40
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi Manajemen Operasi dan Produksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Mengingat seluruh proses perusahaan dalam menghasilkan barang atau jasa sangat bergantung kedalam aktivitas operasi dan produksi. Manajemen operasi dan produksi mengatur seluruh kegiatan produksi. Mulai dari bahan baku (input), proses, hingga hasil produksi (output). Agar kegiatan produksi berjalan dengan lancar dan terkendali maka dari itu perlu dilakukan sistem manajemen yang tepat. 2.1.1 Pengertian Manajemen Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, perusahaan membutuhkan suatu sitem yang dapat menggerakan dan mengkordinir seluruh elemen dalam perusahaan agar dapat menghubungkan antara tujuan setiap elemen tersebut menjadi tujuan bersama. Dalam mencapai tujuan bersama tersebut tentunya perlu mendapat partisipasi dan kerjasama antar elemen dalam perusahan. Untuk menciptakan partisipasi dan kerjasama dari setiap elemen yang baik, diperlukan suatu sistem yang disebut manajemen. Berikut adalah pengertian manajemen yang dikemukakan oleh para ahli : Pengertian manajemen menurut Hasibuan (2010:2), yaitu: “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan tertentu.”

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

Manajemen Operasi dan Produksi merupakan bagian yang sangat penting

dalam suatu perusahaan. Mengingat seluruh proses perusahaan dalam

menghasilkan barang atau jasa sangat bergantung kedalam aktivitas operasi dan

produksi. Manajemen operasi dan produksi mengatur seluruh kegiatan produksi.

Mulai dari bahan baku (input), proses, hingga hasil produksi (output). Agar

kegiatan produksi berjalan dengan lancar dan terkendali maka dari itu perlu

dilakukan sistem manajemen yang tepat.

2.1.1 Pengertian Manajemen

Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, perusahaan membutuhkan

suatu sitem yang dapat menggerakan dan mengkordinir seluruh elemen dalam

perusahaan agar dapat menghubungkan antara tujuan setiap elemen tersebut

menjadi tujuan bersama. Dalam mencapai tujuan bersama tersebut tentunya perlu

mendapat partisipasi dan kerjasama antar elemen dalam perusahan. Untuk

menciptakan partisipasi dan kerjasama dari setiap elemen yang baik, diperlukan

suatu sistem yang disebut manajemen.

Berikut adalah pengertian manajemen yang dikemukakan oleh para ahli :

Pengertian manajemen menurut Hasibuan (2010:2), yaitu:

“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan

sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan

efisien untuk mencapai satu tujuan tertentu.”

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

10

Sedangkan pengertian manajemen menurut Sofjan Assauri (2008) adalah

sebagai berikut :

“Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk

mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan –

kegiatan orang lain.”

Selanjutnya menurut Rosenberg dan Adam yang kutip oleh Haming dan

Nurnajamuddin (2007) dikemukaan sebagai berikut :

“Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan perencanaan,

pengkoordinasian, penggerakan dan pengendalian aktivitas organisasi atau

perusahaan bisnis atau jasa.”

Dari definisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan secara efektif dan efisien dengan menjalankan fungsi – fungsi

manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan atau pengendalan dalam rangka pemanfaatan sumber daya manusia

dan sumber daya yang lain baik perusahaan bisnis atau jasa.

2.1.2 Pengertian Produksi dan Operasi

Produksi dapat diartikan sebagai kegiatan menciptakan atau menambah

kegunaan dalam suatu barang atau jasa. Produksi merupakan faktor terpenting

dalam suatu perusahaan dan merupakan salah satu dari kegiatan pokok untuk

mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan.

Menurut Haizer dan Render (2008) pengertian produksi dalam bukunya

“Manajemen Operasi” adalah sebagai berikut :

“Produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa”

Sedangkan pengertian operasi menurut Rosenberg yang diterjemahkan

oleh Haming dan Nurnajamuddin (2007) sebagai berikut:

“Operasi merupakan suatu proses atau tindakan tertentu yang

menjadi unsur dari sejumlah kegiatan untuk membuat suatu produk”

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

11

Selanjutnya pengertian produksi menurut Sofjan Assauri (2008) adalah

“produksi sebagai suatu kegiatan atau proses yang

mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output),

tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa,

serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk

menghasilkan produksi tersebut.”

Dari pengertian produksi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa produksi adalah suatu kegiatan penciptaan barang dan jasa

dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki dengan mempertimbangkan pula

kegiatan-kegiatan pendukung lainnya. Produksi atau operasi memiliki arti yang

sangat penting dalam sebuah industri, karena merupakan kegiatan pokok yang

harus dilakukan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

2.1.3 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi

Manajemen Produksi dan Operasi telah mengalami perubahan yang cukup

drastis sejalan dengan perkembangan inovasi teknologi yang tumbuh sangat cepat.

Keadaan ini menuntut kegiatan operasi harus memerhatikan prinsip efisiensi dan

keinginan konsumen sebagai pemakai barang dan jasa. Manajemen operasi tidak

hanya sebagai alat untuk mengendalikan urutan input - process - output sebagai

hubungan yang dinamis, tetapi merupakan suatu keseluruhan sistem yang

berlandaskan pada konsep pendekatan sistem.

Berikut Pengertian manajemen operasi yang dikemukakan oleh para ahli:

Pengertian Manajemen Operasi menurut Heizer dan Render (2008)

sebagai berikut :

“Manajemen Operasional merupakan aktivitas yang mengubah

sumber daya yang ada menjadi barang dan jasa. Hal ini berarti adanya nilai

tambah yang diberikan dalam proses tersebut hingga keluaran akan berbeda

secara signifikan dengan masukan.”

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

12

Menurut Sofjan Assauri (2008:12) Pengertian manajemen produksi dan

operasi adalah sebagai berikut :

“Merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan

penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia,

sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan

efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang

atau jasa.”

Pengertian manajemen operasi menurut Zulian Yamit (2010) sebagai

berikut :

“Manajemen Operasi adalah kegiatan untuk mengolah input melalui

proses transformasi atau pengubahan atau konversi sedemikian rupa

sehingga menjadi output yang dapat berupa barang atau jasa”.

Sedangkan menurut Manahan (2004:13), yang dimaksud dengan

manajemen operasional adalah:

“Manajemen proses konversi dengan bantuan fasilitas seperti tanah,

tenaga kerja, modal dan manajemen masukan (input) yang diubah

menjadi keluaran yang diinginkan berupa barang atau jasa/layanan.”

Menurut Lalu Sumayang (2003) pengertian manajemen operasi sebagai

berikut :

“Manajemen Operasi adalah suatu proses pengubahan atau proses

konversi dimana sumber – sumber daya yang berlaku sebagai “input”

diubah menjadi barang dan jasa”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, manajemen operasi

merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk mengasilkan nilai barang

dan jasa secara efisien melalui proses pengubahan atau konversi dimana sumber –

sumber daya yang berlaku sebagai masukan (input) menjadi keluaran (output).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

13

Penekanan dalam manajemen produksi adalah kerangka pengambilan

keputusan dalam pelaksanaan fungsi produksi. adapun fungsi produksi menurut

Sofjan Assauri (2008:23) terdiri dari 4 (empat) hal utama, yaitu :

a. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk

mengolah masukan (input)

b. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian

yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan,

sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

c. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari

kegiatan produksi dan operasi yang dilakukan dalam suatu dasar waktu

atau periode tertentu.

d. Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin

terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga

maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (input)

pada kenyataannya dapat dilaksanakan.

