32
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Menurut Sugama (2018, hal. 5) teori keagenan atau agency theory adalah teori yang menjelaskan hubungan keagenan (agency relationship) dan masalah- masalah yang ditimbulkanya. Agency relationship merupakan sebuah ikatan kerja dimana satu orang atau lebih sebagai pemegang saham (principal) menunjuk pihak lain (agent) untuk memberikan pelayanan dan pengambilan keputusan atas nama principal (Jensen dan Meckling dalam Abdul Kahar, 2008, hal. 401). Principal adalah pemegang saham yang mana menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan. Sedangkan agen adalah pengelola perusahaan yang mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan oleh para pemegang saham kepadanya. Prinsip utama dari teori keagenan adalah adanya suatu kontrak dimana satu atau lebih principal (pemilik) menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang untuk membuat keputusan agen (Yeniatie dan Destriana, 2010, hal. 3). Penyebab lainnya yang berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematik dari perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Menurut Sugama (2018, hal. 5) teori keagenan atau agency theory adalah

teori yang menjelaskan hubungan keagenan (agency relationship) dan masalah-

masalah yang ditimbulkanya. Agency relationship merupakan sebuah ikatan kerja

dimana satu orang atau lebih sebagai pemegang saham (principal) menunjuk

pihak lain (agent) untuk memberikan pelayanan dan pengambilan keputusan atas

nama principal (Jensen dan Meckling dalam Abdul Kahar, 2008, hal. 401).

Principal adalah pemegang saham yang mana menyediakan fasilitas dan dana

untuk menjalankan perusahaan. Sedangkan agen adalah pengelola perusahaan

yang mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan oleh para

pemegang saham kepadanya.

Prinsip utama dari teori keagenan adalah adanya suatu kontrak dimana satu

atau lebih principal (pemilik) menyewa orang lain (agen) untuk melakukan

beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa

wewenang untuk membuat keputusan agen (Yeniatie dan Destriana, 2010, hal. 3).

Penyebab lainnya yang berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah para

pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematik dari perusahaan, karena

mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

11

Namun, sebaliknya manajemen lebih peduli pada risiko perusahaan secara

keseluruhan (Yeniatie dan Destriana, 2010, hal. 4).

Hubungan keagenan mengakibatkan dua permasalahan, yaitu terjadinya

informasi asimetris, dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak

informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas

dari pemilik dan terjadinya konflik kepentingan akibat ketidaksamaan tujuan,

dimana manajemen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan pemilik. Terdapat

dua potensi konflik dalam teori keagenan yaitu:

1. Konflik antara Pemegang saham dengan Kreditor

Konflik muncul jika konflik keagenan akan terjadi bila proporsi kepemilikan

manajer atas saham kurang dari 100% sehingga manajer cenderung bertindak

untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasarkan

maksimalisasi nilai perusahaan dalam keputusan pendanaan. Penyebab

lainnya yang berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah para pemegang

saham hanya peduli terhadap risiko sistematik dari perusahaan, karena

mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan

baik. Namun, sebaliknya manajemen peduli pada risiko perusahaan secara

keseluruhan (Yeniatie dan Destriana, 2010, hal. 4). Selain itu konflik dapat

juga muncul jika perusahaan meningkatkan jumlah hutang hingga mencapai

tingkatan yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan kreditor. Kreditor

dirugikan jika perusahaan mengambil proyek yang terlalu berisiko karena hal

ini akan meningkatkan risiko kebangkrutan perusahaan. Di lain pihak, jika

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

12

proyek berisiko tinggi tersebut memberikan hasil yang bagus, kompensasi

yang diterima kreditor (berupa bunga) tidak ikut naik.

2. Konflik antara Pemegang Saham dengan Pihak Manajemen

Teori keagenan memunculkan argumentasi terhadap adanya konflik antara

pemilik yaitu pemegang saham dengan manajer. Konflik tersebut muncul

sebagai akibat perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak. Konflik

keagenan menyebabkan penurunan nilai perusahaan.

Konflik yang terjadi dalam teori keagenan tidak lepas dari asumsi sifat

dasar manusia. Menurut Eisenhardt (dalam Oyong Lisa, 2012, hal. 45)

menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu:

1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri.

2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang.

3. Manusia selalu menghindari risiko.

Asumsi sifat manusia tersebut akan mempengaruhi keputusan yang

diambil oleh manajer dan pemegang saham. Hal tersebut akan memunculkan

berbagai masalah antara manajer dan pemegang saham.

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengurangi masalah

keagenan (agency conflict) tersebut dikenal sebagai biaya keagenan yang meliputi

pengeluaran monitoring, bonding dan residual loss (Zaman, 2014, hal. 128).

Terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya

keagenan, antara lain:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

13

1. Mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham dengan

mengikutsertakan manajer untuk memiliki saham perusahaan tersebut

(insider ownership).

2. Meningkatkan devidend payout ratio

3. Meningkatkan pendanaan dari hutang

4. Meningkatkan kepemilikan institusional

Pengawasan secara total terhadap kegiatan para manajer akan

memecahkan masalah keagenan, tetapi dibutuhkan biaya yang mahal dan kurang

efisien. Solusi yang lebih baik adalah memberi suatu paket kompensasi berupa

gaji tetap ditambah bonus kepemilikan.

Dalam upayanya tersebut ada 2 (dua) hal yang dapat dilakukan oleh

principal untuk memperkecil biaya agensi karena tidak dapat dihilangkan sama

sekali, yaitu:

1. Mencari manajer yang benar-benar dapat dipercaya, mengetahui secara jelas

kapasitas dan personalitas. Kunci kerja sama dalam hubungan agensi adalah

kepercayaan yang didasarkan pada informasi yang benar tentang agent.

