Upload
vuxuyen
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Gangguan Sistem Reproduksi
Adalah ketidak mampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat
reproduksi dan mengatur kesuburan ( fertilitas ) tidak dapat menjalani
kehamilan dan persalinan secara aman serta tiak mendapatkan bayi tanpa
resiko apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya
tidak dapat mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Marmi, 2011 ).
Gangguan Sistem Reproduksi pada payudara (Sjamsuhidajat, 2004),
antara lain :
b. Infeksi
1) Mastitis
Merupakan infeksi dari duktus laktiferus ke lobus sekresi,
melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus
(periduktal) atau melalui penyebaran pembuluh darah
(hematogen). Mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama yakni
setelah bayi lahir pada minggu ke-2 dan ke-3, namun juga sering
terjadi pada wanita yang hamil atau dalam masa laktasi
(Sjamsuhidajat, 2004).
9
Menurut Geri ( 2009), mastitis ditandai dengan gejala sebagai
berikut :
(a) Suhu tubuh yang meningkat secara cepat 37,8 – 40 0
C
(b) Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan
terasa sangat nyeri,
(c) Frekuensi nadi meningkat
(d) Menggigil, malaise umum dan sakit kepala
Ada tiga jenis mastitis,menurut Prawirohardjo ( 2008) yaitu :
(a) Mastitis periduktal, merupakan terjadinya pelebaran saluran
payudara yang disebabkan oleh sumbatan.
(b) Mastitis puerperalis, merupakan peradangan payudara yang
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
(c) Mastitis supurativa, merupakan peradangan pada payudara
yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus, dan juga dapat
disebabkan oleh jamur, kuman TBC bahkan sifilis.
2) Fistel paraareola
Merupakan terjadinya pengeluaran cairan hemoragik dari
puting yang kental seperti mentega, sehingga menyebabkan
retraksi pada bagian bawah payudara. Hal ini dapat menjadikan
abseb pada payudara, kemudian mengakibatkan terbentuknya
fistel (Sjamsuhidajat, 2004).
10
c. Tumor jinak
Adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi
secara terus menerus (Kumar dkk, 2007). Merupakan benjolan pada
payudara yang biasanya terdiri dari gumpalan lemak yang terbungkus
dalam suatu wadah yang menyerupai kantong yang sifatnya jinak dan
tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh.
Menurut Samsuhidajat ( 2004 ), tumor jinak payudara terdiri dari :
1) Fibroadenoma
Merupakan neoplasma jinak yang terbentuk baik dalam
jaringan payudara glandular maupun dalam jaringan stromal.
Fibroadenoma biasa terjadi pada usia 20 hingga 30-an tahun.
2) Tumor filoides
Merupakan neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara
local dan mungkin ganas, pertumbuhannya lebih cepat.
3) Papiloma intraduktus
Adalah lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus di bawah
areola, gejalanya berupa pengeluaran cairan yang berdarah dari
puting susu.
11
4) Adenosis sklerosis
Adalah kelainan fibrokistik, tampak poliferasi jinak ditandai
dengan gejala lobulus payudara membesar, terdistorsi oleh
jaringan berserat ( Pamungkas, 2011).
5) Lipoma
Adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit
yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut
(40-60 tahun), namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma
bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri,
pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas.
Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga
mencapai lebih dari diameter 6 cm ( Sjamsuhidajat, 2004).
6) Nekrosis lemak
Terjadi ketika area pada jaringan lemak payudara mengalami
kerusakan, akibat adanya luka pada payudara. Biasanya dapat
terjadi setelah menjalani radiasi atau pembedahan ( Pamungkas,
2011).
d. Tumor ganas ( Ca mammae)
Tumor ganas adalah karsinoma yang berasal dari duktus atau
lobulus payudara, terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang
mengatur pertumbuhan dan diffrensiasi sehingga sel itu tumbuh dan
berkembang biak tanpa dapat dikendalikan. Penyebaran kanker
12
payudara terjadi melalui pembuluh getah bening dan tumbuh di
kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun
supraklavikula membesar.