Perusahaan harus memaksimalkan sumber dayanya dalam mengubah input

menjadi output yang berkualitas baik dan mampu mencapai tujuan perusahaan.

Agar output tersebut memiliki kualitas yang baik maka perlu dilakukan

pengawasan dan pengendalian kualitas.

2.2 Pengendalian kualitas

Pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan langkah nyata dari

manajemen operasi dalam upayanya untuk melaksanakan fungsi manajemen

dalam kegiatan operasi. Fungsi tersebut yaitu pengendalian, manajemen operasi

memfokuskan pengendalian terhadap kualitas dari barang dan jasa yang akan

dihasilkannya. Hal tersebut dilakukan dalam upaya agar barang dan jasa yang

dihasilkannya sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan dan memenuhi

kebutuhan konsumen.

Pembahasan mengenai kualitas sebenarnya sangat bergantung kepada

persepsi konsumen itu sendiri. Setiap konsumen tentunya akan memiliki

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

14

pandangan yang berbeda terhadap suatu kualitas. Secara subjektif orang akan

mengatakan kualitas merupakan sesuatu yang cocok dengan selera (fitness for

use). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila produk tersebut mempunyai

kecocokan dengan penggunanya. Ada juga pandangan yang mengatakan kualitas

adalah barang atau jasa yang dapat menaikan status pemakainya. Pandangan lain

mengatakan baranig dan jasa yang memberikan manfaat pada pemakai (measure

of utility and usefulness).

2.2.1 Pengertian Pengendalian

Menurut Sofjan Assauri (2008:25), pengendalian dan pengawasan

merupakan :

“Kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi

dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan, dan

apabila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat

dikoreksi, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.”

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan

bahwa pengendalian adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau aktifitas

dan memastikan seluruhnya berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

2.2.2 Pengertian Kualitas

Menurut Heizer dan Render (2008:92) pengertian kualitas adalah sebagai

berikut :

“Kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa

yang menunjukan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan

yang tampak jelas maupun tersembunyi.”

Menurut Zulian Yamit (2010:347) pengertian kualitas adalah sebagai

berikut :

“Sesuatu istilah relatif yang sangat bergantung pada situasi ditinjau

dari pandangan konsumen, secara subjektif orang mengatakan kualitas

adalah sesuatu yang cocok dengan selera (fitness for use).”

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

15

Sedangkan menurut istilah pembendaharaan Internasional Organization

for Standardization (ISO) dikatakan bahwa :

“Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa

yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan

secara tegas maupun tersamar.”

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan kualitas adalah keseluruhan karakteristik dari produk yang

tercermin dalam aspek pemasaran, proses produksi dan pemeliharaan sehingga

produk tersebut mampu memberikan kepuasan pada konsumen.

Meskipun sulit menetapkan kualitas yang diharapkan konsumen,

perusahaan tetap dapat menetapkan standar kualitas yang didapat dari riset

konsumen maupun perusahaan sendiri yang menentukan kebijakannya. Oleh

karena itu standar kualitas di setiap perushaan berbeda-beda sesuai dengan produk

yang dihasilkan dan kemampuan perusahaan.

2.2.2.1 Dimensi Kualitas

Menurut Douglas C. Montgomery, terdapat 8 (delapan) dimensi kualitas

suatu barang, yaitu :

1. Performance

Menunjukkan karakteristik utama suatu produk.

2. Reliability

Merupakan dimensi kualitas yang menunjukkan kemungkinan suatu

produk dapat berfungsi dengan baik dalam suatu periode waktu tertentu.

Biasanya diukur dengan menggunakan waktu rata-rata kegagalan. Produk

dikatakan awet, kalau sudah banyak digunakan atau sudah lama sekali

digunakan. Bagi perusahaan, sebenarnya awet juga hal dilematis. Karena

produk awet, maka pelanggan akan lama dalam membeli produk baru lagi

dan tentunya dapat mengurangi kesempatan perusahaan untuk

mendapatkan revenue lagi. Akan tetapi, apabila awet adalah hal penting

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

16

dan ternyata perusahaan tidak menawarkan hal ini, pelanggan akan pindah

kepada merek pesaing karena tidak puas. Suka atau tidak, memproduksi

produk yang benar-benar awet adalah pilihan yang lebih baik. Walau

pelanggan tidak membeli untuk waktu yang lama, perusahaan masih dapat

berharap bahwa pelanggan akan menyebarkan word of mouth yang positif.

3. Durability

Merupakan ukuran dari umur suatu produk. Diukur dari waktu daya tahan

produk tersebut, dimana produk tersebut lebih baik diganti daripada

diperbaiki.

4. Serviceability

Merupakan kecepatan, kemampuan dan kemudahan dalam

perbaikan.Serviceability ditunjukan oleh kesiapan dan kemudahan suatu

produk pada saat diperbaiki ketika terdapat kerusakan.

5. Aesthetic

Merupakan ukuran, desain, rasa, suara, dan bau dari suatu produk.

Dimensi aesthetic suatu tamiya dapat dinilai dari ukuran, bentuk/ desain

dan warnanya.

6. Features

Merupakan item-item ekstra yang ditambahkan dalam suatu produk guna

menambah keistimewaan produk tersebut.

7. Perceived Quality

Merupakan penilaian konsumen terhadap kualitas produk yang dihasilkan

oleh merek-merek tertentu.

8. Conformance to Standard

Merupakan tingkat dimana suatu produk dan jasa telah sesuai dengan

spesifikasinya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

17

2.2.2.2 Ukuran Kualitas

Terdapat 3 (tiga) ukuran kualitas yang dapat digunakan untuk barang, di

antaranya :

1. Kualitas Desain (Design Quality)

Kulitas desain barang sangat berhubungan dengan sifat-sifat keunggulan

pada saat barang pertama diharapkan.

2. Kualitas Penampilan (Performance Quality)

Aspek ini mencakup performa produk dimasa yang akan datang,

dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor, yaitu :

a. Keadaan produk

b. Perawatan Produk

3. Kualitas yang memenuhi (Conformance Quality)

Berhubungan dengan apakah produk yang dihasilkan memenuhi

spesifikasi yang telah ditetapkan , dengan kata lain sejauh mana kualitas

produk dapat dicapai.

2.2.3 Pengertian Pengendalian Kualitas

Setelah mengetahui pengertian pengendalian dan kualitas, berikut adalah

pengertian pengertian pengendalian yang dikemukakan oleh para ahli.

Gaspersz (2005:4) mengatakan pengendalian kualitas adalah

“Aktivitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan,

dan bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja.”

Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2008:210) pengertian pengendalian

kualitas adalah sebagai berikut :

”Pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu /

kualitas dari barang dihasilkan, agar sesuai spesifikasi produk yang

telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan.”

Dari pengertian pengendalian kualitas yang dikemukakan oleh para ahli diatas

dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas adalah aktivitas yang dilakukan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

18

dalam upaya untuk mencegah kerusakan dan juga mempertahankan kualitas suatu

produk agar sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.

Pengendalian kualitas diharapkan tidak hanya mendeteksi kerusakan

produk pada suatu rangkaian produksi, melainkan dapat menekan seminimal

mungkin kerusakan tersebut. Dengan melakukan pengendalian kualitas,

diharapkan produk akan terkendali sehingga manajer operasi dapat mengetahui

penyebab dan dengan segera dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dan

dengan begitu juga sekaligus mempertahanka kualitas produk yang dihasilkannya.

