35
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi Adalah ketidak mampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburan ( fertilitas ) tidak dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta tiak mendapatkan bayi tanpa resiko apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya tidak dapat mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Marmi, 2011 ). Gangguan Sistem Reproduksi pada payudara (Sjamsuhidajat, 2004), antara lain : b. Infeksi 1) Mastitis Merupakan infeksi dari duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran pembuluh darah (hematogen). Mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama yakni setelah bayi lahir pada minggu ke-2 dan ke-3, namun juga sering terjadi pada wanita yang hamil atau dalam masa laktasi (Sjamsuhidajat, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

  • Upload
    vuxuyen

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Gangguan Sistem Reproduksi

Adalah ketidak mampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat

reproduksi dan mengatur kesuburan ( fertilitas ) tidak dapat menjalani

kehamilan dan persalinan secara aman serta tiak mendapatkan bayi tanpa

resiko apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya

tidak dapat mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Marmi, 2011 ).

Gangguan Sistem Reproduksi pada payudara (Sjamsuhidajat, 2004),

antara lain :

b. Infeksi

1) Mastitis

Merupakan infeksi dari duktus laktiferus ke lobus sekresi,

melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus

(periduktal) atau melalui penyebaran pembuluh darah

(hematogen). Mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama yakni

setelah bayi lahir pada minggu ke-2 dan ke-3, namun juga sering

terjadi pada wanita yang hamil atau dalam masa laktasi

(Sjamsuhidajat, 2004).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

9

Menurut Geri ( 2009), mastitis ditandai dengan gejala sebagai

berikut :

(a) Suhu tubuh yang meningkat secara cepat 37,8 – 40 0

C

(b) Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan

terasa sangat nyeri,

(c) Frekuensi nadi meningkat

(d) Menggigil, malaise umum dan sakit kepala

Ada tiga jenis mastitis,menurut Prawirohardjo ( 2008) yaitu :

(a) Mastitis periduktal, merupakan terjadinya pelebaran saluran

payudara yang disebabkan oleh sumbatan.

(b) Mastitis puerperalis, merupakan peradangan payudara yang

disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.

(c) Mastitis supurativa, merupakan peradangan pada payudara

yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus, dan juga dapat

disebabkan oleh jamur, kuman TBC bahkan sifilis.

2) Fistel paraareola

Merupakan terjadinya pengeluaran cairan hemoragik dari

puting yang kental seperti mentega, sehingga menyebabkan

retraksi pada bagian bawah payudara. Hal ini dapat menjadikan

abseb pada payudara, kemudian mengakibatkan terbentuknya

fistel (Sjamsuhidajat, 2004).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

10

c. Tumor jinak

Adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi

secara terus menerus (Kumar dkk, 2007). Merupakan benjolan pada

payudara yang biasanya terdiri dari gumpalan lemak yang terbungkus

dalam suatu wadah yang menyerupai kantong yang sifatnya jinak dan

tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh.

Menurut Samsuhidajat ( 2004 ), tumor jinak payudara terdiri dari :

1) Fibroadenoma

Merupakan neoplasma jinak yang terbentuk baik dalam

jaringan payudara glandular maupun dalam jaringan stromal.

Fibroadenoma biasa terjadi pada usia 20 hingga 30-an tahun.

2) Tumor filoides

Merupakan neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara

local dan mungkin ganas, pertumbuhannya lebih cepat.

3) Papiloma intraduktus

Adalah lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus di bawah

areola, gejalanya berupa pengeluaran cairan yang berdarah dari

puting susu.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

11

4) Adenosis sklerosis

Adalah kelainan fibrokistik, tampak poliferasi jinak ditandai

dengan gejala lobulus payudara membesar, terdistorsi oleh

jaringan berserat ( Pamungkas, 2011).

5) Lipoma

Adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit

yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut

(40-60 tahun), namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma

bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri,

pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas.

Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga

mencapai lebih dari diameter 6 cm ( Sjamsuhidajat, 2004).

