13
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1. Tinjauan Pustaka Penelitian yang terkait dengan penggunaan fuzzy mamdani sebagai kecer- dasan buatan sebelumnya sudah pernah dilakukan, antara lain sebagai berikut: 1. Fera Yuniarsih (2015) meneliti tentang Sistem Penunjang Keputusan Penilaian Siswa Dengan Logika Fuzzy Inference System Mamdani menyimpulkan bahwa penelitian tersebut dapat diketahui perbedaan hasil penilaian siswa menggunakan Metode Logika Fuzzy Inference System Model Mamdani dengan penilaian sebelumnya dan hasil penilaian siswa lebih objektif, tepat, dan akurat; 2. Sumiati dan Shodik Nuryadin (2013) meneliti tentang Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Penilaian Kinerja Dosen Dengan Metode Fuzzy Database Model Mamdani, pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa sistem yang dibuat telah membantu dan memberikan alternatif dalam melakukan penelitian setiap dosen pada Universitas Serang Raya; 3. Anief Fauzan Rozi dan Agus Sidiq Purnomo (2017) melakukan penelitian tentang sistem untuk memberikan rekomendasi peminatan studi meng- gunakan metode mamdani studi kasus pada Prodi Sistem Informasi FTI UMBY. Dari penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan 20 data uji, diperoleh 19 data yang sesuai dan 1 data yang tidak sesuai, ber- dasarkan hal tersebut dapat dihitung unjuk kerja sistem yaitu sebesar 95%; 4. Dany Suktiawan Irman Fiano dan Agus Sidiq Purnomo melakukan pene- litian tentang Sistem Pakar untuk Mendeteksi Tingkat Resiko Penyakit Jantung Dengan Fuzzy Inferensi (Mamdani) dari 20 data yang telah diu- jikan terhadap pakar dan sistem, untuk pasien yang terdeteksi memiliki tingkat resiko penyakit jantung kecil mempunyai persentase sebesar 30%, untuk tingkat resiko sedang mempunyai persentase sebesar 50%, untuk tingkat resiko besar mempunyai persentase sebesar 20%. Sedangkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORIeprints.mercubuana-yogya.ac.id/5311/3/Bab_II.pdf · 2019. 3. 18. · 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1. Tinjauan Pustaka Penelitian

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    1.1. Tinjauan Pustaka

    Penelitian yang terkait dengan penggunaan fuzzy mamdani sebagai kecer-

    dasan buatan sebelumnya sudah pernah dilakukan, antara lain sebagai berikut:

    1. Fera Yuniarsih (2015) meneliti tentang Sistem Penunjang Keputusan

    Penilaian Siswa Dengan Logika Fuzzy Inference System Mamdani

    menyimpulkan bahwa penelitian tersebut dapat diketahui perbedaan hasil

    penilaian siswa menggunakan Metode Logika Fuzzy Inference System

    Model Mamdani dengan penilaian sebelumnya dan hasil penilaian siswa

    lebih objektif, tepat, dan akurat;

    2. Sumiati dan Shodik Nuryadin (2013) meneliti tentang Sistem Pendukung

    Keputusan Dalam Menentukan Penilaian Kinerja Dosen Dengan Metode

    Fuzzy Database Model Mamdani, pada penelitian tersebut disimpulkan

    bahwa sistem yang dibuat telah membantu dan memberikan alternatif

    dalam melakukan penelitian setiap dosen pada Universitas Serang Raya;

    3. Anief Fauzan Rozi dan Agus Sidiq Purnomo (2017) melakukan penelitian

    tentang sistem untuk memberikan rekomendasi peminatan studi meng-

    gunakan metode mamdani studi kasus pada Prodi Sistem Informasi FTI

    UMBY. Dari penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan 20

    data uji, diperoleh 19 data yang sesuai dan 1 data yang tidak sesuai, ber-

    dasarkan hal tersebut dapat dihitung unjuk kerja sistem yaitu sebesar 95%;

