Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Teori dan Kajian Pustaka
1. Penjadwalan
a. Pengertian Penjadwalan
Setiap kegiatan operasional tidak dapat lepas dari penjadwalan
(schedulling) karena berhubungan dengan penetapan waktu pada saat
menggunakan sumber daya secara spesifik dimana penjadwalan tersebut
sangat berhubungan dengan penggunaan perlengkapan, fasilitas, dan
aktivitas manusia. Penjadwalan merupakan sesuatu yang sangat penting
karena dapat berdampak pada penentuan waktu penyelesaian suatu
kegiatan operasi, kebutuhan tenaga kerja, alat dan peralatan, serta biaya
pelaksanaan suatu proyek. Penjadwalan dikategorikan sebagai
penjadwalan yang baik apabila dalam prosesnya tidak menghasilkan
waktu yang terlalu lambat ataupun terlalu cepat.
Penjadwalan harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat sesuai
dengan yang semestinya atau selayaknya. Adapun beberapa definisi
penjadwalan menurut Haming & Nurnajamuddin yand dikutip dari
APICS DICTIONARY (2008) menyatakan bahwa penjadwalan adalah
jadwal antara daftar yang merinci waktu pelaksanaan kegiatan yang
sudah direncanakan seperti jadwal pengiriman, jadwal produksi induk,
jadwal perawatan, jadwal pembekal. Menurut Stevenson & Chuong
(2014) menyatakan bahwa Penjadwalan adalah menetapkan waktu dari
10
penggunaan perlengkapan, fasilitas, dan aktivitas manusia dalam sebuah
organisasi. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat dikatakan bahwa
penjadwalan adalah penentuan waktu serta kuantitas atas sumber daya
yang digunakan, meliputi kapasitas, peralatan dan fasilitas produksi,
bahan baku, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
produk atau jasa, agar produksi dapat berlangsung dengan lancar, sesuai
dengan kebutuhan kegiatan kerja, tepat waktu dan mutu.
b. Kriteria Penjadwalan
Setiap kegiatan kerja pastilah memiliki kriteria dalam menentukan
proses kegiatan kerja yang salah satunya adalah bagaimana menentukan
kriteria penjadwalan yang baik, tergantung pada volume pekerjaan,
keadaan saat operasi, dan tingkat kesulitan dari seluruh tugas pekerjaan.
Menurut Assauri (2016) terdapat empat kriteria untuk suatu penjadwalan
yang baik, yaitu :
1) Dapat meminimalisasi waktu penyelesaian pekerjaan, serta
pengevaluasian dengan menentukan rata-rata waktu penyelesaian per
tugas pekerjaan.
2) Dapat memaksimalkan penggunaan fasilitas yang tersedia dengan
memperkiraan waktu daya guna dari fasilitas.
3) Dapat meminimalisasi persediaan bahan dalam proses pengerjaan
dengan mengevaluasi rata-rata jumlah tugas pekerjaan. Maksudnya
apabila jumlah tugas pekerjaan semakin sedikit maka akan
meningkatkan jumlah persediaan.
11
4) Dapat meminimalisasi waktu tunggu pengguna atau pelanggan,
dengan mengevaluasi penentuan rata-rata jumlah hari keterlambatan.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan kriteria dari
penjadwalan sangat diperlukan dalam sebuah proyek, karena akan
berpengaruh terhadap tingkat efektifitas dari kegiatan proyek yang
sedang berlangsung serta dapat meminimalisir biaya dari sebuah proyek
jika penjadwalan yang digunakan dapat berjalan sesuai dengan yang telah
ditentukan. Pembuatan sebuah penjadwalan yang tepat maka klien dari
perusahaan akan dapat meningkatkan loyalitas pada klien. Sebuah proyek
dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditentukan diharapkan
klien akan kembali untuk menggunakan jasa perusahaan jika terdapat
sebuah proyek lagi.
c. Jenis – Jenis Penjadwalan
Tugas dari penjadwalan merupakan fungsi dari volume hasil
sistem, dimana sistem volume tinggi membutuhkan pendekatan yang
lebih mendasar, dimana menurut Haming & Nurhajamudin (2011)
terdapat tiga jenis penjadwalan yaitu :
1) Penjadwalan dalam Sistem Volume Tinggi
Penjadwalan ini meliputi pengalokasian beban kerja ke
pusat kerja dan menentukan urutan di mana operasi harus dilakukan
yang mana memiliki ciri pada perlengkapan dan kegiatan yang telah
terstandarisasi. Tujuan dari penjadwalan volume tinggi adalah
mendapatkan aliran barang atau pelanggan yang lancar melalui
12
sistem untuk mencapai tingkat penggunaan tinggi terhadap tenaga
kerja dan perlengkapan.
2) Penjadwalan dalam Sistem Volume Menengah
Output sistem volume menengah berada di antara jenis
outputnya terstadarisasi dari sistem volume tinggi, dimana sstem
volume tengah hanya memproduksi output standar. Jadi penjadwalan
volume menengah secara periodic beralih dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lainnya.
3) Penjadwalan dalam Sistem Volume Rendah
Output yang dihasilkan pada penjadwalan ini hanya sesuai
dengan pesanan, dan pesanan biasanya memiliki perbedaan dalam
hal kebutuhan pemrosesan, material yang dibutuhkan, waktu
pemrosesan, serta urutan pemrosesan dan persiapan.
d. Karakteristik Penjadwalan
Pertama kita harus mengindentifikasi sifat dari sistem
operasionalnya yang kemudian akan disusun jadwal pengerjaannya.
Karakteristik penjadwalan pekerjaan dibagi atas 2 yang menurut Haming
& Nurhajamudin (2011) sebagai berikut :
1) Job Shop Schedulling : Penjadwalan atas sistem produksi yang
berbasis pesanan, pengerjakan produk pada metode ini lazim disebut
make to order method, mengerjakan pembuatan suatu produk
berdasarkan atas kebutuhan untuk memenuhi pesanan.
13
2) Flow shop scheduling : Penjadwalan atas sistem produksi yang
memiliki arus pekerjaan yang berlangsung terus-menerus.