2. Memperjelas kontrak insentif dengan skema kompensasi operasional

sehingga memotivasi agent untuk bekerja sesuai kepentingan principal

dengan penghargaan yang wajar terhadap principal.

Teori agensi mengutamakan analisis dan usaha untuk memecahkan dua

masalah yang terjadi dalam hubungan antara pemilik dengan agent (manajemen

puncak), yaitu:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

14

1. Masalah agensi yang muncul jika :

a. keinginan atau tujuan pemilik dan agent bertentangan atau;

b. membuktikan bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh agent adalah sulit

dan mahal bagi pemilik.

2. Masalah risiko bersama yang meningkat jika pemilik dan agent memiliki

sikap yang berbeda dalam menghadapi risiko itu.

Dalam hubungan antara pemegang saham (principal) dan manajer (agent)

mempunyai karakteristik perbedaan atas tujuan kerja dan risiko. Perbedaan

principal dan agent, sebagai berikut:

1. Perbedaan preferensi tujuan kerja

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas

kepentingan mereka sendiri. Pemegang selain sebagai principal diasumsikan

hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka

di dalam perusahaan. Sedang para agent diasumsikan menerima kepuasan

berupa kompensasi dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan

tersebut.

2. Preferensi risiko

Teori ini mengasumsikan bahwa manusia lebih menyukai pertambahan

kekayaan dibandingkan kekurangan atau penurunan atas kekayaan yang

diakumulasi atau dikelola. Kekayaan manusia berupa nilai manajer itu sendiri

yang dipersepsikan pasar dimana dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.

Karena penurunan utilitas atas kekayaan dan sejumlah modal investasi

principal, maka diasumsikan manajer menghindari risiko. Pada sisi lain, para

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

15

pemegang saham berusaha mengurangi risiko dengan mendiversifikasikan

kekayaan dan kepemilikan saham mereka di banyak perusahaan dalam nilai

investasi yang mereka harapkan sehingga risiko menjadi netral.

2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal menjelaskan alasan menyajikan informasi untuk pasar modal.

Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen

perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut.Teori

sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan

memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisasikan keinginan pemilik.

Teori sinyal mengungkapan bahwa investor dapat membedakan antara

perusahaan yang berkualitas baik dan yang berkualitas buruk, dengan demikian

perusahaan yang berkualitas baik akan memberikan sinyal pada pasar. Perusahaan

yang berkualitas baik pula yang nantinya akan memberi sinyal dengan cara

menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu. Agar sinyal tersebut

berjalan dengan baik dan efektif maka sebaiknya dipersepsikan dengan baik hal

ini dilakukan agar tidak mudah ditiru oleh perusahaan lainnya yang mempunyai

kualitas buruk, karena perusahaan yang berkualitas buruk akan cenderung tidak

tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.

Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer

untuk mengurangi asimetri informasi. Menurut Brigham dan Houston (dalam

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

16

Indriyani, 2017, hal. 339) asymmetric information adalah situasi dimana manajer

memiliki informasi yang berbeda mengenai prospek perusahaan dari pada yang

dimiliki investor. Sinyal yang diberikan oleh manajer perusahaan kepada

pengguna laporan keuangan ini berupa informasi mengenai apa yang sudah

dilakukan manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.

2.1.3 Audit Delay

Laporan keuangan mempunyai peran yang sangat penting dalam mengukur

kinerja suatu perusahaan karena didalam laporan keuangan tersedia informasi

mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan

suatu perusahaan dimana informasi tersebut sangat bermanfaat untuk sejumlah

pemakai informasi potensial dalam hal pengambilan keputusan. Laporan

keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau

pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban

manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.

Keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau

menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat

kembali atau mengganti manajemen.

Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan yang telah diaudit

merupakan hal yang krusial terutama bagi perusahaan-perusahaan publik yang

menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Ketepatan

waktu penerbitan laporan keuangan tahunan perusahaan juga dapat menimbulkan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

17

pengaruh kepada nilai dari laporan keuangan tersebut. Nilai dari informasi

tersebut tidak lagi bermanfaat jika laporan keuangan yang disampaikan tidak tepat

waktu dan akurat karena nilai ketepatan waktu pelaporan keuangan sangat penting

bagi kemanfaatan laporan keuangan.

Dalam regulasi informasi keuangan di Indonesia, Pemerintah telah

menetapkan struktur pengaturan informasi melalui UU No. 8 tahun 1995 tentang

Pasar Modal. Sesuai dengan peraturan yang diterbitkan Bapepam dan didukung

oleh peraturan terbaru Bapepam, X.K.6 1 Agustus 2012, maka penyampaian

laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dikatakan tepat waktu apabila

diserahkan sebelum atau selambat-lambatnya 120 hari setelah tahun buku terakhir.

Adapun rentang waktu bagi auditor untuk menyelesaikan auditnya yang

dihitung mulai dari tanggal tahun tutup buku sampai dengan tanggal laporan audit

diterbitkan disebut audit delay. Audit delay merupakan perbedaan waktu antara

tanggal laporan keuangan dengan tanggal publikasi laporan keuangan audited

pada BEI, audit delay diukur dari jumlah hari antara tanggal laporan keuangan

sampai tanggal dipublikasikannya laporan keuangan di BEI (Kusumawardani,

2013, hal. 54).

