22
2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1.1. Pengertian Kompensasi Pada dasarnya manusia bekerja juga ingin memeroleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah seorang karyawan mulai menghargai kerja keras dan semakin menunjukkan loyalitas terhadap perusahaan dan karena itulah perusahaan memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi. Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi dan meningkatkan kinerja para karyawan adalah melalui kompensasi (Mathis dan Jackson, 2009). Handoko (2005) menyatakan bahwa kompensasi penting bagi karyawan sebagai individu karena besarnya kompensasi mencerminkan ukuran karya mereka diantara para karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Kompensasi acapkali juga disebut penghargaan dan dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi (Panggabean, 2004). Selain itu dalam buku Hasibuan (2008) terdapat beberapa pengertian kompensasi dari beberapa tokoh yaitu : 1. Menurut William B. Werther dan Keith Davis kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya. Baik upah per jam ataupun gaji periodik yang didesain dan dikelola oleh bagian personalia (Hasibuan, 2008). 2. Menurut Andrew F. Sikula kompensasi adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggapsebagai suatu balas jasa atau ekuivalen (Hasibuan, 2008). Pengertian kompensasi juga terdapat pada berbagai literatur yang dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain: 1. Menurut Bejo Siswanto (2005), kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan organisasi. 9 Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

2. LANDASAN TEORI

2.1. Teori Dasar

2.1.1. Kompensasi

2.1.1.1. Pengertian Kompensasi

Pada dasarnya manusia bekerja juga ingin memeroleh uang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah seorang karyawan mulai

menghargai kerja keras dan semakin menunjukkan loyalitas terhadap perusahaan

dan karena itulah perusahaan memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja

karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi. Salah satu cara manajemen

untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi dan meningkatkan kinerja para

karyawan adalah melalui kompensasi (Mathis dan Jackson, 2009). Handoko

(2005) menyatakan bahwa kompensasi penting bagi karyawan sebagai individu

karena besarnya kompensasi mencerminkan ukuran karya mereka diantara para

karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Kompensasi acapkali juga disebut

penghargaan dan dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang

diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka

berikan kepada organisasi (Panggabean, 2004). Selain itu dalam buku Hasibuan

(2008) terdapat beberapa pengertian kompensasi dari beberapa tokoh yaitu :

1. Menurut William B. Werther dan Keith Davis kompensasi adalah apa yang

seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya.

Baik upah per jam ataupun gaji periodik yang didesain dan dikelola oleh

bagian personalia (Hasibuan, 2008).

2. Menurut Andrew F. Sikula kompensasi adalah segala sesuatu yang

dikonstitusikan atau dianggapsebagai suatu balas jasa atau ekuivalen

(Hasibuan, 2008).

Pengertian kompensasi juga terdapat pada berbagai literatur yang

dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain:

1. Menurut Bejo Siswanto (2005), kompensasi merupakan istilah luas yang

berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial yang diterima oleh orang-orang

melalui hubungan kepegawaian mereka dengan organisasi.

9Universitas Kristen Petra

Page 2: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

2. Menurut Dessler (2010), kompensasi karyawan adalah setiap bentuk

pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari

dipekerjakannya karyawan itu.

3. Menurut Handoko (2005), kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima

para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.

2.1.1.2. Jenis-jenis Kompensasi

Menurut Dessler kompensasi mempunyai tiga komponen sebagai berikut

(Indriyatni, 2009) :

1. Pembayaran uang secara langsung (direct financial payment)

dalam bentuk gaji, dan insentif atau bonus/komisi.

2. Pembayaran tidak langsung (indirect payment) dalam bentuk

tunjangan dan asuransi.

3. Ganjaran non finansial (non financial rewards) seperti jam kerja

yang luwes dan kantor yang bergengsi.

Menurut Panggabean dalam tulisan Sutrisno (2009), kompensasi dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Kompensasi Langsung adalah kompensasi yang langsung

dirasakan olah penerimanya, yakni berupa gaji, tunjangan, insentif

merupakan hak karyawan dan kewajiban perusahaan untuk membayarnya.

a) Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada

karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti.

b) Tunjangan adalah kompensasi yang diberikan perusahaan kepada

para karyawannya, karena karyawannya tersebut dianggap telah ikut

berpartisipasi dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan.

c) Insentif adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan

tertentu, karena keberhasilan prestasinya di atas standar.