6) Nekrosis lemak

Terjadi ketika area pada jaringan lemak payudara mengalami

kerusakan, akibat adanya luka pada payudara. Biasanya dapat

terjadi setelah menjalani radiasi atau pembedahan ( Pamungkas,

2011).

d. Tumor ganas ( Ca mammae)

Tumor ganas adalah karsinoma yang berasal dari duktus atau

lobulus payudara, terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang

mengatur pertumbuhan dan diffrensiasi sehingga sel itu tumbuh dan

berkembang biak tanpa dapat dikendalikan. Penyebaran kanker

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

12

payudara terjadi melalui pembuluh getah bening dan tumbuh di

kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun

supraklavikula membesar.

2. Payudara

a. Anatomi

Payudara adalah organ grandular yang terdapat pada kosta ke 2

atau ke 3 sampai ke 7, dan dari garis aksilla depan sampai pinggir

sternum, akan tetapi tidak jarang sampai ke m.latissium dorsi

(Prawirohardjo, 2008).

Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara

jaringan subkutan menjadi superfisial dan profundus, yang menutupi

muskulus pektoralis mayor, sebagian kecil seratus anterior dan oblique

eksterna. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan

biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama

disebabkan oleh pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan

penimbunan jaringan lemak (Nugroho, 2011).

Setiap mammae terdiri dari 12-20 kelenjar lobules yang masing-

masing mempunyai saluran ke papila mamma yang disebut duktus

laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara

kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara

lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper

yang memberi rangka untuk payudara (Sjamsuhidajat, 2004).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

13

gambar 2.1 anatomi payudara

Menurut Pamungkas (2011), pada payudara terdapat tiga bagian

utama, yaitu :

1) Korpus ( badan)

Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.

Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma,

sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari

alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi

15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan dari alveolus ke

dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus

bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus

laktiferus)

2) Areola

Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar

melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

14

Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot

polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

3) Papilla atau puting

Bagian yang menonjol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran

air susu (Nugroho, 2011)

Menurut Pamungkas (2011), bentuk putting ada 4, yaitu :

a) Bentuk putting susu normal

gambar 2.2

b) Bentuk puting susu pendek

gambar 2.3

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

15

c) Bentuk puting susu panjang

gambar 2.4

d) Bentuk puting susu terbenam

gambar 2.5

b. Fisiologi

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh

hormon (Pamungkas, 2011). Perubahan pertama ialah mulai dari masa

hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas sampai ke

klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan

progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise,

telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.

Sekitar hari ke delapan haid, payudara jadi lebih besar, dan pada

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

16

beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal.

Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata, pada waktu

itu pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar

terlalu besar.

Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada

kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobules dan

duktus alveolus berpoliferasi dan tumbuh duktus baru (Sjamsuhidajat,

2004).

3. Tumor Jinak Payudara

a. Definisi

Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan

sel yang terjadi secara terus menerus (Kumar dkk, 2007).

Fibroadenoma adalah benjolan padat dan kecil dan jinak pada

payudara yang terdiri dari jaringan kelenjar dan fibrosa. Benjolan ini

biasanya ditemukan pada wanita muda, seringkali pada remaja putri

(Prawirohardjo, 2008).

Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal,

mudah digerakkan dan bergaris tengah 1 hingga 10 cm. Walaupun

jarang, tumor mungkin multiple dan bergaris tengah lebih dari 10 cm.

Berapapun ukurannya, tumor ini biasanya mudah “ dikupas “( Sarjadi,

2007).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

17

b. Etiologi

Penyebab dari fibroadenoma mammae menurut Price (2005),

adalah pengaruh hormonal. Hal ini diketahui karena ukuran

fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada

kehamilan. Lesi membesar pada akhir daur haid dan selam hamil.

Fibroadenoma mammae ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon

estrogen.