2.2.4 Tujuan Pengendalian Kualitas

Tujuan dari pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (2008:210)

adalah:

1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah

ditetapkan.

2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan

menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Dengan demikian, tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk

mendapatkan jaminan bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai

dengan standar kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang

ekonomis atau serendah mungkin.

2.2.5 Langkah-langkah Pengendalian Kualitas

Menurut Roger G. Schroeder (2000:135), untuk mengimplementasikan

perencanaan, pengendalian, dan pengembangan kualitas melalui siklus kualitas

diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan karakteristik kualitas

2. Memutuskan bagaimana cara mengukur setiap karakteristik

3. Menetapkan standar kualitas

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

19

4. Menentukan tes yang tepat untuk tiap-tiap standar

5. Mencari dan memperbaiki kasus produk berkualitas rendah

6. Terus-menerus melakukan perbaikan

2.2.6 Faktor-Faktor Pengendalian Kualitas

Menurut Sofjan Assauri (2008:302), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengendalian kualitas adalah :

1. Kemampuan proses

Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan

proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam

batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.

2. Spesifikasi yang berlaku

Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila

ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan

konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini

haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku

dari kedua segi yang telah disebutkan di atas sebelum pengendalian

kualitas pada proses dapat dimulai.

3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima

Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi

produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin. Tingkat

pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang

berada di bawah standar yang dapat diterima.

4. Biaya kualitas

Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam

menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang

positif dengan terciptanya produk yang berkualitas. Apabila ingin

menghasilkan produk yang berkualitas tinggi makan dibutuhkan biaya

kualitas yang relatif lebih besar.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

20

a. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)

Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya

kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang

berhubungan dengan perancangan dan pemeliharaan sistem

kualitas.

b. Biaya Deteksi/ Penilaian (Detection/ Appraisal Cost)

Biaya yang timbul untuk menentukan apakah produk atau jasa

yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan-persyaratan

kualitas sehingga dapat menghindari kesalahan dan kerusakan

sepanjang proses produksi.

c. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)

Merupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian

dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa

tersebut dikirim ke pihak luar (pelanggan atau konsumen).

d. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost)

Merupakan biaya yang terjadi karena produk atau jasa tidak sesuai

dengan persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk

tersebut dikirimkan kepada para pelanggan atau konsumen.

2.2.7 Tahapan Pengendalian Kualitas

Untuk memperoleh hasil pengendalian kualitas yang efektif, maka

pengendalian terhadap kualitas suatu produk dapat dilaksanakan dengan

menggunakan teknik-teknik pengendalian kualitas, karena tidak semua hasil

produksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Menurut Suyadi Prawirosentono (2007:72), terdapat beberapa standar

kualitas yang bisa ditentukan oleh perusahaan dalam upaya

menjaga output barang hasil produksi di antaranya:

1. Standar kualitas bahan baku yang akan digunakan.

2. Standar kualitas proses produksi (mesin dan tenaga kerja yang

melaksanakannya).

3. Standar kualitas barang setengah jadi.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

21

4. Standar kualitas barang jadi.

5. Standar administrasi, pengepakan dan pengiriman produk akhir tersebut

sampai ke tangan konsumen.

Dikarenakan kegiatan pengendalian kualitas sangatlah luas, untuk itu semua

pengaruh terhadap kualitas harus dimasukkan dan diperhatikan. Secara umum

menurut Suyadi Prawirosentono (2007:74), pengendalian atau pengawasan akan

kualitas di suatu perusahaan manufaktur dilakukan secara bertahap meliputi hal-

hal sebagai berikut:

1. Pemeriksaan dan pengawasan kualitas bahan mentah (bahan baku, bahan

baku penolong dan sebagainya), kualitas bahan dalam proses dan kualitas

produk jadi. Demikian pula standar jumlah dan komposisinya.

2. Pemeriksaan atas produk sebagai hasil proses pembuatan. Hal ini berlaku

untuk barang setengah jadi maupun barang jadi. Pemeriksaan yang

dilakukan tersebut memberi gambaran apakah proses produksi berjalan

seperti yang telah ditetapkan atau tidak.

3. Pemeriksaan cara pengepakan dan pengiriman barang ke konsumen.

Melakukan analisis fakta untuk mengetahui penyimpangan yang mungkin

terjadi.

4. Mesin, tenaga kerja dan fasilitas lainnya yang dipakai dalam proses

produksi harus juga diawasi sesuai dengan standar kebutuhan. Apabila

terjadi penyimpangan, harus segera dilakukan koreksi agar produk yang

dihasilkan memenuhi standar yang direncanakan.

Sedangkan Sofjan Assauri (2008:210) menyatakan bahwa tahapan

pengendalian/ pengawasan kualitas terdiri dari 2 (dua) tingkatan antara lain:

1. Pengawasan selama pengolahan (proses)

Yaitu dengan mengambil contoh atau sampel produk pada jarak waktu

yang sama, dan dilanjutkan dengan pengecekan statistik untuk melihat

apakah proses dimulai dengan baik atau tidak. Apabila mulainya salah,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

22

maka keterangan kesalahan ini dapat diteruskan kepada pelaksana semula

untuk penyesuaian kembali.

Pengawasan yang dilakukan hanya terhadap sebagian dari proses,

mungkin tidak ada artinya bila tidak diikuti dengan pengawasan pada

bagian lain. Pengawasan terhadap proses ini termasuk pengawasan atas

bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses.

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan

Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat

proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

rusak atau kurang baik ataupun tercampur dengan hasil yang baik. Untuk

menjaga supaya hasil barang yang cukup baik atau paling sedikit

rusaknya, tidak keluar atau lolos dari pabrik sampai ke konsumen/pembeli,

maka diperlukan adanya pengawasan atas produk akhir.

2.2.8 Metode Pengendalian Kualitas

Untuk memperoleh hasil pengendalian kualitas yang efektif, maka

pengendalian terhadap kualitas suatu produk dapat dilaksanakan dengan

menggunakan teknik-teknik pengendalian kualitas, karena tidak semua hasil

produksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Menurut Douglas C. Motgomery (2001:15), teknik dalam melaksanakan

pengendalian kualitas terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Inspection/Pemeriksaan

2. Statistical Quality Qontrol/SQC

2.2.9 Alat Bantu Pengendalian Kualitas

Alat Bantu dalam pelaksanaan pengendalian kualitas atau teknik

pengendalian mutu merupakan alat untuk mendeteksi sebab-sebab terjadinya

penyimpanngan diluar kendali dalam proses produksi dan cara bagaimana untuk

melakukan tindakan perbaikan. Terdapat tujuh macam alat pengendalian kualitas

yang dalam penerapannya dapat digunakan seluruhnya maupun sebagian

tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

23

Menurut Douglas C. Montgomery (2001:154) terdapat 7 (tujuh) alat

bantu untuk mengendalikan kualitas, yaitu :

1. Flow Chart

Gambar yang menjelaskan langkah-langkah utama, cabang-cabang proses

dan produk akhir dari proses.

2. Pareto Analysis

Pendekatan yang terkordinasi untuk mengidentifikasikan, mengurutkan

dan bekerja untuk menyisihkan ketidaksesuaian secara permanen.