2. Kompensasi Tidak Langsung adalah kompensasi yang tidak dapat

dirasakan secara langsung oleh karyawan, yakni benefit dan services

(tunjangan pelayanan). Benefit dan services adalah kompensasi tambahan

(financial atau non financial) yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan

perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha meningkatkan

10Universitas Kristen Petra

Page 3: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

kesejahteraan mereka. Seperti tunjangan hari raya, uang pensiun, pakaian

dinas, olah raga dan darma wisata (family gathering).

2.1.1.3. Tujuan Diadakan Pemberian Kompensasi

Menurut Hasibuan (2008), tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) antara

lain adalah:

1. Ikatan Kerja Sama

Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara

majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya

dengan baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi

sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

2. Kepuasan Kerja

Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja

dari jabatannya.

3. Pengadaan Efektif

Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan

yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.

4. Motivasi

Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah

memotivasi bawahannya.

5. Stabilitas Karyawan

Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal

konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin

karena turn-over relatif kecil.

6. Disiplin

Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan

semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan

yang berlaku.

7. Pengaruh Serikat Buruh

Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat

dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.

11Universitas Kristen Petra

Page 4: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

8. Pengaruh Pemerintah

Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang

berlaku (seperti batas upah minimum) maka intervensi pemerintah dapat

dihindarkan.

2.1.1.4. Sistem Kompensasi

Sistem pembayaran kompensasi yang umum diterapkan adalah:

1. Sistem Waktu

Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi (gaji, upah) ditetapkan

berdasarkan standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan.

2. Sistem Hasil (Output)

Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi/upah ditetapkan atas kesatuan unit

yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram.

3. Sistem Borongan

Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya

jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.

2.1.2. Motivasi Karyawan

2.1.2.1. Pengertian Motivasi Karyawan

Perilaku manusia sebenarnya hanyalah cerminan yang paling sederhana

motivasi dasar mereka. Agar perilaku manusia sesuai dengan tujuan organisasi,

maka harus ada perpaduan antara motivasi akan pemenuhan kebutuhan mereka

sendiri dan permintaan organisasi. Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai

dengan adanya motivasi. Menurut Robbins (2007) motivasi merupakan proses

yang berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu ke

arah pencapaian sasaran. Pengertian motivasi juga datang dari Marihot Tua E. H.

(2005) yaitu faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau

keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam

bentuk usaha keras atau lemah.

Pengertian lainnya tentang motivasi dikemukakan oleh Sopiah (2008)

dengan definisi sebagai keadaan di mana usaha dan kemauan keras seseorang

12Universitas Kristen Petra

Page 5: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

diarahkan kepada pencapaian hasil-hasil atau tujuan tertentu. Hasil-hasil yang

dimaksud bisa berupa produktivitas, kehadiran atau perilaku kerja kreatif lainnya.

Berdasarkan beberapa pengertian motivasi di atas maka dapat disimpulkan

bahwa motivasi timbul dari diri sendiri untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan

juga bisa dikarenakan oleh dorongan orang lain. Tetapi motivasi yang paling baik

adalah dari diri sendiri karena dilakukan tanpa paksaan dan setiap individu

memiliki motivasi yang berbeda untuk mencapai tujuannya.

2.1.2.2. Teori Motivasi

Beberapa teori motivasi yang dikenal dan dapat diterapkan dalam organisasi

akan diuraikan sebagai berikut:

1. Teori Dua Faktor Herzberg

Teori ini berdasarkan interview yang telah dilakukan oleh Herzberg.

Penelitian yang dilakukan dengan menginterview sejumlah orang. Herzberg tiba

pada suatu keyakinan bahwa dua kelompok faktor yang mempengaruhi perilaku

adalah (Robbins, 2007):

a) Hygiene Factor

Faktor ini berkaitan dengan konteks kerja dan arti lingkungan kerja

bagi individu. Faktor-faktor higinis yang dimaksud adalah kondisi kerja,

dasar pembayaran (gaji), kebijakan organisasi, hubungan antar personal, dan

kualitas pengawasan.

b) Satisfier Factor

Merupakan faktor pemuas yang dimaksud berhubungan dengan isi

kerja dan definisi bagaimana seseorang menikmati atau merasakan

pekerjaannya. Faktor yang dimaksud adalah prestasi, pengakuan, tanggung

jawab dan kesempatan untuk berkembang.

Menurut teori ini faktor-faktor yang mendorong aspek motivasi adalah

keberhasilan, pengakuan, sifat pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang,

kesempatan meraih kemajuan, dan pertumbuhan. Sedangkan faktor-faktor hygiene

yang menonjol adalah kebijaksanaan perusahaan, supervisi, kondisi pekerjaan,

upah dan gaji, hubungan dengan rekan kerja sekerja, kehidupan pribadi,

hubungan dengan para bawahan, status, dan keamanan.