Namun ada yang dapat mempengaruhi timbulnya tumor, antara

lain: konsituasi genetika dan juga adanya kecenderungan pada

keluarga yang menderita kanker ( Sarjadi, 2007).

c. Patofisiologi

Fibroadenoma biasa ditemukan pada kuadran luar atas,

merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan

sekitarnya. Pada gambaran histologist menunjukkan stroma dengan

poliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang

dilapisi epitel dengan bentuk dan struktur yang berbeda (Elizabeth,

2005).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

18

Secara histologi menurut Sarjadi (2007) fibroadenoma mammae dapat

dibagi menjadi :

1) Intracanalicular fibroadenoma

Fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur

dibentuk dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung

serat jaringan epitel. Rongga mirip duktus atau kelenjar dilapisi

oleh satu atau lebih lapisan sel yang regular dengan membran basal

jelas dan utuh, dimana sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar

sampai oval dan cukup teratur.

2) Pericanalicular fibroadenoma

Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar atau

kista yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak

lapisan. Sebagian lainnya tertekan oleh poliferasi ekstensif stroma

sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai

celah atau struktur irregular mirip bintang.

d. Tanda dan Gejala

Menurut Nugroho (2011), fibroadenoma tanda dan gejalanya

sebagai berikut :

1) Fibroadenoma dapat multipel

2) Benjolan berdiameter 2-3 cm

3) Benjolan tidak menimbulkan reksi radang, mobile dan tidak

menyebabkan pengerutan kulit payudara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

19

4) Benjolan berlobus - lobus

5) Pada pemeriksaan mammografi , gambaran jelas jinak berupa rata

dan memiliki batas jelas

e. Diagnosis

Menurut Pamungkas ( 2011) Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan

beberapa cara, yaitu

1) Pemeriksaan fisik (phisycal examination)

Pada pemeriksaan fisik akan memeriksa benjolan yang ada

dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat

diketahui apakah mobil atau tidak, kenyal atau keras,dll.

2) Mammografi

Adalah proses penyinaran dengan sinar x terhadap payudara.

Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit

pada payudara yang tidak diketahui gejalanya (asimptomatik).

3) Duktografi

Adalah pencritaan mammografi, yang dapat memperlihatkan

saluran air susu yang ada, dalam mendiagnosis penyebab

keluarnya cairan atau kotoran dari puting

4) Biopsi

Merupakan tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara

dan dilihat di bawah lensa mikroskop, guna mengetahui adakah sel

kanker .

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

20

Biopsi terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

(a) Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)

Pada FNAC akan diambil sel dari fibroadenoma dengan

menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang

dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut kita dapat

memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil

pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk

diperiksa di bawah mikroskop (Pamungkas, 2011).

Menurut Taufan (2011) di bawah mikroskop tumor tersebut

tampak seperti berikut :

(1) Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim

(jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel

kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus

(2) Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran

kelenjar yang berbentuk bular (perikanalikuler) atau

bercabang (intrakanalikuler)

(3) Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid

atau kolumnar pendek uniform

(b) Core needle biopsy ( biopsi jarum inti )

Prosedur yang digunakan untuk mengambil jaringan yang

kecil dari area yang tidak normal pada payudar dengan

menggunakan jarum yang sedikit lebih besar.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

21

(c) Biopsy stereotaktis

Biopsy jenis ini menggunakan sinar x dan computer untuk

melihat gambar. Tekhnik ini dapat menemukan benjolan yang

tidak teraba, namun terlihat saat pemeriksaan mammogram.

(d) Biopsy terbuka atau pembedahan

Pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan bagian dari

benjolan kemudian dilihat dengan mikroskop.

5) MRI ( Magnetic Resonance Imaging )

Pemeriksaan yang direkomendasikan pada wanita yang

memiliki resiko.

6) USG payudara

Dikenal dengan beast ultrasound, digunakan untuk mengevaluasi

adanya ketidaknormalan pada payudara yang telah ditemukan pada

hasil pemeriksaan mammografi.

f. Penatalaksanaan

Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai

berikut:

1) Ukuran

2) Terdapat rasa nyeri atau tidak

3) Usia pasien

4) Hasil biopsy

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

22

Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan

operasi pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general

anaesthetic pada operasi. Operasi tidak akan merubah bentuk dari

payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut

yang nanti akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan

(Nugroho, 2011).

g. Pencegahan

Pemeriksaan payudara sendiri penting bagi kesehatan wanita

terutama pada awal umur 20 tahun. Perlunya memperhatikan

perubahan pada payudara dengan mengetahui bentuk payudara secara

normal dengan menggunakan langkah demi langkah.