2. Payudara
a. Anatomi
Payudara adalah organ grandular yang terdapat pada kosta ke 2
atau ke 3 sampai ke 7, dan dari garis aksilla depan sampai pinggir
sternum, akan tetapi tidak jarang sampai ke m.latissium dorsi
(Prawirohardjo, 2008).
Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara
jaringan subkutan menjadi superfisial dan profundus, yang menutupi
muskulus pektoralis mayor, sebagian kecil seratus anterior dan oblique
eksterna. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan
biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama
disebabkan oleh pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan
penimbunan jaringan lemak (Nugroho, 2011).
Setiap mammae terdiri dari 12-20 kelenjar lobules yang masing-
masing mempunyai saluran ke papila mamma yang disebut duktus
laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara
kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara
lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper
yang memberi rangka untuk payudara (Sjamsuhidajat, 2004).
13
gambar 2.1 anatomi payudara
Menurut Pamungkas (2011), pada payudara terdapat tiga bagian
utama, yaitu :
1) Korpus ( badan)
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma,
sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari
alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi
15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan dari alveolus ke
dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus)
2) Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar
melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar.
14
Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot
polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3) Papilla atau puting
Bagian yang menonjol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran
air susu (Nugroho, 2011)
Menurut Pamungkas (2011), bentuk putting ada 4, yaitu :
a) Bentuk putting susu normal
gambar 2.2
b) Bentuk puting susu pendek
gambar 2.3
15
c) Bentuk puting susu panjang
gambar 2.4
d) Bentuk puting susu terbenam
gambar 2.5
b. Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon (Pamungkas, 2011). Perubahan pertama ialah mulai dari masa
hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan
progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise,
telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.
Sekitar hari ke delapan haid, payudara jadi lebih besar, dan pada
16
beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal.
Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata, pada waktu
itu pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobules dan
duktus alveolus berpoliferasi dan tumbuh duktus baru (Sjamsuhidajat,
2004).
3. Tumor Jinak Payudara
a. Definisi
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan
sel yang terjadi secara terus menerus (Kumar dkk, 2007).
Fibroadenoma adalah benjolan padat dan kecil dan jinak pada
payudara yang terdiri dari jaringan kelenjar dan fibrosa. Benjolan ini
biasanya ditemukan pada wanita muda, seringkali pada remaja putri
(Prawirohardjo, 2008).
Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal,
mudah digerakkan dan bergaris tengah 1 hingga 10 cm. Walaupun
jarang, tumor mungkin multiple dan bergaris tengah lebih dari 10 cm.
Berapapun ukurannya, tumor ini biasanya mudah “ dikupas “( Sarjadi,
2007).
17
b. Etiologi
Penyebab dari fibroadenoma mammae menurut Price (2005),
adalah pengaruh hormonal. Hal ini diketahui karena ukuran
fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada
kehamilan. Lesi membesar pada akhir daur haid dan selam hamil.
Fibroadenoma mammae ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon
estrogen.
Namun ada yang dapat mempengaruhi timbulnya tumor, antara
lain: konsituasi genetika dan juga adanya kecenderungan pada
keluarga yang menderita kanker ( Sarjadi, 2007).
c. Patofisiologi
Fibroadenoma biasa ditemukan pada kuadran luar atas,
merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan
sekitarnya. Pada gambaran histologist menunjukkan stroma dengan
poliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang
dilapisi epitel dengan bentuk dan struktur yang berbeda (Elizabeth,
2005).
18
Secara histologi menurut Sarjadi (2007) fibroadenoma mammae dapat
dibagi menjadi :
1) Intracanalicular fibroadenoma
Fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur
dibentuk dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung
serat jaringan epitel. Rongga mirip duktus atau kelenjar dilapisi
oleh satu atau lebih lapisan sel yang regular dengan membran basal
jelas dan utuh, dimana sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar
sampai oval dan cukup teratur.