Menurut Ibrahim dan Suryaningsih (2016, hal. 3) audit delay didefinisikan

sebagai interval waktu antara tahun tutup buku laporan keuangan hingga opini

pada laporan keuangan audit ditandatangani. Auditor akan melakukan proses audit

dengan waktu yang telah disepakati antara pihak klien dengan auditor.

Keterlambatan laporan keuangan auditan dipengaruhi atas proses pengauditan

yang dilakukan oleh auditor. Keterlambatan dalam penyampaian laporan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

18

keuangan memberikan pengaruh penilaian terhadap Good Corporate Governance

yang dijalankan oleh perusahaan karena informasi yang mengalami keterlambatan

akan merugikan pemegang saham atau investor dalam melakukan pengambilan

keputusan (Yaputro, 2012, hal. 2).

Oleh sebab itu, manajemen sangat menghargai auditor yang mampu

memenuhi ketepatan waktu penyelesaian auditnya. Klien menginginkan laporan

keuangan auditannya dipublikasikan secepat mungkin setelah berakhirnya tahun

buku. Tetapi auditor tidak dapat memaksakan diri, karena hasil pekerjaannya bisa

tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu auditor harus mempunyai cukup waktu

untuk mendapatkan jenis dan jumlah bukti-bukti audit yang memadai agar dapat

mendukung opini yang diberikan. Dalam FASB Paragraf 56, jika informasi tidak

tersedia ketika dibutuhkan atau tersedia dalam jangka waktu yang lama, maka

laporan tersebut tidak akan bernilai untuk masa depan perusahaan, hal ini dapat

menunjukkan kelemahan perusahaan tersebut.

2.1.4 Ukuran KAP

Menurut Firyana (2014, hal. 5) ukuran KAP merupakan ukuran yang

digunakan untuk menentukan besar kecilnya suatu Kantor Akuntan Publik.

Ukuran Kantor Akuntan Publik dapat dikatakan besar jika KAP tersebut

berafiliasi dengan Big 4, mempunyai cabang dan klienya perusahaan-perusahaan

besar serta mempunyai tenaga professional di atas 25 orang. Sedangkan Ukuran

Kantor Akuntan Publik dikatakan kecil jika tidak berafiliasi dengan Big 4, tidak

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

19

mempunyai kantor cabang dan klienya perusahaan kecil serta jumlah tenaga

profesionalnya kurang dari 25 orang.

Ukuran KAP merupakan pembedaan jumlah klien dan jumlah anggota

yang dimiliki oleh suatu kantor akuntan publik. Ukuran KAP dapat lihat dari

berbagai hal yang terkait dengan KAP, seperti jumlah klien dan jumlah

pendapatan KAP tersebut. Ukuran KAP adalah besar kecilnya Kantor Akuntan

Publik yang digunakan perusahaan. Ukuran KAP dibedakan dalam dua kelompok

yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dengan

Big 4. menurut Ginting dan Fransisca (2014, hal. 5), ukuran KAP merupakan

besar kecilnya KAP yang dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP yang

berafiliasi dengan Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Sedangkan

menurut Arsih (2015, hal. 3), ukuran KAP adalah cerminan besar kecilnya Kantor

Akuntan Publik, semakin besar Kantor Akuntan Publik maka semakin tinggi

kualitas audit yang dihasilkan, jadi perusahaan akan mengganti auditor dari KAP

kecil ke auditor dari KAP besar untuk meningkatkan reputasi dan kualitas laporan

keuangannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ukuran Kantor

Akuntan Publik (KAP) adalah besar kecilnya Kantor Akuntan Publik yang

digunakan suatu perusahaan untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan

keuangan perusahaan. Jika dihubungkan keberadaannya KAP yang ada di

Indonesia, maka ukuran KAP terbesar yakni KAP yang berafiliasi dengan KAP

asing yang tergolong Big 4.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

20

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Menurut Sartono (2016, hal. 249), perusahaan besar yang sudah well

established (mapan) akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal

dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti

perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. Menurut Amir dan

Runtu (2014, hal. 69), semakin baik kualitas laporan keuangan yang disajikan

maka akan semakin menyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan

perusahaan tersebut, yang otomatis tentunya pihak-pihak yang berhubungan

dengan perusahaan akan merasa puas dalam berbagai urusan dengan perusahaan.

Perusahaan selalu menginginkan perolehan laba bersih setelah pajak

karena bersifat menambah modal sendiri. Dengan kata lain, laba bersih dapat

diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah biaya operasi. Agar

diperoleh laba bersih yang sesuai dengan jumlah yang diinginkan, maka

perencanaan dan pengendalian menjadi hal yang sangat penting dilakukan oleh

pihak manajemen.

Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi

membutuhkan dukungan modal yang semakin besar, demikian juga sebaliknya,

pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah kebutuhan

terhadap modal juga semakin kecil. Akan tetapi, jika dana dari sumber intern

sudah tidak mencukupi, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk

menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik utang maupun dengan

mengeluarkan saham baru.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

21

Perusahaan yang besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih

banyak dan memiliki kemungkinan untuk bangkrut yang lebih kecil, sehingga

lebih mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Dengan kata lain,

perusahaan besar cenderung memiliki utang atau menggunakan dana eksternal

dalam jumlah yang lebih besar.

Menurut Riyanto (2015, hal. 299) suatu perusahaan yang besar yang

sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan

mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau

tergesernya kontrol dari pihak yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan.

Dengan demikian, maka perusahaan yang besar akan lebih berani mengeluarkan

saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk membiayai pertumbuhan yang

didasarkan pada penjualan, dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.