Memforkuskan pada sumber kesalahan yang penting. Aturannya 80/20

yaitu 80% dari masalah dan 20% adalah penyebab.

3. Histogram

Distribusi yang menunjukan frekuensi kejadian-kejadian di antara jajaran

data yang tinggi dan yang rendah.

4. Scatter Diagram

Dikenal juga dengan peta korelasi. Grafik dari nilai suatu karakteristik

yang dibandingkan dengan nilai karakteristik yang lain.

5. Check Sheet

Merupakan alat pengumpal dan penganalisis data, disajikan dalam bentuk

tabel yang berisi nama dan jumlah barang yang di produksi dan jenis

ketidaksesuaian beserta jumlah yang dihasilkan.

6. Control Chart

Peta ukuran waktu yang menunjukan nilai-nilai statistika, termasuk garis

pusat dan satu atau lebih batas kendali yang didapatkan secara statistika.

7. Cause and Effect Diagram

Alat yang menggunakan secara grafik dari elemen-elemen proses untuk

menganalisis sumber-sumber potensial dari variasi proses.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

24

2.3 Flowchart

2.3.1 Definisi Flowchart

Menurut Jogiyanto (2005:795) bagan alir (flowchart) adalah : Bagan

(chart) yang menunjukan alir (flow) di dalam program atau prosedur sistem secara

logika.”

Sedangkan menurut Zamit Y. (2010:45) Flowchart merupakan sebuah

gambar sederhana dari sebuah proses.

Bedasarkan definisi Flowchart yang dikemukakan oleh para ahli dapat

disimpulkan definisi flowchart yaitu, bagan-bagan yang mempunyai arus yang

menggambarkan langkah-langkah penyelesaian suatu masalah. Flowchart

merupakan cara penyajian dari suatu algoritma.

Gambar 2.1

Contoh Gambar Flowchart

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

25

2.3.1 Kegunaan Flowchart

Berikut ini adalah kegunaan dari Flowchart :

Menggambarkan proses-proses produksi sehingga mudah dipahami dan

mudah dilihat berdasarkan urutan langkah dari suatu proses ke proses

lainnya

Menyederhanakan rangkaian proses atau prosedur untuk memudahkan

pemahaman pengguna terhadap informasi tersebut.

2.4.1 Simbol-simbol Flowchart

Gambar 2.2

Contoh Simbol-simbol Flowchart

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

26

2.4 Check Sheet (Lembaran pemeriksaan)

2.4.1 Definisi Check Sheet

Check Sheet atau lembar pemeriksaan merupakan alat bantu untuk

memudahkan pengumpulan data bagi tujuan-tujuan tertentu dan menyajikan

dalam bentuk yang komunikatif sehingga dapat dikonversikan menjadi informasi.

Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada.

Tujuan pembuatan Check Sheet tersebut adalah untuk menyajikan bahwa data

dikumpulkan secara hati-hati dan akurat untuk kendali proses dan penyelesaian

masalah.

LEMBAR CATATAN PEMERIKSAAN

Nama produk : No Mesin :

Karakteristik : Dept No : Dicatat oleh :

No

Tanggal

Jumlah yang

diperiksa

Jumlah yang

ditolak

Batas Kendali

Ket Atas Bawah

Jumlah

Sumber : Kauro Ishikawa

Gambar 2.3

Contoh Gambar Check Sheet

2.4.2 Kegunaan Check Sheet

Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana

sesuatu masalah sering terjadi.

Memudahkan pemilahan data ke dalam kategori yang berbeda seperti penyebab-

penyebab, masalah-masalah dan lain-lain.

Memudahkan penyusunan data secara otomatis, sehingga data itu dapat

dipergunakan dengan mudah. Memudahkan pemisahan antara opini dan fakta.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

27

2.4.3 Langkah-langkah Pembuatan Check Sheet

Untuk membuat Check Sheet membutuhkan adanya pencatatan secara

disiplin. Maka dari itu dalam pembuatan Check Sheet perlu diperhatikan beberapa

hal sebagai berikut :

1. Memperjelas sasaran pengukuran.

2. Mengidentifikasikan apa yang akan diukur dan waktu pengukuran.

3. Menentukan isian waktu atau tempat yang akan diukur.

4. Implementasi pengumpulan data.

5. Menjumlahkan data atau merekapitulasi data.

2.5 Histogram

2.5.1 Definisi Histogram

Histogram adalah grafik balok yang memperlihatkan satu macam

pengukuran dari suatu proses atau kejadian. Grafik ini sangat cocok untuk data

yang di kelompokan dalam beberapa kelas dengan interval tertentu. Histogram

merupakan diagram frekuensi bertetangga yang bentuknya seperti diagram batang.

Batang yang berdekatan harus berimpit.

Gambar 2.4

Contoh Gambar Histogram

2.5.2 Kegunaan Histogram

Kegunaan histogram digunakan untuk menyajikan hasil pengolahan data

bentuk grafik. Selain itu berikut ini beberapa kegunaan dari histogram :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

28

1. Mengetahui dengan mudah penyebaran data yang ada

2. Mempermudah melihat dan menginterpretasikan data

3. Sebagai alat pengendali proses, sehingga dapat mencegah timbulnya

masalah

2.5.3 Langkah-langkah Pembuatan Histogram

Dalam pembuatan histogram diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan batas-batas observasi. Perbedaan antara nilai terbesar dengan

nilai terkecil.

2. Memilih kelas-kelas atau sel-sel, pedoman banyaknya kelas sama dengan

akar n, dimana n adalah banyaknya data.

3. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. biasanya, semua kelas mempunyai

lebar yang sama. Lebar kelas sama dengan banyaknya kelas.

4. Menentukan batas-batas kelas. Kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang

tindih.

5. Menggambarkan frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.

2.6 Scatter Diagram (Diagram tebar)

2.6.1 Definisi Scatter Diagram

Diagram Scatter atau diagram pencar atau juga disebut diagram sebar

adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara

pasangan dua macam variabel dan menunjukkan keeratan hubungan antara dua

variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi. Scatter

diagram juga dapat digunakan untuk mengecek apakah suatu variabel dapat

digunakan untuk mengganti variabel yang lain.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

29

Gambar 2.5

Contoh Gambar Scatter Diagram

2.6.2 Kegunaan Scatter Diagram

Scatter Diagram digunakan untuk menentukan hubungan antara sebar dan

akibat dari dua variabel atau untuk menentukan korelasi antara penyebab yang

diduga dengan akibat yang timbul dari suatu masalah. Ada beberapa jenis

hubungan antara dua faktor, yaitu :

1. Hubungan sebab akibat

2. Hubungan antara satu dan lain sebab

3. Hubungan antara satu sebab dengan dua sebab lainnya.

2.6.3 Langkah-langkah Pembuatan Scatter Diagram

Data dikumpulkan dalam bentuk pasangan titik (x,y). Dari titik-titik

tersebut dapat diketahui hubungan antara variabel x dan variabel y, apakah terjadi

hubungan positif atau negatif.

1. Kumpulkan data-data yang akan dibuat hubungannya dan masukkan dalam

satu lembar data

2. Gambarkan sumbu grafik vertikal dan horisontal. Sumbu vertikal

menunjukan akibat dan sumbu horizontal menunjukan sebab.