13Universitas Kristen Petra

Page 6: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Herzberg mengemukakan bahwa

satisfier factor merupakan faktor yang paling dominan dalam meningkatkan

motivasi karyawan (Robin, 2007).

2. Tiga Jenis Motivasi David McClelland

a) Kebutuhan Akan Prestasi (n-ACH)

Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli,

berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses.

Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan

penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang

menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang

relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja

mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah. n-

ACH adalah motivasi untuk berprestasi, karena itu karyawan akan berusaha

mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis

tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu

mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan

terhadap prestasinya tersebut.

b) Kebutuhan Akan Kekuasaan (n-pow)

Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang

lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa

tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu

untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada

teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan

aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan

sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi

kepemimpinan. n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan

memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki

karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada

juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.

c) Kebutuhan Untuk Berafiliasi atau Bersahabat (n-affil)

Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi

yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai

14Universitas Kristen Petra

Page 7: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak

lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya

berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.

McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi

karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam

bekerja atau mengelola organisasi (Robbins, 2007).

Dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai

cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan

tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta

peluang yang tersedia (Robbins, 2007). Teori ini memfokuskan pada tiga

kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi kebutuhan, kekuasaan, dan kebutuhan

afiliasi. Model motivasi ini ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf maupun

manajer. Beberapa karyawan memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari

model motivasi tersebut.

3. Teori Motivasi Kebutuhan Maslow

Maslow menyatakan bahwa manusia dimotivasi untuk memuaskan sejumlah

kebutuhan yang melekat pada diri setiap manusia yang cenderung bersifat.

Hipotesis Maslow mengatakan bahwa lima jenjang kebutuhan yang bersemayam

dalam diri manusia terdiri dari (Robbins, 2007):

a) Fisiologis, antara lain kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan

kebutuhan jasmani lain.

b) Keamanan, antara lain kebutuhan akan keselamatan dan

perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.

c) Sosial, antara lain kasih sayang, rasa saling memiliki, diterima-

baik, persahabatan.

d) Penghargaan, antara lain mencakup faktor penghormatan diri

seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor penghormatan diri luar

seperti misalnya status, pengakuan dan perhatian.

e) Aktualisasi Diri, merupakan dorongan untuk menjadi seseorang

atau sesuai ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi,

dan pemenuhan kebutuhan diri.

4. Teori Douglas McGregor (Teori X dan Teori Y)

15Universitas Kristen Petra

Page 8: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

Douglas McGregor mengemukakan dua pandangan yang jelas berbeda

mengenai manusia. Pada dasarnya yang satu negatif, yang ditandai sebagai Teori

X, dan yang lain positif, yang ditandai dengan Teori Y. Menurut Teori X, empat

asumsi yang dipegang manajer adalah sebagai berikut (Robbins, 2007):

a) Karyawan secara inheren tidak menyukai kerja dan, bila

dimungkinkan, akan mencoba menghindarinya.

b) Karena karyawan tidak menyukai kerja, mereka harus dipaksa,

diawasi, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai sasaran.

c) Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari

pengarahan formal bila mungkin.

d) Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas semua

faktor lain yang terkait dengan kerja dan akan menunjukkan ambisi

yang rendah.

Kontras dengan pandangan negatif mengenai kodrat manusia ini, McGregor

mencatat empat asumsi positif, yang disebutnya sebagai teori Y (Robbins, 2007):

a) Karyawan dapat memandang kerja sebagai kegiatan alami yang

sama dengan istirahat atau bermain.

b) Orang-orang akan melakukan pengarahan diri dan pengawasan diri

jika mereka memiliki komitmen pada sasaran.

c) Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, bahkan

mengusahakan, tanggung jawab.

d) Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif menyebar luas

ke semua orang dan tidak hanya milik mereka yang berada dalam

posisi manajemen.