1) Langkah Pertama

Berbaring miring dan tempatkan lengan kanan dibelakang

kepala. Pemeriksaan dilakukan ketika berbaring, bukan berdiri.

Sebab, ketika berbaring, jaringan payudara menyebar searah

dinding dada dan serenggang mungkin, yang memudahkan untuk

merasakan seluruh jaringan payudara.

2) Langkah Kedua

Gunakan telapak tangan dari tiga jari tengah pada tangan kiri

untuk merasakan berbagai benjolan pada payudara kanan.

Gunakan gerakan memutar ke atas ke bawah menggunakan tapak

jari untuk merasakan jaringan payudara.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

23

3) Langkah Ketiga

Gunakan tiga tingkat tekanan berbeda untuk merasakan semua

jaringan payudara. Tekanan ringan untuk merasakan jaringan yang

paling dekat dengan kulit, tekanan sedang untuk merasakan sedikit

lebih dalam, dan tekanan kuat untuk merasakan jaringan lebih

dekat dengan dada dan tulang rusuk.

4) Langkah Keempat

Gerakkan tangan pada payudara dengan pola gerak ke atas ke

bawah untuk memulai baris bayangan yang tergambar lurus ke

bawah sisi dari bawah lengan. Pastikan untuk memeriksa seluruh

area payudara ke bawah sampai merasakan tulang iga, dan ke atas

hingga mencapai leher ( tulang selangka ).

5) Langkah Kelima

Ulangi pemeriksaan pada payudara kiri , dengan menggunakan

tapak jari tangan kanan.

6) Langkah Keenam

Berdiri di depan cermin dengan tekanan lembut ke bawah pada

pinggul. Lihat apakah ada perubahan ukuran, bentuk, kontur,

lesung, kemerahan pada puting atau kulit payudara. Lakukan

penekanan ke bawah dengan posisi pinggul mengerutkan otot

dinding dada dan mempertinggi perubahan pada payudara.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

24

7) Langkah Ketujuh

Periksa setiap ketiak ketika duduk tegak dengan lengan

terangkat sedikit , sehingga dengan mudah dapat merasakan area

ketiak ( Pamungkas, 2011)

Pencegahan yang dapat dilakukan pada kasus tumor jinak pada

payudara dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain :

1) Menghindari makanan yang tinggi lemak

2) Menghindari pemakaian obat hormonal terutama estrogen

3) Rajin melakukan SADARI

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

25

h. Pathway

bagan 2.1 pathway Fibroadenoma Mammae

sumber : ( Sjamsuhidajat, 2004), (Pamungkas, 2011)

normal abnormal

payudara

infeksi tumor jinak

mastitis fistel

paraareola

Fibroadenoma

Tumor filoides

Pappiloma intraduktus

Adenosis sklerosis

Mastitis sel plasma

Nekrosis lemak

lipoma

Penyebab :

estrogen yang

berlebih

Diagnosis :

Pemeriksaan fisik

Mammogram

Biopsi

Duktografi

Biopsy

USG payudara

Deteksi dini

SADARI

Penatalaksanaan

Operasi pengangkatan tumor

tumor ganas

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

26

B. Teori Manajemen Kebidanan ( Teori Varney )

1. Pengertian

Menurut Muslihatun, dkk (2008) manajemen kebidanan adalah

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan

masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa

kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Prinsip Proses Manajemen Kebidanan

Menurut Estiwidani, dkk (2008) terdapat beberapa prinsip dalam proses

manajemen kebidanan antaralain:

a. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang

lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif

terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat

kesehatan dan pemeriksaan fisik.

b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnose berdasarkan

interpretasi data dasar.

c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kebidanan dalam

menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kebidanan

bersama klien.

d. Membuat informasi dan support sehingga klien dapat membuat

keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

27

e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.

Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana

individu.

f. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen

dengan kolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuahn

selanjutnya.

g. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi

darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.

h. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan

kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

3. Langkah-Langkah Manjemen Kebidanan

Menurut Mufdilah (2008) Proses manajemen kebidanan menurut varney

terdiri dari 7 langkah yaitu:

a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan data dasar

Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang

klien/orang yang meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data

dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama

proses asuhan kebidanan berlangsung.