Menurut Hasnawati dan Sawir (2015, hal. 67) ukuran perusahaan

dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi

untuk alasan yang berbeda:

Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan

perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya

kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun

saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan

sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas

dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan

sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor

mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

22

Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam

kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari

berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan

dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang

digunakan, semakin besar kemungkinan kemungkinan pembuatan kontrak yang

dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan

kontrak standar hutang.

Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat

perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya,

ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur

keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai

staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan

system akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen.

Menurut Brigham dan Houston (dalam Denziana dan Monica, 2016, hal.

246), mengemukakan bahwa ukuran perusahaan yaitu rata–rata total penjualan

bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dari berbagai

penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan merupakan

nilai penjualan bersih suatu perusahaan pada suatu tahun tertentu. Ukuran

perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi

suatu perusahaan. Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka semakin

besar pula kualitasnya. Dengan demikian ukuran perusahaan dapat dikaitkan

dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

23

2.1.6 Tingkat Leverage

Dalam menjalankan usahanya suatu perusahaan memiliki kebutuhan yang

tidak sedikit, terutama yang berkaitan dengan pendanaan agar perusahaan dapat

mencapai tujuannya. Dana selalu dibutuhkan untuk menutupi seluruh atau

sebagian dari biaya yang diperlukan baik untuk masa sekarang ataupun untuk

masa yang akan datang. Dana juga dibutuhkan untuk melakukan perluasan

usaha/investasi baru. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap perusahaan harus

menyediakan dana dalam jumlah tertentu, sehingga jika dibutuhkan dana sudah

tersedia.

Untuk menutupi kekurangan akan kebutuhan dana perusahaan harus

memiliki beberapa alternatif sumber dana yang dapat digunakan. Pemilihan

sumber dana ini bergantung pada tujuan, syarat-syarat dan kemampuan

perusahaan tentunya. Pada dasarnya sumber dana dapat diperoleh dari modal

sendiri dan pinjaman. Setiap sumber dana yang dipergunakan mempunyai

kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mengingat penggunaan dana memiliki

resiko masing-masing, maka perlu dilakukan strategi agar dapat saling

menunjang. Strategi tersebut ialah dengan melakukan kombinasi dari masing-

masing sumber dana. Besarnya penggunaan masing-masing sumber dana harus

dipertimbangkan agar tidak menjadi beban perusahaan baik untuk masa sekarang

atau masa yang akan mendatang. Kombinasi dari penggunaan sumber dana

tersebut dikenal dengan sebutan rasio leverage.

Kasmir (2016, hal. 151) menyatakan leverage merupakan rasio

pengukuran sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

24

berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan

asetnya. Dalam arti luas, rasio leverage diartikan sebagai rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya, baik pada masa

sekarang maupun masa yang akan datang apabila perusahaan dibubarkan.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio leverage

merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam menggunakan asetnya yang

mempunyai beban tetap (hutang) dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan.

2.1.7 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan

laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri

(Sartono, 2016, hal. 122). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan,

seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan (Sudana, 2015, hal. 25).

Profitabilitas adalah suatu alat untuk mengukur keberhasilan manajemen yang

ditunjukkan melalui laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi. Jadi,

profitabilitas adalah suatu alat untuk mengukur kemampuan dan keberhasilan

suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang diperoleh melalui penjualan dan

investasi selama periode tertentu dengan menggunakan sumber-sumber yang

dimiliki perusahaan.

Profitabilitas atau yang disebut sebagai rentabilitas suatu perusahaan

diukur dengan kesuksesan dan kemampuan perusahaan dalam menggunakan

aktiva perusahaan secara produktif. Profitabilitas dapat pula diketahui dengan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

25

memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan

jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.

Profitabilitas sering digunakan perusahaan untuk mengukur efisiensi

penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba

dengan modal yang digunakan dalam operasi (Sartono, 2016, hal. 124). Cara

untuk mengukur profitabilitas, yaitu dengan menggunakan rasio Return on Assets

(ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan

seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini

penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi

manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin

besar rasio ini, maka semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan (Sudana,

2015, hal. 25).

2.1.8 Umur Perusahaan

Umur perusahaan merupakan awal perusahaan beroperasi hingga

perusahaan tersebut dapat mempertahankan eksistensinya (going concern) dalam

dunia bisnis. Semakin lama umur perusahaan maka semakin terlihat pula

eksistensi perusahaan, sehingga semakin pula pengungkapan yang dilakukan

untuk menciptakan keyakinan pada pihak luar perusahaan dalam kualitas

perusahaannya (Nugroho, 2012, hal. 4). Perusahaan yang memiliki umur panjang

biasanya sudah menjadi perusahaan besar yang sudah memiliki banyak investor

dan mampu bertahan dalam dunia bisnis, sehingga mampu melakukan

pengungkapan modal intelektual.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

26

Menurut Ekadjaja (2009, hal. 114), umur perusahaan dapat dihitung sejak

perusahaan tersebut didirikan berdasarkan akte pendirian sampai saat perusahaan

tersebut melakukan penawaran saham perdana. Umur perusahaan ini dapat

dihitung dalam skala tahunan. Informasi mengenai tanggal pendirian dan tanggal

penawaran saham perdana dapat diperoleh dari informasi prospektus . Salah satu

yang menjadi pertimbangan dalam menanamkan modalnya dengan melihat umur

perusahaan. Umur perusahaan mencerminkan perusahaan itu tetap berkembang

dan menjadi bukti bahwa perusahaan tersebut tetap bisa bersaing.