Pengerjaan produk menurut metode ini lazim pula disebut sebagai
make to stock method, yaitu melakukan pengerjaan produk dengan
maksud untuk memenuhi kebutuhan pasar. Ragam produk terbatas
tetapi dalam jumlah yang banyak.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
penentuan penjadwalan itu tergatung pada jenis pengerjaannya yang
mana terbagi atas penjadwalan yang berdasarkan pesanan serta
penjadwalan yang dikerjakan secara terus menerus dan sedang
berlangsung. Mengetahui karakteristik penjadwalan makan tujuan dari
kegiatan kerja akan lebih mudah tercapai.
2. Proyek
a. Pengertian Proyek
Proyek adalah suatu kegiatan dimana memiliki tingkatan yang
cukup kompleks, dan bersifat tidak rutin, adanya ketebatasan pada waktu
dikarenakan tiap proyek memiliki batas waktu masing-masing, anggaran
dan sumber dayanya memiliki spesifikasi tersendiri atas produk atau
kegiatan yang sedang di hasilkan. Adanya keterbatasan dalam
mengerjakan suatu proyek, maka perlunya sebuah organisasi untuk
mengatur sumber daya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas atau
kegiatan dari proyek tersebut sesuai dengan sumber daya yang dimiliki
agar tujuan dari proyek tersebut dapat sesuai dengan rencana awal.
14
Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan
dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai
dengan kualitas yang diharapkan.
Schwalbe yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman (2014),
menjelaskan bahwa proyek adalah usaha yang bersifat sementara untuk
menghasilkan produk atau layanan yang unik. Pada umumnya, proyek
melibatkan beberapa orang yang saling berhubungan aktivitasnya dan
sponsor utama proyek biayasa tertarik dalam penggunaan sumber daya
yang efektif untuk menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat waktu.
Larson yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman (2014:2)
kegiatan yang kompleks, tidak rutin dan usaha satu waktu yang dibatasi
oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan specifikasi kinerja yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Apic Dictionary yang dikutip oleh Haming & Nurnajamuddin
(2012) mendefinisikan bahwa manajemen proyek adalah penggunaan
pengetahuan dalam mengkoodinasikan pengorganisasian, perencanaan,
penjadwalan, penggerakan dan pengendalian, pemantauan dan evaluasi
dari aktifitas yang telah ditentukan sebelumnya untuk menjamin bahwa
tujuan dari suatu proyek, barang yang diolah atau jasa yang akan
diserahkan dan dicapai.
Beberapa pengertian ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen proyek adalah suatu kegiatan yang memiliki keterbatasan
waktu yang mana harus dicapai dengan berbagai macam rangkaian
15
kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk menjamin bahwa tujuan dari
proyek dapat dicapai.
b. Jenis-Jenis Proyek
Proyek umumnya memiliki keterbatasan pada kebutuhan yang
dimana bersifat mendesak, karena proyek memiliki tenggang waktu serta
tuntutan pengembangan dari suatu lokasi atau daerah tertentu, kebanyakan
dari proyek-proyek difasilitasi oleh pemerintahannya itu dikarenakan
tingginya pengembangan serta pembangunan yang sedang terjadi saat ini
dan juga sebagian dari proyek itu memiliki latar belakang guna
mendapatkan manfaat ekonomis dari pembangunannya dimana biaya dari
pembanguna tersebut difasilitasi oleh pihak swasta atau pihak-pihak yang
tidak terkait dengan pemerintahan. Pada tiap proyek memiliki tujuan atau
karakteristik tersendiri dalam hal kegiatan yang ingin dicapai menurut
Abrar Husen (2011) menyebutkan bahwa jenis-jenis proyek terbagi atas 7
yaitu:
a. Proyek konstruksi: kegiatan utamanya adalah studi kelayakan, design,
engineering, pengadaan dan kostruksi. Hasilnya berupa pembangunan
jembatan, gedung, pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya, yang
biasanya menyerapa kebutuhan sumber daya yang besar serta dapat
dimanfaatkan oleh orang banyak.
b. Proyek Industri Manufaktur : Kegiatan utamanya adalah design
engineering,pengemban gan produk, pengadaan, manufaktur,
perakitan, uji coba terhadap produk serta pemasaran. Produknya dapat
16
berupa kendaraan, alat elektronik, bahan tekstil, pakaian serta lainnya
yang dapat diproduksi dalam jumlah massal, penggunaannya dapat
bersifat individu atau dapat digunakan orang banyak.
c. Proyek Penelitian dan Pengembangan : Kegiatan utama pada proyek
ini adalah melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka
menghasilkan produk tertentu. Proses pelaksanaan serta lingkup kerja
yang dilakukan sering mengalami perubahan untuk menyesuaikan
dengan tujuan akhir proyek. Tujuan proyek dapat berupa memperbaiki
atau meningkatkan produk, pelayanan, atau metode produksi.
d. Proyek Padat Modal : Jenis proyek ini tidak diartikan berdasarkan
kegiatannya saja, tetapi lebih kepada jumlah dana capital yang
digunakan dengan jumlah cukup besar. Proyek padat modal tidak
selalu berarti padat tenaga kerja, namun dapat saja proyek dengan
teknologi tinggi yang membutuhkan biaya besar dengan tenaga kerja
secukupnya. Sebagai contoh adalah proyek pembebasan lahan,
pembelian material dan peralatan dengan jumlah besar, pembangunan
fasilitas produksi, dan lain sebagainya.
e. Proyek Pengembangan Produk Baru : Proyek ini merupakan gabungan
antara proyek penelitian dan pengembangan dengan proyek padat
modal, lalu dilanjutkan dengan mendirikan unit percobaan dalam
bentuk pilot plan. Setelah hasil uji coba berhasil dan dapat diproudksi
secara massal, dilanjutkan dengan proyek padat modal untuk
17
membangun fasilitas produksi sesuai dengan kapasitas yang
diinginkan.
f. Proyek Pelayanan Manajemen : Proyek ini berkenaan dengan
kegiatan-kegiatan spesifik suatu perusahaan di mana produk akhirnya
berupa jasa atau dalam bentuk nonfisik. Laporan akhir dari proyek
dapat dipakai oleh perusahaan pemilik proyek sebagai rekomendasi
untuk pedoman pelaksanaan, standar operasional prosedur dari suatu
pekerjaan, serta efisiensi pengelolaan suatu pekerjaan. Contoh jenis
proyek ini adalah proyek pengembangan sistem informasi perusahaan,
perbaikan efisiensi kinerja perusahaan, dan sebagainya.