2) Pericanalicular fibroadenoma
Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar atau
kista yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak
lapisan. Sebagian lainnya tertekan oleh poliferasi ekstensif stroma
sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai
celah atau struktur irregular mirip bintang.
d. Tanda dan Gejala
Menurut Nugroho (2011), fibroadenoma tanda dan gejalanya
sebagai berikut :
1) Fibroadenoma dapat multipel
2) Benjolan berdiameter 2-3 cm
3) Benjolan tidak menimbulkan reksi radang, mobile dan tidak
menyebabkan pengerutan kulit payudara
19
4) Benjolan berlobus - lobus
5) Pada pemeriksaan mammografi , gambaran jelas jinak berupa rata
dan memiliki batas jelas
e. Diagnosis
Menurut Pamungkas ( 2011) Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan
beberapa cara, yaitu
1) Pemeriksaan fisik (phisycal examination)
Pada pemeriksaan fisik akan memeriksa benjolan yang ada
dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat
diketahui apakah mobil atau tidak, kenyal atau keras,dll.
2) Mammografi
Adalah proses penyinaran dengan sinar x terhadap payudara.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit
pada payudara yang tidak diketahui gejalanya (asimptomatik).
3) Duktografi
Adalah pencritaan mammografi, yang dapat memperlihatkan
saluran air susu yang ada, dalam mendiagnosis penyebab
keluarnya cairan atau kotoran dari puting
4) Biopsi
Merupakan tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara
dan dilihat di bawah lensa mikroskop, guna mengetahui adakah sel
kanker .
20
Biopsi terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
(a) Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)
Pada FNAC akan diambil sel dari fibroadenoma dengan
menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang
dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut kita dapat
memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil
pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk
diperiksa di bawah mikroskop (Pamungkas, 2011).
Menurut Taufan (2011) di bawah mikroskop tumor tersebut
tampak seperti berikut :
(1) Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim
(jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel
kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus
(2) Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran
kelenjar yang berbentuk bular (perikanalikuler) atau
bercabang (intrakanalikuler)
(3) Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid
atau kolumnar pendek uniform
(b) Core needle biopsy ( biopsi jarum inti )
Prosedur yang digunakan untuk mengambil jaringan yang
kecil dari area yang tidak normal pada payudar dengan
menggunakan jarum yang sedikit lebih besar.
21
(c) Biopsy stereotaktis
Biopsy jenis ini menggunakan sinar x dan computer untuk
melihat gambar. Tekhnik ini dapat menemukan benjolan yang
tidak teraba, namun terlihat saat pemeriksaan mammogram.
(d) Biopsy terbuka atau pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan bagian dari
benjolan kemudian dilihat dengan mikroskop.
5) MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Pemeriksaan yang direkomendasikan pada wanita yang
memiliki resiko.
6) USG payudara
Dikenal dengan beast ultrasound, digunakan untuk mengevaluasi
adanya ketidaknormalan pada payudara yang telah ditemukan pada
hasil pemeriksaan mammografi.
f. Penatalaksanaan
Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai
berikut:
1) Ukuran
2) Terdapat rasa nyeri atau tidak
3) Usia pasien
4) Hasil biopsy
22
Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan
operasi pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general
anaesthetic pada operasi. Operasi tidak akan merubah bentuk dari
payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut
yang nanti akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan
(Nugroho, 2011).
g. Pencegahan
Pemeriksaan payudara sendiri penting bagi kesehatan wanita
terutama pada awal umur 20 tahun. Perlunya memperhatikan
perubahan pada payudara dengan mengetahui bentuk payudara secara
normal dengan menggunakan langkah demi langkah.