3. Plot data ke dalam grafik

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

30

2.7 Control Chart (Peta Kendali)

2.7.1 Definisi Control Chart

Control Chart merupakan alat untuk mengawasi kualitas dengan mudah

sehingga semakin mudah juga dalam mengambil keputusan jiga terjadi produk

yang menyimpang. Control Chart ditentukan juga untuk membuat batas-batas

dimana hasil produksi menyimpang dari mutu yang diinginkan. Tujuan

menggambarkan Control Chart adalah untuk menetapkan apakah setiap titik pada

grafik normal atau tidak normal dan dapat mengetahui perubahan dalam proses

dari mana data dikumpulkan, sehingga setiap titik pada grafik harus

mengindikasikan dengan cepat dari proses mana data diambil.

Gambar 2.6

Contoh Gambar Control Chart

2.7.2 Manfaat Control Chart

1. Menentukan apakah proses produksi masih berada didalam batas-batas

kendali atau tidak terkendali.

2. Memantau proses produksi secara terus-menerus agar tetap stabil.

3. Menentukan kemampuan proses (capability process).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

31

2.7.3 Proses Terkendali

Suatu proses dapat dikatakan terkendali (process control) apabila pola

alami dari nilai-nilai variansi yang di plot pada peta kendali memiliki pola sebagai

berikut:

1. Terdapat 2 atau 3 titik yang dekat dengan garis pusat.

2. Sedikit titik-titik yang dekat dengan batas kendali.

3. Titik-titik terletak bolak-balik di antara garis pusat.

4. Jumlah titik-titik pada kedua titik pada garis pusat seimbang.

5. Titik ada yang melewati batas-batas kendali

2.7.4 Proses Tidak Terkendali

Beberapa titik pada peta kendali yang membentuk grafik memiliki

berbagai macam bentuk yang dapat memberitahukan kapan proses dalam keadaan

tidak terkendali dan perlu perbaikan. Perlu diperhatikan bahwa adanya

kemungkinan titik-titik tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya penyimpangan

pada proses berikutnya.

Bentuk-bentuk penyimpangan yang terjadi berikut dapat berupa:

1. Deret

Apabila terdapat 7 titik berturut-turut pada kendali yang selalu berada di

atas atau di bawah garis tengah secara berurutan.

2. Kecenderungan

Bila dari 7 titik berturut-turut cenderung menuju ke atas atau ke bawah

garis tengah atau membentuk sekumpulan titik yang membentuk garis

yang naik atau turun.

3. Perulangan

Dari sekumpulan titik terdapt titik yang menunjukan pola yang hampir

sama dalam selang waktu yang sama.

4. Terjepit dalam batas kendali

Apabila dari sekelompok titik terdapat beberapa titik pada peta kendali

cenderung jauh dekat garis tengah atau batas kendali atas maupun bawah

(CL/Central Line, UCL/Upper Control Line, LCL/Lower Control Limit).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

32

5. Pelompatan

Apabila beberapa titik yang jatuh dekat batas kendali secara tiba-tiba titik

selanjutnya jatuh di dekat batas kendali yang lain.

Salah satu teknik untuk mengetahui pola yang tidak umum adalah dengan

membagi peta kendali kedalam 6 (enam) bagian yang sama dengan garis

khayalan. Tiga bagian di antara garis tengah dan batas kendali atas sedangkan tiga

bagian lagi di antara garis tengah dengan batas kendali bawah. Pola normal dari

variansi tersebut akan terjadi apabila:

1. Kira-kira 34% titik jatuh berada di antara kedua garis khayalan yang

pertama, yang dihitung mulai dari garis tengah sampai dengan batas garis

khayalan kedua.

2. Kira-kira 13,5% titik jatuh di antara kedua garis khayalan kedua.

3. Kira-kira 2,5% dari titik-titik jatuh kedua garis khayalan ketika.

Peta kendali variabel

Peta kendali variabel digunakan untuk pengukuran produk yang

karakteristik kualitasnya dapat diukur secara kuantitatif seperti: berat, ketebalan,

panjang, volume, diameter. Peta kendali variabel biasanya digunakan untuk

pengendalian proses yang didominasi oleh mesin. Peta kendali variabel dibagi

menjadi:

1. Peta kendali rata-rata

Digunakan untuk mengetahui rata-rata pengukuran antar subgrup yang

diperiksa.

2. Peta kendali rentang

Digunakan untuk mengetahui besarnya rentang atau selisih antara nilai

pengukuran yang tebesar dengan nilai pengukuran terkecil di dalam

subgrup yang diperiksa.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

33

Peta kendali atribut

Peta kendali atribut merupakan peta kendali yang digunakan untuk

kualitas produk yang dapat dibedakan dalam karakteristik baik atau buruk,

berhasil atau gagal. Peta kendali atribut terbagi menjadi 4 (empat), yaitu:

1. Peta kendali kerusakan (p chart)

Merupakan peta kendali yang digunakan untuk menganilis banyaknya

barang yang ditolak yang ditemukan dalam pemeriksaan atau sederetan

pemeriksaan terhadap total barang yang diperiksa.

2. Peta kendali kerusakan perunit (np chart)

Merupakan peta kendali yang digunakan untuk menganalisis banyaknya

butir yang ditolak perunit.

3. Peta kendali ketidaksesuaian (c chart)

Merupakan peta kendali yang digunakan untuk menganalisis dengan cara

menghitung jumlah produk yang mengalami ketidaksesuaian dengan

spesifikasi.

4. Peta kendali ketidaksesuaian perunit (u chart)

Merupakan peta kendali yang digunakan untuk menganalisis dengan cara

menghitung jumlah produk yang mengalami ketidaksesuaian perunit.

Peta kendali untuk jenis atribut ini memiliki perbedaan dalam

penggunaannya. Perbedaan tersebut adalah peta kendali p dan np digunakan untuk

menganalisis produk yang mengalami kerusakan dan tidak dapat diperbaiki lagi,

sedangkan peta kendali c dan u digunakan untuk menganalisis produk yang cacat

atau ketidaksesuaian dan masih dapat diperbaiki.

2.8 Pareto Diagram (Diagram Pareto)

2.8.1 Definisi Diagram Pareto

Menurut Heizer dan Render (2008:267), diagram pareto adalah

“Sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat

produk untuk membantu memusatkan perhatian pada usaha

penyelesaian masalah.”

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

34

Diagram ini berdasarkan pekerjaan Vilfredo Pareto, seorang pakar

ekonomi diabad ke-19.

Sedangankan menurut Purnomo (2004), prinsip yang mendasari diagram

pareto adalah aturan “80-20” yang menyatakan bahwa :

“80% of the trouble comes from 20% of the problems”

Diagram ini dimaksudkan untuk menemukan atau mengetahui penyebab

utama yang merupakan kunci dalam penyelesaian persoalan, dan perbandingan

terhadap keseluruhan persoalan pada daerah tertentu. Diagram ini juga digunakan

untuk mengklarifikasikan masalah menurut sebab, dan gejala.

Gambar 2.7

Contoh Gambar Diagram Pareto

2.8.2 Kegunaan Diagram Pareto

Pada dasarnya diagram pareto digunakan sebagai alat interpretasi untuk:

a. Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-

masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada

b. Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui

ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari

masalah itu dalam bentuk yang signifikan.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, diagram Pareto adalah suatu metode

untuk mengidentifikasikan hal-hal atau kejadian-kejadian penting, maka

pada dasarnya diagram pareto terdiri dari dua jenis, yaitu :

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

35

a. Diagram Pareto mengenai fenomena

Diagram ini berkaitan dengan hasil-hasil yang tidak diinginkan

untuk mengetahui masalah utama yang ada. Contoh fenomena:

Kualitas

Kerusakan, keluhan, kegagalan, item-item yang dikembalikan,

perbaikan, dan lain-lain.