g. Proyek Infrastruktur : Proyek ini biasanya berkaitan dengan
penyediaan kebutuhan masyarakat secara luas dalam hal prasarana
transportasi, pembangunan waduk pembangkit tenaga listrik,
pengairan sawah, sara instalasi telekomunikasi dan penyedia sumber
air minum. Biasanya proyek pada modal dan pada karya yang
mendapat bantuan pinjaman dari donator luar negeri dengan
peminjaman jangka panjangm yang pembayarannya serta pengelolaan
dananya dilakukan oleh pemerintah atau dapat juga dengan investasi
pihak swasta kemudian pemerintah memberi konsesi.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
proyek tidak hanya proyek dalam bentuk konstruksi akan tetapi proyek
juga mencakup manufaktur, penelitian dan pengembangan, padat modal,
pengembangan produk baru, pelayanan manajemen, infrastruktur. dari situ
18
dapat diketahui bahwa proyek memiliki banyak kriteria dalam pengerjaan
atau kegiatan proyek tersebut.
c. Atribut Proyek
Keberhasilan maupun kegagalan pada tiap proyek disebabkan oleh
rangkaian kerja dari proyek itu sendiri kurang efektif sehingga
pelaksanaannya menjadi kurang efisien. Proyek dalam hal ini memiliki
tingkatan yang cukup kompleks dalam proses kegiatannya yang mana
proyek itu sendiri memiliki keterbatasan-keterbatasan yang telah
ditetapkan sebelumnya pada tiap proyek yang dikerjakan.
Schwalbe yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman (2014),
mendefinikan ciri-ciri dari proyek antara lain
1) Proyek memiliki tujuan unik, maksudnya proyek merupakan
pekerjaan atau kegiatan yang tidak sedehana dan memiliki tujuan
spesifik, dimana produk ataupun output yang dilakukan dalam
kegiatan proyek harus didefinisikan secara jelas.
2) Proyek bersifat sementara, karena dalam proyek kita memiliki batasan
waktu yang menjadi acuan dalam penyelesaian proyek dimana kita
menentukan awal dan akhir proyek dan tidak memiliki kelanjutan jika
proyek tersebut telah terselesaikan.
3) Proyek memerlukan alat bantu control. Alat bantu dimaksudkan
seperti gantt charts atau PERT charts diperlukan dalam sebuah
proyek untuk mengukur dan pengendalian
19
4) Proyek memerlukan sumber daya yang sifatnya hanyalah sementara,
dimana proyek membutuhkan sumber daya dari berbagai area atau
bidang, yang meliputi manusia, hardware, Software, dan aset lain dan
memerlukan tenaga dari berbagai keahlian yang bias bekerja penuh
pada posisinya.
5) Proyek memiliki sponsor utama. Suatu proyek melibatkan pihak-pihak
yang berkepentingaa, salah satunya menjadi sponsorship yang menye
diakan arahan dan mendanai proyek
6) Proyek memiliki ketidakpastian. Karena proyek memiliki karakteristik
khusus, sulit didefinisikan tujuan secara jelas, mengestimasi waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek, dan biaya yang
diperlukan. Faktor-faktor tersebut sering menjadi penyebab
munculnya kendala atau tantangan.
d. Tujuan Proyek
Menurut Larson yang diterjemahkan oleh DImyati & Nurjaman
(2014), menjelaskan tujuan utama proyek adalah memuaskan kebutuhan
pelanggan. Disamping kemiripan, karakteristik dari sebuah proyek
membantu karakteristik utama proyek yaitu :
a. Penetapan tujuan
b. Masa hidup yang terdefinisi mulai dari awal hingga akhir
c. Melibatkan beberapa departemen dan professional
d. Melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya
e. Waktu, biaya, dan kebutuhan yang spesifik.
20
e. Tahapan Siklus Proyek
Siklus hidup proyek merupakan suatu metode yang digunakan
untuk menggambarkan sebuah proyek direncanakan, dikontrol, dan
diawasi sejak proyek disepakati untuk dikerjakan hingga tujuan akhir
proyek tercapai. Terdapat tahapan kegiatan utama yang dilakukan dalam
siklus hidup proyek Menurut Abrar Husen (2011) :
1) Tahap Koseptual Gagasan : Tahapan ini terdiiri atas kegiatanm
perumusan gagasan, kerangka acuan, studi kelayakan awal, indikasi
awal dimensi, biaya dan jadwal proyek.
2) Tahap Studi Kelayakan : Studi Kelayakan dengan tujuan mendapatkan
keputusan tentang kelanjutan investasi pada proyek yang akan
dilakukan, informasi dan data dalam implementasi perencanaan
proyek lebih lengkap dari langkah di atas, sehingga penentuan dimensi
dan biaya proyek lebih akurat lagi denga tijauan terhadap aspek social,
budaya, ekonomi, finansial, legal, teknis, dan administrated yang
komprehensif.
3) Tahap Detail Design : Tahapan ini terdiri atas kegiatan, pendalam
berbagai aspek persoalan, design engineering dan pengembangan
pembuatan jadwal induk dan anggaran serta menentukan perencanaan
sumber daya, pembelian dini, penyiapan perangkat dan penentuan
peserta proyek dengan program lelang.
4) Tahap Pengadaan : Tahapan ini adalah memilihi kontraktor pelaksana
dengan menyertakan dikumen perencanaan, aturan teknis dan
21
administrasi yang lengkap, produk tahap detail desain. Dari proses ini
diperoleh penawaran yang kompetitif dari kontraktor dengan tingkat
akuntabilitas dan tranparansi yang baik.
5) Tahap implementasi : tahap inni terdiri atas kegiatan, design
engineering yang rinci, oembuatan spesifikasi dan kriteria, pembelian
peralatan dan material, fabrikasi dan konstruksi, inspeksi mutu, uji
coba, startup,demobilisasi dan laporan penutup proyek. Tujuan akhir
proyek adalah mendapatkan kinerja biaya, mutu, waktu dan
keselamatan kerja paling maksimal, dengan melakukan proses
perencanaan, poenjadwalan, pelaksanaan dan pengendalian yang lebih
cermat serta terperinci dari prose sebelumnya. Pada tahap ini
kontraktor memiliki peran dominan denga tujuan akhir sasaran proyek
tercapai dan mendapatkan keuntungan maksimal. Peran pemilik
proyek pada tahapan ini dilakukan oleh agen pemilik sebagai
konsultan pengawas pelaksanaan, denga tujuan mereduksi segala
macam penyimpangan serta melakukan tindakan koreksi yang
diperlukan.