    4. Dany Suktiawan Irman Fiano dan Agus Sidiq Purnomo melakukan pene-

    litian tentang Sistem Pakar untuk Mendeteksi Tingkat Resiko Penyakit

    Jantung Dengan Fuzzy Inferensi (Mamdani) dari 20 data yang telah diu-

    jikan terhadap pakar dan sistem, untuk pasien yang terdeteksi memiliki

    tingkat resiko penyakit jantung kecil mempunyai persentase sebesar 30%,

    untuk tingkat resiko sedang mempunyai persentase sebesar 50%, untuk

    tingkat resiko besar mempunyai persentase sebesar 20%. Sedangkan untuk

  • 6

    tingkat kesesuaian berdasarkan hasil validasi pakar (dokter) dan sistem,

    diperoleh persentase sebesar 80% data uji yang sesuai, serta 20% data uji

    yang tidak sesuai.

    5. Mujiat Setiani Asih melakukan penelitian tentang SPK mamdani pada

    penyiraman tanaman otomatis. Dari penelitian yang dilakukan menunjuk-

    kan hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa unjuk kerja

    baik, hal ini terlihat dari hasil pengujian dimana saat suhu udara 30o C dan

    kelembaban tanah 50% maka tanaman tersebut tidak akan disiram.

    1.2. Pendukung Keputusan

    Dalam kehidupan kita saat ini perkembangan teknologi informasi sudah

    sedemikian pesat. Perkembangan yang pesat tidak hanya teknologi perangkat

    keras dan perangkat lunak saja, tetapi metode komputasi juga ikut berkembang.

    Salah satu metode komputasi yang cukup berkembang saat ini adalah metode

    sistem pengambilan keputusan (Decisions Support System).

    Dalam teknologi informasi, sistem pengambilan keputusan merupakan

    cabang ilmu yang letaknya diantara sistem informasi dan sistem cerdas. Konsep

    Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support Sistem (DSS) pertama

    kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan

    istilah Management Decision Sistem. Sistem tersebut adalah suatu sistem yang

    berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan

    meman-faatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan

    yang tidak tersetruktur.

    Istilah SPK mengacu pada suatu sistem yang memanfaatkan dukungan

    komputer dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Turban mendefinisikan

    Sistem Pendukung Keputusan merupakan suatu sistem informasi yang ditujukan

    untuk membantu manajemen dalam memecahkan masalah yang dihadapinya

    (Turban, 2011).

    2.1.1. Proses Pengambilan Keputusan

    Menurut Turban dan Aronson (2011: 41), pengambilan keputusan

    merupakan proses pemilihan beberapa tindakan alternatif untuk mencapai satu

  • 7

    atau lebih tujuan. Melihat dari tugas bagian manajerial yang melibatkan

    perencanaan, dan untuk merencanakan sesuatu dibutuhkan keputusan,

    disimpulkan dalam satu perusahaan bahwa pembuat keputusan adalah tingkat

    manajerial ke atas.

    Menurut Turban dan Aronson (2011: 8), para manajer biasanya mengambil

    keputusan dengan mengikuti proses yang terdiri dari empat langkah, yaitu:

    1. Definisikan masalah (misal: situasi keputusan yang mungkin menghadapi

    kesulitan atau yang memiliki peluang).

    2. Bangun model yang mendeskripsikan masalah sebenarnya atau dalam dunia

    nyata.

    3. Identifikasikan solusi yang memungkinkan pada masalah yang dimodelkan

    dan evaluasi solusi tersebut.

    4. Bandingkan, pilih, dan rekomendasikan solusi potensial bagi masalah

    tersebut.

    2.1.2. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

    Menurut Turban dan Aronson (2011: 75), Decision Support System (DSS)

    atau Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dimaksudkan untuk

    mendukung pembuat keputusan manajerial dalam situasi keputusan

    semiterstruktur dan terstruktur.

    SPK berfungsi sebagai tambahan atau pendukung bagi pembuat keputusan,

    dapat memperluas pengetahuan dan kemungkinan, namun tidak menggantikan

    penilaian. Sistem ini ditujukan untuk keputusan yang membutuhkan penilaian dan

    keputusan yang dapat diolah dengan algoritma atau secara teknis.