Biaya

Jumlah kerugian, ongkos pengeluaran, dan lain-lain.

Penyerahan (delivery)

Penundaan penyerahan, keterlambatan pembayaran, kekurangan

stok dan lain-lain

Keamanan

Kecelakaan, kesalahan, gangguan, dan lain-lain

b. Diagram Pareto mengenai Penyebab

Diagram ini berkaitan dengan penyebab dalam proses dan

dipergunakan untuk mengetahui penyebab utama dari masalah

yang ada. Contoh penyebab :

Operator

Umur, pengalaman, ketrampilan, sifat individual, pergantian kerja

(shift), dan lain-lain.

Mesin

Peralatan, mesin instrumen, dan lain-lain.

Bahan Baku

Pembuatan bahan baku, jenis bahan baku, pabrik bahan baku, dan

lain-lain.

Metode Operasi

Kondisi operasi, metode kerja, sistem pengaturan, dan lain-lain.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

36

2.8.3 Langkah-langkah pembuatan

Untuk menjelaskan proses pembuatan diagram pareto akan dijabarkan

melalui beberapa langkah berikut ini:

a. Menentukan masalah yang akan diteliti,

mengidentifikasikankategori-kategori atau penyebab-penyebab dari

masalah yang akan diperbandingkan. Setelah itu merencanakan dan

melaksanakan pengumpulan data.

b. Membuat suatu ringkasan data atau tabel yang mencatat frekuensi

kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakan

formulir pengumpulan data

c. Membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi

kejadian dari yang tertinggi sampai yang terendh, serta hitunglah

frekuensi kumulatif, persentase dari total kejadian, dan persentase

dari total kejadian secara kumulatif.

d. Menggambar dua buah garis vertikal dan sebuah garis horizontak.

e. Membuat histogram pada diagram pareto.

f. Menggambar kurva kumulatif serta mencantumkan nilai-nilai

kumulatif (total kumulatif atau persen kumulatif) disebelah kanan

atas dari interval setiap item masalah.

g. Memutuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas

penyebab utama dari masalah yang sedang terjadi. Untuk

mengetahui akar penyebab dari suatu masalah, dapat menggunakan

diagram sebab akibat atau bertanya mengapa-mengapa beberapa

kali (konsep why-why).

2.9 Fishbone Diagram (Ishikawa Diagram)

2.9.1 Definisi Fishbone Diagram

Fishbone diagram (diagram tulang ikan karena bentuknya seperti tulang

ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram

diperkenalkan oleh Dr. Kauro Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari

jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

37

Suatu tindakan dan langkah improveement akan lebih mudah dilakukan

jiga masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone

diagram ini dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah

secara user friendly, tools yang user friendly disukai orang-orang di industri

manufaktur di mana proses disana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang

berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Purba (2008:1-6)

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari

suatu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi

brainstroming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan,

mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap

kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi

brainstorming.

Gambar 2.8

Contoh Gambar Diagram Fishbone

2.10 Tree Diagram (Diagram Pohon)

2.10.1 Definisi Tree Diagram (Diagram Pohon)

Tree Diagram Juga disebut systematic diagram, tree analysis, analytical

tree, atau hierarchy diagram. Tree Diagram adalah teknik untuk memetakan

lengkap jalur dan tugas-tugas yang perlu dilakukan dalam rangka untuk mencapai

tujuan utama dan tujuan sub terkait. Diagram ini mengungkapkan secara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

38

sederhana besarnya masalah dan membantu untuk sampai pada metode-metode

yang harus dikejar untuk mencapai hasil. Tree Diagram dimulai dengan satu item

yang cabang menjadi dua atau lebih, yang masing-masing cabang menjadi dua

atau lebih, dan seterusnya. Kelihatannya seperti pohon, dengan banyak batang dan

cabang. Hal ini digunakan untuk memecah kategori luas ke tingkat yang lebih

detail.

2.10.2 Penggunaan Tree Diagram (Diagram Pohon)

Tree Diagram sering digunakan antara lain :

Ketika sebuah isu/masalah hanya diketahui secara umum dan harus

dijabarkan menjadi detail-detail yang lebih spesifik, misalnya

menggambarkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai

suatu tujuan.

Untuk menentukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk

mengimplementaskan sebuah solusi atau rencana.

Untuk menganalisis proses secara detail.

Untuk melakukan penyelidikan mengenai akar penyebab suatu

masalah.

Untuk mengevaluasi kegiatan implementasi dari solusi.

Digunakan setelah menemukan isu kunci yang didapat dari

diagram afinitas atau interrelationship diagram.

Sebagai alat komunikasi, untuk menjelaskan sesuatu secara detail

kepada orang lain.

2.10.3 Langkah-langkah membuat Tree Diagram (Diagram Pohon)

1. Buat draft pernyataan sasaran (goal statement)

Buat suatu pernyataan sasaran, proyek, rencana, masalah, atau persoalan

lain yang sedang diselidiki. Tulis persoalan tersebut pada bagian paling

atas (untuk tree diagram vertikal) atau pada bagian paling kiri (untuk tree

diagram horizontal).

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

39

2. Buat sub-sub sasaran

Lakukan curah pendapat (brainstorming) untuk membuat batang pertama

tree diagram. Hal ini berarti membuat rencana aksi (action plan) apa pada

tingkat/level pertama agar pernyataan sasaran dapat tercapai. Terus ulangi

hal ini pada level-level berikutnya yang lebih rinci sampai mendapatkan

elemen fundamental seperti: tindakan spesifik yang dapat

ditugaskan, komponen yang tidak dapat dibagi lagi, akar penyebab, atau

sampai team mencapai batas keahlian mereka.

3. Lakukan peninjauan

Lakukan pemeriksaan secukupnya sesuai dengan yang dibutuhkan pada

setiap level, gunakan pertanyaan-pertanyan seperti berikut:

Apakah ada hal-hal yang terlupakan?

Apakah item pada setiap level telah cukup menjelaskan level

diatasnya?

Apakah item pada setiap level memang benar-benar perlu

dilakukan untuk level diatasnya?

Apakah tugas-tugas yang dihasilkan mengarah pada pencapaian

sasaran?

2.11 Peta Kendali u

Peta kendali u adalah salah satu peta kendali yang digunakan dalam

pengendalian kualitas secara atribut, yaitu mengetengahkan cacat (defect) atau

kecacatan (defective) pada produk yang dihasilkan. Peta kendali u digunakan

untuk jumlah ketidaksesuaian per unit apabila yang diperiksa lebih dari satu

macam produk.

2.11.1 Tujuan Pembuatan Peta Kendali u

Tujuan pembuatan peta kendali untuk ketidaksesuaian (peta kendali C dan

peta kendali u) adalah:

1. Menentukan tingkat kualitas rata-rata semua perubahan. Informasi ini

menunjukan kemampuan proses awal.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

40

2. Memberi perhatian kepada pengelolaan rata-rata semua perubahan. Sekali

kualitas rata-rata diketahui, semua perubahan menjadi penting.