6) Tahap Operasi dan Pemeliharaan : Tahap ini terdiri atas kegiatan
operasi rutin dan pengamatan prestasi akhir proyek serta pemeliharaan
fasilitas bangunan yang dapt digunakan untuk kepentingan social dan
ekonomi masyarakat. Biaya yang dikeluarkan pada tahap ini bersifat
rutin dan nilainya cenderung menurun dan pada tahap ini adanya
pemasukan dana dari operasional proyek.
22
Tahap - tahap yang telah dijelaskan merupakan parameter atau
acuan penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan
sebagai sasaran proyek. Manajemen proyek akan dikatakan baik jika
sasaran atau target yang diinginkan dapat tercapai.
Suatu proyek memerlukan penjadwalan (scheduling),
pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan tiap-tiap
pekerjaan, dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai
optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada. Penjadwalan
mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai permasalahannya.
Proses monitoring serta updating selalu dilakukan untuk mendapatkan
penjadwalan yang paling realistis agar alokasi sumber daya dan penetapan
durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.
3. Proyek Konstruksi
a. Definisi Proyek Konstruksi
Salah satu dari jenis proyek adalah proyek konstruksi. Komponen
kegiatan utama proyek jenis ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain
engineering, pengadaan dan konstruksi. Produknya berupa pembangunan
jembatan, gedung, pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya. Proyek
konstruksi ini semakin kompleks dan canggih dan melibatkan
penggunaan sumber daya dalam bentuk tenaga manusia, material,
peralatan dan dana yang jumlahnya bertambah besar. Proyek konstruksi,
terdapat beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Pihak-pihak yang
23
terlibat tersebut secara garis besar menurut Abrar Husen (2011) dapat
dikategorikan atas :
1) Pemilik Proyek (Owner)
Seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana, memberikan
tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan
pengalaman dalam pelaksaan pekerjaan agar hasil proyek sesuai
sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
2) Konsultasi Proyek
Seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman
merancang dan mengawasi proyek konstruksi, yang terbagi atas :
(a) Konsultan Perencana: seseorang atau perusahaan yang
memiliki keahlian dalam merencanakan proyek konstruksi
seperti halnya perencana arsitektur, perencana struktur,
perencana mekanikal, dan elektrikal dan lain sebagainya.
(b) Konsultan Pengawas : perusahaan yang memiliki keahlian dan
pengalaman dalam pengawasan pelaksanaan proyek.
(c) Konsultan Manajemen Konstruksi : Perusahaan yang mewakili
pemilik dalam pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir
proyek.
3) Pelaksana (Kontraktor)
Perusahaan yang dipilih dan disetuji untuk melaksanakan pekerjaan
konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik
proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan fisik
proyek. Biasanya penentuan kontraktor dilakukan melalui
24
lelang/tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan
negosiasi penawaran harga.
4) Sub-Kontraktor
Pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh pemilik untuk
mengerjakan sebagai pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek
yang memiliki keahlian khusus/spesialis.
5) Pemasok (supplier)
Pihak yang ditunuk oleh kontraktor untuk memasok material yang
memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik.
b. Penjadwalan Proyek Konstruksi
Penjadwalan merupakan pengalokasian waktu yang tersedia yang
gunanya adalah untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan secara
terperinci dan berurut dengan harapan mencapai hasil yang optimal dan
dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada.
Penjadwalan proyek adalah salah satu elemen hasil perencanaan, dimana
dari perencanaan tersebut kita dapat mengetahui informasi tentang jadwal
rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya proyek
berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi
proyek dan progress waktu untuk penyelesaian proyek. Pada penjawalan
proyek, penyusunan kegiatan dilakukan secara terperinci dan sangat
detail, hal ini dilakukan karena dapat membantu saat pengevaluasian
proyek dilakukan sehingga menjadi lebih terperinci.
25
Selama proses pengedalian, penjadwalan mengikuti per-
kembangan proyek dengan berbagai permasalahannya, dimana proses
monitoring dan updating dilakukan agar data untuk menentukan
penjadwalan mendapatkan kemungkinan yang realistis sehingga alokasi
sumber daya dan penetapat jangka waktu yang ditentukan sebelumnya
sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.
Abrar Husen (2011) menjelaskan bahwa manfaat dari penjadwalan itu
adalah :
1) Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai
batas-batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas
2) Memberikan sarana bagi manajemen untuk koodinasi secara
sistematis dan realistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap
sumber daya dan waktu.
3) Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan
4) Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan
harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan.
4. Manajemen Proyek
a. Pengertian Manajemen Proyek
Abrar Husen (2011) mendefiniskan manajemen adalah suatu ilmu
pengetahuan tenteng seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap
sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan
sasaran yang efektif dan efisien, yang dimana tujuan dari manajemen itu
26
sendiri adalah mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik
agar dengan sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil maksimal
dalam hal ketepatan, kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja
secara komprehensif. Dari situ dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah suatu bentuk usaha melakukan kegiatan secara efektif dan efisien
yang memiliki kerangka kerja yang jelas.
Abrar Husen (2011) mendefinisikan proyek adalah gabungan dari
sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan
modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara
untuk mencapai sasaran dan tujuan. Penjelasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa manajemen proyek adalah penerapan ilmu
pengetahuan/cara teknis terbaik dalam memanfaatkan sumber daya yang
terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja
biaya, mutu, dan waktu, serta keselamatan kerja.
Manajemen proyek (Project Management) secara umum adalah
suatu rangkaian kegiatan yang sudah direncanakan sebelum kegiatan
berlangsung yang dimana kegiatan tersebut dilaksanakan berdasarkan
urutan-urutan yang telah ditentukan dengan menggunakan logika dan
pertimbangan dari berbagai jenis sumber daya , yang mana dibatasi pada
biaya , mutu, dan waktu. Setiap proyek memiliki perbedaan dari kegiatan
yang dilakukan, karena pada setiap tujuan, bentuk, dan proses apa yang
dilaksanakan pada kegiatan proyek itu memilki cirinya masing-masing.