    2.1.3. Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan

    Menurut Turban dan Aronson (2011: 77), karakteristik yang menyatakan

    suatu sistem merupakan SPK ada 14. Karakteristik dan kemampuan inti SPK

    teringkas dalam gambar berikut ini:

  • 8

    Sistem Pendukung

    Keputusan

    1. Masalah-masalah semi

    terstruktur atau terstruktur

    2. Mendukung manajer dari

    seluruh tingkatan

    3. Mendukung individu dan

    kelompok

    4. Keputusan yang saling

    bergantung atau beruntutan

    5. Mendukung rancangan

    intelijen, pilhan, dan

    implementasi

    6. mendukung variasi proses

    dan tipe keputusan

    7. Dapat beradaptasi dan

    fleksibel8. Interaktif, mudah

    digunakan9. Keefektifan dan efisiensi

    10. Manusia yang mengatur

    proses

    11. Mudah dikembangkan

    oleh pengguna

    12. Pemodelan dan analisis

    13. Akses data

    14. Berdiri sendiri,

    terintegrasi, dan berbasis

    web

    Gambar 2. 1 Karakteristik dan Kemampuan Inti SPK

    Sumber: Turban dan Aronson (2011: 77)

    2.1.4. Klasifikasi Sistem Pendukung Keputusan

    Klasifikasi SPK bermacam-macam sesuai dengan tujuan dan strukturnya.

    Menurut Turban dan Aronson (2011: 79-81), Klasifikasi SPK termasuk dalam

    beberapa kategori di bawah ini.

    1. Communications-driven and group DSS

    SPK yang termasuk jenis ini adalah SPK yang menggunakan komputer,

    kolaborasi, dan teknologi komunikasi untuk mendukung tugas kelompok

    yang dapat melibatkan maupun tak melibatkan pengambilan keputusan.

    2. Data-driven DSS

    SPK jenis ini terutama berhubungan dengan data, memprosesnya

    menjadi informasi, dan menuajikannya untuk pengambil keputusan. Dalam

    SPK jenis ini, organisasi database memiliki peranan besar dalam struktur

    SPK.

    3. Document-driven DSS

    SPK ini bergantung pada knowledge coding dan analisis. SPK jenis ini

    juga memiliki penekanan yang minimal terhadap pemanfaatan model mate-

  • 9

    matis. Tujuan utama document-driven DSS ini adalah untuk menyediakan

    penunjang dalam mengambil keputusan dengan menggunakan dokumen

    dalam berbagai bentuk, yaitu: lisan, tertulis, dan multimedia.

    4. Knowledge-deiven DSS, data mining, and management applications

    SPK jenis ini melibatkan aplikasi teknologi pengetahuan untuk mem-

    bahas kebutuhan-kebutuhan dalam penunjang keputusan.

    5. Model-driven DSS

    Penekanan utamanya adalah menciptakan satu atau lebih optimisasi

    atau model simulasi yang biasanya menyertakan aktivitas penting dalam

    formulasi model, pemeliharaan model, manajemen model dalam lingkungan

    komputasi terdistribusi, dan what-if analyses. Fokus dari sistem ini adalah

    menggunakan model-model untuk mengoptimalkan satu atau lebih tujuan

    (misalnya keuntungan).

    Selain kelima kategori tersebut, terdapat juga compound DSS. SPK ini ter-

    diri dari dua atau lebih dari kategori-kategori yang telah disebutkan sebelumnya.