5. Teori ERG

Teori ini dikemukakan oleh Alderfer yang berargumen bahwa ada 3

kelompok kebutuhan inti, yaitu (Robbins, 2007):

a) Existence (eksistensi)

Kelompok eksistensi memperhatikan tentang pemberian persyaratan

keberadaan materiil dasar kita, mencakup butir-butir yang yang oleh

Maslow dianggap sebagai kebutuhan psikologis dan keamanan.

b) Relatedness (keterhubungan)

16Universitas Kristen Petra

Page 9: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

Hasrat yang kita miliki untuk memelihara hubungan antar pribadi

yang penting. Hasrat sosial dan status menuntut terpenuhinya interaksi

dengan orang-orang lain, dan hasrat ini sejalan dengan kebutuhan sosial

Maslow dan komponen eksternal pada klasifikasi penghargaan Maslow.

c) Growth (pertumbuhan)

Hasrat intrinsik untuk perkembangan pribadi, yang mencakup

komponen intrinsik dari kategori penghargaan Maslow dan karakteristik-

karakteristik yang tercakup pada aktualisasi diri. Berbeda dengan teori

hierarki kebutuhan, teori ERG memperlihatkan bahwa lebih dari satu

kebutuhan dapat berjalan pada saat yang sama, dan jika kepuasan pada

kebutuhan pada kebutuhan tingkat lebih tinggi tertahan, maka hasrat untuk

memenuhi kebutuhan tingkat lebih rendah meningkat.

6. Teori Pengharapan

Dewasa ini, salah satu dari penjelasan yang paling diterima secara luas

mengenai motivasi adalah teori pengharapan (ekspektasi) dari Victor Vroom.

Teori ini berargumen bahwa kekuatan dari kecenderungan untuk bertindak

dengan cara tertentu bergantung pada kekuatan pengharapan bahwa tindakan itu

akan diikuti oleh output tertentu dan tergantung pada daya tarik output itu bagi

individu tersebut (Robbins, 2007). Dalam istilah yang lebih praktis, teori

pengharapan mengatakan karyawan dimotivasi untuk melakukan upaya lebih

keras bila ia meyakini upaya itu akan menghasilkan penilaian kinerja yang lebih

baik. Oleh karena itu, teori tersebut berfokus pada 3 hubungan, yaitu (Robbins,

2007):

a) Hubungan upaya – kinerja. Probabilitas yang dipersepsikan oleh

individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan

mendorong kinerja.

b) Hubungan kinerja – imbalan. Sampai sejauh mana individu itu

meyakini bahwa berkinerja pada tingkat tertentu akan mendorong

tercapainya output yang diinginkan.

c) Hubungan imbalan – sasaran pribadi. Sampai sejauh mana

imbalan-imbalan organisasi memenuhi sasaran atau kebutuhan

17Universitas Kristen Petra

Page 10: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

pribadi individu serta potensi daya tarik imbalan tersebut bagi

individu tersebut.

2.1.2.3. Jenis-jenis Motivasi

Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif dengan

penjelasan sebagai berikut:

1. Motivasi Kerja Positif

Motivasi kerja positif adalah suatu dorongan yang diberikan oleh seorang

karyawan untuk bekerja dengan baik, dengan maksud mendapatkan kompensasi

untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan berpartisipasi penuh terhadap

pekerjaan yang ditugaskan oleh perusahaan / organisasinya. Ada beberapa macam

bentuk pendekatan motivasi positif dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai,

yaitu:

a) Penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan

Seorang pemimpin memberikan pujian atas hasil kerja seorang

karyawan jika pekerjaan tersebut memuaskan maka akan menyenangkan

karyawan tersebut.

b) Informasi

Pemberian informasi yang jelas akan sangat berguna untuk

menghindari adanya berita-berita yang tidak benar, kesalahpahaman, atau

perbedaan pendapat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

c) Pemberian perhatian yang tulus kepada karyawan sebagai seorang

individu

Para karyawan dapat merasakan apakah suatu perhatian diberkan

secara tulus atau tidak, dan hendaknya seorang pimpinan harus berhati-hati

dalam memberikan perhatian.

d) Persaingan

Pada umumnya setiap orang senang bersaing secara jujur. Oleh karena

itu pemberian hadiah untuk yang menang merupakan bentuk motivasi

positif.

e) Partisipasi

18Universitas Kristen Petra

Page 11: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

Dijalankannya partisipasi akan memberikan manfaat seperti dapat

dihasilkannya suatu keputusan yang lebih baik.

f) Kebanggaan

Penyelesaian suatu pekerjaan yang dibebankan akan menimbulkan

rasa puas dan bangga, terlebih lagi jika pekerjaan yang dilakukan sudah

disepakati bersama.