27
Semua keputusan dari suatu kegiatan proyek dapat dipahami dengan baik
apabila dalam proses kegiatannya tersebut dilakakukan sesuai dengan
urutan kegiatan proyek yang telah ditetapkan sebelumnya yang mana
akan berpengaruh pada target proyek tersebut sehingga suatu proyek
dapat terlaksana dan terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
Ada empat hal yang perlu dibahas dalam manajemen proyek, yang mana
menurut Abrar Husen (2011), yaitu:
1) Perencanaan
Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang
ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta
menentukan kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan,
jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara administrative
dan operasional serta alokasi annggaran biaya dan sumber daya,
perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan dengan
tingkat kesalahan paling minimal. Hasil dari perencanaan bukanlah
dokumen yang bebas dari koreksi karena sebagai acuan bagi tahapan
pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan harus terus
disempurnakan secara interatif untuk menyesuaikan dengan perubahan
dan perkembangan yang terjadi pada proses selanjutnya.
2) Pengorganisasian
Kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-
jenis pekerjaan, menetukan pendelegasian wewenang dan tanggung
28
jawab personel serta meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing
unsur organisasi. Menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu
mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antarpribadi dalam
hierarki organisasi.
Semua itu dibangkitkan melalui tanggung jawab partisipasi
semua pihak. Struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
proyek dan kerangka penjabaran tugas personel penanggung jawab
yang jelas, serta kemampuan personel yang sesuai dengan
keahliannya, akan diperoleh hasil positif bagi organisasi.
3) Pelaksanaan
Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah
ditetapkan dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya
secara fisik atau non fisik sehingga produk akhir sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Kondisi perencanaan
sifatnya masih ramalah dan subyektif serta masih perlu
penyempurnaan, dalam tahapan ini sering terjadi perubahan-
perubahan dari rencana yang telah ditetapkan biasanya, pada tahapan
pelaksanaan, pihak-pihak yang terlibat lebih beragam. Dibutuhkan
koodinasi terpadu untuk mencapai keserasian dan keseimbangan kerja.
Tahapan ini juga telah ditetapkan konsep pelaksanaan serta personel
yang terlibat pada organisasinya. Secara detail menetapkan jadwal,
program, alokasi biaya, serta alokasi sumber daya yang digunakan.
29
4) Pengendalian
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimanksudkan untuk
memastikan bahwa program dan aturan kerja yang telah ditetapkan
dapat dicapai dengan peniympangan paling minimal dan hasil paling
memuaskan untuk itu dilakukan bentuk-bentuk kegiatan seperti
berikut:
a) Supervise, melakukan serangkaian tindakan koordinasi
pengawasan dalam batas wewenang dan tanggung jawab menurut
prosedur organisasi yang telah ditetapkan, agar dalam operasional
dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua personel
dengan kendali pengawas.
b) inspeksi, melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan
tujuan menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang
direncanakan.
c) Tindakan Koreksi, melakukan perubahan dan perbaikan terhadao
rencana yang telah ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kodisi
pelaksanaan.
Seperti yang kita ketahui proses yang terjadi dalam manajemen
memiliki sifat umum dan dapat digunakan dalam berbagai jenis kegiatan
atau bidang yang membutuhkan pengelolaan yang sistematika, terarah
serta mempunyai sasaran dan tujuan yang jelas. Macam dan bidang yang
menggunakan ilmu manajemen adalah manajemen pemerintahan,
30
manajemen industri, manajemen perusahaan, manajemen sumber daya,
manajemen proyek.
Manajemen proyek biasaya cenderung waktu yang dimiliki itu
dibatasi oleh program-program yang sifatnya sementara dan berakhir bila
sasaran dan tujuan organisasi proyek telah tercapai. Membuat proyek
sejenis pada waktu sesudahnya biasanya sasaran dan tujuannya lebih
inovatif dengan memodifikasi program-program sebelumnya.
b. Aspek-Aspek dalam Manajemen Proyek
Manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar output
proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah
mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyek
dilaksanakan. Kita dapat mengindentifikasi terlebih dahulu beberapa
aspek dalam manajemen proyek yang mana pada tiap aspek tersebut
membutuhkan penanganan yang cermat, dan menurut Abrar Husen
(2011) terdapat 9 aspek yang terkait dalam manajemen proyek, yaitu :
1) Aspek Keuangan
Aspek keuangan sangatlah berkaitan dengan pembelanjaan dan
pembiayaan proyek. Biasanya berasal dari modal sendiri dan pinjaman
dari bank atau investor dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial bila proyek berskala besar
dengan tingkat kompleksitas yang rumit, yang membutuhkan analisis
keuangan yang cermat dan terencana.
31
2) Aspek Anggaran Biaya
Masalah pada aspek ini berkaitan dengan perencanaan dan
pengendalian biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan yang
matang dan terperinci akan memudahkan proses pengendalian biaya
selama proyek berlangsung. Perencanaan yang matang dan terperinci
akan memudahkan proses pengendalian biaya, sehingga biaya yang
dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Terjadi
peningkatan biaya yang besar dan merugikan bila proses
perencanaannya salah.
3) Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia
Aspek ini berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi SDM
selama proyek berlangsung yang berfluktuatif. Agar tidak
menimbulkan masalah yang kompleks perencanaan SDM didasarkan
atas organisasi proyek yang dibentuk sebelumnya dengan melakukan
langkah-langkah, proses staffing SDM, deskripsi kerja, perhitungan
beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM serta
penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.
4) Aspek Manajemen Produksi
Aspek ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek dimana
apabila hasil akhir proyek negated bila proses perencanaan dan
pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, maka dilakukan
berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM,
32
meningkatkan efisiensi proses produksi dan kerja, meningkatkan
kualitas produksi melalui jaminan mutu dan pengendalian mutu.
5) Aspek Harga
Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal
persaingan harga, yang dapat merugikan perusahaan karena produk
yang dihasilkan membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kalah
bersaing dengan produk lain.
6) Aspek Efektivitas Dan Efisiensi
Aspek yang membahas dimana saat fungsi dari produk dapat
merugikan proses kegiatan proyek dikarenakan fungsi produk yang
dihasilkan tidak terpenuhi atau tidak efektif sehingga usaha produksi
membutuhkan biaya besar.
7) Aspek Pemasaran
Masalah pada aspke ini timbul seiring dengan berkembangnya
factor eksternal sehubung dengan persaingan harga, strategi promosi,
mutu produk serta analisis pasar yang salah terhadap produksi yang
dihasilkan.