    Tabel 2. 1 Tabel Kategori Decision Support System

    Orien-

    tasi

    Kategori Tipe

    Orientasi

    Tipe

    Task

    Pengguna Pola yang

    Digunakan

    Waktu

    Data Sistem

    penyim-

    panan

    data

    Akses data Operasi-

    onal

    Personil

    non-

    manajer

    Pencarian

    sederhana

    Tidak

    teratur

    Sistem

    analisis

    data

    Analisis ad

    hoc dari data

    files

    Analisis

    Operasi-

    onal

    Staf analis

    atau

    personil

    manajerial

    Manipulasi dan

    tampilan data

    Tidak

    teratur

    atau

    periodik

    Data

    atau

    model

    Sistem

    informasi

    analisis

    Analisis ad

    hoc yang

    melibatkan

    Analisis,

    perenca-

    naan

    Staf analis Pemrograman

    laporan khusus,

    mengembangkan

    Tidak

    teratur,

    sesuai

  • 10

    Orien-

    tasi

    Kategori Tipe

    Orientasi

    Tipe

    Task

    Pengguna Pola yang

    Digunakan

    Waktu

    lebih dari

    satu database

    dan model-

    model kecil

    model-model

    kecil

    permin-

    taan

    Model Model

    akuntansi

    Perhitungan

    dasar yang

    memperkirak

    an hasil

    mendatang

    dengan dasar

    definisi

    akuntansi

    Perenca-

    naan,

    anggaran

    Staf analis

    atau

    manajer

    Memasukkan

    perkiraan

    aktivitas;

    menerima hasil

    moneter yang

    diperkirakan

    sebagai keluaran

    (output)

    Periodik

    Model

    represen-

    tasional

    Memperki-

    rakan

    konsekuensi

    dari aksi-aksi

    tertentu

    Perenca-

    naan,

    anggaran

    Staf analis Memasukkan

    keputusan yang

    memungkinan;

    menerima hasil

    yang

    diperkirakan

    sebagai output

    Periodik

    atau

    analisis

    tidak

    beraturan

    (ad hoc)

    Model

    optimisasi

    Memperhi-

    tungkan

    solusi

    optimal dari

    kombinasi

    masalah

    Perenca-

    naan,

    alokasi

    sumber

    daya

    Staf analis Batasan input

    dan tujuan;

    menerima

    jawaban

    Periodik

    atau

    analisis

    tidak

    beraturan

    (ad hoc)

  • 11

    Orien-

    tasi

    Kategori Tipe

    Orientasi

    Tipe

    Task

    Pengguna Pola yang

    Digunakan

    Waktu

    Model

    perusulan

    Melakukan

    perhitungkan

    yang

    menghasil-

    kan

    keputusan

    yang

    diusulkan

    Operasi-

    onal

    Personil

    non-

    manajer

    Memasukkan

    deskripsi

    terstruktur dari

    situasi

    keputusan;

    menerima

    keputusan yang

    diusulkan

    sebagai output

    Harian

    atau

    periodik

    Sumber: Turban dan Aronson (2011)

    2.1.5. Komponen Sistem Pendukung Keputusan

    Dalam bukunya, Turban dan Aronson (2011: 85-88) menyatakan bahwa

    sebuah SPK dapat terdiri dari empat buah komponen, yaitu:

    1. Subsistem Manajemen Data

    Termasuk basis data yang berisi data-data relevant untuk situasi yang

    terjadi dan dikelola dalam sebuah piranti lunak yang disebut database

    management system (DBMS). Subsistem ini adalah bagian yang menangani

    semua penyimpanan maupun pengelolaan data dalam SPK.

    2. Subsistem Manajemen Model

    Subsistem Manajemen Model adalah sebuah paket piranti lunak yang

    meliputi model keuangan, statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif

    lainnya yang menyediakan kemampuan analitis bagi sistem dan manajemen

    piranti lunak yang layak. Piranti lunaknya sering disebut model database

    management system (MBMS).

    3. Subsistem Antarmuka

    Subsistem antarmuka berfungsi sebagai penghubung pengguna dengan

    sistem. Pengguna dapat berkomunikasi dan memberi perintah pada sistem de-

    ngan menggunakan komponan-komponen yang disediakan pada antarmuka.

  • 12

    4. Subsistem Manajemen Berbasis Pengetahuan

    Subsistem ini dapat berdiri sebagai komponen sendiri atau mendukung

    komponen lain. Fungsinya adalah untuk menyediakan intelijen untuk

    kepentingan sang pengambil keputusan.

    Sebuah SPK harus memiliki tiga komponen utama, yaitu DBMS, MBMS,

    dam antarmuka. Subsistem manajemen berbasis pengetahuan merukapan pilihan

    opsional.