1) Langkah Pertama
Berbaring miring dan tempatkan lengan kanan dibelakang
kepala. Pemeriksaan dilakukan ketika berbaring, bukan berdiri.
Sebab, ketika berbaring, jaringan payudara menyebar searah
dinding dada dan serenggang mungkin, yang memudahkan untuk
merasakan seluruh jaringan payudara.
2) Langkah Kedua
Gunakan telapak tangan dari tiga jari tengah pada tangan kiri
untuk merasakan berbagai benjolan pada payudara kanan.
Gunakan gerakan memutar ke atas ke bawah menggunakan tapak
jari untuk merasakan jaringan payudara.
23
3) Langkah Ketiga
Gunakan tiga tingkat tekanan berbeda untuk merasakan semua
jaringan payudara. Tekanan ringan untuk merasakan jaringan yang
paling dekat dengan kulit, tekanan sedang untuk merasakan sedikit
lebih dalam, dan tekanan kuat untuk merasakan jaringan lebih
dekat dengan dada dan tulang rusuk.
4) Langkah Keempat
Gerakkan tangan pada payudara dengan pola gerak ke atas ke
bawah untuk memulai baris bayangan yang tergambar lurus ke
bawah sisi dari bawah lengan. Pastikan untuk memeriksa seluruh
area payudara ke bawah sampai merasakan tulang iga, dan ke atas
hingga mencapai leher ( tulang selangka ).
5) Langkah Kelima
Ulangi pemeriksaan pada payudara kiri , dengan menggunakan
tapak jari tangan kanan.
6) Langkah Keenam
Berdiri di depan cermin dengan tekanan lembut ke bawah pada
pinggul. Lihat apakah ada perubahan ukuran, bentuk, kontur,
lesung, kemerahan pada puting atau kulit payudara. Lakukan
penekanan ke bawah dengan posisi pinggul mengerutkan otot
dinding dada dan mempertinggi perubahan pada payudara.
24
7) Langkah Ketujuh
Periksa setiap ketiak ketika duduk tegak dengan lengan
terangkat sedikit , sehingga dengan mudah dapat merasakan area
ketiak ( Pamungkas, 2011)
Pencegahan yang dapat dilakukan pada kasus tumor jinak pada
payudara dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain :
1) Menghindari makanan yang tinggi lemak
2) Menghindari pemakaian obat hormonal terutama estrogen
3) Rajin melakukan SADARI
25
h. Pathway
bagan 2.1 pathway Fibroadenoma Mammae
sumber : ( Sjamsuhidajat, 2004), (Pamungkas, 2011)
normal abnormal
payudara
infeksi tumor jinak
mastitis fistel
paraareola
Fibroadenoma
Tumor filoides
Pappiloma intraduktus
Adenosis sklerosis
Mastitis sel plasma
Nekrosis lemak
lipoma
Penyebab :
estrogen yang
berlebih
Diagnosis :
Pemeriksaan fisik
Mammogram
Biopsi
Duktografi
Biopsy
USG payudara
Deteksi dini
SADARI
Penatalaksanaan
Operasi pengangkatan tumor
tumor ganas
26
B. Teori Manajemen Kebidanan ( Teori Varney )
1. Pengertian
Menurut Muslihatun, dkk (2008) manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Prinsip Proses Manajemen Kebidanan
Menurut Estiwidani, dkk (2008) terdapat beberapa prinsip dalam proses
manajemen kebidanan antaralain:
a. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang
lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif
terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnose berdasarkan
interpretasi data dasar.
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kebidanan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kebidanan
bersama klien.
d. Membuat informasi dan support sehingga klien dapat membuat
keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
27
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana
individu.
f. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen
dengan kolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuahn
selanjutnya.
g. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi
darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
h. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan
kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
3. Langkah-Langkah Manjemen Kebidanan
Menurut Mufdilah (2008) Proses manajemen kebidanan menurut varney
terdiri dari 7 langkah yaitu:
a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan data dasar
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang
klien/orang yang meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data
dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama
proses asuhan kebidanan berlangsung.