8) Aspek Mutu
Permasalahan yang berkaitan dengan aspek ini adalah
bagaimana kualitas produk akhir nantinya dapat meningkatkan daya
saing serta memberikan kepuasasn bagi pelanggan.
33
9) Aspek Waktu
Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila
terlambat dari yang direncanakan serta menguntungkan bila dapat
dipercepat sehingga biaya tidak mengalami penaikan yang cukup
parah dari target yang telah ditentukan.
c. Tujuan Manajemen Proyek
Proyek dapat kita kategorikan pada beberapa hal ada jenis,
bentuk, dan banyak lagi sehingga diperlukan pembenahan disetiap lini
sehingga menjadi lebih segar dan efektif, karena setiap proyek selalu
menyangkut dengan dana, tenaga ahli, maupun sarana lainnya. Tujuan
pokok dari manajemen itu sendiri adalah bagaimana dalam suatu
kegiatan kita dapa mengelola sumber daya yang dimilki untuk
mengerjakan suatu kegiatan sehingga penggunaan sumber daya dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien, dan menurut Abrar Husen (2011)
mengemukakan bahwa ada empat tujuan utama dari manajemen proyek
yaitu :
1) Identifikasi dan Pembagian Kegiatan
Perlu diketahui untuk menentukan volume pekerjaan, macam,
dan jenisnya, kebutuhan sumber daya, jadwal pelaksaan serta
anggarannya sehingga dapat dilaksanakan oleh penanggung jawab
kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek
34
2) Pengelompokan Penanggung Jawab Kegiatan
Agar hasilnya maksimal, pemilihan penanggung jawab
organisasi disesuaikan dengan keahlian keterampilan dan kemampuan
personel dibidangnya sehingga sasaran dan tujuan proyek dapat
tercapai.
3) Penentuan Wewenang dan Tanggung Jawab
Setiap personel penanggung jawab kegiatan harus mengetahui
wewenang dan tanggung jawab pekerjaannya, dengan membuat
penjabaran kerja serta standar prosedur operasional pekerjaan yang
dikelolanya.
4) Menyusun Mekanisme Pengendalian
Organisasi proyek melibatkan banyak pihak, maka agar terjadi
penyimpangan mekanisme pengendalian dan kordinasi dibuat dalam
format yang dapat menggerakkan organisasi dalam mengidentifikasi,
memecahkan masalah, serta melakukan tindakan koreksi untuk
mengatasi penyimpangan.
d. Fungsi Manajemen Proyek
Manajemen mengenalkan urutan pelaksanaan yang logis, dimana
tujuan utama dari manajemen itu sendiri adalah bagaimana dapat
mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya dengan
pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara efisien dan efektif. Perlu
diketahui bahwa manajemen merupakan perangkat lunak (prosedur
operasi), manajer merùpakan perangkat SDM (brainware), sedangkan
35
organisasi beserta perangkat pendukungknya merupakan perangkat
kerasnya. Fungsi manajemen proyek itu sendiri menurut, Dimyati &
Nurjaman (2014) adalah :
1) Fungsi perencanaan (Planning)
Merupakan pengambilan keputusan yang mengandung data dan
informasi, ataupun fakta kegiatan yang akan dipilih dan akan
dilakukan pada masa mendatang.
2) Fungsi Organisasi (Organizing)
Berfungsi mempersatukan kumpulan kegiatan manusia, yang
mempunyai pekerjaan masing-masing, saling berhubungan satu sama
lain dengan tata cara tertentu dan berinteraksi dengan lingkungannya
dalam rangka mendukung tercapainya tujuan, dimana organisasi
merupakan pedoman pelaksanaan fungsi, yang di dalamnya
pembagian tugas dan hubungan tanggung jawab serta delegasi
kewenangan terlhiat jelas.
3) Fungsi Pelaksanaan (Actuating)
Menyelaraskan seluruh anggota organisasi dalam kegiatan
pelaksaan, serta mengupayakan agar seluruh anggota organisasi dapat
bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama dan juga untuk
menciptakan keseimbangan tugas, hak, dan kewajiban masing-masing
bagian dalam organisasi, dan mendorong tercapaianya efisiensi serta
kebersamaan dalam bekerja sama untuk tujuan bersama.
36
4) Fungsi Pengendalian
Mengukur kualitas penampilan penganalisisan serta
pengevaluasian penampilan yang diikuti dengan tidakan perbaikan
yang harus diambil terhadap penyimpangan yang tejadi yang berguna
untuk memperkecil kemungkinan kesalahan yang terjadi dari segi
kualitas, kuantitas, biaya ataupun waktu.
5. Jaringan kerja (Network Planning)
a. Pengertian Jaringan Kerja
Network Planning pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an
oleh perusahan Du-Pont dan Rand Corporation yang mana dulunya itu
dimaksudkan untuk mengembangkan system kontrol manajemen yang
mana fungsi dari metode ini untuk mengendalikan sejumlah kegiatan
yang memiliki ketergantungan yang kompleks atau cukup rumit. Network
planning-lah kita dapat mengevaluasi jalur atau kegiatan yang mungkin
dapat kita tambahankan sejumlah kegiatan dengan cara memperbarui
jadwal. adapun beberapa symbol yang digunakan dalam network
planning menurut Hayun yang dikutip oleh Rizki Ridho dan Syahrizal
(2014)
6. Konsep Metode CPM
a. Pengertian Critical Path Method (CPM)
Metode Jalur kritis atau Critical Path Method menurut Schroder
yang diterjemahkan oleh Dimyati & Nurjaman (2014) mendefinisikan
bahwa critical path method adalah metode berdasarkan jaringan yang
37
menggunakan keseimbangan waktu-biaya linear. Setiap kegiatan dapat
diselesaikan lebih cepat dari waktu normalnya dengan cara memintas
kegiatan untuk sejumlah biaya tertentu, jika waktu penyelesaian proyek
tidak memuaskan, beberapa kegiatan tertentu dapat dipintas untuk dapat
menyelesaikan proyek dengan waktu yang lebih sedikit.