    1.3. Logika Fuzzy

    Logika fuzzy adalah cabang dari sistem kecerdasan buatan (Artificial

    Intelegent) yang meniru kemampuan manusia dalam berfikir ke dalam bentuk

    algoritma yang kemudian dijalankan oleh mesin. Algoritma ini digunakan dalam

    berbagai aplikasi pemrosesan data yang tidak dapat direpresentasikan dalam

    bentuk biner. Logika fuzzy menginterpretasikan statemen yang samar menjadi

    sebuah pengertian yang logis.

    Logika fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh seorang

    kebangsaan Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley

    pada tahun 1965 dalam papernya yang monumental. Dalam paper tersebut dipa-

    parkan ide dasar fuzzy set yang meliputi inclusion, union, intersection,

    complement, relation dan convexity. Pelopor aplikasi fuzzy set dalam bidang

    kontrol, yang merupakan aplikasi pertama dan utama dari fuzzy set adalah Prof.

    Ebrahim Mamdani dan kawan-kawan dari Queen Mary College London. Pene-

    rapan kontrol fuzzy secara nyata di industri banyak dipelopori para ahli dari

    Jepang, misalnya Prof. Sugeno dari Tokyo Institute of Technology, Prof.

    Yamakawa dari Kyusu Institute of Technology, Togay dan Watanabe dari Bell

    Telephone Labs (Girona, 2013). Komponen - komponen fuzzy sebagai berikut:

    Himpunan Fuzzy

    Himpunan fuzzy merupakan suatu pengembangan lebih lanjut tentang

    konsep himpunan dalam matematika. Himpunan Fuzzy adalah rentang

  • 13

    nilai-nilai. Masing-masing nilai mempunyai derajat keanggotaan

    (membership) antara 0 sampai dengan 1. Ungkapan logika Boolean meng-

    gambarkan nilai-nilai “benar” atau “salah”. Logika fuzzy menggunakan

    ungkapan misalnya : “sangat lambat”, ”agak sedang”, “sangat cepat” dan

    lain-lain untuk mengungkapkan derajat intensitasnya (Kusumadewi dan

    Purnomo, 2010).

    Fuzzifikasi

    Proses fuzzifikasi merupakan proses untuk mengubah variabel non fuzzy

    (variabel numerik) menjadi variabel fuzzy (variabel linguistik). Nilai

    masukan-masukan yang masih dalam bentuk variabel numerik yang telah

    dikuantisasi sebelum diolah oleh pengendali fuzzy harus diubah terlebih

    dahulu ke dalam variabel fuzzy. Melalui fungsi keanggotaan yang telah

    disusun maka nilai-nilai masukan tersebut menjadi informasi fuzzy yang

    berguna nantinya untuk proses pengolahan secara fuzzy pula. Proses ini

    disebut fuzzifikasi (Kusumadewi dan Purnomo, 2010).

    Inferencing (Rule Base)

    Pada umumnya, aturan-aturan fuzzy dinyatakan dalam bentuk “IF…THEN”

    yang merupakan inti dari relasi fuzzy. Relasi fuzzy, dinyatakan dengan R,

    juga disebut implikasi fuzzy (Kusumadewi dan Purnomo, 2010). Untuk

    mendapatkan aturan “IF...THEN” ada dua cara utama :

    1. Menanyakan ke operator manusia yang dengan cara manual telah

    mampu mengendalikan sistem tersebut, dikenal dengan “human

    expert”.

    2. Dengan menggunakan algoritma pelatihan berdasarkan data-data

    masukan dan keluaran.

    2.3.1. Fungsi Keanggotaan

    Fungsi Keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang me-

    nunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (sering

    juga disebut dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai

  • 14

    1. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan

    adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Ada beberapa fungsi yang bisa

    digunakan.

    a. Representasi Linear

    Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotannya

    digambarkan sebagai suatu garis lurus. Bentuk ini paling sederhana dan

    menjadi pilihan yang baik untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas.

    Ada 2 keadaan himpunan fuzzy yang linear. Pertama, kenaikan himpunan

    dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol [0]

    bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat

    keanggotaan lebih tinggi (Kusumadewi dan Purnomo, 2010).