Data secara garis besar, mengklasifikasikan menjadi data subyektif

dan data obyektif. Pada waktu mengumpulkan data subyektif bidan

harus mengembangkan hubungan antar personal yang efektif dengan

pasien/klien/yang diwawancarai, lebih memperhatikan hal-hal yang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

28

menjadi keluhan utama pasien dan yang mencemaskan, berupaya

dengan masalah klien.

Pada waktu mengumpulkan data obyektif bidan harus mengamati

ekspresi dan perilaku pasien, mengamati perubahan/kelainan fisik,

memperhatikan aspek social budaya pasien, menggunakan teknik

pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan pemeriksaan yang

terarah dan berkaitan dengan keluhan pasien.

Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Pasien adalah

sumber informasi yang akurat dan ekonomis, disebut data primer.

Sumber data alternatif atau sumber data sekunder adalah data yang

sudah ada.

Teknik pengumpulan data ada tiga, yaitu :

1) Observasi

Observasi adalah pengumpulan data melalui indera penglihatan,

pendengaran, penciuman dan perabaan.

2) Wawancara

Wawancara adalah pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan

pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting

diperhatikan adalah data yang ditanyakan diarahkan ke data yang

relevan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

29

3) Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan dengan palpasi, untuk mengetahui adakah

benjolan abnormal pada payudara pasien.

b. Langkah II (Kedua) : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnostik yang spesifik.

c. Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,

bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah potesial

ini benar-benar terjadi.

d. Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan

yang memerlukan penanganan segera

Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu

bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data

menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera, sementara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

30

menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi

dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien

untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

e. Langkah V (Kelima) : Merencanakan asuhan yang komprehensif /

menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah sebelumnya. Perencanaan supaya terarah,

dibuat pola pikir dengan langkah sebagai berikut: tentukan tujuan

tindakan yang akan dilakukan yang berisi tentang sasaran/target dan

hasil yang akan dicapai, selanjutnya ditentukan tindakan sesuai dengan

masalah/diagnosa dan tujuan yang akan dicapai.

f. Langkah VI ( Keenam ) : Melaksanakan perencanaan dan

penatalaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke-5, dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau

anggota tim kesehatan lainnya. Manajemen yang efisien akan

menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

31

g. Langkah VII (Ketujuh) : Evaluasi

Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.

Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu

mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui

proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen

tidak afektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan

berikutnya.

C. Teori Hukum Kewenangan Bidan

1. Teori Kewenangan

a. Pengertian

Untuk melaksanakan fungsi pemerintahan, kekuasaan dan kewenangan

sangatlah penting.

Kata “ wewenang “ memiliki arti :

1) Hak dan kekuasaan untuk bertindak : kewenangan

2) Kekuasaan membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan

tanggungjawab kepada orang lain

3) Fungsi yang boleh dilaksanakan

Sedangkan Soerjono Soekanto menguraikan kewenangan atau

wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan dalam lapangan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

32

hukum publik. Namun sesungguhnya terdapat perbedaan diantara

keduanya. Kewenangan adalah apa yang disebut “ kekuasaan formal “,

kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh Undang –

undang atau legislatif dari kekuasaan eksekutif atau administratif.

Karenanya, merupakan kekuasaan dari segolongan orang tertentu atau

kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan atau urusan pemerintahan

tertentu yang bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenai suatu bagian

tertentu saja dari kewenangan. Wewenang (authority) adalah hak untuk

member perintah dan kekuasaan untuk meminta dipatuhi.