Metode ini sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pelaksanaan
pengawasan pembangunan suatu proyek. Metode tersebut membuat kita
dapat mengurangi permasalahan yang akan terjadi dikemudian hari
sehingga metode ini merupakan metode yang paling tepat untuk
membuat jalur kritis dari sebuah proyek yang mana membuat metode ini
banyak dipergunakan untuk membentuk jaringan. Simple time estimates
sebagai waktu pelaksana atau acuan dari dimulainya kegiatan proyek
yang mana saling berhubungan dengan teknik critical path method untuk
mengidentifikasi penyusunan jaringan kerja menuju arah dari kegiatan
proyek.
Proyek yang menggunakan metode CPM sebagai landasan bagi
mereka untuk menentukan kegiatan dan waktu dari proyek tersebut
dianggap memliki dasar yang kuat guna menjadi landasan bagi
dimulainya suatu kegiatan proyek.
7. Crashing Project
a. Pengertian Crashing Project
Pada metode Crashing Project dilaksanakan dengan maksud untuk
melengkapai dari metode Critical Path Method yang menurut Shtub dan F
38
bard dalam dimyati dan nurjaman (2016) Crashing adalah cara
mempersingkat waktu dari aktivitas dengan menambah sumber daya dan
biaya langsung dimana setelah dilakukan crashing akan mereduksi suatu
pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek.
Proses crashing sendiri menurut ervianto dalam dimyati dan nurjaman
(2016) adalah cara melakukan perkiraan dari variable cost dalam
menentukan pengurangan durasi yang paling maksimal dari suatu kegiatan
yang masih mungkin untuk direduksi. Adapun langkah – langkah dalam
crashing project menurut soeharto dalam Dimyati dan Nurjaman (2016) :
a. Menghitung waktu penyelesaian proyek
b. Menentukan biaya kegiatan proyek
c. Menghitung biaya dipercepat setia kegiatan
d. Mempersingkat kurun waktu kegiatan berdasarkan jalur kritis yang ada
e. Jumlahkan biaya langsung dan biaya tidak langsung untuk mencari
biaya total sebelum kurun waktu yang diinginkan
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Metode Critical Path Method berfungsi untuk mengendalikan kegiatan
proyek yang besar dan kompleks, namun disisi lain proyek ini juga memiliki
keterbatasan. Pelaksanaan proyek memiliki kegunaan untuk memahami status
dari aktivitas kegiatan kerja proyek, memahami jalur kritis dari setiap aktivitas
kegiatan proyek dan mengetahui aktivitas mana saja yang mempunyai Slack.
Penelitian ini merujuk pada hasil penelitian terdahulu yang mana menjadi
acuan dari peneliti untuk melakukan penelitian sebagai berikut :
39
Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu
NO Judul Jurnal Metode Variabel Hasil
1. Analisis Tingkat
Kapabilitas
Manajemen
Proyek PT. Agate
Internasional
- Six Sigma
- Capability
Maturity
Model
Integration
(CMMI)
X1 : Analisis
Kesenjangan
X2 :
Manajemen
Proyek
Y1 :
Capabilty
Maturity
Model
Integration
Belum
terkordinasinya
proses
pelalatihan,
kurangnya
pengumpulan
dan Analisa
metrik pada saat
proyek
dilaksanakan
menjadi kendala
perusahaan
2. Penjadwalan
Proyek Pada
Perusahaan
Industri Rekayasa
Konstruksi
- Critical
Path
Method
(CPM)
- Slope
Calculation
X1 : Jaringan
Kerja
X2 :
Penjadwalan
Waktu
Y1 : Critical
Path Method
Dengan
menggunakan
CPM dan slope
biaya jangka
waktu
pelaksanan
proyek dari
awal 190 hari
menjadi 155
hari, terjadi
perubahan jalur
kritis setelah
dilakukan
percepatan
dengan asumsi
penambahan
biaya sebesar
Rp. 54.
097.272.
3. Analisis
Penjadwalan
Waktu Pada
Proyek
Pembangunan
Ruko
- Critical
Path
Method
(CPM)
- Program
Evaluation
and
X1 :
Keterlambata
n
Penyelesaian
X2 :
Penyebab
Keterlambatan
Penggunaan
CPM
menghasilkan
jangka waktu
selama 198 hari,
Penggunaan
crashing project
Bersambung…….
Lanjutan……….
Bersambung
40
NO Judul Jurnal Metode Variabel Hasil
- Review
Technique
(PERT)
Y1 : Critical
Path Method
Y2 :
Crashing
Project
dapat
meminimalkan
biaya sebesar
Rp. 20.260.000,
penyebab
terbesar dari
keterlambatan
proyek adalah
minimnya
pengawasan
oleh pihak
perusahaan
pada setiap
kegiatan
kerjanya.
4.
Sistem
Pengendalian
Waktu Pada
Pekerjaan
Konstruksi Jalan
Raya
- Critical
Path
Method
(CPM)
X1 : Sistem
Pengendalian
Waktu
X2 :
Pekerjaan
Konstruksi
Y1 : Critical
Path Method
(CPM)
Proyek
mengalami
keterlambatan
selama 3 hari.
Terdapat 3 jalur
kegiatan yang
dapat
dipercepat.
5. Analisis Evaluasi
Biaya dan
Penjadwalan
Limbah PT. KI
- Program
Evaluation
Review
Techniques
(PERT)
X1 :
Penjadwalan
Waktu
X2 :Biaya
Y2 : Project
Evaluation
Review
Techniques
(PERT)
Dengan
menggunakan
PERT jangka
waktu tercepat
penyelesaian
selama 91 hari
dengan 3
kemungkinan
selesai yaitu 85
hari, 91 hari, 96
hari. Dan
percepatn waktu
dapat
Bersambung…….
Lanjutan……
Bersambung……..
41
NO Judul Jurnal Metode Variabel Hasil
menambah
biaya produksi.
6. Perencanaan
Waktu
Penyelesaian
Proyek Toko
Modisland
Manado
- Critical
Path
Method
(CPM)
- Network
Planning
X1 :
Perencanaan
Proyek
X2 :
Penjadwalan
Waktu
Y1 : Critical
Path Method
(CPM)
Y2 :
Network
Plannig
Waktu optimal
yang diperlukan
untuk
menyelesaikan
proyek selama
184 hari dengan
biaya sebesar
Rp.
700.375.000
dimana terjadi
percepatan
waktu selama
43 hari.