Data secara garis besar, mengklasifikasikan menjadi data subyektif
dan data obyektif. Pada waktu mengumpulkan data subyektif bidan
harus mengembangkan hubungan antar personal yang efektif dengan
pasien/klien/yang diwawancarai, lebih memperhatikan hal-hal yang
28
menjadi keluhan utama pasien dan yang mencemaskan, berupaya
dengan masalah klien.
Pada waktu mengumpulkan data obyektif bidan harus mengamati
ekspresi dan perilaku pasien, mengamati perubahan/kelainan fisik,
memperhatikan aspek social budaya pasien, menggunakan teknik
pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan pemeriksaan yang
terarah dan berkaitan dengan keluhan pasien.
Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Pasien adalah
sumber informasi yang akurat dan ekonomis, disebut data primer.
Sumber data alternatif atau sumber data sekunder adalah data yang
sudah ada.
Teknik pengumpulan data ada tiga, yaitu :
1) Observasi
Observasi adalah pengumpulan data melalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman dan perabaan.
2) Wawancara
Wawancara adalah pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan
pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting
diperhatikan adalah data yang ditanyakan diarahkan ke data yang
relevan.
29
3) Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan palpasi, untuk mengetahui adakah
benjolan abnormal pada payudara pasien.
b. Langkah II (Kedua) : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnostik yang spesifik.
c. Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah potesial
ini benar-benar terjadi.
d. Langkah IV (keempat) : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera
Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu
bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data
menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera, sementara
30
menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi
dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien
untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
e. Langkah V (Kelima) : Merencanakan asuhan yang komprehensif /
menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Perencanaan supaya terarah,
dibuat pola pikir dengan langkah sebagai berikut: tentukan tujuan
tindakan yang akan dilakukan yang berisi tentang sasaran/target dan
hasil yang akan dicapai, selanjutnya ditentukan tindakan sesuai dengan
masalah/diagnosa dan tujuan yang akan dicapai.
f. Langkah VI ( Keenam ) : Melaksanakan perencanaan dan
penatalaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke-5, dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan.
31
g. Langkah VII (Ketujuh) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.
Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen
tidak afektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan
berikutnya.
C. Teori Hukum Kewenangan Bidan
1. Teori Kewenangan
a. Pengertian
Untuk melaksanakan fungsi pemerintahan, kekuasaan dan kewenangan
sangatlah penting.
Kata “ wewenang “ memiliki arti :
1) Hak dan kekuasaan untuk bertindak : kewenangan
2) Kekuasaan membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan
tanggungjawab kepada orang lain
3) Fungsi yang boleh dilaksanakan
Sedangkan Soerjono Soekanto menguraikan kewenangan atau
wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan dalam lapangan
32
hukum publik. Namun sesungguhnya terdapat perbedaan diantara
keduanya. Kewenangan adalah apa yang disebut “ kekuasaan formal “,
kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh Undang –
undang atau legislatif dari kekuasaan eksekutif atau administratif.
Karenanya, merupakan kekuasaan dari segolongan orang tertentu atau
kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan atau urusan pemerintahan
tertentu yang bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenai suatu bagian
tertentu saja dari kewenangan. Wewenang (authority) adalah hak untuk
member perintah dan kekuasaan untuk meminta dipatuhi.
