedman (2010), berorientasi pada tradisi:

a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan dengan ikatan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

37

perkawinan, darah dan ikatan adopsi

b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu

rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap

menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam

peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki - laki

dan anak perempuan, saudara dan saudari

d. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang

diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

e. Keluarga juga berperan dan berfungsi dalam melaksanakan praktik asuhan

keehatan, yaitu keluarga dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan,

serta anggota keluarga juga dapat merawat keluarga yang sakit yang

membutuhkan bantuannya. Keluarga mempunyai kemampuan dalam

memberikan asuhan kepada keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga

dalam melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas

kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

f. Metode Edukasi Keluarga

Perawatan diri adalah kompleks dan menantang karena banyak dan sering

simultan kegiatan sehari-hari dan tugas-tugas yang dihadapi oleh klien.

Kompleksitas merupakan tantangan juga dialami oleh keluarga, yang

mengambil beberapa peran termasuk administrator perawatan kesehatan,

pengobatan navigator, advocator untuk kualitas hidup, keluarga yang dekat

biasanya memberikan perawatan langsung praktis, seperti membantu dengan

pengurangan sodium diet hipertensi dan menghubungi profesional perawatan

kesehatan untuk saran. Dalam metode edukasi keluarga ini menggunakan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

38

metode kelompok yang terdiri dari satu penderita hipertensi dan keluarganya.

Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan pasien

dan/atau keluarga klien di ruangan yang telah ditetapkan. Metode dalam

penelitian ini akan digunakan ceramah. Selain itu, keluarga juga menyediakan

perawatan tidak langsung, seperti motivasi dan dukungan emosional, keluarga

informal yangtelahmenjadi diakui sebagai sumber penting dukungan untuk

pasien dan mengurangi beban besar pada pelayanan kesehatan. keluarga yang

dalam rangka mempromosikan kesejahteraan optimal pada klien hipertensi dan

mengurangi beban pada sistem kesehatan. Edukasi berbasis keluarga

dipandang penting dan adanya bukti yang berkaitan dengan berbasis keluarga

klien.

g. Peran Keluarga Terhadap Diet Hipertensi

Diet hipertensi merupakan salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa

efek yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami, hanya saja

banyak orang yang menganggap diet hipertensi sebagai sesuatu yang

merepotkan dan tidak menyenangkan. (Purwati, 1997 dalam Novian 2013).

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan bagi individu serta memainkan peran penting

dalam program perawatan dan pengobatan. Pengaruh normatif pada keluarga

dapat memudahkan atau menghambat perilaku kepatuhan, dukungan tenaga

kesehatan diperlukan untuk mempertinggi tingkat kepatuhan, dimana tenaga

kesehatan adalah seseorang yang berstatus tinggi bagi kebanyakan klien,

sehingga apa yang dianjurkan akan dilaksanakan. (Smert Bart, 2004 dalam

Novian 2013).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

39

E. Aplikasi Teori Health Promotion Model Nola J Pender.

Model Promosi Kesehatan adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi

manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi.

Model ini menggabungkan dua teori yaitudari teori Nilai Pengharapan

(Expectancy-Value) mengemukakan Individu tidak akan melakukan sesuatu

tindakan yang tidak berguna dan tidak bernilai bagi dirinya dan Individu tidak

akan melakukan kegiatan walaupun kegiatan tersebut menarik bagi dirinya jika

dirasakan tidak mungkin kegiatan tersebut dicapainya. Sedangkan Teori

Pembelajaran social (Social Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan

manusia dilihat sebagai fungsi yang holistik. Model interaksi Causa:

Lingkungan, Faktor Manusia & Perilaku. Teori Self direction, Self Regulasi,

Self Efficacy. Manusia memiliki Kapabilitas Dasar: a) Simbolisasi, b) Pikiran

Ke depan, c) Belajar dari pengalaman orang lain, d) Regulasi Diri dan e)

Refleksi diri. (Tomey & Aligood, 2014).

Peran Perawat menurut Tomey & Aligood, (2014)

1. Peranan Perawatan disini adalah sebagai Fasilitator dimana perawat

berperan menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal

masalah pada keluarga yang menderita hipertensi dan mencari alternatif

pemecahannya

2. Sebagai pendidik perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah

perilaku klien dan keluarga dari prilaku tidak sehat menjadi perilaku yang

sehat dalam mencegah terjadinya hipertensi pada anggota keluarganya.

3. Kolaborasi

Fokus Intervensi Terkait Dengan Health Promotion Model

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

40

a. Dukungan Pembuatan Keputusan dengan memberi Informasi dan

dukungan kepada klien dan keluarga dalam membuat keputusan tentang

layanan kesehatan yang tepat

b. Mempersiapkan klien terhadap program pengobatan pengelolaan diet

hipertensi

c. Dukungan Keterlibatan Keluarga dalam menjaga perilaku hidup bersih

dan sehat Memfasilitasi partisipasi keluarga dalam perawatan fisik klien

d. Pendidikan Kesehatan dengan mengembangkan dan memberi arahan dan

pengalaman pembelajaran untuk memfasilitasi adaptasi terhadap perilaku

yang kondusif bagi kesehatan klien dan keluarga

e. Menetapkan Tujuan Bersama berkolaborasi dengan klien dalam

menetapkan tujuan pengobatan, mengidentifikasi faktor resiko,

memodifikasi Perilaku yang kurang sehat, penyuluhan proses penyakit,

program pengobatan dan penularannya.

Cara atau Metode Intervensi menurut Tomey & Aligood, (2014).

1. Pengkajian adalah dengan mengkaji pengetahuan klien tentang promosi

kesehatan dan pencegahan penyakit dan penularannya.

2. Penyuluhan untuk Klien dan Keluarga dengan membantu klien

merencanakan masa depan dengan memberi informasi tentang perjalanan

umum penyakit klien dan penularan penyakit serta pengobatan.

3. Aktivitas Kolaborasi dengan tim Kesehatan dalam pengobatan klien.

Pelaksanaan edukasi berbasis keluarga pada klien hipertensi bersama

dengan perawat melakukan kolaborasi tentang masalah diet hipertensi,

masalah tersebut harus segera ditangani supaya tidak mengalami komplikasi

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

41

dan dari penerapan health promosi model yang diberikan kepada klien

hipertensi dan keluarga tersebut diharapkan tujuan dalam pengelolaan diet

hipertensi dapat terkontrol.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

42

F. Kerangka Teori

Sumber : Alligood (2014); Notoadmodjo (2012); Almatsier (2010); National Heart Lung and Blood Institute dalam Health Education, Blood Pressure& Cholesterole, (2007).

Hipertensi

Tanda dan gejala Pusing Berat ditengkuk Telinga berdengung, Bingung, Mual, Muntah, Gangguan penglihatan.

Komplikasi: Gangguan Penglihatan, Jantung Gagal ginjal Stroke

Faktor-faktor yang mempengaruhi: Usia Jenis Kelamin Pendidikan

Teori Model Nola J

Pender Health

Promotion Model

Edukasi Berbasis Keluarga

Pembatasan asupan garam DIET DASH

Penatalaksanaan Modifikasi gaya hidup Penurunan Berat badan Olah raga Pembatasan kafein Tehnik relaksasi