2.2 Hubungan Logis Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay

Semakin banyak perusahaan dalam satu industri yang menggunakan jasa

suatu KAP maka dapat menunjukkan bahwa KAP tersebut memiliki reputasi yang

baik dalam industri yang bersangkutan. Reputasi yang baik dapat menunjukkan

bahwa KAP tersebut memiliki kepercayaan dari konsumennya yang tentu saja

mengharapkan kualitas audit yang baik dan waktu penyelesaian audit yang cepat,

sehingga didapat pemikiran bahwa KAP spesialisasi industri berpengaruh negatif

terhadap audit delay. Karena KAP terspesialisasi industri tentunya memiliki

pengalaman yang lebih dibandingkan dengan KAP non spesialisasi industri,

sehingga diharapkan KAP spesialisasi industri mampu menyelesaikan audit lebih

cepat karena memiliki orang-orang yang lebih kompeten dalam menyelesaikan

tahap audit.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

27

Dalam hubungan dengan teori signal perusahaan yang menggunakan jasa

big four mempunyai kabar yang baik, dikarenakan semakin perusahaan tersebut

menggunakan jasa big four maka laporan keuangan perusahaan tersebut semakin

baik. dengan adanya jasa big four perusahaan akan mempublikasikan kepada

pihak luar bahwa auditor yang sedang mengaudit perusahaannya adalah dari

jasabig four yang diketahui mempunyai orang-orang yang kompeten dan sudah

diakui oleh internasional. Jadi jika perusahaan menggunkan jasa KAP ditambah

lagi merupakan KAP big four maka akan cepat menyelesaikan audit tersebut,

dikarenakan KAP big four memilki sumber daya yang kompenten dan telah diakui

oleh internasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Lienardi dan Widyastuti (2017)

menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

audit delay.KAP big four lebih menjaga reputasinya dengan menjaga kualitas

audit dan penyelesaian audit sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan

karena apabila auditor tidak tepat waktu dalam melaksanakan audit, reputasi KAP

akan buruk di mata klien. KAP yang berafiliasi dengan big four memiliki sumber

daya yang besar, baik dalam segi jumlah tenaga kerja maupun kualitas

pekerjaannya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 = ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

28

2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan yang diukur

dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan atau total aset

perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan yang telah diaudit dengan

menggunakan logaritma. Semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan, maka

semakin besar pula ukuran perusahaan. Perusahaan yang besar biasanya lebih

konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam

menginformasikan laporan keuangannya. Disamping itu perusahaan besar akan

menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini

disebabkan manajemen pada perusahaan besar cenderung diberikan insentif untuk

mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut diawasi

secara ketat oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi yang

termuat dalam laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Apriyana dan Rahmawati (2017)

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay.

Artinya semakin besar ukuran perusahaan maka audit delay semakin pendek.

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 = ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit

delay.

2.2.3 Pengaruh Tingkat Leverage Terhadap Audit Delay

Leverage perusahaan yang tinggi memaksa perusahaan menyediakan

dengan cepat laporan keuangan auditannya kepada kreditor sehingga audit delay-

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

29

nya lebih cepat. Jika jumlah hutang perusahaan lebih besar daripada aktiva yang

dimiliki perusahaan tersebut cenderung meningkatkan kerugian dan kehati- hatian

auditor untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan tersebut sehingga audit

delay nya lebih lama.

Penelitian yang dilakukan oleh Haryani (2015) menyatakan bahwa tingkat

leverage berpengaruh positif terhadap audit delay. Artinya perusahaan dengan

tingkat leverage yang tinggi akan mempengaruhi perusahaan untuk melakukan

keterlambatan dalam menyampaikan laporan keuangan, karena leverage yang

tinggi menunjukkan bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan keuangan, yaitu

perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo.

Biasanya perusahaan akan mengurangi risiko dengan memundurkan publikasi

laporan keuangannya dan mengulur waktu dalam pekerjaan auditnya. Dengan

demikian auditor akan mengaudit laporan keuangan perusahaan dengan lebih

seksama dan membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga dapat meningkatkan

audit delay.

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 = tingkat leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit delay.

2.2.4 Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay

Profitabilitas menentukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita

baik bagi perusahaan. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi

yang berisi berita baik. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

30

tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat

dikarenakan berkewajiban untuk menyampaikan kabar baik secepatnya

kepadapublik dan akan menarik niat investor untuk menanamkan modalnya.

Mereka juga memberikan alasan bahwa auditor yang menghadapi perusahaan

yang mengalami kerugian memiliki respon yang cenderung lebih berhati-hati

dalam melaksanakan proses audit. Jika perusahaan menghasilkan tingkat

profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan lebih pendek dibandingkan

perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang lebih rendah, hal ini dikarenakan

perusahaan yang memiliki keuntungan yang tinggi maka kegiatan operasional

perusahaan dinilai baik. Perusahaan yang profitable memiliki insentif untuk

menginformasikan ke publik tentang keunggulan kinerja mereka dengan

mengeluarkan laporan tahunan secara cepat.

Penelitian yang dilakukan oleh Lienardi dan Widyastuti (2017)

menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

audit delay. Profitabilitas perusahaan adalah salah satu faktor yang menjadi

penilaian para stockholder dalam pengambilan putusan ekonomi sehingga

perusahaan yang mendapatkan profitabilitas tinggi akan berusaha

mempublikasikan laporan keuangannya secepat mungkin agar berita baik tersebut

dapat segera diketahui dan dilihat oleh publik.