2. Motivasi Kerja Negatif

Motivasi kerja negatif dilakukan dalam rangka menghindari kesalahan-

kesalahan yang terjadi pada masa kerja. Selain itu, motivasi kerja negatif juga

berguna agar karyawan tidak melalaikan kewajiban-kewajiban yang telah

dibebankan. Bentuk motivasi kerja negatif dapat berupa sangsi, skors, penurunan

jabatan atau pembebanan denda.

2.1.3. Kualitas Produk

Salah satu cara untuk dapat meningkatkan daya saing perusahaan adalah

dengan meningkatkan kualitas produk. Hal ini dikarenakan kualitas pada saat ini

telah menjadi harapan dan keingingan semua konsumen. Disamping

meningkatkan kualitas, perusahaan juga dituntut untuk memberikan harga yang

bersaing. Dengan kata lain manajemen perusahaan harus mampu menghasilkan

produk yang berkualitas sekaligus harga yang bersaing.

Peningkatan kualitas juga ditujukan untuk meningkatkan kepuasan

pelanggan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Horngren, Datar and Foster,

(2005), menyatakan pelanggan menjadi semakin tidak toleran terhadap kualitas

yang buruk dan waktu pelayanan yang lama. Untuk memuaskan pelanggan, para

manajer harus menemukan jalan yang hemat biaya untuk secara terus

menerus meningkatan kualitas produk mereka dan untuk mempersingkat waktu

pengantaran.

Menurut penelitian Boyd dan Mason, dimana menekankan pada

karakteristik munculnya kategori produk yang akan mengakibatkan evaluasi

konsumen potensial pada kategori. Jika karakteristik menjadi lebih menarik untuk

semua konsumen, maka daya tarik pada kategori produk semakin bertambah pada

19Universitas Kristen Petra

Page 12: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

mereka dan akan meningkatkan kemungkinan bilamana konsumen tersebut

mengadopsi pembaharuan dan melakukan pembelian (Kim dan Pennings, 2009).

Mason (1999), secara spesifik menggunakan daya tarik pada kategori

produk sebagai penjelasan untuk pembelian pelanggan. Dengan menunjukkan

bagaimana suatu produk baru yang masuk dapat mengakibatkan konsumsi total

pada suatu kategori. Mason juga memberikan keterangan bila konsumen merasa

yakin akan suatu kategori, maka jika kita menanggung konsumsi yang dapat

diwakili dengan keyakinan akan dapat dipengaruhi dengan kategori atribut.

Penemuannya memberikan kesan jika memberikan perbedaan dalam preferensi

individu, kategori produk akan diubah, yaitu dengan menambahkan pilihan, juga

akan mampu berubah (meningkat) secara potensial. Daya tarik produk baru

dibentuk oleh delapan indikator, yaitu: harga produk, kelebihan produk, reputasi

perusahaan, ketersediaan produk pendukung, aksesori dan jasa, baik buruknya

review mengenai produk, kompleksitas produk, keuntungan relatif dan level

standarisasi (Kim dan Pennings, 2009).

Menurut Tversky dan Shafir, juga menyampaikan ketika pilihan

mendominasi yang lainnya, satu pasang pilihan dengan yang lain dapat, dibawah

keadaan yang pasti, meningkatkan daya tarik pada pilihan dan dengan demikian

meningkatkan maksud konsumen untuk membeli pilihan tersebut. Dengan begitu,

daya tarik daya tarik relatif dengan pilihan pembanding untuk referensi akan

memiliki pengaruh yang kuat dalam situasi evaluasi terpisah tapi kurang dalam

situasi evaluasi bersama sejak dalam cara terakhir ini menggeser dari informasi

referensi untuk pilihan lainnya dalam kumpulan (Dewa, 2009).

Selain itu juga, Tyversky dan Shavir, juga memperlihatkan adanya pilihan

antara dua pilihan yang dibandingkan dapat menurunkan atau menaikkan

kemungkinan untuk memilih pilihan tersebut, tergantung bagaimana daya tariknya

relatif untuk referensi informasi yang digunakan dalam evaluasi terpisah (Dewa,

2009).

Garvin telah mengungkapkan adanya delapan dimensi kualitas produk yang

bisa dimainkan oleh pemasar. Performance, feature, reliability, conformance,

durability, serviceability, aesthetics, dan perceived quality merupakan kedelapan

dimensi tersebut (Millson dan Wilemon, 2008).

20Universitas Kristen Petra

Page 13: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

1. Dimensi performance atau kinerja produk

Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Ini

merupakan manfaat atau khasiat utama produk yang kita beli. Biasanya ini

menjadi pertimbangan pertama kita dalam membeli produk.