2. Teori Kewenangan Bidan

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1464/MENKES/PER/X/2010 kewenangan bidan antara lain :

1) Pelayanan Kesehatan Ibu

Pada Pasal 10

a) Ayat (1) disebutkan bahwa “Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil,

kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa

antara dua kehamilan.

b) Ayat (2) disebutkan bahwa “Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana

dimaksud pada Ayat (1) meliputi :

(1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil;

(2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal;

(3) Pelayanan persalinan normal;

(4) Pelayanan ibu nifas normal;

(5) Pelayanan ibu menyusui; dan

(6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

33

c) Ayat (3) disebutkan bahwa “Bidan dalam memberikan pelayanan

sebagaimana dimaksud Ayat (2) berwenang untuk :

(1) Episiotomi;

(2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

(3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

(4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil;

(5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

(6) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu

eksklusif;

(7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum;

(8) Penyuluhan dan konseling;

(9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil;

(10)Pemberian surat keterangan kematian; dan

(11)Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

2) Pelayanan Kesehatan Anak

Pada Pasal 11

a) Ayat (1) disebutkan bahwa “Pelayanan kesehatan anak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi,

anak balita, dan anak pra sekolah.

b) Ayat (2) disebutkan bahwa “Bidan dalam memberikan pelayanan

kesehatan anak .

Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :

(1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisisasi menusui dini, injeksi Vitamin K1,

perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan

perawatan tali pusat;

(2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;

(3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

(4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;

(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra

sekolah;

(6) Pemberian konseling dan penyuluhan;

(7) Pemberian surat keterangan kelahiran; dan

(8) Pemberian surat keterangan kematian.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

34

3) Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana

Pada Pasal 12

Disebutkan bahwa “Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 huruf c, berwenang untuk :

a) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana; dan

b) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

3. Landasan Hukun Bidan

Dalam pengelolaan oleh bidan sesuai kompetensi bidan di Indonesia

dalam kasus Gangguan Reproduksi Payudara. Bidan memiliki kemandirian

untuk melakukan asuhannya. Sebagai seorang bidan dalam memberikan

asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga

penyimpangan terhadap hukum ( mal praktik ) dapat dihindarkan dalam

memberikan asuhan kebidanan Gangguan Reproduksi pada Wanita dengan

Tumor Payudara

a. Undang – Undang Kesehatan No 36 tahun 2009

Pasal 71 “ Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilaksanakan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif “.

Pasal 72 “setiap orang berhak menjalani kehidupan reproduksi dan

kehidupan seksual yang sehat, memperoleh informasi, edukasi, dan

konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat

dipertanggungjawabkan “ .

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

35

Dari pasal tersebut setiap bidan memiliki kewajiban untuk

melaksanakan kegiatan :

1) Promotif

Dalam kasus ini, bidan memberikan penjelasan mengenai

gangguan reproduksi pada wanita dengan Tumor Payudara,

mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala, faktor resiko.

2) Preventif

Dalam kasus ini, bidan memberikan penjelasan tentang

pencegahan dari Gangguan Reproduksi pada wanita dengan Tumor

payudara dengan melakukan deteksi dini yakni dengan SADARI.

3) Kuratif

Dalam kasus ini, bidan di Rumah Sakit hanya boleh

memberikan pengobatan pada tumor payudara dengan melakukan

kolaborasi dengan dokter bedah.

4) Rehabilitatif

Dalam hal ini, bidan di Rumah Sakit memberikan

penyembuhan. Sehingga masyarakat berhak menjalani kehidupan

reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, memperoleh

informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi

yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

36

b. Permenkes No 369/MENKES/SK/III/2007

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

369/MENKES/SK/III/2007.

1) Standar Kompetensi yang berhubungan dengan Gangguan Reproduksi

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud :

Pasal 9 huruf c “ bidan berwenang untuk memberikan penyuluhan

dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana “

Dari pasal tersebut seorang bidan dalam memberikan pelayanan

kesehatan dengan kasus gangguan Reproduksi pada wanita dengan

Tumor Payudara adalah memberikan penyuluhan dan konseling.

2) Standar Pelayanan Kebidanan Asuhan Kebidanan

Standar VII : Standar Asuhan.

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/ manajemen

kebidanan yang diterapkan sebagai pedoman dalam memeberikan

pelayanan kepada pasien.

Definisi Operasional :

a) Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai

pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.

b) Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan

medik.

c) Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

37

d) Ada diagnosa kebidanan.

e) Ada rencana asuhan kebidanan.

f) Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan.

g) Ada catatan perkembangan klien dalam asuhan kebidanan.

h) Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.

i) Ada dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.