3. Meningkatkan kualitas produk.

Dalam hal ini peta kendali untuk ketidaksesuaian dapat memotivasi

karyawan bagian pengaturan dan pelaksanaan unutk mengajukan ide-ide

untuk perbaikan kualitas. Dari peta kendali akan dapat diketahui apakah

ide itu tepat atau tidak. Usaha yang berkelanjutan dan tepat sasaran harus

dibuat untuk meningkatkan kualitas.

4. Mengevaluasi hasil kualitas karyawan pengaturan dan pelaksanaan.

Selama peta kendali dalam pengontrolan, karyawan pelaksanaan

menunjukan hasil yang memuaskan karena dari perhitungan peta kendali

untuk ketidaksesuaian biasanya dapat dipakai untuk menemukan

kesalahan-kesalahan, maka akan sangat efektif dalam evaluasi kualitas

pada lingkungan keuangan, penjualan, pelayanan kepada pelanggan dan

lain-lain.

5. Menyarankan tempat untuk memakai peta dan peta R.

Beberapa penerapan dari peta untuk ketidaksesuaian memberikan analisis

yang lebih lengkap dengan peta dan R.

6. Menyediakan informasi yang memperhatikan kemampuan diterimanya

urutan produk untuk pengiriman

.

2.11.2 Cara Membuat Peta u

Pada dasarnya cara membuat peta kendali C dan peta kendali u sama. Cara

membuat peta kendali u adalah:

1. Memilih karakteristik kualitas.

Langkah pertama dari prosedur ini adalah menentukan kegunaan peta

kendali, yaitu untuk mengendalikan karakteristik kualitas gabungan,

karakteristik kualitas sebagian kecil produk, karakteristik kuallitas seluruh

produk atau sejumlah produk. Dapat juga menentukan pengendalian

prestasi dari operator, departemen, pusat kerja, giliran kerja, bangunan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

41

atau perusahaan. Kegunaan dari peta akan didasarkan pada jaminan

keuntungan yang terbesar untuk biaya terkecil.

2. Menentukan ukuran dan metode subgrup.

Ukuran dari peta u adalah salah satu unit yang diperiksa. Metode untuk

menghasilkan sampel dapat dilakukan audit atau secara langsung.

3. Mengumpulkan data.

Data dikumpulkan dari jumlah ketidaksesuaian per unit.

4. Menghitung garis pusat dan batas kendali.

CL = ū =

UCL = ū + 3

LCL = ū - 3

Keterangan:

C = jumlah ketidaksesuaian dalam subgrup

n = jumlah yang diperiksa dalam subgrup

u = rata-rata ketidaksesuaian per unit untuk beberapa subgrup

UCL = batas kendali atas

LCL = batas kendali bawah

*Jika LCL < 0 maka dianggap LCL = 0

5. Membuat garis pusat dan batas kendali yang sudah diperbaharui

Apabila analisis pada data pendahuluan menunjukan pengendalian yang

baik, maka u dapat dianggap mewakili proses u-u. Biasanya analisis pada

peta pendahuluan tidak menunjukan adanya pengendalian yang baik (di

luar batas kendali). Oleh karena itu perlu adanya pengendalian garis pusat

dan batas kendali untuk kemudian dianalisis kembali apakah data tersebut

masih berada di luar kendalli atau tidak.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

42

6. Mencapai tujuan.

Alasan peta kendali adalah untuk mencapai salah satu atau lebih tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya. Sekali tujuan tercapai, peta tidak

dilanjutkan atau aktivitas pemeriksaan dikurangi dan sumbernya

dipindahkan pada masalah kualitas yang lain.

2.12 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data untuk mengetahui apakah secara stastistik jumlah data

yang telah dikumpulkan sudah mencukupi atau belum. Uji kecukupan data ini

dilakukan setelah data atau sampel berada dalam populasi yang sama atau yang

seragam.

Rumus yang digunakan untuk uji kecukupan data tersebut adalah sebagai

berikut:

N’ =

Keterangan:

N’ = jumlah sampel yang seharusnya

Z = nilai pada tabel Z dengan tingkat keyakinan tertentu

u = rata-rata ketidaksesuaian per unit

a = tingkat ketelitian

Apabila jumlah sampel yang digunakan (N) lebih besar atau sama dengan

jumlah sampel yang seharusnya (N’), maka jumlah sampel yang digunakan sudah

mencukupi untuk digunakan dalam perhitungan batas-batas kendali.

Namun apabila jumlah sampel yang sudah digunakan (N) lebih kecil

daripada jumlah sampel yang seharusnya (N’), maka jumlah sampel yang telah

diambil tidak mencukupi sehingga perlu pengambilan sampel lagi untuk

mengatasi kekurangan tersebut.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

43

2.13 Produk Cacat

Pengendalian kualitas dilakukan bukan hanya pada proses produksi (in-

line inspection), tetapi juga pada penerimaan material (receiving inspection). Dari

berbagai inspeksi ini, yang merupakan action dari pengendalian kualitas, dapat

diketahui produk-produk gagal yang dapat menyebabkan laba berkurang bahkan

menyebabkan kerugian.

Seperti yang dilakukan oleh Charles T. Horngren dan George Foster

(2006:626) yang mendifinisikan produk cacat sebagai berikut:

“Produk cacat adalah unit produksi apakah penuh atau sebagian

selesai yang tidak memenuhi standar yang dibutuhkan oleh pelanggan untuk

unit yang baik dan dibuang atau dijual untuk mengurangi harga”

Kecacatan pada industri manufacture terkadang disebabkan oleh 6

kategori penyebab yaitu Machine, Method, Material, Man, Measurement,

Environtment. (Kusnadi, E:2011)

Perlakuan terhadap produk cacat ini dapat digolongkan kedalam tiga jenis,

yaitu:

1. Dijual langsung

Perlakuan ini adalah menjual langsung produk gagal atau cacat yang tidak

lulus tahap inspeksi, namun masih layak untuk dijual kepada konsumen

yang siap menampungn produk cacat jenis ini.

2. Dikerjakan kembali (Rework)

Jenis produk cacat ini dapat dimasukkan kedalam proses produksi kembali

untuk di proses ulang, untuk menghasilkan produk yang tidak dalam

kondisi cacat lagi. Tentunya akan menambah biaya proses ulang, baik

untuk lembur maupun biaya lainnya yang timbul akibat pengerjaan

kembali produk ini.

3. Dibuang langsung (Scrap)

Perlakuan produk gagal jenis ini diberikan pada produk gagal yang seudah

tidak dapat dijual langsung dan tidak dapat diperbaiki lagi. Artinya produk

cacat jenis ini adalah produk yang tingkat kegagalan paling tinggi,

sehingga produk ini biasanya dibuang langsung dan dimusnahkan.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

44

2.14 Penelitian terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Fachri Ahmad Analisis

Pengendalian

Kualitas dalam

Upaya Mengurangi

Produk Cacat pada

CV Baktindo

Hasil penelitian menunjukan bahwa

dengan menggunakan alat bantu

statistik berupa check sheet,

histogram, peta kendali p, diagram

pareto dan sebab akibat maka

diketahui besar kegagalan produk

yang terjadi sebagian kegagalan

produk disebabkan oleh cacat

bahan. Dengan adanya

pengendalian kualitas yang

dilakukan maka dapat menjadi

masukan bagi perusahaan untuk

memperbaiki hal-hal tersebut.