2. Dimensi reliability atau keterandalan produk

Dimensi kedua adalah keterandalan, yaitu peluang suatu produk bebas dari

kegagalan saat menjalankan fungsinya.

3. Dimensi feature atau fitur produk

Dimensi feature merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang

melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option

bagi konsumen. Kalau manfaat utama sudah standar, fitur seringkali

ditambahkan. Idenya, fitur bisa meningkatkan kualitas produk kalau

pesaing tidak memiliki.

4. Dimensi durability atau daya tahan

Daya tahan menunjukkan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu

produk sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya

tahannya tentu semakin awet. Produk yang awet akan dipresepsikan lebih

berkualitas dibandingkan produk yang cepat habis atau cepat diganti.

5. Dimensi conformance atau kesesuaian

Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang

dinyatakan suatu produk. Ini semacam janji yang harus dipenuhi oleh

produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai

dengan standarnya.

6. Dimensi serviceability atau kemampuan diperbaiki

Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar

kemampuan diperbaiki: mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang mampu

diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi dibanding produk yang tidak atau

sulit diperbaiki.

7. Dimensi aesthetic atau keindahan tampilan produk

Aesthetic atau keindahan menyangkut tampilan produk yang membuat

konsumen tertarik. Ini seringkali dilakukan dalam bentuk desain produk

21Universitas Kristen Petra

Page 14: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

atau kemasannya. Beberapa merek memperbaharui wajahnya agar terlihat

lebih cantik di mata konsumen.

8. Dimensi perceived quality atau kualitas yang dirasakan

Dimensi terakhir adalah kualitas yang dirasakan. Ini menyangkut penilaian

konsumen terhadap citra, merek, atau iklan. Produk-produk yang bermerek

terkenal biasanya dipresepsikan lebih berkualitas dibanding merek-merek

yang tidak terdengar. Itulah sebabnya produk selalu berupaya membangun

mereknya sehingga memiliki brand equity yang tinggi. Tentu saja ini tidak

dapat dibangun salam waktu semalam saja karena menyangkut banyak

aspek termasuk dimensi kualitas dari kinerja, fitur, daya tahan, dan

sebagainya.

2.1.4. Minat Membeli

2.1.4.1. Definisi Minat

Menurut Encyclopædia Britannica Ready Reference kata minat berasal dari

bahasa Inggris “interest” yang memiliki makna sebuah perasaan yang muncul

bersamaan atau menyebabkan suatu perhatian khusus pada suatu objek atau

kelompok objek. Dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang memunculkan sebuah

perhatian (Encyclopædia Britannica Ready Reference , 2004, para. 3).

Minat timbul karena pengalaman yang memuaskan dan bila minat telah

terbentuk pada diri individu maka akan cenderung untuk menetap sepanjang

obyek minat obyektif bagi individu (Mouly dalam Atkinson, 2007). Selanjutnya

Jones menyatakan bahwa minat sebagai suatu perasaan suka pada suatu benda

atau situasi yang dapat diwujudkan dalam bentuk reaksi yang nyata atau hanya

berupa organ-organ saja (Atkinson, 2007), sedangkan Marx berpendapat bahwa

minat seseorang diikuti perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari obyek

yang disenangi itu (Atkinson, 2007).

Dari beberapa pengertian atau definisi diatas, minat merupakan suatu

kekuatan yang bersifat intrinsik yang mampu mendorong, mempengaruhi atau

menyebabkan seseorang individu dapat tertarik perhatiannya pada sesuatu di luar

dirinya secara sadar. Minat juga dipandang sebagai suatu respon yang disadari dan

mempunyai arah pada sesuatu obyek atau situasi tertentu yang menimbulkan rasa

22Universitas Kristen Petra

Page 15: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

tertarik, dan individu lebih fokus perhatiannya pada obyek atau situasi tersebut

dari pada lainnya. Di samping itu minat juga akan melibatkan kesediaan individu

untuk berinteraksi dengan obyek atau situasi yang menimbulkan rasa senang pada

dirinya.

2.1.4.2. Pengertian Minat Membeli

Minat membeli dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang menimbulkan

sesuatu dorongan untuk membeli suatu produk tertentu. Seseorang mempunyai

keinginan untuk membeli suatu produk akan menunjukkan perhatian dan rasa

tertarik terhadap produk tersebut. Minat membeli ini akan diikuti dengan suatu

tindakan berupa perilaku membeli.