    Fungsi keanggotaan :

    [ ] {

    Gambar 2. 2 Representasi linear naik

    b. Representasi kurva segitiga

    Kurva Segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis (linear)

    seperti terlihat pada Gambar 2.8 (Kusumadewi dan Purnomo, 2010).

    Fungsi keanggotaan :

    Gambar 2. 3 Kurva segitiga

  • 15

    2.3.2. Fuzzy Mamdani

    Metode Mamdani sering dikenal sebagai Metode Min-Max. Metode ini

    diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Untuk mendapatkan

    output, diperlukan 4 tahapan yaitu:

    1. Pembentukan himpunan fuzzy

    Pada Metode Mamdani, baik variable input maupun variable output dibagi

    menjadi satu atau lebih himpunan fuzzy.

    2. Mengaplikasikan metode implikasi

    Pada Metode Mamdani, fungsi implikasi yang digunakan adalah Min.

    µA B[x] = min(µA[x], µB[x])

    (2.1)

    3. Komposisi aturan

    a. Metode max

    Solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara mengambil nilai mak-

    simum aturan, kemudian menggunakannya untuk memodifikasi daerah

    fuzzy, dan mengaplikasikannya ke output dengan menggunakan operator

    OR (union). Jika semua proposisi telah dievaluasi, maka output akan

    berisi suatu himpunan fuzzy yang merefleksikan kontribusi dari tiap-tiap

    proposisi. Dirumuskan sebagai berikut :

    µsf[xi] = max(µsf[xi], µkf[xi])

    (2.2)

    dengan :

    µsf[xi] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i

    µkf[xi] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i

    Misalkan ada 3 aturan (proposisi) sebagai berikut :

    [R1] IF biaya produksi RENDAH And permintaan NAIK

    THEN produksi barang BERTAMBAH.

  • 16

    [R2] IF biaya produksi STANDAR

    THEN produksi barang NORMAL.

    [R3] IF biaya produksi RENDAH And permintaan TURUN

    THEN produksi barang BERKURANG.

    b. Metode additive (Sum)

    Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara melaku-

    kan bounded-sum terhadap semua output daerah fuzzy.

    µsf[xi] = min(1, µsf[xi] + µkf[xi])

    (2.3)

    dengan :

    µsf[xi] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i

    µkf[xi] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i

    c. Metode probabilistik

    Para metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara mela-

    kukan product terhadap semua output daerah fuzzy.

    µsf[xi] = (µsf[xi] + µkf[xi]) - (µsf[xi] * µkf[xi])

    (2.4)

    dengan :

    µsf[xi] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i

    µkf[xi] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i

    4. Penegasan (defuzzy)

    Input dari proses defuzzy adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari

    komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan

    merupakan suatu bilangan pada domain himpunan fuzzy tersebut. Sehingga

    jika diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat

    diambil suatu nilai crisp tertentu sebagai output.

  • 17

    Ada beberapa macam metode defuzzy yang bisa dipakai untuk aturan

    mamdani, antara lain :

    a. Metode Centroid

    Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil titik pusat

    (z*) daerah fuzzy. Secara umum dirumuskan :

    ∫ ( )

    ∫ ( )

    untuk variable kontinu, atau

    (2.5)

    ∑ ( )

    ∑ ( ) untuk variable diskret.

    (2.6)

    b. Metode Bisektor

    Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai

    keanggotaan pada daerah fuzzy. Secara umum dituliskan :

    sedemikian hingga ∫ ( )

    ∫ ( )

    (2.7)

    c. Metode Mean of Maximum

    Pada metode ini solusi diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata domain

    yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

    d. Metode Largest of Maximum

    Pada metode ini solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai terbesar

    dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

    e. Metode Smallest of Maximum

    Pada metode ini solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai terkecil

    dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI1.1. Tinjauan Pustaka1.2. Pendukung Keputusan1.3. Logika Fuzzy2.3.1. Fungsi Keanggotaan2.3.2. Fuzzy Mamdani