2. Friska Medisa

Kristyana

Analisis

Pengendalian

Kualitas dalam

Upaya Mengurangi

Tingkat Kegagalan

Produk pada PT

Super Sari Bunga

Hasil penelitian menunjukan bahwa

dengan melakukan pengujian

Statistical Quality Control (SQC)

maka dapat diketahui beberapa

kecacatan produk yang

mempengaruhi kualitas perusahaan

yang dipengaruhi oleh faktor

manusia sehingga perusahaan dapat

mengambil tindakan pencegahan

dan perbaikan untuk mengurangi

produk cacat dan meningkatkan

kualitas produk.

3.

Galih Panji

Wibawa (2013)

Penerapan

Pengendalian

Hasil penelitian menunjukan bahwa

pengendalian kualitas produk PT.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

45

Kualitas dalam

Upaya Mengurangi

Kecacatan Produk

pada PT. Dirgantara

Indonesia

Dirgantara Indonesia sudah cukup

terkendali, dengan rata-rata

kecacatan produk sebesar 32,4%

perbulan. Jenis kecacatan yang

paling banyak terjadi adalah proses

pengeboran lubang assembly

dengan total 95 kerusakan 52,4%

dari total produk cacat pada tahun

2012. Faktor yang menyebabkan

kerusakan ini adalah manusia,

mesin, lingkungan, metode kerja

dan bahan baku. Maka dapat

dilakukan pencegahan agar

mengurangi kecacatan produk.

4. Yonathan M.

Awaj, Ajit Pal

Singh dan

Wassihun Yimer

Amedie (2013)

Quality Improvement

Using Statistical

Process Qontrol

Tools In Flass

Bottles

Manufacturing

Company

Hasil penelitian menunjukan

dengan penerapan Statistical

Process Control (SPC) dengan alat

bantu seven tools dapat

menganalisa kecacatan produk

yang terjadi di perusahaan

manufaktur botol gelas, sehingga

dapat mengurangi berbagai macam

pemborosan dengan begitu

perusahaan tidak perlu

mengeluarkan biaya tambahan

dalam menghadapi kecacatan

produk.

5. Bakhtiar S,

Suharto Tahir dan

Ria Asysyfa

Analisa

Pengendalian

Kualitas Dengan

Hasil penelitian menunjukan

jumlah kerusakan botol pada UD.

Mestika Tapaktuan dibagi kedalam

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

46

Hasni (2013) Menggunakan

Metode Statistical

Quality Control

(SQC)

dua jenis yaitu jenis pecah dan

retak. Penelitian menggunakan

seven tools maka dapat diketahui

penyebab terjadinya kerusakan

sehingga dapat dilakukan usulan

yang dapat dilakukan terhadap jenis

kerusakan tersebut.

6. Cyrilla Indri

Parwati dan

Rian Mandar Sakti

Pengendalian

Kualitas

Produk cacat dengan

analisis seven tools

pada PT Adi Satria

Abadi

Hasil penelitian menunjukan

dengan penerapan alat bantu seven

tools dapat menganalisa kecacatan

produk yang terjadi di perusahaan

produsen sarung tangan, sehingga

dapat mencapai biaya kualitas

terendah.

2.15 Kerangka pemikiran

Dalam persaingan dalam dunia bisnis secara global kini perusahaan tidak

hanya dihadapkan dengan persaingan dalam ruang lingkup lokal atau nasional

melainkan tantangan dari pasar internasional yang lebih ketat dan cenderung lebih

unggul. Ditambah perilaku konsumen saat ini pun cenderung membuat tantangan

tersebut menjadi lebih kompleks. Hanya perusahaan yang dapat menghasilkan

produk dengan kualitas barang atau jasa yang sesuai dengan keinginan konsumen

yang dapat bertahan dari persaingan.

Tuntutan masyarakat modern saat ini akan barang dan jasa berkualitas

semakin tinggi. Kesadaran masyarakat akan kualitas suatu barang atau jasa kini

lebih unggul dibanding dengan harga yang juga faktor penentu pembelian.

Terlebih kelompok masyarakat ekonomi menengah keatas yang lebih

mengutamakan kualitas dibandingkan dengan harga. Oleh karena itu orientasi

dalam produksi barang atau jasa yang dihasilkan tidak berdasarkan keinginan

perusahaan saja melainkan memenuhi keinginan konsumen.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

47

Menurut Dr. Zulian Yamit (2010:347) Kualitas adalah suatu yang

cocok dengan selera (fitness for use), produk dikatakan berkualitas apabila

produk tersebut mempunyai kecocokan penggunaan bagi dirinya.

Sedangkan menurut Suyadi Prawirasentono (2007:5) Kualiltas suatu

produk merupakan keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk

bersangkutan yang dapat memenuhi selera konsumen dengan memuaskan

sesuai dengan nilai uang dikeluarkan. Berdasarkan pengertian kualitas menurut

para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas memiliki peranan yang

penting dalam penentuan produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen.

Maka dari itu, untuk menghasilkan kualitas produk yang berorientasi

kepada keinginan konsumen tersebut diperlukan upaya manajemen dalam

perbaikan mutu yang tidak lepas dari pengendalian manajemen yang memiliki

peranan penuh dan harus berkomitmen tinggi dalam pelaksanaannya. Yaitu

melalui pengendalian kualitas yang memungkinkan perusahaan untuk

menghasikan produk yang berkualitas tinggi. Pengendalian kualitas ini harus

dilaksanakan dengan baik untuk menekan tingkat kegagalan pada produk

sehingga tidak terjadi biaya tambahan untuk pengerjaan ulang produk cacat,

mencegah barang tidak sesuai standar sampai ke tangan konsumen sehingga dapat

mengurangi keluhan dari konsumen bahkan lebih jauh lagi mengurangi

kemungkinan pelanggan berpindah ke produk pesaing karena ketidakpuasan

terhadap kualitas produk perusahaan.

Untuk melaksanakan kegiatan pengendalian kualitas, perusahaan harus

membuat kebijakan pengendalian kualitas produk dengan menentukan standar

untuk bahan baku, standar proses produksi, dan standar produk akhir untuk

dijadikan acuan dalam menyusun rencana produksi. seperti pendapat Sofjan

Assauri (2008:210) yang mendefinisikan pengendalian kualitas sebagai berikut:

”Pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu

kualitas dari barang dihasilkan, agar sesuai spesifikasi produk yang

telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan.”

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi dan Produksi

48

Pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan secara

menyeluruh dan pengambilan sampel. Kegiatan pemeriksaan secara menyeluruh

terkadang berjalan tidak efisien karena memerlukan biaya dan waktu yang cukup

besar. Oleh karena itu pengambilan sampel lebih memberikan manfaat dalam

kegiatan pengendalian kualitas.

Pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan metode statistika. Metode

tersebut dikenal dengan pengendalian kualitas secara statistika atau Statistical

Quality Control (SQC). Statistical Quality Control (SQC) adalah suatu sistem

yang dikembangkan untuk menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil

produksi, pada tingkatan biaya yang minimum dan merupakan bantuan

untuk mencapai efisiensi (Sofjan Assauri, 2008:219)

Dengan demikian pengendalian kualitas ini sangat membantu apabila

dilaksanakan dalam kegiatan produksi karena dapat membantu perusahaan untuk

menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Selain

itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan produk

agar kemudian perusahaan dapat mengambil tindakan dan melakukan perbaikan.