Jadi disini minat membeli belumlah diikuti oleh suatu tindakan untuk

membeli, namun hanyalah keinginan untuk membeli. Keputusan membeli sendiri

dibentuk oleh individu setelah dilakukan proses kognitif yang melibatkan minat,

perhatian, memori, persepsi, membuat alasan, penilaian, membayangkan, dan

berfikir (Microsoft Encarta, 2004). Istilah penyelesaian masalah (problem solving)

merupakan suatu proses intelektual dasar yang telah dikembangkan dan dibuat

sesistematis mungkin untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi manusia

(Microsoft Encarta, 2004).

Apabila konsumen mempunyai minat untuk membeli suatu barang maka

konsumen tersebut menunjukkan adanya sikap positif dan perasaan senang

terhadap barang tersebut, sehingga konsumen akan memanifestasikan minat

tersebut dengan perilaku membeli. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh

Engel, Blackwell, dan Miniard (2006) bahwa minat konsumen untuk membeli

barang akan terealisasi yang berupa perilaku membeli.

Minat membeli merupakan aktivitas praktis yang disertai dengan perasaan

senang, dan minat ini akan diikuti oleh kecenderungan untuk melakukan aktivitas,

dengan perilaku membeli. Minat membeli ini akan timbul tergantung pada jenis,

kualitas, atau daya tarik lain yang ada pada produk disamping atau faktor-faktor di

luar produk atau barang itu sendiri.

23Universitas Kristen Petra

Page 16: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

2.1.4.3. Faktor pendorong minat membeli

Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Tjiptono (2008), minat

konsumen untuk membeli suatu produk dapat dibangkitkan dengan beberapa cara,

antara lain:

1. Menjaga dan meningkatkan kepuasan konsumen

Tjiptono (2008), mencatat ada beberapa definisi mengenai kepuasan

pelanggan, antara lain:

a. Respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan

antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan

setelah pemakaiannya

b. Suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi

suatu produk atau jasa

c. Evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya

sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan

timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan

d. Tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil

yang ia rasakan dibandingkan harapnnya.

Dari definisi diatas, pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan

mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan.

2. Mengatur harga

Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang/jasa, setiap perusahaan

harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan satu-satunya

unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi

perusahaan. Disamping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang

paling fleksibel, artinya paling dapat diubah dengan cepat.

Permasalahan penetapan harga ini menjadi penting karena harga memiliki

peranan penting dalam proses pengambilan keputusan membeli para

pelanggan antara lain (Tjiptono, 2008):

a. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para

pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas

tertingi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian,

adanya harga dapat membantu pembeli untuk mengalokasikan daya

24Universitas Kristen Petra

Page 17: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

belinya pada berbagai jenis barang atau jasa. Pembeli membandingkan

harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan

alokasi dana yang dikehendaki.

b. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harag dalam ‘mendidik’

konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini

terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan

menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang

sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas

yang tinggi.

3. Menjaga kualitas merek

Merek memiliki pengaruh yang kuat terhadap keputusan membeli yang

dilakukan oleh konsumen. Sehingga perlu dilakukan usaha menjaga merek.

Salah satunya adalah dengan melakukan promosi dan positioning produk

(Tjiptono, 2008).

4. Mengendalikan distribusi

Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan

pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian

barang atau jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya

sesuai dengan yang diperlukan, dengan kata lain distribusi merupakan

aktivitas pemasaran yang mampu (Tjiptono, 2008):

a. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang

dapat merealisasikan kegunaan/utilitas bentuk, tempat, waktu dan

kepemilikan.

b. Memperlancar arus saluran pemasaran secara fisik dan non fisik. Yang

dimaksud arus pemasaran adalah aliran kegiatan yang terjadi diantara

lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran.

5. Menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta deferensiasi produk.

Dalam menawarkan suatu produk perlu dipahami lima tingkatan produk

yaitu (Tjiptono,2008):

a. Produk utama, yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan

dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.

25Universitas Kristen Petra

Page 18: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

b. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi

produk yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat

berfungsi).

c. Produk harapan, yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai

atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati

untuk dibeli.

d. Produk pelengkap, yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi atau

ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan

tambahan kepuasan dan bisa membedakan dengan produk pesaing.

e. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang

mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang.

Dengan memperhatikan hal tersebut dan dibuat lebih baik dan lebih sesuai

dengan kebutuhan konsumen dibandingkan pesaing diharapkan konsumen dapat

lebih melakukan keputusan membeli secara berkelanjutan.

Taylor dalam Sutantio (2004), mengidentifikasikan minat beli melalui

indikator-indikator sebagai berikut:

1. Minat transaksional : yaitu kecenderungan seseorang untuk selalu membeli

ulang produk yang telah dikonsumsinya.