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4 = profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

31

2.2.5 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Audit Delay

Perusahaan yang telah lama berdiri akan mempersingkat audit delay. Hal

ini dikarenakan perusahaan yang telah lama berdiri mempunyai pengalaman yang

lebih banyak dalam pengelolaan perusahaan ketimbang perusahaan yang baru

berdiri. Jadi semakin tua umur perusahaan maka semakin mapan perusahaan

tersebut. Perusahaan yang sudah lama berdiri juga pasti mempunyai tata kelola

serta SPI yang bagus, karena seiring waktu selalu diperbaharui atau diperbagus

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan. Jika perusahaan

mempunyai tata kelola dan SPI yang bagus, perusahaan akan semakin bisa

menyediakan bukti yang handal untuk auditor gunakan dalam mengaudit

perusahaan. Sehingga kerja auditor menjadi ringan dan dapat mempercepat atau

mempersingkat audit delay. Perusahaan yang sudah berdiri lama pun cenderung

lebih cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang terjadi pada perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lienardi dan Widyastuti (2017)

menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

audit delay. Perusahaan yang sudah lama berdiri akan memiliki pengalaman lebih

banyak sehingga sistem pengendalian internalnya menjadi lebih baik. Semakin tua

umur perusahaan akan memiliki kemampuan lebih dalam mengumpulkan,

memproses, dan menghasilkan informasi yang diperlukan oleh auditor guna

mendukung proses audit lebih efektif dan efisien sehingga lama waktu mengaudit

bisa lebih cepat.

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5 = umur perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

32

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dibuat berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya, yang terdiri dari: Penelitian yang dilakukan oleh

Cindy Hernawati dan Sri Rahayu (2014) meneliti tentang pengaruh ukuran

perusahaan, tingkat leverage, dankualitas kantor akuntan publik terhadap audit

delaypada perusahaan sektor transportasi yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia

periode 2008-2012. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa audit delay rata-rata

yang terjadi adalah sebesar 92,98 hari dengan standar deviasi 38,785. Secara

simultan ukuran perusahaan, tingkat leverage, dan kualitas Kantor Akuntan

Publik berpengaruh terhadap audit delay. Dan secara parsial, variabel yang

berpengaruh terhadap audit delay hanya variabel tingkat leverage, sedangkan

variabel ukuran perusahaan dan kualitas Kantor Akuntan Publik tidak

mempengaruhi audit delay.

Haryani (2015) meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, tingkat

leverage, dan profitabilitas terhadap audit delay dengan kualitas audit sebagai

variabel moderating (studi empiris pada Perusahaan Perdagangan yang ada di BEI

periode 2010-2012). Hasil penelitian menyatakan bahwa Ukuran perusahaan

ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay. Ukuran

perusahaan (Size) signifikan pada prob 0.056. Tingkat Leverage mempunyai

pengaruh signifikan terhadap Audit Delay pada prob 0.033. Profitabilitas tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Profitabilitas mempunyai

nilai pada prob 0.323. Ukuran Perusahaan, Tingkat Leverage, dan Profitabilitas

secara bersama-sama atau silmutan mempengaruhi Audit Delay. Kualitas audit

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

33

memperkuat Ukuran Perusahaan terhadap terjadinya audit delay. Kualitas audit

memperkuat Tingkat Leverage terhadap terjadinya audit delay. Kualitas audit

memperkuat Profitabilitas terhadap terjadinya audit delay.

Lista Wardan dan Mushawir (2016) yang meneliti tentang analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi audit delay (studi empiris pada perusahaan yang

terdaftar sebagai anggota LQ45 di BEI periode 2010-2015). Hasil penelitian

menyatakan bahwa ukuran KAP, ukuran perusahaan dan tingkat leverage tidak

mempengaruhi terjadinya audit delay. Sebaliknya, profitabilitas perusahaan

mempengaruhi terjadinya audit delay. Berdasarkan uji simultan, keempat variabel

bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.

Sri Wahyuningsih (2016) meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan,

umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap audit delay (studi pada

Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI). Hasil penelitian menyatakan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay. Umur

perusahaan berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap audit delay.

Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay. Solvabilitas

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap terhadap audit delay.

Linda Puji Hastuti dan Sugeng Santoso (2017) meneliti tentang pengaruh

solvabilitas, ukuran KAP, umur perusahaan dan komite audit terhadap audit delay

pada perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-

2013. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan

solvabilitas, umur perusahaan, dan komite audit terhadap audit delay. Sedangkan

variabel ukuran KAP mempengaruhi audit delay secara signifikan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

34

Nurahman Apriyana dan Diana Rahmawati (2017) meneliti tentang

pengaruh profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan ukuran KAP

terhadap audit delay pada Perusahaan Properti Dan Real Estate yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015. Hasil penelitian menyatakan bahwa

profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay yang ditunjukkan dengan

koefisien regresi -5,739 dan nilai signifikansi 0,862. Solvabilitas berpengaruh

positif dan signifikan terhadap audit delay yang ditunjukkan dengan koefisien

regresi 27,008 dan nilai signifikansi 0,001. Ukuran perusahaan berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap audit delay yang ditunjukkan dengan koefisien

regresi -9,643 dan nilai signifikansi 0,001. Ukuran KAP tidak berpengaruh

terhadap audit delay yang ditunjukkan dengan koefisien regresi 7,732 dan nilai

signifikansi 0,001. Profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan ukuran

KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay yang ditunjukkan nilai

signifikansi 0,000 dan nilai Adjusted R2 sebesar 0.187.