3) Standar Praktik Bidan

a) Standar I : Metode Asuhan

Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen

kebidanan dengan langkah : pengumpulan data dan analisis data,

penegakan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan

dokumentasi.

Definisi Operasional :

(1) Ada format manajemen asuhan kebidanan dalam catatan

asuhan kebidanan.

(2) Format manajemen kebidanan terdiri dari : format

pengumpulan data, rencana asuhan, catatan implementasi,

catatan perkembangan, tindakan, evaluasi, kesimpulan dan

tindak lanjut kegiatan lain.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

38

b) Standar II : Pengkajian

Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan

secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh

dicatat dan dianalisis.

Definisi Operasional : ada format pengumpulan.

Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus, yang

meliputi data :

(1) Demografi identitas klien

(2) Riwayat penyakit terdahulu

(3) Riwayat kesehatan reproduksi :

− Riwayat haid

− Riwayat bedah organ reproduksi

− Riwayat kehamilan dan persalinan

− Pengaturan kesuburan

− Faktor kongenital/keturunan yang terkait

(4) Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi

(5) Analisis data

c) Standar III : Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang

telah dikumpulkan.

Definisi Operasional :

(1) Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan hasil analisa data.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

39

(2) Diagnosa kebidanan dirumuskan secara sistematis.

d) Standar IV : Rencana Asuhan

Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa

kebidanan.

(1) Ada format rencana asuhan kebidanan.

(2) Format rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, berisi

rencana tindakan, evaluasi dan tindakan.

e) Standar V : Tindakan

Tindakan kebidanan dilaksnakan berdasarkan diagnosa, rencana

dan perkembangan keadaan klien.

Definisi Operasional :

(1) Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.

(2) Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan

perkembangan klien.

(3) Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap

dan wewenang bidan atau hasil kolaborasi.

(4) Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan etika

dank ode etik kebidanan.

(5) Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah

tersedia.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

40

f) Standar VI : Partisipasi Klien

Klien dan keluarga dilibatkan dalam rangka peningkatan

pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.

Definisi Operasional :

(1) Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang :

− Status kesehatan saat ini

− Rencana tindakan yang akan dilaksanakan

− Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan

− Peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan

− Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan

(2) Klien dan keluarga dilibatkan dalam menentukan pilihan dan

mengambil keputusan dalam asuhan.

(3) Pasien dan keluarga diberdayakan dalam terlaksananya

rencana asuhan klien.

g) Standar VII : Pengawasan

Monitor/pengawasan klien dilaksanakan secara terus menerus

dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.

Definisi Operasional :

(1) Adanya format pengawasan klien

(2) Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus dan sistematis

untuk mengetahui perkembangan klien.

(3) Pengawasan yang dilaksanakan dicatat dan dievaluasi.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

41

h) Standar VIII : Evaluasi

Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus sesuai

dengan tindakan kebidanan dan rencana yang telah dirumuskan.

Definisi Operasional :

(1) Evaluasi dilaksanakan pada tiap tahapan pelaksanaan asuhan

sesuai standar.

(2) Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.

i) Standar IX : Dokumentasi

Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar

dokumentasi asuhan kebidanan.

Definisi Operasional :

(1) Dokumentasi dilaksanakan pada setiap tahapan asuhan

kebidanan.

(2) Dokumentasi dilaksanakan secara sistimatis, tepat, dan jelas.

(3) Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan

kebidanan.

c. Permenkes 1464/Menkes/ PER/X/2010

Dalam Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/

MENKES / PER/X/2010

Pasal 12 “Bidan dalam memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi

Perempuan dan Keluarga Berencana “

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-neniknurna... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi

42

Pasal 9 huruf C “ bidan berwenang untuk memberikan pelayanan dan

konseling Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana.

Dari uraian di atas sesuai Permenkes 1464/ Menkes / PER/ X / 2010

Bidan berwenang memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi

Perempuan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan

kesehatan tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan

masyarakat. Konseling dalam hal ini adalah mengenai Tumor Payudara

pada wanita dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan,

factor resiko wanita yang dapat terkena penyakit tumor payudara dan

penatalaksanaan. Kegiatan ini harus mencakup dapat meluas pada

kesehatan perempuan terutama kesehatan reproduksi