2. Minat referensial : yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan

produk yang sudah dibelinya, agar juga dibeli oleh orang lain, dengan

referensi pengalaman konsumsinya.

3. Minat preferensial : yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang

yang selalu memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi.

Preferensi ini hanya dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan produk

preferensinya.

4. Minat eksploratif : minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang

selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari

informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang

dilanggananinya.

26Universitas Kristen Petra

Page 19: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

2.2. Nisbah Antar Konsep

Penelitian yang dilakukan oleh Sukarta dan Pasek (2008) menemukan

bahwa kompensasi finansial dan non-finansial mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap motivasi kerja. Artinya berdasarkan penelitian dari Sukarta

dan Pasek (2008) ditemukan bahwa baik kompensasi finansial maupun non-

finansial akan sangat mempengaruhi motivasi kerja yang dimiliki oleh para

karyawan. Hal ini sesuai dengan kajian teori yang dikemukakan oleh Handoko

bahwa salah satu cara untuk meningkatkan prestai kerja, motivasi dan kepuasan

kerja karyawan adalah melalui kompensasi (Sukarta dan Pasek, 2008). Hasil

penelitian tersebut juga mendukung pernyataan Nawawi (2001) bahwa

kompensasi mempunyai pengaruh penting dalam meningkatkan motivasi kerja

untuk memberikan kontribusi terbaik dengan pencapaian tujuan perusahaan

(Sukarta dan Pasek, 2008).

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Roesdi (2008) menemukan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan variabel Gaji Pokok terhadap motivasi kerja,

dimana hubungan tersebut menunjukkan jenis hubungan yang positif yaitu

semakin tinggi Gaji Pokok yang diberikan maka semakin tinggi pula motivasi

kerja. Dalam penelitian Roesdi (2008) juga ditemukan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan upah tambahan dan gaji tambahan terhadap motivasi kerja,

dimana hubungan tersebut menunjukkan jenis hubungan yang positif, dalam hal

ini semakin tinggi upah tambahan dan gaji tambahan yang diberikan maka

semakin tinggi pula motivasi kerja.

Menurut Soewartoyo (2007) produktivitas erat kaitannya dengan motivasi

kerja karyawan, dimana karyawan yang memiliki motivasi kerja yang tinggi juga

cenderung memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, dimana dengan

produktivitas yang tinggi tersebut produk yang dihasilkan cenderung memiliki

kualitas yang baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Ujianto dan Abdurachman (2004) yang

melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli

konsumen menemukan bahwa faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi

minat beli konsumen adalah kualitas produk. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Sarjono (2009) menemukan bahwa strategi produk yang berarti

27Universitas Kristen Petra

Page 20: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

mempertahankan atau meningkatkan kualitas dari produk memiliki pengaruh

signifikan terhadap minat beli konsumen.

28Universitas Kristen Petra

Page 21: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

2.3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hubungan antar variabel yang ada diatas maka yang menjadi

kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

29Universitas Kristen Petra

Sistem Kompensasi

Motivasi Karyawan

Kualitas Produk

Sistem Kompensasi:a) Kompensasi Langsung

i. Gajiii. Tunjangan

iii. Insentifb) Kompensasi Tidak Langsung(Sutrisno, 2009)

Motivasi Karyawan:a) Hygiene Factor b) Satisfier Factor(Robbins, 2007)

Kualitas Produk:a) Performance b) Reliability c) Feature d) Durability e) Conformance f) Serviceability g) Aesthetic h) Perceived Quality (Millson dan Wilemon, 2008)

Minat Beli Konsumen:a) Minat transaksional, b) Minat referensial, c) Minat preferensial d) Minat ekploratif (Dewa, 2009)

Page 22: 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar 2.1.1. Kompensasi 2.1.1

2.4. Hipotesis

H0(a): Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara sistem kompensasi

terhadap motivasi karyawan di PT Siantar Top.

H1(a): Terdapat pengaruh yang signifikan antara sistem kompensasi terhadap

motivasi karyawan di PT Siantar Top.

H0(b): Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi karyawan

terhadap kualitas produk di PT Siantar Top.

H1(b): Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi karyawan terhadap

kualitas produk di PT Siantar Top.

H0(c): Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk terhadap

minat beli konsumen di PT Siantar Top.

H1(c): Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas produk terhadap minat

beli konsumen di PT Siantar Top.

30Universitas Kristen Petra