Vega Lienardi dan Theresia Dian Widyastuti (2017) meneliti tentang

analisis pengaruh persentase kepemilikan asing, latar belakang pendidikan komite

audit, ukuran KAP, umur perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap

audit delay (studi empiris Perusahaan Pertambangan yang tercatat pada Bursa

Efek Indonesia Periode 2011-2015). Hasil penelitian menyatakan bahwa

kepemilikan asing, pendidikan komite, dan solvabilitas tidak berpengaruh pada

audit delay. Sedangkan variabel ukuran KAP, umur perusahaan, dan profitabilitas

berpengaruh signifikan negatif pada audit delay.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

35

Secara ringkas, penelitian-penelitian di atas dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No.

Peneliti dan

Tahun

Penelitian

Variabel dan

Metode Analisis Hasil Penelitian

1 Cindy

Hernawati dan

Sri Rahayu

(2014)

Y = audit delay

X1 = ukuran

perusahaan

X2 = tingkat

leverage

X3 = kualitas kantor

akuntan publik

Metode analisis yang

digunakan adalah

analisis regresi linier

berganda

Hasil penelitian ini membuktikan

bahwa audit delay rata-rata yang

terjadi adalah sebesar 92,98 hari

dengan standar deviasi 38,785.

Secara simultan ukuran

perusahaan, tingkat leverage, dan

kualitas Kantor Akuntan Publik

berpengaruh terhadap audit delay.

Dan secara parsial, variabel yang

berpengaruh terhadap audit delay

hanya variabel tingkat leverage,

sedangkan variabel ukuran

perusahaan dan kualitas Kantor

Akuntan Publik tidak

mempengaruhi audit delay.

2 Haryani

(2015)

Y = audit delay

Z = kualitas audit

X1 = ukuran

perusahaan

X2 = tingkat

leverage

X3 = profitabilitas

Metode analisis yang

digunakan adalah

regresi logistik

Hasil penelitian menyatakan

bahwa :

a. Ukuran perusahaan ternyata

mempunyai pengaruh secara

signifikan terhadap Audit

Delay. Ukuran perusahaan

(Size) signifikan pada prob

0.056.

b. Tingkat Leverage mempunyai

pengaruh signifikan terhadap

Audit Delay pada prob 0.033.

c. Profitabilitas tidak mempunyai

pengaruh signifikan terhadap

Audit Delay. Profitabilitas

mempunyai nilai pada prob

0.323.

d. Ukuran Perusahaan, Tingkat

Leverage, dan Profitabilitas

secara bersama-sama atau

silmutan mempengaruhi Audit

Delay.

e. Kualitas audit memperkuat

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

36

No.

Peneliti dan

Tahun

Penelitian

Variabel dan

Metode Analisis Hasil Penelitian

Ukuran Perusahaan terhadap

terjadinya audit delay.

f. Kualitas audit memperkuat

Tingkat Leverage terhadap

terjadinya audit delay.

g. Kualitas audit memperkuat

Profitabilitas terhadap

terjadinya audit delay.

3 Lista Wardan

dan Mushawir

(2016)

Y = audit delay

X1 = ukuran KAP

X2 = ukuran

perusahaan

X3 = tingkat

leverage

X4 = profitabilitas

Metode analisis yang

digunakan adalah

analisis regresi linier

berganda

Hasil penelitian menyatakan

bahwa ukuran KAP, ukuran

perusahaan dan tingkat leverage

tidak mempengaruhi terjadinya

audit delay. Sebaliknya,

profitabilitas perusahaan

mempengaruhi terjadinya audit

delay. Berdasarkan uji simultan,

keempat variabel bebas secara

bersama-sama mempengaruhi

variabel terikat.

4 Sri

Wahyuningsih

(2016)

Y = audit delay

X1 = ukuran

perusahaan

X2 = umur

perusahaan

X3 = profitabilitas

X4 = solvabilitas

Metode analisis yang

digunakan adalah

analisis regresi linier

berganda

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis dapat dinyatakan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap

audit delay. Umur perusahaan

berpengaruh negatif namun

tidaksignifikan terhadap audit

delay. Profitabilitas berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap

audit delay. Solvabilitas

berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap terhadap audit

delay.

5 Linda Puji

Hastuti dan

Sugeng

Santoso

(2017)

Y = audit delay

X1 = solvabilitas

X2 = ukuran KAP

X3 = umur

perusahaan

X4 = komite audit

Metode analisis yang

digunakan adalah

analisis regresi linier

berganda

Hasil penelitian menyatakan

bahwa :

a. Tidak ada pengaruh yang

signifikan solvabilitas terhadap

audit delay.

b. Ada pengaruh yang signifikan

ukuran KAP terhadap audit

delay.

c. Tidak ada pengaruh yang

signifikan umur perusahaan

terhadap audit delay.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

37

No.

Peneliti dan

Tahun

Penelitian

Variabel dan

Metode Analisis Hasil Penelitian

d. Tidak ada pengaruh yang

signifikan komite audit

terhadap audit delay.

6 Nurahman

Apriyana dan

Diana

Rahmawati

(2017)

Y = audit delay

X1 = profitabilitas

X2 = solvabilitas

X3 = ukuran

perusahaan

X4 = ukuran KAP

Metode analisis yang

digunakan adalah

analisis regresi linier

berganda

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa (1) Profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap audit delay

yang ditunjukkan dengan

koefisien regresi -5,739 dan nilai

signifikansi 0,862. (2) Solvabilitas

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap audit delay yang

ditunjukkan dengan koefisien

regresi 27,008 dan nilai

signifikansi 0,001. (3) Ukuran

perusahaan berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap audit

delay yang ditunjukkan dengan

koefisien regresi -9,643 dan nilai

signifikansi 0,001. (4) Ukuran

KAP tidak berpengaruh terhadap

audit delay yang ditunjukkan

dengan koefisien regresi 7,732

dan nilai signifikansi 0,001. (5)

Profitabilitas, solvabilitas, ukuran

perusahaan, dan ukuran KAP

berpengaruh signifikan terhadap

audit delay yang ditunjukkan nilai

signifikansi 0,000 dan nilai

Adjusted R2 sebesar 0.187.