2. Teori Kewenangan Bidan
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 kewenangan bidan antara lain :
1) Pelayanan Kesehatan Ibu
Pada Pasal 10
a) Ayat (1) disebutkan bahwa “Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil,
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa
antara dua kehamilan.
b) Ayat (2) disebutkan bahwa “Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) meliputi :
(1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil;
(2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal;
(3) Pelayanan persalinan normal;
(4) Pelayanan ibu nifas normal;
(5) Pelayanan ibu menyusui; dan
(6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
33
c) Ayat (3) disebutkan bahwa “Bidan dalam memberikan pelayanan
sebagaimana dimaksud Ayat (2) berwenang untuk :
(1) Episiotomi;
(2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
(3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
(4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil;
(5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
(6) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif;
(7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum;
(8) Penyuluhan dan konseling;
(9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil;
(10)Pemberian surat keterangan kematian; dan
(11)Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
2) Pelayanan Kesehatan Anak
Pada Pasal 11
a) Ayat (1) disebutkan bahwa “Pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi,
anak balita, dan anak pra sekolah.
b) Ayat (2) disebutkan bahwa “Bidan dalam memberikan pelayanan
kesehatan anak .
Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
(1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisisasi menusui dini, injeksi Vitamin K1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat;
(2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
(3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
(4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah;
(6) Pemberian konseling dan penyuluhan;
(7) Pemberian surat keterangan kelahiran; dan
(8) Pemberian surat keterangan kematian.
34
3) Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
Pada Pasal 12
Disebutkan bahwa “Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf c, berwenang untuk :
a) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana; dan
b) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
3. Landasan Hukun Bidan
Dalam pengelolaan oleh bidan sesuai kompetensi bidan di Indonesia
dalam kasus Gangguan Reproduksi Payudara. Bidan memiliki kemandirian
untuk melakukan asuhannya. Sebagai seorang bidan dalam memberikan
asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga
penyimpangan terhadap hukum ( mal praktik ) dapat dihindarkan dalam
memberikan asuhan kebidanan Gangguan Reproduksi pada Wanita dengan
Tumor Payudara
a. Undang – Undang Kesehatan No 36 tahun 2009
Pasal 71 “ Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif “.
Pasal 72 “setiap orang berhak menjalani kehidupan reproduksi dan
kehidupan seksual yang sehat, memperoleh informasi, edukasi, dan
konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan “ .
35
Dari pasal tersebut setiap bidan memiliki kewajiban untuk
melaksanakan kegiatan :
1) Promotif
Dalam kasus ini, bidan memberikan penjelasan mengenai
gangguan reproduksi pada wanita dengan Tumor Payudara,
mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala, faktor resiko.
2) Preventif
Dalam kasus ini, bidan memberikan penjelasan tentang
pencegahan dari Gangguan Reproduksi pada wanita dengan Tumor
payudara dengan melakukan deteksi dini yakni dengan SADARI.
3) Kuratif
Dalam kasus ini, bidan di Rumah Sakit hanya boleh
memberikan pengobatan pada tumor payudara dengan melakukan
kolaborasi dengan dokter bedah.
4) Rehabilitatif
Dalam hal ini, bidan di Rumah Sakit memberikan
penyembuhan. Sehingga masyarakat berhak menjalani kehidupan
reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, memperoleh
informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi
yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
36
b. Permenkes No 369/MENKES/SK/III/2007
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/MENKES/SK/III/2007.
1) Standar Kompetensi yang berhubungan dengan Gangguan Reproduksi
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud :
Pasal 9 huruf c “ bidan berwenang untuk memberikan penyuluhan
dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana “
Dari pasal tersebut seorang bidan dalam memberikan pelayanan
kesehatan dengan kasus gangguan Reproduksi pada wanita dengan
Tumor Payudara adalah memberikan penyuluhan dan konseling.
2) Standar Pelayanan Kebidanan Asuhan Kebidanan
Standar VII : Standar Asuhan.
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/ manajemen
kebidanan yang diterapkan sebagai pedoman dalam memeberikan
pelayanan kepada pasien.
Definisi Operasional :
a) Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai
pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.
b) Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan
medik.
c) Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
37
d) Ada diagnosa kebidanan.
e) Ada rencana asuhan kebidanan.
f) Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan.
g) Ada catatan perkembangan klien dalam asuhan kebidanan.
h) Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
i) Ada dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.