7. Project
Effectivess
Improvement : A
Case Study In
PT.X
- Critical
Path
Method
(CPM)
- Project
Evaluation
Review
Techniques
(PERT)
X1 : Tingkat
Kesuksesan
Proyek
X2 :
Manajemen
Proyek
Y1 : Critical
Path Method
(CPM)
Y2 : Project
Evaluation
and Review
Technique
(PERT)
Penggunaan
CPM memakan
waktu selama
207 hari dengan
jalur kritis a-c-
d-e-f-g.
penggunaan
CPM
mempercepat
waktu selesai
dari proyek
sebesar 3 kali
lipat, Dari awal
penyelesaian
selama 676 hari
8. Aplication Of
Project
Schedulling In A
Bottling Unit
- Critical
Path
Method
(CPM)
- Project
Evaluation
Review
Techniques
X1 :
Penjadwalan
Proyek
Y1 : Project
Evaluation
and Review
Technique
Diperoleh
waktu optimal
pengerjaan dari
awal selama 15
bulan menjadi
13 bulan 25 hari
Bersambung…….
Bersambung…….
Lanjutan…….
42
NO Judul Jurnal Metode Variabel Hasil
(PERT) (PERT)
Y2 : Critical
Path Method
9. Project Planning
And Schdulling
With Linear
Programming
- Critical
Path
Method
(CPM)
- Project
Evaluation
Review
Technique
(PERT)
X1 :
Perencanaan
Proyek
X2 :
Penjadwalan
Proyek
Y1 : Critical
Path Method
(CPM)
Y2 : Project
Evaluation
Review
Technique(P
ERT)
Kegiatan
proyek
memakan waktu
selama 44 hari
dengan
kemunkinan
pemotongan
durasi dengan
memakan biaya
tambahan
sebesar 3,30 %
dari biaya awal.
10.
Project
Management
Techniques :
PERT and CPM
- Critical
Path
Method
(CPM)
- Project
Evaluation
Review
Technique
(PERT)
X1 : Project
Planning
X2 :
Probability
Time
Y1 : Critical
Path Method
(CPM)
Y2 : Project
Evaluation
Review
Technique
(PERT
Ketika
menggunakan
CPM untuk
mengelola
proyek ini
estimasinya
selama 53 hari
pengerjaan
dibandingkan
dengan metode
PERT dengan
estimasi
pekerjaan
selesai selama
60 hari
Bersambung…….
Bersambung……
Lanjutan…..
43
Sumber : Purwanto & Sari (2015). Almahdy & Prianto (2008). Caesaron &
Thio (2015). Maranresy, Sompie & Pratasis (2015). Mas’ud & Wijayanti
(2017). Telaumban, Mangare & Sibi (2017). Manalu & Lestari (2015). Chatwal
(2014). Agyel (2015). Nagar (2017) diolah.
Penelitian terdahulu digunakan untuk menjadi bahan acuan atau
pembelajaran untuk mengetahui bagaimana proses pengerjaan dari suatu
metode yang akan digunakan. Dimana bertujuan untuk memberikan gambaran
pada penelitian yang akan diteliti. Beberapa penelitian terdahulu yang
membahas tentang manajemen Proyek yang mana menggunakan Critical Path
Method (CPM) dan ada juga penelitian yang menggunakan Project Evaluation
and Review Technique (PERT).
Setiap penelitian memiliki beberapa persamaan maupun perbedaan dimana
pada penelitian ini terdapat persamaan dari metode yang digunakan akan tetapi
dalam pembuatan network planningnya penelitian saya menggunakan Activity
on Node (AON) dimana pada perumusannya menggunakan keterangan di tiap
kegiatannya. Adapun keterangan yang berada pada tiap kegiatan yaitu : Finish
to Start (FS) dimana kegiatannya sebelumnya harus selesai untuk melanjutkan
kegiatan yang selanjutnya, berikutnya terdapat Start to Start (SS) dimana
kegiatan dengan keterangan seperti itu dapat dilaksanakan bersama dengan
kegiatan sebelumnya akan tetapi waktu penyelesaian dari kegiatannya dapat
saja berbeda, dan yang terakhir Finisih to Finish (FF) kegiatan dengan
keterangan FF dimaksudkan untuk kegiatan yang jadwal penyelesaiannya
bersamaan akan tetapi waktu mulai pengerjaannya bias saja berbeda.
Lanjutan…….
44
Objek penelitian saya dengan penelitian lain juga berbeda dimana
kebanyakan penelitian proyek melakukan penelitiannya terhadap bangunan-
bangunan konstruksi seperti Gedung, jalanan, dan rumah dan pada penelitian
saya ini dilakukan dalam pembangunan konstruksi tower listrik. Dalam
menentukan jalur kritisnya penggambaran network planningnya menggunakan
successor maksudnya adalah proses penggambaran jaringan kerjanya dimulai
dari awal kegiatan yang mana berbeda dari kebanyakn network planning yang
menggunakan predecessor maksudnya proses penggambaran dari network
planning nya itu sendiri dimulai dari proses selesainya proyek menuju awal
proyek.
45
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pada tinjauan pustaka, maka kerangka pemikiran teoritis yang diteliti pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Sumber : Husen (2011); Dimyati & Nurjaman (2016) diolah.
3. Waktu Kegiatan
2. Hubungan Antar
Aktivitas
1. Kegiatan Kerja 1. Waktu
Penyelesaian
Kegiatan
-
-
-
- - Early Start
& Late Start
- Nomor
Kegiatan
- Early
Finisih &
Late Finish
Crashing Project
- Waktu
Penyelesaian
- Biaya kegiatan
- Biaya
dipercepat
- Mempercepat
Durasi 2.Biaya Operasional
46
Gambar 2.1. merupakan Kerangka pemikiran yang ada di penelitian ini.
Tujuannya adalah untuk mengetahui dan menganalisis Penjadwalan proyek tower
transmisi yang dikerjakan oleh pihak PT. Rekadaya Elektrika yang akan diukur
menggunakan metode Critical Path Method dengan menggunakan network
planning yang akan dikombinasika dengan metode crashing project
Metode Critical Path Method akan dianalisis beberapa tahap yaitu :
Menentukan jaringan kerja dalam proyek, menyusus rangkaian kerja dari proyek
kemudian mengaitkan antar kegiatan yang satu dengan yang lain dan setelah
menemukan jalur kritis-nya makan untuk lebih mengoptimalkan penjadwalan
proyek tersebut maka dikombinasikan dengan Crashing Project.