7 Vega Lienardi

dan Theresia

Dian

Widyastuti

(2017)

Y = audit delay

X1 = persentase

kepemilikan asing

X2 = latar belakang

pendidikan komite

audit

X3 = ukuran KAP

X4 = umur

perusahaan

X5 = profitabilitas

X6 = solvabilitas

Metode analisis yang

digunakan adalah

analisis regresi linier

Hasil penelitian menyatakan

bahwa:

a. Kepemilikan asing tidak

berpengaruh pada audit delay

b. Pendidikan komite audit tidak

berpengaruh pada audit delay

c. Ukuran KAP berpengaruh

signifikan negatif pada audit

delay.

d. Umur perusahaan berpengaruh

signifikan negatif pada audit

delay

e. Profitabilitas berpengaruh

signifikan negatif pada audit

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

38

No.

Peneliti dan

Tahun

Penelitian

Variabel dan

Metode Analisis Hasil Penelitian

berganda delay

f. Solvabilitas tidak berpengaruh

pada audit delay.

Sumber: Dari berbagai penelitian terdahulu

2.4 Kerangka Pemikiran

Kualitas audit suatu laporan keuangan dapat diukur dengan ukuran Kantor

Akuntan Publik yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu KAP yang berafiliasi

dengan KAP Big Four dan KAP yang berafiliasi dengan KAP non Big Four.

Kantor Akuntan Publik Big Four lebih menginginkan untuk mengambil sikap

yang tepat dan mengeluarkan pendapat yang sesuai standar dan memiliki

kemampuan teknis untuk mendeteksi going concern perusahaan, serta Kantor

Akuntan Publik besar cenderung menyajikan audit yang lebih cepat dibandingkan

dengan kantor akuntan publik non Big Four karena mereka memiliki nama baik

yang dipertaruhkan. Hal ini berarti semakin besar ukuran KAP maka akan

menghasilkan jangka waktu penyelesaian audit (audit delay) yang lebih cepat.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis bahwa ukuran KAP

berpengaruh negatif terhadap audit delay.

Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit

delay adalah perusahaan yang besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih

cepat dibandingkan perusahaan kecil, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif

untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

39

ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat

berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh

karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan

eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu

perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang

lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik hipotesis bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay.

Tingkat leverage merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk

membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Tingginya tingkat leverage mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan.

Tingginya resiko ini menunjukan adanya kemungkinan bahwa perusahaan

tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutang baik berupa pokok maupun

bunga. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan

mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang

akan mempengaruhi kondisi perusahaan dimata masyarakat. Pihak manajemen

cenderung menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita buruk.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik hipotesis bahwa tingkat

leverage berpengaruh positif terhadap audit delay.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dari kegiatan operasinya. Hal ini menjadi kabar baik dan kabar buruk bagi

perusahaan. Ketika tingkat profitabilitas tinggi, hal itu akan menjadi kabar baik

bagi perusahaan. Sebaliknya, ketika tingkat profitabilitas rendah, hal itu akan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

40

menjadi berita buruk bagi perusahaan. Hal ini tentunya menyangkut gambaran

tentang kinerja perusahaan. Selain itu, perusahaan dengan profitabilitas tinggi

menjadikan KAP akan bekerja dengan tanpa beban sehingga mendapatkan risiko

litigasi dari perusahaan lain; dengan demikian, proses pemeriksaan/audit akan

menjadi lebih cepat. Jika mengalami kerugian, perusahaan cenderung

membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan proses audit atau

pelaporan auditnya. Rasio profitabilitas menggunakan Return On Asset (ROA)

yang menunjukkan perputaran dari penggunaan aset perusahaan yang harus

dipertanggungjawabkan penggunaannya terhadap pengguna laporan keuangan.

Oleh karena itu, ketika kabar baik itu muncul, perusahaan tidak akan menunda

untuk menyampaikan/memublikasikan laporan keuangan kepada user. Hal

tersebut berarti bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan yang diukur

menggunakan ROA, akan semakin cepat proses audit yang dilakukan terhadap

suatu perusahaan sehingga audit delay semakin kecil. Berdasarkan penjelasan

tersebut dapat ditarik hipotesis bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap

audit delay.

Semakin lama perusahaan beroperasi maka pada umumnya semakin

berkembang perusahaan tersebut. Semakin lama umur perusahaan maka audit

delay akan semakin singkat. Semakin lama umur perusahaan dinilai lebih mampu

dan terampil mengumpulkan, memproses, dan menghasilkan informasi pada saat

diperlukan karena memiliki pengalaman yang cukup banyak.Hal tersebut berarti

bahwa semakin lama atau semakin tua umur suatu perusahaan maka akan semakin

cepat proses audit yang dilakukan terhadap suatu perusahaan sehingga audit

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi

41

delaysemakin kecil. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik hipotesis

bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan bagan kerangka

pemikiran penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Ukuran KAP

(X1)

Ukuran

Perusahaan

(X2)

Audit Delay

(Y)

Tingkat Leverage

(X3)

Profitabilitas

(X4)

Umur Perusahaan

(X5)