3) Standar Praktik Bidan
a) Standar I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen
kebidanan dengan langkah : pengumpulan data dan analisis data,
penegakan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan
dokumentasi.
Definisi Operasional :
(1) Ada format manajemen asuhan kebidanan dalam catatan
asuhan kebidanan.
(2) Format manajemen kebidanan terdiri dari : format
pengumpulan data, rencana asuhan, catatan implementasi,
catatan perkembangan, tindakan, evaluasi, kesimpulan dan
tindak lanjut kegiatan lain.
38
b) Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh
dicatat dan dianalisis.
Definisi Operasional : ada format pengumpulan.
Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus, yang
meliputi data :
(1) Demografi identitas klien
(2) Riwayat penyakit terdahulu
(3) Riwayat kesehatan reproduksi :
− Riwayat haid
− Riwayat bedah organ reproduksi
− Riwayat kehamilan dan persalinan
− Pengaturan kesuburan
− Faktor kongenital/keturunan yang terkait
(4) Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi
(5) Analisis data
c) Standar III : Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang
telah dikumpulkan.
Definisi Operasional :
(1) Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan hasil analisa data.
39
(2) Diagnosa kebidanan dirumuskan secara sistematis.
d) Standar IV : Rencana Asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa
kebidanan.
(1) Ada format rencana asuhan kebidanan.
(2) Format rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, berisi
rencana tindakan, evaluasi dan tindakan.
e) Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksnakan berdasarkan diagnosa, rencana
dan perkembangan keadaan klien.
Definisi Operasional :
(1) Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
(2) Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
perkembangan klien.
(3) Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap
dan wewenang bidan atau hasil kolaborasi.
(4) Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan etika
dank ode etik kebidanan.
(5) Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah
tersedia.
40
f) Standar VI : Partisipasi Klien
Klien dan keluarga dilibatkan dalam rangka peningkatan
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Definisi Operasional :
(1) Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang :
− Status kesehatan saat ini
− Rencana tindakan yang akan dilaksanakan
− Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan
− Peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan
− Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan
(2) Klien dan keluarga dilibatkan dalam menentukan pilihan dan
mengambil keputusan dalam asuhan.
(3) Pasien dan keluarga diberdayakan dalam terlaksananya
rencana asuhan klien.
g) Standar VII : Pengawasan
Monitor/pengawasan klien dilaksanakan secara terus menerus
dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
Definisi Operasional :
(1) Adanya format pengawasan klien
(2) Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus dan sistematis
untuk mengetahui perkembangan klien.
(3) Pengawasan yang dilaksanakan dicatat dan dievaluasi.
41
h) Standar VIII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus sesuai
dengan tindakan kebidanan dan rencana yang telah dirumuskan.
Definisi Operasional :
(1) Evaluasi dilaksanakan pada tiap tahapan pelaksanaan asuhan
sesuai standar.
(2) Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.
i) Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan kebidanan.
Definisi Operasional :
(1) Dokumentasi dilaksanakan pada setiap tahapan asuhan
kebidanan.
(2) Dokumentasi dilaksanakan secara sistimatis, tepat, dan jelas.
(3) Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan
kebidanan.
c. Permenkes 1464/Menkes/ PER/X/2010
Dalam Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/
MENKES / PER/X/2010
Pasal 12 “Bidan dalam memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi
Perempuan dan Keluarga Berencana “
42
Pasal 9 huruf C “ bidan berwenang untuk memberikan pelayanan dan
konseling Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana.
Dari uraian di atas sesuai Permenkes 1464/ Menkes / PER/ X / 2010
Bidan berwenang memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi
Perempuan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat. Konseling dalam hal ini adalah mengenai Tumor Payudara
pada wanita dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan,
factor resiko wanita yang dapat terkena penyakit tumor payudara dan
penatalaksanaan. Kegiatan ini harus mencakup dapat meluas pada
kesehatan perempuan terutama kesehatan reproduksi